Dear Dunsanak,

Urang Indonesia ko memang aneh, ado masalah jo negara ko mangah kok ibu kota
nan tapikiah untuk dipindahkan, itu memang ndak kojo nan dikojokan, kalo
memang bamukasuik untuk pemerataan kini fokus sajo samo pemda masing2,
kriminalkan tu kapalo daerah yang ikut2-an bali SBI, nan manyimpan pitih
pemda di BI, bukan untuk pembangunan infrastruktur mala manyimpan pitih di
BI, kan lucu tu. Bangun jalan nan bagus, bangun sakolah nan manarik, bangun
rumah sehat (sakiek) nan layak, kan anak mudonyo ndak bapikian pai ka
banduang, ka surabaya, atau ka jakarta.

Anggo siko ajo dulu dun sanak,

Salam
Hendri (33)
Melbourne

Pada tanggal 16/12/08, Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> menulis:
>
>  Alun manyubarang takana buayo. Katakan bahwa dengan memindahkan ibukota
> ke luar Jawa, maka peran Jawa sebagai *centre of excellence* akan surut.
> Kenapa tidak membahas wacana ini secara lebih mendalam:
> soal penghayatan mengenai *sation-state*, soal model pembangunan yang
> mengenal pusat dan pinggiran. Soal ingatan sejarah bahwa Majapahit yang
> menyatukan Nusantara itu berpusat di Jawa. Bangsa yang terus ragu, yang tak
> berpikir dalam jangka panjang, untuk anak cucu dan piutnya (kecuali untuk
> soal uang dan harta korupsi). Itu sebabnya semua dihabiskan sekarng juga:
> hutan, tanah, sumber daya hayati, dll. Jelas tidak ada birokrat yang suka
> kemewahan hotel2.mobil mewah, dan jalan2 licin itu mau pindah ke sebuah
> tempat baru dengan fasilitas yang terbatas. Bisa-bisa para bapati seluruh
> Indonesia yang lebih suka bepergian ke Jakarta (untuk urusan kantor,
> katanya) daripada duduk di kantornya itu akan *shock* bila kemudian mereka
> harus terbang ke pedalaman Kalimantan sana. Coba lihat kantor2 kita: mana
> ada pegawai yang tahan duduk sendiri menekuni pekerjaannya sampai jam
> istirahat makan siang selesai. Ngobrol...merokok...dan abunya masuk ke dalam
> laci meja (ini saya lihat waktu berurusan di beberapa kantor). URANG MYANMAR
> SAJO SANGGUP MEMINDAHKAN IBUKOTANYA (dan itu dilakukan diam2, ndak bakoar2
> bana). Harus ada studi banding ke Naypyidauw, Ibukota Myanmar yang baru.
> Tapi.............siapa yang mau pergi studi banding ke sana? Lebih enak ke
> Tokyo, London, New York, Amsterdam, dan Paris.....
>
> Suryadi
>
>
>
>
>  ------------------------------
> *Dari:* Andrinof A Chaniago <andri...@gmail.com>
> *Kepada:* RantauNet@googlegroups.com
> *Terkirim:* Selasa, 16 Desember, 2008 09:08:13
> *Topik:* [...@ntau-net] Re: AC di KOMPAS : Pindahkan Ibu Kota RI ke
> Kalimantan
>
> Maaf.alun sempat mambuek jawaban khusus untuk dunsanak yang mangomentari
> usulan pindahkan ibu kota ka Kalimantan. Samantaro, amb ambiak sajo
> penjelasan tentang sebuah pernyataan di dalam VISI INDONESIA 2033 di milis
> lain, barupo nan di bawah ko. Iko soal transmigrasi yang kami katokan proyek
> sio-sio.Mudah-mudahan ado nan nio mambaco dengan cermat.
> Salam,
>
> Andrinof A Chaniago
>
>
> jinkan kami memberikan klarifikasi singkat saja dulu soal kalimat di dalam
> VISI INDONESIA 2033 yang mengatakan bahwa program transmigrasi dan program
> percepatan pembangunan daerah tertinggal hanya sia-sia. Pernyataannya ini
> berangkat dari perhitungan biaya-manfaat dan opportunity cost. Dengan biaya
> yang dikeluarkan yang terus naik secara nominal dari tahun ke tahun,
> sementara jumlah keluarga yang ditransmigrasikan makin menurun dari tahun ke
> tahun sejak awal 1990-an, program transmigrasi sudah selayaknya ditinjau.
> Ditambah lagi, dengan arus kedatangan penduduk ke Jawa dari luar Jawa yang
> terus meningkat, maka sudah sejak lama seharusnya program transmigrasi
> dihilangkan dan diganti dengan program lain dengan tujuan yang sama (tapi
> lebih efektif).
> Pernyataan itu tentu tidak ada maksud mengingkari para transmigran yang
> sukses karena mereka bertransmigrasi pada tahun 1960-an dan 1970-an..
> Bahkan, dalam jumlah tertentu, mereka yang bertransmigrasi di era tahun
> 1980-an dan 1990-an juga ada yang sukses. Tetapi, karena kita sedang
> mengukur manfaat penggunaan anggaran publik, tidak relevan kita berbicara
> tentang kasus-kasus keluarga transmigran tahun 1980-an dan 1990-an yang
> sukses. Yang harus kita ukur adalah manfaat total atau agregat. Arus migrasi
> dari Lampung ke Jawa sejak pertengahan tahun 1980-an sudah berbalik menjadi
> net migrasi keluar dari Lampung menuju Jawa. Sebelumnya, masih sebaliknya
> sebagai tanda berhasilnya program transmigrasi. Dari Kalimantan tentu juga
> demikian pola yang terjadi sejak tahun 1980-an.
>
> Tren yang digerakkan oleh magnet tunggal raksasa yang bernama Jabodetabek
> jelas menjadi penyebab tidak mungkinnya kita melanjutkan program
> transmigrasi kalau tujuannya untuk menyebarkan penduduk ke luar Jawa dan
> menggerakkan pembangunan ekonomi di luar Jawa. Dengan hirarki kota dengan
> satu kota yang superdominan (Jakarta), tanpa mengubahnya menjadi hirarki
> multipolar, cita-cita pemerataan pembangunan antarwilayah akan sia-sia.
> Bahkan program-program pengembangan pendidikan di luar Jawa juga tidak akan
> jalan. Saya yakin, fakultas kedokteran di Universitas Tanjungpura,
> Pontianak, akan sulit berkembang, karena umumnya dosen-dosen bermutu di
> bidang kedokteran enggan berkarir di sana. Tahun lalu, saya dengar fakultas
> yang baru didirikan ini sudah tercatat punya utang sekitar Rp 1 miliar.
> Sementara Pemda Provinsi mulai seret mengeluarkan dana. Ini adalah contoh
> lain proyek sambisius yang sia-sia karena hambatan struktural yang tidak
> pernah dipersoalkan. Contoh lain adalah sebuah program studi di Universitas
> Mulawarman, Samarinda, yang jumlah staf pengajarnya akhirnya lebih banyak
> dari mahasiswa. Dengan maksud mengembangkan prigramn studi tersebut,
> pemerintah mengangkat tenaga pengajar baru. Tetapi, tanpa diperhitungkan,
> lulusan-lulusan SMA  di Kaltim berpikir lebih realistis sehingga mereka
> lebih suka pergi melanjutkan kuliah di Surabaya, Yogyakarta, Bandung,
> Jakarta atau Semarang.
> Marilah kita periksa semua data dan kita analisis dengan komnprehensif.
> Sejumlah kesia-siaan akan ditemukan.
> Sementara cukup untuk satu poin itu saja dulu. Sekedar informasi, VISI
> INDONESIA 2033 kami rumuskan berdasarkan hasil riset dari berbagai
> aspek.Bukan rumusan khayalan yang tidak berdasar, dan bukan hasil common
> sense. Bedanya dengan VISI 2030 yang pernah diluncurkan Yayasan Indoensia
> Forum (ISEI), kami tidak punya pengusaha atau perusahaan atau pejabat
> pemerintah yang memberi dukungan dana. Kami cuma punya keprihatinan akan
> terulangnya konflik sosial massif di Jawa seperti tahun 1997-1998, hancurnya
> ekosistem Jawa, makin berkurangnya lahan pertanian produktif di Jawa, dan
> sebagainya. Sementara pada saat yang sama segregasi dan polarisasi sosial
> akan terus menajam dan menyimpan bahaya laten. Dugaan kami mungkin
> berlebihan. Tetapi marilah kita berargumen dengan sehat, mengesampingkan
> sikap apriori, skeptis, nihilis, reaksioner, dan sebagainya.
> Salam hormat,
>
> Andrinof A Chaniago
> Ahmad Erani Yustika
> + Tim Asistensi VISI INDONESIA 2033
>
>
> 2008/12/12 Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org>
>
>> Waalaikumsalam wr.wb.
>>
>>
>
> ------------------------------
> Nama baru untuk Anda!
> <http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail..promotions.yahoo.com/newdomains/id/>
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
> @rocketmail..
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> >
>
>


-- 
Salam jo Baribu Kali Maaf Kalo Ado Nan Indak Berkenan


Hendri Kampai

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to