Dear Buya HMA, Datuak-datuak, dan Dunsanak RN Yang Mulia,

1. Terima kasih banyak atas "bismillah" yang telah Buya sampaikan pada kami 
semua (terutama yang untuk saya pribadi). Alhamdulillah pesan Buya sdh saya 
terima utuh dan bulat.

2. Saya juga bersyukur pada Allah karena gaya menulis yang Buya pakai kali ini 
mengobati rasa rindu saya pada almarhum kakek dan nenek saya dalam diskusi 
agama.  Di satu sisi, ....barangkali akan ada yang menterjemahkan bahwa 
ibaratnya Buya sedang "MANGGOK" atau bahkan sedang "BERANG" pada si 
Ricky,.....tapi di sisi ke dua (saya sangat yakin bahwa sisi ke dua ini lah 
sebenarnya yang sedang Buya mainkan).......saya menterjemahkan bahwa ibaratnya 
Buya sedang memainkan  jurus "si ricky disemba, sedangkan yang lain dibae" atau 
"si ricky dipacik dan yang lain dikakok". ....dgn pola "lakon antagonis" yang 
luar biasa untuk menunjukan betapa besarnya rasa cinta kasih Buya pada kami 
semua di RN ini.

3. Frase dari Buya yang berbunyi : "Apakah
masyarakat Minangkabau tidak lagi memiliki kebanggaan dengan adatnya
sendiri yang terang-terang berasas kepada Kitabullah (Alquran) dan
bukan kitab-kitab yang lainnya?" dan frase "sudah
banyak anak kemenakan orang Minangkabau yang tidak mengindahkan lagi
alur syarak dan kepatuhan hukum kepada agama Islam dan kepatutan adat
yang luhur dari warisan mulia yang ditinggalkan pendahulunya" adalah telah 
menunjukan bulatnya perspektif Buya ttg adat dan agama di Minang dan sekaligus 
menjadi arahan bagi kami sbg anak dan kemanakan Buya utk berfikir dan 
bertindak. Bagi saya pribadi, frase Buya tersebut akan saya simpan dan akan 
saya tegakan ketika suatu saat ada yang "mempleset-pleset" kannya. 

4. Sadar akan kelemahan dan khilaf manusia, maka dengan setulus hati saya MINTA 
MAAF pada Buya, Datuak-datuak, dan Dunsanak di RN semua seandainya dalam 
berdiskusi selama ini saya telah terlalu banyak mencuatkan kaji lama yang 
mebuat bosan, dan juga MOHON MAAF jika ada pilihan kata yang salah, kalimat 
yang tidak tepat, salam yang miring dan hormat yang kurang ataupun "sambah" 
yang tidak ada. 

Salam,
r.a


 







--- On Sat, 3/28/09, buyamasoedabidin <buyamasoedabi...@gmail.com> wrote:
From: buyamasoedabidin <buyamasoedabi...@gmail.com>
Subject: [...@ntau-net] Re: SUDAH PERLUKAH MENGUBAH ADAT ?
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Saturday, March 28, 2009, 8:28 AM

Assalamu'alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Barangkali kita sudah perlu menjuruskan pikiran kita sekarang ini...., 

Apakah Adat bersendi Syarak (Syariat Islam), dan syarak (syariat) bersendi 
Kitabullah (Alquran), yang sudah diterima oleh masyarakat Minangkabau selama 
ini (apakah itu hasil dari Sumpah Satie Bukik Marapalam atau Fatwa Tuanku Imam 
Bonjol versi Dobin), yang nyatanya telah menjadi ciri dan sebutan atas adat 
budaya Minangkabau, dirasakan tidak sesuai lagi oleh sebagian masyarakat 
Minangkabau, sehingga kuat alasan bahwa adat (ABSSBK) yang ada seperti sekarang 
ini mesti diubah dan mungkin nanti suatu ketika akan diubah pula, karena satu 
alasan klasik sakali aie gadang sakali talatak ba ubah ... dan satu masa 
sesudah itu akan diubah usai lagi...??? 


Apakah masyarakat Minangkabau tidak lagi memiliki kebanggaan dengan adatnya 
sendiri yang terang-terang berasas kepada Kitabullah (Alquran) dan bukan 
kitab-kitab yang lainnya?

Walhasil masyarakat Minangkabau adalah beragama Islam, bukan beragama dengan 
yang lainnya, yang  secara lebih tajam disebutkan, bila ada generasi Miangkabau 
yang secara sadar atau tidak (ikut-ikutan karena trend) mengganti keyakinannya 
dari Islam, dia tidak dapat disebut orang Minangkabau lagi...


Apakah keyakinan semulia ini tidak dapat dijadikan Hak Asasi Masyarakat (HAM) 
orang Minangkabau??? 

Saya secara peribadi menjadi cemas dengan diskusi yang berkembang ini, 
sementara di alam kenyataan kini, sudah banyak anak kemenakan orang Minangkabau 
yang tidak mengindahkan lagi alur syarak dan kepatuhan hukum kepada agama Islam 
dan kepatutan adat yang luhur dari warisan mulia yang ditinggalkan pendahulunya.


Maafkan saya, bila mulai saat ini saya secara peribadi mulai menghindar dari 
mengamati diskusi ini.

Sekali lagi maaf.
Wassalam
Buya HMA


Pada 27 Maret 2009 11:30, ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> menulis:



Yang Mulia Datuak-datuak, Buya, Bapak/Ibu di RN


1. Membaca semua perspektif (yang sangat beragam) atas tema MENGUBAH ADAT dalam 
beberapa hari ini, maka mohon izin kan saya untuk kembali sedikit bertanya 
APAKAH IYA KITA SAAT INI SUDAH PERLU "MENGUBAH" (bisa dibaca sebagai 
menyempurnakan/, melengkapi) ADAT MINANG??? ADAT nya yang sudah perlu kita ubah 
(sempurnakan/lengkapi) atau BIAS nya yang sesungguhnya HARUS kita luruskan?


2. Perihal HANYA ALLAH yang MAHA SEGALANYA (termasuk MAHA SEMPURNA dan MAHA 
KEKAL), .....perihal hanya ATAS IZIN ALLAH suatu adat bisa bertahan.......saya 
fikir adalah sudah duduk di hati dan fikiran kita semua....dan SUDAH SEMESTINYA 
menjadi LANDASAN kita semua dalam berfikir dan bertindak. Namun demikian, 
perihal bagaimana kita "menjaga" dan "melestarikan" adat  atau
 bagaimana kita akan "mengubah" adat (kalau mampu) .....saya kira adalah sudah 
menjadi bagian IKHTIAR yang telah menjadi kewajiban manusia (krn ALLAH tidak 
akan mengubah nasib suatu bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak mau 
mengubahnya).


3. Saya fikir, ....semua persepktif yang tertuang dalam milis ini bisa kita 
ambil sebagai contoh/gambaran tentang bagaimana orang minang di rantau 
mengetahui, mengerti, memaknai dan memahami .....serta bereaksi tentang  Adat 
Minang. Ada yang bergerak dari pengalaman pribadi, pengalaman keluarga, 
........ada yang berpandangan dari sudut gender,.....dst....dst....hingga ada 
yang mencuatkan persepktif jahiliyah.Pertanyaan nya adalah APAKAH IYA ADAT 
MINANG YANG "SALAH"  (baca : salah / kurang / tidak relevan lagi / perlu 
penyempurnaan) atau JANGAN-JANGAN KITA (termasuk saya sendiri tentunya) yang 
"SALAH" (baca: kurang mengetahui / kurang memahami / kurang memaknai / tahu 
tapi tidak mau / tahu dan mau TAPI
 lebih suka memilih yang enak nya saja) ????

4.  Sedemikian kompleksnya keragaman kita di rantau, maka pada hari ini saya 
telah mendengar langsung dari salah seorang Ketua KAN bahwa selama sepuluh 
tahun belakangan ini telah banyak terjadi "pelanggaran" adat, yang salah 
satunya ingin saya cuatkan adalah MEMPERJUAL BELIKAN TANAH DI DALAM KAMPUANG. 
Ketika saya mendapat informasi itu dari beliau, maka reaksi saya pertama kali 
adalah: DI DALAM KAMPUANG ATAU DI LADANG (istilah yang saya pakai utk 
menunjukan daerah "abu-abu" dari harato pusako tinggi). Beliau jawab : "DI 
DALAM KAMPUANG, bahkan beberapa bulan lalu Wali Nagari pun telah ikut membeli 
tanah di dalam kampuang". 


Ketika pertanyaan saya berlanjut : "KOK BISA???", maka beliau menjawab dan 
mengajar saya tentang 4 syarat harato pusako tinggi bisa di jual sambil 
mengatakan bahwa semua surat-suratnya lengkap dan telah ditandatangani oleh 
semua ahli waris. 


Ketika kemudian saya
 merespon ajaran beliau tersebut : " Iya, saya tahu ttg 4 syarat itu, namun 
pertanyaan saya MENGAPA DI JUAL, MENGAPA BUKAN DI GADAI SAJA,.....dan coba 
bayangkan kalau TANAH X (yg sdh 3 kali berpindah tangan tsb) suatu saat dijual 
ke tangan CINA  akan jadi apa ranah minang nantinya???",......maka beliau 
menjawab: "Iya,...itulah tekanan batin saya selama beberapa tahun belakangan 
ini".


5. Jika semua dinamika tersebut di atas kita golongkan sebagai ANCAMAN 
INTERNAL,.....maka saya tidak bisa membayangkan seperti apa RAPUHNYA kita saat 
ini dalam menghadapi ANCAMAN EKSTERNAL. 

Salam,
r.a








     






-- 
Allahumma inna nas-aluka ridhaa-ka wa al-jannah, wa na'uudzu bika min 
sakhati-ka wa an-naar
Allahumma ghfir-lana dzunubana, wa li ikhwanina, wa sabaquuna bil-imaan,wa laa 
taj'al fii qulubinaa ghillan lil-ladzina aamanuu Rabbana innaka ghafuurun 
rahiim.










      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to