Re: [budaya_tionghua] Marga & Asal

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Raharjo Irawan menulis:

Salam,

Jika ditilik dari kedekatan kekerabatan, seharusnya
orang yang memiliki marga sama seharusnya lebih
familiar dengan orang lain yang bermarga sama ( Lin
dengan Lin atau Chen dengan Chen ), namun dalam
kenyataannya orang akan lebih familiar jika bertemu
dengan orang lain yang sedaerah ( Fu Jian dengan Fu
Jian atau Guang Fu dengan Guang Fu ).

Di Semarang sendiri ada 3 klenteng / rumah abu yang
mulanya didirikan oleh masing-masing marga ( Kwee,
Tan, Liem )
sedangkan yang didirikan oleh kesamaan daerah hanya 1
yaitu Klenteng / rumah abu Hwie An ( untuk perantuau
yang berasal dari Hwuie An, Fu Jian )

Mengapa demikian ? Mohon informasi.
Terima kasih.

Hormat saya,
Irawan R


Rinto Jiang:

Seseorang tentunya akan merasa lebih dekat kepada orang sedaerah karena
kesamaan dialek, pandangan hidup dan beberapa faktor lainnya. Ini
pernah dijelaskan bahwa di selatan Tiongkok, desa berjarak puluhan
kilometer saja akan punya dialek yang berbeda sama sekali. Lain dengan
di utara di mana jarak ribuan km (misalnya orang Beijing dan orang
Lanzhou) masih dapat berkomunikasi satu sama lain dengan dialek Utara
mereka.

Bila seseorang, sudah sedaerah, lalu semarga lagi, wah tambah erat dan
dekatlah mereka. Karena di zaman dulu, biasanya orang semarga yang
tinggal di daerah yang sama adalah masih mempunyai hubungan keluarga.
Ada kalimat "bila semarga, maka 500 tahun yang lalu kita masih satu
keluarga", namun bila semarga dan sedaerah pula, kalimat yang cocok
adalah "bila sedaerah dan semarga, maka 200 tahun lalu kita masih satu
keluarga. Keluarga adalah unit yang sangat penting di dalam kebudayaan
Tionghoa.

Dibandingkan dengan orang semarga namun lain daerah, maka walaupun
masih punya kaitan marga, namun tentu saja tidak lebih dekat daripada 2
kondisi di atas karena beberapa perbedaan. Ini yang membedakan orang
Tionghoa dari orang Jepang misalnya, yang lebih mendasarkan eratnya
perasaan kebangsaan. Orang Tionghoa akan mengutamakan eratnya persamaan
kedaerahan, walaupun sudah di Indonesia perbedaan ini tetap saja
dibawa, misalnya ada klasifikasi Cina Medan, Jawan, Ponti dan lain2.
Jadi, kalau ke Tiongkok, jangan aneh kalau ada yang membanggakan
provinsi asal masing2. Lumrah, bagi sebuah bangsa yang jumlahnya
milyaran jiwa.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim

jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
bilang "kamu non-pri yah?" langsung aja jawab, "saya
pribumi koq"   ---> mana aku percaya, mata lo sipit
begitu - heheheheheheee (kiding)

salam kenal, ngejawabnya pake otak yang dingin bgt, jd
nga ada panas2nya lagi


--- ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pertanyaan Bung Chan CT untuk menghilangkan noda
> kotor pada istilah
> pribumi itu membuat saya kepingin nimbrung nih. 
> 
> Saya setuju sama Bung Asahan. Bahwa istilah itu
> sendiri yang arti
> harfiahnya tidak berkonotasi jelek, tidak perlu
> dihilangkan. Terlalu
> banyak buang tenaga untuk menghilangkan suatu
> istilah. Lebih gampang
> mengubah 'kesan' yang tersampaikan. 
> 
> Bahwa sebelumnya istilah itu digunakan untuk
> kepentingan politik /
> dipolitisir untuk memisahkan atau membedakan
> "kita/kami" dari "mereka"
> sepertinya bisa dilawan lagi dengan cara politisir
> KONTRADIKTIF (heheheh
> ini istilah beken dari perguruan sebelah) 
> 
> Usul 'gila' saya adalah : tionghua lawan dengan cara
> politisir lagi,
> jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
> bilang "kamu non-pri
> yah?" langsung aja jawab, "saya pribumi koq" dengan
> demikian label jelek
> pri- dan non-pri akan luntur sendiri. Dengan
> demikian tionghua sendiri
> yang mendobrak pengkotak-kotakkan itu. Jangan mau
> dikotak-kotakin lagi.
> 
> (maap, saya bilang usul gila, abisnya waktu saya
> cetuskan diantara teman
> dan kerabat, mereka komentarnya "gila luh" sambil
> ketawa-ketiwi dan
> diskusi berhenti)
> 
> catatan: 
> pengertian pribumi menurut KBBI = penghuni asli,
> berasal dari tempat
> yang bersangkutan. 
> {Dan tio-in berasal dari Indonesia, jadi berhak
> untuk menyandang sebutan
> pribumi juga toh?} 
> 
> Tapi kalau buka KBBI mencari pengertian asli..
> kya! Hehehehe.
> 
> -Original Message-
> From: ChanCT [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Friday, September 16, 2005 3:22 PM
> To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus
> mengharamkah istilah
> Pribumi dan Non Pribumi?
> 
> Bung Asahan yang budiman,
> 
> Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan
> istilah "Pribumi"
> cukup menarik, kita harus membuang segala pengertian
> kotor yang telah
> menodai istilah "Pribumi" itu. Kata bung: "Kita
> bersihkan kata 
> dari  semua noda dan kotoran yang diberikan oleh
> penguasa dan diktator
> bangsa di masa lalu. Semua kita adalah
> pribumi-pribumi dari segala macam
> ras dan suku, sama derajat dan semua kita adalah
> bangsa Indonesia yang
> mencintai keadilan dan melawan semua bentuk
> diskriminasi politik,
> ekonomi, kebudayaan maupun ras."
> 
> Setuju! Saya juga sangat setuju dengan
> pengertian bung itu. Tapi,
> pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan
> noda dan begitu
> kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini
> melekat keras pada istilah
> "Pribumi" itu? Bukankah salah satu cara yang dekat,
> adalah menghentikan
> penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi" itu,
> yang jelas selama
> ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara
> Indonesia ini menjadi,
> "Pribumi" dan "Non-Pribumi" untuk sekelompok yang
> etnis Tionghoa. 
> 
> 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving.
http://us.click.yahoo.com/V8WM1C/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim
Salam kenal Bung Dana,

Menurutku yang menjadi akar permasalahan bukan di kata
"Pribumi dan Non-Pribumi", tetapi diskriminasi yang
terjadi begitu hebatlah sehingga membuat seolah-olah
kata-kata tersebut sebagai senjata yang mematikan,
andaikata benar kata-kata tersebut dihilangkan dari
kamus Indonesia, maka pasti juga akan timbul kata-kata
atau masalah baru karena yang hanya
dipikirkan/dipermasalahkan kata-kata tersebut saja,
tetapi akar dari permasalahan tersebut hanya dibiarkan
saja.

Satu negara yang menurutku kejadiaannya hampir sama
dengan dengan kejadiaan di Indonesia, yaitu negara
Afrika selatan, yang ada orang kulit hitam sebagai
Pribumi dan orang kulit putih sebagai Non-pribumi,
tahun 1960'an dibuatlah Hukum Apartheid yang digunakan
untuk mengatur sistem ekonomi dan sistem sosial
masyarakat, seperti yang diketahui pahlawan Afika
Nelson mandela yang akhirnya menang dalam
memperjuangkan hak-hak mereka agar mereka tidak
"didiskriminasikan" sebagai warga no.2. Apa yang
mereka(pribumi) minta pada saat 1980an adalah agar
mereka tidak dianggap sebagai manusia-manusia no.
akhir dan hak-hak mereka dihormati, bukan meminta agar
menghapuskan kata "negro".
Nah..., setelah diskriminasi kepada kulit hitam
berhasil diredam, maka mereka baru
mempersoalkan/memikirkan bagaimana dengan nasib
orang-orang kulit hitam yang telah tinggal di USA,
yang akhirnya disepakatilah agar digunakan nama :
"afro-american(non pribumi)" kepada mereka, walaupun
pada kenyataannya kata-kata "negro" masih kadang
digunakan utk menghina orang-orang kulit hitam, tetapi
setidaknya diskriminasi terhadap mereka telah dapat
lebih diredam, cth : orang-orang kulit hitam telah
dapat kerja dipemerintahan dengan jabatan tinggi.
NB : Sampai sekarang kata Negro pun masih ada krn
apa?, krn kata tersebut menunjukan bahwa orang
tersebut adalah orang niger(non pribumi).

Disetiap negara pasti terjadi yang saya namakan :
permasalahan sosial, hanya bagaimana cara suatu negara
menyelesaikannya itulah yang sangat berharga, bukan
melihat bahwa negara ini nga rasialis, nga
membeda-bedakan etnis, karena pasti dahulunya negara
tersebut menghadapi permasalahan yang sama, Cth : di
Singapura, banyak orang bilang bahwa negara itu aman
sekali , tidak ada namanya rasial walaupun dinegara
tersebut ada beberapa etnis, memang benar, tatapi
tahukah kita bagaimana cara Lee Kuan Yeuw
menyelesaikan masalah tersebut(krn itulah yang
seharusnya bangsa ini pelajari, dari sejarah cara
penyelesaian masalah sosial oleh suatu negara), krn
nga mungkin Mr. Lee menyelesaikannya dengan hanya
membuat undang2 agar diharamkannya kata "melayu"
kepada orang2 melayu, dan juga mengharamkan kata
"Cina" kepada orang2 pendatang tiong hua, karena kalo
Mr. Lee hanya begitu gampangnya menyelesaikan masalah
sosial/etnis pada tahun 1960an, nga mungkin singapura
semaju ini, iya kan.

Salam hangat kepada teman-teman yang nimbrung di
diskusi ini, Andri

--- RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Sebuah masyarakat yang madani (Civil Society) dan
> maju tak akan 
> menggunakan istilah "pri" dan "bukan pri", walau
> disetiap bahasa, ada 
> istilah ini. Indigeneous dalam bahasa Inggris,
> Einheimische(r) dalam 
> bahasa Jerman.
> 
> Namun, di Jerman, Austria, kita tak pernah mendengar
> pemakaian bahasa 
> ini dalam kehidupan se-hari hari. Tidak dikantor,
> tidak dijalan, atau 
> dimanapun. Puluhan tahun saya hidup di Austria ini,
> dimana banyak 
> kaum pendatang, namun tak dipakai istilah ini.
> 
> Andaipun ada istilah yang setengah resmi seperti
> "Zugereiste(r)", 
> yang berarti "yang baru datang", ini hanya merujuk
> pada kelompok 
> penduduk yang belum benar benar terintegrasikan,
> terutama dari sisi 
> bahasa.
> 
> Tetapi pemakaian resmi, seperti dinegeri kita. Ini
> harus ditolak 
> tegas. Orang Jawa bagi saya, adalah orang Jawa yang
> turun temurun, 
> maupun mereka keturunan Arab, India, Tionghoa, Indo
> atau manapun, 
> yang telah membudaya di Jawa.
> 
> Hal yang sama terlihat di Minahasa. Mereka hanya
> membedakan "Kawanua" 
> yakni warga Minahasa, ataupun bukan. Yang bukan
> adalah yang belum 
> membudaya. Pengunjung. Otherwise mereka tak bedakan
> agama, ataupun 
> etnis. Kawanua ya Kawanua.
> 
> Kalau kita belum juga mampu menyingkirkan hal ini,
> maka kita tak akan 
> mampu menyongsong haridepan kita.
> 
> Pembedaan ini selain tak ada faedahnya dari sisi
> apapun, malah hanya 
> memperrsulit nation building yang benar yang kita
> butuhkan.
> 
> Atau, kalau kita memang mau mendirikan negara kecil
> kecil berdasarkan 
> ethnis. Maka jangan heran, kalau kelak di Bagan Si
> Api Api atau 
> Pontianak ada negara kecil yang warganya adalah
> Tionghoa. Mirip 
> Singapura. Tetapi, jangan bicara Bhineka Tunggal
> Ika, lalu memakai 
> istilah pri dan non pri.
> 
> 
> 
> Salam
> 
> RM Danardono HADINOTO
> 
> 
> 
> 




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SV

Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim
Salam hangatku utk Bung Asahan,

Apa yang salah dengan kata "Pribumi" dan "Non
pribumi", jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan
kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat
oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya
karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.

Andaikata benar kalau kata "pribumi dan non-pribumi"
sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja,
dan dilain pihak hanya membiarkan
diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.

Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya,
buat apa  mengharamkan istilah "Pribumi dan
Non-pribumi", karena itu hanya sebagai "alat" ORBA,
yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
bagaimana cara menghilangkan "diskriminasi" yang
terjadi bukan mempermasalahkan kata "Pribumi dan
Non-pribumi", mungkin yang dipikirkan oleh sebagian
orang adalah "kalo kata tersebut diharamkan maka etnis
China bisa diterima oleh masyarakat asli
Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu
seharusnya Indonesia tidak lagi terjadi diskriminasi
donk, karena Habibie sendiri telah melarang penggunaan
kata tersebut pada saat dilantik menjadi presiden
tetapi hasilnya = nihil.

Salam persahabatan,


Andri

--- BISAI <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saudara Andri Halim yang saya hormati,
> Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat
> perkalimat. Saya merasakan
> kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah
> yang sedang dibicarakan
> dan menangkap hakekat atau inti masaalah tanpa
> berpanjang panjang atau
> berprasangka buruk. Tepat sungguh seperti yang anda
> bilang: ..."bagaimana
> cara menghilangkan"DISKRIMINASI" dengan tidak adanya
> diskriminasi lagi maka
> secara langsung efek dari Pribumi dan non Pribumi
> akan pupus dengan
> sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari
> Pribumi dan non pribumi".
> Menurut saya inilah kesimpulan terbaik  dari seluruh
> diskusi yang anda
> temukan dengan kepala dingin dan pikiran yang
> terang. Memang kita tidak
> melawan kata tapi melawan setiap pikiran, tindakan
> maupun naluri
> diskriminasi. Hanya dengan pikiran demikian kita
> bisa mendekati atau
> manangkap hakekat melawan diskriminasi secara benar
> dan terfokus.
> Mem-phoby-kan kata  yang hanya karena
> adanya instruksi  seorang
> Presiden yang kelanjutan dari seorang Presiden 
> diktator yang terguling
> sebelumnya, cumalah perbuatan sia-sia dan juga
> terlalu sentris untuk semata
> disangkutkan kepada satu etnis, sedangkan sebagian
> terbesar etnis lainnya
> harus manut begitu saja, seolah mereka tidak
> setetespun menderita racun
> diskriminasi. Pandangan sentris yang begini patut
> kita tentang justru karena
> kita menghendaki bangunan masyarakat yang pluralis
> seperti yang juga anda 
> dan saya
> menghendakinya.
> Melawan diskriminasi ataupum diskriminasi rasial
> bukan berarti semua etnis
> harus dihilangkan identitas etnis-nya, tidak ada
> lagi Jawa, tidak ada lagi
> Sunda, tidak ada lagi Melayu, Batak dsb, dan yang
> ada hanya Indonesia,
> Indonesia dan Indonesia. Itu tentu sangat indah
> kedengarannya. Dan ketika
> dua orang Indonesia yang baru berkenalan di Jakarta
> umpamanya, yang satu
> tanya : "Saudara berasal dari mana?".Lalu yang
> ditanya menjawab: "Saya
> berasal dari Indonesia". Dan lalu terjadilah dialog
> dan tanya jawab sbb:
> 
> "Di mana kampung halaman saudara?
> 
> "Kampung halaman saya  di Indonesia"
> "Dan saudara tinggal di mana?"
> "Saya tinggal di Indonesia".
> "Saudara berasal dari suku mana"
> "Saya berasal dari suku Indonesia"
> "Bisakah saya mengetahui alamat Saudara?"
> "Alamat saya di Indonesia"
> "Di manakah saudara bekerja?"
> "Saya bekerja di Indonesia"
> "Apakah pekerjaan Saudara?
> "Pekerjaan saya Indonesia".
> "Apakah saudara Bangsa Indonesia?"
> "Bukan, saya peranakan Cina".
> "Jadi saudara bukan pribumi???"
> "Ah, jangan sebut kata itu, najis! , haramejadah!
> Nah beginilah kalau kita ingin menghilangkan
> identitas etnis orang lain
> tapi cuma menjaga identitas etnis sendiri dengan
> maksud berjuang melawan
> diskriminasi hanya melalui kata-kata, perang kata
> dan pemalsuan kata. Dalam
> kehidupan, tidak semua benda bisa dijadikan benda
> politik, demikian pula
> bahasa. Tidak semua kata bisa bisa dimanipulasi
> untuk kepentingan politik.
> Dan bila sudah begini, orang(bila dia adalah
> penguasa) mulai dengan
> memperbudak kata dan lalu menjadi budak kata (yang
> dikuasai). Saya sendiri
> tidak gandrung apalagi fanatik dengan kata
> , tapi saya
> mempertanyakan, mengapa kata itu harus diharamkan
> dan hingga ini hanya anda
> yang bisa menjawab dan meyakinkan saya bahwa
> pengharaman kata  sama
> sekali bukan hakekat terjadinya diskriminasi tapi
> justru politik
> diskriminasi Orba-lah yang telah mendiskriminasi
> semua etnis, termasuk
> etnis Cina dan bukan kata  yang dijadikan
> kambing hitam.Tapi
> pertanyaan saya dalam bentuk tulisan yang juga
> menjadi

RE: [budaya_tionghua] OOT: Sulitnya Berbisnis di Indonesia

2005-09-16 Terurut Topik ulysee










Pak Har sudah pernah mengurus
surat tilang ke pengadilan belum? Saya belum pernah,
Apa iya
se”menakutkan” yang pak
Har bilang itu? Bener nih?  Pak Har bukannya
lagi nakut-nakuti toh? 

Wah, barangkali sekali-kali
saya harus membiarkan diri ‘ditilang’ terus ngurus sendiri ke pengadilan lalu
berbagi kisah disini, biar kita
bisa sama
sama meluruskan, apakah mengurus surat tilang akan ketiban double whammy itu (maksudnya apa sih
ini, jatuh terus ketiban tangga
dua kali gitu ya? hehehe)

Usul, gimana kalau pertilangan itu biar bisa dibayar
lewat ATM saja, jadi duitnya tetep
mengalir ke kas negara, citra
polisi tidak tercoreng karena urusan tilang, dan yang kena tilang
enggak buang waktu di pengadilan. 

Resikonya, muaha – tawar
tawaran ama pak pul di
jalan bisa jauuu lebih murah, hehehehhe. 

 

Kalau memikirkan pak
pul yang gajinya ngga cukup buat
hidup, ya caranya jangan bagi-bagi “tanda terimakasih” di jalan atuh. Caranya barangkali dengan
cari data, gaji polisi sebulan berapa, cukup ngga
buat hidup? Kalau sekiranya ngga cukup, ayuk kita
minta ke DPR untuk kebijakan “kenaikan gaji polisi”
sebelum kenaikan gaji anggota DPR, gitu lho.

BTW, tanya
donk pak Har, gaji pak
pulisi sebulan berapa sih? 

 

Mendepak pejabat korup. Weleh weleh, pak Har ini kok
kuatir kehabisan pejabat kalau yang korup-korup ditendang. Ya tinggal diganti
saja sama
yang “bersih” toh.
Simple as that, toh? 

Penduduk Indonesia muasih mbuanyaak sekuali kok untuk bisa
dididik jadi pejabat. Kalo korupsi lagi ya
tendang lagi saja. Gak usah takut kekurangan orang pak Har. Hehehehhe.

 

PS: Pak Har, istilah “Pencemong” itu kreatip buanget
deh. Saya mau turut mempopulerkan aahh. Tidak melanggar copy right toh? 

 

-Original Message-
From: Harry Adinegara
[mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
Sent: Friday, September 16, 2005 4:42 PM
To: el seem;
tionghoa-net@yahoogroups.com; prol; budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] OOT:
Sulitnya Berbisnis di Indonesia

 



Ada dua atau mungkin
lebih pendapat soal apa yang di-beberkan dalam tulisan dibawah ini , yakni
ber-business di Indonesia termasuk yang diwarnai dan pasti warna
 per-korup-an melekat lengket.



Pendapat pertama yalah yang terurai dalam
pendapat/sikap dibawah ini. Apakah penulis seorang pencemong Indonesia? Apa2 di
cemong mengkaitkan bahwa ber-kiprah di Indonesia itu selalu harus dibarengi
oleh rasa yang tidak sedap sebagai faktor yang harus sama2 ditelan untuk
mewujutkan hasil.

Pendapat yang kedua yang ber-nada nasionalis dan
ber-basis moral yakni kita harus mulai dari diri kita untuk memperbaiki keadaan
amburadul a.l. dalam ber-business di Indonesia. Misale,ini contoh: kalau mau
ngurus misale SIM jangan main short cut, alias nyuap. Jalani prosedurnya. Kalau
kena tilang dijalanan, tantang itu pak pul untuk membawa kita ke pengadilan.
Jangan diajak damai pak pul ini!

Jadi layaknya, apakah benar kalau kita harus punya
sikap: berani melawan arus yakni jangan mau me-nyuap pejabat atau pegawai yang
punya wewenang! Celakanya bagaimana tuh pak pul yang kerja dilapngan kalau
diperhitungkan gajihnya yang tidak memadai, buat hidup 2 minggu saja mungkin
tidak cukup. 

Celaka duabelasnya yalah pemegang atau dunia business
itu tidak punya banyak waktu. Time is money!  Misale kita ketangkap pak
pul lantas kita diajukan ke pengadilan belum tentu kita dapat solusi yang
memadai. Misale atas suatu pelanggaran hukumnya kena denda Rp 15 ribu. Kita
datang ke pengadilan tapi harus tunggu 1/2 hari. Belum lagi misale kita kena
kemplangan lebih dari Rp 15 ribu karena misale hakimnya tahu ada loop-holenya
untuk mem-persulit allias memeras pelanggar...wah bisa ber-abe urusannya. Mau
nerusin "jalan lurus" mesti nyewa pengacara. Wah achirnya pengacara
sama hakim kongkalikong memeras kita. Achirnya kita.ketiban apa yang
dinamakan ...double whammy!

Dalam alinea terachir dianjurkan untuk meniru cara ala
S'pore yakni membuang pejabat yang korup. Walah walah ,..lah berapa pejabat yang
harus kita tendang keluarsegedubraktahu2 kita hidup di-alam yang ngak
ada pejabatnya, karena semua pejabat ya +/- semuanya korup. Kan negara lebih
ungovernable alias semua orang bisa bertindak free for all! Sysah gimana
nih ya?.

Cara "mencemong" melulu , albeit ada alasan
yang kredibel, mau jadi nasionalis sejati emoh menyuap karena ini merusak
keadaan ,ya achirulkalam dua2nya tidak mempan menghadapi negara yang
segedubrak malingnya! Simple as that!

Harry Adinegara 



 






Sulitnya Berbisnis di Indonesia


ADA prinsip yang tidak beradab, tetapi dengan bangganya diterapkan di negeri
ini, yaitu jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah?

Akibatnya, yang lurus dibuat bengkok. Yang sederhana dibikin ruwet. Yang
seharusnya selesai sehari, menjadi seminggu, sebulan, bahkan setahun. Sengaja
diulur-ulur, sehingga membuka peluang untuk sogok, suap, dan pelicin.

Dengan prinsip itu, tidak ada urusan yang prosedurnya sederhana, pelayanannya
cepat, ongkosnya murah, dan has

RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik ulysee
Pertanyaan Bung Chan CT untuk menghilangkan noda kotor pada istilah
pribumi itu membuat saya kepingin nimbrung nih. 

Saya setuju sama Bung Asahan. Bahwa istilah itu sendiri yang arti
harfiahnya tidak berkonotasi jelek, tidak perlu dihilangkan. Terlalu
banyak buang tenaga untuk menghilangkan suatu istilah. Lebih gampang
mengubah 'kesan' yang tersampaikan. 

Bahwa sebelumnya istilah itu digunakan untuk kepentingan politik /
dipolitisir untuk memisahkan atau membedakan "kita/kami" dari "mereka"
sepertinya bisa dilawan lagi dengan cara politisir KONTRADIKTIF (heheheh
ini istilah beken dari perguruan sebelah) 

Usul 'gila' saya adalah : tionghua lawan dengan cara politisir lagi,
jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang bilang "kamu non-pri
yah?" langsung aja jawab, "saya pribumi koq" dengan demikian label jelek
pri- dan non-pri akan luntur sendiri. Dengan demikian tionghua sendiri
yang mendobrak pengkotak-kotakkan itu. Jangan mau dikotak-kotakin lagi.

(maap, saya bilang usul gila, abisnya waktu saya cetuskan diantara teman
dan kerabat, mereka komentarnya "gila luh" sambil ketawa-ketiwi dan
diskusi berhenti)

catatan: 
pengertian pribumi menurut KBBI = penghuni asli, berasal dari tempat
yang bersangkutan. 
{Dan tio-in berasal dari Indonesia, jadi berhak untuk menyandang sebutan
pribumi juga toh?} 

Tapi kalau buka KBBI mencari pengertian asli.. kya! Hehehehe.

-Original Message-
From: ChanCT [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, September 16, 2005 3:22 PM
To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?

Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah "Pribumi"
cukup menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah
menodai istilah "Pribumi" itu. Kata bung: "Kita bersihkan kata 
dari  semua noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator
bangsa di masa lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam
ras dan suku, sama derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang
mencintai keadilan dan melawan semua bentuk diskriminasi politik,
ekonomi, kebudayaan maupun ras."

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi,
pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu
kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah
"Pribumi" itu? Bukankah salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan
penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi" itu, yang jelas selama
ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara Indonesia ini menjadi,
"Pribumi" dan "Non-Pribumi" untuk sekelompok yang etnis Tionghoa. 



 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Chinese Emperors, makan Huang Di dan Yan Di

2005-09-16 Terurut Topik liang u
Peninggalan kuno yang sudah ribuan tahun, kebanyakan
ditemukan di sepanjang sungai Kuning. Oleh karena itu 
makan Huang Di dan Yan Di yang dianggap paling bisa
dipercaya adalah di daerah propinsi Shaanxi. Di
Shaanxi
utara ada makan Huang Di dan tiap tahun diadakan
upacara pada hari kelahirannya. Upacara ini makin lama
makin besar, karena selalu dikunjungi ribuan
pengunjung dari Tiongkok sendiri maupun dari luar
negeri. Sedang makam Yan Di ada di Baoji, bagian
selatan dari propinsi Shaanxi juga. Meskipun demikian
dibeberapa tempat lain ada makan yang bertulisan makam
Huang Di ataupun Yan Di. Mana yang benar? Masih perlu
dibuktikan, kepercayaan bahwa yang benar yang di
Shaanxi adalah karena daerah itu pusat dari kebudayaan
Tionghoa kuno.
Baru beberapa hari yang lalu di Hunan diadakan upacara
besar penghormatan hari lahir Shun, salah seorang
kaisar dari 5 Di, lima kaisar sebelum dinasti Xia.
Orang Tionghoa selalu mengakui bahwa mereka adalah
keturunan Yan dan Huang (Yan Huang Zisun). Oleh karena
itu ketika James Soong ketua partai People First Party
dari Taiwan berkunjung ke Tiongkok, ia berkunjung ke
makam Huang Di, sebagai simbol, bahwa Tiongkok daratan
maupun Taiwan adalah satu bangsa yaitu Anak Cucunya
Yan Huang.
Saya memang belum dengar ada biro travel yang
menawarkan ziarah ke makan Yan Di dan Huang Di, karena
upacara makin lama makin semarak, saya kira sebentar
lagi akan ada yang menawarkannya, kesempatan bisnis
tuh, dari Xi'an sudah tak terlalu jauh. Sedang Xi'an
sedang berkembang sebagai salah satu pusat industri
teknologi tingginya Tiongkok.
Salam



--- ANDREAS MIHARDJA <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Huang Di, The Yellow Emperor 
> The Chinese people often refer to themselves as the
> descendants of Huang Di, the Yellow Emperor, a
> part-real, part-legendary personage who is credited
> with founding the Chinese nation around 4,000 BC. He
> is known as the Yellow Emperor for his imperial
> colour, chosen for the tones ofen the yellow earth.
> Many extravagant tales have grown up around him. A
> collection of legends written down in the Warring
> States period (475-221 BC) gives the following
> account. 
> 
> Huang Di lived in a magnificent palace in the Kunlun
> Mountains in the west, with a heavenly door keeper
> who had the face of a man, the body of a tiger and
> nine tails. The Kunlun Mountains were full of rare
> birds and animals and exotic flowers and plants, and
> Huang Di had a pet bird that helped take care of his
> clothes and personal effects.
> 
> To Huang Di was attributed the invention of the
> cart, the boat and the south-pointing chariot- a
> chariot with a gear mechanism that enabled a pointer
> to always indicate south no matter which way the
> cart turned. Huang Di is said to have taken one with
> him in battle. He is credited with the laws of
> astronomy and drawing up the first calendar used by
> the Chinese people. His supposed conversations on
> diagnosis and treatment with the physician Qi Bo are
> contained in China's first medical book, Nei Jing
> (The Yellow Emperor's Canon of Medicine).
> 
> Lei Zu, Huang Di's wife, is said to have taught the
> people to raise silkworms and weave beautiful silk
> fabrics. Apparently, encouragement of the initiative
> of talented persons was a thing as much desired then
> as it is now, for the Warring States account
> mentions that this was one of Huang Di's strong
> points. As a result, a whole list of men are
> credited with inventions. Cang Jie of pictographs;
> Ling Lun, the twelve tone musical scale; Li Shou,
> various measuring instruments; and the craftsman
> Fang Bo who actually built the south-pointing
> chariot. These things all did come into existence
> four or five thousand years ago, so in this way the
> Yellow Emperor has become the symbol of the culture
> of the Chinese nation and representative of its
> talents. A pavilion on cypress-covered Mount
> Qiaoshan in Huangling county on the road north from
> Xi'an is Shananxi province marks the place said to
> be his grave. There ceremonies have been performed
> honouring him as the founder of the Chinese nation.
> A
>  theory has been advanced that Huang Di may
> represent a real leader of a tribal confederation of
> the Yangshao Neolithic culture.
> 
> A story which may originate in a memory of tribal
> wars between Huang Di and Chi You is related in the
> Taiping Yulan compiled by Li Feng and others between
> 977 and 981. (Chi You is described therein as a god,
> and in other sources as leader of tribe). He had 72
> brothers (81 by some accounts), all of them with
> ferocious visages such as a head of bronze and
> forehead of iron, a human face and the body of an
> animal. He was skilled at making weapons and casting
> bronze, and his arrows, axes and spears were
> unparalleled. He took his men to Shangdong and
> attacked the tribe of Yan Di, driving him into Huang
> Di's territory around Zhuolu in northwestern Hebei
> province. The latter was angered and went battle
> with Ch

[budaya_tionghua] Marga & Asal

2005-09-16 Terurut Topik raharjo irawan
Semarang, 17 September 2005


Salam,

Jika ditilik dari kedekatan kekerabatan, seharusnya
orang yang memiliki marga sama seharusnya lebih
familiar dengan orang lain yang bermarga sama ( Lin
dengan Lin atau Chen dengan Chen ), namun dalam
kenyataannya orang akan lebih familiar jika bertemu
dengan orang lain yang sedaerah ( Fu Jian dengan Fu
Jian atau Guang Fu dengan Guang Fu ).

Di Semarang sendiri ada 3 klenteng / rumah abu yang
mulanya didirikan oleh masing-masing marga ( Kwee,
Tan, Liem )
sedangkan yang didirikan oleh kesamaan daerah hanya 1
yaitu Klenteng / rumah abu Hwie An ( untuk perantuau
yang berasal dari Hwuie An, Fu Jian )

Mengapa demikian ? Mohon informasi.
Terima kasih.

Hormat saya,
Irawan R



___ 
How much free photo storage do you get? Store your holiday 
snaps for FREE with Yahoo! Photos http://uk.photos.yahoo.com


 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik BISAI
Bung  ChanCT Yang sangat baik,
Kalau bung bertanya bagaimana caranya menghilangkan noda dan kotoran pada
kata , maka  saya jawab: dengan memberikan pengertian yang benar
dan bebas dari tujuan-tujuan politik tertentu dan mengembalikan arti kata
itu pada asal mula artinya. Dalam kamus umum dan juga dalam banyak kamus
bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu (baca: Malaysia) kata pribumi berarti
penduduk asli, bumiputra.Bukankah itu kata Indonesia? arti netralnya, bumi
berarti tanah.
Sedangkan  berarti sebelum atau mulal-mula, yang pertama. Jadi pribumi
mengandung arti penduduk yang mula-mula atau yang pertama yang mendiami
suatu bagian bumi atau daerah atau wilayah atau kawasan tetentu. Di mana
letak rasialisnya yang dikandung kata itu. Tapi kalau kita mau main
difinisi-difinisian atau main criterium yang ketat maka akan rusaklah sebuah
semantik atau arti kata mula sebuah kata. Sebuah kata lahir bukan dari hasil
perundingan dari para cerdik pandai dan juga bukan hasil berpandir-pandir
orang-orang dungu atau setengah waras.Kata itu lahir dari kesepakatan
masyarakat suatu bahasa yang telah mereka terima atau setidaknya sebagian
besar telah menerimananya dan dipastikan sebagai sebuah kata dengan arti
tertentu. Demikian pula halnya dengan kata . Tapi kalau kita main
mutlak-mutlakan dan lantas menuntut difinisi muluk-muluk,super eksak , semua
kata akan menjadi rusak, mengalami revisi yang gila-gilaan. Mengapa
umpamanya orang harus kelabakan atau trauma akan kata  dalam  . Apakah setiap insan pribumi akan menjadi rasialis bila dia merasa
penduduk asli suatu daerah tertentu dimana ia dilahirkan, dimana orang
tuanya yang telah berketurunan berlahiran dan berdiam di sana. Ada sebuah
anekdot yang sangat populer di Perancis: "Bila ingin mencari orang Perancis
asli, datanglah ke kuburan". Jangan buru-buru
membenarkan teori anti pribumi. Orang Perancis tidak banyak ambil pusing
siapa yang suka merasa asli maupun yang tidak, kecuali Le Pen.Tapi orang
Perancis pasti akan menolak kalau dikatakan di Perancis tidak ada orang
Perancis atau penduduk asli. Persetan pada itu definisi apa itu asli apa
yang tidak asli, hak merasa asli, siapa yang punya siapa yang tidak. Semua
itu omong kosong, direkayasa dan dibikin bikin.Tapi politik, kongkretnya
politik Orba-nya Suharto dimasa ia sedang berkuasa, ia mempertajam bentrokan
ras terutama dengan ras Cina untuk mengentalkan politik diskriminasinya
sampai ke bidang bahasa. Asli atau pribumi dia beri arti mutu dan perbedaan
hak antara dua macam manusia yang berlainan ras. Inilah yang telah berkali
kali saya uraikan sebagai mengotori dan mencemarkan arti sebuah kata yang
netral seperti kata  menjadi kata yang lalu ditabukan oleh
penerusnya Habibi dengan intsruksinya yang melarang penggunaan kata
"pribumi"dan "non pribumi" dengan maksud untuk menutupi wajah diskriminasi
rasialnya. Tapi orang menilai dan melihat perbuatannya dan bukan cuma
kata-katanya yang lalu menjadi istruksinya sebagai Presiden. Apa yang telah
dibuat Habibi kongkretnya dalam mencari, menangkap para pelaku kerusuhan dan
teror rasial di bulan Mei 1998?. Apakah dia telah menangkap para
biangkeladi, para penyulut, para pelaku kerusuhan itu. Siapa orang-orangnya?
apakah sudah diadili  dan dipenjara? siapa nama-namanya? di mana atau
dipenjara mana mereka-mereka itu sekarang, dari oknum-oknum yang mana saja?.
Cobalah jawab pertanyaan dasar ini.
Lalu apakah dia (Habibi) telah menjamin secara hukum dan dilakukan dalam
praktek bahwa etnis Cina yang telah melarikan diri ke luar negeri bisa
kembali ke Indonesia dengan aman?.
Lalu apakah sesudah pengharaman dan pelarangan kata "pribumi"dan "non
pribumi: semua etnis Cina tidak lagi didiskriminasi, sudah merasa aman
tentram? Mengapa dia gagal jadi Presiden pilihan rakyat padahal telah
dianggap pahlawan anti diskriminasi rasial maupun segala bentuk diskriminasi
sosial, ekomomi, politik dsb-nya? Masih bergunung pertanyaan, apa yang telah
dia buat kongkret atas perlawanannya terhadap diskriminasi rasial di
Indonesia, dalam perbuatan dan bukan cuma dalam kata-kata dan instruksi
melulu. Berdiri di belakang Habibi (bukan cuma dia juga produk mega Orba)
dan menganggapnya sebagai pahlawan anti diskriminasi rasial adalah
kekeliruan yang dalam, salah kaprah dalam pandangan politik maupun ideologi.
Kardinal fout .
Kembali ke soal kata . Mengharamkan kata itu lalu timbul kebutuhan
mengharamakan kata
 untuk menegasi kata  yang  dijadikan trauma itu.
Betul-betul ini sebuah lingkraran setan yang dibuat-buat untuk menyiksa diri
dan juga pada giliranya menyiksa orang lain. Kalau umpamanya ke Belitung
berdatangan orang-orang dari suku lain seperti Jawa, Madura, Sunda ke pulau
Belitung (yang sekarang bukan main banyaknya) lalu saya atau kami orang
Belitung menyebutnya sebagai warga-warga pendatang, lalu saya atau kami
dituduh rasialis karena itu berarti mendiskriminasi mereka sebagai "non
pribumi". La ila Haillalla, mak, alangkah telah pengapnya dunia ini dibikin
para ahli definisi, tukang-tukang kriterium

[budaya_tionghua] Tengsua (Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China))

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Eddy menulis:

kenapa orang2 pionir yang berasal tiongkok dikenal sebagai teng sua
nang ( teng sua lang )?
apakah memang ada gunung Tang di sana, hubungannya dengan dinasti Tang
apa?

terus istilah "long man" kadang2 muncul penerbit buku inggris, apakah
itu berkorelasi dengan teng nang ? (dulu waktu SD, kukira itu :) )

terus di jogja, temanku ngaku orang hok cia, itu suku apa lagi?



Rinto Jiang:

Bukan orang pionir, tetapi semua orang Tionghoa pantas disebut
teng-sua-nang (teng-sua-lang). Tenglang (Tangren) itu artinya orang
Tang, Tengsua (Tangshan) itu artinya daratan Tang. Sua (Shan) terkadang
tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai gunung. Tangshan muncul
sebagai sebutan daratan Tiongkok berpasangan dengan sebutan Nanyang
yang digunakan untuk menyebut Asia Tenggara. Nanyang arti harfiahnya
Samudera Selatan, namun tentu tak dapat diartikan harfiah sebagai
samudera, cuma sebagai sebutan untuk menyebut daerah di sebelah selatan
Tiongkok. Universitas Teknologi Nanyang di Singapura mengambil nama
dari sebutan ini.

Longman itu nama penerbit, mungkin kamu itu sering beli kamus
Inggris-Chinese-nya terbitan Longman. Longman tak ada hubungannya
dengan ke-Tionghoa-an. Indira bila menerbitkan Tintin, tentu saja hanya
sebatas penerbit - terbitan, bukan ada korelasi dengan ke-Tintin-an.

Hokchia itu nama sebuah tempat di daerah Hokkian, tepatnya Kotamadya
Fuqing. Boleh digolongkan ke dalam orang Hokkian. Orang Hokchia yah
asal leluhurnya dari Hokchia, seperti halnya orang Tiochiu berasal dari
Kotamadya Tiochiu di Provinsi Guangdong. Ini sebenarnya macam kita
bertanya bila bertemu sesama orang Indonesia di LN, orang mana kamu?
Orang Medan, orang Ambon. Pengecualian bagi orang Hakka, karena orang
Hakka tidak punya tempat asal melainkan tersebar di provinsi Guangdong,
Guangxi dan Fujian.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










[budaya_tionghua] Sun Go Kong dan Hanoman

2005-09-16 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA




My opinion dibawah -- AndreasTanya:Sun Go Kong dan Hanoman adalah sama2 digambarkan dalam wujud kera. Apakah ada benang merah di antaranya?Jawab:Menjawab pertanyaan satu teman di sini, saya akan berusaha menyajikan informasi dari sudut budaya sastra. Bila ada teman yang dapat menambah dari aspek agama atau kepercayaan dipersilahkan sekali. Mohon koreksinya bila ada yang salah pada rangkuman saya di bawah.Sun Go Kong adalah salah satu tokoh utama dalam salah satu novel klasik Tiongkok "Shi You Ji" "Perjalanan ke Barat" karya Wu Cheng-en pada masa Dinasti Ming yang kemudian populer selama berabad2 lamanya baik di dalam maupun di luar Tiongkok. Dalam novelnya itu, Wu terlihat lebih menekankan tokoh Sun Go Kong daripada tokoh sejarah asli Pendeta Xuan Zang (Tang San-zhang/Tong Sam-Cong) dapat dilihat dari penokohan Pendeta Tong sebagai seorang yang baik hati namun lemah dan
 pengecut. Padahal dalam sejarah aslinya, Pendeta Tong mengadakan ekspedisi sendirian yang dapat membuktikan ketegarannya. Walaupun di tengah jalan ia bertemu dengan seorang teman bernama Shih Pan Tuo, namun temannya itu kemudian melarikan diri ketika mereka menemui kesulitan. Kesulitan yang dimaksud adalah perampokan oleh bandit2 di tengah jalan. Saya di suatu kesempatan menyimak tayangan tentang Pendeta Tong di channel Discovery. Oleh Discovery, Pendeta Tong difilmkan sedang dikejar2 oleh para bandit berparas Asia Tengah sebelum akhirnya sampai ke India dalam satu penggal cerita.Riwayat Sun Go Kong dalam novel secara sekilas adalah tinggi badan 1.33 meter, pada umur 320 tahun ia menuju Gunung Hua Guo, menjadi dewa dengan gelar "Qi Tian Da Sheng" pada umur 357 tahun. 180 tahun kemudian, karena suka membangkang, ia dihukum ditimpa di bawah Gunung Wuzhi selama 500 tahun. Setelah itu, ia berguru kepada Pendeta Tong dan menjalankan perintah untuk mengawal Pendeta Tong mengambil
 kitab suci ke India. Ia dikisahkan adalah perwujudan dari sebuah kera batu.Dalam perkembangannya, karena Sun Go Kong terkenal akan kesaktiannya, muncul opini bahwa Wu mengambil tokoh Sun Go Kong muncul dari inspirasinya atas cerita Ramayana dari India yang mana juga ada mengisahkan tokoh kera sakti Hanoman. Di dalam kalangan sastrawan Tiongkok sendiri juga terdapat pendapat yang mendukung opini ini, namun mayoritas menolak teori ini. Juga ada yang berpendapat bahwa Wu mendapat inspirasi dari Hanoman, namun Sun Go Kong kemudian digambarkan tanpa ada kaitan sama sekali denan Hanoman India.Lu Xun (1881~1936) adalah Bapak Sastra Modern Tiongkok yang terkenal. Ia berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah karya Wu yang mengambil inspirasi dari cerita karya Lee Gong-zuo yang hidup di zaman Dinasti Tang. Dalam novelnya berjudul "Gu Yue Du Jing", ia menceritakan tentang siluman sakti bergelar Huai Wo Shuei Shen yang akhirnya juga berhasil ditaklukkan oleh kekuatan Buddha.
 Setelahnya ia berganti nama menjadi Wu Zi Qi. Lu Xun berpendapat bahwa Wu Cheng-en mengambil tokoh Sun Go Kong atas modifikasi Wu Zi Qi. Lalu, sastrawan lain juga berpendapat bahwa tokoh Sun Go Kong adalah asli Tiongkok karena ada seorang pendeta yang juga terkenal di masa Dinasti Tang bergelar Wu Kong (Go Kong = Hokkian), nama asli Che Chao-feng.Namun Hu Shi, sastrawan lain berpendapat bahwa Wu mengambil inspirasi dari Hanoman yang dikisahkan dalam cerita Ramayana. Karena ia berspekulasi bahwa tidak mungkin cerita Ramayana yang terkenal itu tidak sampai di Tiongkok. Jadi pasti ada pengaruh Hanoman pada karya Wu Cheng-en tadi. Ada pula sastrawan lain Ji Xian-lin yang berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah Hanoman yang dimodifikasi menjadi Sun Go Kong tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman-nya sendiri kecuali sama2 merupakan kera sakti. Namun kera sakti Sun Go Kong jelas adalah perpaduan antara kepercayaan, cerita rakyat dan kreasi daripada penulisnya sendiri, Wu
 Cheng-en.Akhirnya giliran saya mengemukakan pendapat pribadi. Menurut saya, walaupun Ramayana adalah cerita lebih awal daripada Shi You Ji, namun mengatakan Sun Go Kong adalah sama dengan Hanoman adalah suatu pendapat yang tidak seluruhnya benar. Kepopuleran Ramayana yang merupakan legenda agama Hindu di Tiongkok juga tidak terbukti karena agama Hindu tidak pernah menyebar ke Tiongkok seperti halnya di Indonesia. Sun Go Kong juga bukan ciptaan dari Wu sebenarnya, karena di masa sebelumnya, Dinasti Song Selatan, telah ada dikisahkan Sun Go Kong dalam buku "Da Tang San Zang Qu Jing Shi Hua". Bila tetap harus mengatakan Sun adalah Hanoman, maka darimana pula munculnya tokoh Zhu Ba Jie (Ti Pat Khai) ? Wu adalah seorang sastrawan dan seorang sastrawan selalu berkarya berdasarkan ilham yang muncul waktu itu.Ada orang yang menyatakan bahwa Sun Go Kong adalah tokoh nyata yang pernah hidup di dunia dengan ditemukannya makam Sun Go Kong.Makam
 dengan nama Sun Go Kong memang ditemukan di Kabupaten Shunchang, Provinsi Fujian, diperkirakan berasal dari zaman Ming, sesuai dengan masa ditulisnya novel Perjalanan ke Barat. Namun kera sakti dipastikan hanya sebuah 

Re: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-16 Terurut Topik Eddy Tlessh



ada yg lupa...

kenapa orang2 pionir yang berasal tiongkok dikenal sebagai teng sua nang ( teng sua lang )?
apakah memang ada gunung Tang di sana, hubungannya dengan dinasti Tang apa?

terus istilah "long man" kadang2 muncul penerbit buku inggris, apakah
itu berkorelasi dengan teng nang ? (dulu waktu SD, kukira itu :) )

terus di jogja, temanku ngaku orang hok cia, itu suku apa lagi?

sorry banyak bertanya, soalnya terus terang kita angkatan muda banyak
hal yang tidak kita ketahui, dan tidak tahu kepada siapa mesti
ditanyakan...

btw ada yang tahu ungkapan streotype nya suku2 itu, just want to know,
setahuku tio ciu  - hao lian(sok berani), khek - kam siap (pelit),
yang lainnya apa ya ?

Eddy
On 9/16/05, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



  
  




KT menulis:

Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan

bangsa Tiongkok jaman dahulu? 

Thanks,
Karang Terjal


Skalaras menulis:

Oh, "Han" nya Korea karakternya berbeda dengan "Han" nya Tiongkok.

selain menyebut dirinya orang Han, mengacu pada Dinasti Han, orang
tionghoa
juga menyebut dirinya orang Tang, bumi tiongkok pun disebut Tang Shan (
gunung Tang ), mengacu pada Dinasti Tang.

ZFy


Rinto Jiang:

Bangsa Korea erat kaitannya dengan bangsa Han (Tiongkok), hubungan di
mereka sudah ada sejak 3000 tahun lalu. Korea dalam beberapa masa
adalah negara protektorat Tiongkok. Di masa Dinasti Qing, Korea malah
termasuk dalam wilayah Tiongkok. Sampai pada tahun 1895 sewaktu Qing
kalah perang dari Jepang, Qing terpaksa menarik tentaranya dari Korea
dan Jepang masuk menduduki Korea. Qing kemudian terpaksa mengakui
kedaulatan Korea dan menyerahkannya menjadi protektorat Jepang. Tahun
1910, Jepang memaksa Korea menandatangani aneksasi Korea ke dalam
Jepang. Resmilah Korea menjadi wilayah Jepang.

Korea sejak lama sama seperti Jepang menggunakan karakter kanji (Hanzi)
sebagai bahasa tulisan mereka. Pada abad ke-14, Kaisar Korea baru
memperkenalkan Hangul sebagai bentuk tulisan Korea yang sekarang kita
kenal, namun tata cara dan pelafalannya mengandung banyak lafal dan
kosa kata dari Bahasa Han Kuno Baru, yang lebih kurang sezaman dengan
dialek Hokkian.

Pakaian tradisional Korea sekarang juga adalah peninggalan dari zaman
Ming.

Mengenai sebutan Han untuk Korea sekarang seperti kata Zhou-xiong
adalah tidak sama karakternya dengan sebutan Han kepada orang Tionghoa.
Hanguo ini juga baru muncul sebutannya sejak tahun 1890-an, sebelumnya
Korea disebut sebagai Chaoxian di zaman dulu, lalu pada zaman Tang
disebut sebagai Gaoli. Gaoli inilah yang menjadi cikal bakal kata Korea
sekarang, karena lafal Gaoli dalam bahasa Korea adalah Koryu.

Orang Tiongkok di sebelah utara (beifang ren) menyebut diri mereka
sebagai orang Han, sedangkan orang Tiongkok selatan menyebut dirinya
sebagai orang Tang. Karena leluhur orang Tionghoa di Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan, maka sebutan Tangren
(Tenglang) lebih populer di Indonesia. Perbedaan ini dikarenakan pada
zaman Qin dan Han, walau daerah selatan Tiongkok telah menjadi wilayah
Tiongkok, namun mereka masih dianggap bangsa barbar oleh orang Han di
utara. Sampai pada zaman Tang, di mana banyak sekali orang Han yang
bermigrasi ke selatan dan berasimilasi dengan suku asli setempat, juga
karena Dinasti Tang membawa Tiongkok ke zaman keemasannya, sehingga
orang Han di selatan menyebut diri mereka sebagai orang Tang.

Orang Tiongkok di utara dan selatan juga punya beberapa perbedaan
mendasar. Orang Han di utara pintar berpolitik, lebih tegap
perawakannya, makan gandum, berdialek utara (mandarin), pintar berkuda
(kavaleri) sedangkan orang Tang di selatan pintar berdagang, lebih
kecil perawakannya, makan nasi, berdialek macam2 (Hokkian, Kanton,
Hakka, Wu), jago perang di atas air. Secara genetik, orang utara juga
lebih dekat ke Asia Tengah sedangkan orang selatan lebih dekat ke Asia
Tenggara.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  


Indonesia
  
  

Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 

   To unsubscribe from this group, send an email to: 
[EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.




  









-- Best Regards,Eddy






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
 

Re: [budaya_tionghua] [ASM 10] Rubrik ASM: Sebuah kilas balik

2005-09-16 Terurut Topik hong yenyen




Dear Moderator,
 
Saya anggota baru, baru join kira-kira satu setengah bulan yang lalu. Kebetulan pada saat saya join, waktu itu lagi terjadi diskusi yang pelik dan 'panas', saya kaget benar karena suasananya sangat panas dan menyinggung masalah diskriminasi. Wah, waktu itu saya hampir sudah mau unsubcribe karena tidak tahan membacanya, ha ha...
tapi tidak tahu kenapa hati nurani ini bilang, 
"Yen, bersabarlah... coba jalani dulu beberapa waktu lagi baru ambil keputusan..."
 
Sekarang, saya mulai menyadari banyak sekali info dan pengetahuan yang bisa peroleh, apalagi ada tambahan rubrik ASM. Sekarang malah bersyukur waktu itu tidak langsung unsubcribe, he he Banyak insight berharga yang bisa saya peroleh, tapi yang sangat berharga bagi saya adalah demokrasisasi dalam mengemukakan pendapat dan tanggapan dari 'beberapa' anggota milis termasuk moderator yang tenang dan toleran.
 
Thanks.
 
 
Salam semangat terus,
YennyRinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Rubrik "Apa Siapa Mengapa" disingkat ASM yang mulai dibuka pada tanggal 22 Juli 2005 lalu telah sampai pada tulisan ke-10. Saya rencanakan 10 artikel sekali akan diadakan kilas balik 9 artikel ASM sebelumnya. ASM-8 dan ASM-9 saya ajukan hari ini karena selama 2 minggu ke depan saya akan absen dari forum karena sesuatu dan lain hal. Kerjaan moderasi akan dilaksanakan anggota tim moderator lainnya yang berpiket.Pertama, ASM rencananya saya ajukan ke forum seminggu sekali, namun dikarenakan kesibukan sehingga saya sendiri tidak berani mensyaratkan pra-kondisi ini. Bila ada waktu dan bahan tentunya ASM akan muncul lebih sering. Namun bila waktu sibuk dan ketradaan bahan, maka frekuensi ASM akan jarang. Mohon maklumnya dari anggota-anggota penyimak semua.ASM-1 sampai ASM-9 adalah sebagai berikut:ASM-1 Kuncir (Taucang) http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13512Mengenai sejarah berkuncir di kalangan lelaki Tionghoa, ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan salah satu anggota. (Sejarah)ASM-2 Apakah benar Kwan Kong bermuka merah?http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13657Mengenai pertanyaan mengapa Kwan Kong selalu digambarkan bermuka merah padam. Ilham pribadi setelah melihat iklan minuman di TV tentang Kwan Kong, Liu Bei dan Zhang Fei. (Tokoh)ASM-3 Tradisi bakar2an dalam kebudayaan Tionghoahttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13911Ritual bakar2an yang sering dilakukan namun tidak dimengerti maknanya.(Adat
 tradisi)ASM-4 Istilah Konghuhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14037Mengenai pertanyaan mengapa orang Kanton di Indonesia disebut sebagai orang Konghu.(Etnisitas Tionghoa)ASM-5 Tentang Triadhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14105Triad, hubungannya dengan Sun Yat-sen, Chiang Kai-shek dan perkembangan mutakhir Triad. Menjawab pertanyaan seorang anggota yang heran Chiang Kai-shek pernah menjadi anggota Triad.(Sejarah)ASM-6 Lun Gwee: Bulan kabisat dalam kalender Imlekhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14268Sudah sering dibahas, namun masih banyak yang belum mengetahui adanya
 bulan kabisat di dalam kalender Tionghoa.(Adat tradisi)ASM-7 Tentang vampire Tiongkokhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14477Vampire Tiongkok, diilhami oleh tulisan Julie tentang mayat yang digiring untuk berjalan sendiri ke makamnya. Juga ada penjelasan mengenai vampire di film2 HK.(Serba-serbi)ASM-8 Sun Go Kong dan Hanomanhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14533Benang merah persamaan Sun Go Kong dan Hanoman. Apakah karakter Sun Go Kong Tionghoa diilhami dari karakter Hanoman India?(Tokoh)ASM-9 Asal mula kata Chinahttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14534Kata China
 sering disinyalir berasal dari kata Chin dari Dinasti Qin, namun sebenarnya tidak demikian halnya. Darimanakah asal mula kata China itu?(Sejarah)Komposisi dari 9 artikel ini adalah 3 artikel berkaitan dengan sejarah, 2 artikel tentang adat tradisi, 2 artikel berkaitan dengan karakter tokoh Tionghoa, 1 artikel etnisitas Tionghoa. Dari 9 artikel juga, cuma 2 artikel yang tidak ada hubungan secara langsung dengan ke-Tionghoa-an di Indonesia. Mudah2an ASM tetap akan dapat saya lanjutkan dengan dukungan anggota sekalian dan dengan ini dapat memperkaya khazanah Forum Budaya Tionghua sebagai forum guna revitalisasi kebudayaan Tionghoa sebagai bagian integral dari kebudayaan nasional Indonesia.Rinto Jiang__Do You Yahoo!?Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
 

Re: [budaya_tionghua] Mandarin (Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China))

2005-09-16 Terurut Topik Eddy Tlessh
thanks, Rinto hia

oh..it's oke mungkin sua koi istilah lokal khusus untuk daerah sekitar 
khuntien, ayam gunung, untuk orang madura.
hanya pengen tahu aja datang dari mana... :)

kata khuntien juga datang dari mana ya, apa pelafalan dari kata pontianak 
(yg bahasa melayunya untuk kuntilanak)? bisa minta penulisan khuntien, dan 
kalau diartikan secara huruf jadi artinya apa ya ?
trs asal kata si cui untuk surabaya datang dari mana ?





On 9/16/05, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Eddy menulis:
> 
> kalau kata 'mandarin' itu dari mana asalnya ?
> 
> terus istilah sua koi (san kee) datang dari mana asalnya? 
> 
> 
> Rinto Jiang:
> 
> Asal kata mandarin pernah saya tuliskan di sini, saya juga lupa kapan.
> 
> Mandarin sebenarnya adalah sebutan buat pejabat kekaisaran Dinasti Qing di 
> zaman dulu. Karena Dinasti Qing didirikan oleh suku Manchu, maka pejabat 
> kekaisaran disebut sebagai man-da-ren (orang besar Man). Bahasa resmi 
> pemerintahan Dinasti Qing pada waktu itu adalah dialek Utara yang kita kenal 
> sebagai bahasa Han sekarang ini, maka otomatis bahasa yang digunakan antar 
> pejabat tersebut kemudian disebut sebagai bahasa Mandaren. Lidah orang barat 
> kemudian melafalkannya menjadi mandarin.
> 
> Beberapa kosa-kata Tionghoa juga mempengaruhi bahasa Inggris, seperti 
> istilah "coolie" yang berarti buruh kasar. Itu diserap langsung dari "kuli" 
> (baca: khulik) yang dalam bahasa mandarin adalah pekerja kasar.
> 
> Soa koi apa? Ayam gunung? Ayam kampung?
> 
> 
> Rinto Jiang




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Mandarin (Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China))

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Eddy menulis:

kalau kata 'mandarin' itu dari mana asalnya ?

terus istilah sua koi (san kee) datang dari mana asalnya?



Rinto Jiang:

Asal kata mandarin pernah saya tuliskan di sini, saya juga lupa kapan.

Mandarin sebenarnya adalah sebutan buat pejabat kekaisaran Dinasti Qing
di zaman dulu. Karena Dinasti Qing didirikan oleh suku Manchu, maka
pejabat kekaisaran disebut sebagai man-da-ren (orang besar Man). Bahasa
resmi pemerintahan Dinasti Qing pada waktu itu adalah dialek Utara yang
kita kenal sebagai bahasa Han sekarang ini, maka otomatis bahasa yang
digunakan antar pejabat tersebut kemudian disebut sebagai bahasa
Mandaren. Lidah orang barat kemudian melafalkannya menjadi mandarin.

Beberapa kosa-kata Tionghoa juga mempengaruhi bahasa Inggris, seperti
istilah "coolie" yang berarti buruh kasar. Itu diserap langsung dari
"kuli" (baca: khulik) yang dalam bahasa mandarin adalah pekerja kasar.

Soa koi apa? Ayam gunung? Ayam kampung?


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










Re: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-16 Terurut Topik Eddy Tlessh



kalau kata 'mandarin' itu dari mana asalnya ?

terus istilah sua koi (san kee) datang dari mana asalnya?On 9/16/05, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



  
  




KT menulis:

Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan

bangsa Tiongkok jaman dahulu? 

Thanks,
Karang Terjal


Skalaras menulis:

Oh, "Han" nya Korea karakternya berbeda dengan "Han" nya Tiongkok.

selain menyebut dirinya orang Han, mengacu pada Dinasti Han, orang
tionghoa
juga menyebut dirinya orang Tang, bumi tiongkok pun disebut Tang Shan (
gunung Tang ), mengacu pada Dinasti Tang.

ZFy


Rinto Jiang:

Bangsa Korea erat kaitannya dengan bangsa Han (Tiongkok), hubungan di
mereka sudah ada sejak 3000 tahun lalu. Korea dalam beberapa masa
adalah negara protektorat Tiongkok. Di masa Dinasti Qing, Korea malah
termasuk dalam wilayah Tiongkok. Sampai pada tahun 1895 sewaktu Qing
kalah perang dari Jepang, Qing terpaksa menarik tentaranya dari Korea
dan Jepang masuk menduduki Korea. Qing kemudian terpaksa mengakui
kedaulatan Korea dan menyerahkannya menjadi protektorat Jepang. Tahun
1910, Jepang memaksa Korea menandatangani aneksasi Korea ke dalam
Jepang. Resmilah Korea menjadi wilayah Jepang.

Korea sejak lama sama seperti Jepang menggunakan karakter kanji (Hanzi)
sebagai bahasa tulisan mereka. Pada abad ke-14, Kaisar Korea baru
memperkenalkan Hangul sebagai bentuk tulisan Korea yang sekarang kita
kenal, namun tata cara dan pelafalannya mengandung banyak lafal dan
kosa kata dari Bahasa Han Kuno Baru, yang lebih kurang sezaman dengan
dialek Hokkian.

Pakaian tradisional Korea sekarang juga adalah peninggalan dari zaman
Ming.

Mengenai sebutan Han untuk Korea sekarang seperti kata Zhou-xiong
adalah tidak sama karakternya dengan sebutan Han kepada orang Tionghoa.
Hanguo ini juga baru muncul sebutannya sejak tahun 1890-an, sebelumnya
Korea disebut sebagai Chaoxian di zaman dulu, lalu pada zaman Tang
disebut sebagai Gaoli. Gaoli inilah yang menjadi cikal bakal kata Korea
sekarang, karena lafal Gaoli dalam bahasa Korea adalah Koryu.

Orang Tiongkok di sebelah utara (beifang ren) menyebut diri mereka
sebagai orang Han, sedangkan orang Tiongkok selatan menyebut dirinya
sebagai orang Tang. Karena leluhur orang Tionghoa di Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan, maka sebutan Tangren
(Tenglang) lebih populer di Indonesia. Perbedaan ini dikarenakan pada
zaman Qin dan Han, walau daerah selatan Tiongkok telah menjadi wilayah
Tiongkok, namun mereka masih dianggap bangsa barbar oleh orang Han di
utara. Sampai pada zaman Tang, di mana banyak sekali orang Han yang
bermigrasi ke selatan dan berasimilasi dengan suku asli setempat, juga
karena Dinasti Tang membawa Tiongkok ke zaman keemasannya, sehingga
orang Han di selatan menyebut diri mereka sebagai orang Tang.

Orang Tiongkok di utara dan selatan juga punya beberapa perbedaan
mendasar. Orang Han di utara pintar berpolitik, lebih tegap
perawakannya, makan gandum, berdialek utara (mandarin), pintar berkuda
(kavaleri) sedangkan orang Tang di selatan pintar berdagang, lebih
kecil perawakannya, makan nasi, berdialek macam2 (Hokkian, Kanton,
Hakka, Wu), jago perang di atas air. Secara genetik, orang utara juga
lebih dekat ke Asia Tengah sedangkan orang selatan lebih dekat ke Asia
Tenggara.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  


Indonesia
  
  

Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 

   To unsubscribe from this group, send an email to: 
[EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.




  









-- Best Regards,Eddy






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






KT menulis:

Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan

bangsa Tiongkok jaman dahulu? 

Thanks,
Karang Terjal


Skalaras menulis:

Oh, "Han" nya Korea karakternya berbeda dengan "Han" nya Tiongkok.

selain menyebut dirinya orang Han, mengacu pada Dinasti Han, orang
tionghoa
juga menyebut dirinya orang Tang, bumi tiongkok pun disebut Tang Shan (
gunung Tang ), mengacu pada Dinasti Tang.

ZFy


Rinto Jiang:

Bangsa Korea erat kaitannya dengan bangsa Han (Tiongkok), hubungan di
mereka sudah ada sejak 3000 tahun lalu. Korea dalam beberapa masa
adalah negara protektorat Tiongkok. Di masa Dinasti Qing, Korea malah
termasuk dalam wilayah Tiongkok. Sampai pada tahun 1895 sewaktu Qing
kalah perang dari Jepang, Qing terpaksa menarik tentaranya dari Korea
dan Jepang masuk menduduki Korea. Qing kemudian terpaksa mengakui
kedaulatan Korea dan menyerahkannya menjadi protektorat Jepang. Tahun
1910, Jepang memaksa Korea menandatangani aneksasi Korea ke dalam
Jepang. Resmilah Korea menjadi wilayah Jepang.

Korea sejak lama sama seperti Jepang menggunakan karakter kanji (Hanzi)
sebagai bahasa tulisan mereka. Pada abad ke-14, Kaisar Korea baru
memperkenalkan Hangul sebagai bentuk tulisan Korea yang sekarang kita
kenal, namun tata cara dan pelafalannya mengandung banyak lafal dan
kosa kata dari Bahasa Han Kuno Baru, yang lebih kurang sezaman dengan
dialek Hokkian.

Pakaian tradisional Korea sekarang juga adalah peninggalan dari zaman
Ming.

Mengenai sebutan Han untuk Korea sekarang seperti kata Zhou-xiong
adalah tidak sama karakternya dengan sebutan Han kepada orang Tionghoa.
Hanguo ini juga baru muncul sebutannya sejak tahun 1890-an, sebelumnya
Korea disebut sebagai Chaoxian di zaman dulu, lalu pada zaman Tang
disebut sebagai Gaoli. Gaoli inilah yang menjadi cikal bakal kata Korea
sekarang, karena lafal Gaoli dalam bahasa Korea adalah Koryu.

Orang Tiongkok di sebelah utara (beifang ren) menyebut diri mereka
sebagai orang Han, sedangkan orang Tiongkok selatan menyebut dirinya
sebagai orang Tang. Karena leluhur orang Tionghoa di Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan, maka sebutan Tangren
(Tenglang) lebih populer di Indonesia. Perbedaan ini dikarenakan pada
zaman Qin dan Han, walau daerah selatan Tiongkok telah menjadi wilayah
Tiongkok, namun mereka masih dianggap bangsa barbar oleh orang Han di
utara. Sampai pada zaman Tang, di mana banyak sekali orang Han yang
bermigrasi ke selatan dan berasimilasi dengan suku asli setempat, juga
karena Dinasti Tang membawa Tiongkok ke zaman keemasannya, sehingga
orang Han di selatan menyebut diri mereka sebagai orang Tang.

Orang Tiongkok di utara dan selatan juga punya beberapa perbedaan
mendasar. Orang Han di utara pintar berpolitik, lebih tegap
perawakannya, makan gandum, berdialek utara (mandarin), pintar berkuda
(kavaleri) sedangkan orang Tang di selatan pintar berdagang, lebih
kecil perawakannya, makan nasi, berdialek macam2 (Hokkian, Kanton,
Hakka, Wu), jago perang di atas air. Secara genetik, orang utara juga
lebih dekat ke Asia Tengah sedangkan orang selatan lebih dekat ke Asia
Tenggara.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Sebuah masyarakat yang madani (Civil Society) dan maju tak akan 
menggunakan istilah "pri" dan "bukan pri", walau disetiap bahasa, ada 
istilah ini. Indigeneous dalam bahasa Inggris, Einheimische(r) dalam 
bahasa Jerman.

Namun, di Jerman, Austria, kita tak pernah mendengar pemakaian bahasa 
ini dalam kehidupan se-hari hari. Tidak dikantor, tidak dijalan, atau 
dimanapun. Puluhan tahun saya hidup di Austria ini, dimana banyak 
kaum pendatang, namun tak dipakai istilah ini.

Andaipun ada istilah yang setengah resmi seperti "Zugereiste(r)", 
yang berarti "yang baru datang", ini hanya merujuk pada kelompok 
penduduk yang belum benar benar terintegrasikan, terutama dari sisi 
bahasa.

Tetapi pemakaian resmi, seperti dinegeri kita. Ini harus ditolak 
tegas. Orang Jawa bagi saya, adalah orang Jawa yang turun temurun, 
maupun mereka keturunan Arab, India, Tionghoa, Indo atau manapun, 
yang telah membudaya di Jawa.

Hal yang sama terlihat di Minahasa. Mereka hanya membedakan "Kawanua" 
yakni warga Minahasa, ataupun bukan. Yang bukan adalah yang belum 
membudaya. Pengunjung. Otherwise mereka tak bedakan agama, ataupun 
etnis. Kawanua ya Kawanua.

Kalau kita belum juga mampu menyingkirkan hal ini, maka kita tak akan 
mampu menyongsong haridepan kita.

Pembedaan ini selain tak ada faedahnya dari sisi apapun, malah hanya 
memperrsulit nation building yang benar yang kita butuhkan.

Atau, kalau kita memang mau mendirikan negara kecil kecil berdasarkan 
ethnis. Maka jangan heran, kalau kelak di Bagan Si Api Api atau 
Pontianak ada negara kecil yang warganya adalah Tionghoa. Mirip 
Singapura. Tetapi, jangan bicara Bhineka Tunggal Ika, lalu memakai 
istilah pri dan non pri.



Salam

RM Danardono HADINOTO








--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bung Asahan yang budiman,
> 
> Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan 
istilah "Pribumi" cukup menarik, kita harus membuang segala 
pengertian kotor yang telah menodai istilah "Pribumi" itu. Kata 
bung: "Kita bersihkan kata  dari  semua noda dan kotoran 
yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di masa lalu. Semua 
kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku, sama 
derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai 
keadilan dan melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi, 
kebudayaan maupun ras."
> 
> Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. 
Tapi, pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan 
begitu kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini melekat keras 
pada istilah "Pribumi" itu? Bukankah salah satu cara yang dekat, 
adalah menghentikan penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi" 
itu, yang jelas selama ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga 
negara Indonesia ini menjadi, "Pribumi" dan "Non-Pribumi" untuk 
sekelompok yang etnis Tionghoa. 
> 
> Mungkinkah tercapai seperti yang bung artikan, bahwa semua kita 
adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku? Tentu saja 
sulit, ya. Karena setelah kita gunakan sebutan istilah pribumi pada 
sekelompok warga, akan ada sekelompok lain yang harus disebut non-
pribumi. Kalau kita sebut sekelompok warga dengan sebutan orang 
Indonesia asli, tentu ada sekelompok lain yang harus disebut menjadi 
non-asli. Lalu, kita harus memberi definisi siapa saja yang bisa 
dikategorikan "Pribumi" dan "Asli-Indonesia" dan yang lain 
menjadi "Non-Pribumi" dan "Non-asli".
> 
> Kalau kita semua mengakui, secara biologis penghuni di 
Nusantara ini adalah pendapatang dari daeerah Yunnan itu, jadi 
hanyalah berbeda waktu, sekelompok datang lebih dahulu dan yang lain 
lebih belakang, maka sebenarnya kita semua, sudah tidak lagi berhak 
menyandang "Pribumi" atau "Asli-Indonesia", yang masih berhak 
disebut "Pribumi" hanyalah orang-orang Nusatenggara dan Irian-Papua 
yang berkulit kehitam-hitaman dan berambut kriting itu. Ini kalau 
kita melihat dari sudut biologis. Bukankah begitu?
> 
> Lalu, untuk mengikuti sebagaimana pengertian "Pribumi" yang 
bung ajukan itu, dimana semua kita adalah sama-sama pribumi, mungkin 
hanya bisa dibenarkan kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya 
awam akan HUKUM, tapi kira-kira bisa diajukan dalam pengertian 
begini: Berdasarkan ketentuan Undang-undang No.3 tahun 1946, yang 
menetapkan asas ius-soli, jadi setiap orang yang lahir di Indonesia 
sebagai orang Indonesia. Maka, secara hukum bisa dikatakan orang-
orang yang lahir di Indonesia sejak diundangkannya pada tahun 1946 
itulah orang-orang Indonesia asli, yang "Pribumi". Tentu, dengan 
tidak mempedulikan seorang itu dari ras apa, suku apa dan etnis apa, 
asal dia lahir di Indonesia, maka bisa dikategorikan Pribumi, yang 
asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya digunakan untuk membedakan orang-
orang pendatang, yang tidak lahir di Indonesia, entah orang Belanda, 
orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang menjadi warganegara 
Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, orang-orang yang 
tidak lahir di Indonesi

Re: [budaya_tionghua] Re: [ASM 9] Asal mula kata China

2005-09-16 Terurut Topik skala selaras
Oh, "Han" nya Korea karakternya berbeda dengan "Han" nya Tiongkok.

selain menyebut dirinya orang Han, mengacu pada Dinasti Han, orang tionghoa
juga menyebut dirinya orang Tang, bumi tiongkok pun disebut Tang Shan (
gunung Tang ), mengacu pada Dinasti Tang.

ZFy

- Original Message -
From: "karang_terjal" <[EMAIL PROTECTED]>


>
> Hal ini mengingatkan saya bahwa Bangsa Korea juga menyebut diri
> mereka dgn sebutan orang Han.
> Negara mereka di sebut: Tae Han Min Kuk (Republik Korea).
> Han Kuk = Korea
> Nam Han = Korea Selatan
> Puk Han = Korea Utara
>
> Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan
> bangsa Tiongkok jaman dahulu?
>
> Thanks,
> Karang Terjal


 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: [ASM 9] Asal mula kata China

2005-09-16 Terurut Topik karang_terjal
Bro. Rinto,

Hal ini mengingatkan saya bahwa Bangsa Korea juga menyebut diri 
mereka dgn sebutan orang Han. 
Negara mereka di sebut: Tae Han Min Kuk (Republik Korea).
Han Kuk = Korea
Nam Han = Korea Selatan
Puk Han = Korea Utara

Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan 
bangsa Tiongkok jaman dahulu? 

Thanks,
Karang Terjal


>Di zaman Han, orang Tionggoan
> sendiri juga tidak menggunakan kata Qin untuk menyebut negara
> mereka, namun menggunakan kata Han, seperti yang tercatat dalam
> literatur Jepang. Orang Tionggoan pada zaman itu juga mulai 
menyebut
> diri mereka orang Han dan bukan Qin.




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> Tanya:
> 
> Asal mula kata China saat ini selalu dikatakan adalah berasal dari 
> Dinasti Chin (Qin) yang terkenal itu. Apakah benar begitu?
> 
> Jawab:
> 
> China sering dipercaya diambil dari kata Chin (Dinasti Qin) yang 
> merupakan dinasti pertama di Tiongkok. Namun sebenarnya China bukan 
> berasal dari kata tersebut dikarenakan orang Tiongkok sendiri tidak 
> menyebut diri mereka sebagai orang Qin (Chin) namun menyebut diri 
> sebagai orang Han.
> 
> Saya lampirkan sepenggal tulisan yang dimuat di milis medio Januari 
lalu.

CUT--
> 
> Tulisan selengkapnya dapat dilihat di:
> 
> http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/10449
> 
> 
> Rinto Jiang





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] OOT: Sulitnya Berbisnis di Indonesia

2005-09-16 Terurut Topik Harry Adinegara



Ada dua atau mungkin lebih pendapat soal apa yang di-beberkan dalam tulisan dibawah ini , yakni ber-business di Indonesia termasuk yang diwarnai dan pasti warna  per-korup-an melekat lengket.
Pendapat pertama yalah yang terurai dalam pendapat/sikap dibawah ini. Apakah penulis seorang pencemong Indonesia? Apa2 di cemong mengkaitkan bahwa ber-kiprah di Indonesia itu selalu harus dibarengi oleh rasa yang tidak sedap sebagai faktor yang harus sama2 ditelan untuk mewujutkan hasil.
Pendapat yang kedua yang ber-nada nasionalis dan ber-basis moral yakni kita harus mulai dari diri kita untuk memperbaiki keadaan amburadul a.l. dalam ber-business di Indonesia. Misale,ini contoh: kalau mau ngurus misale SIM jangan main short cut, alias nyuap. Jalani prosedurnya. Kalau kena tilang dijalanan, tantang itu pak pul untuk membawa kita ke pengadilan. Jangan diajak damai pak pul ini!
Jadi layaknya, apakah benar kalau kita harus punya sikap: berani melawan arus yakni jangan mau me-nyuap pejabat atau pegawai yang punya wewenang! Celakanya bagaimana tuh pak pul yang kerja dilapngan kalau diperhitungkan gajihnya yang tidak memadai, buat hidup 2 minggu saja mungkin tidak cukup. 
Celaka duabelasnya yalah pemegang atau dunia business itu tidak punya banyak waktu. Time is money!  Misale kita ketangkap pak pul lantas kita diajukan ke pengadilan belum tentu kita dapat solusi yang memadai. Misale atas suatu pelanggaran hukumnya kena denda Rp 15 ribu. Kita datang ke pengadilan tapi harus tunggu 1/2 hari. Belum lagi misale kita kena kemplangan lebih dari Rp 15 ribu karena misale hakimnya tahu ada loop-holenya untuk mem-persulit allias memeras pelanggar...wah bisa ber-abe urusannya. Mau nerusin "jalan lurus" mesti nyewa pengacara. Wah achirnya pengacara sama hakim kongkalikong memeras kita. Achirnya kita.ketiban apa yang dinamakan ...double whammy!
Dalam alinea terachir dianjurkan untuk meniru cara ala S'pore yakni membuang pejabat yang korup. Walah walah ,..lah berapa pejabat yang harus kita tendang keluarsegedubraktahu2 kita hidup di-alam yang ngak ada pejabatnya, karena semua pejabat ya +/- semuanya korup. Kan negara lebih ungovernable alias semua orang bisa bertindak free for all! Sysah gimana nih ya?.
Cara "mencemong" melulu , albeit ada alasan yang kredibel, mau jadi nasionalis sejati emoh menyuap karena ini merusak keadaan ,ya achirulkalam dua2nya tidak mempan menghadapi negara yang segedubrak malingnya! Simple as that!
Harry Adinegara 

Sulitnya Berbisnis di IndonesiaADA prinsip yang tidak beradab, tetapi dengan bangganya diterapkan di negeri ini, yaitu jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah?Akibatnya, yang lurus dibuat bengkok. Yang sederhana dibikin ruwet. Yang seharusnya selesai sehari, menjadi seminggu, sebulan, bahkan setahun. Sengaja diulur-ulur, sehingga membuka peluang untuk sogok, suap, dan pelicin.Dengan prinsip itu, tidak ada urusan yang prosedurnya sederhana, pelayanannya cepat, ongkosnya murah, dan hasilnya memuaskan. Kalau mau hasil yang cepat dan memuaskan, satu-satunya jalan melalui pintu belakang. Urusan itu dijadikan transaksi di bawah meja, yang berarti harus membayar lebih mahal lagi.Dengan cara mempersulit itulah para birokrat mengeruk rezeki. Pungutan liar itu dilakukan sangat telanjang, terang-terangan, tanpa tedheng aling-aling. Bahkan, di banyak
 instansi, praktik kotor itu tidak lagi dianggap sebagai penyimpangan dan aib. Uang haram itu justru dinilai sebagai 'uang terima kasih', yang dianggap wajar diminta dan diterima karena telah memberi pelayanan. Semakin cepat dan memuaskan pelayanan yang diberikan, semakin pantas pula mendapatkan 'uang terima kasih' yang semakin besar.Karena itu, sama sekali tidak mengejutkan, hasil survei yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat bawah dalam kemudahan berbisnis. Dari 155 negara yang disurvei International Finance Corporation dan Bank Dunia, Indonesia menempati urutan ke-115. Posisi itu tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand yang menempati daftar 30 negara teratas.Sebagai gambaran, untuk mengurus lisensi bisnis di Indonesia diperlukan 570 hari dan 34 prosedur, Malaysia butuh 300 hari dan 31 prosedur, sedangkan Singapura hanya 69 hari dengan 23 prosedur. Selisih yang luar biasa, yaitu urusan di
 Malaysia sembilan bulan lebih cepat. Membandingkannya dengan Singapura lebih memalukan lagi, karena di sana lebih cepat 16 bulan!Lebih celaka lagi, selain mengurus lisensi bisnis lebih lama, perusahaan di Indonesia membayar pajak dari keuntungan kotor lebih mahal jika dibandingkan dengan perusahaan di Malaysia dan Thailand.Jelas sekali negeri ini tidak probisnis. Masalahnya terang benderang. Solusinya pun sebenarnya gamblang. Yaitu, pangkas prosedur yang berbelit-belit, tiru saja Singapura, serta buang aparat yang mempersulit urusan yang mudah dari jajaran birokrasi.Gamblang, tetapi memerlukan keberanian ekstra dari yang berkuasa.[Non-text portions of this message have been remo

[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik ChanCT
Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah "Pribumi" cukup 
menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah menodai istilah 
"Pribumi" itu. Kata bung: "Kita bersihkan kata  dari  semua noda dan 
kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di masa lalu. Semua 
kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku, sama derajat dan 
semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai keadilan dan melawan semua 
bentuk diskriminasi politik, ekonomi, kebudayaan maupun ras."

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi, pernahkah 
bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu kotornya, jahatnya 
pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah "Pribumi" itu? Bukankah 
salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan penggunaan istilah "Pribumi" 
dan "Non-Pribumi" itu, yang jelas selama ini digunakan untuk mengkotak-kotak 
warga negara Indonesia ini menjadi, "Pribumi" dan "Non-Pribumi" untuk 
sekelompok yang etnis Tionghoa. 

Mungkinkah tercapai seperti yang bung artikan, bahwa semua kita adalah 
pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku? Tentu saja sulit, ya. Karena 
setelah kita gunakan sebutan istilah pribumi pada sekelompok warga, akan ada 
sekelompok lain yang harus disebut non-pribumi. Kalau kita sebut sekelompok 
warga dengan sebutan orang Indonesia asli, tentu ada sekelompok lain yang harus 
disebut menjadi non-asli. Lalu, kita harus memberi definisi siapa saja yang 
bisa dikategorikan "Pribumi" dan "Asli-Indonesia" dan yang lain menjadi 
"Non-Pribumi" dan "Non-asli".

Kalau kita semua mengakui, secara biologis penghuni di Nusantara ini adalah 
pendapatang dari daeerah Yunnan itu, jadi hanyalah berbeda waktu, sekelompok 
datang lebih dahulu dan yang lain lebih belakang, maka sebenarnya kita semua, 
sudah tidak lagi berhak menyandang "Pribumi" atau "Asli-Indonesia", yang masih 
berhak disebut "Pribumi" hanyalah orang-orang Nusatenggara dan Irian-Papua yang 
berkulit kehitam-hitaman dan berambut kriting itu. Ini kalau kita melihat dari 
sudut biologis. Bukankah begitu?

Lalu, untuk mengikuti sebagaimana pengertian "Pribumi" yang bung ajukan 
itu, dimana semua kita adalah sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa dibenarkan 
kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM, tapi kira-kira 
bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan ketentuan Undang-undang No.3 
tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli, jadi setiap orang yang lahir di 
Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka, secara hukum bisa dikatakan 
orang-orang yang lahir di Indonesia sejak diundangkannya pada tahun 1946 itulah 
orang-orang Indonesia asli, yang "Pribumi". Tentu, dengan tidak mempedulikan 
seorang itu dari ras apa, suku apa dan etnis apa, asal dia lahir di Indonesia, 
maka bisa dikategorikan Pribumi, yang asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya 
digunakan untuk membedakan orang-orang pendatang, yang tidak lahir di 
Indonesia, entah orang Belanda, orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang 
menjadi warganegara Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, 
orang-orang yang tidak lahir di Indonesia, kemudian menjadi Indonesia dengan 
naturalisasi inilah yang bisa disebut sebagai non-pribumi, non-asli Indonesia. 

Tapi sungguh, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di 
Indonesia selama ini tidak demikian adanya. "Pribumi" dan "Non-Pribumi" adalah 
sebutan yang dipakai untuk mengkotak-kotak kelompok yang ada didalam 
masyarakat, jelasnya untuk menyudutkan kelompok yang etnis Tionghoa itu. 
Menghadapi kenyataan begini, apa tidak lebih baik kita sambut instruksi 
Presiden itu, agar dihentikan penggunaan istilah "Pribumi" yang jelas merusak 
persatuan bangsa ini? Apa kiranya yang mau dan bisa dicapai dengan 
mempertahankan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi" itu?

Saya pun setuju, melawan diskriminasi rasial tidaklah berarti meniadakan 
segala perbedaan yang ada pada setiap ras, setiap suku dan setiap etnis. 
Apalagi hanya ditujukan untuk meniadakan identitas etnis tertentu. Berpegang 
teguh pada semboyan Bhineka Tungal Ika, dimana kita bersatu-teguh dengan segala 
perbedaan yang ada, ya beda ras, ya beda suku, ya beda etnis, ya beda agama, ya 
beda ideologi. Sayang seribu sayang, sekalipun sudah lebih 60 tahun semboyan 
Bhineka Tunggal Ika diserukan dan berkumandang di Nusantara ini, tapi belum 
juga terwujud dalam kenyataan hidup yang sesunguhnya. Itulah tugas berat 
generasi muda untuk lebih keras berjuang mempercepat gerak-langkah melanjutkan 
cita-cita pejuang kemerdekaan yang belum selesai itu. 

Salam,
ChanCT


  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Friday, September 16, 2005 6:15 AM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan 
Non Pribumi?


  Saudara Andri Halim yang saya hormati,
  Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat perkalimat. Saya merasakan
  kejernihan pikiran a

[budaya_tionghua] [ASM 10] Rubrik ASM: Sebuah kilas balik

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Rubrik "Apa Siapa Mengapa" disingkat ASM yang mulai dibuka pada tanggal
22 Juli 2005 lalu telah sampai pada tulisan ke-10. Saya rencanakan 10
artikel sekali akan diadakan kilas balik 9 artikel ASM sebelumnya.
ASM-8 dan ASM-9 saya ajukan hari ini karena selama 2 minggu ke depan
saya akan absen dari forum karena sesuatu dan lain hal. Kerjaan
moderasi akan dilaksanakan anggota tim moderator lainnya yang berpiket.

Pertama, ASM rencananya saya ajukan ke forum seminggu sekali, namun
dikarenakan kesibukan sehingga saya sendiri tidak berani mensyaratkan
pra-kondisi ini. Bila ada waktu dan bahan tentunya ASM akan muncul
lebih sering. Namun bila waktu sibuk dan ketradaan bahan, maka
frekuensi ASM akan jarang. Mohon maklumnya dari anggota-anggota
penyimak semua.

ASM-1 sampai ASM-9 adalah sebagai berikut:

ASM-1 Kuncir (Taucang) 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13512
Mengenai sejarah berkuncir di kalangan lelaki Tionghoa, ditulis sebagai
jawaban atas pertanyaan salah satu anggota. 
(Sejarah)

ASM-2 Apakah benar Kwan Kong bermuka merah?
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13657
Mengenai pertanyaan mengapa Kwan Kong selalu digambarkan bermuka merah
padam. Ilham pribadi setelah melihat iklan minuman di TV tentang Kwan
Kong, Liu Bei dan Zhang Fei. 
(Tokoh)

ASM-3 Tradisi bakar2an dalam kebudayaan Tionghoa
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13911
Ritual bakar2an yang sering dilakukan namun tidak dimengerti maknanya.
(Adat tradisi)

ASM-4 Istilah Konghu
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14037
Mengenai pertanyaan mengapa orang Kanton di Indonesia disebut sebagai
orang Konghu.
(Etnisitas Tionghoa)

ASM-5 Tentang Triad
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14105
Triad, hubungannya dengan Sun Yat-sen, Chiang Kai-shek dan perkembangan
mutakhir Triad. Menjawab pertanyaan seorang anggota yang heran Chiang
Kai-shek pernah menjadi anggota Triad.
(Sejarah)

ASM-6 Lun Gwee: Bulan kabisat dalam kalender Imlek
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14268
Sudah sering dibahas, namun masih banyak yang belum mengetahui adanya
bulan kabisat di dalam kalender Tionghoa.
(Adat tradisi)

ASM-7 Tentang vampire Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14477
Vampire Tiongkok, diilhami oleh tulisan Julie tentang mayat yang
digiring untuk berjalan sendiri ke makamnya. Juga ada penjelasan
mengenai vampire di film2 HK.
(Serba-serbi)

ASM-8 Sun Go Kong dan Hanoman
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14533
Benang merah persamaan Sun Go Kong dan Hanoman. Apakah karakter Sun Go
Kong Tionghoa diilhami dari karakter Hanoman India?
(Tokoh)

ASM-9 Asal mula kata China
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14534
Kata China sering disinyalir berasal dari kata Chin dari Dinasti Qin,
namun sebenarnya tidak demikian halnya. Darimanakah asal mula kata
China itu?
(Sejarah)

Komposisi dari 9 artikel ini adalah 3 artikel berkaitan dengan sejarah,
2 artikel tentang adat tradisi, 2 artikel berkaitan dengan karakter
tokoh Tionghoa, 1 artikel etnisitas Tionghoa. Dari 9 artikel juga, cuma
2 artikel yang tidak ada hubungan secara langsung dengan ke-Tionghoa-an
di Indonesia. Mudah2an ASM tetap akan dapat saya lanjutkan dengan
dukungan anggota sekalian dan dengan ini dapat memperkaya khazanah
Forum Budaya Tionghua sebagai forum guna revitalisasi kebudayaan
Tionghoa sebagai bagian integral dari kebudayaan nasional Indonesia.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










[budaya_tionghua] OOT: KISAH SERBA-SERBI ( Ibu Saya - bagian satu )

2005-09-16 Terurut Topik Sobron Aidit
Sobron Aidit :



K I S A H  S E R B A-S E R B I
   ( Ibu Saya - bagian satu )


Ibu saya seandainya masih hidup - gampang menghitung umurnya. Sebab beliau 
lahir pada tahun 1900. Jadi kini seandainya beliau masih hidup - sama dengan 
umur Tahun Masehinya = 105 tahun. Tetapi ibu saya meninggalnya pada tahun 
1968 - jadi beliau berusia 68 tahun.

Ibu saya betul-betul tokoh wanita desa atau wanita kampung zaman lama. 
Beliau butahuruf - tidak pernah bersekolah. Tetapi pergaulannya samasekali 
tidak kampungan. Ketika ayah saya masih menjadi anggota DPR dan kami tinggal 
di Jakarta di Kepu Selatan - ayah sering membawa ibu ke Istana Negara. Dan 
Ibu walaupun butahuruf tetapi jauh dari rasa rendah-diri - 
minderwaardigheidscomplex. Dia biasa-biasa saja. Tetap menyugi. Sugi itu 
adalah tembakau yang diisap di pinggir atau ujung bibir. Barangkali sebagai 
pengganti rokok bagi wanita. Wanita zaman dulu - zaman Ibu saya - rata-rata 
menyugi. Besar sugi itu rata-rata seperti ujung-jempol-jari-tangan. Kalau 
yang besar, sampai sebesar buah jengkol - atau bahkan seperti bola pingpong 
yang kecilan dikit.

Karena tembakaunya diisap-isap - maka warna mulut - bibir dan tangan akan 
menjadi merah - merah sekali. Ketika acara mau ke Istana Negara - ayah 
selalu menasehatkan agar ibu tidak menyugi atau sementara ke dan berada di 
Istana - tidak menyugi. Rupanya saran dan nasehat ayah ini dengan keras 
dibantah ibu. "Kalau mau mengajak aku ke sana -  melarang aku menyugi - 
karena ini sama dengan merokok bagi lelaki, maka baiklah kau saja sendirian 
- dan aku lebih baik di rumah saja...dan menyugi", demikian kata ibu. Dan 
ayah rupanya kalah, apalagi dengan argumentasi ibu. Yang katanya menyugi itu 
sama dengan merokok bagi lelaki!

Dan ayah kalah - ibu diajak ayah ke Istana Negara - dengan bebas buat menygi 
kapan saja dan di mana saja. Tetapi ayah tetap punya pesan yang keras 
terhadap ibu. " Jangan lupa, jangan sampai sembarangan meletakkan bekas 
sugimu itu!", demikian kata ayah. Dan ibu tidak menanggapinya. Sebenarnya 
mengapa hal-hal demikian dipesankan ayah - karena ada alasannya. Bukan hanya 
ibu saja yang ternyata menyugi di Istana Negara itu. Sebab bekas sugi 
beberapa orang yang entah siapa - selalu ada-ada saja yang tergeletak di 
pinggir kursi atau di bawah kursi atau diletakkan dalam asbak di beberapa 
meja di ruangan penonton di Istana. Biasanya ayah akan selalu mengajak ibu 
ke Istana - pabila acaranya tidak sangat resmi. Misalnya ada tontonan Wayak 
Golek - acara ansambel Nyanyi Tari dan pertunjukan buat Istana. Pabila 
Presiden menerima wakil negara - dutabesar baru - ayah biasanya tidak akan 
mengajak ibu - dan lagi kalau hanya acara begituan - ibu juga tidak mau 
ikut. Ibu akan ikut pabila acaranya ada yang akan dilihat - ditonton. Lain 
dengan saya - kalau acaranya Wayang Golek semalam suntuk - saya minta ikut 
bersama ayah dan ibu - sebab tengah malam biasanya ada makanan enak! Ada 
nasi goreng - bayangkan nasi-goreng made in Istana rek! Ada penganan 
tradisional - serabi - kue putu - bajigur - kacangrebus dan banyak lagi. 
Bagi saya sih bukan tontonan Wayang Golek atau Wayang Wong-nya itu - tapi 
perkara hidangannya itu lho!

Nah, perkara ini ibu tidak berpikiran seperti saya. Yang saya banggakan pada 
diri ibu saya - beliau sedikitpun tak ada rasa rendah diri di depan begitu 
banyak orang-orang terpelajar dan pada wangi dengan bau-bauan dan kilatan 
perhiasan di bagian tubuh dan badannya para bunda yang cantik-cantik dan  
hebat-hebat itu. Ibu sebagai wanita kampungan - yang butahuruf - tidak 
sekolahan - tetap sama keberadaannya dengan para ibu-ibu pembesar lainnya. 
Dan saya juga bangga juga pada ayah saya - beliau tidak merasa malu mengajak 
ibu buat datang ke Istana Negara walaupun istrinya adalah orang kampung - 
wanita desa - dan nggak sekolahan lagi! Kalkau saya ingat-ingat - kedua 
orangtua saya ini - ada kebanggaan saya - hebat mereka berdua ini. Yang 
menjadi masalah bukannya hal-hal besar dan prinsipil - tetapi bagaimana 
seandainya tidak membawa peralatan sugi - tembakau - yang selalu menjadi 
kebiasaan ibu. Dan ibu tetap dengan pendiriannya yang teguh. Kalau mau 
mengajak aku ke Istana - sekali-kali jangan melarang aku menyugi! Tuh 
laranglah kaummu yang enak-enak merokok itu - kira-kira begitulah kalau ibu 
mau marah! Dan aku diam-diam mengacungkan jempol kepada ibu yang berani 
menentang ayah dalam perkara sugi ini! Dan ayah kalau telak!

---

Paris,-   16 September 05,-






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/gr

[budaya_tionghua] [ASM 9] Asal mula kata China

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Tanya:

Asal mula kata China saat ini selalu dikatakan adalah berasal dari
Dinasti Chin (Qin) yang terkenal itu. Apakah benar begitu?

Jawab:

China sering dipercaya diambil dari kata Chin (Dinasti Qin) yang
merupakan dinasti pertama di Tiongkok. Namun sebenarnya China bukan
berasal dari kata tersebut dikarenakan orang Tiongkok sendiri tidak
menyebut diri mereka sebagai orang Qin (Chin) namun menyebut diri
sebagai orang Han.

Saya lampirkan sepenggal tulisan yang dimuat di milis medio Januari
lalu.
Menanggapi opini Xuan Tong-xiong yang menyatakan bahwa kata
China berasal dari bahasa Sansekerta, memang banyak pendapat seperti
itu bersumber dari sejarahwan Barat yang mengambil sumbernya dari
India. Namun saya ingin menyatakan analisis saya atas pendapat di atas.
Kontak pertama India dan Tiongkok adalah melalui Jalan Sutra.
Terbentuknya jalan sutra dapat kita bagi menjadi 2 bagian, bagian barat
dan timur. Bagian barat adalah yang menghubungkan India Utara dengan
Timur Tengah. Ini terbentuk pada abad 3 SM. Pada saat itu, Yunani
sedang berkuasa di Timur Tengah dan Laut Tengah. Ini yang menyebabkan
ada pengaruh kebudayaan India (dalam hal ini Buddhisme) dalam kesenian
Yunani seperti arca dan patung Yunani yang bentuknya mirip dengan
perwujudan arca Buddha di India. Bagian timur Jalan Sutra menghubungkan
India Utara dengan Tiongkok. Ini tercatat sejarah pada zaman Dinasti
Han. Bersamaan dengan ini, agama Buddha pertama kali tersebar ke
Tiongkok. 

Dari sumber2 sejarah India, memang ada kontak dengan daerah
yang disebut "Cina" pada waktu sebelum berdirinya Dinasti Qin (abad 3
SM). Namun dituliskan bahwa yang disebut "Cina" bukanlah Tiongkok orang
Han yang adanya di Tionggoan, namun hanyalah dengan suku minoritas di
Tibet dan Yunnan. Ini dapat dimengerti karena memang kontak Tiongkok
dengan India terhalang oleh "natural barrier" yang berupa Pegunungan
Himalaya. Ini juga menyebabkan mengapa kontak antara India dan Tiongkok
terhitung lambat dibanding dengan kontak India dengan Timur Tengah dan
Eropa walau jarak mereka lebih jauh. Jadi, memang ada istilah "Cina" di
dalam literatur India kuno, namun bukanlah merujuk kepada Tionggoan
(orang Han) yang kita kenal. Bila kemudian penggunaan istilah "Cina"
ini kemudian meluas itu dikarenakan orang India menganggap orang Han
adalah juga orang Timur (relatif dibandingkan India) sama dengan suku
minoritas di Yunnan dan Tibet sedangkan yang disebut orang Barat di
sini tentu adalah orang Persia dan Yunani.
  
Menilik keadaan di atas, maka memang dapat diterima bahwa asal mula
kata "China" adalah berasal dari India dan bukan dari kata Qin. Ini
dikarenakan pada zaman Qin, belum ada kontak antara Tionggoan dengan
India maupun Eropa melalui Timteng. Di zaman Han, orang Tionggoan
sendiri juga tidak menggunakan kata Qin untuk menyebut negara mereka,
namun menggunakan kata Han, seperti yang tercatat dalam literatur
Jepang. Orang Tionggoan pada zaman itu juga mulai menyebut diri mereka
orang Han dan bukan Qin.

Tulisan selengkapnya dapat dilihat di:

http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/10449


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.