terima kasih sapaanya Ge, iya Ge, saya cuma bisa komentar kalo ada topik kayak punya mas Hasto, sebab kalo birdwatching ..he..he... tahu sendiri lah...minim banget pengalaman. Tentang Cangak Awu di UGM saya gak bisa cerita banyak, udah agak lama nggak ngamatin burung itu. Apalagi sekarang saya dah punya "mainan" baru (jenis-jenis Mandar) nggak lagi Cangak awu. Mainan Heron + Egret udah nggak menarik lagi kata prof. saya.
salam Seno ________________________________ Von: Kutilang Indonesia <kutilang.indone...@gmail.com> An: sbi-info@yahoogroups.com Gesendet: Dienstag, den 16. Dezember 2008, 09:59:00 Uhr Betreff: Re: AW: [SBI-InFo] Diskusi wekekek..harus ada yang seperti mas Hasto emang...biar mas Seno rajin posting di milist...hehehe. ... pripun kabarnya Mas...saya menyapa aja ya.....ada cerita tentang perkembangan Cangak awu di kampus UGM? kayaknya udah mulai banyak yang komplain dengan bau nya...maklum kalau musim hujan gini...kotoran cangak yang tersiram air hujan mampu memberikan suguhan bau yang tidak sedap...apalagi ada di deket lampu merah.... semoga sehat dan sukses selalu mas....... salam, ige On 12/15/08, Ady Kristanto <ady_kristanto@ yahoo.com> wrote: Bukannya muntah-muntah bung Hasto, di milist ini ada berbagai macam orang, namun yang paling banyak ya para pengamat burung amatiran seperti saya yang hanya seneng ngeliat burung, mencatat dan membagi info ke rekan-rekan yang lain dan tidak terlalu memperhatikan sisi ekologinya. tetapi tidak apa-apa jika ingin berbagi uneg-uneg tentang burung, disini forum bebas berbicara tentang burung kok Jadi tidak apa-apa jika mau berdiskusi lagi he he he seperti bung Sena yang senang membagi pengetahuannya, saya juga senang membagi apa yang saya tahu. oya kalo mau lebih ilmiah ada milist lain yaitu Indonesia Ornithologi Union (milistnya apa ya? kok lupa he he he) dimana ahli-ahli dan dedengkot burung berkumpul baik itu dari Indonesia hingga manca negara di milist tersebut Salam Ady Kristanto ________________________________ From: sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de> To: sbi-i...@yahoogroup s.com Sent: Sunday, December 14, 2008 1:15:13 AM Subject: AW: [SBI-InFo] Diskusi hallo semuanya... saya sih juga suka bisa berdiskusi dan berbagi pengetahuan di milis ini. Kebetulan saya pernah baca paper2 ekologi, dan minim pengalaman birdwatching. jadi bisa berbagi pengalaman. Jadi kalo ada rekan yang nambah pengetahuannya dari "cerita kancil" saya (meskipun mungkin membosankan bacanya yaa..), saya ikut gembira juga. salam seno ________________________________ Von: hudi dewe <elang_laut177@ yahoo.co. uk> An: sbi-i...@yahoogroup s.com Gesendet: Samstag, den 13. Dezember 2008, 16:54:24 Uhr Betreff: [SBI-InFo] Diskusi Menurut saya forum ini akan lebih bagus untuk tempat untuk berdiskusi seperti ini disamping untuk saling tukar informasi tentang perburungan yang lain (metode dan teknik pengamatan, berbagi pengalaman hasil pengamatan, dll) karena banyak pengamat/ pemerhati burung yang memang bukan/ tidak memiliki background biologi (seperti saya ), sehingga dapat belajar lebih banyak tentang burung. Salam Lestari Hudi DW ________________________________ From: Hasto P Irawan <hpirawan2005@ yahoo.com> To: sbi-i...@yahoogroup s.com Sent: Friday, 12 December, 2008 23:38:50 Subject: Re: AW: [SBI-InFo] camar dan flamingo (nambahin comment) Waduh, memang gak boleh diskusi teoretis di milis ini, ya? Sy malah gak tau. Ooo pantesan selama ini gak pernah ada yg merespons kalo ada topik begini ya. Ya muaap aja klo gitu. Saya membayangkan pasti para member milis ini udah muntah-muntah liat postingan2 saya yg cuma berisi omong kosong:) Lagian aneh juga sih, saya yg seumur2 belum pernah kuliah biologi ato ekologi, kok berani2nya berteori soal ini he he.. Iya Mas Seno, yg saya duga pasti dosen atau malah pakar biologi/ekologi, terimakasih banget nih udah mau bagi-bagi ilmunya yg mencerahkan buat saya, walo yg namanya orang ngeyel kayak saya pasti ya ada saja pertanyaan yg mengganjal:) Sebenernya memang masih ada pertanyaan yg ingin saya tanyakan, yg masih mengganjal. Tapi sutralah... Kasian yg laen pada bosen. Salam, Hasto Pratikto --- On Fri, 12/12/08, sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de> wrote: From: sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de> Subject: AW: [SBI-InFo] camar dan flamingo (nambahin comment) To: sbi-i...@yahoogroup s.com Date: Friday, December 12, 2008, 8:54 AM Hallo semuanya.. merespon keteranganbung Ady, menurut saya jawaban itu sangat tepat: predasi dan keterbatasan pengamatan. Saya hanya ingin menambahkan sedikit keterangan dibalik jawaban bung Ady. Alternatif 1: predasi. Niche yang dimaksud tentunya Hutchinsonian niche ya bung Hasto. Saya berpendapat bahwa selain ketersediaan biofisik yang memungkinkan adanya niche bagi camar (potential niche), perlu adanya factor pemicu yang menyebabkan niche itu benar-benar ditempati (realized niche). Factor intra dan inter species relationship sering menjadi pemicu ini. Untuk camar saya menduga selain predasi seperti yang diungkap bung Ady, mungkin conspecific attraction juga menyebabkan suatu niche ditempati oleh camar atau tidak. Camar adalah burung kolonial, jadi keputusan individu untuk settle di suatu tempat dipengaruhi oleh keberadaan rekan sesama jenisnya. Keberadaan rekan sesama jenis digunakan sebagai tanda adanya kesesuaian tempat tinggal dan mencari makan. Jika tidak ada pioner, mereka enggan untuk tinggal atau mencari makan disitu. Hal ini mungkin yang menurut saya menjadikan mereka setia pada tempat lahir dan menghambat adanya dispersal sampai ke indonesia (migrasi mungkin iya, tapi tidak sampai menetap). Alternatif 2: deteksi kehadiran Mungkin saja dari sekian ratus jenis-jenis camar, ada yang menempati niche di indonesia, di pulau-pulau terpencil. Namun mereka tidak terdeteksi atau punah secara lokal karena tidak ada dispersal. Paling ideal mungkin menggunakan temuan fosil dan analisis genetik untuk mengetahui ada tidaknya camar di suatu tempat. Alternatif 3: memang mereka tidak bisa reproduksi di indonesia Karena mereka mungkin memerlukan kebutuhan khusus untuk reproduksi, dan itu tidak tersedia di indonesia. Mereka nampaknya specialist. Karena tidak menemukan kebutuhan itu maka mereka gagal reproduksi dan tidak mau lagi tinggal di indonesia. Begitu pendapat saya. Mohon maaf bagi rekan-rekan yang kurang berkenan dengan diskusi yang teoritis kayak gini. salam seno ________________________________ Von: Ady Kristanto <ady_kristanto@ yahoo.com> An: sbi-i...@yahoogroup s.com Gesendet: Freitag, den 12. Dezember 2008, 10:30:50 Uhr Betreff: Re: [SBI-InFo] camar dan flamingo (nambahin comment) wah kalo mau lihat burung-burung pelagic dalam jumlah banyak harus ke luar Jakarta mas ... seperti pulau burung di Sawarna Banten, kemudian pulau gundul di Karimun Jawa atau di P. Nusa Barung dekat Malang. lagi pula mungkin family sulidae atau angsa batu (Booby) yang mengisi relung camar. ya walaupun tempat berbiak mereka yang terdekat itu di P. christmas kemudian ada juga dari suku phaethontidae, suku hydrobatidae dll. Kalau jumlahnya yang sedikit sekarang ini, ya jangan heran, pengrusakan habitat burung-burung laut yang dilakukan manusia terlebih di Indonesia semakin besar, contoh P. gundul yang merupakan habitat bersarang dara laut, karena letaknya diluar taman nasional eh di jadikan pulau sasaran tembak AL. dan yang mesti dilihat juga masuknya tikus ke pulau-pulau terpencil. mereka bisa dengan buas memakan telur burung laut tersebut. Saya yakin kok semua yang ada di bumi ini diciptakan secara seimbang jenis hewan lain akan menempati relung yang ditinggalkan seperti kata teori. namun saya yakin kalo sekarang teori-teori itu dilihat lagi, banyak yang nggak cocok deh. wong manusianya juga merasa paling pintar, paling hebat jadi tidak butuh teori-teori- an yang penting kenyang bisa tidur enak, masa bodo ama lingkungan atau burung laut yang jumlahnya sedikit. ada Info lain; di tulisannya Appelman dan Siccama tentang P. Nusa Barung tahun 1939 ada foto angsa batu 200an ekor di pulau tersebut wow!!! keren. tapi sekarang di pulau tersebut jumlahnya masih segitu nggak ya? Salam Ady Kristanto ________________________________ From: Hasto P Irawan <hpirawan2005@ yahoo.com> To: sbi-i...@yahoogroup s.com Sent: Friday, December 12, 2008 3:25:56 PM Subject: Re: [SBI-InFo] camar dan flamingo (nambahin comment) Mo nambahin komentar nih buat Bung Sena:) Teori2 anda semua masuk akal. Misalnya soal homerange flamingo adalah daerah subtropis sehingga walo di daerah tropis banyak makanan, mereka gak ke sini karena itu gak cocok dgn iklim mikro yg mereka butuhkan untuk breeding dll. Juga soal camar. Tapi ada pertanyaan yg muncul di benak saya soal camar, karena kayaknya kasusnya beda. Sebabnya adalah niche yg ditempati camar itu (yaitu burung pelagic yg cari makan dengan terbang berkeliling di laut2 atau di pantai2 dan kawasan pesisir) sepertinya kok "kosong" atau hanya sedikit yg menempati di daerah tropis (dara laut, yg menempati niche itu di daerah tropis, jumlahnya juga gak melimpah). Kalo gak salah, camar atau gull itu terdiri dari ratusan sub-spesies. Yg bikin saya bingung: kenapa di antara ratusan spesies gull itu tak ada yg dalam perjalanan evolusinya beradaptasi untuk breeding dan menetap di daerah tropis?? (kalau memang benar di daerah tropis makanan untuk niche ini melimpah). Katakanlah kalau ada "camar versi iklim sedang", mestinya ada juga "camar versi tropis", sehingga niche ini di daerah tropis ada yg menempati, dan makanan yg melimpah di niche ini di daerah tropis ada yg memanfaatkan (dengan catatan, memang benar ada makanan yg melimpah buat camar di daerah tropis). Agak sulit dipahami kenapa, kalau memang di daerah tropis ikan melimpah dan memungkinkan mendukung kehidupan burung pelagic spt camar, kenapa tak ada spesies yg memanfaatkan sumber pakan itu supaya tidak "mubazir". Bukankah pakan adalah sumberdaya yg sangat berharga bagi setiap mahluk, untuk mendapatkan energi untuk breeding dan kelangsungan spesiesnya, yg selalu dicari setiap spesies untuk kelangsungan hidup mereka?? Sulit dipahami bahwa, selama ribuan tahun evolusi burung, diantara ratusan spesies burung pelagic itu (yg sangat mudah berpindah dan menemukan daerah sumber pakan baru) tak ada satu pun yg menemukan "sumberdaya yg mubazir" itu dan kemudian beradaptasi untuk breeding dan tinggal di daerah tropis dan jumlahnya menjadi melimpah spt gull di daerah beriklim sedang--dengan tujuan untuk memanfaatkan "pakan yg melimpah" itu. Dengan berpegang pada kenyataan itu, saya jadi agak ragu, benarkah memang pakan untuk niche itu melimpah di sini. Salam, Hasto Pratikto --- On Wed, 12/10/08, Hasto P Irawan <hpirawan2005@ yahoo.com> wrote: From: Hasto P Irawan <hpirawan2005@ yahoo.com> Subject: Re: [SBI-InFo] camar dan flamingo To: sbi-i...@yahoogroup s.com Date: Wednesday, December 10, 2008, 11:22 AM Akhirnya ada juga nih pakar yg mau "turun gunung" dan membagi ilmunya:) Terima kasih, Mas Sena, atas penjelasannya yang komprehensif, lengkap, dan dari berbagai sisi tentang habitat satwa. Semua "teori" yang Anda kemukakan masuk akal juga. Memang faktor yg mempengaruhi pilihan habitat mestinya banyak dan kompleks, dan musti dijelaskan oleh yg punya ilmunya:) Kalau saya kan cuma bisa memandang dan mengira-ngira dari satu sisi saja dan kemudian menarik kesimpulan yg dangkal. Maklum saya gak punya ilmunya he he.. Thanks, Mas, atas infonya. Salam, Hasto Pratikto --- On Tue, 12/9/08, sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de> wrote: From: sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de> Subject: [SBI-InFo] camar dan flamingo To: sbi-i...@yahoogroup s.com Date: Tuesday, December 9, 2008, 5:36 PM Dear mas Hasto, Pertanyaan-pertanya an anda selalu cerdas dan sulit dijawab. Topik seperti ini menarik dan menurut saya juga mengasah pengetahuan kita, disamping identifikasi burung. Tidak mudah memang memahami ekosistem tropis yang sangat kompleks. Saya mencoba merespon semampu saya. Setahu saya, sebagian besar teori yang ada sekarang ini berpangkal pada teori adaptasi Darwin (atau mungkin Alfred Wallace ?). salah satu inti teori ini adalah semua perilaku atau perubahan ditujukan untuk memaksimalkan fitness (survival dan reproduksi) dan meminimalkan mortalitas. Termasuk perilaku memilih (seleksi) untuk tinggal atau sekedar lewat. jadi untuk tinggal satwa mesti mendapatkan keuntungan fitness, baik berupa makanan, peluang breeding, perlindungan predator, atau sekedar melatih ketrampilan. Karena begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan untuk tinggal suatu lokasi , dianggap satwa memilih melalui beberapa tahap mulai dari yang paling luas: geografi, landscape, homerange, patch, site. Tahap yang diatas menentukan tahap dibawahnya. Saya sering mengilustrasikannya seperti burung migran dari subtropis ke tropis. Dari ketinggian, yang bisa dirasakan mungkin hanya perbedaan suhu (atau mungkin medan magnet bumi), maka ia menggunakannya sebagai acuan untuk mendekat ke tropis(geografis) . Semakin dekat ke tropis, akan semakin kelihatan kondisi pulau, hutan, air dll, maka ia akan menggunakan sebagai acuan untuk mencari lokasi misalnya pulau yang mempunyai hutan dan di tepi pantai (landscape). Semakin ia terbang rendah semakin kelihatan kondisi hutan yang rapat tapi dekat muara sungai (homerange) sebagai acuan, semakin dekat lagi ia akan semakin bisa melihat lebih jelas pohon mana yang akan dipakai hinggap, dan setelah hinggap ia akan memilih lagi cabang mana yang akan digunakan untuk tidur. dst. jadi meskipun ada jenis pohon yang sama di pegunungan, tapi ia tidak akan menggunakannya karena seleksi homerange mengantarkannya pada pohon di tepi pantai. jadi misalnya pada level geografi, faktor yang paling penting bagi flamingo adalah temperatur di sub tropis, maka pilihan lokasi homerange yang tersedia hanya di lokasi sub tropis, meskipun misalnya makanan banyak di indonesia tapi karena temperatur tidak disukai untuk breeding, maka ya ia nggak suka di indonesia. meskipun jika terpaksa yang bisa hidup. karena semua makhluk hidup bisa beradaptasi. Masing-masing species akan mempunyai kebutuhan yang unik. Dugaan saya untuk camar pada musim breeding mungkin yang diperlukan adalah nesting site yang aman dari predator (karena sarang mereka relatif terbuka maka sering memilih tempat yang remote), iklim mikro yang mendukung penetasan, dekat dengan sumber pakan. jadi pada saat breeding karena nesting site yang mereka butuhkan ada di sub tropis, maka meskipun makanan berlimpah di Indonesia mereka ya nggak kesini. Mungkin pada saat nggak breeding mereka menghindari musim dingin dengan migrasi ke arah tropis yang hangat. jadi pada musim ini mereka lebih memerlukan suhu hangat yang makanan sekedarnya untuk bekal migrasi. Didukung oleh mobilitas yang tinggi, mereka akan bisa memilih tempat yang paling sesuai untuk mereka. Tapi ini hanya prediksi saya saja berdasar "Darwin centris". Semoga bisa membantu. Mungkin ahli-ahli yang lain bisa menambahkan atau membetulkan barangkali salah. Salam. NB: kalau ingin searching informasi di internet, coba gunakan key word: multi level habitat selection, hierarchy, adaptive. ___