Mingkin untuaka panuka salero turih caliak pulo baa layanan di nagari
jiran, misanyo caliak ka Pulau Tioman. Ingin pulo awak tahu baa
bedanyo dan ijmpresi urang lapau nan suko turih
http://www.cuti.com.my/Sub/Pahang/guide_tioman.htm
--MakNgah
Sjamsir Sjarif


On Feb 14, 10:08 pm, jupardi andi <jupardi...@yahoo.com> wrote:
> Apa yang dibilang dan dirasakan oleh  Om Duta juga dirasakan oleh kami-kami
> rombongan Keluarga Besar RantauNet (KB RN)
>
> Sesuatu yang diluar perkiraan saya (kami) atas layanan dari manajemen "The New
> Sikuai Island Resort" (disingkat Sikuai)
>
> Melihat segala foto-foto, pamphlet dan brosur  tentang Sikuai di Internet dan
> hasil jepretan Nofrins dan rekan photographer di dunia saiber dalam bayangan
> saya ini bukanlah sebuah beach resort “kelas kambing”, Jika kami harus 
> membayar
> mahal sesuatu yang sudah diperhitungkan sebelumnya, kami tentu siap dari segi
> financial dan sedikit merogoh kocek yang agak dalam dengan harapan disamping
> dimanjakan oleh keindahan alam pantai dengan segala isinya (lingkungan) 
> tentunya
> dimanjakan juga dengan layanan yang prima dari pengelola Sikuai. Tapi
> kenyataannnya Sikuai Resort yang mempunyai kekuatan dari segi keindahan
> bentangan pantai yang mengelilingi pulau tersebut  menjadi  “lemah” ketika
> pelayanan tidak memuaskan pengunjungnya.
>
> Inilah beberapa catatan layanan (service) dari Sikuai yang rasa-rasanya jauh
> dari memuaskan seperti diibaratkan Om Duta "Resort harganya bintang 5, tapi
> layanannya seperti hotel kelas melati"
>
> 1. Registrasi di AW Resto Muara
>
> Kami Keluarga Besar RantauNet (KB RN ) ke Sikuai dalam bentuk rombongan utuh 
> (25
> orang) seharusnya layak dapat perhatian khusus dari manajemen Sikuai paling
> tidak ketika rombongan kami datang mereka harus menyambut dan bertanya dengan
> ramah, lalu tas/kopor kami disatukan pada suatu tempat yang memudahkan untuk
> dimuat kedalam kapal yang akan membawa rombongan ke Sikuai. Kami diregistrasi
> satu persatu disebuah ruangan dan lansung membayar sesuai pesanan kamar secara
> manual dan antri tentunya memakan waktu yang lama
>
> Ketika Om Duta melakukan pembayaran sesuai kamar yang dia pesan bertanya pada
> petugas registrasi/kasir
>
> "Bisa bayar di gesek (maksudnya : pakai kartu kredit")
>
> Resepsionis Sikuai di AW Resto sambil tersipu malu menjawab dengan alasan yang
> cukup klasik "jaringan tidak berfungsi Pak buat pembayaran pakai kartu kredit"
>
> Itu artinya anda harus siap-siap dengan pembayaran uang tunai jika ke Sikuai,
> syukur  rombongan RN semuanya telah siap dengan uang tunai bahkan keluarga Uni
> Dewi Mutiara sebanyak 8 orang  (terpaksa) melakukan pembayaran secara tunai
>
> 2. Keberangkatan dari dermaga AW Resto ke Sikuai
>
> Tidak ada layanan "yang memanjakan" dari manajemen Sikuai, kami harus 
> mengangkut
> kopor dan barang bawaan masing-masing, bahkan suami Ni Dewi, Uda Fahmi sibuk
> membantu menyambut kopor dan barang bawaan kami dari dermaga ke atas kapal.
>
> Perjalanan dari Dermaga AW Resto menuju Sikuai ditempuh selama lebih kurang 1
> jam keluar dari mulut muara Padang lalu menyisir pesisir pantai. Kami diantar
> dengan kapal kayu beratap tenda biru, ada juga diantara kami yang kaget sambil
>  berkata “bukan dengan kapal pesiar yang bagus ini kita dibawa kesana “
> (kebetulan di kapal kayu yang menyangangkut kami bersandar kapal pesiar yang
> kami harus lewati  untuk menuju kapal kayu yang akan mengangkut rombongan)Saat
> itu cuaca sangat cerah lautan cukup tenang dengan gemircik ombak kecil
> sekali-kali menghempas badan kapal yang melaju dengankecepatan sedang
>
> Perjalanan tersebut pihak pengelola Sikuai tidak menyediakan  baju pelambung, 
>  
> sungguh sesuatu yang sangat beresiko fatal jika terjadi hal-hal yang paling
> buruk dalam perjalanan
>
> Seperti kata petuah ninik kita yang terkenal
>
> "Lauik sati rantau batuah" dan "malang sakico mato mujua sapanjang hari"
>
> Jika lautan sati itu membawa malang sakicok mato dalam perjalanan dipastikan
> kami para rombongan tanpa baju pelampung akan menjadi korban keganasan lautan
> ditelan dan digulung ombak apalagi dalam rombongan KB RN juga ikut serta
> anak-anak. Disaat yang bersamaan teman saya lagi berlibur kesebuah beach 
> resort
> di Senggigi NTB dan mengirim sebuah foto ke BBM sedang melakukan perjalanan
> dengan kapal  kayu terbuka juga tapi semuanya menggunakan baju pelampung warna
> warni. Bagaimanapun kondisi cuaca bahkan ketika lautan teduh, tidak 
> bergelombang
> dan aman tapi baju pelampung adalah sesuatu yang wajib disediakan . Cukup
> panjang pengalaman saya bermain-main di lautan dan melakukan perjalanan 
> singkat
> dengan kapal kayu terbuka (longboat) ketika di Pulau Sipora Mentawai, terbukti
> kalau “lautan itu sati (sakti)” ketika itu saya berangkat dari camp Berimanua
> menuju Tua Pejat dengan longboat saat berangkat begitu teduhnya perairan tapi 
> 45
> Menit setelah itu menjelang sampai di Tua Pejat tiba-tiba perarian bergejolak
> dengan hembusan angin dan arus laut yang cukup kuat serta ombak “bermain-main”
> menghempas bibir longboat kami, operator longboat saya ketika itu cukup ahli
> dalam mengendalikan longboat dengan mesin tempee  40 PK serta bermain lincah
> diantara puncak ombak dan   mengikuti arah arus laut (mandorek) serta 
> menghindar
> secepatnya sebelum ombak memecah yang akan masuk ke dalam longboat kami.
> Semenjak kejadian tersebut jika saya melakukan perjalanan yang panjang dengan
> longboat seputar peraiaran pulau Sipora dalam kondisi apapun cuaca tetap 
> memakai
> baju pelampung.
>
> Pihak Sikuai sama sekali menjelang keberangkatan jangankan memberikan dan
> menginstruksikan kami agar memakai baju pelampung  bahkan untuk   memberi
>  arahan tentang keselamatan perjalanan sajapun tidak, di kapal kayu hanya
> tersedia 3 atau 4  pelampung “kuno” berbentuk ban stereo foam getas dan
> keras.Bisa anda bayangkan jika terjadi sesuatu yang membahayakan saat dalam
> perjalanan  dengan kapal kayu rombongan yang berjumlah sekitar 30 Orang harus
> mengapung dengan apa sebelum pertologan datang.
>
> 3. Sambutan di Dermaga Sikuai Resort yang dingin dan hambar
>
> Rombongan KB RN akhirnya setelah menempuh perjalanan laut menyusuri pesisir
> pantai sekitar 1 Jam sampai di Dermaga Sikuai Resort, Kapal kayu di tambat, 
> Uda
> Fahmi yang tidur-tiduran di haluan kapal sigap melempar tali serta salah 
> seorang
> petugas Sikuai Resort menyambut tali tersebut serta menambatkan kapal. Sungguh
> sambutan yang hambar dan dingin dari manajemen Sikuai tiadak ada satupun
> petinggi Resort menyambut kami dengan sebuah senyuman ramah lalu mengucapkan
> sapa ramah “say hello” seperti “Selamat Datang Rombingan KB RN di Sikuai 
> Island,
> Semoga anda semuanya bisa bersenang-senang  menikmati segala keindahan pantai
> Sikuai  bla..bla..bla dan seterusnya. Seperti biasa kami sibuk saling membantu
> memangkat kopor kedalam gerobak yang disediakan pengelola Sikuai untuk dibawa 
> ke
> kamar masing-masing . Kami menuju restoran sekaligus kantor  Sikuai Resort 
> untuk
> registrasi ulang serta mengambil kunci kamar sesuai pesanan dan harga yang 
> telah
> kami bayarkan di AW Resto.
>
> Welcome drink ?..ahaa sungguh menyedihkan, di pintu masuk restoran hanya
> tergeletak sebuah tabung plastic transparan segi empat berisi air sirup
> dinginserta beberapa gelas kecil ini mengingat saya masa remaja dulu ketika 
> SMP,
> anda pasti tahu dong terminal oplet Goan Hoat Pasar Raya Padang ketika itu
> bertaburan penjualan minuman cincau dan aneka minuman sirup warna warni dalam
> tabung plastic segi empat transparan nah perish seperti itu disediakan oleh
> pihak Sikuai pada kami welcome drink nya.
>
> Perjalanan 1 jam dengan cuaca terik menyusuri pantai tentunya kami sangat
> dahaga, akhirnya saya mengambil gelas kecil dan memutar kran tabung air 
> tersebut
> dan menikmati minuman sirup rasa ala kadarnya. Saya suka bercanda dengan anak
> saya jika minuman berwarna warni pakai es dan tidak jelas asal usul serta
> rasanya kurang berkualitas maka saya punya istilah “rasa kencing kuda”. 
> Selesai
> saya minum satu gelas kecil anak saya yang paling kecil, Zidane menatap saya
> sambil bertanya “rasa kencing kuda ya Pa” ha ha ha saya ketawa ngakak sambil
> berkata “iya Dan..mau ?”
>
> Alangkah nikmat dan bagusnya pelayanan jika kami sampai di Dermaga disambut
> dengan segelas jus segar aneka buah tropis yang dingin (Punch Fruits Juice)
> dengan hiasan seiris tipis jeruk lemon dibibir gelas, sangat ramah kan ? dan
> katanya The New Sikuai Island Resort berkelas internasional lalu dimana “the
> New” nya ini…Bos ?
>
> 4. Fasilitas Kamar
>
> Nah ini dia hampir semua kami mengeluh mulai listrik yang mati disiang hari 
> dan
> mulai dihidupkan jam 5 Sore sampai jam 10 pagi keesokannya sampai beberapa 
> lampu
> kamar tidak beres yang paling mengesalkan di kamar Uni Dewi dan Klga AC Mati
> tidak berfungsi..sekali lagi AC Mati, pihak pengelola menyarakan pindah kamar
> saja Pak , Freon AC habis belum datang dari Padang. Walah
> walah..weleh..solusinya hanya dua kata saja “pindah Kamar” sementara
> barang-barang bawaan sudah berada dikamar yang ber AC Mati. Apakah mereka 
> tidak
> melakukan pengecekan terakhir atas sebuah kamar yang akan diisi pengunjung,
> apakah mereka (pengelola) tidak membuat sebuah Check List seperti halnya
> resort-resort berkelas internasional ?.
>
> Afrijon rekan kami yang sebelah kamar dengan saya seperti orang senewen dan
> uring-uringan ketika siang hari listrik mati semua Gadget terkininya lowbat 
> dan
> membuat dia tidak bisa berkomunikasi di dunia maya serta berkomunikasi dengan
> keluarga dan handai tolannya dan beberapa kepentingan pekerjaan yang harus dia
> kirim via email saat itu. Seharusnya pengelola Sikuai jikapun berhemat dalam
> pemakaian energy listrik (BBM) disiang hari tentu sudah memikirkan bagaimana
> mengelola arus listrik dengan baik, hemat dan efesien artinya listrik yang 
> hidup
> hanya pada kamar-kamar yang diisi pengunjung sedangkan kamar yang kosong tidak
> dialiri listrik, saya pikir teknologi pengaturan arus listrik mana yang  
> dihidupkan mana yang dimatikan tidak terlalu rumit.
>
> Lalu bagaimana semua kamar yang saya tempati dengan harga Rp 1.5 Juta permalam
> (setelah diskon) ketika saya masuk tidak ada keharuman yang segar menerpa 
> hidung
> sebagaimana layaknya hotel berbintang 3 Up sebelum tamu masuk ruang biasanya
> dalam keadaan segar dengan wewangian bunga atau lemon. Regi anak gadis kecil
> saya lansung ketoilet melepaskan hajatnya yang tak ...
>
> read more »

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke