Prof. Nursyirwan yth. Tarimo kasih atas penjelasan nan disampaikan. Karono nampakno prof alun lai menjadi anggota RN, ambo forwaikkan labiah lanjut. Wassalam, -datuk endang
--- On Sun, 2/28/10, nursyirwan effendi <neffendi...@yahoo.com> wrote: yth. dunsanak di rantau net, terimo kasih email yang telah diforwardkan. Ambo tertarik mengenai tulisan nan disampaikan oleh Datuak Endang dibawah nan ko. Tulisan manganai pemahaman kebudayaan tasabuik lah umum dilukiskan oleh para antropolog. pengertian nan disampaikan dibawah tamasuak aliran kebudayaan kognitif/simbolik. Aratinyo, kebudayaan merupakan sistem ideasional, aratinyo barikuik adolah kebudayaan terwujud barupo ide, atau gagasan, simbol-simbol dan sistem pengetahuan. Dek baitu, kebudayaan nan awak caliak indak terwujud material, namun abstrak. Meskipun baitu, kebudayaan nan ideasional ko menjadi pengatur (regulatory) bagi sejumlah tindakan yang dijalankan oleh para individu dalam komunitas mereka. Dihubungkan ka kebudayaan Minangkabau, mako adaik nan sabana adaik, dan adaik nan taradaik termasuk dalam pengertian kebudayaan tersebut. demikian saketek kontribusi ide dari ambo semoga ado manfaatnyo, wassalam Nursyirwan Effendi Department of Anthropology Faculty of Social and Political Sciences Andalas University (UNAND) Kampus Limau Manis Padang Tel. 0751-71266 (office) Tel. 0751-812495 (home) Fax. 0751-71691 0812 66 00272 (handy phone) --- On Sat, 2/27/10, Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> wrote: From: Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> Subject: Re: [ABSSBK] RE: [...@ntau-net] Persiapan KKMP To: rantaunet@googlegroups.com, abs...@yahoogroups.com Cc: neffendi...@yahoo.com, abs...@yahoogroups.com, sulita...@yahoogroups.com, minangka...@yahoogroups.com Date: Saturday, February 27, 2010, 12:09 PM Mak Darul yth. Ado nan tarutang dari penjelasan terdahulu satantang 'teori kebudayaan' manuruik urang nan sikolah. Barikuik ambo sampaikan dari satu sumber mengenai hal itu, dan alah mintak izin, Karono mamakai bahaso Malayu Tinggi, ambo sampaikan apo adonyo; mudah-mudahan ado dunsanak nan mamahami dapek manjalehkan labiah lanjut. Wassalam, -datuk endang Culture as shared knowledge Kebudayaan sebagai pengetahuan yang dianut bersama (culture as shared knowledge) merupakan satu pendefinisian yang digunakan oleh sebagian antropolog dalam membatasi ruang lingkup masyarakat dalam kebudayaan, terutama menyangkut: penelaahan esensi, homogenitas, dan kajian tentang ‘orang lain’. Hal ini karena adanya dorongan untuk menyatakan kebudayaan dalam suatu batasan tersendiri, sebagai entitas statik. Untuk menentukan kebudayaan sebagai shared knowledge, dilakukan metode sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi domain dan kategori dari ilmu pengetahuan dengan menggunakan daftar bebas untuk menguraikan elemen atau muatan dari domain. 2) Mengidentifikasi tingkat kontribusi pengetahuan/kebudayaan dengan menggunakan analisis konsensus (consensus analysis). 3) Mengidentifikasi koherensi dari pengetahuan melalui pengujian informasi dalam kelompok masyarakat. Pendefinisian kebudayaan sebagai shared knowledge berarti mengidentifikasi kebudayaan sebagai fenomena menerus, dan secara radikal dapat menyederhanakan masalah dalam mengidentifikasi kebudayaan (Caulkins). Terdapat permasalahan metodologik dalam pendefinisian culture as shared knowledge, di antaranya menyangkut data yang diperoleh, kecacatan informan, dan pandangan pribadi peneliti. Walaupun demikian hal ini dielaborasi melalui analisis konsensus untuk memperoleh kepastian pada kasus-kasus tertentu, seperti misalnya dalam pengambilan sampel, penggunaan variabel, penentuan asumsi, dan pengujian. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara berulang-ulang untuk memperoleh legitimasi (Aunger). Culture as socially learned information Kebudayaan sebagai pengetahuan yang dipelajari secara sosial (culture as socially learned information) merupakan antitesis dari pendefinisian culture as shared knowledge. Pembedaan ini, sebagaimana diungkapkan oleh Robert Aunger, karena terdapat sudut pandang yang berbeda di kalangan antropolog, yaitu idealisme dan realisme. Terdapat beberapa kritik konseptual terhadap culture as shared knowledge, yaitu : 1) Terkait asal-usul. Beberapa sistem keyakinan dalam pembentukan kebudayaan berawal dari pengaruh yang kecil dalam masyarakat, sehingga bukan pengetahuan yang umum dalam masyarakat. 2) Justifikasi yang lemah terhadap kebudayaan merujuk pada fasilitasi komunikasi yang setara dalam interaksi masyarakat. 3) Ketidaktepatan menilai karakteristik masyarakat melalui sistem nilai tunggal, padahal terdapat intrakultural dalam masyarakat. 4) Kebudayaan bukanlah aturan normatif, terkadang merupakan replika dari kondisi dinamis masyarakat. 5) Variasi merupakan suatu prakondisi dalam perubahan endogenous, sehingga dapat dilakukan pendekatan idealistik. 6) Kepentingan konsensus dapat bersifat menghalangi suatu perubahan yang dapat berlangsung dalam masyarakat. 7) Penggambaran kebudayaan secara idealistik terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang ada, karena terpengaruh oleh penggambaran individual peneliti. Untuk itu Aunger menawarkan alternatif pendefinisian, yang didasarkan pada penilaian realisme, yang terfokus pada bagaimana kebudayaan itu dipelajari dan selanjutnya ditransmisikan di antara sesama anggota masyarakat. Melalui beberapa telaah dan kritik terhadap berbagai scholars, Aunger menunjukkan bahwa kebudayaan ditumbuhkan dalam pengalaman individu sebagai pengetahuan yang dapat dikenali dan dipahami. Karena itu frekuensi peristiwa kebudayaan menjadi penting, sebagai pendalaman pengetahuan bagi setiap anggota masyarakat. Baik Aunger maupun Caulkins sepakat bahwa kebudayaan merupakan suatu pengetahuan. Untuk pendefinisian dilakukan analisis konsensus (consensus analysis) sebagai perspektif teoritis, yaitu : 1) Perspektif integrasi dilakukan untuk fokus pada manifestasi kebudayaan secara homogen dan suatu sistem kebudayaan yang kuat. 2) Perspektif diferensiasi dilakukan bila fokus pada manifestasi kebudayaan tidak memiliki penafsiran yang konsisten. 3) Perpektif fragmentasi dilakukan untuk mengkonseptualisasi hubungan yang kurang jelas konsistensinya. Walaupun demikian terdapat dua kekurangan dalam analisis konsensus: a) Kajian ini bersifat relatif pada pusat permasalahan, namun mengabaikan permasalahan pada periferi maupun detail. b) Kajian ini membutuhkan keakraban dengan lokasi dan masyarakat di dalamnya, sehingga perlu dilakukan penelitian berulang untuk memperoleh legitimasi. Pendekatan Aunger ini dapat dikritik ketika dia menolak pernyataan D’Andrade tentang kebudayaan merupakan transmisi (pewarisan) dari sistem keyakinan dalam masyarakat, dan bukan merupakan keseringan peristiwa budaya dalam masyarakat. Dalam beberapa hal pendapat D’Andrade dapat dibenarkan, karena terdapat beberapa peristiwa budaya yang berlangsung dalam kurun jangka panjang dan juga dilakukan pada suatu kondisi tertentu yang tidak biasa. Dinamika masyarakat yang berkembang saat ini pada khususnya juga menyebabkan pengalaman individual bisa menjadi tidak konsisten, dan tidak relevan untuk mempengaruhi penilaian sistem nilai (kebudayaan) di dalam masyarakat. Lebih lanjut kritik Aunger terhadap Strauss dan Quinn juga mengabaikan the deep structure yang tumbuh dalam masyarakat. -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe