Terima Kasih pak AI atas responnya, memang pesan itulah yang ingin saya 
sampaikan. Bahwa filosofi kultural minangkabau tidak memerlukan seorang 
pemimpin 
yang pintar namun lebih dibutuhkan pemimpin yang salig mendengarkan sehingga 
kebersamaan timbul dengan sendirinya. Tentunya kaum alim ulama pada akhirnya 
yang menjaga batas dari hasil mufakat tersebut agar tetap sesuai dengan kaidah 
agama nan bana tagak sandirinyo.

wasalam

AZ - 32 th
Padang

menjadi pemimpin tidak harus pintar, namun harus memiliki kebijaksanaan.
sebab pintar berbeda dengan bijaksana    



________________________________
Dari: Abraham Ilyas <abrahamil...@gmail.com>
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Terkirim: Sel, 8 Februari, 2011 23:05:00
Judul: Re: [R@ntau-Net] Bahaya Dari Sebuah Kekuasaan

Dinda Armen Zulkarnain nan ambo hormati

....Yang menjadi tanda tanya besar bagi saya adalah, mengapa Bung Karno yang  
sudah beberapa kali dibuang oleh pemerintahan kolonial Belanda - turut  jatuh 
bangun memperjuangkan kemerdekaan - sampai terjerumus dalam daya  tarik haus 
kekuasaan.

mungkin syair dibawah iko mancubo maagiah saketek jawaban untuak pertanyaan tsb.

III. Dwitunggal Soekarno-Hatta

Adalah Dwitunggal pemimpin Indonesia
Soekarno Hatta saling bersetia
Cita cita mereka sangat mulia
Menjadikan bangsa dikenal dunia

Walau keduanya sama cerdik
Soekarno dan Hatta berbeda genetik
Bung Karno maniak kekuasaan politik
Hatta berprilaku mamak pendidik

Karena berbeda di dalam visi
Hatta sukarela menarik diri
Dari jabatan memerintah negeri
Biarlah Soekarno berkuasa sendiri

Itulah jaman penuh horor
Saat presiden jadi diktator
Kalau tak setuju langsung diteror
Mereka dituduh sebagai provokator

Ketika perang dingin sedang berlangsung
Bung Karno membuat poros penting
Jakarta, Phnomphen, Pyongyang dan Beijing
Poros ditunggangi bahaya kuning

Kalau dilihat filosofi budaya
Asal muasal memang berbeda
Luhak ber pengulu, Rantau ber raja
Soekarno memerintah bak raja Jawa

Meniru raja di jaman kuno
Demokrasi terpimpin ciptaan Soekarno
Demokrasi Pancasila buatan Suharto
Ujudnya kawulo menanggung resiko

Ketika raja mengatur negeri
Kawula identik dengan kuli
Undang-undang dibuat seorang diri
Supaya tahta tetap berdiri

Di dalam sistem model kerajaan
Kawula hidup dalam kemiskinan
Harta ditumpuk berjumlah trilyunan
Untuk anak cucu tujuh turunan

Bila Anda belajar demokrasi
Lihatlah pengulu saat berdiskusi
Tidak memaksakan kehendak sendiri
Minta pertimbangan kanan dan kiri

Bukan seperti orang berdebat
Kanan dan kiri diminta pendapat
Mereka dianggap sebagai sahabat
Semua keputusan hasil mufakat

salam
Abraham Ilyas
http://nagari.or.id/?moda=menang/

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke