Waalaikum salam WR WB buya. Buya sebagai guru, kan kita sudah biasa menghadapi 
situasi kadang ada perbedaan pendapat diantara sesama murid, beda antara gtru 
dan murid. Nah biasanya kita tak langsumg memarahi yang berbeda pendapat. Tapi 
mencoba menggiring dengan pertanyaan2 sememtara guru mencari dimana atau apa 
yamg membuat perbedaan itu terjadi, lalu bersama sama menyamakan persepsi. 
Tentang bacaan yang bertebaran lalu ada penulis baru yang mengupas hal yang 
sama dengan cara berbeda sah sah saja di sekolahan. Apalagi adat di pakai baru. 
Jadi jangan marah dulu buya. Semoga buya bisa mdmakluminya. Yang jelas kalau 
yang tau adat tau agama dan mdnjalankannya,  tajam pula analisanya, buya tidak 
perlu khawatir.  Yang begini yang akan membela ranah. Percayalah buya. Mohon 
maaf, kalau tidak berkenan. Wass. Hanifah

buyamasoedabidin wrote: 
> Assalamu'alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh, Barangkali kita sudah perlu 
> menjuruskan pikiran kita sekarang ini...., Apakah Adat bersendi Syarak 
> (Syariat Islam), dan syarak (syariat) bersendi Kitabullah (Alquran), yang 
> sudah diterima oleh masyarakat Minangkabau selama ini (apakah itu hasil dari 
> Sumpah Satie Bukik Marapalam atau Fatwa Tuanku Imam Bonjol versi Dobin), yang 
> nyatanya telah menjadi ciri dan sebutan atas adat budaya Minangkabau, 
> dirasakan tidak sesuai lagi oleh sebagian masyarakat Minangkabau, sehingga 
> kuat alasan bahwa adat (ABSSBK) yang ada seperti sekarang ini mesti diubah 
> dan mungkin nanti suatu ketika akan diubah pula, karena satu alasan klasik 
> sakali aie gadang sakali talatak ba ubah ... dan satu masa sesudah itu akan 
> diubah usai lagi...??? 
>  Apakah masyarakat Minangkabau tidak lagi memiliki kebanggaan dengan adatnya 
> sendiri yang terang-terang berasas kepada Kitabullah (Alquran) dan bukan 
> kitab-kitab yang lainnya? Walhasil masyarakat Minangkabau adalah beragama 
> Islam, bukan beragama dengan yang lainnya, yang  secara lebih tajam 
> disebutkan, bila ada generasi Miangkabau yang secara sadar atau tidak 
> (ikut-ikutan karena trend) mengganti keyakinannya dari Islam, dia tidak dapat 
> disebut orang Minangkabau lagi... 
>  Apakah keyakinan semulia ini tidak dapat dijadikan Hak Asasi Masyarakat 
> (HAM) orang Minangkabau ??? Saya secara peribadi menjadi cemas dengan diskusi 
> yang berkembang ini, sementara di alam kenyataan kini, sudah banyak anak 
> kemenakan orang Minangkabau yang tidak mengindahkan lagi alur syarak dan 
> kepatuhan hukum kepada agama Islam dan kepatutan adat yang luhur dari warisan 
> mulia yang ditinggalkan pendahulunya. 
>  Maafkan saya, bila mulai saat ini saya secara peribadi mulai menghindar dari 
> mengamati diskusi ini. Sekali lagi maaf. Wassalam Buya HMA Pada 27 Maret 2009 
> 11:30, ricky avenzora < avenzor...@yahoo.com > menulis: 
>  Yang Mulia Datuak-datuak, Buya, Bapak/Ibu di RN 1. Membaca semua perspektif 
> (yang sangat beragam) atas tema MENGUBAH ADAT dalam beberapa hari ini, maka 
> mohon izin kan saya untuk kembali sedikit bertanya APAKAH IYA KITA SAAT INI 
> SUDAH PERLU "MENGUBAH" (bisa dibaca sebagai menyempurnakan/, melengkapi) ADAT 
> MINANG??? ADAT nya yang sudah perlu kita ubah (sempurnakan/lengkapi) atau 
> BIAS nya yang sesungguhnya HARUS kita luruskan? 
>  2. Perihal HANYA ALLAH yang MAHA SEGALANYA (termasuk MAHA SEMPURNA dan MAHA 
> KEKAL), .....perihal hanya ATAS IZIN ALLAH suatu adat bisa 
> bertahan.......saya fikir adalah sudah duduk di hati dan fikiran kita 
> semua....dan SUDAH SEMESTINYA menjadi LANDASAN kita semua dalam berfikir dan 
> bertindak. Namun demikian, perihal bagaimana kita "menjaga" dan 
> "melestarikan" adat  atau
>  bagaimana kita akan "mengubah" adat (kalau mampu) .....saya kira adalah 
> sudah menjadi bagian IKHTIAR yang telah menjadi kewajiban manusia (krn ALLAH 
> tidak akan mengubah nasib suatu bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak mau 
> mengubahnya). 
>  3. Saya fikir, ....semua persepktif yang tertuang dalam milis ini bisa kita 
> ambil sebagai contoh/gambaran tentang bagaimana orang minang di rantau 
> mengetahui, mengerti, memaknai dan memahami .....serta bereaksi tentang  Adat 
> Minang. Ada yang bergerak dari pengalaman pribadi, pengalaman keluarga, 
> ........ada yang berpandangan dari sudut gender,.....dst....dst....hingga ada 
> yang mencuatkan persepktif jahiliyah.Pertanyaan nya adalah APAKAH IYA ADAT 
> MINANG YANG "SALAH"  (baca : salah / kurang / tidak relevan lagi / perlu 
> penyempurnaan) atau JANGAN-JANGAN KITA (termasuk saya sendiri tentunya) yang 
> "SALAH" (baca: kurang mengetahui / kurang memahami / kurang memaknai / tahu 
> tapi tidak mau / tahu dan mau TAPI
>  lebih suka memilih yang enak nya saja) ???? 4.  Sedemikian kompleksnya 
> keragaman kita di rantau, maka pada hari ini saya telah mendengar langsung 
> dari salah seorang Ketua KAN bahwa selama sepuluh tahun belakangan ini telah 
> banyak terjadi "pelanggaran" adat, yang salah satunya ingin saya cuatkan 
> adalah MEMPERJUAL BELIKAN TANAH DI DALAM KAMPUANG. Ketika saya mendapat 
> informasi itu dari beliau, maka reaksi saya pertama kali adalah: DI DALAM 
> KAMPUANG ATAU DI LADANG (istilah yang saya pakai utk menunjukan daerah 
> "abu-abu" dari harato pusako tinggi). Beliau jawab : "DI DALAM KAMPUANG, 
> bahkan beberapa bulan lalu Wali Nagari pun telah ikut membeli tanah di dalam 
> kampuang". 
>  Ketika pertanyaan saya berlanjut : "KOK BISA???", maka beliau menjawab dan 
> mengajar saya tentang 4 syarat harato pusako tinggi bisa di jual sambil 
> mengatakan bahwa semua surat-suratnya lengkap dan telah ditandatangani oleh 
> semua ahli waris. 
>  Ketika kemudian saya
>  merespon ajaran beliau tersebut : " Iya, saya tahu ttg 4 syarat itu, namun 
> pertanyaan saya MENGAPA DI JUAL, MENGAPA BUKAN DI GADAI SAJA,.....dan coba 
> bayangkan kalau TANAH X (yg sdh 3 kali berpindah tangan tsb) suatu saat 
> dijual ke tangan CINA  akan jadi apa ranah minang nantinya???",......maka 
> beliau menjawab: "Iya,...itulah tekanan batin saya selama beberapa tahun 
> belakangan ini". 
>  5. Jika semua dinamika tersebut di atas kita golongkan sebagai ANCAMAN 
> INTERNAL,.....maka saya tidak bisa membayangkan seperti apa RAPUHNYA kita 
> saat ini dalam menghadapi ANCAMAN EKSTERNAL. Salam, r.a 
>  -- Allahumma inna nas-aluka ridhaa-ka wa al-jannah, wa na'uudzu bika min 
> sakhati-ka wa an-naar Allahumma ghfir-lana dzunubana, wa li ikhwanina, wa 
> sabaquuna bil-imaan,wa laa taj'al fii qulubinaa ghillan lil-ladzina aamanuu 
> Rabbana innaka ghafuurun rahiim. 
> 


      

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke