Assalamualaikum ww Pak Ambiar Lani, Sanak Sutan Sinaro, dan para sanak sapalanta, Saya setuju sepenuhnya dengan pendapat bahwa adalah suatu hal mubazir untuk mencoba menyatukan pandangan yg sudah berbeda - bahkan bertentangan - sejak dari pangkal tolaknya. Usaha itu bagaikan mencoba menyatukan minyak dengan air. Oleh karena itu janganlah diteruskan keinginan untuk mengajak duduk semeja orang-orang yg memang tidak punya kemauan (lagi) utk saling mendengar dan memahami. Suasananya - antara lain karena telah dilancarkannya berbagai sindiran yang dapat menyakitkan hati - sangat tidak mendukung utk komunikasi yg sehat. Lagi pula, Sanak Sutan Sinaro sudah melontarkan pilihan untuk ' mengerat atau memperpendek dua cupang lainnya'. Isyarat tersebut sudah lebih dari cukup. Pada taraf terakhir amal ibadat adalah tanggung jawab kita masing-masing. Mari kita serahkan kata putus kepada Allah swt. Manfaatkanlah forum RN ini sesuai dengan 'adat salingka palanta'. Wassalam, Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
-----Original Message----- From: Sutan Sinaro <stsin...@yahoo.com> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Mon, 20 Jun 2011 11:03:52 To: <rantaunet@googlegroups.com> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: Kelayakan hukum Re: [R@ntau-Net] Wa'alaikum salam. w.w. Pak Ambiar yang saya hormati jo dunsanak kasadonyo yang saya cintai. Saya pernah mengatakan pendapat saya bahwa "kepintaran", "kearifan" dan "kebijaksanaan" tidak dapat diwarisi. Hal itu adalah anugerah Allah swt. pada diri orang per orang. Dan biasanya itulah ciri-ciri seorang pemimpin, hanya saja prosentasenya tidak banyak, dan sulit pula mencari orangnya. Dan ketiganya bisa "tidak bermakna" bila ada ambisi di dalamnya, karena ambisi menimbulkan kesombongan yang dilarang oleh Allah swt. pada diri manusia. Itu sebabnya rasulullah saw. berpesan yang bunyinya kira-kira : "Jangan diangkat menjadi pemimpin diantara kamu seorang yang berambisi menjadi pemimpin". Pak Ambiar yang saya hormati. Saya bukan tipe manusia yang suka memuji orang lain, apalagi orang Minang mengatakan "mamuji di muko urang samo jo manampa urang tu". Oleh sebab itu saya tulis, apresiasi itu keluar dari hati nurani saya karena alasan-alasan tertentu. Walau sebagai seorang yang dha'if juga seperti kata pak Ambiar, saya bisa menilai sebuah tulisan bermutu atau tidak, tentu saja dengan kaca mata saya, cara pandang saya, dan dari sudut pandang tempat saya berpijak. Dan hal itu nampak dalam tulisan-tulisan yang pak Ambiar berikan. Jadi, janganlah terlalu "menyurukkan kuku", sebab ada pula kewajiban bila seseorang itu berada pada posisinya. Ilustrasinya kira-kira begini. Bila sudah masuk waktu shalat jum'at, kemudian khatib tidak datang, dan akibat dari itu jum'at ditukar dengan shalat zhuhur, maka berdosa semuanya. Dan dosa lebih besar ditanggung oleh orang-orang yang berilmu. Oleh sebab itu siapa yang berilmu, yang mampu memberikan khutbah walaupun sederhana tetapi mengetahui rukun dan syaratnya, wajib baginya memberitahukan pada orang lain bahwa ia berilmu dalam hal itu, artinya ia bisa melakukan khutbah jum'at ketika itu. Demikian gambarannya kira-kira pak Ambiar, dan saya rasa untuk komunitas RN ini, yang pak Ambiar sebut sebagai ota-ota lapau, tentu belum lah seberat itu, hanya saja duduk agak kemuka tentu diharapkan sekali oleh orang-orang yang duduak di lapau. Demikian. Baiklah, supaya kita tidak jauh keluar dari topik, kita kembali. Sekian pertanyaan yang muncul dari tulisan saya yang lalu, perlu kita carikan jawabannya. Dan yang menarik saat ini adalah bahwa, tulisan yang dikirimkan pak Taufiq Rasyid barusan rasanya dapat "memanaskan" apa yang pak Ambiar tulis. Mulai dari hukum yang "shopisticated", dengan kemungkinan pemberlakuannya, dan pesan supaya terhindar dari gejala "syirik" terhadap orang-orang yang tidak melaksanakannya. Sementara di sisi lain adalah keragaman budaya bangsa, keyakinan dan tingkatnya, serta tingkat kejujuran intelektual dan komitmen terhadap apa yang dianut. Dan ditengah-tengah dibatasi oleh Konstitusi. Saya hanya berpikir pak Ambiar, bahwa hal ini bukanlah "tungku tigo sajarangan", atau "tali sahalai bapilin tigo", akan tetapi adalah "kayu bacupang nan indak bisa diantakkan". Segi kelayakan hukum yang kita bicarakan sangat "labil" terhadap ketiga-tiga ini. Kenapa ?. karena ketiganya tidak dapat saling mengayomi, bahkan tidak dapat saling ber-"toleransi". Dari segi ancaman saja, sangat membuat "berdiri bulu roma". Agama punya ancaman, konstitusi juga punya ancaman, sementara hukum adat entah apa pula ancamannya. Sebagai orang Minang, dulu saya pernah menulis tentang "Trialisme orang Minang" yang membahas kebingungan semua orang Minang dalam memahami dan menjalankan ketiga-tiganya. Persoalan ini akan terus menerus sampai ke anak cucu kita, kalau solusinya tidak pernah bertemu. Dari filosofi "kayu bacupang", kita harus memilih salah satu, yang bisa dipanjangkan, atau mengerat memperpendek dua cupang yang lain untuk dapat menancapkannya". Dan bila itu dapat dilakukan, tantangan berikutnya adalah cara elaborasinya, baik dari segi pemberian informasi maupun cara menanamkannya. Dan tidak lupa pula bahwa tekanan dari luar akan sangat kuat untuk menghalangi dan meruntuhkannya. Nah, Apakah proposal duduak basamo sameja dari pak Ambiar kira-kira dapat menyelesaikan hal ini dengan sering-sering kita jadwalkan ?. Jika demikian saya sangat setuju, tinggal kita mencari timing yang tepat, menyusun ritmenya dan konsolidasi dengan orang-orang "gadang" yang pak Ambiar sebutkan tadi, Demikian dulu ... Billahil hidayah wat taufiq, Wassalam St. Sinaro --- On Mon, 20/6/11, Ambiar Lani <rang_k...@yahoo.com> wrote: From: Ambiar Lani <rang_k...@yahoo.com> Subject: Re: Kelayakan hukum Re: [R@ntau-Net] Bolehkah tersangka korupsi diberi simpati To: rantaunet@googlegroups.com Cc: "Pak Saaf" <saaf10...@yahoo.com>, "Pak Mochtar" <mochtarn...@yahoo.com>, "Sutan Sinaro" <stsin...@yahoo.com> Received: Monday, 20 June, 2011, 8:56 AM Assalamulaikum wr wb, Engku Sutan Sinaro dan Dunsanak Yang terhormat, Masyaallah..........., terus terang gamang ambo mambaco persepsi dan asumsi nan ditulih oleh al-mukaram sanak Sutan Sinaro dengan mengatakan; ".............sungguh sangat holistikdan cemerlang jalan dan buah pikiran pak Ambiar, ......". Apalagi ditukuak pulo jo permohonan ka Pak Saaf, Pak MN saroto jo uda Darwin untuak mencatat. Sekali lagi masyaallah...., ambo tak lain tak bukan hanya seorang hamba yang dhaif. Hanya saja karena sato duduak di palanta, maota kawan maota lo awak ~ adaik rang di lapau (kebiasaan umum) kalau tantang ota iyo semba manyemba. Tapi tetap dengan harapan mudah-mudahan kok lai ka paguno. Satantang referensi ka diduduak-an di muko, rasonyo ambo tantu paralu mambaco kitab tahu diri dengan lebih intents dan mendalam. Rancaklah awak di tapi-tapi sajo, tapi kok lai ado nan kaditingkah, baeko sato pulo awak saketek. Nan di muko tantu akan tetap labiah kamek para begawan nan lah takamuko, seperti Pak Saaf, Pak Mochtar Naim, Uda Darwin, Ibu Hanifah Damanhuri sarato Al-Mukaram Engku Sutan Sinaro sendiri dan para dunsanak nan lain-lainnyo nan indak bisa disabuikkan satu persatu. Barangkali kalau boleh mengemukakan sedikit harapan, mungkin adonya rancaknyo suatu ketika kita yang sering bertukar fikiran ini bisa duduak basamo dalam satu meja (atau satu majelis) sebagai hamba Allah yang mengharap petunjuk dan rahmat-Nya, untuk bisa berbuat sesuatu yang bermakna bagi negeri ini, seperti pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh urang awak terkemuka tempo doeloe. Demikianlah dari ambo sebagai hamba Allah yang dhaif dan sebagai catatan tambahan semua kenaran itu datangnya dari Allah SWT. Billahitaufiq walhidayah. Salam ta'ziem dan hormat untuk dunsanak kasadonyo, Ambiar Lani (L/59/Jkt-Bekasi) -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/