Di era otonomi ini sabananyo indak paralu dirisaukan masalah peran pemerintah 
pusat ka bapangaruah gadang ka daerah. Kemajuan suatu daerah adolah sangaik 
tagantuang jo ka-"Cadiak"-an pamarentah mambangun daerahnya. 

Kalau ambo caliak dan raso-an, walaupun pulang sakali-sakali, Perkembangan 
pembangunan fisik jo mental di kampuang bak cando sipuik bajalan. Perkembangan 
fisik jan kan maju .... mungkin agak suruik. Caliak selah saputaran pasa raya 
padang misalnyo .... lah bantuak bancah laweh ... indak bakatantuan lai bantuak 
no, pasa2 di kiktinggi bantuak tu lo. Baitu lo mental ... dulu SMA kawan ambo 
no 1 di sumbar kiniko masuak 10 besar se indak. Apokoh itu keberhasilan dari 
SBY-JK kah atau kemunduran dari Gamawan mamimpin sumbar. Jaweknyo tantu indak. 
Nan sabananyo adolah Pemda Otonomnyo nan banyak takalok di kurisinyo.

dn 



________________________________
From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com>
To: RantauNet@googlegroups.com
Cc: Warni DARWIS <warnidar...@yahoo.com>; Ir. Raja Ermansyah  YAMIN 
<hanni.ja...@gmail.com>
Sent: Tuesday, July 14, 2009 3:38:45 AM
Subject: Re: Bls: [...@ntau-net] PENDAPAT SAYA TENTANG KEKALAHAN JK-Win


Sanak Suryadi, bung Jepe,  dan para sanak sapalanta,
 
Saya hadir di pos JK di Jl Mangunsarkoro 1 Jkt sewaktu para tokoh Minang, dari 
Rantau dan Ranah, menyatakan -- atas nama seluruh masyarakat Minangkabau (!) -- 
akan mendukung JK, dan secara berkebetulan pula saya diminta oleh Panitia untuk 
mewakili yang tua-tua untuk disemati 'pin' JK-Win. 
 
Demikianlah, tanggal 8 Juli yang lalu saya memilih pasangan JK-Wiranto, bukan 
saja sebagai wujud kesediaan saya di muka para hadirin sebelum itu, tetapi juga 
setelah membandingkan rekam-jejak pasangan SBY-Boediono serta JK-Win dari segi 
kompleksitas dan urgensi masalah nasional yang kita hadapi.. Saya memang 
berpendirian bahwa secara politik banyak masalah nasional kita memerlukan sikap 
'lebih cepat lebih baik'. 
 
Seperti saya tulis dalan RN dan FB, saya sadar sesadar-sadarnya bahwa harapan 
pasangan JK-Win untuk menang amat kecil, oleh karena menurut penglihatan saya  
bukan saja oleh karena JK terlambat mengambil keputusan untuk maju sebagai 
capres, tetapi juga oleh karena SBY amat lambat dalam memberi keputusan 
terhadap tiga kali pendekatan, JK yang menyatakan bahwa JK tetap ingin 
berpasangan dengan SBY. [Saya tidak pernah mendasarkan pilihan saya terhadap JK 
tersebut karena beliau 'urang sumando', oleh karena sama sekali tak ada 
hubungannya.]
 
Yang menjadi perhatian saya sekarang ini ada tiga hal : 1)  reaksi [sebagian] 
urang awak setelah pasangan JK-Win kalah telak, khususnya yang di Rantau, bukan 
hanya dari pasangan SBY-Boediono, tetapi juga dari pasangan Mega-Pro. 
Seakan-akan dunia akan runtuh. Dalam hubungan ini saya jadi teringat akan 
suasana pasca kekalahan PRRI sejak 1961, yaitu tumbuhnya rasa minder urang awak 
yang secara formal berlangsung sampai tahun 1984 -- selama 23 tahun ! -- 
sewaktu Sumatera Barat memperoleh panji Parasamya Purnakarya Nugraha; 2) 
kenyataan konkrit bahwa banyak petinggi pemerintahan di Ranah sendiri justru 
berfihak pada pasangan SBY-Boediono, sehingga juga di Ranah pasangan ini menang 
telak, dan sehubungan dengan itu, 3)  mulai banyak harapan akan mendapat 
imbalan jabatan menteri di pemerintahan SBY-Boediono mendatang..[Saya agak 
risau dengan hal yang ketiga ini, karena dalam penglihatan saya sikap tersebut 
agak kurang bermartabat, seakan-akan menjadi menteri
 adalah segala-galanya.]
 
Jadi apa pelajaran yang dapat kita tarik dari pengalaman ini? Menurut 
penglihatan saya secara pribadi, sebagai berikut. 
 
Pertama, harus diakui bahwa daya tarik pasangan SBY-Boediono terlalu kuat untuk 
dikalahkan, baik oleh pasangan Megawati-Prabowo maupun oleh pasangan 
JK-Wiranto, bahkan kalaupun kedua bergabung menjadi satu .
 
Kedua, seperti ditengarai oleh banyak analis politik Indonesia, adalah 
merupakan kenyataan bahwa dewasa ini mengecilnya peranan faktor primordial 
dalam kehidupan politik, seperti faktor ras, suku, agama, atau aliran, karena 
bahkan di Sulawesi Selatan pun pasangan SBY-Boediono mendapatkan dukungan 
kuat.; Dalam harian 'Kompas", Prof Bill Liddle menengarai bahwa kini adalah 
'era ketokohan'.Apalagi daya pesona SBY didukung oleh strategi dan taktik 
kampanye yang piawai serta dukungan dana yang bagaikan tak habis-habisnya. 
 
Dan ketiga, kita orang Minangkabau perlu bersikap lebih tenang dan matang dalam 
mengambil suatu sikap politik,  sehingga sekali keputusan diambil tiada sesal 
yang muncul kalau ternyata hasilnya jagoan kita itu kalah.. Bukankah ada 
pepatah kita yang berbunyi: Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna 
? [ Saya membiasakan diri untuk tidak pernah menyesali apapun akibat keputusan 
yang pernah saya ambil, karena hal itu hanyalah akibat belaka dari keputusan 
yang saya ambil itu. Yang biasa saya lakukan adalah menilai keadaan kembali dan 
mengembangkan berbagai alternatif baru untuk masa datang.]
 
Oleh karena itu, saya hargai tinggi sikap pribadi JK yang bagaikan tanpa beban 
menilpon SBY mengucapkan selamat dan menyatakan akan menyelesaikan mandat yang 
diterimanya dari Rakyat dalam pilpres 2004 dahulu. 
 
Ringkasnya, mari akui kenyataan ini, bahwa dari segi apapun pasangan JK-Wiranto 
memang kalah kuat dibandingkan dengan pasangan SBY-Boediono; dan bahwa dalam 
berpolitik, peranan faktor primordial sudah amat jauh menurun. 
 
Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana format yang sebaiknya bagi kita yang 
masih ingin 'berminang-minang' dalam tahun-tahun mendatang ?, Masih tepatkah 
kita 'meletakkan seluruh telur dalam satu keranjang'? Ataukah kita 
konsolidasikan persatuan dan kesatuan orang Minang dalam bidang ekonomi dan 
budaya, yang kelihatannya demikian terfragmentasi, dan menyerahkan kepada 
masing-masing untuk mengambil sikap politik sendiri-sendiri ?
 
Benarkah anggapan bahwa  karena pasangan JK-Wiranto kalah telak, maka 
pembangunan di Sumatera Brat akan diabaikan oleh pasangan SBY-Boediono ? Saya 
sama sekali tidak yakin. Kalaupun benar demikian, bukankah kita punya wakil di 
DPR RI dan di DPD RI, yang berwenang menekan pemerintahan SBY-Boediono untuk 
memperhatikan Sumatera Barat ? [Lagi pula, kan SBY sudah diberi gelar adat 
Minangkabau oleh LKAAM, yang bisa diuji-coba keambuhannya sesekali ?].
 
Wallahualambissawab.

 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to