Pak Saaf,

He he, itu nan dari kapatang ambo ndak tega manulihnyo.

Tapi mudah2an suara kawan dari sanak Bot itu hanya merupakan bagian
dari segelintir urang awak. Mudah2an sebagian besar urang awak di riau
lai bukan urang nan -saking paniknyo takuik ndak kebagian- sampai
menutupi identitasnya.

Riri
Bekasi, l, 47

On 30/11/2009, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote:
> Riri, di Riau ada delapan etnik atau suku bangsa, sehingga daerah Riau
> adalah daerah yang bermasyarakat majemuk. Namun hanya satu etnik yang suka
> mengeluh, yaitu etnik Minangkabau, urang awak.
> Baa tu ?
>
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
>
>
> --- On Mon, 11/30/09, Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org> wrote:
>
> From: Riri Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org>
> Subject: [...@ntau-net] Re: Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???
> To: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Monday, November 30, 2009, 7:03 AM
>
>
> Sanak Bot,
>
> Sabalun diskusi awak labiah dalam atau maleba, ambo ingin mengulang
> pertanyaan ambo sablunnnyo: "Apakah ini memang kebijakan pemda, atau,
> hanya perasaan orang tertentu yang takut tidak survive jika tidak
> ganti identitas?"
>
> Kalau itu memang kebijakan Pemda, mungkin kita bisa minta organisasi
> atau tokoh Minang di sana untuk komplen. Malah kalau perlu laporkan
> ini sebagai pelanggaran HAM.
>
> Tapi kalau ini hanya alasan orang2 tertentu yang merasa hanya bisa
> survive kalau menyembunyikan identitas aslinya, ya itu mau diapain,
> memang itu caranya dia.
>
>
> Riri
> Bekasi, l, 47
>
> On 29/11/2009, Bot S Piliang <botsos...@yahoo.com> wrote:
>> Pak Syaf, Pak Riri, dan Pak Jupardi...
>>
>> Mudah2an begitu adanya. Memang adat bertetangga adalah bergesek2an. Kalau
>> boleh saya bilang, kebijakan pemda Riau mungkin berkiblat pada
>> pemerintahan
>> malaysia yang memberlakukan kebijakan bumiputra.
>> Hal ini menurut saya syah2 saja. Memang betul, tiga atau empat hari belum
>> cukup waktu untuk mendalami apa yang sebenarnya terjadi disana.
>> Saya hanya menyayangkan mengapa justru kebhinekaan itu tidak di akomodir.
>> Padahal keheterogenan itulah yang menjadi pendorong kemajuan Pekanbaru.
>> BUktinya, di hotel tempat saya menginap, mulai dari resepsionis, marketing
>> dan bell boynya adalah orang Minang, namun mereka bisa memberikan
>> pelayanan
>> profesional karena harus bersaing juga dengan karyawan dari jawa dan
>> jakarta.
>> Andaikan penduduk kota Padang juga sama heterogen seperti itu tentu kita
>> tidak adan menerima lagi keluhan tamu-tamu tentang kualitas pelayanan
>> terutama pada bisnis hopsitaliti di padang.
>> Namun saya agak trenyuh juga dengan penulisan sejarah Riau, khususnya
>> daerah
>> Kampar dan Kuansing di beberapa buku pariwisata riau dan website resmi
>> pemerintahnya. Sama sekali tidak ada campur tangan Pagaruyung atau
>> Minangkabau dalam pembentukan daerah tersebut. MEmang ada perbedaan
>> pandangan, dimana dalam buku-buku tersebut Minangkabaui seringkali
>> dianalogikan sebagai sebuah kerajaan tunggal seperti kerajan2 Melayu,
>> padahal Minangkabai lebih tepat merupakan sebuah konteks kebudayaan.
>> MEmang diakui, ini adalah konteks sejarah dan masa lalu. Tapi konteks
>> sejarah ini berkaitan dengan tunduk atau tegaknya kepala kita menghadapi
>> masa depan.
>>
>> SAlam
>>
>>
>> Bot Sosani Piliang
>> Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream
>> www.botsosani.wordpress.com
>> Hp. 08123885300
>>
>> --- On Sun, 11/29/09, jupardi...@yahoo.com <jupardi...@yahoo.com> wrote:
>>
>> From: jupardi...@yahoo.com <jupardi...@yahoo.com>
>> Subject: [...@ntau-net] Re: Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???
>> To: rantaunet@googlegroups.com
>> Date: Sunday, November 29, 2009, 9:10 AM
>>
>>    Waalaikumsallam wr wb
>>
>> Sanak Bot Piliang, Pak Sa'af, Da Riri
>>
>> Kalo sampe genocyde gitu nggak lah Da Riri, begitu juga apa yang
>> dikwatirkan
>> sanak Bot seperti orang Yahudi yg menyembunyikan identitasnya nggak sejauh
>> itu amat
>>
>> Saya memang merantau di Riau khususnya di Pekanbaru sejak 1993 sampai
>> sekarang walau sempat berpindah kerja tapi Pekanbaru sudah menjadi "home
>> base" saya bersama klga
>>
>> Yang saya rasakan memang ini "gaya-gaya" dikalangan birokrat baik pemdakab
>> maupun di Pemprov harus bernuansa melayu, bahasa pergaulan sehari2 maupun
>> seragam melayu pada hari2 tertentu dan pada acara2 khusus pemerintahan,
>> semua suku di luar suku Melayu Riau atau orang Riau mau tak mau mengikuti
>> lagak, gaya dan ragam sehari2 di kalangan Birokrat berbeda saya yang
>> diswasta mau bahasa minang, jawa, sunda dan batak hajar saja nggak harus
>> memaksakan diri berbahasa Melayu
>>
>> Boleh dikatakan yang melayu riau itu lebih kepada daerah2 seperti Siak,
>> Bagan, Bengkalis sedangkan daerah Kampar, kuantan, inhu seperti yang sanak
>> Bot sampaikan memang akar budayanya sama dengan Minang (sejarahnya adakan
>> silahkan sanak2 yang ahli menjelaskan tentang kekuasaan raja2 Minangkabau
>> sampai ke daerah Riau ini) sedangkan daerah Pasir Pangairaian di pengaruhi
>> atau adat terutama bahasanya lebih kepada suku Mandailiang
>>
>> Tentang orang Minang di Riau khususnya di Pekanbaru seperti apa yang
>> dijelaskan Pak Sa'af tetap eksis dan punya peranan penting dalam gerak
>> denyut pembangunan dan ekonomi Riau khususnya di perdagangan kecil,
>> menengah
>> sampai besar serta bekerja di berbagai sektor baik PNS dan Swasta maupun
>> sektor Informal lainnya.
>>
>> Seharusnya secara kultural dan agama tentu orang2 Riau ini lebih dekat
>> dengan orang Minang sebab bagi mereka "Melayu itu Islam dan sebaliknya
>> begitu juga dengan Minang"
>>
>> Tapi namanya rumor atau sas sus memang sejak otonomi daerah ini ada kesan
>> serba "putra daerah" itu terjadi di jabatan-jabatan strategis di birokrat,
>> apaboleh buat memang ada sedikit pemikiran primodial yang sempit tapi beda
>> sama swasta yang lebih terbuka dan egaliter tidak pandang suku dan agama
>> seseorang tapi dilihat dari kemampuan dan keahlian seseorang untuk
>> berkarir
>> (terbaca:Profesional)
>>
>> Kenyataannya dulu jabatan2 strategis di Birokrat memang banyak posisinya
>> di
>> kuasai oleh orang Minang, Batak dan Jawa sekarang ya...begitulah,
>> pandai2lah
>> "cakap2 melayu"
>>
>> Tapi yang paling penting konflik antar suku atau SARA di Riau khususnya di
>> Pekanbaru boleh dikatakan jarang terjadi dan situasi cukup kondusif,
>> sepertinya karena porsi kue di Riau sangat besar dgan segala potensi SDA
>> nya
>> yang kaya serta peredaran uang yang cukup kencang maka semua orang berpacu
>> mendapatkan "porsi kue" yang besar itu dan mengabaikan konflik2 tsb secara
>> umum, masyarakat Riau yang cukup heterogen memang disibukan dengan segala
>> aktivitas ekonomi sehari-hari lazimnya sesuatu daerah yang kaya maka
>> tentunya siapa yang energik, berusaha keras, bisa memanfaatkan peluang
>> maka
>> akan sukses dan rata2 jujur saja saya bilang etos kerja penduduk tempatan
>> yang malas dan kurang fight maka memang mereka kalah dalam merebutkan
>> "porsi
>> kue" yang besar ini akibatnya terjadi kecemburuan "karena malas dan etos
>> kerja yang rendah" tapi maaf mereka penduduk lokalpun tidak bisa apa2
>>
>> Tapi Birokrat terutama petinggi2 mereka putra daerah "yang melayu" memang
>> hebat-hebat dan kaya2 luar biasa, dari mana mereka dapat semua itu..nggak
>> usahlah saya jabarkan ya, tidak aneh lagi kalau rumah mereka disini rata2
>> bernilai 1 milyar harganya tapi sangat disayangkan masyarakat bawah
>> terutama
>> putra tempatan banyak yang miskin, boleh dikatakan sepanjang yang saya
>> amati
>> dipelosok mereka ini memang "dipecundangi" oleh para putra2 daerah yang
>> duduk di kekuasaan yang bergelimpang harta dan kekayaan
>>
>> Terakhir
>>
>> Orang Minang dimanapun akan selalu "pandai dan pandai-pandai" diRantau
>> orang
>> seperti kata Pak Sa'af "dima bumi di pijak disinan langik dijunjuang plus
>> masuak kandang kambiang mangembek, masuak kandang harimai mangaum"
>>
>> Tapi ingek
>>
>> Kok lah jadi harimau di nagari urang (rantau) jaan pulo manggaretak
>> kambiang
>> tiok hari, skali skali ndak baa do he he untuak manaikan gengsi dan marwah
>> urang awak di rantau, baa tu Pak Sa'af lai cocok tu
>>
>> Wass-JepeSent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL,
>> Nyambung
>> Teruuusss...!From:  "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf10...@yahoo.com>
>> Date: Sun, 29 Nov 2009 05:22:45 -0800 (PST)To:
>> <rantaunet@googlegroups.com>Subject: [...@ntau-net] Re: Minang di tanah
>> Melayu...Melayunisasi???
>> Waalaikumsalam ww Sanak Bot Piliang,
>> Tergelitik juga saya hendak menjawab pertanyaan ini. Kebetulan saya
>> sesekali
>> juga datang ke Pekanbaru, karena anak dan menantu  bekerja di Chevron.
>> Rumbai.Apalagi saya pernah berdinas di sana selama enam tahun (1960-1966)
>> dan masih memelihara kontak dengan tokoh-tokohnya sampai sekarang.
>>
>> Sinyalemen Sanak ini mungkin benar sekitar 40 tahun yang lalu, tetapi
>> rasanya sudah tidak demikian menonjol pada saat ini. Kebetulan saya dekat
>> dengan tokoh-tokoh Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), dan tidak mendapat
>> kesan
>> adanya sikap diskriminatif terhadap orang Minang. Beliau-beliau
>> mengganggap
>> orang Minang itu juga sesama orang Melayu.
>> Tambahan lagi, setahu saya jajaran Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) yang
>> dipimpin oleh Bung Basrizal Koto -- yang sangat terkemuka di daerah
>>  Riau -- secara eksplisit menganggap diri sebagai orang Minang Riau,
>> Oleh karena itu, mungkin yang bung Bot Piliang rasakan itu hanya ya
>> sekedar
>> perasaan saja. Sesuai dengan pepatah 'dimana bumi dipijak di sana langit
>> dijunjung' tidak ada salahnya kalau kita perantau Minang di Riau pada
>> umumnya dan di Pekanbaru pada khususnya, lebih banyak membaur dengan
>> penduduk setempat. Dalam aspek keorganisasian -- misalnya --  lebih banyak
>> mendekat dan bekerjsama dengan LAMR tersebut. Ada beberapa tokoh Riau yang
>> terbuka untuk maksud ini, seperti Prof Drs Suwardi MS, dan Kolonel Abbas
>> Jamil. Beliau-beliau berasal dari Cerenti dan Taluk Kuantan, yang secara
>> kultural sangat Minang.
>> Wassalam,
>> Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
>>
>>
>> --- On Sun, 11/29/09, Bot S Piliang <botsos...@yahoo.com> wrote:
>>
>> From: Bot S Piliang <botsos...@yahoo.com>
>> Subject: [...@ntau-net] Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???
>> To: rantaunet@googlegroups.com
>> Date: Sunday, November 29, 2009, 6:39 PM
>>
>> Assalamualaikum Wr Wb
>>
>>
>>
>>
>>
>> Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke bumi lancang kuning,
>> tepatnya kota Pekanbaru. Kota yang sekarang sedang cerahnya dengan
>> pembangunan
>> di berbgaai bidang. Siang dan malamnya berkilau. Saya begitu kagum dan
>> “Amaze”dengan
>> kota ini. Otonomi daerah dan minyak yang berlimpah tentu sah sah saja
>> kalau
>> pekanbaru menjadi melesat jauh meninggalkan kota rujukannya dulu, Padang.
>>
>> Namun ada fenomena yang menyedihkan disana, khususnya bagi
>> orang Minang yang hidup di peknabaru, khususnya lagi Orang Minang yang
>> berkerja
>> dalam sector formal – pemerintahan. Agaknya pengakuan sebagai orang Minang
>> menjadi sesuatu yang di pantangkan disana. Suatu saat saya berkenalan
>> dengan
>> seorang staff kejaksaan di Bangkinang. Ketika awal perkenalan, beliau
>> mengaku orang asli melayu pekanbaru, kemudian setelah berbicara agak lama,
>> ternyata aslinya
>> orang Minang, Solok.
>>
>> Intinya, kebijakan putra daerah di pekanbaru dan Riau telah
>> memaksa urang awak disana kemudian mengganti identitasnya. Namun hal ini
>> hanya
>> terjadi pada etnis minang, etnis jawa dan batak mereka tetap tegak
>> dengan identitas kesukuannya. Kekaguman saya dengan PKU, tiba-tiba
>> hilang menjadi kecewa dengan pemdanya. Saya berpikir, kisah urang Minang
>> di
>> Riau ibarat orang
>> Yahudi di Jerman dan Perancis pada era NaZI. Demi menyelamatkan diri dari
>> NAZI, akhirny mereka mengecat
>> rambut menjadi pirang, mengganti nama dan menyembunyikan identitas yahudi
>> mereka. Mudah2an ini hanya pandangan saya , danmudah2an itu salah.
>>
>> Tapi memang saya melihat adanya upaya melayunisasi di Riau.
>> Kabupaten yang masyarakatnya secara historis merupakan bagian dari
>> Minangkabau
>> (dalam konteks social budaya), dipaksakan untuk menjadi melayu-riau.
>> Padahal
>> tampilan visual, rumah gadang, bahasa maupun kebiasaan mereka nyata-nyata
>> sama
>> dengan kita. Sebagai contoh di Teluk Kuantan dan Bangkinang. Di
>> Bangkinang,
>> rumah gadang lontiak yang nyata-nyata mengadopsi rumah gadang Minangkabau,
>> kemudian ditambahkan ujung atapnya menjadi seperti atap rumah melayu. What
>> the
>> hell is this…ini adalah pengelabuan sejarah.
>>
>> Memang saat ini Kampar, Teluk Kuantan masuk dalam wilayah
>> Riau, tapi ini adalah wilayah secara administrative. Tindakan pemda Riau
>> untuk
>> memelayukan penduduknyua dengan segala macam dalih, sungguh suatu
>> kebijakan
>> yang tidak menjunjung perbedaan dan kebhinnekaan.
>>
>> Mungkin Mamak, Bundo dan Uda/Uni yang berdomisili di Riau
>> dapat memberikan pencerahan pada ambo. Barusan ambo membaca website
>> pemerintahan Riau, dimana Gurbernur Rusli Zainal memang betul2
>> mencanangkan
>> melayunisasi ini , khususnya untuk kabupaten Kuansing dan Kampar….
>>
>>
>>
>> Salam
>>
>>
>>
>> Bot Sosani Piliang
>> Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream
>> www.botsosani.wordpress.com
>> Hp. 08123885300
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> >
>>
>
>
>
>
>
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke