Sanak Andiko dan dunsanak lain yth.
Dulu pernah saya sampaikan asal-mula keberadaan orang Minang di Riau, yaitu 
sejak sekurangnya awal abad ke-17. Gelombang besar migrasi ini memang diminta 
oleh Sultan Siak dan malah disediakan lahan di tempat-tempat yang kita kenal 
sekarang sebagai Bangkinang, Kampar, Rokan. Dengan kata lain sebagian wilayah 
Riau sudah menjadi rantau bagi orang Minang. Dengan kata lain juga di Riau ada 
2 suku besar: Melayu dan Minang. Tapi Melayu tidak sama dengan Minang, sehingga 
seharusnya kebijakan daerah bila memang ada diskriminasi seperti itu, harus 
mengakomodasi kedua suku tersebut. Mungkin demikian dulu.
 
Wassalam,
-datuk endang


--- On Sun, 11/29/09, andikoGmail <andi.ko...@gmail.com> wrote:


Barangkali dalam konteks iko paralu dunsanak yg labiah paham 
antropologi-sosiologi untuak manjelahkan fenomena iko. Setahu ambo 
(kalau indak salah) kata Melayu awalnyo diciptakan oleh seorang 
antropolog asing untuk menyebut urang-urang asia dgn ciri-ciri tertentu 
yg wilayah hidupnyo tersebar di Mulai dari Malaysia kini sampai ke 
Nusantara yang banamo Indonesia kini. Dalam diskusi sebelumnyo muncul 
beberapa idiom yang dipakai di dunia antropologi jo sosiologi misalnyo 
Etnis, Suku/Cland, Kerajaan, Kebudayaan. Pemahaman yang samo tentang 
idiom iko akan membuat diskusi berada pada tataran yang samo. Sahinggo 
melekatkan idiom genosida pada kasus yang disampaikan oleh Pak Both jadi 
tepat. Apakah ruang lingkup genosida dalam biliak HAM itu masuak 
didalamnyo genosida kebudayaan atau identitas yang dicaritokan sebelumnyo.

Mungkin ado dunsanak dari latar belakang ilimu antropologi jo sosiologi 
yang dapek mambantu.

Salam

Andiko Sutan Mancayo

Bot S Piliang wrote:
> Pak Syaf, Pak Riri, dan Pak Jupardi...
>
> Mudah2an begitu adanya. Memang adat bertetangga adalah bergesek2an. 
> Kalau boleh saya bilang, kebijakan pemda Riau mungkin berkiblat pada 
> pemerintahan malaysia yang memberlakukan kebijakan bumiputra.
> Hal ini menurut saya syah2 saja. Memang betul, tiga atau empat hari 
> belum cukup waktu untuk mendalami apa yang sebenarnya terjadi disana.
> Saya hanya menyayangkan mengapa justru kebhinekaan itu tidak di 
> akomodir. Padahal keheterogenan itulah yang menjadi pendorong kemajuan 
> Pekanbaru. BUktinya, di hotel tempat saya menginap, mulai dari 
> resepsionis, marketing dan bell boynya adalah orang Minang, namun 
> mereka bisa memberikan pelayanan profesional karena harus bersaing 
> juga dengan karyawan dari jawa dan jakarta.
> Andaikan penduduk kota Padang juga sama heterogen seperti itu tentu 
> kita tidak adan menerima lagi keluhan tamu-tamu tentang kualitas 
> pelayanan terutama pada bisnis hopsitaliti di padang.
> Namun saya agak trenyuh juga dengan penulisan sejarah Riau, khususnya 
> daerah Kampar dan Kuansing di beberapa buku pariwisata riau dan 
> website resmi pemerintahnya. Sama sekali tidak ada campur tangan 
> Pagaruyung atau Minangkabau dalam pembentukan daerah tersebut. MEmang 
> ada perbedaan pandangan, dimana dalam buku-buku tersebut Minangkabaui 
> seringkali dianalogikan sebagai sebuah kerajaan tunggal seperti 
> kerajan2 Melayu, padahal Minangkabai lebih tepat merupakan sebuah 
> konteks kebudayaan.
> MEmang diakui, ini adalah konteks sejarah dan masa lalu. Tapi konteks 
> sejarah ini berkaitan dengan tunduk atau tegaknya kepala kita 
> menghadapi masa depan.
>
> SAlam
>  
>
> Bot Sosani Piliang
> Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream
> www.botsosani.wordpress.com <http://www.botsosani.wordpress.com>
> Hp. 08123885300
>
> --- On *Sun, 11/29/09, jupardi...@yahoo.com /<jupardi...@yahoo.com>/* 
> wrote:
>
>
>     From: jupardi...@yahoo.com <jupardi...@yahoo.com>
>     Subject: [...@ntau-net] Re: Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???
>     To: rantaunet@googlegroups.com
>     Date: Sunday, November 29, 2009, 9:10 AM
>
>     Waalaikumsallam wr wb
>
>     Sanak Bot Piliang, Pak Sa'af, Da Riri
>
>     Kalo sampe genocyde gitu nggak lah Da Riri, begitu juga apa yang
>     dikwatirkan sanak Bot seperti orang Yahudi yg menyembunyikan
>     identitasnya nggak sejauh itu amat
>
>     Saya memang merantau di Riau khususnya di Pekanbaru sejak 1993
>     sampai sekarang walau sempat berpindah kerja tapi Pekanbaru sudah
>     menjadi "home base" saya bersama klga
>
>     Yang saya rasakan memang ini "gaya-gaya" dikalangan birokrat baik
>     pemdakab maupun di Pemprov harus bernuansa melayu, bahasa
>     pergaulan sehari2 maupun seragam melayu pada hari2 tertentu dan
>     pada acara2 khusus pemerintahan, semua suku di luar suku Melayu
>     Riau atau orang Riau mau tak mau mengikuti lagak, gaya dan ragam
>     sehari2 di kalangan Birokrat berbeda saya yang diswasta mau bahasa
>     minang, jawa, sunda dan batak hajar saja nggak harus memaksakan
>     diri berbahasa Melayu
>
>     Boleh dikatakan yang melayu riau itu lebih kepada daerah2 seperti
>     Siak, Bagan, Bengkalis sedangkan daerah Kampar, kuantan, inhu
>     seperti yang sanak Bot sampaikan memang akar budayanya sama dengan
>     Minang (sejarahnya adakan silahkan sanak2 yang ahli menjelaskan
>     tentang kekuasaan raja2 Minangkabau sampai ke daerah Riau ini)
>     sedangkan daerah Pasir Pangairaian di pengaruhi atau adat terutama
>     bahasanya lebih kepada suku Mandailiang
>
>     Tentang orang Minang di Riau khususnya di Pekanbaru seperti apa
>     yang dijelaskan Pak Sa'af tetap eksis dan punya peranan penting
>     dalam gerak denyut pembangunan dan ekonomi Riau khususnya di
>     perdagangan kecil, menengah sampai besar serta bekerja di berbagai
>     sektor baik PNS dan Swasta maupun sektor Informal lainnya.
>
>     Seharusnya secara kultural dan agama tentu orang2 Riau ini lebih
>     dekat dengan orang Minang sebab bagi mereka "Melayu itu Islam dan
>     sebaliknya begitu juga dengan Minang"
>
>     Tapi namanya rumor atau sas sus memang sejak otonomi daerah ini
>     ada kesan serba "putra daerah" itu terjadi di jabatan-jabatan
>     strategis di birokrat, apaboleh buat memang ada sedikit pemikiran
>     primodial yang sempit tapi beda sama swasta yang lebih terbuka dan
>     egaliter tidak pandang suku dan agama seseorang tapi dilihat dari
>     kemampuan dan keahlian seseorang untuk berkarir (terbaca:Profesional)
>
>     Kenyataannya dulu jabatan2 strategis di Birokrat memang banyak
>     posisinya di kuasai oleh orang Minang, Batak dan Jawa sekarang
>     ya...begitulah, pandai2lah "cakap2 melayu"
>
>     Tapi yang paling penting konflik antar suku atau SARA di Riau
>     khususnya di Pekanbaru boleh dikatakan jarang terjadi dan situasi
>     cukup kondusif, sepertinya karena porsi kue di Riau sangat besar
>     dgan segala potensi SDA nya yang kaya serta peredaran uang yang
>     cukup kencang maka semua orang berpacu mendapatkan "porsi kue"
>     yang besar itu dan mengabaikan konflik2 tsb secara umum,
>     masyarakat Riau yang cukup heterogen memang disibukan dengan
>     segala aktivitas ekonomi sehari-hari lazimnya sesuatu daerah yang
>     kaya maka tentunya siapa yang energik, berusaha keras, bisa
>     memanfaatkan peluang maka akan sukses dan rata2 jujur saja saya
>     bilang etos kerja penduduk tempatan yang malas dan kurang fight
>     maka memang mereka kalah dalam merebutkan "porsi kue" yang besar
>     ini akibatnya terjadi kecemburuan "karena malas dan etos kerja
>     yang rendah" tapi maaf mereka penduduk lokalpun tidak bisa apa2
>
>     Tapi Birokrat terutama petinggi2 mereka putra daerah "yang melayu"
>     memang hebat-hebat dan kaya2 luar biasa, dari mana mereka dapat
>     semua itu..nggak usahlah saya jabarkan ya, tidak aneh lagi kalau
>     rumah mereka disini rata2 bernilai 1 milyar harganya tapi sangat
>     disayangkan masyarakat bawah terutama putra tempatan banyak yang
>     miskin, boleh dikatakan sepanjang yang saya amati dipelosok mereka
>     ini memang "dipecundangi" oleh para putra2 daerah yang duduk di
>     kekuasaan yang bergelimpang harta dan kekayaan
>
>     Terakhir
>
>     Orang Minang dimanapun akan selalu "pandai dan pandai-pandai"
>     diRantau orang seperti kata Pak Sa'af "dima bumi di pijak disinan
>     langik dijunjuang plus masuak kandang kambiang mangembek, masuak
>     kandang harimai mangaum"
>
>     Tapi ingek
>
>     Kok lah jadi harimau di nagari urang (rantau) jaan pulo
>     manggaretak kambiang tiok hari, skali skali ndak baa do he he
>     untuak manaikan gengsi dan marwah urang awak di rantau, baa tu Pak
>     Sa'af lai cocok tu
>
>     Wass-Jepe
>
>     Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
>     Teruuusss...!
>
>     ------------------------------------------------------------------------
>     *From: * "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf10...@yahoo.com>
>     *Date: *Sun, 29 Nov 2009 05:22:45 -0800 (PST)
>     *To: *<rantaunet@googlegroups.com>
>     *Subject: *...@ntau-net] Re: Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???
>
>     Waalaikumsalam ww Sanak Bot Piliang,
>
>
>     Tergelitik juga saya hendak menjawab pertanyaan ini. Kebetulan
>     saya sesekali juga datang ke Pekanbaru, karena anak dan menantu
>      bekerja di Chevron. Rumbai.Apalagi saya pernah berdinas di sana
>     selama enam tahun (1960-1966) dan masih memelihara kontak dengan
>     tokoh-tokohnya sampai sekarang.
>
>
>     Sinyalemen Sanak ini mungkin benar sekitar 40 tahun yang lalu,
>     tetapi rasanya sudah tidak demikian menonjol pada saat ini.
>     Kebetulan saya dekat dengan tokoh-tokoh Lembaga Adat Melayu Riau
>     (LAMR), dan tidak mendapat kesan adanya sikap diskriminatif
>     terhadap orang Minang. Beliau-beliau mengganggap orang Minang itu
>     juga sesama orang Melayu. 
>
>
>     Tambahan lagi, setahu saya jajaran Ikatan Keluarga Minang Riau
>     (IKMR) yang dipimpin oleh Bung Basrizal Koto -- yang sangat
>     terkemuka di daerah Riau -- secara eksplisit menganggap diri
>     sebagai orang Minang Riau,
>
>
>     Oleh karena itu, mungkin yang bung Bot Piliang rasakan itu hanya
>     ya sekedar perasaan saja. Sesuai dengan pepatah 'dimana bumi
>     dipijak di sana langit dijunjung' tidak ada salahnya kalau kita
>     perantau Minang di Riau pada umumnya dan di Pekanbaru pada
>     khususnya, lebih banyak membaur dengan penduduk setempat. Dalam
>     aspek keorganisasian -- misalnya --  lebih banyak mendekat dan
>     bekerjsama dengan LAMR tersebut. Ada beberapa tokoh Riau yang
>     terbuka untuk maksud ini, seperti Prof Drs Suwardi MS, dan Kolonel
>     Abbas Jamil. Beliau-beliau berasal dari Cerenti dan Taluk Kuantan,
>     yang secara kultural sangat Minang.
>
>
>     Wassalam,
>     Saafroedin Bahar
>     (Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
>
>     
><http://us.mc575.mail.yahoo.com/mc/showMessage?fid=Inbox&mid=1_26691132_AFFkxEIAAAvzSoF%2FLw4GFX2qLAk&sort=date&order=down&enc=auto&startMid=50&pSize=25&filterBy=&clean=&acrumb=7D5fWXteb99&.rand=236325964&cmd=msg.scan&pid=2&fn=08082009134.jpg>
>
>     --- On *Sun, 11/29/09, Bot S Piliang /<botsos...@yahoo.com>/* wrote:
>
>
>         From: Bot S Piliang <botsos...@yahoo.com>
>         Subject: [...@ntau-net] Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???
>         To: rantaunet@googlegroups.com
>         Date: Sunday, November 29, 2009, 6:39 PM
>
>         Assalamualaikum Wr Wb
>
>         Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke bumi lancang
>         kuning, tepatnya kota Pekanbaru. Kota yang sekarang sedang
>         cerahnya dengan pembangunan di berbgaai bidang. Siang dan
>         malamnya berkilau. Saya begitu kagum dan “Amaze”dengan kota
>         ini. Otonomi daerah dan minyak yang berlimpah tentu sah sah
>         saja kalau pekanbaru menjadi melesat jauh meninggalkan kota
>         rujukannya dulu, Padang.
>
>         Namun ada fenomena yang menyedihkan disana, khususnya bagi
>         orang Minang yang hidup di peknabaru, khususnya lagi Orang
>         Minang yang berkerja dalam sector formal – pemerintahan.
>         Agaknya pengakuan sebagai orang Minang menjadi sesuatu yang di
>         pantangkan disana. Suatu saat saya berkenalan dengan seorang
>         staff kejaksaan di Bangkinang. Ketika awal perkenalan, beliau
>         mengaku orang asli melayu pekanbaru, kemudian setelah
>         berbicara agak lama, ternyata aslinya orang Minang, Solok.
>
>         Intinya, kebijakan putra daerah di pekanbaru dan Riau telah
>         memaksa urang awak disana kemudian mengganti identitasnya.
>         Namun hal ini hanya terjadi pada etnis minang, etnis jawa dan
>         batak mereka tetap tegak dengan identitas kesukuannya.
>         Kekaguman saya dengan PKU, tiba-tiba hilang menjadi kecewa
>         dengan pemdanya. Saya berpikir, kisah urang Minang di Riau
>         ibarat orang Yahudi di Jerman dan Perancis pada era NaZI. Demi
>         menyelamatkan diri dari NAZI, akhirny mereka mengecat rambut
>         menjadi pirang, mengganti nama dan menyembunyikan identitas
>         yahudi mereka. Mudah2an ini hanya pandangan saya , danmudah2an
>         itu salah.
>
>         Tapi memang saya melihat adanya upaya melayunisasi di Riau.
>         Kabupaten yang masyarakatnya secara historis merupakan bagian
>         dari Minangkabau (dalam konteks social budaya), dipaksakan
>         untuk menjadi melayu-riau. Padahal tampilan visual, rumah
>         gadang, bahasa maupun kebiasaan mereka nyata-nyata sama dengan
>         kita. Sebagai contoh di Teluk Kuantan dan Bangkinang. Di
>         Bangkinang, rumah gadang lontiak yang nyata-nyata mengadopsi
>         rumah gadang Minangkabau, kemudian ditambahkan ujung atapnya
>         menjadi seperti atap rumah melayu. What the hell is this…ini
>         adalah pengelabuan sejarah.
>
>         Memang saat ini Kampar, Teluk Kuantan masuk dalam wilayah
>         Riau, tapi ini adalah wilayah secara administrative. Tindakan
>         pemda Riau untuk memelayukan penduduknyua dengan segala macam
>         dalih, sungguh suatu kebijakan yang tidak menjunjung perbedaan
>         dan kebhinnekaan.
>
>         Mungkin Mamak, Bundo dan Uda/Uni yang berdomisili di Riau
>         dapat memberikan pencerahan pada ambo. Barusan ambo membaca
>         website pemerintahan Riau, dimana Gurbernur Rusli Zainal
>         memang betul2 mencanangkan melayunisasi ini , khususnya untuk
>         kabupaten Kuansing dan Kampar….
>
>          
>
>         Salam
>
>
>
>         Bot Sosani Piliang
>         Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream
>         www.botsosani.wordpress.com <http://www.botsosani.wordpress.com>
>         Hp. 08123885300



      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke