Pak Syeh Ann yang saya hormati,
Terima kasih atas perhatiannya atas tulisan ambo yang sempat dimuat di
halaman satu Padang Ekspres, 8 Oktober lalu itu. Mungkin ada baiknya Pak
Syeh Ann membaca ulang tulisan saya itu supaya lebih menangkap maksud
isinya. Itu jenis tulisan ilmiah populer, bukan opini hasil common sense,
apalagi fiksi. Dalam penulisan ilmiah itu sumber kebenaran ada dua: nalar
atau logika, dan bukti-bukti empiris. Sedangkan untuk bahasa, karya ilmiah
tidak boleh terbawa oleh gaya sastra atau jurnalistik, karena setiap kalimat
bahkan pilihan kata harus merepresentasikan secara tepat obyek yang diamati.


Salah satu buku yang menjadi bahan penulisan tulisan yang amat pendek itu
adalah karya Bertrand Russel berjudul Sejarah Filsafat Barat. Jumlah
halamannya lebih dari seribu halaman! Sekitar sepertiga isinya, kalau
dikonstruksi ulang, adalah tentang sejarah dunia sejak abad keenam sebelum
Masehi. Pada bab-bab tentang para filsuf Yunani Kuno kita akan tahun bahwa
pada jaman Alexander the Great (Alexander Agung) pengaruhnya sampai ke
India, setidak-tidaknya menjalin kontak dengan kebudayaan India. Para
sejarawan dan antropolog juga menunjukkan bukti adanya hubungan itu dari
warisan kebudayaannya. Terus terang, memang belum sampai seribu halaman buku
itu saya baca. Cuma saya tentu juga membaca sumber-sumber lain, termasuk
tentang Minangkabau. Saya memang lupa sumber mana yang menceritakan. Tetapi,
seingat saya ada yang mengatakan nenak moyang orang Minang berasal dari
daerah Benggali (India). Tapi, ada juga yang mengatakan dari Siam (Thailand
sekarang). Sahih atau tidak sumber itu, untuk sampai pada pernyataan tentang
kemungkinan (bukan mutlak), kita bantu dengan nalar (logika). Dari kondisi
geografis, jelas lebih masuk akal orang dari Eropa Selatan (Yunani dan
Italy) jaman dahulu  bergerak  berangsung-angsur  hingga sampai ke India
daripada langsung mengarungi laut dengan tujuan jauh tetapi tidak pasti,
lalu tiba-tiba di pantai Barat Sumatera Barat.  Yang masuk akal adalah,
orang-orang dari India tidak cukup sulit sampai ke Aceh. Karena itu, coba
lihat ciri-ciri antropologis sebagian orang Aceh (spt Ibrahim Hasan, dll).
Dari Aceh baru menjadi mudah menyisir Pantai Barat Sumatera untuk sampai di
daerah Sumatera Barat sekarang.

Kita juga tidak boleh memplintir kata-kat atau kalimat dalam tulisan itu
sehingga berubah maknanya, lalu setelah diplintir dan maknanya berubah,
diberi komentar. Saya tidak ada menulis bahwa orang Yunani pelamun dan
pemenung. Yang saya tulis adalah mereka haus pengetahuan, suka merenung,
suka kebebasan, suka berpikir merdeka. Dari sinilah saya masuk membandingkan
sifat-sifat orang Minang dengan orang Yunani Kuno. Tetapi, kalau disimak
dengan baik, maksud tulisan itu bukan sekedar membandingkan kesamaan dan
perbedaan masyarakat Yunani Kuno dan Minangkabau. Tulisan itu mengajak kita
semua melakukan introspeksi! Terutama terhadap kondisi terkini dalam
berpolitik dan berkarya di bidang ilmu pengetahuan.

Tetapi, mungkin juga Pak Syaf Ann benar. Bidang keilmuan saya kurang ampuh,
kurang mumpuni, kurang tekun, seperti yang Pak Syaf katakan. Kalau itu
benar, toh saya tidak mampu memaksa orang percaya terhadap tulisan itu.
Terima kasih dan mohon maaf.

Andrinof A Chaniago (Depok, 46 Th - 10hr)

2008/10/20 syehann <[EMAIL PROTECTED]>

>
> Sahaya tergugah sekali membaca permenungan di bawah ini. Percaya
> sekali bahwasanya tulisan di bawah lahir dari penulis yg telah biasa
> menulis dan cukup matang cara penulisan danpenyampaiannya.
>
> Tapi isinya itu lho....
> kecuali yunani masyarakatnya juga pelamun dan pemenung seperti
> masyarakat minang mungkin benar juga bahwa ada keterkaitan sejarah dan
> budaya antara minang dan yunani. ah... itu hanya seloroh saja. namun
> yang paling penting adala kalo dilihat dari tipe habitat masyarakat
> sumbar yang kelompok2 komunitasnya mendiami dataran2 sempit disela2
> bukit dan batu2, rasanya ini mencerminkan bahwa komunitas ini lahir
> dan datang belakangan waktu dan tidak bisa mengambil porsi di dataran2
> utama di pulau sumatera. Mungkin tersingkir atau mungkin juga pergi
> menyepi. Ditambah lagi medan di bagian barat yang menyajikan garis
> pantai yg tidak ramah dan berhadapan muka dengan samudra hindia.
> Rasanya alexander agung atau org2 yunani yg konon katanya kuat dan
> berpengaruh itu tidak akan memilih tempat kurang nyaman spt itu utk
> tepat hdp. kecuali ada alasan2 lain spt pergi menyepi tadi. jadi...
> rasanya2nya kok janggal yunan yg kuat itu terpental ke sisi barat
> dataran sumatera yg tak senyaman bagian timur tentunya.
>
> apa iya ada hubungan itu? atau kemiripan2 yg berkebetulan yg lantas di
> sambung2akn melalui permenanungan yg tiada henti2nya.
>
> Tak ada salah dinda adrinof dalam berkesimpulan. garis paparan logika
> nya tak ada yang salah. mungkin bidang keilmuwan dinda aja yg kurang
> ampuh dan mempuni. aau bisa juga pengetahuan yg dinda tekuni saja yg
> kurang hebat. sama sekali ni bukan kesalahan dinda. banyak org menjadi
> ahli dan bahkan lebih ahli dari org lain tapi di sektor yg kurang
> efektif dan kurang mutakhir.
>
> mohon ampun jika ada yg salah.
>
> wass
>
> --- In [EMAIL PROTECTED], "Andrinof A Chaniago" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> > *Pangantar:
> > Katiko menulis artikel ko, sempat pulo muncul kacurigaan, jangan-jangan
> > Minangkabau kini memang pernah dapek pangaruah dari Yunani di Jaman
> > Alexander Agung. Sebab, banyak urang Minang nan jadi pemikir. Cuma, cara
> > berkembangnyo babeda. Silahkan simak kaduo tulisan di bawah bagi nan
> baminat
> > menadiskusikan.
> > Salam,
> > Andrinof A Chaniago (46)
> >
> > Yunani Kuno dan Minangkabau*
> > Oleh Andrinof A Chaniago
> > *Pengajar di Universitas Indonesia*
> >  Tulisan ini dimuat di TERAS UTAMA Padang Ekspres beberapa minggu lalu.
> >
> > Antara kehidupan Yunani Kuno dan Minangkabau, terdapat jarak waktu
> pemisah
> > lebih dari duapuluh abad lamanya. Melihat pencapaian luar biasa dari
> bangsa
> > Yunani Kuno, juga bukan hal yang setara untuk membandingkannya dengan
> > Minangkabau yang hanyalah sebuah suku bangsa diantara duaratusan
> suku bangsa
> > di Indonesia. Tetapi, jika melihat sejarah tokoh-tokoh pemikir terkemuka
> > berikut warisan karya-karya pemikir dari kedua masyarakat  ini, kita
> akan
> > menemukan sesuatu yang relevan untuk dibandingkan.
> > Sama dengan sikap hidup individu orang Minangkabau, masyarakat
> Yunani Kuno
> > menyukai kehidupan yang bebas dan merdeka. Selain itu, keduanya dikenal
> > dengan masyarakat yang haus akan pengetahuan.
> > Sebagian orang Yunani Kuno juga suka merantau. Namun, di sini mulai
> tampak
> > perbedaan mereka dengan orang Minang. Orang-orang Yunani Kuno pergi
> merantau
> > karena sebagian besar tanah mereka gersang dan tandus. Dengan demikian,
> > motif orang-orang Yunani Kuno pergi merantau semata-mata untuk ekonomi.
> > Semenara bagi orang Minang, merantau bukan semata-mata untuk tujuan
> ekonomi,
> > melainkan juga untuk belajar hidup, sebagaimana bisa kita lihat dari
> > beberapa pepatah Minang.
> > Tanah di wilayah fisik-geografis orang Minang adalah tanah yang subur,
> > karena memiliki lahan lapisan vulkanik yang luas dan memiliki
> bukit-bukit
> > yang ditumbuhi tanaman lebat yang membuat bukit-bukit itu sebagai
> > "prasarana" irigasi alami bagi lahan pertanian di dataran rendah. Dari
> > sumber air yang berasal dari ruas pegunungan Bukit Barisan itu,
> bukan saja
> > padi dan tanaman palawija yang tumbuh sehat, tetapi juga bermanfaat
> untuk
> > membesarkan ternak hewan dan membudidayakan ikan air tawar. Bahkan,
> dengan
> > sumber air yang datang dari pegunungan itu yang kemudian ditampung oleh
> > Danau Maninjau dan Danau Singkarak, daerah ini menjadi tempat produksi
> > listrik yang biaya produksinya hanya seperlima dari listrik yang
> diproduksi
> > oleh sistem pembangkit batu bara ataupun gas. Selain itu, sejalan dengan
> > watak ekspansionis modal, beberapa sumber air alami di Sumbar itupun
> menjadi
> > sumber produksi air kemasan yang populer dengan nama air mineral.
> > Di jaman Orde Baru, para penguasa pemerintahan di Sumbar, yang
> sering sekali
> > mengklaim bertindak untuk dan atas nama masyarakat penganut kebudayaan
> > Minangkabau, secara terang-terangan mengingkari kekayaan alam yang
> > dianugerahkan Tuhan tadi. Mereka dengan tanpa beban mengatakan,
> "Daerah kita
> > miskin. PAD kita kecil. Kita tidak punya minyak seperti Provinsi
> Riau atau
> > deposit tambang lain seperti di Kalimantan atau Papua." Ungkapan
> seperti ini
> > tidak lain dimaksudkan untuk mengajak masyarakat mendukung Pemda meminta
> > "kemurahan hati" Pemerintah Pusat agar mengucurkan dana lebih besar
> untuk
> > Sumbar. Karena itu pula, masyarakat Sumbar harus menunjukkan
> dukungan yang
> > besar kepada Golkar yang ketika itu merupakan alat hegemoni kekuasaan
> > Pemerintah Pusat.
> > Begitulah cara elite-elite politik Sumbar di jaman Orba memandang
> kekayaan
> > alam Sumbar. Arti kekayaan alam pun dipersempit menjadi ketersediaan
> deposit
> > tambang sambil menutup mata terhadap harta yang luar biasa nilai
> potensinya,
> > seperti perbukitan, gunung-gunung, sungai-sungai, danau-danau dan
> > pantai-pantai yang memberikan akses mudah untuk memanfaatkan
> sumber-sumber
> > alam di atas dan di dalamnya. Padahal, pengukuran kekayaan harus dimulai
> > dengan kemudahan mendapatkan barang-barang dan jasa kebutuhan pokok,
> mulai
> > dari makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan? Kalau di daerah-daerah
> > lain masyarakatnya membutuhkan usaha yang panjang dan modal lebih besar
> > untuk mendapatkannya, sementara di Sumbar secara rata-rata lebih mudah,
> > bukankah berarti itu kekayaan Sumbar?
> > Merantau yang bukan semata-mata karena dorongan kelangkaan kekayaan
> lokal
> > bagi masyarakat Sumbar tadi seharusnya menambah modal untuk membuat
> > masyarakat yang menetap di Sumbar lebih makmur sejahtera dibanding
> rata-rata
> > daerah di Indonesia. Dengan kesejahteraan itu pula Sumbar seharusnya
> > berkembang sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan karena bisa
> menjadi
> > sumber insentif bagi para tokoh intelektualnya untuk terus berkarya
> di tanah
> > asalnya sendiri seperti yang terjadi pada kaum intelektual Yunani Kuno.
> > Tetapi, di sinilah letak perbedaan lain antara Minangkabau dan
> Yunani Kuno.
> > Kaum pemikir Yunani Kuno tidak perlu pergi merantau untuk menghasilkan
> > karya-karya ilmu pengetahuan mereka. Sementara calon-calon intelektual
> > Minang, harus merantau untuk menjadi pemikir kelas nasional atau
> > internasional, baik untuk mendapatkan sumber-sumber pengetahuan baru
> maupun
> > untuk menjadikan ilmunya bisa digunakan oleh masyarakat. Akibatnya, di
> > Minangkabau sendiri tidak pernah lahir temuan-temuan penting atau
> > gagasan-gagasan filosofis yang besar. Sebaliknya, para pemikir
> Yunani Kuno
> > cukup menyerap pengetahuan yang berasal dari Mesir Kuno dan
> Babylonia, yang
> > dibawa para pedagang dari kedua negeri tersebut. Pengetahuan dari luar
> > tersebut menjadi bahan untuk diolah dan dikembangkan lebih lanjut di
> tanah
> > Yunani Kuno sendiri. Proses seperti itulah yang dilalui Anaximandros,
> > Anaximenes, Phytagoras, Xenophanes, Anaxagoras, Gorcias, Socrates,
> Plato,
> > Aristoteles dan sebagainya. Proses seperti itulah pula yang membuat
> lahirnya
> > beberapa pengetahuan baru di Yunani Kuno yang menjadi dasar pengembangan
> > ilmu  dan peradaban Eropa, bahkan dunia.
> > Para pemikir Yunani Kuno tadi adalah peletak dasar nilai-nilai
> kearifan dan
> > ilmu pengetahuan yang mempengaruhi kehidupan nyata masyarakat dunia
> > berabad-abad hingga kini. Dan, yang juga perlu dicatat, mereka bukan
> > perantau yang menemukan nilai-nilai peradaban dan hukum-hukum ilmu
> > pengetahuan di luar negeri leluhurnya, melainkan manusia-manusia yang
> > membangkitkan masyarakat dan membangun monumen-monumen peradaban di
> negeri
> > mereka sendiri yang gersang itu, sebelum karya-karya mereka itu menyebar
> > pengaruhnya ke berbagai negeri luar. Pertanyaan yang muncul dalam
> melihat
> > "proses menjadi" para pemikir Minang adalah, dengan karakter yang
> sama-sama
> > suka berpikir dan suka hidup merdeka serta sama-sama haus
> pengetahuan dengan
> > masyarakat Yunani Kuno, mengapa masyarakat Minang tidak melahirkan
> sebagian
> > tokoh-tokoh intelektualnya di tanahnya sendiri?
> > Jawaban valid atas pertanyaan di atas tentu tidak mudah disodorkan
> > secepatnya. Tetapi, melihat potret saat ini dan kondisi sebelumnya,
> > jangan-jangan jawaban itu kita temukan bersamaan dengan perbedaan
> berikutnya
> > antara masyarakat Yunani Kuno dan Minangkabau. Masyarakat Yunani Kuno
> > memberikan penghormatan yang tinggi kepada para pemikir dengan
> menempatkan
> > mereka hanya sedikit di bawah dewa-dewa mereka. Karya-karya mereka dan
> > ucapan-ucapan mereka begitu didengar oleh masyarakat. Sementara, di
> > Minangkabau, bisa jadi para pemikir kurang dihormati dibanding para
> > penguasa, politisi dan pengusaha, terlebih dengan mereka yang
> menyandang dua
> > status dari dari tiga status itu sekaligus. Setidak-tidaknya suasana ini
> > terasa sejak Orde Baru hingga sekarang, dimana sumber kebenaran
> lebih banyak
> > dipercayakan kepada penguasa, politisi dan pengusaha, sebagaimana tampak
> > dalam perlakukan-perlakuan yang diberikan pada acara seremonial, di
> media
> > massa maupun di tempat-tempat umum. Mudah-mudahan jawaban sementara
> saya ini
> > keliru. Mohon maaf lahir dan bathin.***
>
>
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke