PENYAKIT  KRONIS YANG SEBENARNYA

oleh : Alhaqirwalfaqir

Wabah penyakit paling parah, berbahaya dan kronis yang menimpa dunia saat ini 
ternyata bukanlah sakit jantung, kanker, tumor, paru-paru, flu burung atau yang 
lainnya. Karena penyakit-penyakit yang disebutkan tersebut, jika si 
penderitanya sabar dan redha kepada Allah maka akan mejadi penghapus 
dosa-dosanya dan mendapat nilai di sisiNya.Lalu apa sebenarnya wabah penyakit 
yang kronis menimpa dunia hari ini? Penyakit ini sering tidak dianggap penyakit 
karena dia bersifat ruhani atau maknawi, nama penyakit ini adalah penyakit 
tidak takut dan tidak cinta pada Allah SWT.

Tidak takut dan tidak cinta pada Allah adalah penyakit besar yang sedang 
melanda dunia saat ini. Orang yang tidak takut dan tidak cinta pada Allah, 
kalau dia tidak berbuat jahat pada orang lain, dia tetap dianggap jahat secara 
hakikatnya. Paling tidak menurut pandangan Allah. Jika menurut pandangan 
manusia, selagi kejahatan itu belum dilahirkan dan terjadi, dia belum dianggap 
jahat. Tetapi di sisi Tuhan, ia tetap dianggap jahat sebab sumber kejahatan itu 
sudah ada pada dirinya.

Bila manusia terjangkit penyakit tidak takut dan tidak cinta Tuhan artinya jati 
diri orang itu sudah roboh. Ketahanan dirinya sudah roboh. Bila ketahanan diri 
sudah roboh, maka dengan mudah berbagai kejahatan akan masuk ke dalam dirinya. 
Kenapa bisa begitu?karena asas kejahatan, atau tapak bagi kejahatan itu sudah 
ada di dalam hatinya. Bila orang tidak takut Tuhan, dia tidak takut hendak 
berbuat jahat dengan makhluk Tuhan. Bila orang tidak cinta Tuhan, otomatik dia 
tidak cinta dengan makhluk Tuhan. Sebab itu kalaupun dia belum mengganggu 
orang, tetapi asas kejahatan sudah ada, yakni tidak takut dan tidak cinta 
Tuhan, itu sudah dianggap kejahatan pada pandangan Allah. Jati dirinya sudah 
tumbang. Pintu kejahatan sudah terbuka luas. Ibarat bom waktu yang Maha 
Dahsyat, hanya tinggal menunggu waktu saja, hendak dibuat atau tidak.

Bila tidak takut dan tidak cinta Tuhan, terkadang dengan kejahatan orang lain, 
dia pun ikut menjadi jahat. Contoh: Misalnya dalam pergaulan, ada 
kawan-kawannya yang berbuat kesalahan, maka dia tidak tahan dan tidak sabar. 
Lantas dia marah marah. Artinya dengan kejahatan orang, dia pun ikut menjadi 
jahat, ikut mengumbar amarah dan mazmumah. Inilah yang dikatakan jati dirinya 
sudah tidak ada. Padahal yang jahat orang lain tetapi dia pun ikut berbuat 
jahat karena jati diri sudah tiada. Semestinya kalau orang lain berbuat jahat, 
biarlah orang itu saja yang jahat. Tetapi dia tidak tahan. Dengan kejahatan 
orang lain, dia pun ikut berbuat jahat. Sebab itulah kalau orang takut dan 
cinta pada Tuhan, artinya hati orang itu bersih daripada benih kejahatan. Bila 
benih kejahatan tidak ada, tidak mungkin benih itu akan tumbuh subur. Kejahatan 
dapat subur itu kalau ada benihnya. Orang berkata, benih itu kalau dipupuk dia 
akan akan subur tetapi kalau benih tidak ada,
 tidak mungkin akan subur.

Bila seseorang ada rasa takut dan cinta Tuhan, bermerbagai macam kejahatan 
susah hendak masuk dalam dirinya. Contoh, misalkan kita seorang suami, pulang 
ke rumah pukul 12 malam. Kita ketuk pintu, memberi salam, isteri tidak 
bangun-bangun. Sudah lama kita ketuk, barulah dia membuka pintu. Apa kata hati 
kita? “Mungkin dia mengantuk.Masa orang yang mengantuk tidak dimaafkan?.” Kita 
disitu masih dapat berlapang dada. Tapi kalau kita tidak takut dan tidak cinta 
Tuhan, kalaulah kita bukan seorang penampar muka isteri, amarah kita sudah 
keluar membara berkobar-kobar meruntuhkan mahligai pernikahan.

Contoh lain, kita bergaul dalam masyarakat, tiba-tiba ada orang berbuat jahat 
terhadap kita. Hati kita bersangka baik, “Dia tidak merasa agaknya, dia 
sepertinya tidak sengaja.” Ataupun kita takwilkan, “Dosa apa yang aku perbuat 
sampai Tuhan menghukumku seperti ini. Sehingga kawanku dapat berbuat jahat 
begini, padahal dia kawan baik pula. Ini pasti karena ada dosa atau kesalahan 
saya kepadanya.” Bila dia sudah memiliki rasa takut dan cinta Tuhan, dia dapat 
berlapang dada.

Kalau kita kaji secara halus atau tersirat, oleh karena Allah sebenarnya sayang 
kepada maka kita, kesalahan kita cepat dibalas supaya di akhirat berkurang 
hukuman kita.

Contohnya, ada sebuah kisah di dalam kitab.Sebuah keluarga, si suami pedagang 
emas. Dia keluar pagi, malam baru kembali. Suami isteri ini orang yang taat 
beragama. Mereka memiliki seorang pegawai lelaki yang baik. Suatu hari waktu 
suami tiada di rumah, pegawai itu mengulurkan satu barang pada isteri tuan 
rumah dari balik pintu, dari luar rumah. Mereka tidak saling memandang satu 
sama lain. Entah bagaimana waktu mengulurkan barang itu, pegawai itu tidak 
sengaja memegang tangan perempuan ini. Perempuan itu merasa pegawai itu 
memegang tangannya dengan bernafsu. Perempuan itu tidak marah tetapi dia 
berfikir dosa siapa yang menyebabkan peristiwa itu terjadi dan Allah izinkan 
terjadi. Apakah dosa dia atau dosa suaminya. Ketika suami kembali, dia bertanya 
pada suaminya,”Saya minta abang jangan berbohong. Waktu abang di toko emas 
tadi, apa yang terjadi?” Suami itu orang yang takut Tuhan. Dia berkata,”Tadi 
abang bersalah. Syaitan menggoda abang. Ada
 perempuan membeli cincin, abang sarungkan cincin dan abang pegang tangannya 
dengan bernafsu.” Perempuan itu berkata,”Patutlah saya terkena hukuman Tuhan, 
abang pun terkena hukuman Tuhan. Pegawai yang baik itu memegang tangan saya. 
Ini hukuman bagi abang.”

Inilah cerita dalam kitab. Kadang-kadang karena Allah sayang kepada seseorang, 
maka Dia tidak biarkan kesalahan hambanya terlalu lama. Tuhan menghukumnya. 
Bila orang sudah cinta Tuhan, artinya ketahanan dirinya sudah wujud. Di sinilah 
rahasia mengapa gejala negatif dalam masyarakat sulit hendak diberantas. Karena 
orang jahat dan orang yang hendak memperbaiki kejahatan itu pun sama-sama tidak 
takut Tuhan.

Antara murid dengan guru, guru pening kepala dengan kejahatan murid seperti 
membolos, tidak displin, tidak membuat pekerjaan rumah. Dia berfikir, “Jahat 
betul murid saya ini.” Kenapa dia merasakan muridnya jahat? Karana dia tidak 
membuat kejahatan seperti yang dibuat murid itu, maka dia merasa muridnya 
jahat. Tetapi sebenarnya dia pun berbuat kejahatan lain sehingga Tuhan 
membalasnya. Guru tidak tawuran, murid tawuran. Tetapi kenapa dia tidak dapat 
mendidik muridnya? Sebab dia pun berbuat kejahatan. Cuma kejahatannya tidak 
sama. Misalnya di rumah suka menempeleng isteri, dsb. Bagaimana orang jahat 
hendak memperbaiki orang jahat?

Karena itu jika terjadi gejala social negatif dikalangan pemuda pemudi, kalau 
ingin menangani kejahatan itu, guru atau menteri, jangan hanya mencari 
kesalahan pemuda-pemudi. Carilah kejahatan sendiri dan bertaubat. Kalau terus 
bertindak sedangkan kita, menteri, guru, tidak nampak kejahatan sendiri, maka 
itulah sebabnya Allah tidak menolong kita.

Oleh karena itu setiap orang yang hendak menangani gejala masyarakat, dia 
hendaklah berfikir dulu apa dosanya. Hendaklah dia bertaubat dan minta tolong 
dengan Tuhan. Barulah menangani masalah. Barulah Tuhan akan menolong. Tetapi 
ilmu ini sudah tidak diamalkan lagi sekarang. Guru nampak murid murid jahat 
tetapi dia tidak merasa dirinya jahat. Begitulah juga kalau politisi hendak 
memperbaiki masyarakat. Masyarakat ada kejahatannya sendiri manakala orang 
politik pun ada kejahatan sendiri. Mungkin dia tidak suka berkelahi seperti 
masyarakatnya tetapi mungkin dia mengamalkan sogok dan suap. Bagaimana orang 
jahat hendak memperbaiki kejahatan orang lain?

Mana ada orang sekarang mengatakan bahwa segala kejahatan adalah berawal dari 
manusia tidak takut dan tidak cinta Allah? Ini ilmu yang tersirat. Tidak takut 
dan tidak cinta pada Allah adalah sumber kejahatan.

Bagi orang yang takut dan cintakan Tuhan, dia tidak cepat bertindak. Dia 
berfikir dahulu. Mungkin suatu hal itu terjadi karena dosanya. Dia pun 
bertaubat. Kalau dia fikir-fikir tetapi dia tidak berjumpa dosanya maka dia 
bertanya kepada Allah, walaupun dia tidak tahu dosanya apa, tapi dia tahu dia 
bersalah jadi dia minta ampun. Setelah itu barulah dia minta Allah menolong 
dia. Sebab itulah Rasulullah, walaupun orang melempar batu dan pasir padanya, 
dia doakan supaya orang itu diberi petunjuk.

Jadi kalau orang berbuat jahat pada kita, kita pun hendak membalasnya, maka 
artinya kita sama-sama jahat. Orang yang baik, dia tidak akan langsung 
bertindak. Yang paling baik, dia minimal akan berfikir, apa dosanya sehingga 
ada orang yang berbuat jahat padanya. Dia senantiasa berbaik sangka atau 
khusnuzon dengan Allah. Perasaan atau hati seperti ini adalah hasil dari cinta 
dan takut pada Allah.

Jadi bagi orang yang hendak memperbaiki masyarakat, tidak boleh hanya membuat 
undang undang dan peraturan saja. Kejahatan datang dari hati yang tidak takut 
dan tidak cinta pada Allah. Mestinya kita betulkan hati dahulu supaya takut dan 
cinta kepada Tuhan.

Takut dan cinta Tuhan adalah ibu segala kebaikan. Tetapi kalau tidak takut dan 
tidak cinta Tuhan, itulah ibu segala kejahatan



Wallahu A’lam Bi sawab!



      Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke