Asslamulaikum wr wb

Pak Muchlis Hamid nan ambo hormati, "Deklarasi Koto Baru Solok 2005" lahir 
karena ada kebersamaan antar seluruh elemen masyarakat minangkabau di kab. 
Solok. Bupati saat itu adalah pak Gamawan Fauzi yang sudah memimpin kab. Solok 
hampir 10 tahun dan sangat memahami kondisi yang ada di masyarakat solok. 
Sejalan dengan itu, komunikasi antara LKAAM Solok dengan KAN yang ada di 
wilayah 
pemerintahan kab. Solok cukup baik, sehingga bisa dicapai musyawarah & mufakat.
 
Namun hal ini sedikit berbeda apabila kita membahas ditingkat provinsi, dimana 
sejatinya Pemrov Sumbar adalah perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Saya 
kira hal ini yang menjadi kurang sinkronnya peran LKAAM Sumbar terhadap 
kepentingan masyarakat Minangkabau. Umum pengurus LKAAM Sumbar bukan perwakilan 
dari 11 kabupaten & 7 kota di Sumbar bahkan dari ratusan KAN masing-masing yang 
ada di pelosok minangkabau. Sehingga 10 tahun saya menetap di Padang, geliat 
LKAAM memang kurang memberikan hasil yang cukup untuk lebih menguatkan posisi 
masyarakat Adat di NKRI. 

Pada masa kepemimpinan Alm. Kamardi Rais Dt. P. Simulie memang cukup memberikan 
"greget', namun sebagaimana yang kita ketahui beliau berpulang mendahului kita 
semua 25 Oktober 2008 yang lalu. Saya sendiri pernah berdikusi dengan beliau 
sebanyak 3 kali seumur hidup saya, dan pernah saya tanyakan mengapa kita 
bermusyawarah untuk mencapai mufakat menindaklanjuti hasil seminar pada tahun 
2006 di hotel Inna Muara. Beliau menjelaskan, untuk melakukan hal itu perlu 
dana 
yang cukup besar, dimana untuk mengharapkan sokongan penuh dari Pemprov cukup 
sulit karena perekonomian Sumbar tidaklah melakukan hal itu, sebab dikusi saya 
waktu itu diawal 2008, dimana Sumbar baru saja dilanda bencana gempa 2007. 
Bagaimana dengan perantau? beliau hanya menyebutkan insya Allah akan ada jalan 
menuju kesana. 

Saya kira hal ini adalah wajar, karena beliau memimpin LKAAM Sumbar mulai 1999, 
dimana Indonesia yang kita cintai ini baru saja "petai-petai" dihantam krisis 
ekonomi "nan mambuek negara awak taduduak". Ketika saya mendengar informasi 
Gebu 
Minang akan mengadakan KKM, saya pernah menyindir pak Saaf via facebook di 
page/halaman Intelektual Minang Dalam Tigo Tungku Sajarangan apakah ini bukan 
intrik politik, karena menurut saya pribadi apabila menggunakan kata Kongres 
pada sebuah alek yang bertajuk "Minangkabau" harus menyertakan 630 Nagari & 64 
KAN yang ada di 11 Kabupaten & Kota.

Tingkat perekonomian Sumbar yang juga kalah dengan "adik" se provinsi "Sumteng" 
juga melihat kecenderungan berfikir masyarakat minang di Sumbar lebih 
bergantung 
pada Pemda. Dimana semangat ini memang jauh berbeda dilihat pada masyarakat 
minang diperantauan yang dominan bergerak sektor wirausaha & perusahaan swasta. 
Hal ini dipengaruhi pula dengan minimnya perusahaan swasta yang bergerak di 
wilayah Sumbar apabila kita membandingkan pada provinsi lain di Sumatera. 
 
Bagi saya, yang pernah aktif sebagai organisator semasa kuliah di Universitas 
Riau Panam Pekanbaru, kondisi riil alam demokrasi lembaga/organisasi di Sumbar 
jauh lebih "tertutup" dibandingkan dengan Provinsi Aceh, Sumut, Riau, Jambi, 
Bengkulu ataupun Lampung. Asumsi ini saya peroleh selama pengalaman 
berorganisasi di HMI Pekanbaru & Himpunan Mahasiswa Agronomi se BKS Barat 
(Sumatera, Banten/Jabar & Kalimantan Barat). 


Sebagai masyarakat minangkabau kita mengaku "egaliter", namun saya melihat hal 
ini jauh dari semangat itu. Saya juga memaklumi, bahwa kita (di Sumbar) lebih 
suka berkata-kata dari pada bekerja. Padahal kearifan lokal budaya minangkabau 
tidak mengajarkan hal itu. Memang diperlukan sebuah "sinergi bersama" untuk 
meremajakan kembali psikologis mentalitas kita sebagai masyarakat minangkabau.

Angku, mamak, bundo sarato dunsanak sapalanta rantaunet. Seiring kembalinya 
ranah minangkabau pada sistem pemerintahan nagari, yang menurut saya kita dalam 
masa transisi setelah 20 tahun mencoba berdesa-desa, ada banyak bengkalai yang 
memang harus kita dudukan bersama, saya kira SC KKM tidak ingin menjabarkannya 
secara rinci, karena sama saja memberikan "pisang nan alah takubak" pada kita 
semua masyarakat minangkabau. Semoga membuka mata hati kita, berpikir dalam 
konsep "minangkabau yang satu", bukan dalam konsep "kaum per kaum' atau "nagari 
per nagari", semoga bermanfaat, amin ya Rabbal alamin.

Wasalam 

AZ - 32 th
Padang



________________________________
Dari: Muchlis Hamid <hamid_much...@yahoo.com>
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Cc: Mafri Amir <mafri_a...@yahoo.com>; Zulfison MA <zulfi...@yahoo.com>
Terkirim: Rab, 15 September, 2010 11:19:57
Judul: Re: Fw: [...@ntau-net] Kegagalan KKM atau Belum? ---> Aaa Juo Lai....????


Sanak Yth,
Setentang kitabullah dalam ABS-SBK dibahas juga dalam Mubes Masyarakat Solok 
2005. Coba lihat "Deklarasi Koto Baru Solok 2005" melalui mesin pencari atau 
melalui soloksaiyosakato.wordpress.com.
Salam,
Muchlis Hamid

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke