Angku doto Abraham na di muliakan, sanak Yansen dan Andre sucitra yg dihormati......
stelah duo hari mengamati koment2 dari antum semua, saya setuju sekali kepada paragraf terakhir dari tulisan angku doto Abraham, bahwasanya kita berselisih faham karena kita mempertahankan "muallim" yang berbeda fahaman...di mana para"muallim" ini bukan hanya berbeda dari segi pandangan tentang furu'iyyah dalam agama, tetapi dari basic lagi sudah berbeda...yaitu dari cara pendekatan mereka memahami ilmu Tauhid(ushuluddin)...tentu saja pereka pun akan berbeda dari segi Fikh...dan akan lebih jauh berbeda jika mereka melangkah ke Tasawwuf....apakah antum sadar akan hal ini???? jadi sebenarnya antum bukan berdalil...tetapi hanya mengemukakan dalil yg antum baca dari ulama yg antum ikuti saja, dalam bahasa ilmu nya bertaqlid...sebagai contoh, antum membawakan dalil dari nash alquran...bahwa Agama islam itu sudah sempurna, tak seorang pun yg mengikngkarinya..masalalahnya para ulama berbeda pendapat mentafsirkan perkataan sempurna yg di maksudkan oleh Allah itu konotasinya kemana???ayat sebelumnya membicarakan tentang apa...dan ayat setelahnya menyebul tentang apa???kalau kita mentafsirkan ayat2 alquran untuk membentengi pendapat kita saja, tidak adil rasanya...di sini lah perlunya Ulama yang bertaraf Tajdid atau di sebut Mujaddid...beliau bisa mentafsirkan sesuatu ayat itu sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul, tetapi bisa difahami oleh umat yg berada di akhir zaman seperti kita2 ini.... silakan bertaqlid kepada siapa antum semua bertaqlid, tanpa memfonis sesuatu amalan orang lain sebagai perbuatan ahlul bid'ah...karena mereka juga bertaqlid kepada ulama yg mereka yaqini bisa memimpin amal ibadah mereka di terima oleh Allah azza wa jalla... selain hanya membaca referensi kita2 yg biasa antum baca, cobalah telusuri sejarah para ulama yg terdahulu...seperti Imam Malik, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Hanafi, atau Imam Syafi'i..telusuri bagai mana mereka menuntut ilmu, bagai mana proses ilmu itu mereka ambil...ketelitian mereka dalam membuat kesimpulan terhadap hukum sesuatu...dan yang terpenting...sifat wara' mereka...dalamnya mereka mengenali Rabb...mereka bukan hanya menjauhi yang haram, bahkan mereka sangat takut kepada yang makruh, yg subhahpun mereka jauhi..mereka bukan hanya beramal dengan yang wajib, bahkan mereka juga mewajibkan atas diri sendiri sesuatu yang sunnat....dan yang paling penting...pelajari sifat toleransi mereka jika mereka tak sependapat tentang sesuatu hukum... bandingkan dengan diri kita yang hanya baca kitab yang mutaakkhir...kadang2 cuma foto copy saja...malu deh..... ini kali kedua saya menghimbau supaya polemik ini di hentikan, ini bukan indahnya diskusi seperti yang di utarakan oleh sanak andre sucitra ( kalo ngga salah)... akhia nyo ambo minta maaf ka mamak2 nan mungkin lah geleang kapalo mancaliak kamanakan2 ba sitagang urek dek karano amal nan hanyo bak cando rantiang aluih di dalam gadangnyo ugamo nan kito sanjungi ko...dek sibuk dek mampatangkakan nan Bid'ah lah lupo gereja lah baserak...... wassalam, ryan 42 suku piliang, domisili Ipoh ________________________________ From: Sri Yansen <syan...@yahoo.com> To: rantaunet@googlegroups.com Sent: Tue, March 2, 2010 10:00:46 AM Subject: Bls: Bls: [...@ntau-net] Maulud Nabi Muhammad Assalamualaikum Pak Abraham Maaf Pak Abraham, cubo baco juo Artikel terkait nan ado disampingnyo Kalau untuak mancari kato Maulud, .....disiko ambo kuduang saketek tulisan nan ado di artikel Mengenal Seluk Beluk BID’AH (3): Berbagai Alasan Dalam Membela Bid’ah [Bagian Ketiga dari 4 Tulisan] ... 5] Semua Umat Islam Indonesia bahkan para Kyai dan Ustadz Melakukan Hal Ini Ada juga yang berargumen ketika ritual bid’ah –seperti Maulid Nabi- yang ia lakukan dibantah sembari mengatakan, “Perayaan (atau ritual) ini kan juga dilakukan oleh seluruh umat Islam Indonesia bahkan oleh para Kyai dan Ustadz. Kok hal ini dilarang?!” Alasan ini justru adalah alasan orang yang tidak pandai berdalil. Suatu hukum dalam agama ini seharusnya dibangun berdasarkan Al Kitab, As Sunnah dan Ijma’ (kesepakatan kaum muslimin). Adapun adat (tradisi) di sebagian negeri, perkataan sebagian Kyai/Ustadz atau ahlu ibadah, maka ini tidak bisa menjadi dalil untuk menyanggah perkataan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa meyakini bahwa adat (tradisi) yang menyelisihi sunnah ini telah disepakati karena umat telah menyetujuinya dan tidak mengingkarinya, maka keyakinan semacam ini jelas salah dan keliru. Ingatlah, akan selalu ada dalam umat ini di setiap waktu yang melarang berbagai bentuk perkara bid’ah yang menyelisihi sunnah seperti perayaan maulid ataupun tahlilan. Lalu bagaimana mungkin kesepakatan sebagian negeri muslim dikatakan sebagai ijma’ (kesepakatan umat Islam), apalagi dengan amalan sebagian kelompok? Ketahuilah saudaraku semoga Allah selalu memberi taufik padamu, mayoritas ulama tidak mau menggunakan amalan penduduk Madinah (di masa Imam Malik) –tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah- sebagai dalil dalam beragama. Mereka menganggap bahwa amalan penduduk Madinah bukanlah sandaran hukum dalam beragama tetapi yang menjadi sandaran hukum adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu bagaimana mungkin kita berdalil dengan kebiasaan sebagian negeri muslim yang tidak memiliki keutamaan sama sekali dibanding dengan kota Nabawi Madinah?! (Disarikan dari Iqtidho’ Shirothil Mustaqim, 2/89 dan Al Bid’ah wa Atsaruha Asy Syai’ fil Ummah, Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali, 49-50, Darul Hijroh) Perlu diperhatikan pula, tersebarnya suatu perkara atau banyaknya pengikut bukan dasar bahwa perkara yang dilakukan adalah benar. Bahkan apabila kita mengikuti kebanyakan manusia maka mereka akan menyesatkan kita dari jalan Allah dan ini berarti kebenaran itu bukanlah diukur dari banyaknya orang yang melakukannya. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala, وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al An’am [6] : 116) Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberi kita taufik untuk mengikuti kebenaran bukan mengikuti kebanyakan orang. ciek lai Pak Abraham bari maaf ambo sabalunyo, karano ambo indak punyo kapasitas jo ilmu nan cukuik untuak memperdebatkan masalah agamo ko,. ambo cuma manaruihkan artikel nan pernah ambo baco, siapo tahu ado nan bisa maagiah penjelasan nan labiah. salam, Sri Yansen Tanjung bagala Panduko Sutan 38/lk/bojongsari ________________________________ ________________________________ Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe