Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik
Kok spt nya persis kayak Blue Energi yg berani jual produknya dg harga separo harga pasaran.Dari Proyek ini PLTLP ( pembangkit Listrik tenaga Lumpur Panas ) akan dijual listriknya 289 - 433,7 Rp/Kwh atau 3 - 4,7 C$ / Kwh , padahal rata rata PLTP dijawa ini harganya sdh mendekati 8 c$/Kwh.padahaldg teknologi biasa ,( ngebor dg sumur ukuran / diameter dan kedalamannya yg biasa , serta tanpa harus mengalirkan air kedalam reservoar untuk dijadikan uap panas )Target proyek ini akan memanfaatkan panas 500 F atau 260 C pada kedalaman 20 Km ( 20.000 m ) dg memasukan air dan airnya akan menjadi uap yg akan digunakan menggerakan turbin dan menghasilkan listrik dg capasity faktor 70 - 80 % dg biaya 2,5 Juta $/WM ( 2000 MW / 5,2 Milyar $ )Rasanya kok model blue energi juga penjelasannya... banyak hil hil yg mustahil...kalau harganya bisa separonya dan ngapain harus ngebor segitu dalam kalau cuma mendapatkan temp segitu dan harus memasukan air ( dingin )segala dan harus ditempat itu yg tingkat kerepotannya tinggi ( daerah Lusi ) ISM > > memang harus di cross check nih, benar juga sama pak de > rovicky.. > > 10,000 ft ~ 3 km terus diameter 12 ft ~ 144inch, ehm setau > saya drilling untuk migas aja yg terbesar 30" dan itu > conductor pipe yg kedalamannya paling tidak kurang dari > 200m, > kalo saya membayangkan : > 1. ehmm siapa yah yg buatin casing dengan diameter > sebesar itu ??terus bitnya pake opo yah ?? > 2. kalo si "lusi" ini terus keluar dan menyebar di permukaan > emangnya dimana tuh drilling rignya ?? apa ntar ngga > tenggelam juga tuh apa si "lusi" ?? > 3. kalo iya nanti pake sistem horizontal well, moso sih bisa > dengan diamter 144inch ?? > 4. apa engineer dan expertise dari vlociti yg ada di uwak > sam kagak ikut serta tuh ?? > > khawatir proyek yg mega budget ini (47 T) ntar berhenti > ditengah jalan layaknya proyek monorail yg ujung2 ntar > ngerugiin masyarakat > > yah positive thinking saja, mudah2an berguna buat > masyarakat > > > > > "Rovicky Dwi > Putrohari" > <[EMAIL PROTECTED] > To m> >iagi-net@iagi.or.id > >cc> > 09/07/2008 02:21 > PM >Subject > Re: [iagi-net-l] LUSI > - Pembangkit Listrik > > > Please respond to > <[EMAIL PROTECTED] > > .id> > > > > > > > > > "Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk > mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. > Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas." > > WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ? > Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ... > > > RDP > > 2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra <[EMAIL PROTECTED]>: >> Nah lho.sudah ada yg serius mencoba >> memanfaatkannya... >> ** >> *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik >> >> * >> >> >> Tenaga Panas Lumpur Lapindo >> Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo >> selama dua > tahun >> tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. >> Buktinya, > perusahaan >> energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc >> berniat memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit >> listrik tenaga panas bumi (PLTP). >> >> Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin >> Tarib membeberkan kelayakan rencana proyeknya di hadapan >> staf khusus Sekretariat Wapres > Alwi >> Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7). >> >> Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah >> bernegosiasi dengan pemilik teknologi geotermal untuk >> melaksanakan proyek yang > rencananya >> menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 >> triliun) siap diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. "Panas >> bumi yang merupakan bencana > di >> Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk >> seluruh masyarakat," tegas Taswin, yang mengaku bisa >> berbahasa Inggris, Jerman, Indonesia, dan dialek lokal itu. >> >> Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik >> dari panas lumpur Lapindo akan dihasilkan dengan empat >> pembangkit lorong vertikal (vertical tunnels). Vlociti >> bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical > Construction >> Machine dari Amerika Serikat. "Teknologi energi ini sudah >> diterapkan di Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang >> dihasilkan 200-500 mw," > jelasnya. >> Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya >> akan > melibatkan >> Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, >> ada dana > sendiri >> dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan >> memakai dana grup sendiri, collateral (jaminan) yang >> digunakan ialah milik grup dan tidak memerlukan collateral >> dari PLN atau pemerintah. >>
Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi
Saya gak tahu apakah di Indonesia ada aturan soal PLN beli listrik dari masarakat (dalam skala perorangan). Di beberapa negara, pemilik properti terangsang untuk membangkitkan listrik sendiri melalui solar cell dll karena kelebihan listriknya bisa dialirkan (dijual) kembali ke electricity grid, selain juga ada insentif perpajakan lain. Yang saya tahu di Indones, ia baru ada skema pembelian listrik oleh PLN dari skala desa seperti yang dirintis oleh Tri Mumpuni (alumnus Undip) yang oleh Tempo pernah ditahbiskan sebagai SuperWoman Indonesia. Salam Oki --- On Wed, 7/9/08, Y S Yuwono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Y S Yuwono <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, July 9, 2008, 5:37 PM Noor yth. Maksud saya bukan melecehkan hasil karya orang kita sendiri. Saya juga amat salut kalau kita pergi ke pelosok desa yang belum ada listrik, penduduk setempat terutama banyak di Jawa Barat, mereka membuat kincir kecil di sungai dekat kampung mereka untuk dipasangi generator berukuran 1000 watt-an sekedar untuk menyalakan TV dan penerangan rumah. Mereka harus diacungi jempol dengan swadaya yang mereka lakukan. Maksud saya itu lho yang berwenang kok tidak berwawasan terintegrasi, misalnya mengenai kebijakan energi nasional harusnya mulai dengan kebijakan yang terintegrasi untuk mengantisipasi krisis energi seperti yang terjadi sekarang ini. Sumber energi kita cukup melimpah (di luar bahan bakar fosil). Contoh: rencana bendungan Jati Gede di Jawa Barat sudah dimulai penelitian sejak 1973 (saya tugas akhir S-1 di sana di bawah Prof. Sampurno), sudah 35 th lebih blm terealisir, pembebasan tanah sudah dilakukan sejak 20 th yang lalu, saya dan teman-2 Ekologi Unpad sudah melakukan penelitian AMDAL bahkan sudah 2 kali Nasib..?? Salam, Yatno - Original Message - From: "noor syarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, July 03, 2008 11:16 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi > Pak Yatno, > Ibarat kuman di seberang lautan keliatan tapi gajah di pelupuk mata malah > tidak kelihatan (kelilipan kali yah...)... > Ya itulah kalau kita melihat sesuatu dari LN kok selalu bagus dan kita > memujinya...namun karena di akhir posting ada kalimat: Indonesia???, maka > saya tergelitik juga bahwa yang seperti itu juga ada di > Indonesia..Kita tidak boleh melupakan beberapa usaha sejenis yang > sudah dirintis di kampung-kampung (Garut, Banten, Jawa Tengah, dll)... > cuman memang karena made in Indonesia dan buatan orang kampung, maka yang > itu tidak pernah dilirik orang.. padahal sudah banyak kok yang pasang > mini PLTA, pembangkit mikrohydro, solar cell dll... > Kalau kita bicara energi, maka salah satu yang bisa kita lakukan mulai > saat ini oleh kita kita sendiri maupun bersama adalah dengan mengubah > perilaku kita sehari-hari: > - mengurangi konsumi BBM dengan cara merencanakan dengan baik pemakaian > kendaraan > - mengurangi beban listrik dengan mematikan lampu yang tidak perlu > - kalau memang tidak tahan dingin ya AC-nya dikecilin, bukan malah ACnya > tetap digedein tapi kitanya pakai jaket:-( > - dll. > salam, > > > > - Original Message > From: Y S Yuwono <[EMAIL PROTECTED]> > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Friday, July 4, 2008 1:02:35 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi > > Rekans, > Di Negara Barat (4 musim), energi sekecil apapun akan dimanfaatkan secara > efisien. Air panas 120 der C juga sangat ekonomis misalnya untuk pemanas > ruangan di musim dingin. > Di Prancis ada air terjun dengan danau di bawahnya di lereng Alpen yang > hanya berair di musim panas. Mereka bikin turbin pembangkit listrik tapi > air > yang terbatas itu tidak dialirkan, tetapi dipompa kembali ke atas untuk > selanjutnya dipakai menggerakkan turbin lagi secara kontinyu. Lalu energi > utk memompa ke atas apakah tidak tekor dengan produksi yang dihasilkan? > Tentu saja tekor. Tetapi no problem karena sistim kelistrikan di sana > sudah > integrated dari berbagai sumber termasuk PLTN. Pemompaan air ke atas > dilakukan pada saat jam-jam low demand dan dihentikan pada saat jam-jam > peak > demand. PLTN tidak dapat di switch off mendadak sehingga saat kelebihan > listrik (jam tidak sibuk), kelebihan ini dimanfaatkan untuk "membayar > ketekoran" tadi, sehingga PLTA tadi tetap Ekonomis meskipun hasilnya > tekor. > Hebat bukan? Ada contoh lagi. Sungai Rhone yang melewati kota Lyon > mempunyai > debit yang sangat besar tetapi tidak ada air terjun karena topografi > landai. > Maka setian jarak beberapa km dibuat bendung untuk meninggikan air > beberapa > meter sehingga seperti air terjun kecil bertingkat2. Di situ dipasang > turbin > untuk PLTA kecil2 tetapi banyak sekali sehingga memberikan sumbangan > energi > yang cukup signifikan. Indonesia > Salam, > Yatno > > > ---
Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik
memang harus di cross check nih, benar juga sama pak de rovicky.. 10,000 ft ~ 3 km terus diameter 12 ft ~ 144inch, ehm setau saya drilling untuk migas aja yg terbesar 30" dan itu conductor pipe yg kedalamannya paling tidak kurang dari 200m, kalo saya membayangkan : 1. ehmm siapa yah yg buatin casing dengan diameter sebesar itu ??terus bitnya pake opo yah ?? 2. kalo si "lusi" ini terus keluar dan menyebar di permukaan emangnya dimana tuh drilling rignya ?? apa ntar ngga tenggelam juga tuh apa si "lusi" ?? 3. kalo iya nanti pake sistem horizontal well, moso sih bisa dengan diamter 144inch ?? 4. apa engineer dan expertise dari vlociti yg ada di uwak sam kagak ikut serta tuh ?? khawatir proyek yg mega budget ini (47 T) ntar berhenti ditengah jalan layaknya proyek monorail yg ujung2 ntar ngerugiin masyarakat yah positive thinking saja, mudah2an berguna buat masyarakat "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED] To m>iagi-net@iagi.or.id cc 09/07/2008 02:21 PMSubject Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik Please respond to <[EMAIL PROTECTED] .id> "Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas." WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ? Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ... RDP 2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra <[EMAIL PROTECTED]>: > Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya... > ** > *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik > > * > > > Tenaga Panas Lumpur Lapindo > Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua tahun > tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya, perusahaan > energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat > memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi > (PLTP). > > Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib membeberkan > kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres Alwi > Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7). > > Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi > dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang rencananya > menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap > diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. "Panas bumi yang merupakan bencana di > Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh > masyarakat," tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman, > Indonesia, dan dialek lokal itu. > > Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas lumpur > Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal (vertical > tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical Construction > Machine dari Amerika Serikat. "Teknologi energi ini sudah diterapkan di > Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw," jelasnya. > Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan melibatkan > Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana sendiri > dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup > sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak > memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah. > Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut, > pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta untuk > menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus. Untuk > dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana Investasi. > Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 derajat > Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan listrik > murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per kilowatt > hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas rumah > tangga yang besar Rp 621 per kwh. "Dengan demik
Re: [iagi-net-l] The 'LUSI' Mud Eruption of East Java; PESA WA - 24 July Luncheon meeting
"Some scientists believe the eruption was triggered by the Magnitude 6.4 Yogyakarta earthquake that occurred on the 27th of May 2006. However, other researchers believe the mud eruption resulted from a drilling accident in the adjacent Banjar Panji-1 exploration well." All, Numpang tanya nih.. Ada ga yang tau siapa saja yang dimaksud dengan 'Some scientists' di atas, tetapi selain orang dari negeri kita sendiri? Maksud saya..orang dari luar Indonesia lah.. Interest aja pengen baca kalau ada link-nya.. Trims, Natan On Wed, Jul 9, 2008 at 10:58 PM, dharmayanti dessy <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Barangkali ada yang berminat mendengarkan "The 'LUSI' Mud Eruption of East > Java" > versi Dr. Mark Tingay di PESA (Petroleum Exploration Society of Australia) > WA Luncheon meeting di Perth 24 July 2008. > Ada yang tahu nggak, siapa di Indonesia yang menjadi partner kerjasama Dr > Tingay ini ? > Salam, > dessy > - Forwarded Message > From: Message From PESA <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, 9 July, 2008 6:11:43 PM > Subject: PESA WA - 24 July Luncheon meeting > > Dear Member > > Details of the PESA WA Branch 24 July luncheon meeting are now > available on the PESA Events Database - http://events.pesa.com.au/ > > The PESA Events Database provides members with the opportunity to > register and pay online. Payment is through PESA's secure online payment > gateway and a receipt is automatically created for all online > payments. Should you wish to register online and pay offline you can do > this. A payment form is attached to the event listing on the database. > > Title of Luncheon meeting: The 'LUSI' Mud Eruption of East Java > > Presenter: Dr Mark Tingay, Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer, > Department of Applied Geology, Curtin University of Technology. > > Venue: Parmelia Hilton Hotel, 14 Mill Street Perth > > Date: Thursday 24 July > > Start time: 12.00 PM (mid-day) > End time: 2.00 PM > > Prices: Members Early Bird: $60.00 > Early Bird bookings must be made by Friday 18 July > > All bookings received after Friday 18 July will be charged at the > fee of $80.00. > > Student and Retired Members Early Bird: $30.00 > Early Bird bookings must be made by Friday 18 July > > All bookings received after Friday 18 July > will be charged at the fee of $80.00. > > Non-Members - the fee of $80.00 applies. > > No refund for cancellations after 4:00 pm Tuesday 22 July > > Registration/Payment > > Individuals should go to the PESA Events Database - > http://events.pesa.com.au/ > > Companies should email details of multiple registrations and payment > details to [EMAIL PROTECTED] or use the form (attached to the > event in the Event Database) and fax it to the number listed (9375 > 7636). > > Abstract: > > Early in the morning of the 29th of May 2006, hot mud started erupting from > the ground in the densely populated Porong District of Sidoarjo, East Java. > With initial flow rates of ~5000 cubic meters per day, the mud quickly > inundated neighbouring villages. Over two years later and the 'Lusi' eruption > has increased in strength, expelling over 50 million cubic meters of mud at > an average rate of approximately 10 cubic meters per day. The mud flow > has now covered over 700 hectares of land to depths of over 20 meters, > engulfing a dozen villages and displacing over 25000 people. > > The Lusi eruption is an example of a mud volcano, a relatively common feature > in sedimentary basins that have been rapidly deposited or are in tectonically > active areas. However, controversy remains regarding what triggered the mud > eruption. Some scientists believe the eruption was triggered by the Magnitude > 6.4 Yogyakarta earthquake that occurred on the 27th of May 2006. However, > other researchers believe the mud eruption resulted from a drilling accident > in the adjacent Banjar Panji-1 exploration well. This talk will review the > events leading up to and following the Lusi eruption, discuss the attempts > made to contain and stop the mud flow and examine the competing theories > about what triggered the eruption. > > About the speaker: > Mark Tingay is currently an Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer in > the Department of Applied Geology at Curtin University where he examines the > tectonic evolution of sedimentary basins in SE Asia. His primary field of > research is in petroleum geomechanics, pore pressure prediction and > neotectonics. In particular, he specialises in studying the mechanics of rock > failure and fluid mobilisation in zones of very high pore pressure, including > oil field blowouts and natural features, such as mud volcanoes, shale dykes > and shale diapirs. > > Dr Tingay graduated with a PhD in geophysics from the Australian School of > Petroleum in 2003. Following his PhD, he became the petroleum geomechanics > researcher at the World Stress Map Project in Germany, where he undertook > collaborative petroleum geo
[iagi-net-l] The 'LUSI' Mud Eruption of East Java; PESA WA - 24 July Luncheon meeting
Barangkali ada yang berminat mendengarkan "The 'LUSI' Mud Eruption of East Java" versi Dr. Mark Tingay di PESA (Petroleum Exploration Society of Australia) WA Luncheon meeting di Perth 24 July 2008. Ada yang tahu nggak, siapa di Indonesia yang menjadi partner kerjasama Dr Tingay ini ? Salam, dessy - Forwarded Message From: Message From PESA <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 9 July, 2008 6:11:43 PM Subject: PESA WA - 24 July Luncheon meeting Dear Member Details of the PESA WA Branch 24 July luncheon meeting are now available on the PESA Events Database - http://events.pesa.com.au/ The PESA Events Database provides members with the opportunity to register and pay online. Payment is through PESA's secure online payment gateway and a receipt is automatically created for all online payments. Should you wish to register online and pay offline you can do this. A payment form is attached to the event listing on the database. Title of Luncheon meeting: The 'LUSI' Mud Eruption of East Java Presenter: Dr Mark Tingay, Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer, Department of Applied Geology, Curtin University of Technology. Venue: Parmelia Hilton Hotel, 14 Mill Street Perth Date: Thursday 24 July Start time: 12.00 PM (mid-day) End time: 2.00 PM Prices: Members Early Bird: $60.00 Early Bird bookings must be made by Friday 18 July All bookings received after Friday 18 July will be charged at the fee of $80.00. Student and Retired Members Early Bird: $30.00 Early Bird bookings must be made by Friday 18 July All bookings received after Friday 18 July will be charged at the fee of $80.00. Non-Members - the fee of $80.00 applies. No refund for cancellations after 4:00 pm Tuesday 22 July Registration/Payment Individuals should go to the PESA Events Database - http://events.pesa.com.au/ Companies should email details of multiple registrations and payment details to [EMAIL PROTECTED] or use the form (attached to the event in the Event Database) and fax it to the number listed (9375 7636). Abstract: Early in the morning of the 29th of May 2006, hot mud started erupting from the ground in the densely populated Porong District of Sidoarjo, East Java. With initial flow rates of ~5000 cubic meters per day, the mud quickly inundated neighbouring villages. Over two years later and the 'Lusi' eruption has increased in strength, expelling over 50 million cubic meters of mud at an average rate of approximately 10 cubic meters per day. The mud flow has now covered over 700 hectares of land to depths of over 20 meters, engulfing a dozen villages and displacing over 25000 people. The Lusi eruption is an example of a mud volcano, a relatively common feature in sedimentary basins that have been rapidly deposited or are in tectonically active areas. However, controversy remains regarding what triggered the mud eruption. Some scientists believe the eruption was triggered by the Magnitude 6.4 Yogyakarta earthquake that occurred on the 27th of May 2006. However, other researchers believe the mud eruption resulted from a drilling accident in the adjacent Banjar Panji-1 exploration well. This talk will review the events leading up to and following the Lusi eruption, discuss the attempts made to contain and stop the mud flow and examine the competing theories about what triggered the eruption. About the speaker: Mark Tingay is currently an Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer in the Department of Applied Geology at Curtin University where he examines the tectonic evolution of sedimentary basins in SE Asia. His primary field of research is in petroleum geomechanics, pore pressure prediction and neotectonics. In particular, he specialises in studying the mechanics of rock failure and fluid mobilisation in zones of very high pore pressure, including oil field blowouts and natural features, such as mud volcanoes, shale dykes and shale diapirs. Dr Tingay graduated with a PhD in geophysics from the Australian School of Petroleum in 2003. Following his PhD, he became the petroleum geomechanics researcher at the World Stress Map Project in Germany, where he undertook collaborative petroleum geomechanics projects with over twenty petroleum companies in more than a dozen countries, including Azerbaijan, Egypt, Oman, Thailand and Malaysia. He has published over 20 papers, consulted on numerous petroleum geomechanics projects in SE Asia and taught several industry short courses on petroleum geomechanics and tectonics. for PESA WA Start at the new Yahoo!7 for a better online experience. www.yahoo7.com.au
RE: [iagi-net-l] "The History of Java" (Thomas Stamford Raffles, 1817)
Bung Vick, Trimakasih atas tambahannya informasi penting. Malaka merupakan tujuan wisata historis yang menarik. Banyak gedung peninggalan Portugis, bahkan sekarang ada museum (bahari) dengan replika kapal Hang Tuah. Kalau di pelajaran sejarah kita, Singapura itu di jaman Sriwijaya namanya Tumasik; belakangan menjadi Temasek. Di Singapura ada bbrp sekolah swasta bernama Temasek, Tun Seri Lanang, ini kan nama para sastrawan Melayu. Saya lalu teringat pelajaran Kesusasteraan dulu, ada Radja Ali Hadji yang terkenal dengan Gurindam Duabelas dll. Kok anak-2 sekarang sudah tidak mengenal kesusasteraan yha? Oyha, ada buku baru: Babad Tabah Jawi, disusun oleh W.L.Olthof di Belanda (1941). Lagi-2 buku ini diterbitkan oleh penerbit di Yogyakarta, dengan judul asli: Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi in Taoen 1647. Naskah asli BTJ memuat silsilah raja-2 Jawa dari Nabi Adam, dewa-dewi dalam agama Hindu, tokoh-2 dalam Mahabarata, Cerita Panji Masa Kediri, Masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit hingga Demak yang kemudian dilanjutkan dengan silsilah kerajaan Pajang, Mataram, dan berakhir pada masa Kartasura. Di situ banyak diceritakan kisang-2 menarik, misalnya Joko Tarub, Trunojoyo, Ki Ageng Selo, sampai Aryo Penangsang, pertemuan antara Senopati dengan Ratu Kidul... Salam, sugeng -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wed 7/9/2008 1:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] "The History of Java" (Thomas Stamford Raffles, 1817) 2008/7/9 Sugeng Hartono <[EMAIL PROTECTED]>: > Saya suka berandai-andai, apa ya jadinya kalau kita dulu "diperintah" oleh > Raffles, bukan Belanda? > Pak Raffles ini warga negara Inggeris, tetapi sepertinya beliau ke Jawa sini sebagai seorang Gubernur Jenderal Belanda. Atas nama pemerintah belanda juga. Jadi ya dibenaknya bisa jadi "berbau" lebih Belanda juga. Kononnya beliau ini ngga setuju dengan kebijakan Inggeris untuk tidak mengusik daerah jajahan Belanda, ketika mendirikan kota dagang Singapura. Singapura sendiri sebenernya dahulunya digarap oleh Prameswara (putra mahkota Sriwijaya) dengan nama Tamasek. Namun tentusaja karena klaim yg lebih dikenal Singapura hasil buah tangan Raffles. Singapura lebih dikenal dari Raffles bukan ide dari Prameswara (sekitar 1600-an). Prameswara kemudian membuat Melaka, tapi konon Melaka sebelumnya juga sudah dikembangkan sodagar2 China yg sudah ada disitu sebelumnya. Dua pekan kemarin saya ke Melaka memang hanya melihat peninggalan China, bukan peninggalan Prameswara (Kerajaan Melaka). Konon ada yang berargumentasi karena Kerajaan Melaka ini mirip budaya orang Melayu pada umumnya yang tidak pernah membuat rumah batu bata (brick). Karena rumah dan istananya dari kayu maka peninggalannyapun tidak dijumpai dalam bentuk bangunan fisik. Seperti yang dicatat juga oleh Pak Awang bahwa, kehebatan Raffles dan penjelajah (dan penjajah) ini memang selalu mencatat detail setiap hasil pengamatannya. Kalau ngga salah setiap ekspedisi jaman kolonial selalu didampingi oleh seorang dokter (medis), ahli botani (tumbuh2an) dan anthropolog atau (pengamat sosial). Dan setiap ekspedisi kapal-kapal penjelajah ini selalu menuliskannya dalam bentuk jurnal-jurnal dan yang lebih penting lagi ..."ada gambarnya !" (lah kalau sekarang tinggal di jepret pakai Dijital SLR ya mudah, tapi di kala itu !). salam rdp PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) * acara utama: 27-28 Agustus 2008 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 * abstrak / makalah dikirimkan ke: www.grdc.esdm.go.id/aplod username: iagi2008 password: masukdanaplod PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, res
Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi
Noor yth. Maksud saya bukan melecehkan hasil karya orang kita sendiri. Saya juga amat salut kalau kita pergi ke pelosok desa yang belum ada listrik, penduduk setempat terutama banyak di Jawa Barat, mereka membuat kincir kecil di sungai dekat kampung mereka untuk dipasangi generator berukuran 1000 watt-an sekedar untuk menyalakan TV dan penerangan rumah. Mereka harus diacungi jempol dengan swadaya yang mereka lakukan. Maksud saya itu lho yang berwenang kok tidak berwawasan terintegrasi, misalnya mengenai kebijakan energi nasional harusnya mulai dengan kebijakan yang terintegrasi untuk mengantisipasi krisis energi seperti yang terjadi sekarang ini. Sumber energi kita cukup melimpah (di luar bahan bakar fosil). Contoh: rencana bendungan Jati Gede di Jawa Barat sudah dimulai penelitian sejak 1973 (saya tugas akhir S-1 di sana di bawah Prof. Sampurno), sudah 35 th lebih blm terealisir, pembebasan tanah sudah dilakukan sejak 20 th yang lalu, saya dan teman-2 Ekologi Unpad sudah melakukan penelitian AMDAL bahkan sudah 2 kali Nasib..?? Salam, Yatno - Original Message - From: "noor syarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, July 03, 2008 11:16 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi Pak Yatno, Ibarat kuman di seberang lautan keliatan tapi gajah di pelupuk mata malah tidak kelihatan (kelilipan kali yah...)... Ya itulah kalau kita melihat sesuatu dari LN kok selalu bagus dan kita memujinya...namun karena di akhir posting ada kalimat: Indonesia???, maka saya tergelitik juga bahwa yang seperti itu juga ada di Indonesia..Kita tidak boleh melupakan beberapa usaha sejenis yang sudah dirintis di kampung-kampung (Garut, Banten, Jawa Tengah, dll)... cuman memang karena made in Indonesia dan buatan orang kampung, maka yang itu tidak pernah dilirik orang.. padahal sudah banyak kok yang pasang mini PLTA, pembangkit mikrohydro, solar cell dll... Kalau kita bicara energi, maka salah satu yang bisa kita lakukan mulai saat ini oleh kita kita sendiri maupun bersama adalah dengan mengubah perilaku kita sehari-hari: - mengurangi konsumi BBM dengan cara merencanakan dengan baik pemakaian kendaraan - mengurangi beban listrik dengan mematikan lampu yang tidak perlu - kalau memang tidak tahan dingin ya AC-nya dikecilin, bukan malah ACnya tetap digedein tapi kitanya pakai jaket:-( - dll. salam, - Original Message From: Y S Yuwono <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, July 4, 2008 1:02:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi -->masuk lagi Rekans, Di Negara Barat (4 musim), energi sekecil apapun akan dimanfaatkan secara efisien. Air panas 120 der C juga sangat ekonomis misalnya untuk pemanas ruangan di musim dingin. Di Prancis ada air terjun dengan danau di bawahnya di lereng Alpen yang hanya berair di musim panas. Mereka bikin turbin pembangkit listrik tapi air yang terbatas itu tidak dialirkan, tetapi dipompa kembali ke atas untuk selanjutnya dipakai menggerakkan turbin lagi secara kontinyu. Lalu energi utk memompa ke atas apakah tidak tekor dengan produksi yang dihasilkan? Tentu saja tekor. Tetapi no problem karena sistim kelistrikan di sana sudah integrated dari berbagai sumber termasuk PLTN. Pemompaan air ke atas dilakukan pada saat jam-jam low demand dan dihentikan pada saat jam-jam peak demand. PLTN tidak dapat di switch off mendadak sehingga saat kelebihan listrik (jam tidak sibuk), kelebihan ini dimanfaatkan untuk "membayar ketekoran" tadi, sehingga PLTA tadi tetap Ekonomis meskipun hasilnya tekor. Hebat bukan? Ada contoh lagi. Sungai Rhone yang melewati kota Lyon mempunyai debit yang sangat besar tetapi tidak ada air terjun karena topografi landai. Maka setian jarak beberapa km dibuat bendung untuk meninggikan air beberapa meter sehingga seperti air terjun kecil bertingkat2. Di situ dipasang turbin untuk PLTA kecil2 tetapi banyak sekali sehingga memberikan sumbangan energi yang cukup signifikan. Indonesia Salam, Yatno PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) * acara utama: 27-28 Agustus 2008 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 * abstrak / makalah dikirimkan ke: www.grdc.esdm.go.id/aplod username: iagi2008 password: masukdanaplod PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma
Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik
Terlepas dari keheranan dimensi-dimensi itu, bagaimana step-step mereka sampai bisa nantinya MENDIRIKAN drilling rig di situ kalo tidak menebas regulasi-regulasi dan tata ruang yang ada? Apa akan ada special privilege untuk mereka? Lalu: *Vlocity hanya meminta bantuan Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana * Mungkin BI dan Depkeu harus memberi memo ke BIN untuk merunut pendanaan, apakah *money laundry* atau bukan On 7/9/08, miko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Rovicky, > > Salut deeh, dalam waktu hanya 11 menit sejak Pak Prasidha mosting emailnya, > Pak Rovicky sudah nyampaikan comment . Memang mang Okim sempat > terheran-heran membaca angka 10 mil dan 12 kaki, apa mungkin ya ? Mang > Okim > langsung saja ingat dongeng Sangkuriang yang siapa tahu bisa ngebor bumi > dengan mata bor berdiameter 12 kaki dan sampai kedalaman 10 mil ( yang > keluar bisa-bisa magma pijar tak iye ! ). > > Betapapun kekeliruan telah dikoreksi dan semoga benar dan lebih realistis. > > Salam, > Mang Okim > > > > > - Original Message - > From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]> > To: > Sent: Wednesday, July 09, 2008 1:21 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik > > > > "Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk mengambil > > panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. Kemudian, dinding > > dilapisi dengan lapisan tahan panas." > > > > WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ? > > Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ... > > > > > > RDP > > > > 2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra <[EMAIL PROTECTED]>: > > > Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya... > > > ** > > > *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik > > > > > > * > > > > > > > > > Tenaga Panas Lumpur Lapindo > > > Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua > tahun > > > tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya, > perusahaan > > > energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat > > > memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi > > > (PLTP). > > > > > > Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib > membeberkan > > > kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres > Alwi > > > Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7). > > > > > > Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi > > > dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang > rencananya > > > menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap > > > diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. "Panas bumi yang merupakan > bencana > di > > > Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh > > > masyarakat," tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman, > > > Indonesia, dan dialek lokal itu. > > > > > > Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas > lumpur > > > Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal > (vertical > > > tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical > Construction > > > Machine dari Amerika Serikat. "Teknologi energi ini sudah diterapkan di > > > Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw," > jelasnya. > > > Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan > melibatkan > > > Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana > sendiri > > > dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup > > > sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak > > > memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah. > > > Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut, > > > pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta > untuk > > > menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus. > Untuk > > > dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana > Investasi. > > > Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 > derajat > > > Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan > listrik > > > murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per > kilowatt > > > hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas > rumah > > > tangga yang besar Rp 621 per kwh. "Dengan demikian, PLN diuntungkan > dari > > > sisi pasokan listrik murah dan berkurangnya subsidi bahan bakar minyak > > > akibat penggunaan pembangkit diesel," kata pria kelahiran Sumatera > Barat > 57 > > > tahun lalu itu. > > > > > > Berbeda dengan pembangkit listrik batu bara 10.000 mw, Vlocity tidak > meminta > > > penjaminan kredit dari pemerintah. Vlocity hanya meminta bantuan kepada > Bank > > > Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana > tersebut > > > ke Indonesia. Dana Rp 47 triliun itu akan masuk secara bertahap selama > 3-4 > > > tahun. > > > > > > Pembangunan energi panas bumi, lanjut Taswin,