Wa'alaikum salam. w.w.
 
  Pak Ambiar yang saya hormati jo dunsanak kasadonyo yang saya cintai.
 
Saya pernah mengatakan pendapat saya bahwa "kepintaran", "kearifan" dan
"kebijaksanaan" tidak dapat diwarisi. Hal itu adalah anugerah Allah swt. pada 
diri
orang per orang. Dan biasanya itulah ciri-ciri seorang pemimpin, hanya saja 
prosentasenya tidak banyak, dan sulit pula mencari orangnya. Dan ketiganya 
bisa "tidak bermakna" bila ada ambisi di dalamnya, karena ambisi menimbulkan 
kesombongan yang dilarang oleh Allah swt. pada diri manusia. Itu sebabnya 
rasulullah
saw. berpesan yang bunyinya kira-kira : "Jangan diangkat menjadi pemimpin 
diantara
kamu seorang yang berambisi menjadi pemimpin".
  Pak Ambiar yang saya hormati.
Saya bukan tipe manusia yang suka memuji orang lain, apalagi orang Minang 
mengatakan
"mamuji di muko urang samo jo manampa urang tu". Oleh sebab itu saya tulis, 
apresiasi
itu keluar dari hati nurani saya karena alasan-alasan tertentu. Walau sebagai 
seorang yang
dha'if juga seperti kata pak Ambiar, saya bisa menilai sebuah tulisan bermutu 
atau tidak,
tentu saja dengan kaca mata saya, cara pandang saya, dan dari sudut 
pandang tempat
saya berpijak. Dan hal itu nampak dalam tulisan-tulisan yang pak Ambiar 
berikan. 
   Jadi, janganlah terlalu "menyurukkan kuku", sebab ada pula kewajiban bila 
seseorang
itu berada pada posisinya. Ilustrasinya kira-kira begini. Bila sudah masuk 
waktu shalat
jum'at, kemudian khatib tidak datang, dan akibat dari itu jum'at ditukar dengan 
shalat
zhuhur, maka berdosa semuanya. Dan dosa lebih besar ditanggung oleh orang-orang 
yang berilmu.
Oleh sebab itu siapa yang berilmu, yang mampu memberikan khutbah walaupun 
sederhana
tetapi mengetahui rukun dan syaratnya, wajib baginya memberitahukan pada orang 
lain
bahwa ia berilmu dalam hal itu, artinya ia bisa melakukan khutbah jum'at ketika 
itu. 
Demikian gambarannya kira-kira pak Ambiar, dan saya rasa untuk komunitas RN 
ini, yang
pak Ambiar sebut sebagai ota-ota lapau, tentu belum lah seberat itu, hanya saja 
duduk
agak kemuka tentu diharapkan sekali oleh orang-orang yang duduak di lapau. 
Demikian.
  Baiklah, supaya kita tidak jauh keluar dari topik, kita kembali.
Sekian pertanyaan yang muncul dari tulisan saya yang lalu, perlu kita carikan 
jawabannya.
Dan yang menarik saat ini adalah bahwa, tulisan yang dikirimkan pak Taufiq
Rasyid barusan rasanya dapat "memanaskan" apa yang pak Ambiar tulis. Mulai dari
hukum yang "shopisticated", dengan kemungkinan pemberlakuannya, dan pesan
supaya terhindar dari gejala "syirik" terhadap orang-orang yang tidak 
melaksanakannya.
Sementara di sisi lain adalah keragaman budaya bangsa, keyakinan dan 
tingkatnya, serta
tingkat kejujuran intelektual dan komitmen terhadap apa yang dianut. Dan 
ditengah-tengah
dibatasi oleh Konstitusi. 
   Saya hanya berpikir pak Ambiar, bahwa hal ini bukanlah "tungku tigo 
sajarangan", atau 
"tali sahalai bapilin tigo", akan tetapi adalah "kayu bacupang nan indak bisa 
diantakkan".
Segi kelayakan hukum yang kita bicarakan sangat "labil" terhadap ketiga-tiga 
ini.
Kenapa ?. karena ketiganya tidak dapat saling mengayomi, bahkan tidak dapat 
saling
ber-"toleransi". Dari segi ancaman saja, sangat membuat "berdiri bulu roma". 
Agama
punya ancaman, konstitusi juga punya ancaman, sementara hukum adat entah apa
pula ancamannya. Sebagai orang Minang, dulu saya pernah menulis tentang 
"Trialisme
orang Minang" yang membahas kebingungan semua orang Minang dalam memahami dan
menjalankan ketiga-tiganya. Persoalan ini akan terus menerus sampai ke anak 
cucu kita,
kalau solusinya tidak pernah bertemu. 
  Dari filosofi "kayu bacupang", kita harus memilih salah satu, yang bisa 
dipanjangkan,
atau mengerat memperpendek dua cupang yang lain untuk dapat menancapkannya". 
Dan bila itu dapat dilakukan, tantangan berikutnya adalah cara elaborasinya, 
baik dari 
segi pemberian  informasi maupun cara menanamkannya. Dan tidak lupa pula bahwa
tekanan dari luar akan sangat kuat untuk menghalangi dan meruntuhkannya. 
  Nah, Apakah proposal duduak basamo sameja dari pak Ambiar kira-kira dapat
menyelesaikan hal ini dengan sering-sering kita jadwalkan ?. Jika demikian saya 
sangat
setuju, tinggal kita mencari timing yang tepat, menyusun ritmenya dan 
konsolidasi dengan
orang-orang "gadang" yang pak Ambiar sebutkan tadi,
 
Demikian dulu ...
 
Billahil hidayah wat taufiq,
 
Wassalam
 
St. Sinaro
 

--- On Mon, 20/6/11, Ambiar Lani <rang_k...@yahoo.com> wrote:


From: Ambiar Lani <rang_k...@yahoo.com>
Subject: Re: Kelayakan hukum Re: [R@ntau-Net] Bolehkah tersangka korupsi diberi 
simpati
To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: "Pak Saaf" <saaf10...@yahoo.com>, "Pak Mochtar" <mochtarn...@yahoo.com>, 
"Sutan Sinaro" <stsin...@yahoo.com>
Received: Monday, 20 June, 2011, 8:56 AM





Assalamulaikum wr wb,

Engku Sutan Sinaro dan Dunsanak Yang terhormat,

Masyaallah..........., terus terang gamang ambo mambaco persepsi dan asumsi nan 
ditulih oleh al-mukaram sanak Sutan Sinaro dengan mengatakan; 
".............sungguh sangat holistikdan cemerlang jalan dan buah pikiran pak 
Ambiar, ......". Apalagi ditukuak pulo jo permohonan ka Pak Saaf, Pak MN saroto 
jo uda Darwin untuak mencatat. 

Sekali lagi masyaallah...., ambo tak lain tak bukan hanya seorang hamba yang 
dhaif. Hanya saja karena sato duduak di palanta, maota kawan maota lo awak ~ 
adaik rang di lapau (kebiasaan umum) kalau tantang ota iyo semba manyemba. Tapi 
tetap dengan harapan mudah-mudahan kok lai ka paguno. 

Satantang referensi ka diduduak-an di muko, rasonyo ambo tantu paralu mambaco 
kitab tahu diri dengan lebih intents dan mendalam. Rancaklah awak di tapi-tapi 
sajo, tapi kok lai ado nan kaditingkah, baeko sato pulo awak saketek. Nan di 
muko tantu akan tetap labiah kamek para begawan nan lah takamuko, seperti Pak 
Saaf, Pak Mochtar Naim, Uda Darwin, Ibu Hanifah Damanhuri sarato Al-Mukaram 
Engku Sutan Sinaro sendiri dan para dunsanak nan lain-lainnyo nan indak bisa 
disabuikkan satu persatu.

Barangkali kalau boleh mengemukakan sedikit harapan, mungkin adonya rancaknyo 
suatu ketika kita yang sering bertukar fikiran ini bisa duduak basamo dalam 
satu meja (atau satu majelis) sebagai hamba Allah yang mengharap petunjuk dan 
rahmat-Nya, untuk bisa berbuat sesuatu yang bermakna bagi negeri ini, seperti 
pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh urang awak terkemuka tempo doeloe.

Demikianlah dari ambo sebagai hamba Allah yang dhaif dan sebagai catatan 
tambahan semua kenaran itu datangnya dari Allah SWT.
Billahitaufiq walhidayah.


Salam ta'ziem dan hormat untuk dunsanak kasadonyo,

Ambiar Lani
(L/59/Jkt-Bekasi)


 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke