[ppiindia] Teladan Tiga Muslim Feminis (Resensi Majalah TEMPO buku Muslim Feminis)

2010-09-06 Terurut Topik MGR
Teladan Tiga Muslim Feminis

Majalah TEMPO, 6-12 September 2010

Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam
Penulis: Mohamad Guntur Romli
Tebal: xlix + 250 halaman
Penerbit: Freedom Institute, Juli 2010
ISBN: 978-979-19-4664-3 

Muslim feminis dalam buku ini mengacu pada istilah male feminist yang dikenal 
dalam studi feminisme. Yang dituju adalah laki-laki yang memiliki perspektif 
feminisme dan aktif berjuang bagi terwujudnya kesetaraan dan ke adilan gender 
dalam tatanan masya rakat.

Istilah muslim feminis pasti sangat asing di telinga sebagian besar umat 
Islam. Sebab, istilah feminis sudah telanjur mendapat pemaknaan negatif dan 
sering dianggap tidak islami sehingga tidak pantas disandingkan dengan kata 
muslim.

Tidak sedikit umat Islam keliru memaknai feminisme; dianggap gerakan yang 
diciptakan demi merusak akidah; perlawanan perempuan terhadap kodrat; 
permusuhan terhadap laki-laki; pemberontakan perempuan terhadap kewajiban rumah 
tangga; bahkan dianggap penolakan terhadap syariah.

Semua anggapan tersebut keliru dan, karena itu, harus diluruskan. Di sinilah 
keberanian Mohamad Guntur Ramli memilih judul Muslim Feminis patut di acungi 
jempol. Sebab, di samping memasyarakatkan istilah asing itu, ia sekaligus 
meluruskan anggapan keliru yang selama ini membelenggu pikiran sebagian besar 
umat Islam.

Lalu apa itu feminisme? Sepanjang se jarahnya, gerakan feminisme selalu 
mendefinisikan diri sebagai gerakan me nentang perlakuan tak adil terhadap 
perempuan. Intinya: menolak seti ap bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan 
kekerasan berbasis gender terhadap pe rempuan, apa pun alasannya. Dengan ung 
kapan lain, feminisme adalah upaya transformasi sosial yang meng arah ke 
terwujudnya sistem dan pranata so sial yang secara gender lebih adil dan ega 
liter.

Substansi gerakan feminisme adalah memperjuangkan tatanan masya rakat yang adil 
secara gender, bebas dari segala bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan 
kekerasan. Jika demikian, Nabi Muhammad sangat pantas disebut feminis. Sebab, 
Nabi hadir untuk membebaskan manusia, khususnya kaum perempuan, dari belenggu 
thagut dan khurafat dengan memperkenalkan konsep tauhid (monoteisme murni).

Tauhid adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan berketuhanan secara benar dan 
kemudian menuntun berke manusiaan dengan benar. Dalam kehidupan sehari-hari, 
tauhid menja di pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan umat Islam 
bertindak benar, dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta. 
Bertauhid yang benar akan meng antarkan ke kesadaran kemanusiaan yang tinggi 
sehingga manusia tidak lagi mengeksploi tasi sesama dan tidak merusak 
kelestarian alam. Nabi mengajarkan, tugas utama manusia perempuan dan 
laki-laki-sama, yaitu menjadi khalifah filardh (pengelola kehidupan di dunia). 
Lelaki dan pe rempuan harus berlomba-lomba berbuat amal terbaik (fastabiqul 
khairat).

Melalui buku ini, Guntur menampilkan tiga sosok muslim feminis asal Mesir 
beserta ulasan perjuangannya. Pertama, Syekh Rifa'ah al-Thahthawi (1801-1873), 
dengan gagasan ide persamaan. Dia menyadar kan perlunya umat Islam meninggalkan 
penindasan terhadap perempuan dan memberinya akses luas untuk mengenyam 
pendidikan. Menurut dia, tingkat keadaban suatu masyarakat dapat dilihat dari 
sejauh mana masyarakat itu menghor mati hak-hak perempuan.

Kedua, Syekh Muhammad Abduh (1849-1905), yang amat vokal berbicara tentang 
kesetaraan laki-laki dan perem puan. Sebab, keduanya dicipta kan dari unsur 
yang satu. Ada empat isu gender yang menjadi perhatiannya, yakni perkawinan, 
poligami, warisan, dan perceraian. Pemikiran Abduh mengandung nuansa liberal 
yang memakai rasionalitas dalam menafsirkan teks-teks agama. Bahkan metodologi 
interpretasi yang dibangunnya menjadi cikal-bakal hermeneutika modern.

Ketiga, Qasim Amin (1863-1908), terkenal karena kedua bukunya, Tahrir al-Mar'ah 
(Pembebasan Perempuan) dan Al-Mar'ah al-Jadidah (Perempu an Baru). Statemennya 
yang terkenal: kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kondisi kemajuan 
kaum perempuannya. Dia menolak penggunaan hijab, pakaian yang menutup seluruh 
tubuh perempuan sehingga menyulitkan beraktivitas secara leluasa di ruang 
publik. Dia juga berupaya memajukan pendidikan bagi perempuan agar lebih 
berkiprah mendidik bangsanya.

Pendek kata, para tokoh feminis tersebut menggugat tradisi budaya 
patriarkal-seperti poligami, kewajiban hijab, dan larangan ke luar rumah-yang 
merugikan perempuan. Mereka mengkritik pemahaman keislaman yang diliputi 
takhayul dan khurafat, pemahaman yang tidak membebaskan dari belenggu 
kejahiliahan, yang memenjarakan umat Islam dalam kebo dohan, kemiskinan, dan 
kejumudan.

Mereka mengajak umat Islam berpikir kritis, rasional, dan terbuka. Setiap ide 
dan gagasan dari mana pun datangnya, timur atau barat, utara atau selatan, 
harus direspons kritis dan proporsional. Hanya dengan itu umat Islam dapat maju 
dan berjaya seperti pada abad keemasan Islam .

Artinya, setiap gagasan 

[ppiindia] Buku Muslim Feminis (Telah Beredar)

2010-08-27 Terurut Topik MGR
Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam
Mohamad Guntur Romli

Ibn Thufayl, seorang filsuf muslim abad ke-12 dari Andalusia (Spanyol) menulis 
roman filsafat berjudul “Hayy bin Yaqdlân” yang berarti “Si Hidup Anak Si 
Sadar”. Pesan Ibn Thufayl dalam roman ini sangat jelas: Kehidupan hanya milik 
mereka yang punya kesadaran. 

Buku ini mengisahkan tentang kesadaran yang baru tumbuh. Kesadaran yang 
membangkitkan gairah untuk berubah dan maju. Kesadaran untuk bangkit yang 
sering disebut sebagai “nahdlah”. Era ini bermula dari Mesir di awal abad 
ke-19. 

Buku ini mengulas secara panjang lebar polemik kemunduran di abad-abad 
pertengahan tentang kekuasaan dinasti “bekas-budak” (Mamalik) yang merentang 
hampir lima abad—dengan pasang surutnya hingga ekspedisi militer Prancis yang 
dipimpin Napoleon Bonaparte 1798. Benarkah ekspedisi militer Prancis itu 
sebagai awal kebangkitan umat Islam atau mereka seperti penjajah Eropa lainnya?

Tiga generasi yang diulas adalah Syaikh Rifâ’ah al-Thahthâwî (1801-1873), 
Syaikh Muhammad ‘Abduh (1849-1905) dan Qâsim Amîn (1863-1908). Tiga “laki-laki 
baru” ini di periode “nahdlah” yang memberikan penghormatan, pengakuan dan 
perhatian terhadap perjuangan perempuan. mereka laki-laki yang melancarkan 
kritik yang sengit pada kaum laki-laki yang mematok standar dan cara pandang 
yang bias laki-laki yang meminggirkan peremouan. Apabila sebelum ini 
diceritakan bahwa “nahdlah” hanya dilekatkan dengan agenda-agenda besar seperti 
kemerdekaan, kemajuan dan kesejahteraan umat Islam. Melalui tiga tokoh 
tadi—al-Thathâwî yang mengawali “nahdlah” dari kaum intelektual, hingga ‘Abduh 
dan Qâsim yang memiliki kontribusi besar terhadap ide “nahdlah”—agenda 
perempuan tak bisa dipisahkan dari sejarah “nahdlah”. Pengakuan terhadap 
kesetaraan dan kebebasan perempuan adalah anak kandung yang lahir dari rahim 
“nahdlah”. 

Seperti pesan Ibn Thufayl: hidup hanya milik mereka yang sadar. Melalui sejarah 
“nahdlah” ini kita diajari: tak ada kesadaran tanpa keterlibatan perempuan.



Komentar untuk buku ini:

Keunikan buku ini bukan hanya terlihat dari judulnya, melainkan juga pada 
motivasi penulisannya. Mohamad Guntur Romli salah seorang feminis muslim dari 
kalangan NU—saya lebih suka menyebutnya ”santri feminis”— menulis buku ini 
sebagai mahar buat isteri tercinta yang juga muslimah feminis, Nong Darol 
Mahmada.

Musdah Mulia, penulis buku “Muslimah Reformis”

Kelebihan buku ini adalah pengemasannya dari perspektif sejarah yang memberikan 
gambaran luas secara sosial- politik tentang pemikiran feminis di dalam 
kehidupan budaya Islam di Timur Tengah.  Pemahaman sejarah menempatkan isu-isu 
feminis sebagai perjuangan kesetaraan yang berangkat dari perjuangan sosial dan 
bukan (hanya) agama. Buku ini menurut saya memberikan gambaran tersebut. Pun 
juga sebuah perkawinan adalah utamanya berbuat adil secara sosial, antara 
seorang laki dan perempuan. Selamat untuk Nong dan Guntur.

Gadis Arivia, pendiri Jurnal Perempuan dan penulis buku ”Filsafat Berperspektif 
Feminis”


Buku ini mengulas tiga “laki-laki feminis”, yakni Syaikh Rifa'ah at-Thahthawi 
(1801-1873), Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905) dan Qasim Amin (1863-1903) yang 
mendobrak kebekuan pemikiran tentang teologi perempuan. Ia melontarkan kritik 
sengit terhadap pandangan teologis yang dalam alam bawah sadar mereka memiliki 
kebencian dan inferioritas terhadap perempuan. Melalui tiga tokoh laki-laki 
feminis ini, agenda kesetaraan dan keadilan gender, sungguh, tidak dapat 
dipisahkan, dan harus menjadi bagian dari paradigma gerakan pembaruan pemikiran 
dan aksi masyarakat  Islam, terutama masyarakat Islam di Indonesia. 

Neng Dara Affiah, Komisioner Komnas Perempuan, penulis buku “Muslimah Feminis”

===

Judul: Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam


Penulis: Mohamad Guntur Romli

ISBN: 978-979-19-4664-3


Ukuran: xlix + 250 hlm; 14.5 x 21 cm


Harga: Rp. 60.000


Penerbit: Freedom Institute, Juli 2010



Untuk membaca Pembuka dari buku ini silakan klik:
http://guntur.name/2010/07/07/121/

Untuk membacaPendahuluan dari buku ini silakan klik:
http://guntur.name/2010/08/27/pendahuluan-muslim-feminis/

Buku ini sudah beredar di toko-toko buku seperti Gramedia. Untuk distribusi 
silakan kunjungi:

http://nalar.co.id/muslim-feminis-polemik-kemunduran-dan-kebangkitan-islam-1612.php




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Gus Dur dan Kontroversi Asslamu'alaikum (Kesaksian Ahmad Tohari)

2010-08-27 Terurut Topik MGR
Bagaimana asal-muasal kontroversi bahwa Gus Dur yang dituduh ingin mengganti 
Assalamu'alakum dengan selamat pagi? berikut kesakian Ahmad Tohari.

Kula Ndherek, Gus

Oleh Ahmad Tohari

ADALAH Edy Yurnaedi almarhum. Suatu siang, pada 1987, wartawan Majalah Amanah 
itu bergegas masuk ke ruang redaksi di Jalan Kramat VI Jakarta. Dengan wajah 
gembira dia meminta beberapa redaktur, di antaranya saya, mendengarkan 
laporannya. Dia baru selesai mewancarai KH Abdurrahman Wahid di Kantor PBNU. 
Topik wawancaranya adalah pluralitas internal umat Islam Indonesia.

Maka rekaman wawancara pun diputar. Intinya, Gus Dur mengatakan, kemajemukan di 
dalam masyarakat muslim di Indonesia sudah menjadi kenyataan sejak berabad 
lalu. Meskipun sebagian besar umat Islam Indonesia menganut Mazhab Syafi’i 
namun ada juga yang mengambil mazhab lain. Bahkan penganut Islam Syi’ah, 
Ahmadiyah, abangan pun ada. Menurut Gus Dur tingkat penghayatan umat pun amat 
bervariasi dari yang hanya berkhitan dan bersyahadat waktu menikah sampai yang 
bertingkat kiai. Namun, ujar Gus Dur kemajemukan itu harus tetap terikat dalam 
ukhuwah islamiyah atau ikatan persaudaraan Islam. Artinya, sesama umat Islam 
yang berbeda aliran maupun tingkatan pemahaman seharusnya saling menyambung 
rasa saling hormat.

Gus Dur sangat tidak suka terhadap istilah Islam KTP atau Islam abangan. 
Baginya, semua orang yang sudah bersyahadat dan berkelakuan baik ya muslim. 
Mereka yang ketika bertamu masih memberi salam dengan ucapan kula nuwun (Jawa), 
punten (Sunda) atau selamat pagi, ya muslim karena syahadatnya.

” Kalau begitu Gus, ucapan assalamu alaikum bisa diganti dengan selamat pagi?”  
tanya Edy Yurnaedi.
” Ya bagaimana kalau petani atau orang-orang lugu itu bisanya bilang kula 
nuwun, punten atau selamat pagi? Mereka kan belum terbiasa mengucapkan kalimat 
dalam bahasa Arab kayak kamu?” 

Itulah inti pendapat Gus Dur dalam wawancara dengan Edy Yurnaedi. Edy 
mengusulkan wawancara itu dimuat dalam Majalah Amanah edisi depan dengan 
penekanan bahwa Gus Dur menganjurkan mengganti assalamu alaikum dengan selamat 
pagi. Alasannya cukup konyol. Menurut Edy, Majalah Amanah yang kala itu baru 
berumur satu tahun harus membuat gebrakan dalam rangka menarik perhatian pasar. 
” Kan nanti Gus Dur akan membantah. Dan bantahan itu kita muat pada edisi 
berikut. Nah, jadi malah ramai kan? Ini cuma taktik pasar kok,”  Edy ngotot.

Drs H Kafrawi Ridwan MA yang waktu itu jadi pemimpin redaksi lebih suka 
mengambil sikap momong kepada yang muda. Maka usul Edy ditawarkan kepada rapat. 
Tentu ada yang pro dan kontra. Celakanya lebih banyak yang pro. Mereka 
beralasan seperti Edy, cuma taktik pemasaran, dan Gus Dur mereka yakini akan 
membantah.

Dan terbitlah edisi assalamu alaikum itu. Benar saja, masyarakat riuh. Gus Dur 
menuai kecaman. Oplah majalah terdongkrak. Dan Edy melanjutkan aksinya dengan 
mewawancarai kembali Gus Dur. Diharapkan Gus Dur akan membantah bahwa dia telah 
menganjurkan mengganti assalamu alaikum dengan selamat pagi. Tapi Edy amat 
terkejut ketika Gus Dur dengan enteng menjawab, buat apa membantah. ” Biarin, 
gitu aja kok repot.” 

Edy pulang ke kantor dengan wajah lesu. Oleh pemimpin redaksi dia dianggap 
telah gagal menyukseskan strategi pemasaran. Memang, oplah naik tetapi makan 
korban berupa terjadinya fitnah di tengah masyarakat. Secara pribadi saya 
pernah minta Gus Dur berbuat sesuatu untuk menghentikan fitnah yang sebenarnya 
tidak perlu terjadi. Tapi dasar Gus Dur. Dia tetap pada pendirian akan 
membiarkan fitnah itu berhenti sendiri.

Sayang fitnah itu ternyata berumur panjang. Setelah Gus Dur wafat kemarin masih 
terdengar suara penyiar yang mengatakan Gus Dur pernah ingin mengganti assalamu 
alaikum dengan selamat pagi. Maafkan kami para wartawan dan redaksi Majalah 
Amanah yang telah bermain api yang ternyata membakar kami sendiri. Gus Dur 
sendiri tetap berjiwa besar, tetap bersahabat, meskipun banyak yang terpaksa 
salah faham. Gus Dur tidak pernah mengusulkan mengganti assalamu alaikum dengan 
selamat pagi. Untuk hal ini saya akan menjadi saksi bagi Gus Dur.

Dia, dengan kebesaran jiwa hanya ingin mengajak siapa pun untuk menghargai 
sesama muslim yang bisanya mengucap salam dengan kula nuwun, punten, atau 
selamat pagi. Ini adalah sikap dasar Gus Dur yang menyintai semua muslim dari 
yang hanya bermodal khitan sampai yang bergelar kyai. Bahkan ukhuwwah 
basyariyah (persaudaraan kemanusiaan) yang berkembang dari iman membuat Gus Dur 
memiliki rasa cinta kepada siapa saja, tak pandang ras, agama, maupun status 
sosial. Sugeng tindak, Gus, insya Allah kula ndherek.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/02/93511/Kula.Ndherek..Gus

Ila hadlrati sayyidina al-musthafa Muhammad saw, wa ila ruhi kh. Abdurrahman 
Wahid, alfatiha






[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah Goethe dan Islam di Salihara, Sabtu 28 Agustus

2010-08-25 Terurut Topik MGR
Seri Kuliah Ramadhan
Islam dalam Pandangan Voltaire, Goete dan Soekarno

Sabtu, 28 Agustus 2010, 19:00 WIB

Goethe dan Islam
Pembicara: Dewi Candraningrum
Teater Salihara
Terbuka untuk umum

Goethe (1749–1832), sastrawan dan pemikir terkemuka asal Jerman itu, 
menghasilkan karya-karya yang sangat apresiatif terhadap Islam dan terpengaruh 
karya-karya sastrawan Persia bernama Syamsuddin Muhammad Hafidz al-Syirazi 
(1315–1390), yang di Barat biasa disebut Hafez. Goethe juga menulis karya 
sastra dalam bentuk diwân, yang ia jadikan judul salah satu bukunya. Ia pun 
memperkenalkan istilah “sastra dunia” yang memperlihatkan keterbukaannya kepada 
karya-karya sastra di luar Eropa, khususnya dari Timur (Islam dan Persia).

Sebelum kuliah, disediakan hidangan buka puasa.

http://salihara.org/event/2010/08/13/goethe-dan-islam

http://salihara.org/event/2010/08/02/islam-dalam-pandangan-voltaire-goethe-dan-soekarno





[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Social Media untuk Revolusi di Salihara

2010-08-12 Terurut Topik MGR
Peluncuran Situs Web Salihara  Diskusi

Social Media untuk Revolusi
Sabtu, 14 Agustus 2010, 19.00 WIB

Pembicara: Goenawan Mohamad  Roby Muhamad
Moderator: Wicaksono (NdoroKakung)
Serambi Salihara | Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 13 Agustus 
2010, melalui d...@salihara.org

Acara ini diadakan untuk peluncuran situs web salihara.org yang baru, yang akan 
dilanjutkan diskusi pengaruh sosial media (blog, facebook, twitter) terhadap 
kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Melaui perkembangan terakhir social 
media terbukti sangat efektif untuk membentuk opini dan simpati publik serta 
penggalangan massa misalnya untuk kasus Prita dan Bibit-Chandra. Melalui social 
media ini kita pun memperoleh rangkaian dialog, debat hingga kuliah yang 
bermutu—misalnya #kultwit (kuliah twitter), serta informasi dan ulasan yang 
sering diabaikan media kita.

Sebelum acara peluncuran situs web dan diskusi akan disediakan hidangan buka 
puasa.

Program ini didukung oleh Hivos.

http://salihara.org/event/2010/08/01/sosial-media-untuk-revolusi




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Ceramah Nelofer Pazira (Bintang Film Kandahar) di Salihara

2010-08-08 Terurut Topik MGR
Pemutaran Film  Ceramah Nelofer Pazira
Kamis, 12 Agustus 2010
Hak Perempuan di Daerah Konflik
Teater Salihara
Terbuka untuk umum
Pendaftaran selambatnya 11 Agustus 2010, melalui d...@salihara.org

16:00 – 18:00 Pemutaran film Act of Dishonour
18:00 – 19:00 Buka puasa dan makan malam
19:00 – 21:00 Ceramah Nelofer Pazira tentang Perempuan dan Kebebasan di Daerah 
Konflik, dilanjutkan tanya jawab dengan moderator Nia Dinata

Nelofer Pazira seorang perempuan sutradara, jurnalis dan penulis dari Kanada 
keturunan Afghanistan. Ia dikenal melalui film Kandahar (2001)—dengan sutradara 
Mohsen Makhmalbaf—yang berasal dari kisah perjalanan Pazira tahun 1996 ke 
Afghanistan untuk mencari teman-teman masa kecilnya. Ketika itu negeri 
leluhurnya tersebut sedang dikuasai kelompok militer Taliban yang mengekang 
kebebasan khususnya kalangan perempuan.

Act of Dishonour (2010) adalah film terbaru karya sutradara Nelofer Pazira. 
Film ini berkisah tentang Mena, seorang gadis cantik yang hidup di sebuah desa 
terpencil Afghanistan Utara. Di desa itu hidup pula tunangannya Rahmat. 
Penduduk desa mereka yang memegang teguh adat istiadat setempat didatangi 
serombongan kru film dari Kanada. Momen ini mengawali persinggungan Mena dan 
penduduk desanya dengan dunia luar. Perjumpaan ini membawa pula ketegangan dan 
sekaligus pembelajaran bagi kedua belah pihak, dan dalam arti luas bagi dua 
budaya: Timur dan Barat.

Program ini didukung oleh Kedutaan Besar Kanada.

http://salihara.org/event/2010/07/31/hak-perempuan-di-daerah-konflik




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Sosial Media untuk Revolusi (Peluncuran Website Salihara)

2010-08-08 Terurut Topik MGR
Peluncuran Situs Web Salihara  Diskusi
Sabtu 14 Agustus 2010 19:00 WIB
Sosial Media untuk Revolusi
Pembicara: Goenawan Mohamad  Roby Muhamad
Moderator: Wicaksono (Ndoro Kakung)
Serambi Salihara | Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 13 Agustus 
2010, melalui d...@salihara.org

Acara ini diadakan untuk peluncuran situs web salihara.org yang baru, yang akan 
dilanjutkan diskusi pengaruh sosial media (blog, facebook, twitter) terhadap 
kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Melaui perkembangan terakhir social 
media terbukti sangat efektif untuk membentuk opini dan simpati publik serta 
penggalangan massa misalnya untuk kasus Prita dan Bibit-Chandra. Melalui social 
media ini kita pun memperoleh rangkaian dialog, debat hingga kuliah yang 
bermutu—misalnya #kultwit (kuliah twitter), serta informasi dan ulasan yang 
sering diabaikan media kita.

Sebelum acara peluncuran situs web dan diskusi akan disediakan hidangan buka 
puasa.

http://salihara.org/event/2010/08/01/sosial-media-untuk-revolusi




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Diskusi Buku Negara Islam Karya Musdah Mulia

2010-07-26 Terurut Topik MGR
http://salihara.org/event/2010/07/06/negara-islam

Musyawarah Buku
Rabu, 28 Juli 2010 19:00 WIB
Diskusi Buku Negara Islam karya Musdah Mulia
Serambi Salihara

Pengulas: Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe (Ketua Umum PGI), Imdadun Rakhmat (PBNU) 
dan Dr. Musdah Mulia (Pengarang)
Moderator: M. Hasibullah Satrawi (Alumnus Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir)

Terbuka untuk umum  GRATIS


Komentar untuk buku ini:

Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution: 

Saya angkat topi pada Musdah Mulia yang dengan kejelian intelektual dan 
komitmennya senantiasa berjuang untuk kesetaraan, keadilan, dan hak asasi 
manusia. Ia dengan gigih menolak pembajakan interpretasi ajaran Islam dalam 
makna sempit. Dengan mengangkat pemikiran Muhammad Husain Haikal, seorang 
doktor ilmu hukum yang progresif dan pemikir politik Islam dari Mesir, Musdah 
menyampaikan pesan bahwa seorang yang bertauhid justru harus terus berikhtiar 
bagi persaudaraan, persamaan, dan kebebasan.

Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ:

Sejak 65 tahun debat tentang negara Islam tetap berlangsung di Indonesia. 
Karena itu sudah waktunya disertasi Musdah Mulia yang membahas pemikiran M. H. 
Haikal tentang negara Islam dibuka bagi publik lebih luas. Haikal termasuk 
pemikir Muslim abad ke-20 paling tajam dan menantang. Pemikirannya tentang 
Islam dan demokrasi perlu diperhatikan oleh siapa saja yang mau bicara secara 
bertanggung jawab tentang kenegaraan Islami.

Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis:

Buku Negara Islam karya Musdah Mulia ini seperti sebuah novel—mengalir dan 
lugas sehingga mudah ditelaah dan dipahami orang awam. Buku ini sarat pemahaman 
bagaimana seharusnya suatu negara diselenggarakan dengan berpedoman pada 
prinsip dasar kenegaraan yang merupakan seperangkat norma dan etika yang 
mengacu pada prinsip tauhid, sunatullah, dan kesetaraan relasi sosial 
antarmanusia; dengan mengakui adanya pluralisme dalam suatu negara dan 
kehidupan yang egaliter, meniadakan kebedaan status, ras, kesukuan dan jenis 
kelamin.
Tuntutan perubahan zaman, perkembangan sains dan teknologi, bukanlah sesuatu 
yang harus ditakuti atau dihindari, tapi perlu disiasati dengan semangat 
persaudaraan, kesetaraan, dan kebebasan. Buku ini patut dan perlu dibaca tidak 
hanya oleh negarawan, tapi juga oleh kalangan akademisi dan masyarakat yang 
belum sempat mendalami pemahaman negara dalam konteks Islam.

Prof. Dr. Bahtiar Effendy:

Salah satu persoalan yang hingga kini belum selesai bagi sebagian komunitas 
Muslim adalah hubungan antara Islam dan negara. Sudah banyak pandangan diajukan 
mengenai hal ini, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim: pola hubungan 
tradisionalis, sekularis, dan reformis. Buku Musdah Mulia, dengan membahas 
pemikiran Muhammad Husain Haikal, memperkaya pengetahuan kita tentang persoalan 
tersebut.

Luthfi Assyaukanie, PhD.:

Sepanjang sejarah, pemahaman tentang nagara Islam tidak pernah seragam karena 
rujukan untuk konsep ini tidak pernah satu. Konsep negara-bangsa adalah sebuah 
kreasi baru orang-orang modern, padahal Islam lahir jauh sebelum konsep ini 
dikenal. Akibatnya, rujukan terhadap konsep Negara Islam berpindah-pindah dan 
tumpang-tindih antara dua peradaban: Islam dan Barat. Buku Prof. Dr. Musdah 
Mulia ini memberi uraian gamblang tentang konsep negara Islam dan perdebatan di 
seputar gagasan kontroversial ini. Dengan merujuk Muhammad Husain Haikal, 
seorang pembaru Muslim dan penulis produktif asal Mesir, Musdah menyimpulkan 
bahwa negara Islam adalah sintesa kreatif antara bentuk negara sekular dan 
negara teokrasi.

Prof. Dr. Toeti Heraty:

Inilah yang perlu kita pahami dari ulasan Musdah Mulia: politik Islam 
kontemporer sebenarnya menyajikan tiga alternatif hubungan negara dan agama. 
Yang telah ditolak NKRI (Piagam Jakarta) adalah pola tradisionalis, yang 
dikhawatirkan adalah pola sekularis, dan jalan keluar adalah pola reformis. 
Memang pemahaman ini memberi kelegaan, sesuai gagasan Haikal, budayawan Mesir. 
Islam tidak semata-mata tentang manusia dan Tuhan, bukan pula agama paripurna 
yang rinci mengurus kenegaraan, tapi kembali pada tiga prinsip dasar 
persaudaraan, persamaan, dan kebebasan yang memadai sebagai landasan pengaturan 
hidup kenegaraan.



[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Forum Filsafat Pemikiran Rasional Mu’tazil ah di Salihara

2010-06-16 Terurut Topik MGR
Forum Filsafat

Jumat, 18 Juni 2010, 19.00 WIB
Pemikiran Rasional Mu’tazilah
Pembicara: Faiq Ihsan Anshori
(Alumnus Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir)
Serambi Salihara
Terbuka untuk umum dan gratis

http://salihara.org/2010/05/14/pemikiran-rasional-mutazilah





[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Musyawarah Buku Kepulauan Nusantara bersama Prof Sangkot

2010-06-15 Terurut Topik MGR
Musyawarah Buku
Rabu, 16 Juni 2010, 19.00 WIB

Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam, karya 
Alfred R. Wallace (Komunitas Bambu 2009)
Pengulas: Sangkot Marzuki, Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) 
dan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Wallacea Indonesia
Serambi Salihara

Teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin kini diakui banyak orang tak 
semata hasil pemikiran Darwin seorang. Sebelum Darwin berani mempublikasikan 
teori yang memutar-balikkan ide asal-usul kehidupan tersebut, di Ternate, 
Maluku Utara, pada 1858, seseorang bernama Alfred Russel Wallace mengirimkan 
naskahnya kepada Darwin. Nampaknya mereka tiba pada kesimpulan yang kurang 
lebih sama, mengenai persebaran dan evolusi spesies. 

Setahun kemudian, Darwin menerbitkan karyanya, The Origin of Species, setelah 
diyakinkan oleh kesimpulan-kesimpulan Wallace dalam naskah dari Ternate 
tersebut. Kini keduanya disandingkan sejajar sebagai penemu teori evolusi.

Bagi Indonesia, Wallace mempunyai peran penting mengingat Indonesia memiliki 
persebaran fauna yang tidak lazim, mengikuti perubahan permukaan bumi di masa 
lampau. Wallace-lah yang menjelaskan mengapa fauna Sulawesi begitu khas, 
berbeda dengan fauna di bagian barat maupun timur Indonesia. Garis Wallacea 
yang membagi fauna Indonesia menjadi dua bagian tersebut mendapatkan namanya 
dari sang penemu, Alfred Russel Wallace. 

Setelah delapan tahun menjelajah Nusantara pada pertengahan abad ke-19, Wallace 
membagi pengalaman, petualangan dan ilmu pengetahuannya dalam The Malay 
Archipelago, atau Kepulauan Nusantara.

http://salihara.org/2010/05/27/kepulauan-nusantara-sebuah-kisah-perjalanan-kajian-manusia-dan-alam




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi tentang Aliran Kepercayaan dan Kesenian di Salihara

2010-06-06 Terurut Topik MGR
Diskusi

Rabu, 09 Juni 2010, 19:00 WIB
YANG KECIL DAN YANG BERANEKA: KEPERCAYAAN DAN KESENIAN DI INDONESIA
Pembicara: Endo Suanda  Bambang Noorsena

Serambi Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS

Kepercayaan dan kesenian tradisional yang  berada di pinggiran sedang diuji 
eksistensinya di Indonesia dewasa ini.  Mereka dihadapkan pada “mayoritas” dan 
terus mendapat perlakuan diskriminatif baik dalam ranah hukum atau pun politik. 
Penolakan uji materi UU No.1/PNPS/1965 oleh Mahkamah Konstitusi yang menetapkan 
hanya enam agama resmi di Indonesia secara otomatis meminggirkan eksistensi 
penghayat kepercayaan. Sementara itu, kesenian yang tumbuh dan bergerak di 
pinggir pun makin lama makin hilang. Amatan sederhana tadi menjadi bahan 
diskusi, yang akan diperkaya dengan uraian pengalaman masing-masing narasumber 
di lapangan. Endo Suanda adalah pengamat kesenian dan Direktur Lembaga 
Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) dan Bambang Noorsena adalah pengaji 
spiritualitas dan kepercayaan Nusantara. Bambang Noorsena juga akan 
menyampaikan ide-idenya yang pernah disampaikan dalam Mahkamah Konstitusi dalam 
uji materi UU No 1 PNPS 1965 dengan judul: “Agama Asli
 Indonesia” dan Perkembangannya Dari Masa Ke Masa. Program ini ditaja oleh 
Hivos.

http://salihara.org/2010/06/05/yang-kecil-dan-yang-beraneka





[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi opini publik versus kebenaran malam ini di salihara

2010-05-25 Terurut Topik MGR
DISKUSI
Rabu, 26 Mei 2010, 19:00 WIB
Opini Publik Versus Kebenaran
Pembicara: Kuskridho Dodi Ambardi dan Rocky Gerung
Moderator: Ihsan Ali-Fauzi
Serambi Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS

Diskusi ini berikhtiar mengulas hubungan antara “opini publik” dan kebenaran 
dari perspektif ilmu empirik dan filsafat. Pembahasan dimulai dari pertanyaan 
tentang pengertian “opini publik”. Jika setiap individu memiliki opini 
tersendiri, lantas bagaimanakah menjadi sebuah opini publik? Selama ini opini 
publik dianggap tak lebih dari proses “rekayasa”, baik melalui media ataupun 
survei. Proses “rekayasa” berujung pada dua kategori opini publik: hasil 
“pembentukan” atau murni “penemuan”. (Lembaga survei selalu menggunakan istilah 
”penemuan” pada opini publik, meskipun akhirnya hasil survei tersebut membawa 
pengaruh pada publik.) Masalah lain: Faktor apa yang berpengaruh pada 
pembentukan opini publik selain rekayasa? Adakah opini publik yang benar-benar 
“murni” berasal dari publik? Lantas, bagaimana hubungannya dengan masalah 
kebenaran? Apakah, karena berasal dari publik, ia dengan sendirinya mewakili 
kebenaran? Ikuti diskusi
 dengan Kuskridho Dodi Ambardi (Direktur Lembaga Survei Indonesia) dan Rocky 
Gerung (Pengajar Filsafat di Universitas Indonesia). Moderator: Ihsan 
Ali-Fauzi. Diskusi akan berlangsung dalam bahasa Indonesia. Program ini ditaja 
oleh Hivos.


Kutipan dari makalah Kuskridho Dodi Ambardi:

Opini Publik: Teori, Aplikasi, dan Kontroversi

Ide tentang opini publik, dan arti pentingnya, muncul bersamaan dengan traktat 
yang ditulis oleh Rousseau yang memperkenalkan konsep general will, yang kadang 
dipertukarkannya dengan istilah l’opinion publique atau opini publik. Gagasan 
Rousseau ini radikal namun sederhana, bahwa sebuah pemerintahan secara etis 
dianggap legitimate jika penyelenggaraan pemerintahan bertolak dari kehendak 
umum, the general will.

Gagasan itu radikal karena pada masanya orang belum banyak berbicara tentang 
kedaulatan rakyat, dan demokrasi baru terlihat samar-samar di horizon para 
pemikir politik masa itu, dan ketika mode pemerintahan yang populer saat itu 
adalah otokrasi dalam format kerajaan.

Kelak kita menyambungkan ide sederhana Rousseau ini dengan kompleksitas 
demokrasi dalam kehidupan politik modern. Dan kelak kita menghubungkan general 
will ini dengan opini publik.

Pertanyaan pokok yang muncul tentulah: Bagaimana kita bisa menangkap kehendak 
umum tersebut? Kalau ia sepadan dengan opini publik, bagaimana kita mengenali 
dan merekammnya? Benarkah di sana apa yang dinamakan dengan kehendak umum dan 
opini publik itu memang ada? Sanggupkah metodologi modern, yang bersandar pada 
metode survei opini publik, benar-benar mengungkap opini publik?

Tak kalah pentingnya adalah serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan 
praktek trendy pemakaian metode survei untuk merekam opini publik dalam 
kegiatan pemilu di Indonesia, pencabangannya, dan penggunaan survei atau 
polling untuk menebak perilaku pemilih. Mengapa partai partai dan kandidat 
politik kini gandrung dengan survei opini publik atau polling? Mengapa kritik 
terhadap lembaga survei merebak? Apa saja jenis-jenis kritik tersebut, dan 
apakah semua kritik memiliki harga cukup untuk didiskusikan?

..

Kutipan dari makalah Rocky Gerung:

Opini Publik versus Etika Publik

Opini publik mengaktifkan demokrasi. Tetapi ia menonaktifkan politik. Opini 
publik diperlukan untuk mendasarkan penyelenggaraan kebijakan (ini adalah suatu 
pekerjaan rutin demokrasi), tapi juga dimanfaatkan untuk mengamankan 
kepentingan pembuat kebijakan (karena dengan itu seolah-olah representasi dan 
legitimasi dihubungkan). Artinya, atas nama opini publik, opsi kebijakan 
dipilih. Tapi juga dengan menunggangi opini publik, kepentingan politik 
diselundupkan. Jadi, demokrasi terselenggara secara teknis melalui opini 
publik, tanpa mempersoalkan fungsi etisnya. Masalahnya baru menjadi kritis bila 
seseorang hendak memandang politik dengan cara lain, yaitu sebagai sebuah 
proyek transformasi, karena menganggap demokrasi telah menjadi malas, karena 
hanya berhenti dalam rutinitas institusional. Untuk kebutuhan semacam itulah 
kita mengaktifkan kontra pikiran dari opini publik, yaitu etika publik. Jadi, 
etika publik mengaktifkan kembali politik, dengan
 mempertanyakan isi, prosedur dan fungsi opini publik. Artinya, melalui etika 
publik, politik dihidupkan sebagai soal ”konfrontasi etik”, dan bukan 
”konfirmasi statistik”.



Selengkapnya silakan hadir dalam diskusi nanti

http://www.facebook.com/event.php?eid=105359909507184ref=mf




daftarkan diri anda untuk mengikuti:

SERI KULIAH UMUM / PUBLIC LECTURE SERIES
TENTANG SEKSUALITAS / ON SEXUALITY
Sabtu, 5, 12, 19, 26 Juni 2010, 16:00 WIB
Saturday, June 5, 12, 19  26, 2010, 04:00 PM
Teater Salihara

Terbuka untuk umum
Pendaftaran selambatnya 4 Juni 2010, melalui d...@salihara.org 
Open to the public
Register via email: d...@salihara.org 

[ppiindia] Diskusi Opini Publik versus Kebenaran di Salihara

2010-05-19 Terurut Topik MGR
DISKUSI

Rabu, 26 Mei 2010, 19:00 WIB

Opini Publik Versus Kebenaran

Pembicara: Kuskridho Dodi Ambardi dan Rocky Gerung

Serambi Salihara

Terbuka untuk umum  GRATIS



Diskusi
ini berikhtiar mengulas hubungan antara “opini publik” dan kebenaran
dari perspektif ilmu empirik dan filsafat. Pembahasan dimulai dari
pertanyaan tentang pengertian “opini publik”. Jika setiap individu
memiliki opini tersendiri, lantas bagaimanakah menjadi sebuah opini
publik? Selama ini opini publik dianggap tak lebih dari proses
“rekayasa”, baik melalui media ataupun survei. Proses “rekayasa”
berujung pada dua kategori opini publik: hasil “pembentukan” atau murni
“penemuan”. (Lembaga survei selalu menggunakan istilah ”penemuan” pada
opini publik, meskipun akhirnya hasil survei tersebut membawa pengaruh
pada publik.) Masalah lain: Faktor apa yang berpengaruh pada
pembentukan opini publik selain rekayasa? Adakah opini publik yang
benar-benar “murni” berasal dari publik? Lantas, bagaimana hubungannya
dengan masalah kebenaran? Apakah, karena berasal dari publik, ia dengan
sendirinya mewakili kebenaran? Ikuti diskusi dengan Kuskridho Dodi Ambardi
(Direktur Lembaga Survei Indonesia) dan Rocky Gerung (Pengajar Filsafat
di Universitas Indonesia). Diskusi akan berlangsung dalam bahasa
Indonesia. Program ini ditaja oleh Hivos.



http://www.facebook.com/event.php?eid=105359909507184ref=mf







Nantikan dan daftarkan diri anda untuk mengikuti Kuliah Umum Filsafat Tentang 
Seksualitas di Salihara di bulan Juni 2010



SERI KULIAH UMUM

TENTANG SEKSUALITAS

Sabtu, 5, 12, 19, 26 Juni 2010, 16:00 WIB

Teater Salihara



Terbuka untuk umum

Pendaftaran selambatnya 4 Juni 2010, melalui d...@salihara.org 



Sabtu, 5 Juni 2010, 16:00 WIB

Simone de Beauvoir tentang Seksualitas

Pembicara: Gadis Arivia



Sabtu, 12 Juni 2010, 16:00 WIB

Michel Foucault tentang Seksualitas

Pembicara: Haryatmoko



Sabtu, 19 Juni 2010, 16:00 WIB

Jacques Lacan tentang Seksualitas

Pembicara: Robertus Robet



Sabtu, 26 Juni 2010, 16:00 WIB

Julia Kristeva tentang Seksualitas

Pembicara: Christina Siwi Handayani



Seksualitas tentu bukan sekadar perkara hasrat dan hubungan seksual,
namun berkelindan dengan tata nilai, keyakinan, pengetahuan, hingga
sistem kekuasaan di mana seseorang hidup dan berinteraksi. Karena itu,
dalam beragam ranah yang membentuknya (fantasi, emosi, jender,
orientasi dan identitas seksual, dan seterusnya), seksualitas akhirnya
bersangkut-paut dengan persoalan filsafat, psikologi, politik, ekonomi,
agama, dan bahasa.



Selama bulan Juni 2010 Komunitas Salihara akan menggelar seri kuliah
umum dengan tema seksualitas melalui perspektif empat pemikir: Simone
de Beauvoir, Michel Foucault, Jacques Lacan, dan Julia Kristeva.



Kuliah pertama akan mengulas tema seks dan filsafat, bertolak dari
sebuah pernyataan terkenal dalam buku Simone de Beauvoir, The Second
Sex: “One is not born a woman” – yang  menunjukkan perjuangan diri
perempuan dalam eksistensinya. Kuliah kedua akan mengulas pemikiran
Foucault tentang hubungan seksualitas dengan pengetahuan, kekuasaan,
dan kebenaran. Sementara kuliah tentang Lacan – yang memilih
menggunakan istilah “seksuasi” ketimbang “seksualitas” – bermula dari
pertanyaan Lacan yang provokatif: mengapa hubungan seksual sesungguhnya
hanya ilusi dan mengapa “perempuan itu tidak pernah ada”, dan apakah
hubungan seksual adalah lambang kebuntuan (dead-lock)? Telaah akan
bergerak melalui dua celah: tragedi Medea dan film Mereka Bilang Saya
Monyet. Sedangkan ide-ide  Julia Kristeva tentang seksualitas akan
diulas lewat pendekatan psikologi dan semiotika, antara lain dengan
melihat persoalan “abjection” dan
intertekstualitas.



Hanya di Salihara...







[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Musyawarah Buku: Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA

2010-04-27 Terurut Topik MGR
Musyawarah Buku
Rabu 28 April 2010: 19.00 WIB
Percintaan Bung
Karno dengan Anak SMA: Biografi Cinta Presiden Sukarno dengan Yurike
Sanger, Penulis: Kadjat Adra’i (Komunitas Bambu, 2010)
Pengulas: Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan)
Peter Kasenda (Pengajar Sejarah di Universitas 17 Agustus dan Penulis buku 
Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933)
Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan


Kita
tak hanya mengenal Bung Karno sebagai Presiden Indonesia yang
kharismatik, namun juga pelaku poligami. Buku ini adalah biografi cinta
Sukarno dengan Yurike Sanger, seorang anak SMA yang dinikahinya di
masa-masa senja kekuasaannya. Meskipun buku ini dilengkapi data sejarah
penting sekitar digulingkannya Sukarno yang langsung diceritakannya
kepada si isteri yang ABG, tetapi Sukarno sang pemimpin besar revolusi
itu dalam buku ini tidak tampil sebagai aktor politik, melainkan
sebagai lelaki, suami dan kekasih jempolan.

 Namun buku ini akan
dibahas tidak hanya dari sisi romantisme, seorang laki-laki yang sedang
jatuh cinta, namun bagaimana sebuah relasi antara seorang laki-laki
yang memiliki kekuasaan dengan seorang gadis lugu yang masih belia.
Sebuah ikhtiar untuk mengulas dari perspektif perempuan. Pembahas buku
ini adalah Mariana Amiruddin seorang aktivis perempuan dan Direktur
Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan dan Peter Kasenda (Pengajar Sejarah
di Universitas 17 Agustus dan Penulis buku Sukarno Muda: Biografi
Pemikiran 1926-1933)

Acara ini terbuka untuk umum dan gratis

http://www.facebook.com/event.php?eid=103416876366063index=1




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor

2010-04-20 Terurut Topik MGR
Undangan

Diskusi
Kamis, 22 April 2010, 16:00 WIB

FILM, TUBUH PEREMPUAN, DAN SENSOR
Pembicara: Novi Kurnia dan Intan Paramaditha 
Moderator: Veronica Kusuma

Serambi Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS

Berbicara
tentang sensor dalam dunia film, maka mayoritas aspek yang ”digunting”
adalah tema atau gambar tubuh perempuan. Salah satu contoh: film
dokumenter karya Ucu Agustin, Perempuan: Kisah di Balik Guntingan
(Kalyana Shira, 2008), menampilkan adegan-adegan penyensoran dalam
Perempuan Punya Cerita (Kalyana Shira, 2008). Penyensoran itu
menggunakan dalih moralitas, adat, karakter bangsa, dan agama. Mengapa
tubuh perempuan sering menjadi sasaran sensor dalam film? Ada apa
dengan tubuh perempuan? Ikuti diskusinya bersama Novi Kurnia, dosen
Jurusan Komunikasi Fisipol UGM dan mahasiswa doktoral di Department of
Women’s Studies, Flinders University, Australia dan Intan Paramaditha,
mahasiswa doktoral di Cinema Studies, New York University, Amerika
Serikat. Diskusi akan dipandu oleh Veronica Kusuma, seorang kritikus
film. Acara ini adalah bagian dari V Film Festival dan disponsori oleh
Hivos.

http://www.facebook.com/event.php?eid=103358069698793index=1

hadiri juga acara pemutaran film dan program V Film Festival 2010 di Salihara.

Rabu, 21-27 April 2010
Wednesday, April 21-27, 2010
 
V FILM FESTIVAL

Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

Kamis, 22 April
Thursday, April 22
14:15 Four Wives, One Man (Serambi Salihara)
16.00 Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor (Serambi Salihara)
19:00 Jamila dan Sang Presiden (Serambi Salihara)

Jumat, 23 April
Friday, April 23
14:15 Annas Sommer (Serambi Salihara)
16:30 Rough Aunties (Serambi Salihara)
19:00 The Sari Soldiers (Serambi Salihara)

Sabtu, 24 April
Saturday, April 24
10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara)
14:15 Cover Girl Culture (Serambi Salihara)
19:00 Elegy (Serambi Salihara)

Minggu, 25 April
Sunday, April 25
10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara)
14:15 All My Failed Attempts (Serambil Salihara)
16:30 Say My Name (Serambi Salihara)
19:00 Du Ska Nog Se Att Det Gar Over - Don’t Worry It’s Just a Phase (Serambi 
Salihara)

Senin, 26 April
Tuesday, April 26
14:15 Lovely Luna (Teater Salihara)
16:30 The Gift from Beate (Teater Salihara)
19:00 International Shorts (Teater Salihara)


V
Film Festival adalah sebuah festival film internasional yang bersifat
independen dan nirlaba, digagas oleh Kalyanashira Foundation, Komunitas
Salihara, Yayasan Jurnal Perempuan, dan Kartini Asia Network. Festival
ini mempromosikan dan mendukung film-film terkait isu perempuan yang
disutradarai oleh perempuan. Pada tahun ini, fokus V Film Festival
adalah identitas, keberagaman, dan generasi muda—dengan tujuan
mempromosikan ide kesetaraan dalam keberagaman yang membentuk
identitas, terutama di kalangan anak muda/remaja. Menampilkan lebih
dari 40 film dari 16 negara, V Film Festival tahun ini juga akan
menggelar program khusus “Debut”, yang akan memutar karya-karya perdana
sejumlah sutradara perempuan Indonesia seperti Nia Dinata, Lola Amaria,
Nan T Achnas, Ratna Sarumpaet, dan Sekar Ayu Asmara. selain pemutaran
film, Festival ini akan menggelar workshop dengan tema Pluralisme dan
Remaja, dan diskusi tentang Film, Tubuh Perempuan dan Sensor. Festival
kedua ini mengambil tempat di Komunitas Salihara, Goethe Institute dan
Kineforum Taman Ismail Marzuki (TIM).



V
Film Festival is an independent, non-profit, international film
festival conceived by the Kalyanashira Foundation, Komunitas Salihara,
Yayasan Jurnal Perempuan, and Kartini Asia Network. The Festival
promotes and supports films related to women’s issues directed by
women. This year, the focus of the V Festival is identity, pluralism
and youth—meant to promote the idea of equality in diversity that
shapes identity especially amongst young people. Presenting more than
40 films from 16 countries, V Film Festival this year will also present
a special program titled “Debut” screening the first works of several
Indonesian women directors like Nia Dinata, Lola Amaria, Nan T Achnas,
Ratna Sarumpaet, dan Sekar Ayu Asmara. Besides film screenings, the
festival will hold a workshop with the theme Pluralism and Youth, and a
discussion on Film, Women’s Bodies, and Censors. This second festival
will be held at Komunitas Salihara, Goethe Institute and Kineforum
Taman Ismail Marzuki (TIM).

http://www.facebook.com/event.php?eid=103999546298362index=1




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Dari Orientalisme ke Oksidentalisme (Forum Filsafat di Salihara)

2010-04-14 Terurut Topik MGR
Undangan

Forum Filsafat
Jumat 16 April 2010: 19.00 WIB 
Dari Orientalisme ke Oksidentalisme
Pembicara: Zainul Ma'arif (alumnus Universitas Al-Azhar Cairo Mesir dan 
magister filsafat Universitas Indonesia)
Serambi Salihara

Terbuka untuk Umum dan Gratis

Forum Filsafat adalah sebuah forum diskusi filsafat yang diselenggarakan
secara rutin tiap bulan. Forum ini diadakan oleh dan bagi para pencinta
filsafat yang difasilitasi Komunitas Salihara. Sampai saat ini telah bergabung 
para mahasiswa dari STF Driyarkara, Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) UIN 
Syarif Hidayatullah dan Universitas Paramadina Jakarta. Kami masih membuka diri 
bagi anda yang tertarik untuk mengikuti forum ini dengan mendaftarkan ke 
dita.salih...@gmail.com

http://www.facebook.com/event.php?eid=115443695133577index=1


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Menyimak Musik bersama Slamet Abdul Sjukur di Salihara

2010-03-30 Terurut Topik MGR
Menyimak Musik bersama Slamet Abdul Sjukur di Salihara

Melanjutkan Forum Menyimak Musik Klasik-Kontemporer (FM Klakon) bulan Maret 
2010, Komunitas Salihara menggelar Forum Menyimak Musik Klasik-Kontemporer (FM 
Klakon) Bagian Kedua setiap hari Sabtu di bulan April 2010 ini. Narasumber 
bulan ini adalah Slamet Abdul Sjukur seorang komposer dan pengajar musik 
ternama di Indonesia. Anda yang tertarik, silakan daftarkan diri anda. Program 
ini terbuka untuk umum dan gratis.

FORUM MUSIK / MUSIC FORUM
Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Bagian II

Fasilitator: Slamet Abdul Sjukur
Serambi Salihara
Terbuka untuk umum

Pendaftaran selambatnya 02 April 2010, melalui dita.salih...@gmail.com

Sabtu, 3 April 2010, 16:00 WIB
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (1):
Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev

Sabtu, 10 April 2010, 16:00 WIB
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (2):
Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens

Sabtu, 17 April 2010, 16:00 WIB
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (3, tamat):
Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten

Sabtu, 24 April 2010, 16:00 WIB
Musik Panjang yang Tidak Membosankan dan Mudah Diingat:
Bolero – Maurice Ravel

Anda tak perlu pintar memasak atau menjadi ahli gizi untuk menikmati makanan. 
Begitu pula untuk meresapi musik, tidak ada yang mengharuskan anda mesti tahu 
teorinya. Kalau anda punya minat, itu sudah cukup. Itulah awal segalanya. Jika 
analogi dunia makanan itu diteruskan: dengan lidah masing-masing, anda tentu 
akan tahu bedanya “rendang” dari “gudeg”, sampai akhirnya bisa merasakan soto 
“yang enak” dan soto “yang kurang pas”. Anda bisa belajar banyak dari 
“mendengarkan” pengalaman. Mendengarkan dengan “rasa” dan ingin tahu. Dalam 
astronomi, Carl Sagan dan Stephen Hawking bisa membuat masyarakat awam ikut 
tertarik pada misteri benda-benda langit, dan Bill Bryson dengan bahasanya yang 
sederhana bisa membuat kita sadar sebagai bagian sejarah kehidupan. Maka Slamet 
Abdul Sjukur (komponis dan “guru asongan”—menurut istilah yang ia ciptakan 
sendiri), lewat serangkaian kuliah dalam FM KlaKon (Bagian II) di setiap hari 
Sabtu (16:00
 WIB) bulan April ini, akan membangkitkan minat kita pada musik yang luput dari 
perhatian budaya kasat-mata dan budaya omong.

Slamet Abdul Sjukur lahir tahun 1935 di Surabaya. Studi musik di Conservatoire 
National Supérieur de Musique de Paris in 1962–1963 di bawah bimbingan Olivier 
Messiaen dan Madame de Chambure dan di École Normale de Musique de Paris from 
1962–1967. Dan pernah belajar singkat kepada Pierre Schaeffer dan grupnya 
Groupe de Recherches Musicales Paris 1968. Ia mengajar di Institut Kesenian 
Jakarta 1976-1987. Dan sejak tahun 2000 menjadi guru besar di Sekolah Tinggi 
Seni Indonesia (STSI) Surakarta.

Program ini disponsori oleh Hivos.

http://www.facebook.com/event.php?eid=101975003171411


  __
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, 
panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Salihara April 2010

2010-03-30 Terurut Topik MGR
Program April 2010

FORUM MUSIK / MUSIC FORUM
Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Bagian II
A Guide to Listening to Classical and Contemporary Music
(FM KlaKon) Part II

Fasilitator/Facilitator: Slamet Abdul Sjukur
Serambi Salihara/Salihara Lounge
Terbuka untuk umum/Open to the public

Pendaftaran selambatnya 02 April 2010, melalui dita.salih...@gmail.com
Register via email: dita.salih...@gmail.com by April 02, 2010

Sabtu, 3 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 3, 2010, 04:00 PM
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (1):
Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev
Introduction to Musical Instruments (1st part):
Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev

Sabtu, 10 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 10, 2010, 04:00 PM
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (2):
Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens
Introduction to Musical Instruments (2nd part):
Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens

Sabtu, 17 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 17, 2010, 04:00 PM
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (3, tamat):
Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten
Introduction to Musical Instruments (3rd and final part):
Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten

Sabtu, 24 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 24, 2010, 04:00 PM
Musik Panjang yang Tidak Membosankan dan Mudah Diingat:
Bolero – Maurice Ravel
Music which is Long but Not Boring and Easy to Remember:
Bolero – Maurice Ravel

http://www.facebook.com/event.php?eid=101975003171411index=1

===

KONSER JAZZ / JAZZ CONCERT
Sabtu, 03 April 2010, 20:00 WIB
Saturday, April 03, 2010, 08:00 PM

SARIMANOUK QUARTET

Teater Salihara
HTM Rp 50.000,-
Mahasiswa/Palajar Rp 25.000,- (tempat terbatas)
Ticket Rp 50.000,-
Students Rp 25.000,- (limited seats)

http://www.facebook.com/event.php?eid=103693109665324index=1

===

PEMUTARAN FILM / FILM SCREENING
Jumat, 09 April 2010
Friday, April 09, 2010

18.30 KODRAT KUADRAT
Sutradara/Director: Krishna Murti

20.00 AT THE VERY BOTTOM OF EVERYTHING (DI DASAR SEGALANYA)
Sutradara/Director: Paul Agusta

Teater Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

http://www.facebook.com/event.php?eid=105325146163682index=1



PAMERAN SENI RUPA / ART EXHIBITION
Jumat, 09-23 April 2010
Friday, April 09-23, 2010

PICTURING AMERICA

Galeri Salihara
Pembukaan: Jumat, 09 April 2010, 19:30 WIB
Opening: Friday, April 09, 2010, 07:30 PM

Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

http://www.facebook.com/event.php?eid=110145672331167index=1

=

KONSER ROCK PROGRESIF / PROGRESSIVE ROCK CONCERT
Sabtu, 17 April 2010, 20:00 WIB
Saturday, April 17, 2010, 08:00 PM

KEENAN NASUTION  HARMONIK DISTORSI

Teater Salihara
HTM Rp 50.000,-
Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas)
Ticket Rp 50.000,-
Students Rp 25.000,- (limited seats)

http://www.facebook.com/event.php?eid=101581959881151index=1

===

Rabu, 21-27 April 2010
Wednesday, April 21-27, 2010

V FILM FESTIVAL

Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

Kamis, 22 April
Thursday, April 22
14:15 Four Wives, One Man (Serambi Salihara)
16.00 Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor (Serambi Salihara)
19:00 Jamila dan Sang Presiden (Serambi Salihara)

Jumat, 23 April
Friday, April 23
14:15 Annas Sommer (Serambi Salihara)
16:30 Rough Aunties (Serambi Salihara)
19:00 The Sari Soldiers (Serambi Salihara)

Sabtu, 24 April
Saturday, April 24
10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara)
14:15 Cover Girl Culture (Serambi Salihara)
19:00 Elegy (Serambi Salihara)

Minggu, 25 April
Sunday, April 25
10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara)
14:15 All My Failed Attempts (Serambil Salihara)
16:30 Say My Name (Serambi Salihara)
19:00 Du Ska Nog Se Att Det Gar Over - Don’t Worry It’s Just a Phase (Serambi 
Salihara)

Senin, 26 April
Tuesday, April 26
14:15 Lovely Luna (Teater Salihara)
16:30 The Gift from Beate (Teater Salihara)
19:00 International Shorts (Teater Salihara)

Selasa, 27 April
Tuesday, April 27
Film Penutup (khusus undangan / by invitation only)
19:00 Minggu Pagi di Victoria (Teater Salihara)

http://www.facebook.com/event.php?eid=103999546298362index=1



DISKUSI / DISCUSSION
Kamis, 22 April 2010, 16:00 WIB
Thursday, April 22, 2010, 04:00 PM

FILM, TUBUH PEREMPUAN, DAN SENSOR
FILM, WOMEN’S BODIES, AND THE CENSOR
Pembicara: Novi Kurnia dan Intan Paramaditha
Moderator: Veronica Kusuma

Serambi Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

http://www.facebook.com/event.php?eid=103358069698793index=1



PENTAS TEATER / THEATER PERFORMANCE
Jumat-Sabtu, 23-24 April 2010, 20:00 WIB
Friday-Saturday, April 23-24, 2010, 08:00 PM

REQUEST CONCERT
Aktor/Actor: Niniek L Karim
Sutradara/Director: Manuel Lutgenhorst

Teater Salihara
HTM Rp 50.000,-
Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas)
Ticket Rp 50.000,-
Students Rp 25.000,- (limited seats)


[ppiindia] Penyerangan FPI terhadap PemohonKuasa Hukum Uji-Materi UU PNPS/1965 di MK

2010-03-24 Terurut Topik MGR
SIARAN PERS
TIM ADVOKASI KEBEBASAN BERAGAMA

Pada hari ini, Rabu, 24 Maret 2010, Pemohon, Kuasa Hukum dan Ahli yang hadir di 
Mahkamah Konstitusi sehubungan dengan acara sidang pemeriksaan pengujian 
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 menjadi korban kekerasan baik secara verbal 
maupun fisik.

Ketika rehat siang setelah persidangan diskors, beberapa orang yang terdiri 
dari Pemohon, Kuasa Hukum dan Ahli, yang pada saat itu sedang berada di kantin 
MK, mengalami ancaman, hadangan, pukulan dan perampasan barang yang dilakukan 
oleh sejumlah orang yang memakai atribut FPI dan LPI. [Urutan peristiwa 
terlampir]

Terkait dengan peristiwa tersebut, pertama-tama kami menyampaikan berterima 
kasih kepada Mahkamah Konstitusi, khususnya kepada satuan keamanan, yang dengan 
sigap dan cekatan mengamankan para Pemohon, Kuasa Hukum, dan Ahli. Karena 
kesiagaannya dan ketegasannya, satuan keamanan berhasil mencegah kekerasan dan 
kerusakan lebih lanjut.

Namun, apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi tersebut sesungguhnya bukan 
hanya sekedar kekurangajaran dan pelanggaran yang terang-terangan terhadap 
hukum dan martabat manusia, namun merupakan sikap yang menunjukkan 
ketidakmampuan untuk menerima pandangan yang berbeda, sehingga merasa perlu 
untuk menyerang dan meniadakan yang berbeda itu.

Kami sesungguhnya tidak rela intoleransi dan kekerasan mendapat tempat di 
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi merupakan ruang terbuka untuk 
berbincang dan berbeda pendapat, yaitu tempat untuk mengejawantahkan suatu 
kebebasan yang dijamin di dalam konstitusi itu sendiri.

Meskipun demikian, peristiwa ini menegaskan satu hal, yaitu bahwa bukan 
perbedaan yang menyebabkan keresahan, kerusuhan dan gangguan ketertiban umum, 
melainkan sikap yang tidak mampu menerima perbedaan, serta perbuatan kekerasan 
yang tidak terkendali sebagai wujud dari intoleransi tersebut itulah yang 
menjadi akar dan sebabnya.

Masyarakat kita sedang krisis, kemajemukan dinafikan, perbedaan dianggap 
ancaman, dan toleransi menjadi kebutuhan yang mendesak. MK perlu melihat 
kenyataan ini dengan jeli dan mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan 
tepat yang menentukan nasib bangsa kita ke depan demi membangun kekuatan 
masyarakat dan kerukunan umat yang sejati. 

Jangan biarkan permusuhan dan kebencian menjadi nilai dominan, pemaksaan 
diterima sebagai sesuatu yang wajar serta kekerasan seolah dapat dibenarkan.

Jakarta, 24 Maret 2010



KRONOLOGI KEKERASAN TERHADAP KUASA PEMOHON

1.    Pada rehat sidang (Pkl.12.00 – 14.00) Kuasa hokum pemohon makan siang 
bersama di Kantin Emka. Pada saat kuasa pemohon SA(Siti Aminah) shalat, 
sejumlah laki-laki berpakaian putih-putih menyatakan “Ini kelompok setan yang 
memakai jilbab” dan “kelompok setan kok shalat”. 

2.    NH/Nurkholis hidayat keluar terlebih dahulu dari kantin dan mendengar 
kata2 “bau setan” yang dikeluarkan oleh orang2 berpakaian putih dan sengaja 
ditujukan kepada kuasa hukum pemohon.

3.    nh meminta UPS untuk mengajak para kuasa pemohon untuk segera keluar dan 
naik ke lantai dua. Uli Parulian Sihombing (UPS) mengajak untuk segera ke atas, 
dan meminta untuk mengingatkan Chairul Anam (CA) untuk hati-hati karena diincar 
untuk dipukul; 

4.    NH dan UPS diluar menunggu anam dan mulai dikerubuti orang2 berpakain 
putih sambil mengucapkan kata kata kotor. Orang2 berpakaian putih mulai 
mengancam dan menghina dengan kata-kata kotor dan menanyakan agama Uli dan 
Posisi LBH Jakarta.

5.    Uli dan NH dikerubuti dan kemudian kaki NH ditendang oleh orang2 
berpakaian putih. Kejadian tidak berlangsung lama karena kemudian staf MK 
mengingatkan orang2 berpakaian putih tersebut. Dalam kesempatan tersebut NH dan 
Uli naik ke lantai dua dan berhasil kelaur dari kepungan orang2 berbaju putih.

6.    KEmudian, SA menyampaikan kepada Chairul Anam untuk berhati-hati dan 
segera naik bersama-sama.Saat itu,Chairul Anam sedang duduk bersama staff dari 
MAhkamah Konstitusi.UPS yang berada diluar kantin mendapatkan ancaman dan 
dirangkul oleh laki-laki berpakain putih dan di depan pintu kantin dihadang 
oleh puluhan laki-laki berpakaian putih-putih dan beridentitaskan LPI, UPS lalu 
ditarik SA ke dalam kantin. Staff MK keluar mengiringi UPS,SAT dan CA dan 
terjadi dialoq antara staff MK dan lascar tersebut.UPS dan NH (Nurkholis 
Hidayat) berhasil naik ke lantai atas, CA yang bermaksud ke atas dihalangi dari 
berbagai sudut dan akhirnya keluar dari kerumunan melalui pintu belakang 
bersama SA.

7.    Terjadi keributan antara petugas keamanan MK  dengan lascar (ditanya ke 
Sidik lagi, ada anak PGI yang kena pukul juga)

8.    Dari belakang terlihat suasana keributan di depan kantin, SA kembali ke 
depan kantin dan Sidik (PU LBH Jakarta) dikerubuti karena kedapatan merekam 
peristiwa.Kamera milik LBH Jakarta yang dipegang oleh Sidik dirampas, dan Sidik 
pun dikerubungi dan disudutkan, bahkan terkena tendangan dan pukulan dari arah 
belakang. 

9.    Sidik sempat masuk kedalam Ruangan dan duduk, namun kembali ke 

[ppiindia] Salihara Pekan Ini (25-27 Maret)

2010-03-24 Terurut Topik MGR
Sastra, Perayaan 70 Tahun Sapardi Djoko Damono, Forum Mendengar Musik 
Klasik-Kontemporer, Konser Piano

Kamis, 25 Maret 2010, 20:00 WIB
FORUM SASTRA INDONESIA HARI INI: JAWA BARAT
(Anton Kurnia, Nazaruddin Azhar, Fina Sato, Toni Lesmana, Dian Hartati, Ahmad 
Faisal Imron)
Kurator Tamu  Pembicara: Hawe Setiawan
Teater Salihara
Terbuka untuk Umum  Gratis

http://www.facebook.com/event.php?eid=359149924687index=1

Jumat, 26 Maret 2010
70 TAHUN SAPARDI DJOKO DAMONO
Teater Salihara
Terbuka untuk Umum  Gratis
 
16:00 WIB
Kuliah Umum tentang Puisi Sapardi Djoko Damono
Pembicara: Nirwan Dewanto
 
19:30 WIB
-Baca Puisi dan Prosa Sapardi Djoko Damono
 Oleh/By: Happy Salma, Niniek L Karim, Sitok Srengenge
-Musikalisasi Puisi Sapardi Djoko Damono
 Koor Paragita UI

http://www.facebook.com/event.php?eid=317355968987index=1

Sabtu, 27 Maret 2010, 20:00 WIB
Resital Piano ADHI JACINTH
Debussy, Bartok, Messiaen, Carter, Prabowo
Teater Salihara
HTM Rp 50.000
Mahasiswa Rp 25.000
 
http://www.facebook.com/event.php?eid=316259576265index=1


  quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.comquot;

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Setelah Keruntuhan Candi Kata (Esai Zen Hae Bagian Pertama)

2010-03-21 Terurut Topik MGR
Setelah Keruntuhan Candi Kata

Zen Hae

DUNIA puisi Indonesia modern adalah dunia yang hancur-lebur. Lebih dari 60 
tahun silam Chairil Anwar sudah menyatakan itu dalam sajak-sajaknya. Kehancuran 
dunia dan upaya aku untuk terus bertahan bukan hanya menjadi tema yang 
bersembunyi di balik struktur sintaksis puisi, tetapi muncul lewat frasa-frasa 
yang tegas sekaligus kikuk, padat-gerumpung, dengan bentukan kata yang bergerak 
antara kelisanan yang telah berurat-akar dan keberaksaraan yang terus 
memperkukuh diri. Chairil mengalami modernitas sebagai yang pedih dan mematikan 
tapi juga menyala-nyala, memberi daya hidup hingga seribu tahun lagi.

Sindu Putra adalah salah satu penyair Indonesia mutakhir yang memperpanjang 
gema kehancuran dunia itu. Dalam naungan gema itu, segalanya bisa tidak memberi 
harapan sama sekali, termasuk puisi itu sendiri. Baginya, puisi adalah “candi 
kata“--“Rumahku dari unggun-timbun sajak,“kata Chairil. Sebuah tempat semadi 
yang semula dipercaya bisa menyelamatkan penyair, tapi kemudian terus-menerus 
kehilangan aura mistiknya dan kelak hancur.

Tentu saja candi kata bukanlah temuan yang khas Sindu. Lebih dari delapan abad 
silam, menurut P.J. Zoetmoelder, para penyair Jawa Kuno (sang kawi) menegaskan 
puisi sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dewa sekaligus wadah tempat ia 
bersemayam. Dalam “yoga literer“ itu, sang penyair berharap keindahan 
syair-syairnya mampu memikat sang dewa supaya turun dan berdiam di dalam candi 
kata sebelum akhirnya ia mencapai kemanunggalan dengan dewa pilihannya itu. 
Pengantar kakawin Bhomantaka menyebut,“Semoga candinya kini didirikan di dalam 
kata-kata syair ini, sehingga merupakan suatu tempat kediaman yang pantas bagi 
dewa asmara yang menampakkan diri.“

Sindu dan para pendahulunya menempatkan candi kata sebagai sebentuk metafora.
Bedanya, Sindu mengupayakan tipografi puisi yang lebih asosiatif. Di mana pun 
dalam puisi dongeng anjing api (Arti Foundation, Juli 2008), pemenang 
Khatulistiwa Literary Award 2009, kita akan menemukan bangun puisi yang 
menyaran kepada wujud separuh candi, yang jika dicerminkan akan menjelma sosok 
candi utuh. Penyair memadukan sedemikian rupa lariklarik panjang dan pendek, di 
samping menjarangkan secara ekstrem spasi antarkata, sehingga menyerupai 
lubang-lubang pada dinding candi.

Lubang-lubang itu seakan-akan mau menegaskan bahwa sebuah tempat semadi tidak 
terputus sepenuhnya dengan dunia ramai, semacam ventilasi yang mengalirkan 
udara dan cahaya matahari. Tapi mereka bisa juga muncul akibat copotnya 
sejumlah besar batu penyusun candi tersebut. Karena itu, unsur-unsur di 
dalamnya bukan lagi “puing-puing yang saling merekatkan diri,“ sebagaimana 
dinyatakan Nirwan Dewanto dalam pengantar Lima Pusaran: Bunga Rampai Puisi 
Festival Seni Surabaya 2007, tetapi yang bersiap menyongsong kehancuran. Sebuah 
nujuman sang penyair menyebut pada akhirnya “candi kata itu pun 
runtuh.“Lantas,“puisi terakhir yang aku tulis di tubuhku, punah“(puisi “Akhir 
dari Puisi“).

Puisi sebagai candi telah runtuh, selaku rajah pun sirna. Maka tampillah zaman 
tanpa puisi. Zaman tanpa keindahan. Ketika manusia, dengan “tangan meleleh“, 
“tanpa aksara“, “kehilangan warna dan rambut merah“, terpenjara di dalam “rumah 
kaca“. Sedang di luarnya hanyalah dunia yang penuh luka dan kematian.Tapi dua 
makhluk yang melambangkan kebebasan dan keindahan penyair dan puisinya masih 
mencoba bertahan hidup:“kupu-kupu mendaur ulang sayapnya / di sela waktu yang 
tersobek / burung-burung mengeramkan paruhnya hingga tanpa abu“. Dalam hantaman 
samsara ini yang bisa dilakukan aku kemudian adalah semadi untuk menemukan 
kembali kaitan dirinya dengan alam ilahiah. Maka, di bait akhir puisi itu Sindu 
menulis: 

Tubuhku inilah tanah sebuah hutan terbuka ke mana pohon merapuh, burung dan 
kupu-kupu dituakan“ aku ciumkan tanah, menghormati padi menghormati segala yang 
ditanam dengan siraman air mata tubuhku pun payau, merindukan bakau puisi, 
berakhir juga ke tubuhku 

Tamatnya puisi adalah tema penting, jika bukan terpenting, dalam Dongeng Anjing 
Api.
Puisi lainnya,“Dalam Tubuh Artupudnis“, menyatakan sirnanya puisi berlangsung 
di dalam keseluruhan tubuh “artupudnis“ (anagram dari Sindu Putra). Bedanya, 
sirnanya puisi di sini tidak didahului oleh bencana. Bukan manusia, melainkan 
tuhan (dengan “t“) yang mendapati fakta itu. Apakah itu berarti penyair 
artupudnis sudah mati, sehingga puisi di tubuhnya lenyap begitu ajalnya tiba? 
Sehingga yang hadir di hadapan tuhan adalah bukan lagi penyair, tetapi “mantan 
penyair“?

Teka-teki ini bisa dipecahkan dengan menelusuri berubahnya proyeksi ujaran 
puisi. Jika pada dua bait pertama “aku lirik tersembunyi“ menempatkan 
artupudnis sebagai alter ego dalam posisi orang ketiga yang tampaknya sudah 
mati, baik harfiah maupun metaforis. Di bait-bait berikutnya aku menempatkan 
alter ego-nya itu dalam posisi orang kedua dan disebutnya “kau“: “Kau masuk ke 
dalam mimpi mereka“.

Lantas siapakah mereka? 

[ppiindia] Diskusi Forum Filsafat Filsafat Sejarah Georg Lukacs di Salihara

2010-03-17 Terurut Topik MGR
Undangan Diskusi Forum Filsafat

Jumat 19 Maret 2010 pukul 16.00 WIB
Tema: Filsafat Sejarah Georg Lukacs
Pembicara: Mohamad Soleh (mahasiswa STF Driyarkara)
Serambi Salihara
Gratis dan terbuka untuk umum

Forum Filsafat adalah sebuah forum diskusi filsafat yang diselenggarakan
secara rutin tiap bulan. Forum ini diadakan bagi para pencinta
filsafat. Sampai saat ini telah bergabung para mahasiswa dari STF
Driyarkara, Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) UIN Syarif Hidayatullah
dan Paramadina Jakarta. Kami masih membuka diri bagi anda yang tertarik
untuk mengikuti forum ini dengan mendaftarkan ke dita.salih...@gmail.com

http://www.facebook.com/event.php?eid=353808936288index=1



  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Masa Depan Pemikiran Kiri di Komunitas Salihara

2010-03-08 Terurut Topik MGR
Dengan ini kami mengundang anda untuk hadir dalam acara Diskusi Masa Depan 
Pemikiran Kiri di Indonesia besok Rabu 10 Maret 2010 pukul 19.00 dengan 
pembicara: Franz Magnis-Suseno dan Hilmar Farid. Moderator: Trisno S Sutanto. 
Acara ini akan digelar di Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16, Pasar 
Minggu, Jakarta Selatan.

Diskusi ini beranjak dari sejumlah pertanyaan: bagaimanakah gerangan kehidupan 
pemikiran Kiri sekarang dan prospeknya di masa depan? Apakah “menjadi Kiri” di 
zaman ini adalah semacam anakronisme? Memang, Kiri tetap menawarkan kritik 
tajam selaku pemikiran anti-kemapanan. Namun persaingan antar-sistem politik 
dan ekonomi tampak menunjukkan kemenangan kubu lawan mereka. 

Demokrasi telah diterima oleh mayoritas negara di dunia yang sangat tergantung 
pada “selera” pasar. Dan tak sedikit pula para pendaku Kiri yang telah berlaku 
“borjuis” dalam gaya hidup serta harus beradaptasi dengan sistem-dunia 
kapitalis. Kita pun perlu bertanya lagi: benarkah pengaruh pemikiran Kiri kini 
hanya beredar di kalangan terbatas—akademia, gerakan elit, atau mereka yang 
berusaha menawarkan pemikiran alternatif di tengah dominasi kapitalisme? 

Dari bahan yang telah saya terima dari Hilmar Farid saya akan memberikan 
sedikit bocorannya. Hilmar Farid akan mengulas pemikiran filsafat terkini 
yang bisa ia sebut kiri seperti Zizek dan Badiou. Dan pemikiran ekonomi kiri 
yang mengkritik keras memanisme pasar seperti David McNally dan Karl Polanyi. 
Bagi Hilmar Farid agenda kiri dalam Manifesto Komunis sebagian besar sudah 
dipenuhi, dan tidak ada alasan untuk menganggap kiri gagal. Bahkan di hadapan 
krisis sekarang, kiri adalah bagian penting dari masa depan. Tanpa kiri, kita 
patut bertanya: adakah masa depan? 

Diskusi ini akan menarik, Franz Magnis Suseno juga akan memberikan ide dan 
pemikiran terbarunya tentang tema ini.

Silakan anda hadir, diskusi ini terbuka untuk umum dan gratis.

Guntur Romli

http://www.facebook.com/event.php?eid=319323676119index=1



  Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
browser. Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Forum Menyimak Musik dan Opera Jelajah Anak Indonesia (OJAI)

2010-03-02 Terurut Topik MGR
Sabtu 6 Maret 2010 pukul 16.00, Salihara akan memulai rangkaian Forum Menyimak 
Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) yang akan berlangsung tiap hari 
Sabtu di bulan Maret. Tema pertemuan pertama adalah Prolog: Tentang Musik dan 
Bunyi + Musik Barok. Fasilitator untuk acara ini: Suka Hardjana. 

Minggu 7 Maret 2010 pukul 14.00 dan 16.00, Opera Jelajah Anak Indonesia (OJAI) 
akan menampilkan panggung musikal Batu Belah Betangkup. 

Untuk acara Forum Menyimak Musik terbuka untuk umum dan gratis dengan 
pendaftaran ke dita.salih...@gmail.com. Untuk tiket Opera Jelajah Anak 
Indonesia (OJAI) Rp 50.000 (umum) dan Rp 25.000 (pelajar dan mahasiswa) bisa 
dipesan di nomer-nomer berikut:  0817-077-1913, 0812-8184-5500, 
0857-193-111-50, 021-9974-5934

http://www.facebook.com/event.php?eid=10150089050320374ref=mf

Forum Menyimak Musik Klasik hingga
Kontemporer (FM KlaKon)

Sabtu, 6 Maret 2010
Saturday, 6 March 2010
Prolog: Tentang Musik dan Bunyi + Musik Barok
Prologue: On Music and Sound + Baroque Music

Sabtu, 13 Maret 2010
Saturday, 13 March 2010
Beethoven di Antara Dua Logos: Musik Klasik  Romantik + Impresionisme
Beethoven Between Two Logos: Classical  Romantic Music + Impressionism

Sabtu, 20 Maret 2010
Saturday, 20 March 2010
Bartok, Stravinsky dan Parameter Waktu Baru: Musik Abad Ke-20
Bartok, Stravinsky and New Parameters of Time: 20th-Century Music

Sabtu, 27 Maret 2010
Saturday, 27 March 2010
Epilog: Tentang Dua Prabowo (Adrian dan Tony)
Epilogue: On Two Prabowos (Adrian and Tony)
 
Pendaftaran selambatnya 5 Maret 2010, melalui d...@salihara.org

Register via email: d...@salihara.org  by March 6, 2010


Banyak
orang gemar mendengarkan musik klasik Barat—kadang tanpa latar
pengetahuan tentang bagaimana karya musik itu diciptakan dan di mana
letaknya dalam khazanah musik klasik dari zaman ke zaman. Ini tentu
baik-baik saja. Namun, pengalaman mendengarkan musik niscaya akan makin
kaya makna jika kita mengenal lebih dalam hal-ihwal mengenai khazanah
musik maupun menyangkut karya itu sendiri. Bulan Maret ini (setiap
Sabtu sore) ahli musik klasik Suka Hardjana akan mengajak kita
bertamasya menikmati musik klasik hingga kontemporer sambil menyimak
bagaimana unsur-unsur musikal (irama, melodi, harmoni, warna nada, dst)
terangkai menjadi pelbagai bentuk musik (simfoni, konserto, sonata,
fuga, dll) yang kompleks dan indah. Setiap acara akan disertai sesi
mendengarkan komposisi musik yang dibahas atau dijadikan ilustrasi.
Dengan mengikuti rangkaian Forum Menyimak Musik Klasik hingga
Kontemporer (FM KlaKon) kita bisa memperluas wawasan tentang musik
klasik hingga kontemporer dan sekaligus memperoleh pengetahuan langsung
dari tangan pertama tentang bagaimana mendengarkan musik secara lebih
cerdas dan mendalam.

Suka Hardjana (Yogyakarta, 1940) alumnus
Akademi Musik Detmold (1969) dan pernah menjadi dosen di Konservatorium
der Freien Hansestadt, Bremen (1969-1971)—keduanya di Jerman. Pulang ke
Indonesia menjadi dirigen Ensemble Jakarta (1972) dan dosen di IKJ
hingga menjadi Pembantu Rektor II (1980-1984). Karya tulis dia dalam
bidang musik Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Ford
Foundation  MSPI, 2003) dan Musik Antara Kritik dan Apresiasi
(Buku Kompas, 2004) 

Program ini disponsori oleh Hivos

=

http://www.facebook.com/event.php?eid=342734431795index=1

Minggu, 7 Maret 2010, 14:00  16:00 WIB
Sunday, March 7, 2010, 02:00  04:00 PM
Panggung Musikal OJAI (Opera Jelajah Anak Indonesia)
Musical Performance OJAI (Opera Jelajah Anak Indonesia/ Opera of Indonesian 
Children’s Explorations)
KISAH BATU BELAH BETANGKUP
TALE OF A STONE THAT OPENS AND CLOSES
Sutradara/ Director: Tom Ibnur
Teater Salihara 

Panggung
musikal Batu Belah Betangkup ini berangkat dari sebuah dongeng rakyat
dari Bengkalis, Riau, yang berkisah tentang dua orang anak yang
melanggar perintah ibunya dan melarikan diri ke hutan, dan di sana
“ditelan” alam—hingga akhirnya sang ibu mencari dan hendak membawa
mereka pulang. Pertunjukan terdiri atas dongeng berpantun (yang
dibawakan oleh Tom Ibnur), tari dan musik Melayu (senandung, mak inang,
joged, zapin), serta aneka permainan anak tradisional Melayu
(kulik-kulik elang, tam-tam buku, sapu-sapu rangik, cak-cak mimin).
Diperankan para pemain berusia antara 5-18 tahun, pertunjukan ini
ditujukan untuk khalayak usia kanak hingga dewasa. Tim kreatif
pertunjukan yang disutradarai oleh Tom Ibnur ini antara lain: Didin
Siroz (penulis skenario), Armen Suwandi (penata musik), Sugeng Yea
(penata panggung), dan Iskandar Loedin (penata cahaya).

HTM Rp 50.000,-
Pelajar/mahasiswa Rp 25.000,-

Reservasi tiket di loket salihara 021-7891202, 0817-077-1913
Waktu operasional:
Senin-Jumat pukul 09:00-19:00 WIB
Sabtu pukul 16:00-19:00 WIB
Minggu dan hari libur nasional tutup, kecuali ada acara. Bila ada acara, waktu 
operasional diperpanjang hingga pukul 21:00 WIB.



The
musical Batu Belah Betangkup is based on a folktale from Bengkalis,
Riau, about two 

[ppiindia] Pertemuan Terakhir Kuliah Seni Rupa dengan Jim Supangkat

2010-02-24 Terurut Topik MGR
Rangkaian Kuliah Umum Pengantar Sejarah Seni Rupa di Indonesia yang 
diselenggarakan oleh Komunitas Salihara mulai Sabtu, 6 Februari lalu akan 
ditutup oleh ceramah Jim Supangkat Sabtu, 27 Februari 2010 pukul 16:00. Jim 
Supangkat akan memberikan kuliah tentang Seni Rupa Kontemporer: Sejak Gerakan 
Seni Rupa Baru sampai Sekarang. Jim Supangkat adalah seorang kurator seni rupa 
ternama dan tokoh dari Gerakan Seni Rupa Baru

http://www.facebook.com/event.php?eid=270912742468index=1

Sabtu, 27 Februari 2010, 16:00 WIB
Seni Rupa Kontemporer: Sejak Gerakan Seni Rupa Baru sampai Sekarang
Pembicara: Jim Supangkat

Silakan anda hadir, acara ini terbuka untuk umum. 

Jangan ketinggalan selama hari Sabtu di bulan Maret 2010 pukul 16.00, Komunitas 
Salihara akan menggelar Forum Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM 
KlaKon) dengan Fasililtator Suka Hardjana. Acara ini juga terbuka untuk umum 
dengan pendaftaran selambatnya 6 Maret 2010, melalui d...@salihara.org.

Untuk informasi lebih lanjut, sikan kunjungi:

http://www.facebook.com/event.php?eid=10150089050320374index=1

Sabtu, 6 Maret 2010
Prolog: Tentang Musik dan Bunyi + Musik Barok

Sabtu, 13 Maret 2010
Beethoven di Antara Dua Logos: Musik Klasik  Romantik + Impresionisme

Sabtu, 20 Maret 2010
Bartok, Stravinsky dan Parameter Waktu Baru: Musik Abad Ke-20

Sabtu, 27 Maret 2010
Epilog: Tentang Dua Prabowo (Adrian dan Tony)

Suka Hardjana (Yogyakarta, 1940) alumnus Akademi Musik Detmold (1969)
dan pernah menjadi dosen di Konservatorium der Freien Hansestadt,
Bremen (1969-1971)—keduanya di Jerman. Pulang ke Indonesia menjadi
dirigen Ensemble Jakarta (1972) dan dosen di IKJ hingga menjadi
Pembantu Rektor II (1980-1984). Karya tulis dia dalam bidang musik
Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Ford Foundation 
MSPI, 2003) dan Musik Antara Kritik dan Apresiasi (Buku Kompas, 2004)

Untuk informasi tentang Salihara silakan kunjungi di facebook:

http://www.facebook.com/group.php?gid=40536100856

dan

http://www.facebook.com/pages/salihara/75670011352?ref=searchsid=1098818634.286515223..1





  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Sejarah dan Fiksi Malam Ini di Salihara

2010-02-22 Terurut Topik MGR
Hanya ingin mengingatkan diskusi dengan tema Fiksi dan Sejarah: Tentang
“Kemustahilan Sejarah” dengan Pembicara: JJ Rizal dan Zen Hae Moderator:
Saidiman Ahmad akan dilaksanakan malam ini di Selasa 23 Februari pukul
19.00 WIB di Serambi Salihara.

Silakan anda hadir, JJ Rizal akan
membawakan makalah Waktu yang Hilang Ihwal Sastera dan Sejarah
sementara Zen Hae akan mempresentasikan makalanya berjudul Fiksi dan
Sejarah: Pemalsuan, Fiksi Sejarah, Ironi

Diskusi ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.

Guntur

http://www.facebook.com/event.php?eid=286757484960index=1

Sinopsis:

Di abad ke-18, ada pemikiran yang beredar di kalangan intelektual Eropa
dan Amerika bahwa ada dua jenis penulisan sejarah: sejarah berdasarkan
fakta (yang mengusung kebenaran berlandaskan bukti dokumenter), dan
sejarah berdasarkan fiksi (yang mengusung kebenaran berlandaskan sifat
alamiah manusia). 

Novelis Daniel Defoe mengatakan bahwa novel adalah
sebuah “sejarah pribadi”—sejarah sebuah kehidupan pribadi ketimbang
Sejarah dengan huruf besar, dengan pandangannya yang panoptik.
Betapapun, manusia tak bisa mengelak dari Sejarah—novel-novel Kafka,
Musil, Broch dan Pramoedya Ananta Toer menunjukkan hal itu. Maka telaah
“Kemustahilan Sejarah” berangkat dari pertanyaan: apabila sejarah dan
novel merupakan dua hal yang sama secara hakiki, dan menyuguhkan
kebenaran yang serupa, maka apa perbedaan di antara keduanya? Kualitas
apa yang dimiliki sang novel dalam menyampaikan kisah orang-orang
biasa, orang-orang yang kalah, yang tak terakomodasi oleh Sejarah
dengan huruf besar? Ikuti diskusinya bersama JJ Rizal (sejarawan) dan
Zen Hae (sastrawan). Moderator Saidiman Ahmad

Terbuka untuk umum dan GRATIS. Program ini disponsori oleh Hivos



  quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.comquot;

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Konser Ubiet Kroncong Tenggara di Salihara

2010-02-10 Terurut Topik MGR
Ubiet dan Kroncong Tenggara akan menggelar konser musik selama dua malam 
berturut-turut, Jumat  dan Sabtu, 12-13  Februari 2010 pukul 20.00 di Teater 
Salihara, Jakarta Selatan.

Dari tiga belas lagu yang akan mereka bawakan, ada lima lagu baru dengan lirik 
yang ditulis oleh tiga penyair—Chairil Anwar, Nirwan Dewanto, dan Sitok 
Srengenge.

Ubiet (Nyak Ina Raseuki) adalah sedikit dari seniman musik merangkap ilmuwan 
musik di Indonesia. Ia terkenal dengan olah vokalnya yang memanfaatkan pelbagai 
gaya, teknik, dan ekspresi, seolah tanpa batas. Bagi Ubiet, bernyanyi tak hanya 
sekedar menghasilkan suara merdu, namun juga menggarap bunyi yang disonan 
maupun yang tak harmonis. Sebagai penyanyi, doktor etnomusikologi ini telah 
menjelajahi berbagai genre musik: pop, jazz, tradisi, maupun kontemporer. 
 
Sejak sekitar empat tahun belakang ini, Ubiet bersama musisi dan pengarang lagu 
Dian HP dan Riza Arshad, menggali kembali khazanah musik Nusantara, yaitu 
kroncong. 
 
Dian HP dikenal publik sebagai penata musik bagi pelbagai pertunjukan musik pop 
maupun film. Pianis ini menggarap musik untuk para penyanyi pop, dan pelbagai 
pagelaran musik. Ubiet dan Dian pernah bersama dalam kelompok jazz fusion, 
Splash, di tahun 80-an. Sedangkan Riza Arshad, yang biasa dipanggil Ija, 
dikenal sebagai pianis dan pendiri grup jazz simakDialog yang tetap berkibar 
sejak 1996. Tak satu pun dari tiga seniman musik ini—Ubiet, Dian, dan 
Ija—berasal dari tradisi kroncong, tetapi ketiganya menjadi tertarik pada jenis 
musik ini.
 
Kroncong adalah salah satu musik populer tertua yang berkembang di Nusantara. 
Meskipun telah dikenal sejak abad ke-16 (terutama di kalangan keturunan 
Portugis), musik ini baru populer dengan adanya radio dan teknologi rekaman. 
Kroncong juga salah satu jenis musik pertama yang beredar dalam bentuk piringan 
hitam.
 
Ketika menyebar itulah kroncong pun terpengaruh oleh berbagai musik lokal. 
Karena itu, ia bisa dikatakan sebagai musik populer hibrid, yakni perpaduan 
antara musik Eropa dan musik Nusantara, yang pertama.
 
Ubiet, Dian, dan Riza percaya bahwa kroncong menyimpan kekayaan yang terus bisa 
digali dan diperbaharui. Mereka bertiga, beserta dengan beberapa pemusik piawai 
Indonesia dari berbagai latar belakang musik, bekerjasama untuk menggarap 
sebuah rekaman kroncong baru, yaitu musik berbasis kroncong—baik lagu kroncong 
lama maupun lagu gubahan baru—yang diharapkan mampu mengundang generasi 
Indonesia mutakhir untuk mengembangkan dan menyebarkan musik ini ke khazanah 
dunia.
 
Kroncong Tenggara, demikianlah nama kelompok musik mereka sekaligus nama album 
pertama mereka yang diluncurkan tahun 2007. Nama ini diharapkan mencerminkan 
keterbukaan wilayah “tenggara” (yaitu posisi Nusantara dalam peta dunia) dalam 
menerima dan mengolah pengaruh dari berbagai ragam musik dunia.
 
Untuk melahirkan musik dengan citarasa dan aspirasi baru, Ubiet, Dian HP, dan 
Riza Arshad menggunakan kroncong sebagai titik tolak utama. Sambil mengadopsi 
berbagai ragam musik—yaitu tango, jazz, melayu, pop, dan klasik—mereka 
memperkuat jiwa kroncong.
 
Mereka tetap mempertahankan beberapa elemen kroncong seperti ritme cak-cuk yang 
dimainkan pada ukulele dan mengeksplorasi berbagai unsur musikal, seperti 
instrumentasi yang menggunakan alat musik akordeon (alat musik Eropa, yang 
sudah menjadi bagian dari khazanah musik Nusantara), kendang, cello, flute, 
saxophone, dan bas elektrik serta vokal. Gaya vokal mengolah gaya bernyanyi 
kroncong, dipadukan dengan berbagai gaya bernyanyi, yang diinspirasi dari 
berbagai gaya nyanyian Nusantara dan mancanegara, karakteristik gaya bernyanyi 
Ubiet. 
 
Semua unsur itu diramu untuk mengembalikan pesona kroncong namun yang sudah 
pula menjadi sebuah musik baru dengan karakter musik dunia masakini.
 
Kroncong Tenggara mengadakan pentas peluncuran di Teater Kecil Taman Ismail 
Marzuki Desember 2007. Untuk pertunjukan di Salihara kali ini, mereka menambah 
repertoir dengan lima lagu lagi. Semuanya, tiga belas lagu yang mereka bawakan 
ini, terdiri dari delapan lagu kroncong lama (yang terdiri dari kroncong, 
stambul dan langgam) yang diaransir kembali dengan citarasa mutakhir, dan lima 
lagu baru dengan lirik yang ditulis oleh tiga penyair—Chairil Anwar, Nirwan 
Dewanto, dan Sitok Srengenge.
 
Ubiet (vokal), Dian HP (akordeon, keyboard), Riza Arshad (akordeon), Dony 
Koeswinarno (flute, saxophone), Dimawan Krisnowo Adji  (cello), Arief Suseno 
(ukulele ”cak”), Maryono (ukulele ”cuk”) Adi Darmawan (bas elektrik), Jalu 
Pratidina (kendang Sunda, perkusi).

Tiket dapat dipesan melalui 0817-077-1913, d...@salihara.org, atau secara 
on-line melalui www.salihara.org


Untuk keterangan lebih lanjut mengenai program ini dan program
Komunitas Salihara lainnya, silakan hubungi me...@salihara.org. Sampai jumpa di 
Komunitas Salihara.

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 
021-789-1202

***

Konser
Ubiet  Kroncong Tenggara
Jumat-Sabtu, 12-13 

[ppiindia] Forum Filsafat: Sejarah Ide Filsafat Prancis Kontemporer

2010-02-08 Terurut Topik MGR
Forum Filsafat

Sejarah Ide Filsafat Prancis Kontemporer
Pembicara: Martin Suryajaya 
Jumat 12 Februari 2010, pukul 16.00 WIB
Serambi Salihara

Tema
Sejarah Ide Filsafat Prancis Kontemporer menjadi penting untuk
dibahas karena dua alasan utama. Pertama, tak dapat dipungkiri apabila
kita berbicara tentang filsafat kontemporer, tentang filsafat hari ini,
maka yang kita maksudkan pastilah filsafat Prancis kontemporer.
Artinya, ide-ide sentral zaman kita adalah ide-ide yang berasal dari
tradisi pemikiran Prancis. 

Kedua, tak ada pemahaman yang
memadai tentang filsafat Prancis, atau filsafat apa pun, apabila kita
tak memiliki peta tentang evolusi konseptual yang terwujud dalam
korespondensi pemikiran maupun kritik di antara berbagai filsuf dan
dalam konteks historis yang tertentu. Maka itu sejarah ide menjadi
penting. Artinya, dengan tema sejarah ide-ide filsafat Prancis
kontemporer saya memaksudkan semacam peta tentang evolusi perdebatan
gagasan dalam tradisi filsafat hari ini sehingga kita tak tersesat
ketika berbicara tentang pemikiran para filsuf kontemporer yang namanya
kian banyak sampai saat ini.

Martin akan merekonstruksi sejarah
ide-ide Prancis dari dua aspek. Yang pertama, aspek institusional dalam
arti konteks institusi akademik Prancis yang melahirkan para filsuf
hari ini. Dari segi ini kita juga dapat meneropong hubungan guru-murid
yang terjalin antar filsuf-filsuf Prancis. Yang kedua terkait dengan
aspek informal, yakni ide itu sendiri. Dalam dimensi ini kita akan
menyaksikan perdebatan gagasan di antara para filsuf Prancis dan
relasinya dengan ide-ide dari luar Prancis, terutama Jerman. Fokus
kajian Martin adalah khazanah pemikiran Prancis pasca Perang Dunia II
hingga hari ini. Dalam jangka waktu tersebut, sederet nama-nama filsuf
mulai dari Sartre, Lacan, Derrida, Foucault, Deleuze, hingga Badiou dan
Meillassoux. 

Martin Suryajaya adalah mahasiswa program studi
filsafat di STF Driyarkara dan penulis Imanensi dan Transendensi:
Sebuah Rekonstruksi Deleuzian atas Ontologi Imanensi dalam Tradisi
Filsafat Prancis Kontemporer terbitan Penerbit: Komunitas AksiSepihak,
Jakarta, Agustus 2008. 

Forum Filsafat adalah sebuah forum
diskusi rutin bagi pencinta filsafat yang saat pesertanya berasal dari
STF Driyarkara, Formaci (UIN Jakarta) dan Paramadina yang difasilitasi
oleh Komunitas Salihara. Kami masih membuka diri bagi anda yang ingin
bergabung forum ini. 

Bagi anda yang tertarik terlibat dalam forum ini silakan daftar ke 
dita.salih...@gmail.com

Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan



  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah Umum Salihara: Pengantar Seni Rupa Indonesia

2010-01-31 Terurut Topik MGR
Kuliah Umum
Seri Pengantar Seni Rupa Indonesia

Sabtu, 6 Februari 2010, 16:00 WIB
Perihal Mooi Indie
Pembicara: Amir Siddharta

Sabtu, 13 Februari 2010, 16:00 WIB
Dari Persagi hingga Realisme Kini
Pembicara: Eddy Soetriyono

Sabtu, 20 Februari 2010, 16:00 WIB
Abstrak Indonesia
Pembicara: Asmudjo J Irianto

Sabtu, 27 Februari 2010, 16:00 WIB
Seni Rupa Kontemporer: Sejak Gerakan Seni Rupa Baru sampai Sekarang
Pembicara: Jim Supangkat

Setiap Sabtu di sepanjang Februari 2010, Komunitas Salihara akan
menggelar Seri Kuliah Umum Pengantar Sejarah Seni Rupa di Indonesia.
Sebagai pengantar, kuliah umum ini bertujuan memberi wawasan umum,
melakukan pemetaan dan pengenalan terhadap para perupa Indonesia, serta
pelbagai kecenderungan dalam karya mereka. Selain itu akan dilihat juga
perkembangan yang terjadi dalam dunia penciptaan seni rupa—di mana
karya para perupa dari suatu kurun memiliki ciri-ciri tersendiri yang
berbeda dari kurun sebelum dan sesudahnya. 

Selain materi
tulisan yang akan dihadirkan dalam kuliah ini, para pembicara juga akan
memberikan presentasi gambar-gambar yang berasal dari karya perupa yang
dibahas. Beberapa tema yang akan kami angkat adalah “Mooi Indie”, Dari
Persagi hingga Realisme Kini, Abstrak Indonesia dan Gerakan Seni Rupa
Baru sampai Seni Rupa Kontemporer. Para pembicara kami pilih dari
pengamat dan pelaku seni rupa ternama di Indonesia yang memiliki
keahlian dan penelitian tentang masing-masing tema yang akan
didiskusikan.

Terbuka untuk umum.
Pendaftaran selambatnya 5 Februari 2010, melalui d...@salihara.org

http://www.facebook.com/event.php?eid=270912742468index=1



  Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Tohpati Akan Konser di Salihara

2010-01-26 Terurut Topik MGR
Tohpati akan menggelar konser musik jazz di Salihara Sabtu, 6 Februari 2010, 
pukul 20:00. Tohpati akan tampil bersama Indro Hardjodikoro (bas), Demas 
Narawangsa (drums), Endang Ramdhan (kendang), dan Diki Suwarjiki (suling) – 
dengan bendera Tohpati Berlima

Tohpati Ario Hutomo adalah seorang penulis lagu Indonesia dan gitaris jazz yang 
karyanya banyak memadukan unsur-unsur musik modern dan tradisional Nusantara. 
Tohpati pernah menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Festival Band se-DKI pada 
usia 14 tahun. Tahun 1989 ia terpilih menjadi Gitaris Terbaik Festival Band 
se-Jawa. Di tahun itu juga ia menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Yamaha Band 
Explosion tingkat Nasional. Tahun 1993, ia bergabung dalam grup Simak Dialog 
yang beranggotakan Riza Arshad, Arie Ayunir, dan Indro. Bersama Simak Dialog, 
Tohpati telah merilis tiga album: Lukisan, Baur, dan Trance/Mission. Dalam 
konsernya di Teater Salihara kali ini, Tohpati akan tampil bersama Indro 
Hardjodikoro (bas), Demas Narawangsa (drums), Endang Ramdhan (kendang), dan 
Diki Suwarjiki (suling) – dengan bendera Tohpati Berlima. Mereka akan 
membawakan delapan lagu, antara lain “Gegunungan”, “Etno Funk”, “Rain Forest”, 
“Bedhaya Ketawang”, dan “Perang
 Tanding”.

Pementasan musik jazz ini akan diselenggarakan di Teater Salihara pada hari 
Sabtu, 6 Februari 2010, pukul 20:00 WIB.  Tiket seharga Rp 50.000,- (dan Rp 
25.000,- khusus untuk pelajar/mahasiswa) dapat dipesan melalui 0817-077-1913, 
d...@salihara.org, atau secara on-line melalui www.salihara.org

Untuk keterangan lebih lanjut mengenai program ini dan program Komunitas 
Salihara lainnya, silakan hubungi me...@salihara.org atau d...@salihara.org.

Konser jazz akan senantiasa diadakan di setiap minggu pertama di tiap bulan.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 
021-789-1202.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=882

http://www.facebook.com/event.php?eid=275096691267ref=mf



  Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? Temukan 
jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Salihara: Budaya Pop dan Pergeseran Identitas

2010-01-17 Terurut Topik MGR
Diskusi
BUDAYA POP DAN PERGESERAN IDENTITAS/
Pembicara: Bre Redana dan Nisaul Aulia
Rabu, 20 Januari 2010, 19:00 WIB
Serambi Salihara

Meskipun
sering dipandang sebelah mata, budaya pop berpengaruh besar terhadap
perubahan masyarakat. Salah satu contohnya adalah fenomena ”organ
tunggal” di ranah Minangkabau yang tak hanya membawa perubahan pada
musik tradisi, namun juga menerobos ke sendi masyarakat yang sebelumnya
jarang bersentuhan dengan modernisasi. Masyarakat Minang, yang dikenal
religius, ternyata dapat berkompromi dengan pertunjukan organ tunggal
yang dipentaskan dengan anasir erotis. 

Pertujukan ini dapat
ditemukan dalam berbagai acara di kantor-kantor pemerintahan,
masyarakat, bahkan telah memasuki pula wilayah upacara-upacara adat,
seperti sunnah rasul, baralek kawin, tabuik, dan lain sebagainya.
Terkadang, ia tidak lagi dipandang semata-mata sebagai musik hiburan,
melainkan sudah menjadi “kewajiban”. Artinya, tanpa organ tunggal suatu
pesta tidaklah lengkap. Lebih jauh lagi, budaya pop malah dipandang
sebagai ”pencipta” suatu generasi dalam masyarakat yang memisahkan dari
generasi pendahulunya. 

Suatu kecenderungan yang paling
populer—entah musik atau mode busana—menjadi ciri khas generasi itu. Di
sinilah letak pentingnya mengkaji budaya populer dalam konteks studi
budaya yang membawa perubahan terhadap tatanan nilai, sosial,
identitas, dan norma dalam masyarakat. 

Di mana rahasia
kekuatan budaya populer? Ikuti diskusinya dengan Bre Redana (wartawan
budaya Kompas dan pengamat budaya populer) dan Nisaul Aulia (mahasiswa
pascasarjana Kajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta).

http://www.facebook.com/event.php?eid=247260453024index=1



  quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.comquot;

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Islam Krisis (Kolom)

2010-01-14 Terurut Topik MGR
Islam Krisis

KH Abdurrahman “Gus Dur” Wahid meninggalkan pengaruh yang dalam pada saya, jauh 
sebelum saya menjadi penyiarnya di acara “Kongkow Bareng Gus Dur” tiap Sabtu di 
Utan Kayu. Pada awal tahun 1997, ketika saya baru lulus dari sebuah pesantren 
dan menjadi guru muda di pesantren itu, saya mengikuti sebuah pelatihan untuk 
guru dan santri se Jawa Timur. Sohibul bait-nya: Kajian 193 Universitas Islam 
Malang. Gus Dur hadir sebagai narasumber. Jujur saja waktu itu saya tak suka 
Gus Dur dan Nurcholish “Cak Nur” Madjid. Saya memperoleh informasi tentang dua 
tokoh ini dari media-media seperti Sabili, Media Dakwah dan Hidayatullah. Kala 
itu saya mengidolakan sosok Amien Rais yang dianggap sebagai representasi tokoh 
Islam, sedangkan Gus Dur dan Cak Nur sering dituding oleh media-media itu 
“kurang kadar keislamannya”.

Saya tidak terlalu tertarik presentasi Gus Dur, sejak pertama kali melihat Gus 
Dur saya tak sabar ingin mengeluarkan uneg-uneg saya (yang negatif). Bakda Gus 
Dur presentasi, saya yang pertama kali mengacungkan tangan untuk bertanya. 
Dimulailah percakapan dan dialog pertama kali saya dengan Gus Dur yang mengubah 
haluan pemikiran saya.

“Gus, saya seorang santri, sebelum saya mengajukan pertanyaan, saya ingin 
mengajak kita semua untuk meyakini Islam sebagai agama paling benar, kalau kita 
sudah yakin, lantas bagaimana menjadikan Islam sebagai agama yang “rahmatan lil 
alamin” (menjadi berkah bagi alam semesta)?” Pertanyaan ini adalah sindiran 
saya yang halus kepada Gus Dur yang menurut su’ud dzon saya pada dia—seperti 
yang saya baca dari media-media itu—Gus Dur tidak terlalu kuat Islamnya karena 
sering membela non-muslim.

Respon Gus Dur di luar perkiraan saya. “Siapa nama santri tadi itu, santri kok 
Islamnya krisis.” Mendengar ucapakan Gus Dur ini, belasan orang yang hadir 
tertawa terbahak-bahak. Saya hanya bisa tersenyum kecut. Ucapan Gus Dur seperti 
setrum megawatt yang menyengat saya. “Kalau kita sudah yakin pada Islam, tak 
perlu teriak-teriak lagi, biasanya yang sering teriak itu masih ragu atau 
takut. Saya sering dianggap tidak Islam hanya gara-gara sering membela orang 
non-muslim, saya dianggap tidak ngerti ayat Quran yang berbunyi tidak akan 
pernah rela orang Yahudi dan Kristen pada kamu (orang Islam), sampai kamu 
mengikuti agama mereka” sambung Gus Dur yang mengutip penggalan ayat 120 dari 
surat Al-Baqarah. Ungkapan Gus Dur tadi juga seperti mengorek-orek 
asumsi-asumsi buruk yang menempel di otak saya.

Gus Dur melanjutkan: “Bagi saya makna “tidak rela” itu jangan didramatisir, 
dipahami biasa-biasa saja, karena sebaliknya kita orang Islam tidak pernah rela 
pada keyakinan mereka. Sama saja kan? “Tidak rela” bukan berarti mau menyakiti 
atau membunuh. Contohnya Siti Nurbaya tidak rela menikah dengan Datuk 
Maringgih. Yaaa Siti tidak rela saja, bukan lantas dia ingin menyakiti atau 
membunuh Datuk Maringgih, buktinya Siti Nurbaya melahirkan anak-anak Datuk 
Maringgih.” Orang-orang yang hadir kembali tertawa lebar mendengar tamsil Gus 
Dur soal “tidak rela” itu. Ketika ia menjawab soal saya tentang “Islam rahmatan 
lil alamin” Gus Dur mengutip wejangan KH Ahmad Siddiq bahwa Islam harus merawat 
tiga ikatan persaudaraan yaitu “ukhuwah Islamiyah” (persaudaraan keislaman), 
“ukhuwah wathaniyah” (persaudaraan kebangsaan) dan “ukhuwah basyariyah” 
(persaudaraan kemanusiaan), jika Islam mampu merawat tiga ikatan persaudaraan 
ini maka, Islam
 itu akan menjadi berkah bagi alam semesta.

Sindiran Gus Dur yang menganggap saya sebagai seorang muslim yang 
krisis—meskipun saya lulusan pesantren dan telah menimba ilmu keislaman selama 
bertahun-tahun—membuat saya kembali bertanya pada diri sendiri. Benar juga 
komentar Gus Dur itu, kalau saya benar memiliki keimanan terhadap Islam yang 
kuat, kenapa perlu teriak-teriak yang menunjukkan saya masih ragu? Merasa 
paling benar memang kadang untuk menyembunikan keraguan.

Pertemuan dengan Gus Dur itu telah meruntuhkan fanatisme saya yang sebelumnya 
mudah curiga dan menyalahkan pendapat orang lain. Saya yang selalu menganggap 
diri sendiri sebagai muslim yang paling benar. Pertemuan itu juga mengubah imej 
saya terhadap Gus Dur. Seperti menebus dosa, saya mulai rajin mencari dan 
membaca buku-buku karangan Gus Dur untuk mengenal pemikiran Gus Dur secara 
langsung bukan dari tulisan atau perkataan orang lain. Ketika saya melanjutkan 
studi di Univeritas al-Azhar Mesir pada tahun 1998 saya masuk NU Mesir untuk 
mengukuhkan kekaguman saya pada Gus Dur. Pun saya mulai tertarik untuk membaca 
pemikiran Cak Nur langsung dari tulisan-tulisannya.

Dalam kesempatan yang lain, Gus Dur juga sering merujuk soal “Islam-krisis” ini 
pada fenomena kekerasan dan kebencian yang dilakukan oleh kelompok-kelompok 
Islam radikal terhadap kelompok yang lain. Krisis yang dimaksud adalah rasa tak 
percaya diri atau diliputi penuh ketakutan. Kata Gus Dur “mereka itu dalam 
bayang-bayang ketakutan, merasa terkepung dan terancam oleh Barat, tapi di sisi 

[ppiindia] Sayembara Penulisan Lakon Realis (Hadiah Utama: Rp 20.000.000)

2010-01-13 Terurut Topik MGR
SAYEMBARA PENULISAN LAKON REALIS
Hadiah utama: Rp 20.000.000 dan Rp 5.000.000 (dua lakon finalis) 

Dalam dua dekade terakhir
panggung teater Indonesia mengalami kemerosotan drastis dalam kuantitas
pementasan bergaya realis, seiring dengan semakin banyaknya kemunculan
“teater tubuh”. Sejumlah pengamat pernah menyatakan bahwa dalam teater
kita telah terjadi krisis aktor. Hal itu mengacu pada kenyataan bahwa
tidak banyak aktor yang menunjukkan kepiawaian menghidupkan teks
(dialog) dan membangun karakter. Salah satu kemungkinan penyebabnya
adalah kelangkaan lakon yang mengutamakan seni peran. Beberapa naskah
jenis itu, yang sedikit jumlahnya, terlalu sering dipentaskan ulang
tanpa menawarkan kesegaran. Sehubungan dengan itulah Komunitas Salihara
menyelenggarakan Sayembara Penulisan Lakon Realis. 

Syarat-Syarat:
1.  Tema bebas.
2.  Ditulis dalam bahasa Indonesia.
3.  Memperhitungkan durasi pementasan, antara 1 sampai 1,5 jam.
4.  Tidak berbentuk monolog dan dibuat untuk dimainkan oleh maksimal 5 
(lima) karakter/tokoh.
5.  Belum pernah dipentaskan/diterbitkan sebagian atau seluruhnya dalam 
bentuk apa pun.
6.  Naskah diterima panitia paling lambat pada tanggal 30 Juni 2010.
7.  Pementasan perdana naskah pemenang menjadi hak panitia.
8.  Nama dan biodata pengarang ditulis pada lembar terpisah dari naskah.
9.  Naskah dikirim rangkap 4 (empat) dalam amplop yang ditulisi “Sayembara 
Penulisan Lakon Realis” di pojok kiri atas, ke:

Komunitas Salihara
Jl. Salihara 16, Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12520

Pemenang dan Hadiah:
1.  Dewan Juri akan memilih 3 (tiga) finalis dan menentukan 1 (satu) lakon 
terbaik.
2.  Pemenang akan diumumkan pada Festival Salihara, September 2010.
3.
Lakon terbaik akan mendapatkan hadiah uang Rp 20.000.000,- (dua puluh
juta rupiah) dan dua lakon finalis lain masing-masing mendapat uang Rp
5.000.000,- (lima juta rupiah); pajak ditanggung penerima hadiah.
4.  Lakon terbaik akan dipentaskan untuk pertama kalinya di Teater Salihara 
sebagai produksi Komunitas Salihara.

Dewan Juri dan lain-lain:
1.
Dewan Juri terdiri dari 3 orang: Iswadi Pratama (penulis lakon dan
sutradara Teater Satu, Lampung), Zen Hae (penyair dan penulis cerita),
dan Seno Joko Suyono (wartawan budaya Koran Tempo, pengamat seni
pertunjukan).
2.  Panitia (kurator dan seluruh karyawan Komunitas Salihara) dan anggota 
Dewan Juri dilarang mengikuti sayembara ini.
3.  Keputusan Dewan Juri akan dipertanggungjawabkan pada saat pengumuman 
pemenang, dan tidak dapat diganggu-gugat.

Jakarta, 01 Januari 2010
Komunitas Salihara,
Panitia Sayembara Penulisan Lakon Realis

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=876

http://www.facebook.com/event.php?eid=254989772749ref=mf



  Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan di Salihara

2009-12-28 Terurut Topik MGR
Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan
Paul Ricoeur, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, dan Karl Marx
Setiap Sabtu, Januari 2010, 16:00 WIB/
Serambi Salihara

Paul
Ricoeur, seorang tokoh hermeunetika kontemporer menyebut tiga pemikir
besar, yakni Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche, sebagai
pendahulu metodologi hermeneutika yang disebut sebagai hermeneutika
kecurigaan. Freud mencurigai terbentuknya teks sebagai berasal dari
alam ketaksadaran manusia, Marx meletakkannya sebagai produk ekonomi
dan politik, sementara Nietzsche merujuk sebab-musababnya pada kehendak
ingin berkuasa.

Apa yang dimaksud hemeneutika kecurigaan itu?
Apa saja alasan-alasan Paul Ricoeur? Dan bagaimana hemeneutika bekerja
dalam pandangan Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche?
Selama empat minggu berturut-turut, selain mengulas pandangan
tokoh-tokoh tersebut dalam lingkup hermeneutika kecurigaan, kuliah umum
ini juga menggali pandangan filsafat dari masing-masing tokoh tersebut.

Kuliah Umum Filsafat ini akan digelar di Serambi Salihara setiap hari Sabtu di 
bulan Januari 2010 pada pukul 16.00 -18.00 WIB.

Kuliah ini terbatas, untuk mengikutinya silakan mengirim email pendaftaran ke 
me...@salihara.org atau riaud...@yahoo.co.id

Sabtu 09 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Hermeneutika: Pengantar Umum dan Teori Hermeneutika Paul Ricoeur 
Haryatmoko /

Sabtu 16 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Tentang Friedrich Nietzsche
Setyo Wibowo /

Sabtu 23 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Tentang Sigmund Freud
Bagus Takwin /

Sabtu 30 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Tentang Karl Marx
Goenawan Mohamad /




  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Buku DARI JAWA MENUJU ATJEH Karya Linda Christanty (Hari Ini)

2009-12-15 Terurut Topik MGR
Diskusi Buku DARI JAWA MENUJU ATJEH Karya Linda Christanty
Pembicara: Linda Christanty, Nezar Patria dan Usman Hamid 
Rabu, 16 Desember 2009, 19.00 WIB
di Serambi Salihara
Terbuka untuk umum  Gratis

Dari
Jawa Menuju Atjeh (Kumpulan Tulisan tentang Politik, Islam dan Gay)
adalah kumpulan catatan perjalanan, pemikiran, dan kepedulian Linda
Christanty terhadap sejumlah orang dari Jawa sampai Aceh. Dari sejumlah
orang itu tercatat nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Wiji
Thukul, Penyair yang sejak 1998 hilang tanpa jejak, Bre Redana, seorang
wartawan dan cerpenis, dan Dede Oetomo, tokoh GAYa NUSANTARA, seorang
tokoh gay di Indonesia. Tercatat pula Kebo, seorang preman yang mati
dibakar massa di Jakarta dan tokoh-tokoh yang mendirikan Jaringan Islam
Liberal seperti Ulil Abshar-Abdalla dan Nong Darol Mahmada. Ikuti
diskusi buku ini bersama penulis bukunya, Linda Christanty dan Nezar
Patria, wartawan dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Usman
Hamid Koordinator KONTRAS.

Program ini kerjasama Komunitas Salihara dengan Kepustakaan Populer Gramedia 
(KPG) Jakarta

Setelah
diskusi buku ini akan diperkenalkan sebuah komunitas penulis dan
pembaca yang difasilitasi oleh Komunitas Salihara bernama Musyawarah
Buku.

http://www.facebook.com/event.php?eid=336588640463ref=mf



  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Peluncuran dan Diskusi Majalah Bhinneka di Salihara

2009-12-13 Terurut Topik MGR
Peluncuran dan Diskusi Majalah Bhinneka bersama Dédé Oetomo dan Soe Tjen 
Marching, moderator: Nong Darol Mahmada, besok: Selasa 15 Des, pkl 19.00 di 
Serambi Salihara, http://www.facebook.com/event.php?eid=205816063232ref=mf

Latar Belakang 

Majalah Bhinneka yang didirikan oleh Soe Tjen
Marching bekerja sama dengan GAYa NUSANTARA, adalah majalah yang dibuat
untuk mengkritisi interpretasi agama di Indonesia. Namun, dalam
kemasannya, majalah Bhinneka tidak menyatakan tujuan ini secara
gamblang supaya dapat menarik masa sebanyak mungkin untuk membacanya. 

Selama
ini, beberapa jurnal kritis masih terkesan “eksklusif” baik dari
penampilan, nama Jurnal ataupun publikasinya, sehingga pembacanya pun
kurang lebih menjadi ekslusif. Artinya, mereka datang dari kalangan
tertentu. Sedangkan majalah Bhinneka dikemas secara populer dan
terkesan umum supaya tidak memberi “tembok” terlebih dulu bagi publik
yang tertarik untuk membacanya. Karena itu, digunakan nama yang
dipandang cukup “netral”, yaitu Bhinneka yang artinya keberagaman.
Untuk mengingatkan moto dari bangsa Indonesia sendiri, bahwa Indonesia
tidak tunggal ika, dan interpretasi agama apapun tidak bisa dipandang
dari satu sisi saja. 

Terbit dua bulan sekali, sampai saat ini
(17 November 2009), dua edisi majalah Bhinneka telah terbit. Dan kami
memandang perlunya me-launching majalah ini agar lebih diketahui
khalayak umum. Majalah Bhinneka dibagikan gratis karena dana dari
Kedutaan Britania Raya. Kami juga mendapat dana khusus untuk launching
majalah ini di Jakarta, dan kami memilih Salihara karena tempat ini
telah dikenal luas sebagai salah satu pusat diskusi kebudayaan yang
sifatnya juga “netral” (tidak condong pada etnis atau agama tertentu).

Tujuan dari launching ini adalah: 
1. Memperkenalkan majalah Bhinneka kepada publik
2. Mengadakan diskusi berdasarkan majalah Bhinneka pada umumnya dan 
interpretasi agama di Indonesia pada khususnya
3. Menjalin kerja sama yang lebih erat antara majalah Bhinneka dan Salihara.

Metode dan Setting Forum

Launching
akan diadakan pada tanggal 15 Desember 2009 pukul 19.00 WIB. Secara
keseluruhan, launching ini akan dipandu oleh 2 nara sumber.
 
Adapun setting forum selama launching adalah sebagai berikut:
1.  Sesi pengenalan majalah Bhinneka dan pembahasan beberapa artikel. 
2.
Sesi diskusi: hadirin bisa menanyakan tentang majalah Bhinneka dan juga
masalah yang menyangkut politik, sosial dan agama secara umum. 
3.
Sesi penyusunan rencana strategis juga dilakukan dalam format diskusi
interaktif yang dipandu oleh seorang fasilitator. Dengan mengacu
sesi-sesi sebelumnya, sesi ini melakukan analisis: Bagaimana bentuk
kerja sama antara majalah Bhinneka dan Salihara selanjutnya. 

Narasumber
Ada dua orang nara sumber yang akan berperan aktif dalam diskusi ini, yaitu: 
1. Soe Tjen Marching (Pendiri Majalah Bhinneka)
2. Dede Oetomo (Pendiri GAYa NUSANTARA)

Moderator: Nong Darol Mahmada


  Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Jinayatnya “Qanun Jinayat” (Kolom di Kora n Tempo)

2009-12-06 Terurut Topik MGR
“Qanun Jinayat” yang telah diresmikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) 
tak henti menyulut kontroversi, yang tak hanya datang dari luar, namun juga 
dari masyarakat Aceh sendiri. Gubernur Aceh sendiri pun tak kunjung 
menyetujuinya. Bagi Pemerintah Aceh, prosedur “Qanun” ini cacat hukum. 
Sementara dari sisi subtansi, argumentasi “Qanun” ini amat rapuh.

Yang paling fatal “Qanun” ini tidak memasukkan pelanggaran-pelanggaran yang 
seharusnya disebut tindak pidana (jinayat). Namun sebaliknya “Qanun” ini malah 
menetapkan perbuatan yang semestinya bukan tindak pidana. Lebih dari itu 
“Qanun” ini telah melanggar batas: memasuki ranah yang bukan wewenangnya.

Dalam Bab II Pasal 2, disebutkan “Qanun ini mengatur tentang jarimah dan 
‘uqubat khamar, maisir, khalwat, ikhtilath, zina, pelecehan seksual, 
pemerkosaan, qadzaf, liwath, dan musahaqah”. “Qanun” dengan sangaja tak 
menyebut pembunuhan (qatl) dan pencurian (sariqah) sebagai tindak kejahatan 
(jarîmah).

“Qanun” ini juga menyebut prilaku yang diasumsikan tercela secara moral, tapi 
sebenarnya bukan tindak-pidana yakni khalwat. Khalwat artinya laki-laki dan 
perempuan yang bukan muhrim berdua di suatu tempat yang tertutup. Sementara 
ikhthilath yang berarti laki-laki dan perempuan bercampur-baur di suatu tempat 
tak pernah disebut sebagai perbuatan yang tercela secara moral—apalagi sampai 
disebut tindak pidana. Orang yang thawaf di sekiling Ka’bah di Makkah baik 
laki-laki ataupun perempuan bercampur-baur, tidak ada batas atau jalur khusus 
thawaf yang memisahkan laki-laki dari perempuan.

“Qanun” yang berbasis pada kleim syariat Islam ini ingin diberlakukan juga pada 
orang di luar pemeluk Islam (Bab II Pasal 4 ayat b dan c). Padahal 
ketentuan-ketentuan syariat Islam hanya berlaku bagi orang Islam saja. Maka, 
“Qanun” ini telah melampaui batas wewenangnya. “Qanun” ini melanggar ayat lakum 
dinukum wa liya din (“bagimu agamamu, dan bagiku agamaku”).

Saya tidak habis pikir mengapa “Qanun” ini tidak menyebut pembunuhan dan 
pencurian sebagai tindakan kriminal. Mungkin saja karena sanksinya yang 
kontroversial, pencurian akan dipotong tangannya, sementara pembunuhan diancam 
hukuman mati. Namun anehnya penyusun “Qanun” ini memasukkan sanksi rajam bagi 
pezina (yang menikah). Apa skala prioritas perzinahan atas kasus pencurian—atau 
korupsi misalnya—yang dampak “pemberantasan korupsi” lebih berguna bagi 
kepentingan publik? Apakah kalangan para anggota dewan yang terhormat itu 
khawatir atas hukuman potong tangan terhadap tindak pidana korupsi yang mudah 
ditemukan di kalangan mereka?

Tak pelak lagi asumsi dasar dari “Qanun” ini adalah perkara moralitas yang 
berbasis pada seks. Cermati saja dari pasal perzinahan, khalwath, ikhthilath, 
hingga liwâth (sodomi) dan musâhaqah (tribadisme)—yang sering dituduhkan pada 
kalangan homoseksual—basis asumsinya adalah seks sebagai sumber kriminalitas.

Kalau para penyusun “Qanun Jinayat” ini secara konsisten merujuk pada kajian 
al-Fiqh al-Jinâ’î al-Islâmî (Fiqh Pidana Islam) klasik maka akan tampak soal 
“pidana Islam” ini bukan soal “tebang pilih”, dan para ulama fiqh klasik pun 
sangat ketat dan berhati-hati membahas perkara ini.

Pembahasan yang terangkum misalnya dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu karya 
Wahbah al-Zuhayli (1997, vol 7) yang mengulas pembahasan “hudud”. “Hudud” 
artinya ”batas” atau “larangan” yang konotasinya adalah “hukuman” (uqubat) yang 
ditentukan oleh Allah. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah materi 
pidana. Madzhab Hanafi menyebut ada lima ditambah satu “qishash”, sementara 
mayoritas ulama fiqh menyebut delapan: zina, qadzf (pembunuhan karakter dengan 
tuduhan zina), minum khamr, pencurian, membuat kekacauan (al-hirabah), 
pemberontakan (al-baghy), murtad, dan pembunuhan. Ada juga seorang ulama 
madzhab Maliki yang menyatakan sampai tiga belas (hlm. 5276).

Sedangkan Ibn Rusyd dalam kitabnya Bidâyatul Mujtahid (1995, vol 4) menyebut 
empat jenis tindak pidana: (1) kejahatan terhadap jiwa dan badan disebut qatl 
(pembunuhan) dan jarh (pencideraan), (2) pelanggaran terhadap perkelaminan 
disebut zina, (3) pelanggaran terhadap hak milik disebut pencurian (sariqah) 
atau perampasan dan perampokan (al-hirabah, al-ghashab), (4) pelanggaran 
terhadap kemulian-diri disebut qadzf (hlm. 2161). Empat jenis inilah yang bisa 
disebut “pidana murni”. Kendati para ulama memiliki ragam pendapat soal jenis 
tindak pidana tapi tidak ada yang abai bahwa pembunuhan dan pencurian sebagai 
pelanggaran. Dan tidak pula menjadikan perkara-perkara yang berbau moral 
sebagai pelanggaran pidana.

Sedangkan bentuk-bentuk sanksi pidananya yang disebut oleh Al-Quran adalah 
potong tangan untuk pencurian, cambuk untuk zina dan qadzf, hingga hukuman mati 
bagi pembunuhan yang disengaja—hukuman rajam tidak ada dalam al-Quran. Bentuk 
hukuman itu dinyatakan sebagai “hudud” yang berarti “batas maksimal dari 
hukuman”. Yang dilarang adalah melanggar “batas maksimal dari hukuman” itu, 
sementara bagi 

[ppiindia] Pementasan Kereta Kencana (Rendra) Mulai Malam Ini di Salihara (Gratis)

2009-11-05 Terurut Topik MGR
Jadwal acara Mengenang Rendra di Komunitas Salihara:

Jumat, 06 November 2009, 20:00 WIB
Pementasan teater Kereta Kencana
Sutradara: Putu Wijaya
Aktor: Ikranegara  Niniek L Karim

Sabtu, 07 November 2009
16:00 WIB Pembahasan puisi Rendra Sihir Rendra
Pembicara: Sapardi Djoko Damono

19:00 WIB Pembacaan puisi Rendra
Oleh: Ine Febrianti, N Riantiarno, Slamet Rahardjo

20:00 WIB Pementasan teater Kereta Kencana

Sebagai penghormatan kepada almarhum Rendra (lahir 7 November 1935 dan
wafat 6 Agustus 2009), Komunitas Salihara akan menyelenggarakan
serangkaian acara di sekitar hari ulang tahun sang penyair dan
dramawan. Selain dua malam pementasan Kereta Kencana (saduran Rendra
atas lakon Les Chaises karya Eugene Ionesco) yang menampilkan aktor
Ikranegara dan Niniek L Karim dengan sutradara Putu Wijaya. Akan
diadakan pula pembacaan sejumlah puisi Rendra oleh Slamet Rahardjo, N
Riantiarno, dan Ine Febriyanti (7 November, 19:00 WIB). Sementara itu,
Sapardi Djoko Damono akan mengulas perpuisian Rendra dengan sorotan
khusus terhadap sejumlah puisi yang ia anggap sebagai karya-karya
terkuat sang penyair.


Seluruh
rangkaian acara diselenggarakan di Teater Salihara. Terbuka untuk umum
dan GRATIS. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Melan di
me...@salihara.org atau Dita di riaud...@yahoo.co.id, atau kunjungi
www.salihara.org.

Sampai jumpa di Komunitas Salihara!

http://www.facebook.com/event.php?eid=327095385225ref=mf

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=2id=19item_id=853



  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Salihara November 2009 (Mengenang Rendra, Pameran Fotografi Serat Centhini...

2009-11-01 Terurut Topik MGR
Program November 2009
Komunitas Salihara

Jumat-Sabtu, 06-07 November 2009
MENGENANG RENDRA
di Teater Salihara
Terbuka untuk umum  Gratis

Jumat, 06 November 2009, 20:00 wib
Teater KERETA KENCANA 
(Adaptasi Rendra atas Les Chaises karya Eugene Ionesco)
Sutradara: Putu Wijaya
Aktor: Ikranegara  Niniek L Karim

Sabtu, 07 November 2009 
16:00 wib     Pembahasan Puisi Rendra 
Pembicara: Sapardi Djoko Damono
19:00 wib     Pembacaan Puisi Rendra 
Oleh: Ine Febriyanti, N Riantiarno, Slamet Rahardjo
20:00 wib     Pementasan Teater KERETA KENCANA


20-30 November 2009, 11:00–20:00 wib (Minggu dan hari libur Nasional tutup)
Pameran Fotografi Fendi Siregar
SISI LAIN SERAT CENTHINI: Sebuah Tafsir Visual
di Galeri Salihara
Terbuka untuk umum  Gratis

Pembukaan Pameran: Kamis, 19 November 2009, 19:00 WIB
di Teater Atap Salihara
Terbuka untuk umum  Gratis


Jumat-Sabtu, 20-21 November 2009, 20:00 wib
Teater 90 MENIT YANG HILANG DARIMU (Kisah-Kisah yang Mengingatkan)
Teater Satu Lampung
Karya: Iswadi Pratama
Ide Cerita: Sitok Srengenge  Iswadi Pratama
di Teater Salihara
HTM Rp 30.000,-
Pelajar/Mahasiswa Rp 15.000,- (tempat terbatas)


Minggu, 22 November 2009, 16:00 wib  20:00 wib
Resital Musisi Muda DA CAPO KE MANA-MANA
Direktur Artistik: Tjut Nyak Deviana Daudsjah
Ansambel Musik Daya
di Teater Salihara
HTM Rp 30.000,-
Pelajar/Mahasiswa Rp 15.000,- (tempat terbatas)


Selasa-Rabu, 25-26 November 2009, 20:00 wib
Teater WU WEI DAN SIAPA NAMA ASLIMU
Komunitas Berkat Yakin 
Sutradara: Ari Pahala Hutabarat
di Teater Salihara
HTM Rp 30.000,-
Pelajar/Mahasiswa Rp 15.000,- (tempat terbatas)


Ticket Box Salihara buka tiap:
Senin-Jumat pukul 09:00-17:00 wib
Sabtu pukul 16:00-19:00 wib
Minggu dan hari libur Nasional tutup, kecuali ada acara

Reservasi: Carla 0817-077-1913
Ipiet 021-9619-2632 (khusus Pameran dan Galeri)

Komunitas Salihara
Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Tel. 021-789-1202, Faks. 021-780-5180 
www.salihara.org

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=851



  Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! 
Answers! http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Invitation to First Erasmus Lecture on Humanism, by Goenawan Mohamad

2009-10-27 Terurut Topik MGR
First Erasmus Lecture on Humanism

“Humanism in the thoughts of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, 
Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer”

Wednesday, 28 October 2009, 19.30 hrs.

Goenawan Mohamad, Budayawan (publicist on culture and philosophy)  

Erasmus Huis

On this day, the birthday of the Dutch philosopher Desiderius Erasmus, more 
than 550 years ago, the Erasmus Huis wants to draw attention to the 
philosophical heritage of Erasmus and its relevance to the present time by 
organising a lecture and discussion: in the spirit of Erasmus’ own words ‘Civis 
mundi sum’ / I am a world citizen.

Erasmus is often referred to as ‘the humanist’; he has given an important 
impulse to the development and spreading of this body of thought. The concept 
‘humanism’ does not have a univocal meaning and will have different 
interpretations and relevance depending on time and place. For Erasmus it was 
foremost the conviction that the spiritual strength, that is needed to take 
life to its highest potential, is evoked by entering discussion with great 
thinkers, who have those strengths. Beside that, time and time again he pleaded 
for tolerance between the different beliefs. He placed common sense above 
dogmatic standpoints.

At Erasmus Huis Mr Goenawan Mohamad will present the English version of his 
lecture on humanism in the thoughts of a number of prominent Indonesians: 
Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer. Mr Goenawan 
Mohamad has for long been a key figure in the political and cultural world of 
Indonesia as an editor, curator and publicist, always presenting his own 
independent views.

Erasmus Huis
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan Jakarta 12950




Erasmus

Senin, 26 Oktober 2009

Ini akhir pekan Erasmus. Saya diminta bicara tentang humanisme dalam pandangan 
Indonesia untuk ulang tahun tokoh humanisme Eropa yang lahir 27 Oktober 1466 
itu di Erasmus Huis, Jakarta. Saya tak tahu banyak tentang humanisme abad ke-15 
Eropa, dan yang pertama kali saya ingat tentang Erasmus adalah apa yang 
dikatakan Luther tentang dia. Bagi Luther, pemula Protestantisme yang pada 
akhirnya mengambil posisi yang tegas keras menghadapi Gereja itu, Erasmus 
ibarat ”belut”. Licin, sukar ditangkap.

Erasmus memang tak selamanya mudah masuk kategori, tak mudah menunjukkan di 
mana ia berpihak, ketika zaman penuh hempasan pertentangan keyakinan theologis. 
Pada mulanya ia membela Luther, ketika pembangkang ini diserang dan diancam, 
tapi kemudian ia menentangnya, ketika Luther dianggapnya semakin mengganas 
dalam menyerang Roma. Dalam sepucuk suratnya kepada Paus Adrianus VI, Erasmus 
sendiri mengatakan, ”Satu kelompok mengatakan hamba bersetuju dengan Luther 
karena hamba tak menentangnya; kelompok lain menyalahkan hamba karena hamba 
menentangnya….”

Bagi Erasmus, sikapnya menunjukkan apa yang disebut di zamannya sebagai 
civilitas. Dalam kata-kata sejarawan Belanda terkemuka, Huizinga, itulah 
”kelembutan, kebaikan hati, dan moderasi”.

Perangai tokoh humanisme abad ke-15 ini agaknya seperti sosok tubuhnya. Kita 
hanya bisa melihat wajahnya melalui kanvas Holbein di Museum Louvre: kurus, 
pucat, wajah filosof yang meditatif dan sedikit melankolis. Tetapi ia—yang 
merupakan pengarang terlaris di masanya ini (seorang penjual buku di Oxford 
pada 1520 mengatakan, sepertiga bukunya yang terjual adalah karya-karya 
Erasmus)—juga seorang yang suka dipuji. Dan di balik sikapnya yang santun, ada 
kapasitas untuk menulis satire yang sangat berat sebelah yang menyerang Paus 
Julius II. Dalam satire ini, Santo Petrus bertanya kepada Julius di gerbang 
akhirat: ”Apa ada cara mencopot seorang Paus yang jahat?” Jawab Julius: 
”Absurd!”

Pada akhirnya memang tak begitu jelas bagaimana ia harus diperlakukan. Ia 
meninggal di Basel, Swiss, pada 1536, tanpa disertai seorang pastor, tanpa 
sakramen Gereja. Tapi ia dapat kubur di katedral kota itu.

Agaknya itu menggambarkan posisinya: seorang yang meragukan banyak hal dalam 
agama Kristen, tapi setia kepada Gereja. ”Aku menanggungkan Gereja,” katanya, 
”sampai pada suatu hari aku akan menyaksikan Gereja yang jadi lebih baik.”

Mungkin itulah sebabnya yang selalu dikagumi orang tentang pemikir ini adalah 
seruannya untuk menghadapi perbedaan pikiran dengan sikap toleran dan 
mengutamakan perdamaian. ”Tak ada damai, biarpun yang tak adil sekalipun, yang 
tak lebih baik ketimbang kebanyakan perang.”

Dari sini agaknya orang berbicara tentang ”humanisme Kristen” bila berbicara 
tentang Erasmus—atau, dalam perumusan lain, ”rasionalisme religius”. Dalam 
jenis ”rasionalisme” ini, skeptisisme dan rasa ingin tahu, curiositas, diolah 
dengan baik, tapi pada akhirnya tetap dibatasi oleh apa yang ditentukan agama. 
Tak mengherankan bila Ralf Dahrendorf menyebut posisi Erasmus sebagai ”leise 
Passion der Vernunft”, gairah yang lembut untuk akal budi.

Dalam hal itu, Erasmus memang tak bisa diharapkan akan mengatasi pikiran yang 
umum di 

[ppiindia] Penampilan Sapardi Djoko Damono di Malam Terakhir Utan Kayu Literary Biennale 2009

2009-10-24 Terurut Topik MGR
Penyair Sapardi Djoko Damono akan membacakan puisi-puisinya dalam Penutupan 
Utan Kayu Literary Biennale 2009 yang akan digelar malam ini pukul 19.00 Sabtu 
24 Oktober di Teater salihara. Selain Sapardi beberapa sastrawan dari Indonesia 
atau luar negeri juga akan menyuguhkan karya-karya mereka. Seperti M Iksaka 
Banu, Leila S, Chudori, Triyanto Triwikromo, Hasan Aspahani dan Jimmy Maruli 
Alfian dari Indonesia. Dari Australia akan tampil Sandra Thibodeaux. 

Dalam acara bantingan puisi yang akan digelar di Teater Atap Salihara pukul 
21.00 akan diramaikan dengan pementasan grup musik Angsa dan Serigala.

Acara sastra pada malam ini akan menjadi penutup festival Utan Kayu Literary 
Biennale 2009 yang telah digelar sejak Selasa 20 Oktober 2009. Beberapa 
sastrawan yang terlibat seperti A Muttaqin, AS
Laksana, Aan Mansyur, Agus R Sarjono, Ahda Imran, Alfred Schaffer, Beno
Siang Pamungkas, Bernice Chauly, Dacia Maraini, Drisana Deborah Jack,
Gus tf Sakai, Handry TM, Hasan Aspahani, Hudan Hidayat, Inggit Putria
Marga, Iyut Fitra, Jan Cornall, Jimmy Maruli Alfian, Leila S Chudori,
Lily Yulianti Farid, M Iksaka Banu, Moon Chung-Hee, Ramon Damora,
Reggie Baay, Sandra Thibodeaux, Sapardi Djoko Damono, Timur Sinar
Suprabana, Triyanto Triwikromo, Vanni Bianconi, Warih Wisatsana,
Wendoko, dan Yanusa Nugroho.

Agenda malam terakhir Utan Kayu Literary Biennale 2009
 
Sabtu, 24 Oktober 2009
19:00-21:00 wib
di Teater Salihara
Pembacaan dan Diskusi: Merandai
Menampilkan:
M Iksaka Banu (Indonesia), Leila S. Chudori, Triyanto Triwikromo
(Indonesia), Sapardi Djoko Damono (Indonesia), Sandra Thibodeaux
(Australia)

21:00-23:00 wib
di Teater Atap Salihara
Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam)
Menampilkan: Jimmy Maruli Alfian (Indonesia), Hasan Aspahani (Indonesia). 
Musik: Angsa dan Serigala
Bantingan
Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan
diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas.

--

Saturday, Oct. 24
7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara:
Reading
and Discussion: Traversing. Featuring M Iksaka Banu (Indonesia), Leila Chudori, 
Triyanto Triwikromo (Indonesia), Sapardi Djoko
Damono (Indonesia) and Sandra Thibodeaux (Australia)

9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara:
Reading,
Music Performance and Poetry Slam. Featuring Jimmy Maruli Alfian
(Indonesia), Hasan Aspahani (Indonesia) and the indie band Angsa and
Serigala


http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1
http://salihara.org/main.php?lang=id
http://literarybiennale.org/




  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Jumat 23 Okt (Utan Kayu Literary Biennale 2009)

2009-10-22 Terurut Topik MGR
Utan Kayu Literary Biennale 2009
Komunitas Salihara

Jumat, 23 Oktober 2009
19:00-21:00 wib
di Teater Salihara
Pembacaan dan Diskusi: Sejarah dan Ironi
Menampilkan:
A Muttaqin (Indonesia), AS Laksana (Indonesia), Drisana Deborah Jack
(St Martin), Handry TM (Indonesia), Vanni Bianconi (Swiss), Warih
Wisatsana (Indonesia)

21:00-23:00 wib
di Teater Atap Salihara
Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam)
Menampilkan:
Ahda Imran (Indonesia), Beno Siang Pamungkas (Indonesia), Zeno Gabaglio
(Swiss), Musik: Rampak Bedug Rumah Musik Harry Roesli

Setiap pembacaan karya sastra: puisi dan prosa kami menampilkan teks
terjemahannya di layar. Acara ini terbuka umum dan tidak dipungut
biaya. Melalui salah satu sponsor kami Indosat, penonton yang memakai
nomer telepon selulernya dari produk Indosat: Mentari, IM3, dll akan
mendapatkan pulsa cuma-cuma Rp 10.000

http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1
http://salihara.org/main.php?lang=id
http://literarybiennale.org/

Bantingan
Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan
diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas.

---

Friday, Oct. 23
7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara:
Reading and
Discussion: History and Irony. Featuring A Muttaqin (Indonesia), AS
Laksana (Indonesia), Drisana Deborah Jack (St. Martin), Handri TM
(Indonesia), Vanni Bianconi (Switzerland), Warih Wisatsana (Indonesia)

9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara:
Reading,
Music Performance and Poetry Slam. Featuring Ahda Imran (Indonesia),
Beno Siang Pamungkas (Indonesia), Zeno Gabaglio (Switzerland) and
percussion music by Rumah Musik Harry Roesli




  Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] agenda malam ini Utan Kayu Literary Biennale 2009, Kamis 22 Oktober

2009-10-21 Terurut Topik MGR
melanjutkan pembacaan dan diskusi karya sastra kemaren malam Rabu 21 Oktober 
yang
semarak, berikut agenda Utan Kayu Literary Biennale 2009 di Salihara malam ini:

Kamis, 22 Oktober 2009
19:00-21:00 wib
di Teater Salihara
Pembacaan dan Diskusi: Ruang dan Tilas
Menampilkan:
Agus R Sarjono (Indonesia), Alfred Schaffer (Belanda), Bernice Chauly
(Malaysia), Gus tf Sakai (Indonesia), M Aan Mansyur (Indonesia), Leila
S Chudori (Indonesia)

21:00-23:00 wib
di Teater Atap Salihara
Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam)
Menampilkan:
Inggit Putria Marga (Indonesia), Jan Cornall (Australia), Ramon Damora
(Indonesia), Timur Sinar Suprabana (Indonesia)
Bantingan Puisi
(Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda
segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas.

Setiap pembacaan karya sastra: puisi dan prosa kami menampilkan teks 
terjemahannya di layar. Acara ini terbuka umum dan tidak dipungut biaya. 
Melalui salah satu sponsor kami Indosat, penonton yang memakai nomer telepon 
selulernya dari produk Indosat: Mentari, IM3, dll akan mendapatkan pulsa 
cuma-cuma Rp 10.000

-

Thursday, Oct. 22
7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara:
Reading
and Discussion: Spaces and Traces. Featuring Agus Sardjono (Indonesia),
Alfred Schaffer (the Netherlands), Bernice Chauly (Malaysia), Gus TF
Sakai (Indonesia), M Aan Mansyur (Indonesia), Leila S Chudori
(Indonesia). Book launch, Leila S Chudori

9 p.m. to 11 p.m. at
Kafe Atap Salihara: Reading and Poetry Slam. Featuring Inggit Putria
Marga (Indonesia), Jan Cornall (Australia), Ramon Damora (Indonesia)
and Timur Sinar Suprabana (Indonesia)

http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1
http://salihara.org/main.php?lang=id
http://literarybiennale.org/



  Apakah demonstrasi  turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan 
jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Utan Kayu Literary Biennale 2009 Agenda Rabu 21 Oktober

2009-10-20 Terurut Topik MGR
Rabu, 21 Oktober 2009
19:00-21:00 wib
di Teater Salihara
Pembacaan dan Diskusi: Perempuan: Pahlawan dan Simpanan
Menampilkan:
Dacia Maraini (Italia), Lily Yulianti Farid (Indonesia), Regie Baay
(Belanda), Wendoko (Indonesia), Yanusa Nugroho (Indonesia)

21:00-23:00 wib
di Teater Atap Salihara
Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam)
Menampilkan: Hudan Hidayat (Indonesia), Iyut Fitra (Indonesia), Musik: Tika and 
the Dissidents
Bantingan
Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan
diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas.

--

Wednesday, Oct. 21
7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara:
Reading
and Discussion: Women — Heroines and Concubines. Featuring Dacia
Maraini (Italy), Lily Yulianti Farid (Indonesia), Reggie Baay (the
Netherlands), Wendoko (Indonesia) and Yanusa Nugroho (Indonesia)

9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara:
Reading,
Music Performance and Poetry Slam. Featuring Hudan Hidayat (Indonesia),
Iyut Fitra (Indonesia) and the indie band Tika and the Dissidents

http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1

http://salihara.org/main.php?lang=id

http://literarybiennale.org/



  Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari 
Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Novel dan Pemutaran Film OEROEG di Teater Salihara

2009-10-05 Terurut Topik MGR
Selasa 06 Oktober 2009, 09:00 wib

Diskusi
Novel Oeroeg
Moderator: Abdelkader Benali (Belanda/Maroko)

Selasa, 06 Oktober 2009, 14:00 wib

Pemutaran
Film Oeroeg
Sutradara:
Hans Hylkema
Pemain:
Jeroen Krabbe, Martin Schwab, Adi Kurdi, Ayu Azhari, dll.

Oeroeg (1948) adalah karya perdana Hella Haasse, salah satu novelis terbaik
Belanda yang telah menerima banyak penghargaan sastra di Eropa. Ditulis
berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Batavia (Jakarta), tempat ia dilahirkan
pada 2 Februari 1918, novel ini merupakan salah satu karya sastra yang paling
banyak dibaca di Belanda. Tahun ini, Oeroeg
bahkan terpilih sebagai Buku Hadiah 2009: dibagi-bagikan, didiskusikan, dan
dirayakan di seantero Belanda. Dengan latar Batavia dan Priangan, Oeroeg 
bertutur tentang persahabatan dua
orang berbeda kebangsaan (Belanda dan Indonesia) yang bertemu dan kemudian
terpisahkan oleh kolonialisme dan kemerdekaan. Pada tahun 1993, novel Oeroeg 
difilmkan oleh sutradara Belanda
Hans Hylkema dengan judul sama, dibintangi oleh para aktor Belanda dan
Indonesia, antara lain Jeroen Krabbe, Martin Schwab, Ayu Azhari, Jose Rizal
Manua, dan Adi Kurdi. Dalam rangkaian acara peluncuran terjemahan novel Oeroeg 
dalam bahasa Indonesia, di
Komunitas Salihara akan diadakan diskusi novel tersebut bersama sejumlah
mahasiswa sastra Universitas Indonesia, dengan moderator seorang sastrawan
Belanda kelahiran Maroko, Abdelkader Benali. Menyusul acara diskusi, akan
diadakan pemutaran film Oeroeg di
Teater Salihara.

Kedua acara terbuka untuk umum dan gratis.


  Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? Temukan 
jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Reading Discussion with Hari Kunzru @Salihara

2009-09-29 Terurut Topik MGR
Reading  Discussion with Hari Kunzru
MULTI-IDENTITY  RADICALISM
Moderator: Debra H. Yatim
Serambi Salihara (Salihara Lounge)
Thursday, 01 October 2009, 07:00 p.m.
Free admission

Hari
Kunzru is a British novelist and journalist. He has written three
novels titled The Impressionist (2002), Transmission (2004), and My
Revolutions (2007), and a short story compilation, Noise (2006).
Kunzru’s works are able to steal the literature world and has been
translated into 21 languages, and received some awards such as Somerset
Maugham Award, Betty Trask Prize of the Society of Authors, and British
Book Award. In 2003, Granta magazine named him as one of 20 best
British novelists. 

Hari Kunzru will be present in Komunitas
Salihara to read quotes from his novel and answer some questions from
discussion participants. The discussion will uncover the issues related
to multi-identity and radicalism departing from the novel’s characters
specifically (in Britain) or the multi-identity and radicalism in the
world he has observed. 
 
The discussion with Hari Kunzru will
be moderated by activist Debra H. Yatim. This event is a joint program
of Komunitas Salihara and British Council.

-

Pembacaan Karya  Diskusi bersama Hari Kunzru
MULTI-IDENTITAS  RADIKALISME
Moderator: Debra H. Yatim 
Serambi Salihara
Kamis, 01 Oktober 2009, 19:00 WIB
GRATIS

Hari
Kunzru adalah seorang novelis dan jurnalis dari Inggris. Ia telah
menulis tiga novel berjudul The Impressionist (2002), Transmission
(2004) dan My Revolutions (2007), serta sebuah kumpulan cerita pendek,
Noise (2006). Karya-karya Kunzru mampu mencuri perhatian sastra dunia
dan telah diterjemahkan ke 21 bahasa dunia serta memperoleh beberapa
penghargaan seperti Somerset Maugham Award, Betty Trask Prize of the
Society of Authors dan British Book Award. Pada tahun 2003, majalah
Granta menahbiskannya sebagai salah seorang dari 20 novelis muda
Inggris terbaik.

Hari Kunzru akan hadir di Komunitas Salihara
untuk membacakan petikan-petikan dari novelnya dan menjawab beberapa
pertanyaan dari peserta diskusi yang hadir. Diskusi akan mengulas
persoalan yang berkaitan dengan multi-identitas dan radikalisme yang
berangkat dari tokoh-tokoh novelnya secara khusus (di Inggris) atau pun
problem multi-identitas dan radikalisme yang ia amati di dunia. 

Diskusi
bersama Hari Kunzru akan dipandu oleh aktivis Debra H. Yatim. Acara ini
merupakan sebuah kerja sama antara Komunitas Salihara dan British
Council.

http://www.facebook.com/event.php?eid=133604804549ref=mf



  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Fleksibilitas Kesenian (Wawancara dengan Nyak Ina 'Ubiet' Raseuki)

2009-09-09 Terurut Topik MGR
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=811

Berhadapan dengan Ubiet—begitu pemusik ”avant-garde” Nyak Ina Raseuki ini biasa 
dipanggil—bisa membuat musik terdedah dari berbagai jurusan. Ubiet baru saja 
pulang kembali ke Tanah Air setelah menyelesaikan pendidikan S-3, meraih gelar 
PhD dalam etnomusikologi dari University of Wisconsin-Madison, AS dengan 
disertasi ”Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatera”.

Hari Rabu (2/9) petang lalu, ada acara di Komunitas Salihara, Pejaten, Jakarta, 
menampilkan Ubiet. Beberapa orang yang datang ada yang mengira Ubiet akan 
menyanyi. Maklum, untuk kalangan tertentu, Ubiet dikenal sebagai penyanyi 
dengan pendekatan musik dan pengungkapan vokal yang unik.

Dalam dunia industri rekaman, dia telah menghasilkan tiga album, yakni 
Archipelagongs (2000), Music for Solo Performer: Ubiet Sings Tony Prabowo 
(2006); dan Ubiet Kroncong Tenggara (2007). Dia tampil di beberapa panggung 
musik seperti ketika Kompas menyelenggarakan ”Megalitikum-Kuantum” tahun 2005. 
Ia juga pernah mengisi soundtracks film, selain menjadi penyanyi di berbagai 
kafe.

Ternyata, di Salihara petang itu Ubiet tidak menyanyi. Dia menjadi pembicara 
pada seri diskusi Ramadhan. Ia menyampaikan makalah ”Dua Musik Islami dari 
Sumatera”—suatu pemikiran yang disarikan dari disertasi doktornya, Being 
Islamic in Music.

Tentang apa disertasi Anda?

Disertasi saya tentang kesenian, terutama musik. Saya memilih hanya dua 
kelompok musik, yaitu Kande di Aceh, laki-laki, penyanyi Rafly yang populer, 
musik pop; yang satu lagi saya pilih Kerinci di Provinsi Jambi, kelompok musik 
sike rebana, perempuan, tradisi.

Ceritanya, ketika saya menyelesaikan kelas-kelas pada tahun 2000, saya pulang 
ke sini mau ke Aceh untuk meneruskan (penelitian) sung poetry. Kompleksitas 
hubungan antara Islam dan sung poetry inilah yang hendak saya perdalami sebagai 
kelanjutan tesis master saya tentang seudati, salah satu bentuk sung poetry di 
Aceh.

Tetapi, Aceh sedang tidak aman, puncak-puncaknya konflik bersenjata, yang 
membuat saya tidak bisa datang ke sana. Saya memindahkan penelitian saya ke 
Kerinci. Dalam kurun 2001-2003, saya bolak-balik ke Kerinci, akhirnya saya 
memutuskan untuk melihat sike rebana yang sebelumnya saya lihat dalam Festival 
Istiqlal tahun 1995.

Setelah tsunami tahun 2004, Aceh mulai terbuka. Mulai tahun 2005 sampai 2006 
saya datang lagi ke Aceh mengamati Kande. Kebetulan Kande ini suatu genre 
populer dan laki-laki. (Dengan dua contoh itu), yang satu populer dan 
laki-laki, satu lagi tradisi dan perempuan, mungkin saya bisa membuka 
kompleksitas hubungan antara Islam dan musik.

Hipotesisnya?

Saya ketemui di dua kelompok ini ada semacam fleksibilitas atau plastisitas 
dalam mereka berkesenian, bermusik. Jadi, kesenian itu tidak patuh begitu saja 
pada formalitas agama.

Sementara musik Islami yang kita kenal kebanyakan adalah musik yang 
menyampaikan pesan melalui lirik yang sifatnya didaktif, berkhotbah. Sedangkan 
mereka (maksudnya dalam Kande dan sike rebana tadi) tidak karena sumber-sumber 
mereka bukan hanya Islam, tetapi sinkretisme. Ada Islam, sufisme, 
bermacam-macam.

Dalam satu bagian disertasi saya membandingkan dengan musik pop Islami yang ada 
di Jakarta, yang nasional. Musik pop Islami yang nasional sifatnya lebih 
didaktis, menyampaikan pesan-pesan moral, di sana tidak begitu. Sifatnya lebih 
terselubung, lirik maupun unsur-unsur musiknya.

Sementara yang saya lihat pada musik nasional, Islami itu hanya kulit, klipnya 
misalnya orang berwudu. Jadi, unsur-unsur di luar musik yang dianggap Islami.

Apa yang Anda maksud dengan unsur musik?

Terutama nada dan juga lirik.

Bagaimana nada yang Islami?

Ini kompleks. Sike itu berasal dari kata zikir yang artinya puji-pujian kepada 
Allah. Tetapi, sike rebana bergeser, dia berzikir, tetapi menggunakan Kitab 
Barzanji yang isinya puji-pujian kepada Muhammad. Isinya sudah bergeser.

Liriknya menggunakan, misalnya, satu lagu memakai satu dua kalimat Kitab 
Barzanji, tetapi sudah diliukkan, diputarbalikkan, sehingga menjadi suku kata 
tidak bermakna.

Lagunya sendiri?

Nah, ini juga menarik. Kalau bacaan Quran menggunakan modus skala nada 
Arab—maqam. Dalam sike itu tidak digunakan. Dia menggunakan lima nada dan dekat 
dengan skala nada diatonis.

Justru pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengidentifikasi ini musik Islami dan 
yang itu bukan. Sebetulnya, pelabelan musik Islam baru datang sejalan dengan 
Islamisasi di berbagai bidang, termasuk politik dan ekonomi. Saya rasa itu ada 
hubungannya. Jadi, semua orang ingin berislam-islam. Saya agak keras mengenai 
ini dalam ceramah di Salihara. Mungkin ada yang tidak suka.

Orang Aceh dan orang Kerinci sepuluh tahun lalu tidak pernah mengatakan, musik 
mereka Islami. Dengan sendirinya, musiknya sudah Islam karena musik mereka 
organik, yang tidak perlu diberi label Islam. Tetapi, karena mengerasnya 
formalitas agama melalui partai-partai 

[ppiindia] Diskusi Tentang Islam dan Islamofobia di Dunia Barat

2009-08-25 Terurut Topik MGR
Undangan Diskusi

Rabu, 26 Agustus 2009, 18:00 WIB



Islam dan Islamofobia di Dunia Barat dengan pembicara Ulil
Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika
Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag,
Belanda).

Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan 
 

Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena
perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah
kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah,
Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat).
Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe
hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim,
misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang tak jarang memiliki pemahaman
yang keliru terhadap Islam apakah hal ini bersumber dari stereotipe masyarat 
Barat terhadap Islam atau ada persoalan  interaksi umat Islam dengan konteks 
itu?

Diskusi ini terbuka untuk umum, dan disediakan makan malam sebelum diskusi.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=797

http://www.facebook.com/event.php?eid=125289979312ref


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Ramadhan Salihara 2009: Pintu-Pintu Islam

2009-08-20 Terurut Topik MGR
Salihara Menyambut Ramadhan 1430 H
Agustus dan September 2009

Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam, Sejarah dan Konsep Waktu
Ismail
Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University
of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat).
Akhmad Sahal
(Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika
Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta)

Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam dan Islamofobia di Eropa
Ulil
Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika
Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag,
Belanda).

Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB
Dua Musik Islami dari Sumatra
Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of 
Wisconsin—Madison, Amerika Serikat).

Sinopsis

Menyambut
Bulan Ramadhan tahun 1430 Hijriyah ini Komunitas Salihara akan
menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan tema “Pintu-Pintu Islam”.
Islam sebagai keyakinan memiliki manifestasi dalam budaya manusia. Tak
hanya ada satu pintu menuju Islam. Keanekaragaman jalur masuk
memberikan pengalaman tersendiri yang merupakan kekayaan bagi Islam. Di
sinilah Islam hadir tidak dalam bentuknya yang monolitik, melainkan
selalu tampak sebagai wujud yang pluralistik. Dalam rangkaian diskusi
ini, akan ditemukan kemajemukan Islam itu melalui sejumlah kajian:
kajian alternatif terhadap sejarah dan konsep tentang waktu, kajian
terhadap praktek Islam di sejumlah kawasan Barat, serta kajian akan
sifat Islami dalam musik.

Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam, Sejarah dan Konsep Waktu
Ismail
Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University
of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat) dan Akhmad Sahal
(Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika
Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta)

Ismail Fajrie
Alatas akan meninjau ulang konsep waktu dalam kajian sejarah di ranah
antropologi sejarah; ia hendak menghadirkan sebuah kajian alternatif
yang terhadap apa yang disebut sebagai modernitas. Fajrie tidak melihat
sejarah sebagai kesatuan-alur-waktu yang teratur-kronologis namun
sebagai fragmen yang terpisah-pisah. Fajrie mengandaikan bila 11 bulan
lainnya yang dominan dalam kehidupan kita sebagai modernitas, maka
bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang menyimpan tawaran, alternatif dan
kritik. Fajrie akan mengulas ide dari Walter Benjamin. 

Sementara
Sahal akan membandingkan kritik Benjamin tentang sejarah dan waktu
modern dengan konsep teologi politik Carl Schmitt dalam
antiliberalismenya. Komparasi ini menarik bukan hanya karena Benjamin
yang Yahudi adalah pengagum Schmitt yang Nazi. Tapi lebih dari itu,
pemikiran Schmitt tentang decisionalism dan klaimnya bahwa konsep
modern adalah teologi yang tersekulerkan—banyak mempengarudi Benjamin. 

Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam dan Islamofobia di Dunia Barat
Ulil
Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika
Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag,
Belanda).

Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena
perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah
kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah,
Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat).
Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe
hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim,
misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang sering memiliki pemahaman
yang keliru terhadap Islam, seperti di Belanda dan Amerika?

Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB
Dua Musik Islami dari Sumatra
Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of 
Wisconsin—Madison, Amerika Serikat).

Nyak
‘Ubiet’ Ina Raseuki baru saja menyelesaikan disertasinya yang berjudul
“Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatra” di
bidang etnomusikologi. Ubiet meneliti dua genre musik, yang satu
bersifat populer dan yang lain “tradisional”, yang disebut sebagai
musik Islami baik oleh pelaku maupun lingkungan masyarakatnya. Melalui
kajian musik ini, Ubiet menemukan kehadiran Islam yang lain. Musik dari
Aceh dan Jambi tersebut menunjukkan kompleksitas hubungan antara sumber
penciptaan, klaim keislaman dan keberlanjutan musik itu sendiri.

Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi yang berpuasa akan disediakan buka puasa 
alakadarnya.

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=797

http://www.facebook.com/home.php#/event.php?eid=125289979312ref=ts


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Ramadhan Komunitas Salihara 2009 M/1430 H

2009-08-04 Terurut Topik MGR
Salihara Menyambut Ramadhan 1430 H
Agustus dan September 2009

Pintu-Pintu Islam

Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam, Sejarah dan Konsep Waktu
Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University 
of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat).
Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, 
Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta)

Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam dan Islamofobia di Eropa
Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) 
dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda).

Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB
Dua Musik Islami dari Sumatra
Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of 
Wisconsin—Madison, Amerika Serikat).

Sinopsis

Menyambut Bulan Ramadhan tahun 1430 Hijriyah ini Komunitas Salihara akan 
menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan tema “Pintu-Pintu Islam”. Islam 
sebagai keyakinan memiliki manifestasi dalam budaya manusia. Tak hanya ada satu 
pintu menuju Islam. Keanekaragaman jalur masuk memberikan pengalaman tersendiri 
yang merupakan kekayaan bagi Islam. Di sinilah Islam hadir tidak dalam 
bentuknya yang monolitik, melainkan selalu tampak sebagai wujud yang 
pluralistik.  Dalam rangkaian diskusi ini, akan ditemukan kemajemukan Islam itu 
melalui sejumlah kajian: kajian alternatif terhadap sejarah dan konsep tentang 
waktu, kajian terhadap praktek Islam di sejumlah kawasan Barat, serta kajian 
akan sifat Islami dalam musik.

Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam, Sejarah dan Konsep Waktu
Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University 
of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat).
Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, 
Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta)

Ismail Fajrie Alatas akan meninjau ulang konsep waktu dalam kajian sejarah di 
ranah antropologi sejarah; ia hendak menghadirkan sebuah kajian alternatif yang 
terhadap apa yang disebut sebagai modernitas. Fajrie tidak melihat sejarah 
sebagai kesatuan-alur-waktu yang teratur-kronologis namun sebagai fragmen yang 
terpisah-pisah. Fajrie mengandaikan bila 11 bulan lainnya yang dominan dalam 
kehidupan kita sebagai modernitas, maka bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang 
menyimpan tawaran, alternatif dan kritik. Fajrie akan mengulas ide dari Walter 
Benjamin. Sementara Sahal akan membandingkan kritik Benjamin tentang sejarah 
dan waktu modern dengan konsep teologi politik Carl Schmitt dalam 
antiliberalismenya. Komparasi ini menarik bukan hanya karena Benjamin yang 
Yahudi adalah pengagum Schmitt yang Nazi. Tapi lebih dari itu, pemikiran 
Schmitt tentang decisionalism dan klaimnya bahwa konsep modern adalah teologi 
yang tersekulerkan—banyak mempengarudi Benjamin. 
    
Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam dan Islamofobia di Eropa
Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) 
dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda).

Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena perbedaan konteksnya. Melalui 
studi tentang kehidupan Islam di sejumlah kawasan akan tampak keunikan Islam 
itu—Islam yang ada di Timur Tengah, Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam 
yang berada di Eropa (Barat). Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering 
mengundang stereotipe hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat 
non-muslim, misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang sering memiliki 
pemahaman yang keliru terhadap Islam, seperti di Belanda dan Amerika?

Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB
Dua Musik Islami dari Sumatra
Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of 
Wisconsin—Madison, Amerika Serikat).

Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki  baru saja menyelesaikan disertasinya yang berjudul 
“Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatra” di bidang 
etnomusikologi. Ubiet meneliti dua genre musik, yang satu bersifat populer dan 
yang lain “tradisional”, yang disebut sebagai musik Islami baik oleh pelaku 
maupun lingkungan masyarakatnya. Melalui kajian musik ini, Ubiet menemukan 
kehadiran Islam yang lain.  Musik dari Aceh dan Jambi tersebut menunjukkan 
kompleksitas hubungan antara sumber penciptaan, klaim keislaman dan 
keberlanjutan musik itu sendiri.

Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi yang berpuasa akan disediakan bukan puasa 
alakadarnya.

http://www.facebook.com/event.php?eid=125289979312ref=mf




  Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah Umum Jender, Seni dan Tasauf oleh Amina Wadud di Salihara

2009-07-22 Terurut Topik MGR

Dr. Amina Wadud menjadi muslim berdasarkan pilihan, mengikrarkan syahadat pada 
tahun 1972. Lahir dan besar di Maryland, Amerika Serikat, ayahnya seorang 
pendeta Kristen Metodis, dan ibunya merupakan keturunan kalangan budak yang 
beragama Islam. Selama  menempuh pendidikan doktor, Amina belajar bahasa Arab 
dan studi Quran di Kairo. Dia meraih gelar master dan doktor dalam Studi Quran 
dan Bahasa Arab dari Universitas Michigan spesialisasi studi dan tafsir Quran.

Amina telah menekuni karir intelektualnya selama tiga dekade di empat puluh 
negara; periset tamu di Harvard University's Divinity School, dosen di 
International Islamic University di Malaysia, sarjana tamu di Starr King School 
di Kementrian di Berkeley California, konsultan tamu di International Center 
for Islam and Pluralism (ICIP) di mana ia melakukan riset tentang 
Tradisi-tradisi Etik Islam dan Jender. Ia menulis tiga buku termasuk Qur'an and 
Woman: Re-Reading the Qur'an from a Woman's Perspective—telah diterjemahkan 
lebih dari setengah lusin bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia. Buku 
terakhirnya: Inside the Gender Jihad: Women's Reform in Islam.

Dalam Festival Salihara 2009, Amina Wadud akan membawakan tema Jamal, 
Keindahan Feminin dari Ilahi: Jender, Seni dan Tasauf. Dia akan mengulas dua 
artibut Ketuhanan: yang maskulin (jalal) dan yang feminin (jamal) dalam ranah 
Tauhid: konsep keesaan Tuhan. Bagi Amina, tradisi Tasawuf Islam lebih 
menekankan pada aspek keindahan Allah atau atribut-atribut yang feminin, 
seperti Mahapenyayang, Mahapengasih, Mahapengampun, dan Mahaindah. Sedangkan 
tradisi Fiqh dan Kalam lebih fokus pada aspek keperkasaan Allah seperti 
Mahakuasa, Mahapemarah, Mahapenghakim.

Di tengah kerumitan aspek spiritualitas dan identitas saat ini, kuliah ini akan 
mengajak pemeluk beragama untuk menanggalkan atribut-atribut itu dan 
menggantinya dengan atribut yang membuat kita aman dan memberikan manfaat bagi 
kemanusiaan dan planet ini. Lebih-lebih bagi kaum muslim dan agama Islam yang 
tengah menerima citra negatif melalui tindakan-tindakan destruktif dari 
“muslim-teroris”; mereka yang kehilangan ruh kasih-sayang, cinta dan ampunan 
dalam pemahaman dan perbuatan mereka.

Dr. Amina Wadud akan menyampaikan kuliah umumnya dalam bahasa Inggris, dengan 
terjemahan langsung dalam Bahasa Indonesia. Acara ini akan diselenggarakan pada 
hari Minggu 26 Juli 2009 pukul 19:00 WIB di Serambi Salihara. Terbuka untuk 
umum dan gratis! Untuk keterangan lebih lanjut, silakan mengirim konfirmasi ke 
gun...@salihara.org atau kunjungi www.salihara.org.

Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi 
Melan di melan.salih...@gmail.com.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 
021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.)




  Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga! 
http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Koran Tempo Menang Lawan Munarman

2009-07-15 Terurut Topik MGR
Selamat untuk Koran Tempo...

Koran Tempo Menang Lawan Munarman

JAKARTA - Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak seluruh 
gugatan Munarman terhadap Koran Tempo. Dalam putusannya, majelis menyatakan 
Koran Tempo telah mengoreksi pemberitaan yang salah sesuai dengan Undang-Undang 
Pers. Para tergugat tak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, kata 
ketua majelis hakim Syahrial Sidik di persidangan kemarin.

Sebelumnya, Munarman menggugat PT Tempo Inti Media, Koran Tempo, dan The Wahid 
Institute dengan nilai gugatan Rp 13 miliar. Ia juga meminta agar tanah dan 
kantor PT Tempo Inti Media beserta isinya disita.

Munarman melayangkan gugatan itu terkait dengan pemuatan foto dirinya yang 
tengah mencekik seseorang pada Koran Tempo edisi 3 Juni 2008. Foto itu juga 
disertai keterangan bahwa Munarman mencekik seorang anggota Aliansi Kebangsaan 
untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan pada insiden Monas, 1 Juni 2008.

Pada hari terbitnya edisi itu, Munarman membantah berita foto tersebut. Menurut 
Panglima Laskar Islam itu, pemuda yang ia cekik adalah anggota Front Laskar 
Islam. Ia mencekik pemuda tersebut untuk mencegahnya berbuat kekerasan. Sehari 
kemudian, pada 4 Juni 2008, Koran Tempo meralat pemuatan foto itu dan meminta 
maaf.

Menurut Syahrial, pemuatan ralat tersebut telah meluruskan pemberitaan 
sebelumnya. Ralat juga telah dimuat secara proporsional dan ditempatkan di 
halaman yang sama dengan berita foto yang dipersoalkan. Koran Tempo juga sudah 
minta maaf tanpa ada permintaan terlebih dulu dari pihak Munarman, ujar 
Syahrial.

Kuasa hukum Munarman, Syamsul Bahri Radjam, tak puas terhadap putusan tersebut. 
Pengadilan semestinya menjadi pengontrol kebebasan pers, ujarnya. Kami akan 
mengajukan banding.

Adapun kuasa hukum Tempo, Soleh Ali, menyambut gembira putusan itu. Putusan 
hakim mengacu kepada Undang-Undang Pers, ujarnya. Pemberitaan Tempo, ia 
melanjutkan, juga telah mengacu kepada undang-undang itu.

Tentu saya menyambut positif, kata Corporate Chief Editor Tempo, Bambang 
Harymurti, di Balikpapan kemarin. Menurut dia, putusan itu merupakan sinyalemen 
positif bagi penegakan hukum Indonesia. Lembaga peradilan mulai memperhatikan 
penggunaan Undang-Undang Pers, katanya.

ANTON SEPTIAN | S.G. WIBISONO | DWI WIYANA

http://korantempo.com/korantempo/koran/2009/07/16/headline/krn.20090716.171248.id.html



  Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka 
dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Pentas Tari World-Premiere Hunger of the Land oleh Eiko Koma, New York

2009-07-09 Terurut Topik MGR
Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB
Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia)
Koreografer dan penari: Eiko  Koma, New York AS
di Teater Salihara
HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)

Hunger
of the Land (2009) adalah sebuah pertunjukan tari berdurasi kurang
lebih 60 menitHunger of the Land merupakan hasil pengerjaan ulang karya
Eiko  Koma yang bertajuk Land, karya kolaborasi dengan musisi
Native American, Robert Mirabal yang dibuat pada 1991. Land
terinspirasi dari saat-saat ketika Eiko  Koma berada di Taos, New
Mexico, tempat di mana Mirabal dibesarkan dan tinggal. Selama 1000
tahun, Taos telah menjadi wilayah kesukuan Taos Pueblo Indians dan
menjadi rumah bagi 2000 orang yang masih hidup dengan tradisi nenek
moyangnya. Selain itu, daerah New Mexico ini juga merupakan lokasi
percobaan nuklir, yang memungkinkan dilepaskannya bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki pada 1945. Eiko  Koma dan Mirabal mengunjungi
Hiroshima dalam proses pembuatan Land.

Dalam karya Land, Eiko
 Koma menciptakan sendiri bentang kuno mereka, sebuah situs yang
dengan ketekunan telah diimajinasikan secara akttif dan dirasakan
secara kinetis oleh para penampil dan penonton. Kini, 15 tahun
kemudian, Eiko  Koma menggali kembali konsep dan musik dalam Land
dan menggabungkan tema kelaparan dari karya terbaru mereka, Hunger
(2008). Dalam Hunger of the Land, Eiko  Koma menunjukkan bahwa
bukan hanya manusia yang kelaparan, bumi pun lapar akan kesuburan dan
keintiman.

Hunger of the Land merupakan salah satu komponen
pertama dari Retrospective Project (Proyek Retrospektif) Eiko 
Koma setelah bertahun-tahun berkarya dan berkolaborasi dengan beragam
perupa. Proyek ini akan melibatkan instalasi hidup, publikasi katalog
dan kumpulan DVD, pameran fotografi dan lokakarya. Proyek kilas balik
ini dapat membuat Eiko  Koma merefleksikan dan mengevaluasi karya
serta corak tema yang telah mereka bagi dengan para penonton selama
ini. Bentuk dasar Hunger of Land ditampilkan pada musim semi 2009 di
Alaska Dance Theater ketika Eiko  Koma tengah menjalani residensi
sebagai Alaska AIR Fellows, United States Artist Program (Program
Perupa Amerika Serikat), dan sebagai bagian dari acara pengukuhan
Retrospective Project di Wesleyan University. Dalam Hunger of Land,
Eiko  Koma akan mengevaluasi, mempertanyakan dan mengkontradiksi
sejarah mereka sendiri, sembari terus tampil dan berkarya. Eiko 
Koma tertarik pada bagaimana bumi teguh dan tekun hidup sambil
mengenang masa lalunya.

Meskipun tanah Hiroshima diserang
manusia, tapi ia tetap hidup – seperti manusia yang berjuang untuk
tetap hidup meskipun lapar mendera mereka. Tidak ada yang terlupakan,
baik penyerangan atau kelaparan. Justru hal-hal ini telah menjadi
bagian penting yang membuat tanah atau manusia terus melanjutkan hidup.
Dalam Hunger of the Land, Eiko  Koma mempertunjukkan visual
pemandangan yang hangus tapi tetap mampu mengasuh yang baru hidup.
Karya ini dimulai dengan di sebuah lahan yang khas untuk berkolaborasi
tapi akan terus menemukan pemaknaan baru di setiap tempat di mana ia
ditampilkan. Penonton akan membawa pengetahuan masing-masing mengenai
lahan dan leluhur di setiap tempat sehingga karya ini menjadi karya
universal namun tetap spesifik.

Hunger of the Land akan
ditampilkan perdana pada musim panas 2009 di Teater Salihara 11 dan 12
Juli 2009, di Jakarta, Indonesia, dan di Arts Edge Wolfeboro di
Wolfeboro, New Hampshire. Kostum dikerjakan oleh Eiko  Koma.

Menurut
Tony Prabowo, kurator tari Festival Salihara 2009, Eiko  Koma
terkenal dengan karakter karya yang introspektif dan tragis, layaknya
Butoh, aliran avant-garde Jepang. Eiko  Koma adalah sedikit dari
koreografer Timur yang tinggal di belahan dunia Barat. Karya-karya Eiko
 Koma bisa dikatakan sebagai bentuk inovasi koreografi Butoh, yang
harus mampu bersaing dengan karya-karya modern Amerika Serikat.

Pementasan
world-premiere Hunger of the Land ini akan diselenggarakan di Teater
Salihara pada hari Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009 pukul 20:00 WIB. Tiket
seharga Rp 100.000,- (dan Rp 50.000,- khusus untuk pelajar/mahasiswa)
dapat diperoleh langsung di Komunitas Salihara, atau reservasi melalui
Natalie 0817-077-1913, Tiko 021-9619-2632, atau secara on-line melalui
www.salihara.org.

Selain pementasan, Eiko  Koma juga akan
memberikan workshop tari pada hari Minggu 12 Juli 2009 pukul 10:00 WIB
di Serambi Salihara. Gratis!

Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi 
Melan di melan.salih...@gmail.com.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 
021-789-1202.
(Tempat parkir terbatas.)

Menari dengan Bumi (Preview Eiko  Koma Hunger of the Land) di TEMPO

http://www.facebook.com/note.php?note_id=99389622938id=75670011352ref=share

Jadwal Lengkap Festival Salihara di:

http://www.facebook.com/event.php?eid=110279770743




Saturday-Sunday, 11-12 July 2009, 08:00 p.m.
Dance HUNGER 

[ppiindia] Segera Hadir Festival Salihara 2009

2009-06-26 Terurut Topik MGR
Salam,

Setelah dibuka pada 8 Agustus 2008, Komunitas Salihara kini menjelang
ulang tahun pertamanya. Memperingati hari jadi itu kami
menyelenggarakan Festival Salihara 2009, sejak 8 Juli hingga 15
Agustus. Tahun lalu, karena kesiapan tempat memerlukan waktu beberapa
bulan sejak pembukaan, Festival Salihara 2008 baru berlangsung sejak
pertengahan Oktober hingga pekan pertama Desember tahun lalu, selama
tujuh pekan.



Festival Salihara 2008 bisa dinilai menuai sukses besar. Ribuan orang
bertemu dan berbagi karya kreatif bersama di Komunitas Salihara. 22
kegiatan seni yang melibatkan 800 seniman dan tim produksinya serta
dihadiri oleh sekitar 5.000 pengunjung dari beragam profesi dan strata
sosial.



Sebuah festival ibarat seikat bunga rampai. Ada campuran banyak rupa
dan warna, mungkin juga keharuman. Rangkaian semua unsur itu membentuk
suatu kombinasi yang padat. Dan sesungguhnya festival ini adalah
semacam pemadatan dari kegiatan rutin bulanan Komunitas Salihara
menggelar pelbagai kegiatan—mulai dari pertunjukan musik, tari, teater,
sastra, maupun diskusi dan kuliah umum. Untuk membuatnya lebih
istimewa, kami menampilkan pelbagai kesenian dari jenis dan latar
belakang yang lebih beragam.



Tahun ini, misalnya, kami mendatangkan koreografer dan penari Eiko
 Koma dari New York—salah satu dari grup tari terkemuka dunia yang
tercantum dalam buku rujukan Fifty Contemporary Choreographers. Kami
pun bekerja sama dengan Goethe-Institut Jakarta mendatangkan Selisih
Ensemble pimpinan Dieter Mack dari Jerman. Aktor teater kelahiran
Inggris, Jennifer Claire, akan membawakan lakon monolog Tolstoy’s Wife.
Dari Indonesia, selain mengundang pemusik I Wayan Sadra bersama
Ansambel SonoSeni, kami juga akan menampilkan duo gitaris Dewa Budjana
dan Tohpati dan kelompok jazz rock Trio Ligro. Sedangkan acara kuliah
umum akan diisi oleh Dr. Amina Wadud, yang akan membawakan tema
Keindahan Feminin dari yang Ilahi.



Selamat menikmati acara-acara Festival Salihara 2009. Sampai jumpa di Komunitas 
Salihara.



Jakarta, Juni 2009



Hasif Amini

Direktur Festival Salihara 2009



--
Program Festival Salihara 2009



Rabu, 08 Juli 2009, 19:00 WIB

Pembukaan Festival Salihara 2009

TARI Kembang Lambang Sari

Wiwiek Widiyastuti  Laboratorium Tari Indonesia, Jakarta

MUSIK JAZZ

Tohpati  Dewa Budjana, Jakarta

Khusus Undangan



Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB

Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia)

Koreografer dan penari: Eiko  Koma, New York AS

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Selasa-Rabu, 14-15 Juli 2009, 20:00 WIB

Musik oleh Christian Utz  ensemble on_line, Austria

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



16 Juli – 15 Agustus 2009, 10:00-19:00 WIB

Pameran Seni Rupa PERANG, KATA DAN RUPA

Aminudin T. H. Siregar, Chandra Johan, Jopram, Jumaadi, Mujahidin
Nurrahman, Putu Sutawijaya, R. E. Hartanto, Jompet Kuswidananto, Teguh
Ostenrik, Ugo Untoro, Wayan Suja, Wilman Hermana, Yustoni Volunteero

Pembukaan: Kamis, 16 Juli 2009, 19:00 WIB

di Galeri Salihara

GRATIS



Jumat-Sabtu, 17-18 Juli 2009, 20:00 WIB

Musik oleh TimeTable Percussion Trio, New York AS

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Selasa-Rabu, 21-22 Juli 2009, 20:00 WIB

Tari SUARA NENG, koreografer: Nur Hasanah, Jakarta

Tari MERAH, koreografer: Asri Mery Sidowati, Jakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2009, 20:00 WIB

Jazz musikalisasi puisi oleh Denise Jannah, Belanda-Suriname

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Minggu, 26 Juli 2009, 19:00 WIB

Kuliah Umum JAMAL, KEINDAHAN FEMININ DARI YANG ILAHI: JENDER, SENI DAN TASAWUF

Pembicara: Amina Wadud, Kalifornia AS

di Serambi Salihara

GRATIS



Selasa-Rabu, 28-29 Juli 2009, 20:00 WIB

Musik oleh I Wayan Sadra  Ansambel SonoSeni, Surakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB

Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess 
Sonya Tolstoy

Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Minggu, 02 Agustus 2009, 20:00 WIB

Musik oleh Dieter Mack  Selisih Ensemble, Jerman

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Jumat-Sabtu, 07-08 Agustus 2009, 20:00 WIB

Teater HOLOCAUST RISING

Sutradara: Rukman Rosadi | Saturday Acting Club, Yogyakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Selasa, 11 Agustus 2009, 20:00 WIB

Wayang Ringkas BANJARAN KARNA

Dalang: Ki Purbo Asmoro, Surakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Rabu, 

[ppiindia] Kuliah Umum Humanisme dalam Pemikiran Islam di Salihara

2009-06-23 Terurut Topik MGR

Kuliah Umum  Humanisme dalam Pemikiran Islam

“Humanisme dalam Pemikiran Islam”
ingin mengulas bagaimana perkembangan ide humanisme dalam keilmuan
Islam, sejak abad pertengahan era Ibn Miskawih, Abu Hayyan al-Tauhidi
hingga pemikiran Islam kontemporer, seperti Muhammad Arkoun yang
mempertahankan disertasinya tentang Naz’ah al-Ansanah fi al-Fikr al-‘Arabi 
(Humanisme dalam Pemikiran Arab). Dan bagaimana pula mereka membaca 
perkembangan ide humanisme di Barat?
 
Tiga topik awal dari Seri Kuliah Umum Memikirkan Ulang Humanisme telah 
terselenggara secara sukses, dengan peserta kuliah membludak; “Humanisme Klasik 
Hingga Posmodern” oleh Bambang Sugiharto, “Humanisme dan Anti-Humanisme” oleh 
Budi Hardiman, serta “Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia” oleh
Goenawan Mohamad. Dan topik terakhir ini Humanisme dalam Pemikiran
Islam akan diulas oleh Luthfi Assyaukanie dosen filsafat dan pemikiran
Islam di Universitas Paramadina.

 
Hadiri
topik keempat sekaligus akhir dari seri kuliah umum bulan ini, pada
hari Sabtu 27 Juni 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara. Gratis! Untuk 
keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Guntur di 0815-1319-1313, atau 
kunjungi www.salihara.org.
  
Sampai bertemu di Komunitas Salihara!
 
Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. 
Telepon: 021-789-1202.
(Tempat parkir terbatas.)
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=739






  Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Pertunjukan Aruk Gugat oleh Teater Satu (Grup Teater Terbaik 2008)

2009-06-16 Terurut Topik MGR
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=735

Sebuah pertujukan dari Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah 
Tempo.

Teater Satu Lampung mempersembahkan Aruk Gugat.



Catatan Proses Kreatif Aruk Gugat

Lakon “Aruk Gugat” adalah sebuah eksperimen panjang yang telah dimulai
Teater Satu Lampung sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah diskusi kecil
yang menggagas tentang hubungan teater (pertunjukan) dengan penonton.
Lalu berkembanglah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mungkinkah
membuat sebuah karya pertunjukan yang bisa diterima dan dinikmati oleh
semua lapisan dan kelas sosial masyarakat? Apakah mungkin dicapai suatu
bentuk artistik dan estetik pertunjukan yang bisa diterima dan
dimengerti secara umum?  Apakah esensi  dari sifat-sifat universalitas
di dalam karya seni (pertunjukan) itu?  Mungkinkah membuat sebuah
pertunjukan yang tidak terlalu sukar dilakukan namun memiliki kualitas
artistik dan estetik yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua
penonton?



Pertanyaan itu berlanjut pada upaya memeriksa kembali seluruh
pertunjukan yang pernah dipentaskan Teater Satu dan bagaimana reaksi
penonton terhadapnya. Dari studi kecil-kecilan itu, diperoleh data
bahwa sebuah repertoar kecil Teater Satu yang bertajuk “Warahan Aruk
Gugat” yang pernah dimainkan pada tahun 1996, adalah salah satu
pertunjukan yang paling mungkin bisa meladeni—bukan
menjawab—pertanyaan-pertanyaan di atas. 



Penciptaan repertoar “Warahan  Aruk Gugat” ini bersumber dari sastra
lisan Lampung yang disebut “Warahan”, yakni salah satu bentuk sastra
tutur yang berfungsi sama seperti dongeng. Warahan inilah yang oleh
sebagian besar pelaku seni dan peneliti di Lampung disebut sebagai
bentuk teater rakyat Lampung. Namun, di dalamnya belum ada kelengkapan
unsur-unsur pertunjukan seperti halnya yang terdapat di dalam Ludruk,
Ketoprak, Mahyong, Mamanda, dan lain-lain. Warahan masih terbatas pada 
ada seorang pencerita dan ada cerita yang disampaikan yang biasanya
berisi nasihat, sindiran, pesan. Dalam menyampaikan ceritanya, Pewarah
atau Pencerita menembangkan seluruh cerita dengan iringan musik gambus.
Seorang Pewarah biasanya mampu menghafal 20 sampai 100 bait cerita.



Dari sumber-sumber penciptaan seperti itulah, “Warahan  Aruk Gugat”
dikembangkan—bukan diposisikan dalam bentuknya sebagai
dongeng—melainkan kemungkinan-kemungkinannya dikembangkan sebagai
pertunjukan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Dalam proses
eksplorasi oleh Tim Artistik Teater Satu, bentuk Warahan  ini
dipertemukan dengan bentuk-bentuk pertunjukan teater modern yang telah
berkembang dan dikenal oleh Teater Satu sebelumnya. Maka, dilakukanlah
upaya-upaya identifikasi peran/tokoh,  karakterisasi, artistik,
aktualitas cerita, untuk memperkaya bentuk pertunjukan Warahan yang
telah pernah ada sebelumnya.



Hingga saat ini, setelah lebih dari 10 tahun Teater Satu berupaya terus
menerus memeriksa dan mengembangkan bentuk pertunjukan Warahan, telah
dilakukan lebih dari 70 kali pertunjukan dengan cerita dan bentuk
pertunjukan yang berbeda-beda. Namun, sampai saat ini,  unsur-unsur
artistik pertunjukan yang tetap dipertahankan adalah; kesederhanaan
bentuk, plot, dan karakterisasi tokoh utama yakni Aruk, yang tetap
setia pada ekspresinya sebgai “SANDIWARA KAMPUNG”. 



Kami menamakannya Sandiwara Kampung karena repertoar “Warahan  Aruk
Gugat” memang diniatkan menjadi pertunjukan yang bisa meladeni segala
bentuk ruang dan bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja; khususnya
di Indonesia. Di mana hal-hal yang naif, kampungan, dan segala kategori
yang selama ini dianggap sebagai “sisi gelap” dalam perkembangan
“ke-ber-adaban” masyarakat  (setidaknya dalam persepsi kita yang biasa
hidup di wilayah perkotaan)   justru dihidangkan.  Samasekali bukan
untuk meraih semacam simpati atau pemakluman, melainkan untuk diperiksa
kembali. Dan pertunjukan di Komunitas Salihara ini adalah bentuk
garapan terbaru dari semua pertunjukan yang sudah dipentaskan
sebelumnya. 



Aruk Gugat adalah upaya Teater Satu untuk memeriksa kembali
“ke-kampungan”,  yang ada dalam lingkungan sosial kami, sistem politik,
budaya, dan terutama dalam diri kami sendiri, sambil terus
mengupayakannya menjadi pertunjukan yang—bila mungkin—bisa dinikmati
oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya. 



Iswadi Pratama

Sutradara 



Sinopsis

Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk 
diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah 
hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah 
pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik 
Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup.

Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena 
menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka 
nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai 

[ppiindia] Kuliah Budi Hardiman tentang 'Humanisme dan Para Kritikusnya'

2009-06-12 Terurut Topik MGR
F. Budi Hardiman pengajar filsafat di program pasca sarjana Sekolah Tinggi 
Filsafat (STF) Driyarkata akan memberikan kuliah tentang Humanisme dan Para 
Kritikusnya di Serambi Salihara 13 Juni 2009 pukul 16.00. Kuliah ini merupakan 
rangkaian kuliah umum tentang Humanisme di Komunitas Salihara. Pada Sabtu pekan 
lalu, Bambang Sugiharto, pengajar filsafat di Universitas Parahyangan dan 
Institut Teknologi Bandung telah mengulas tema pertama tentang Humanisme Dulu 
dan Kini.

Dan F Budi Hardiman akan mendiskusikan tema kedua tentang fenomena munculnya 
“Humanisme dan Anti-Humanisme”. Tema kedua ini diharapkan mengulas dua subtema 
utama. Pertama, bagaimana humanisme muncul sebagai ide yang melakukan kritik 
terhadap agama sehingga lahir varian-varian humanisme: sekuler, ateistik, dan 
eksistensialis. Kedua, mengapa muncul gelombang kritik--khusunya dari gelombang 
posmodern--terhadap humanisme yang disebut “anti-humanisme”?

Untuk membahas tema ini, F Budi Hardiman yang telah menulis makalah sebanyak 22 
halaman akan mendiskusikan tema yang sangat menarik ini. Dan bagaimana konsep F 
Budi Hardiman atas apa yang ia sebut sebagai Humanisme Lentur untuk keluar 
dari eksklusivitas konsep humanisme tersebut?

Ikuti kuliahnya di Serambi Salihara. Mengikuti kuliah ini tidak dipungut biaya 
sedikit pun.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=733



  Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. 
Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Acara CERPENIS+… di Teater Salihara

2009-06-09 Terurut Topik MGR
CERPENIS+…

Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto, Veven Sp. Wardhana
Teater Salihara
Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB
GRATIS
 
Acara pembacaan karya sastra di Komunitas Salihara kali ini menampilkan 
sejumlah penulis cerita pendek yang juga dikenal sebagai figur publik di luar 
lapangan sastra. Mereka sudah lama berkarya, sembari mengerjakan pekerjaan 
sehari-hari di bidang masing-masing. Bondan Winarno tersohor sebagai seorang 
gourmet yang aktif mengadakan perjalanan kuliner; Bre Redana bekerja sebagai 
redaktur seni dan budaya; Debra H. Yatim aktif menggerakkan sejumlah lembaga 
swadaya masyarakat; Jujur Prananto berkiprah sebagai penulis skenario film; dan 
Veven Sp. Wardhana banyak bergiat sebagai pengamat media dan gaya hidup urban. 

Adakah pengaruh dari bidang pekerjaan yang mereka geluti terhadap karya sastra 
mereka? Bagaimana para sastrawan itu menemukan kekhasan “suara” masing-masing 
lewat karya-karya mereka? Hadiri dan simak penampilan mereka di Teater Salihara.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=709



  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah 'Humanisme Klasik Hingga Posmodern' (Bambang Sugiharto)

2009-06-05 Terurut Topik MGR
Kuliah Umum Humanisme Klasik Hingga Posmodern
Tema
humanisme selalu menarik untuk dipercakapkan, meskipun terkesan banyak
pengulangan isi ketika memperbincangkan tema ini, atau terdengar agak
usang. Untuk itulah, Komunitas Salihara ingin menghadirkan selengkap
mungkin perbincangan tentang humanisme dalam sepanjang sejarah, dari
klasik hingga posmodern. Sebuah buku yang berjudul Humanisme dan Humaniora: 
Relevansinya bagi Pendidikan
yang berasal dari bahan diskusi di Lembaga Humaniora Universitas
Parahyangan Bandung (September 2008) memberi inspirasi bagi kami untuk
mengulas tema penting ini. 
 
Tema
“Humanisme Klasik Hingga Posmodern” diharapkan menjadi semacam peta
perbincangan ini, untuk memberikan relevansi memperbincangkan tema
humanisme saat ini. Bukankah tema ini, senada dengan buku di atas: isu
yang silam, anakronistik, kadaluwarsa, dan ketinggalan jaman? Bukankah
ada semacam gelombang besar yang tak hanya mengkritik humanisme sebagai
sebuah capaian modernitas, tapi juga melancarkan tikaman yang ingin
mematikan terhadap humanisme, yang dikenal sebagai “anti-humanisme”?
 
Bagaimana
refleksi kekinian terhadap perjalanan sejarah humanisme ini, dari
klasik hingga posmodern? Mengapa terjadi semacam perubahan-perubahan
radikal terhadap humanisme? Bagaimana menjelaskan bahwa—mengutip
tulisan Bambang Sugiharto sebagai editor buku tadi—“berbagai serangan
terhadap humanisme secara implisit mengandung asumsi-asumsi dasar yang
sebetulnya bersifat ‘humanistik’ juga”?
 

Acara pertama dari Seri Kuliah Umum
bulan Juni ini akan diadakan pada hari Sabtu, 6 Juni 2009 pukul 16:00
WIB di Ruang Serambi Salihara dengan tema pertama Humanisme Klasik
Hingga Posmodern dengan pembicara Bambang Sugiharto guru filsafat di
Universitas Parahyangan Bandung. 

 
Sampai bertemu di Komunitas Salihara!
 

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. 
(Tempat parkir terbatas.)

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=713




 


  Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa 
mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Salihara bulan Juni 2009

2009-05-28 Terurut Topik MGR




http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=709
Workshop, Masterclass dan Konser Musik Kontemporer

POW Ensemble, Belanda

 

Selasa-Kamis, 2-4 Juni 2009, 09:00-17:00 WIB

WORKSHOP KOMPOSISI dan MASTERCLASS GITAR

di Serambi Salihara dan Teater Salihara

GRATIS

Untuk pendaftaran, hubungi Cantus di 021-750-3161 

 

Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB

Konser STRANGE ATTRACTORS

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- 

Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

 

Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB

CERPENIS+…

Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto,
Veven Sp. Wardhana

di Teater Salihara

GRATIS

 

Jumat-Sabtu, 19-20 Juni 2009, 20:00 WIB

Teater ARUK GUGAT

Teater Satu, Lampung

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- 

Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



 

Seri Kuliah Umum MEMIKIRKAN ULANG HUMANISME

di Serambi Salihara

GRATIS

 

Sabtu, 6 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme Klasik Hingga Posmodern 

Pembicara: Bambang Sugiharto (dosen filsafat di Universitas
Parahyangan, Bandung)

 

Sabtu, 13 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme dan Anti-Humanisme

Pembicara: F. Budi Hardiman (dosen filsafat di STF
Driyarkara)

 

Sabtu, 20 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia:
Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer

Pembicara: Goenawan Mohamad (esais dan peminat filsafat)

 

Sabtu, 27 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam Pemikiran Islam

Pembicara: Luthfi Assyaukanie (koordinator Jaringan Islam
Liberal)

 

 

Sinopsis

 

Konser STRANGE ATTRACTORS

POW Ensemble, Belanda

Teater Salihara

Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB

HTM Rp 50.000,- 

Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

 

Dua buah komputer dan sebuah gitar elektrik, dimainkan oleh
musisi-musisi berkelas vituoso, menciptakan sebuah dimensi bunyi unik yang
merangkai kejernihan musikal dengan kekayaan bebunyian dan tekstur. Gitar
elektrik merupakan suatu intrumen hibrida yang memiliki sifat setengah akustik,
setengah elektronik. Sebagai penyeimbang kedua dunia, gitar menjadi pasangan
yang cocok untuk seluruh rangkaian komputer. Komputer, sebagai pengolah efek
yang kompleks dan canggih, mampu memanipulasi dan mengubah bunyi gitar, jauh
lebih baik dari efek-efek biasa yang dihasilkan seperti distorsi. 
Komputer-komputer
yang ada juga dapat berfungsi sebagai suatu ansambel yang menghasilkan
bebunyian yang kaya. Tiap komputer yang digunakan memiliki satu set speaker,
begitu pula dengan gitar elektriknya. Dengan demikian, tercipta atmosfer 
semi-akustik
yang memberikan seluruh instrumen kualitas jernih dan intim khas musik kamar.
Sebuah suatu terobosan baru dalam cakupan musik kamar abad 21!

 

POW Ensemble, dibentuk pada tahun 2001 oleh
komponis/saksofonis asal Belanda Luc Houtkamp, merupakan sebuah ansambel kamar
abad 21, yang menggunakan perangkat elektronik dan komputer sebagai intrumen
musik. Musik elektronik dan musik komputer bukan merupakan suatu gaya musik, 
tetapi memiliki potensi untuk bergerak di
antara banyak gaya
dan tradisi musik, dan dapat melompati batas-batasnya. Para
musisi mempergunakan improvisasi, pemrosesan langsung, dan interaksi dengan
instrumen musik lain, baik elektronik maupun akustik. Dengan menghubungkan
komputer kedalam suatu jaringan interaktif, para musisi dan instrumen saling
berinteraksi satu sama lain. Selain Luc Houtkamp (komputer, elektronik),
anggota lain adalah Guy Harries (komputer, elektronik) dan Wiek Hijmans (gitar
elektrik).

 

Dalam pementasan Strange Attractors, POW Ensemble akan
membawakan karya-karya Alwynne Pritchard, Gabriel Provokiev, Chad Langford,
Tomohisa Hashimoto, serta karya Luc Houtkamp dan Guy Harries. 

 

Sebelum pementasan, akan diadakan lokakarya komposisi dan
kursus gitar oleh POW Ensemble, selama tiga hari berturut-turut di Serambi
Salihara dan Teater Salihara. Gratis dan terbuka untuk umum! Untuk informasi
lebih lanjut, hubungi Cantus di 021-750-3161. Program ini didukung oleh
Netherlands Funds for Performing Arts+ (NFPK+).

 

 

CERPENIS+…

Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto,
Veven Sp. Wardhana

Teater Salihara

Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB

GRATIS

 

Acara pembacaan karya sastra di Komunitas Salihara kali ini
menampilkan sejumlah penulis cerita pendek yang juga dikenal sebagai figur
publik di luar lapangan sastra. Mereka sudah lama berkarya, sembari mengerjakan
pekerjaan sehari-hari di bidang masing-masing. Bondan Winarno tersohor sebagai
seorang gourmet yang aktif mengadakan perjalanan kuliner; Bre Redana bekerja
sebagai redaktur seni dan budaya; Debra H. Yatim aktif menggerakkan sejumlah
lembaga swadaya masyarakat; Jujur Prananto berkiprah sebagai penulis skenario
film; dan Veven Sp. Wardhana banyak bergiat sebagai pengamat media dan gaya
hidup urban. Adakah pengaruh dari bidang pekerjaan yang mereka geluti terhadap
karya sastra mereka? Bagaimana para sastrawan itu menemukan kekhasan “suara”
masing-masing lewat 

[ppiindia] Undangan Memperingati Hari Kebangkitan Nasional

2009-05-19 Terurut Topik MGR
Dengan Hormat



Dalam rangka peringatan hari Kebangkitan Nasional, Teater Utan Kayu
(TUK) mengundang Anda untuk ikut serta memperingati hari bersejarah ini
bersama-sama.



Rencananya akan hadir Boediono (calon wakil presiden) dan akan
diisi renungan hari Kebangkitan Nasional oleh Laksmi Pamuntjak
(Budayawan) dan berdoa bersama Musdah Mulia (ketua umum Indonesia
Conference on Religion and Peace, ICRP) serta musik  lagu
perjuangan oleh Jamaica Cafe.



Acara akan diselenggarakan pada,

Hari, tanggal                   : Rabu, 20 Mei 2009

Jam                               : 10.30 – 12.30 (diakhiri makan siang bersama)

Tempat                  : Gedung STOVIA Museum Kebangkitan Nasional

                                   Jalan Abdul Rachman Saleh No. 26 Jakarta 
Pusat

                                   (samping Paviliun Kartika RSPAD Gatot 
Subroto)



Kami tunggu kehadiran anda. Terima kasih.

Teater Utan Kayu




  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kabar dari Utan Kayu: Dari Raja Belgia buat 68H

2009-05-17 Terurut Topik MGR
Dari Raja Belgia buat 68H

Santoso, Heru Hendratmoko, dan Eni Mulia bertolak ke Brussel, ibu kota Kerajaan 
Belgia, Jumat sore pekan lalu. Tiga serangkai petinggi Kantor Berita Radio 68H, 
Jakarta, itu menerima King Baudouin International Development Prize 2008-2009 
di hadapan 400 orang tamu undangan di Istana Raja Belgia, Selasa pekan ini. 
Selain itu, radio ini mendapat 150 ribu euro, atau sekitar Rp 2,1 miliar. “Kami 
akan menggunakannya untuk pengembangan radio, pembangunan listrik tenaga 
matahari, dan kegiatan yang menunjang penyebaran informasi,” ujar Direktur 
Utama Radio 68H Santoso.

Penghargaan King Baudouin yang dianugerahkan dua tahun sekali itu diberikan 
kepada orang atau organisasi yang aktif memberikan kontribusi kepada 
pembangunan di negara-negara berkembang. Nah, Radio 68H dinilai ikut serta 
memajukan demokrasi dengan cara menyebarkan informasi secara luas ke berbagai 
daerah di Indonesia.

The King Baudouin Foundation berdiri di Brussel sejak 1976. Lembaga ini mulai 
memberikan penghargaan dua tahun kemudian. Menurut pernyataan pers dari 
panitia, penghargaan juga diberikan kepada pendukung pemerintahan yang bersih, 
transfer teknologi, dan perlindungan terhadap penggiat hak asasi manusia. 
Pemenang penghargaan sebelumnya antara lain tokoh pendidikan untuk kalangan 
bawah di Brasil, Paulo Freire, dan tokoh pengembangan ekonomi kerakyatan dari 
Bangladesh, Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank.

Kantor Berita Radio 68H adalah lembaga pertama di bidang penyebaran informasi 
yang menerima penghargaan ini. Ketika memasukkannya sebagai nomine, panitia 
penghargaan King Baudouin mengirim kru televisi Belgia untuk meliput aktivitas 
Radio 68H. Selain merekam kesibukan redaksi, tim Belgia juga meliput 
pembangunan radio korban bencana di Aceh dan Radio Gogali di Kabupaten Sumba 
Tengah, Nusa Tenggara Timur. Liputan ini diputar di stasiun televisi nasional 
Belgia bersamaan dengan acara pemberian penghargaan.

Sejak berdiri pada 29 April 1999, Radio 68H tak bergantung pada konglomerasi 
dan pemilik modal. Institut Studi Arus Informasi (ISAI)—lembaga yang bergerak 
di bidang penyebaran informasi yang berdiri di masa pemerintahan Presiden 
Soeharto—adalah sponsor berdirinya radio ini. Ketika radio ini berdiri, 
Soeharto baru setahun tumbang dan demokrasi masih terseok-seok. “Semuanya kami 
bangun dari bawah,” ujar Santoso.

Awalnya, hanya tujuh radio yang menggunakan berita hasil olahan kantor berita 
ini. Kini, sudah 650 stasiun radio di berbagai daerah di Indonesia dan sembilan 
negara Asia serta Australia menjadi pemakai berita radio ini. Melalui satelit, 
Radio 68H menyiarkan langsung program berita radio berupa buletin, Kabar Baru, 
dan talk show interaktif. Radio di Indonesia yang menyiarkan kabar dari Radio 
68H cukup membayar Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per bulan, tergantung berita yang 
mereka ambil, dengan kontrak setahun di muka. Namun, untuk radio komunitas, 
Radio 68H memberi berita secara gratis.

Nama “68H” diambil dari nomor lokasi kantor mereka di Jalan Utan Kayu, Jakarta 
Timur. Karena dikenal sebagai tempat pergerakan dan penyebaran informasi 
prokeberagaman—agama, suku, dan kepercayaan—lokasi kantor ini kadang didatangi 
beberapa kelompok yang tidak setuju dengan sikap mereka. Misalnya, ketika radio 
itu dianggap berpihak pada Ahmadiyah atas dasar pertimbangan kebebasan 
beragama, tempat tersebut sempat diancam kelompok yang tidak setuju dengan 
keberadaan Ahmadiyah. “Tapi kami tetap ada dan menyebar ke seluruh Indonesia 
serta negara lain, karena kebebasan menyebarkan informasi. Itu yang patut 
dipertahankan,” ujar Santoso.

Ahmad Taufik

TEMPO 13/XXXVIII 18 Mei 2009

--

Redaksi KBR68H Jakarta
Jl.Utan Kayu No. 68H Jakarta 13120
Telp. 021 859 09948 - 51, Fax 021 858 2430
Email : reda...@kbr68h.com, Website : www.kbr68h.com

Marketing KBR68H Jakarta
Jl.Utan Kayu No. 49A Jakarta 13120
Telp. 021 851 3386 Ext. 103-106, Fax. 021 851 3002
Email : market...@kbr68h.com, a...@kbr68h.com

http://www.kbr68h.com/Utama_All.htm



  Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman 
ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Download Buku Ilusi Negara Islam

2009-05-17 Terurut Topik MGR
Salam,

Kami baru menerima berita dari Mas Ahmad Suaedy Direktur the Wahid Institute, 
toko-toko yang menjual buku Ilusi Negara Islam diteror: akan diserbu, dibakar 
melalui telepon-telepon tak dikenal. 

Di Gramedia pun buku ini belum sempat beredar. Anda mungkin akan kesulitan 
mendapatkan buku ini di pasaran. Syukur alhamdulillah, melalui jasa internet, 
pembredelan dan ancaman untuk sebuah karya tidak akan berhasil sempurna. Kini 
bagi siapa pun yang ingin membaca buku ini silakan mengunduhnya (download) 
melalui alamat berikut:

http://www.bhinnekatunggalika.org/galeri.html

---

Untuk berita peluncuran buku ini Sabtu malam: 
http://oase.kompas.com/read/xml/2009/05/17/15241171/ilusi.negara.islam.diperbanyak.di.empat.negara


-

Pers Release Peluncuran buku dan dvd
الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمورالدنيا والدين

والصلاة والسلام على أشرف الأنبيآء والمرسلين سيدنا مجمد وعلى أله وأصحابه ومن 
تبعهم بإحسان الى يوم الدين ، اما بعد



The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan The Maarif Institute





Tokoh Islam Moderat Meluncurkan Buku--Ilusi Negara Islam: Ekspansi
Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, dan dan Seri
TV/Video--Lautan Wahyu: Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin, untuk
Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin



Jakarta, 16 Mei 2009





JAKARTA, INDONESIA (16 Mei 2009)—Tiga tokoh besar Islam moderat
meluncurkan buku dan seri video untuk melestarikan tradisi dan budaya
bangsa Indonesia yang santun dan toleran berdasarkan nilai-nilai luhur
agama, serta mewujudkan dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Program
ini juga bertujuan membantu dunia mengatasi krisis kesalahpahaman
tentang agama dan kesalahkaprahan pengamalannya yang mengancam
kedamaian di mana-mana.



Mantan Presiden Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama
mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya),
dan tokoh terkemuka Nahdlatul Ulama, KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus),
bersama-sama mengajak dan berusaha mengilhami masyarakat dan para elit
untuk bersikap terbuka, rendah hati, dan terus belajar agar bisa
memahami agama secara spiritual dan mendalam. Karena dengan cara
demikian pemahaman agama kelompok garis keras yang dangkal dan sempit
tidak akan bisa menginfiltrasi dan menghasut bangsa Indonesia untuk
mengkhianati nilai-nilai luhur ajaran agama serta tradisi dan budaya
bangsanya.



“Saya tidak khawatir terhadap non-Muslim atau siapa pun selama mereka
terus belajar; yang saya khawatirkan adalah ketika seseorang berhenti
belajar dan menganggap kebenaran sudah ada di tangannya dan kemudian
menganggap yang lain salah. Sebab, sabda Nabi saw., ‘Orang akan tetap
baik-baik saja, tetap pandai selama mau belajar. Ketika orang itu
berhenti belajar karena sudah merasa pandai, mulailah dia bodoh’,” (Gus
Mus).



Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi
salah satu medan pertarungan ideologi yang signifikan.
Kelompok-kelompok garis keras telah menggunakan simbol-simbol agama
untuk merekrut dukungan umat Islam. Dengan menggunakan bahasa yang sama
dengan umat Islam pada umumnya, mereka berusaha meraih dukungan atas
nama agama sebanyak-banyaknya. Padahal, makna yang mereka pahami jauh
berbeda dari makna yang lazim dipahami oleh umat Islam Indonesia.



Ketiga tokoh ini menegaskan pentingnya melestarikan Pancasila, UUD
1945, dan NKRI, serta nilai-nilai luhur agama yang menjiwai bangunan
bangsa dan negara Indonesia, yang kini dibayang-bayangi oleh infiltrasi
paham dan aksi-aksi gerakan transnasional yang meresahkan. Demi tujuan
ini, mereka menyerukan persatuan dan kerjasama semua pihak dan lapisan
masyarakat, karena kebenaran yang tidak terorganisai bisa dikalahkan
oleh kejahatan maupun kezhaliman yang terorganisasi.



The Wahid Institute, Maarif Institute, dan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika
bersama-sama menerbitkan buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan
Islam Transnasional di Indonesia, yang merupakan hasil penelitian
lapangan dan konsultasi selama lebih dari dua tahun. Penelitian
lapangan yang meliputi 24 kabupaten di 17 propinsi ini melibatkan tak
kurang dari 30 peneliti yang kebanyakan berasal dari jaringan UIN/IAIN.
Mereka telah melakukan wawancara mendalam terhadap 591 responden yang
berasal dari 58 kelompok dan organisasi yang berbeda.



Buku ini juga dilengkapi dengan hasil konsultasi dengan para ulama,
intelektual, aktivis ormas Islam, para pengusaha, praktisi pendidikan,
dan pejabat pemerintahan yang merasa prihatin dengan perkembangan
gerakan Islam transnasional di Indonesia. Penelitian lapangan dan
konsultasi dengan para tokoh ini berhasil mengungkap asal-usul,
ideologi, agenda, dana, sistem, dan jaringan gerakan Islam
transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Di samping rekomendasi
untuk menghadapi dan mengatasi gerakan garis keras, buku ini juga
menyajikan counter teologis atas klaim-klaim telogis mereka.



“Studi ini kami lakukan dan publikasikan untuk mengbangkitkan kesadaran
seluruh komponen bangsa, khususnya para elit dan media 

[ppiindia] Kuliah Umum Salihara 'Memikirkan Ulang Humanisme'

2009-05-08 Terurut Topik MGR




Kuliah Umum
Salihara Juni 2009

 

Memikirkan
Ulang Humanisme

 

Komunitas
Salihara menggelar kembali rangkain kuliah umum berjudul “Memikirkan Ulang
Humanisme”. Tema ini menarik dan penting untuk dipercakapkan, meskipun terkesan
banyak pengulangan isi ketika memperbincangkan tema ini, atau terdengar agak
usang. Untuk itulah, kami ingin menghadirkan selengkap mungkin perbincangan
tentang humanisme dalam sepanjang sejarah, dari klasik hingga posmodern. 

 

Sebuah buku yang
berjudul “Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan” yang berasal
dari bahan diskusi di Lembaga Humaniora Universitas Parahyangan Bandung
(September 2008) memberi inspirasi bagi kami untuk mengulas tema penting ini. 

 

Tema “Humanisme
Klasik Hingga Posmodern” diharapkan menjadi semacam peta perbincangan ini, dan
mungkin yang lebih penting apa pentingnya atau relevansinya memperbincangkan
tema humanisme saat ini. Bukankah tema ini, senada dengan buku tadi “isu yang
silam, anakronistik, kadaluwarsa, dan ketinggalan jaman”? Bukankah ada semacam
gelombang besar yang tak hanya mengkritik humanisme sebagai sebuah capaian
modernitas, tapi juga melancarkan tikaman yang ingin mematikan terhadap
humanisme yang dikenal sebagai “anti-humanisme”. 

 

Bagaimana refleksi kekinian terhadap perjalanan
sejarah humanisme ini, dari klasik hingga posmodern? Mengapa terjadi semacam
perubahan-perubahan radikal terhadap humanisme? Bagaimana menjelaskan
bahwa—mengutip tulisan Bambang Sugiharto sebagai editor buku tadi—“berbagai
serangan terhadap humanisme secara implisit mengandung asumsi-asumsi dasar yang
sebetulnya bersifat ‘humanistik’ juga?

 

Sementara tema
“Humanisme dan Anti-Humanisme” diharapkan mengulas dua tema utama: pertama 
bagaimana humanisme muncul
sebagai ide yang melakukan kritik terhadap agama sehingga lahir varian-varian
humanisme: sekuler, ateistik, dan eksistensialis. Kedua mengapa muncul 
gelombang kritik terhadap humanisme yang
disebut “anti-humanisme”? 

 

Tema “Humanisme
dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia” adalah sebuah pelacakan terhadap 
percakapan
humanisme dalam pemikiran tokoh-tokoh Indonesia seperti: Soekarno, Hatta,
Syahrir Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer. Bagaimana kelima orang ini
memahami humanisme dan menuangkannya dalam karya-karya mereka, serta bagaimana
mereka memandang dan menggagas Indonesia melalui perspektif humanisme.

 

“Humanisme dalam
Pemikiran Islam” ingin mengulas bagaimana perkembangan ide humanisme dalam
keilmuan Islam, sejak abad pertengahan era Ibn Miskawih, Abu Hayyan al-Tauhidi
hingga pemikiran Islam kontemporer, seperti Muhammad Arkoun yang mempertahankan
disertasinya tentang Naz’ah al-Ansanah fi
al-Fikr al-‘Arabi (Humanisme dalam Pemikiran Arab). Dan bagaimana pula mereka 
membaca perkembangan
ide humanisme di Barat?  

 

Sabtu, 6 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme Klasik Hingga
Posmodern 

Bambang Sugiharto

Dosen Filsafat di
Universitas Parahyangan Bandung

 

Sabtu, 13 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme dan
Anti-Humanisme

F Budi Hardiman

Dosen Filsafat di
STF Driyarkara

 

Sabtu, 20 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam
Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka dan
Pramoedya Ananta Toer

Goenawan Mohamad

Budayawan

 

Sabtu, 27 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam
Pemikiran Islam

Luthfi Assyaukanie

Koordinator
Jaringan Islam Liberal

 

Seluruh kegiatan akan dilaksanakan di Serambi Salihara, Jalan Salihara
No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Anda yang tertarik mengikuti kuliah umum
ini silakan daftarkan diri anda: nama lengkap, institusi, dan alamat
kontak: telepon/email, kirimkan ke gun...@salihara.org,
kami membatasi tempat untuk 60 orang. Mengikuti kegiatan ini tidak dipungut 
biasa sedikit pun. 

http://www.salihara.org



  Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa 
mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Komunitas Salihara Mei 2009

2009-04-28 Terurut Topik MGR
Program Komunitas Salihara
Mei 2009

Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB
Resital piano tunggal
LEVI GUNARDI
di Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB
Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG
Sutradara: Edwin
di Teater Salihara
GRATIS

Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB
Tari LELANGEN BEKSAN
Padneçwara
di Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB
Peluncuran dan Diskusi Buku 
DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN
Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru
di Serambi Salihara
Gratis

15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) 
Teater TANDA CINTA
Teater Koma
di Teater Salihara
HTM Rp 100.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB
Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO
Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Nirwan Ahmad Arsuka
di Serambi Salihara
GRATIS

Senin-Selasa, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB
Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON
Sincronie, Italia
di Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Reservasi dan Informasi:
Natalie 0817-077-1913
Nike 0818-0730-4036

Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Tel. 021-789-1202, Faks. 021-781-8849 
www.salihara.org



SINOPSIS

Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB
Resital piano tunggal
LEVI GUNARDI
Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Levi Gunardi adalah seorang pianis Indonesia ternama, kelahiran 1976. Ia 
bergabung dalam Junior Original Concert, sebuah kelompok yang terdiri dari para 
pemusik muda berbakat di bawah usia 15 tahun, dan telah menggubah 
karya-karyanya sendiri untuk piano dan electone, yang ia mainkan di sejumlah 
kota besar di Indonesia. Pada tahun 1992, ia meraih penghargaan “Most 
Outstanding Performance” se-Asia Tenggara mewakili Indonesia di Singapura, dan 
“Outstanding Performance Award” tingkat internasional (mewakili Indonesia dan 
benua Asia), di Kyoto, Jepang pada tahun yang sama.

Setelah menyelesaikan tingkat Persiapan Konservatorium di Yayasan Pendidikan 
Music di bawah bimbingan Iravati Sudiarso pada tahun 1996, Levi diterima di 
Manhattan School of Music di New York, AS, belajar piano pada Constance Keene, 
dan musik kamar pada Marc Silverman, Isadore Cohen, serta Gerald Robyns. Pada 
tahun 1997, ia tampil di Steinway Hall dan Donell Library, keduanya di bawah 
Asosiasi  Leschetizky. Pada awal tahun 2002, ia menyelesaikan program Bachelor 
of Music dan Master of Music, yang diraihnya melalui beasiswa penuh dari para 
petinggi Manhattan School of Music. Ia telah tampil dalam sejumlah master class 
oleh pianis-pianis klasik dunia: Barry Snyder, Ruth Slenckczyska, Alexis 
Golovin, Joaquin Soriano, Solomon Mikowsky, Midori Nohara, Eduardus Halim, 
Reynaldo Reyes, dan Constance Keene.

Levi pernah tampil sebagai solis bersama pianis William Whipple dan Cedar 
Rapids Symphony Orchestra pimpinan Christian Tiemeyeer, dan bersama Twilite 
Orchestra pimpinan Addie MS. Ia menjadi salah satu finalis pada Bergen 
Philharmonic Concerto Competition di New Jersey, AS. Ia pernah diundang oleh 
Nanyang Academy of Fine Arts untuk memberikan resital kuliah sebagai pembuka 
rangkaian 2002 Commuter Concert di Singapura, dan pernah mengadakan resital di 
Esplanade Recital Hall, Singapura. Ia juga pernah menjadi satu-satunya wakil 
Indonesia dalam The 7th Franz Liszt International Piano Competition di Utrecht, 
Belanda. Ia telah merilis CD piano tunggal, yang kemudian masuk nominasi 
“Anugerah Musik Indonesia 2004”, dan yang salah satu lagunya menduduki 
peringkat pertama untuk lagu Indonesia dengan penjualan terbanyak di iTunes 
Indonesia. Selain sebagai pemain, ia cukup aktif memberikan master class untuk 
pianis-pianis muda Indonesia berbakat, serta menjadi
 juri pada beberapa kompetisi seperti Yamaha Electone Festival di Taipei, 
Taiwan, 2nd dan 3rd  UPH National Piano Competition.

Dalam pertunjukannya di Teater Salihara, Levi Gunardi akan membawakan 
karya-karya Frederich Chopin, Franz Liszt, Sergei Rachmaninov dan Johann 
Strauss/Grunfeld, serta karya komponis Indonesia seperti Ismail Marzuki, 
Mochtar Embut, dan karya Levi Gunardi sendiri. 


Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB
Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG '77 Menit
Sutradara: Edwin
Teater Salihara
GRATIS

Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, 
kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan 
yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita 
tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke 
Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang 
ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang 
seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan 
Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir 
hantu.

[ppiindia] Pembukaan V Film Festival di Komunitas salihara

2009-04-19 Terurut Topik MGR

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=15id=197item_id=671

V Film Festival yang merupakan ajang festival film perempuan internasional 
pertama di Indonesia akan dibuka besok Selasa 21 April di Komunitas Salihara, 
Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Rangkaian acara pembukaan akan dimulai dengan Peluncuran  Komik 'Cerita Si 
Lala' dan pertunjukan menggambar oleh Tita Larasati pada pukul 16.00 WIB.

Pada malam harinya pukul 18.00 akan ada pertunukan musik akustik bersama Mian 
Tiara. Sedangkan sebagai film pembuka akan diputar sebuah film dari Perancis 
berjudul Water Lilies karya Celine Sciamma yang berdurasi 83 menit. Pemutaran 
film akan dimulai pukul 20.20 WIB

Water Lilies bercerita seorang gadis menuju proses pendewasaannya lengkap 
dengan situasi lingkungan di mana semua orang sibuk berkompetisi. Tokoh 
protagonis dalam film ini adalah tiga orang perempuan berusia 15 tahun yang 
mengalami cinta pertama mereka dengan tiga cara yang berbeda.

Water Lilies merupakan debut sutradara Céline Sciamma (27 tahun) dan dibintangi 
oleh para pendatang baru; Pauline Acquart, Louise Blachère, Adèle Haenel dan 
Warren Jacquin. Setelah pemutaran perdana di Cannes Film Festival 2007, Sciamma 
dan pemain-pemain filmnya dipuji sebagai para pendatang baru yang paling 
menjanjikan dalam festival tersebut.

Acara Festival ini akan berlangsung sampai tanggal 26 April, beberapa film 
Indonesia dan luar negeri akan diputar, dan akan digelar juga, diskusi dan 
workshop.

Mengikuti tiap acara Festival ini tidak dipungut biaya sedikit pun dan terbuka 
untuk umum (kecuali acara pembukaan pukul 18.00 khusus undangan)

JADWAL ACARA VFILMFEST 2009

Selasa 21 April 2009
16.00 Launching Komik 'Cerita Si Lala'
Drawing Performance by Tita Larasati
18.00 Pembukaan V Film Festival, Festival Film Perempuan Internasional Musik 
akustik oleh Mian Tiara
20.20 Opening Film Water Lilies (Celine Sciamma, Perancis, 2007, 83') (khusus 
undangan)

Rabu 22 April 2009
17.00 Film Pendek Maya, Raya, Daya (Nan T. Achnas, Indonesia, 2008, 10')
Mereka Bilang Saya Monyet (Djenar Maesa Ayu, Indonesia, 2007, 90')
20.00 Film Pendek (Bukan) Kesempatan yang Terlewat (Lasja F.S, Indonesia, 
2006, 10')
The Education of Shelby Knox (Marion Lipscutz, Rose Rosenblatt,USA, 2005, 90’)

Kamis 23 April 2009
17.00 Program Film PERTARUHAN
20.00 Film Pendek THe Matchmaker (Cinzia Puspitarini, Indonesia, 2006, 10’)
Fiksi (Mouly Surya, Indonesia, 2008, 110')

Jumat 24 April 2009
15.00 Diskusi Youth and Sexuality
17.00 Program Film GENDER MONTAGE
20.00 Film Pendek The Big Day (Keke Tumbuan, Indonesia, 2006, 10')
In Mom's Head (Carine Tardieu, Perancis, 2007, 95’)

Sabtu 25 April 2009
09.00 Round Table Discussion Feminist Film Theory
19.00 Program Film THE GIRLS TALK
21.00 Perempuan Girli (Rosana Yuditia Ripi, Indonesia, 2008, 19’)
Sweeping Addis (Corrine Kuenzli, Switzerland, 2006, 50’)

Minggu 26 April 2009
10.00 Workshop Produksi Film Berwawasan Gender
15.00 The Allround Reduced Personality-Redupers (Helke Sander, Jerman, 95')
18.00 Closing Film Mother Beast Mother Human (Helke Sander, Jerman, 1998, 63')

Untuk informasi lebih lanjut kunjungi:

http://festivalfilm.multiply.com/
http://salihara.org

Ening Nurjanah (Direktur): 0818866625


  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/


[ppiindia] Undangan Pembukaan Pameran Seni Rupa, Pembacaan Sastra dan Diskusi Centhini

2009-04-01 Terurut Topik MGR
Salam,



Teman-teman yang budiman,



Mengingatkan kembali, Komunitas Salihara mengharap kehadiran anda untuk hadir

dalam acara Enam Pekan Perempuan di Salihara, yang akan dilanjutkan besok dan

lusa dengan acara:



(1) Pembukaan Pameran Seni Rupa, Jumat 3 April pukul 19.00 WIB karya-karya yang

akan dipamerankan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari,

Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah dan Titarubi.



(2) Acara akan dilanjutkan pukul 20.00 WIB dengan Pembacaan Karya Sastra, mereka

adalah Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy

Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A, Nukila Amal, 
dan Oka Rusmini dan dilanjutkan keesokan harinya Sabtu 4 April dengan jam yang 
sama.



(3) Sabtu 4 April pukul 16.00 di Serambi Salihara akan ada diskusi Serat 
Centhini

dengan pembicara Elisabeth Inandiak (sastrawan Prancis dan pengarang Centhini

Kekasih yang Tersembunyi) dan Junannah MS (Dosen bahasa Arab UII Jogja)

moderator Nong Darol Mahmada



Jangan lewatkan acara Enam Pekan Perempuan di Salihara ini.



Sekian dan terima kasih



Rama Thaharani

Public Relations Komunitas Salihara


http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=655

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day)
8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan
beberapa acara seputar perempuan. Diawali dengan pementasan teater-tari
Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. 

Rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini 
dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan
sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3
hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan
lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa
perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani,
Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi,
Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 
Bersama pameran ini kami
juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai
sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika,
Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo,
Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya
di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi
Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda
Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan
kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini
membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas
yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4
April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan
diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya
sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya
memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab
ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme,
seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat
pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton.
Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut
buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur.
 
Tak banyak diketahui,
seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh
gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya
tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan 
Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak 
mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak 
kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya 
sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. 
Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, 
penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat 
Centhini
sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab
Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini 
dengan moderator Nong Darol Mahmada.



  Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan 
Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Komunitas Salihara April 2009

2009-03-31 Terurut Topik MGR
Salam,

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan 
Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara 
seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, 
Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum.

Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing 
oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu.

Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di 
bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara 
pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di 
Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi 
karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, 
Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, 
Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu 
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 

Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar 
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut 
mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, 
Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda 
Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. 
Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, 
Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., 
Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian 
masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah 
berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra 
kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami 
akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah 
mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 
halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, 
kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian 
yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian 
dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak 
dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral 
tak luhur.

Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. 
Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan 
disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini 
(Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. 
Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. 
Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan 
menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut 
“Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli 
sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan 
mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, 
dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia 
(UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat 
Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada.

Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. 
Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman 
rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij 
Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak.

Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa 
diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa 
manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak 
dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari 
negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, 
Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini 
adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang 
etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si 
penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang 
berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan 
berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. 
Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan 
pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di
 Serambi Salihara.

Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua 
nomor tari karya Andara 

[ppiindia] Program Komunitas Salihara April 2009

2009-03-31 Terurut Topik MGR
Salam,

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan 
Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara 
seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, 
Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum.

Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing 
oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu.

Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di 
bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara 
pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di 
Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi 
karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, 
Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, 
Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu 
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 

Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar 
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut 
mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, 
Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda 
Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. 
Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, 
Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., 
Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian 
masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah 
berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra 
kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami 
akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah 
mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 
halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, 
kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian 
yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian 
dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak 
dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral 
tak luhur.

Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. 
Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan 
disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini 
(Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. 
Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. 
Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan 
menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut 
“Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli 
sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan 
mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, 
dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia 
(UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat 
Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada.

Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. 
Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman 
rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij 
Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak.

Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa 
diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa 
manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak 
dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari 
negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, 
Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini 
adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang 
etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si 
penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang 
berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan 
berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. 
Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan 
pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di
 Serambi Salihara.

Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua 
nomor tari karya Andara 

[ppiindia] Program Komunitas Salihara April 2009

2009-03-31 Terurut Topik MGR
Salam,

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan 
Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara 
seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, 
Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum.

Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing 
oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu.

Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di 
bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara 
pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di 
Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi 
karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, 
Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, 
Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu 
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 

Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar 
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut 
mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, 
Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda 
Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. 
Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, 
Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., 
Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian 
masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah 
berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra 
kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami 
akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah 
mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 
halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, 
kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian 
yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian 
dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak 
dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral 
tak luhur.

Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. 
Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan 
disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini 
(Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. 
Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. 
Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan 
menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut 
“Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli 
sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan 
mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, 
dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia 
(UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat 
Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada.

Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. 
Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman 
rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij 
Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak.

Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa 
diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa 
manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak 
dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari 
negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, 
Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini 
adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang 
etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si 
penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang 
berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan 
berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. 
Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan 
pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di
 Serambi Salihara.

Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua 
nomor tari karya Andara 

[ppiindia] Massa FPI Bentrok dengan Warga Tanah Tinggi

2009-03-26 Terurut Topik MGR
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/03/26/1/205046/massa-fpi-bentrok-dengan-warga-tanah-tinggi



Massa FPI Bentrok dengan Warga Tanah Tinggi



Kamis, 26 Maret 2009 - 15:50 wib

Dadan Muhammad Ramdan - Okezone



JAKARTA - Rencana peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Baladewa,
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, pada 29 Maret 2009 yang menghadirkan Gus
Dur dan Gus Nuril dilarang kelompok wahabi antimaulid Front Pembela
Islam (FPI).



Menurut Soleh, ketua panitia maulid nabi dari Pengajian Taman Hati
Tanah Tinggi pimpinan Gus Nuril, massa FPI yang berjumlah 50 orang
datang secara tiba-tiba dan masuk ke pemukiman warga sekira pukul 14.50
WIB, Kamis (26/3/2009).



Soleh mengatakan, mereka meminta warga agar kegiatan maulid yang
menghadirkan Gus Dur itu tidak dilaksanakan. Dalam aksinya, massa FPI
juga merusak poster dan spanduk peringatan maulid. Mereka nyelonong
masuk ke kampung-kampung dan meminta acara maulid dibatalkan, ujar
Soleh ketika dihubungi okezone.



Bahkan, aksi sweeping FPI tersebut sempat diwarnai bentrokan dengan
warga setempat. Beruntung RT/RW dan tokoh masyarakar setempat segera
menengahi sehingga aksi dapat dihentikan. Saat ini, kata Soleh,
sebagian massa FPI masih berada di rumah ketua RT/RW setempat untuk
menyelesaikan masalah ini.



Soleh mengaku keberatan dengan tindakan massa FPI yang demikian.
Padahal, kata dia, pihak panitia sudah mendapatkan izin kegiatan dari
kepolisian setempat dua hari yang lalu. Kami sedang berkoordinasi
dengan pihak RT/RW dan aparat kepolisian untuk membereskannya, ujar
Soleh dengan nada kesal.



Sebelum mendatangi warga, massa FPI berdemo di Mapolsek Johar Baru.
Mereka menuntut Kapolsek agar tidak memberikan izin penyelenggaraan
peringatan maulid nabi.



Saat dikonfirmasi, Kapolsek Johar Baru, Bunda Theresia belum memberikan
penjelasan lebih lanjut. Maaf saya masih di jalan, nanti saja
dihubungi lagi, pungkasnya.

(ram)


  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Kuliah Orang Belanda dalam Film-film Indonesia

2009-03-26 Terurut Topik MGR
Seri Kuliah Umum tentang Stereotipe dalam Seni

Pertemuan terakhir.

Orang Belanda dalam Film-film Indonesia
Sabtu 28 Maret 2009 pukul 16:00
Pembicara: Eric Sasono
Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16 dekat Universitas Nasional, Pasar Minggu 
Jakarta Selatan

Dalam Orang Belanda dalam Film-film Indonesia, Eric Sasono (kritikus film dan 
pengelola situs rumahfilm.org) akan mengamati
bagaimana sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda
dalam film-film yang mereka produksi. Orang Belanda yang sering muncul
dengan tingkah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan
lain-lain.

***

Stereotipe
adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif, yang dapat memicu beragam interpretasi. Jenis-jenis stereotipe
mudah kita jumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya,
stereotipe negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang
dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang
atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan
kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk
kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan
hingga kekerasan.  
 
Dalam
rangkaian kuliah tentang stereotipe ini, jenis-jenis stereotipe yang
secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai
dari sebab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan
untuk tujuan apa ia dibangun.   

Gratis

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=597



  Berselancar lebih cepat dan lebih cerdas dengan Firefox 3
http://downloads.yahoo.com/id/firefox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Kuliah Orang Belanda dalam Film-film Indonesia

2009-03-26 Terurut Topik MGR
Seri Kuliah Umum tentang Stereotipe dalam Seni

Pertemuan terakhir.

Orang Belanda dalam Film-film Indonesia
Sabtu 28 Maret 2009 pukul 16:00
Pembicara: Eric Sasono
Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16 dekat Universitas Nasional, Pasar Minggu 
Jakarta Selatan

Dalam Orang Belanda dalam Film-film Indonesia, Eric Sasono (kritikus film dan 
pengelola situs rumahfilm.org) akan mengamati
bagaimana sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda
dalam film-film yang mereka produksi. Orang Belanda yang sering muncul
dengan tingkah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan
lain-lain.

***

Stereotipe
adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif, yang dapat memicu beragam interpretasi. Jenis-jenis stereotipe
mudah kita jumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya,
stereotipe negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang
dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang
atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan
kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk
kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan
hingga kekerasan.  
 
Dalam
rangkaian kuliah tentang stereotipe ini, jenis-jenis stereotipe yang
secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai
dari sebab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan
untuk tujuan apa ia dibangun.   

Gratis

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=597



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Diskusi Rekonstruksi Sejarah Penjelajahan Samudera

2009-03-22 Terurut Topik MGR
Diskusi Utan Kayu-Salihara

Rekonstruksi Sejarah Penjelajahan Samudera
Siapa Menemukan “Dunia Baru”?

Selasa 24 Maret 2009, pukul 19.00 WIB
Teater Utan Kayu (TUK) Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur

Pembicara Prof. Dr. Gusti Asnan
Moderator Bonnie Triyana

Melalui versi sejarah konvensional, bangsa Eropa yang menemukan “Dunia
Baru”. Sejarah petualangan melalui lautan dimulai pada tahun 1487 oleh
pelaut Portugis Bartolomeu Diaz (1450-1500) ia pun ditahbiskan sebagai
orang pertama yang mengelilingi Tanjung Harapan, ujung selatan Afrika.
Sepuluh tahun kemudian Vasco Da Gama (1469-1525) setelah menelusuri
jalur Diaz, berhasil menyeberangi Samudera Hindia, dan membuka jalur
perdagangan pertama ke arah Timur melalui laut. Versi yang paling
populer: Christoper Colombus (1451-1506) “menemukan” Amerika pada 12
Oktober 1492. 

Namun versi ini gugur setelah dilakukan
penelitian sejarah petualangan bahari. Gavin Menzies dalam 1421-Saat
China Menemukan Dunia (Alvabet, 2007) membeberkan bukti tanggal 8 Maret
1421, armada laut terbesar yang pernah ada di China telah memulai
penjelajahan mengelilingi dunia: sampai di Amerika tujuh puluh tahun
sebelum Colombus, dan tiba di Australia tiga ratus lima puluh tahun
sebelum Cook. Seluruh petualang laut Eropa yang pernah melakukan
pelayaran terjauh mereka baru dimulai di akhir abad ke-15 atas jasa
petunjuk peta yang menurut Menzies, hanya pelaut China yang memiliki
kemampuan membuat peta yang akurat, melalui pencapaian teknologi
pelayaran saat itu. 

Tak hanya artefak arkelogis, atau jejak
bahasa dan budaya yang disuguhkan oleh Menzies untuk membuktikan
pengaruh kehadiran pelaut China di suatu kawasan, hasil tes DNA pun
disertakan. Dengan dilandasi bukti-bukti kuat Menzies membatalkan kleim
“bangsa Eropa menemukan Dunia Baru” dengan membentangkan pelayaran
bangsa China yang digdaya. 

Namun apakah hanya bangsa China
yang berjaya di lautan? Ternyata bangsa kita: Indonesia yang dulu
dikenal sebagai Nusantara telah mencapai dan meninggalkan jejak yang
nyata hingga di Afrika. Robert Dick-Read dalam The Phantom Voyagers:
Evidence of Indonesian Settlement in Afrika in Ancient
Times—diterjemahkan Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di
Afrika, Mizan 2008—antara abad ke-5 dan ke-7, pelaut kita telah
mendominasi pelayaran Asia, hingga ke Afrika, dan yang lebih penting:
pelayaran niaga bangsa China banyak bergantung pada jasa pelaut
Nusantara. 

Bagaimana kita membaca ikhtiar rekonstruksi sejarah
dunia melalui penjelajahan samudera ini? Ikuti diskusinya bersama Prof.
Dr. Gusti Asnan yang meraih gelar doktor sejarah dari Universitas
Bremen Jerman dan disertasinya diterbitkan Dunia Maritim Pantai Barat
Sumatera (Ombak 2007), kini guru besar sejarah di Universitas Andalas,
Padang, Sumatera Barat. Moderator Bonnie Triyana

Siapa Menemukan “Dunia Baru”?
Rekonstruksi Sejarah Penjelajahan Samudera

Teater Utan Kayu, Selasa 24 Maret 2009, pukul 19.00 WIB

GRATIS

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=599



  Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau

2009-03-19 Terurut Topik MGR
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=619

Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau

Jean Couteau seorang budayawan dan penulis asal Prancis yang lebih dari 24 
tahun mendalami seni budaya Bali akan memberikan kuliah di Serambi Salihara 
Sabtu 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB. 

Jean Couteau akan mengulas salah satu topik dari rangkaian kuliah tentang 
“Stereotipe dalam Seni” yaitu “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”. Judul 
ceramah yang akan dipresentasikan oleh Jean Couteau adalah “Representasi 
Indonesia dan Bali dalam Ikonografi Barat”. 

Dalam makalah tersebut akan diulas bagaimana suatu korpus gambar―yaitu lukisan 
yang dibuat para seniman Barat pada masa penjajahan—mencerminkan 
representasi-representasi sosial yang umum hadir pada waktu itu di kalangan 
orang Eropa/Belanda tentang Indonesia. Dengan lain kata, korpus gambar, dilihat 
dari sudut isi tematisnya, dianggap mengandung suatu “ideologi”, nyata maupun 
terselubung, sadar maupun tidak sadar, yang merefleksikan situasi sosio-politik 
yang berlaku pada waktu yang bersangkutan.

Jean Couteau akan mengulas gambar-gambar yang dibuat oleh orang Eropa dari abad 
ke-17 hingga gambar-gambar yang dilukis oleh Spies, Claire Holt, Colin Mac 
Phee, Margaret Mead, Gregory Bateson, Bonnet, Le Mayeur, Blanco, dan lain-lain 
tentang Indonesia khususnya orang Bali.

Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Silakan konfirmasi 
terlebih dahulu dengan mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057.





  Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara

2009-03-12 Terurut Topik MGR




Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara

 

Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16:00 WIB, “Orang China dalam
Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi
Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang)



Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari
kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang
majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang
dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau
kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun
steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan
umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan.



Dalam rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” ini, jenis-jenis
stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik.
Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja,
dan untuk tujuan apa ia dibangun.





Untuk konfirmasi silakan kirim ke email gun...@salihara. org
atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057

 

Gratis



=

 

Konser oleh Dwiki Dharmawan dkk.



Topeng Jazz mendemonstrasikan serpihan “praktik perubahan” dalam kesenian yang
sedang berjalan di Indonesia. Bagaimana kesenian tradisional yang menentukan
ciri khas suatu lingkungan budaya mampu—atau tak mampu—menyongsong tuntutan
kebangsaan baru lewat kreativitas. Dwiki Dharmawan adalah salah satu musisi
yang selalu gelisah, saat ini banyak memusatkan perhatiannya pada ragam-ragam
kesenian tradisional dalam mengembangkan ide dan inovasi baru. Salah satu di
antaranya: mengambil tari topeng dan meramunya dengan jazz, yang menurutnya:
perpaduan nasionalisme dan internasionalisme.



Dalam pementasan Topeng Jazz, Dwiki Dharmawan akan melibatkan penari topeng Uum
Sumiati, serta sejumlah pemusik seperti Titi Aksan (drums), Eugen Bounti
(klarinet/saksofon alto), Donny Kuswinarno (saksofon tenor/flute), Bang Sa'as
(suling), serta Ade Rudiana (kendang).



Dwiki Dharmawan, lahir di Bandung 19 Agustus 1966. Belajar piano klasik di usia
7 tahun, di usia 13 tahun mulai belajar musik jazz. Di usia 17 tahun mendirikan
Grup Krakatau yang sampai saat ini terus berkeliling dunia dan tampil pada
berbagai konser dan festival internasional, seperti Montreux Jazz, North Sea
Jazz, Toronto Jazz, Vancouver Jazz, Festival Cervantino, dan Sziget Festival.
Tampil juga pada berbagai tempat seni pertunjukan terkemuka seperti Lincoln
Center, Chicago Cultural Center, Esplanade, Beijing Concert Hall, serta Beijing
National Center for the Performing Arts. Selain seorang pemusik, Dwiki juga 
Direktur
Lembaga Pendidikan Musik Farabi dan anggota komite musik Dewan Kesenian
Jakarta.



Hari/tanggal: SABTU, MARET 14 , 2009 

Waktu : 20:00 WIB (Tempat parkir terbatas.)



Harga tiket:

Umum (Rp) 5

Mahasiswa (Rp) 25000



Reservasi dan informasi:

Asty 0817-999-5057

Laly 0812-8008-9008

Nike 0818-0730-4036

 

Selamat berakhir pekan di Salihara :) 

 

www.salihara.org

Kutipan dari makalah Widjajanti:
Dari Borneo sampai Batavia
Seabad imaji orang Cina dalam sastra Indis-Belanda


“Tanpa orang Cina kami pasti banyak kekurangan. Kendati demikian kami 
menganggap rendah pemakan daging anjing itu”.

Kalimat itu ditulis W. A. van Rees dalam memoarnya, yang diberi judul Novellen; 
levensschetsen en krijgstafereelen. Herinneringen uit de loopbaan van een 
Indisch Officier (Novela, memoar dan adegan perang; Kenangan dari karier 
seorang perwira Indis-Belanda) yang diterbitkan tahun 1881. Kali pertama saya 
membaca kalimat ini, saya heran dan tersinggung. 

Heran karena tidak mengerti, karena apa orang Cina dikatakan pemakan daging 
anjing? Saya sendiri masih bisa dikelompokkan orang Cina―mengenai ini, marilah 
kita nanti berdiskusi―tetapi tidak pernah makan daging anjing, sebaliknya saya 
tahu ada kelompok etnis lain yang gemar makan daging anjing, karena di pesta 
orang Manado saya pernah disuguhi rendang daging anjing. Orang Cina tidak suka 
makan daging anjing. Mereka suka daging babi. Kita sudah menyinggung berbagai 
stereotipe di sini! 

Hal kedua yang saya herankan, adalah bahwa ternyata dari ungkapan Van Rees, 
“kami”, yang tidak lain adalah orang Belanda, ternyata menganggap rendah orang 
Cina. 

Padahal setahu saya―stereotipe lagi!―orang Cina merupakan “anak emas” orang 
Belanda dan selalu diberi hak-hak istimewa. Kok bisa dianggap rendah? Yang 
lebih mengherankan lagi, adalah bahwa sosiolog J. A. A. van Doorn, yang memuat 
pernyataan Van Rees dalam bukunya De laatste eeuw van Indië. Ontwikkeling en 
ondergang van een koloniaal project (Abad terakhir Hindia, pertumbuhan dan 
keruntuhan sebuah proyek kolonial, 1994) menyatakan bahwa apa yang ditulis Van 
Rees “mengungkapkan dengan gamblang apa yang hanya berani dipikirkan orang 
lain”. Berarti bahwa secara umum, orang Belanda 

[ppiindia] Undangan Pembukaan Pameran Karya Hanafi

2009-03-05 Terurut Topik MGR
Pameran Tentang Ruang dan Bayang ini berlangsung pada
tanggal 6-26 Maret 2009 pukul 10:00-19:00 WIB di Galeri Salihara Jalan Salihara 
No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Anda
kami undang pada acara pembukaannya, di hari Jumat, 6 Maret 2009 pukul
19:00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Asty di
0817-999-5057.


Pameran tunggal seni rupa ini akan menjadi pameran pertama yang
diselenggarakan di Galeri Salihara tahun ini, setelah pameran seni rupa
Dari Penjara ke Pigura yang merupakan acara grand launching Galeri
Salihara, Oktober tahun lalu. Karya-karya yang akan dipamerkan adalah
lukisan dan instalasi terbaru karya Hanafi.

Pameran Tentang
Ruang dan Bayang bermula dari gagasan tentang bayang. Bagi Hanafi,
“bayang” mengandung dua pengertian: (1) kenangan atau hal yang muncul
dalam pikiran, dan (2) sebagai shadow atau bayang-bayang secara
harafiah. Berdasarkan pengertian pertama, Hanafi mencoba melukiskan
kembali banyak hal yang melintas dalam pengalaman hidupnya di masa lalu
yang selalu bekerja kembali di dalam proses kreatifnya. Dalam gelap
muncul bayang-bayang yang kemudian menjelma warna dan rupa. Berangkat
dari pengertian kedua, Hanafi ingin mengukur diri, melihat kembali
batas-batas dirinya, yang terlihat dari bayang. Baginya, bayang
mencerminkan objek karena bayang memang setia dan tidak pernah jauh
dari objek.

Hanafi lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 5 Juli 1960
dan kini bermukim di Depok, Jawa Barat. Ia pernah belajar di Sekolah
Seni Rupa Yogyakarta. Pameran tunggalnya yang mutakhir (2007) antara
lain Enigma di O House Gallery, Jakarta dan Home of Images di Museu
d’Art de Girona, Spanyol. Sebelumnya ia pernah pula memamerkan karyanya
Study for Distance di Barcelona, Spanyol (2002) dan Toronto, Kanada
(2001).

Pameran Tentang Ruang dan Bayang ini berlangsung pada
tanggal 6-26 Maret 2009 pukul 10:00-19:00 WIB di Galeri Salihara. Anda
kami undang pada acara pembukaannya, di hari Jumat, 6 Maret 2009 pukul
19:00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Asty di
0817-999-5057.

--

This
solo exhibition will be the first to be held at Galeri Salihara this
year, after the exhibition From Prison to Frame that inaugurated the
gallery in October last year. The works to be on exhibit are the latest
paintings and installation works by Hanafi.

The exhibition Of
Spaces and Shadows has its germination in the idea of “shadow”. For
Hanafi, the word “shadow” has two connotations: (1) thoughts and
memories that pass through the mind, and (2) the literal meaning which
is, exactly, shadow. As to the former, Hanafi puts his thoughts and
recollections that are always at work in his creative process on to the
canvas. There appear shadows in the dark that later emerge as forms and
colors. As to the later, Hanafi attempts to make a measurement of
himself, to see his own boundaries, as reflects the object since it
always accompanies and never strays away from the object.

Hanafi
was born in Purworejo, Central Java, 5 July 1960, and now lives in
Depok, West Java. He studied in Indonesian Art School in Yogyakarta.
His latest solo exhibition are, among others, Enigma at O House Gallery
in Jakarta and Home of Images in the Museu d’Art de Girona, Spain. He
has previously exhibition his works Study for Distance in Barcelona
(2002) and Toronto (2001). 

Opening: Friday, 6 March 2009 at 7:00 PM
Free Admission

6-26 March 2009, 10:00 AM - 7:00 PM
Information: Asty 0817-999-5057.



  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Kuliah Orang Islam dalam Karya Pramoedya

2009-03-05 Terurut Topik MGR
RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE DALAM SENI”

Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer

Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB,
Pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina)

===
MOHON KONFIRMASI 

Kawan-kawan yang budiman

Kami berharap konfirmasi anda sekali lagi untuk
keperluan: menyiapkan tempat (acara akan digelar di ruang serba guna
salihara yang hanya memuat 70 orang) namun dari undangan melalui facebook sudah
lebih 170 orang yang ingin datang, kemungkinan besar akan dipindanh ke
teater salihara yang berkapasitas 230 orang.

Selain itu
menyiapkan penggandaan makalah nanti. Untuk itu, kami berharap anda
mengirimkan konfirmasi lagi ke email gun...@salihara.org atau mengirim
pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 

Sekian dan terima kasih

Mohamad Guntur Romli 


Stereotipe
adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh
dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam
masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan:
dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber
dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah
hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja
dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa
menyebabkan benturan hingga kekerasan. 

Dalam “Rangkain Kuliah
tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja
atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari
sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan
untuk tujuan apa ia dibangun. 

Dalam tema “Orang Islam dalam
Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya
membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya:
Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. 

Sedangkan dalam “Orang
China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China
digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. 

Dalam
“Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga
imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya
kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan
erotisme. 

Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film
Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia
menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka.
Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral:
mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. 

Sabtu, 7 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer”
pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina)

Sabtu,
14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra
Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi
Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang)

Sabtu, 21 Maret 2009 pukul
16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean
Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni
budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa
Inggris, Prancis dan Indonesia).

Sabtu, 28 Maret 2009 pukul
16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric
Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org)

Komunitas Salihara
Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatan 

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=585



  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Komunitas Salihara Maret 2009

2009-03-03 Terurut Topik MGR
Salam,

Komunitas Salihara akan menghadirkan acara-acara kesenian dan pemikiran yang 
bermutu di bulan Maret ini. Rangkaian kegiatan tersebut akan dibuka Pamerang 
Seni Rupa karya Hanafi yang mengambil tema Tentang Ruang dan Bayang yang akan 
berlangsung di Galeri Salihara dari tangal 6-26 Maret 2009. Kami undang anda 
untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar Jumat 6 Maret pukul 19:00 WIB...

Untuk membaca kegiatan Komunitas Salihara di Bulan Maret 2009 selengkapnya 
silakan klik:

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=575




  Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa 
dengan Yahoo! Messenger baru. http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Pertunjukan di Salihara: Kung Fu Dancing Entre Deux

2009-02-24 Terurut Topik MGR
Kung Fu Dancing  Entre Deux

JUM'AT, 27 FEBRUARI  2009 - SABTU 28 FEBRUARI  2009

Li Yuang Shang dan Compagnie Eolipile

Mengapa
menonton film kung fu sepertinya lebih mudah dibanding menonton tari
kontemporer? Pertanyaan ini memicu munculnya keinginan Lin Yuang Shang
untuk menggarap koreografi kontemporer berdasarkan kung fu. Kung fu
berasal dari Tao yang disebarluaskan oleh Lao Tse pada 500 SM. Tao
memperkaya praktik seni persilatan, yang mengiringi eksplorasi energi.
Pada awalnya, Kung Fu Dancing merupakan pesanan teater Le Bateau Feu
untuk keperluan kreasi artistik dan pengajaran. Karya ini akan
dibawakan sendiri oleh Lin Yuang Shang.

Entre Deux (“di
antara”), menampilkan penari perempuan asal Barat Caroline Desmaison
yang akan menerjemahkan karya koreografer asal Asia Lin Yuang Shang.
Karya ini didasarkan pada riset mengenai tema horisontal dan vertikal,
serta filosofi Yi King mengenai perubahan di masa kini yang sifatnya
abadi. Di dalam labirin kehidupan, penari bergerak di antara dua
kondisi; pasrah dan bebal, jatuh dan vertigo, antara kenikmatan yang
liar dan perjuangan. Seperti jiwa atau ingatan, ia tampak berada pada
masa lalu, masa kini dan masa depan pada saat yang bersamaan.

Pementasan di Teater Salihara ini merupakan hasil kerjasama antara Komunitas 
Salihara dan CCF Jakarta.

Date and time:
JUM'AT, FEBRUARI 27 , 2009 / 20.00 WIB
SABTU, FEBRUARI 28 , 2009 / 20.00 WIB
 
Ticket Price:
Umum (Rp) 5
Mahasiswa (Rp) 25000

Reservation:
Asty 0817-999-5057
Nike 0818-0730-4036
Laly 0812-8008-9008

www.salihara.org

=

Kung Fu Dancing  Entre Deux

FRIDAY, FEBRUARY 27 TH, 2009 - SATURDAY, FEBRUARY 28 TH, 2009

Li Yuang Shang and Compagnie Eolipile

Why
does it seem much easier to watch a kung fu film than contemporary
dance? This question inspires Lin Yuang Shang to create a contemporary
choreography based on kung fu. Kung fu comes from the Tao, founded by
Lao Tse in 500 BC. Tao enriches martial arts practice, which
accompanies energy exploration. Previously, Kung Fu Dancing was a
commission from the theater Le Bateau Feu for artistic creation and
teaching aid. This dance is performed by Lin Yuang Shang himself.

Entre
Deux (“in-between”), presents Western female dancer Caroline Desmaison
who is going to interpret the work of Asian choreographer Lin Yuang
Shang. This dance is based on a research about
horizontality-verticality,
and Yi King philosophy about the eternal flux of the present. Within
the labyrinth of life, the dancer moves in between two states:
self-renouncement and obstinacy, fall and vertigo, between wild ecstasy
and fighting. Like a soul or memory, she seems to belong to the past,
present, and the future at the same time.

The forthcoming performance at Teater Salihara is a collaboration between 
Komunitas Salihara and CCF Jakarta.

Date and time:
FRIDAY, FEBRUARY 27 TH, 2009 / 20.00 WIB
SATURDAY, FEBRUARY 28 TH, 2009 / 20.00 WIB
 
Ticket Price:
Umum (Rp) 5
Mahasiswa (Rp) 25000


  Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi: Radikalisasi di Sekolah Negeri

2009-02-22 Terurut Topik MGR
Diskusi Komunitas Utan Kayu-Salihara

Selasa 24 Pebruari 2009, pukul 19.00 WB
Di Teater Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur

Radikalisasi di Sekolah Negeri

Dalam acara  Hari Ulang Tahun Sekolah (LUSTRUM) di SMUN ternama di Yogyakarta, 
di tahun 2006 dan 2007,  para siswi dilarang tampil  bernyanyi. Pasalnya ada 
anggapan yang tumbuh subur di sekolah itu “suara perempuan termasuk aurat”. 

Di SMUN di Sumatra Barat, ajaran intoleran dikembangkan via “ekskul” keagamaan. 
Salah satu doktrin yang disebarkan, “Kita harus percaya kepada saudara seiman 
sampai terbukti mereka  tidak baik. Akan tetapi dengan lain iman, wajib 
berprasangka buruk dulu, sebelum terbukti mereka baik dan tulus”. 

Di SMUN Cianjur ditemukan Pelatihan “Tentara Tuhan” yang pekat dengan langgam 
beragama yang penuh kemarahan dan difasilitasi oleh pihak sekolah secara resmi. 
  
Beberapa temuan di atas adalah cuplikan  hasil penelitian “Kaum Muda dan 
Regenerasi Gerakan Keagamaan Fundamentalis di Sekolah Umum” (2008) yang 
dilakukan oleh Farha Ciciek dkk. Secara umum penelitian yang diadakan di tujuh 
kota (Padang, Jakarta, Pandegelang, Cianjur, Cilacap, Yogyakarta dan Jember) 
mencatat bahwa kekuatan berbagai kelompok fundamentalis di sekolah umum negeri 
telah cukup mapan. 

Fenomena di atas tidak terlepas dari perubahan sosial politik yang terjadi di 
tanah air dalam beberapa dasawarsa belakangan. Di sekolah-sekolah umum negeri 
tersebut, pada umumnya proses “fundamentalisasi” diawali dengan kegiatan dan 
pendekatan informal. Dalam perkembangannya upaya  “formalisasi” dilakukan. 
Dalam hal ini organisasi ekstra kulikuler keagamaan merupakan ujung tombak 
proses ini.

Ikuti diskusinya dengan Farhah Ciciek (aktivis, peneliti, dan konsultan isu 
agama dan jender) dan Azyumardi Azra (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah dan 
pakar pendidikan). 

Farhah Ciciek, aktivis, peneliti dan konsultan isu agama dan gender. Saat ini 
menjadi associate pada Semarak Cerlang Nusa: Consultancy, Research and 
Education for Social Transformation ((SCN CREST). Selain melakukan penelitian, 
ia terlibat dalam advokasi masyarakat (terutama komunitas pesantren dan 
sekolah). Hasil penelitiannya bersama Tim bertajuk  Proses “Konservatisasi 
Agama” di Sekolah Umum  tahun 2008, akan dipresentasikan dalam diskusi ini. 
Pada tahun 2005, terpilih sebagai salah satu dari  “1000 Peace Women” yang 
dinominasikan untuk NoblePeacePrize. 

Azyumardi Azra, pemikir islam pembaru, sejarahwan, mantan rektor UIN Syarif 
Hidayatullah, dan sekarang menjadi direktur pascasarjana UIN Syarif 
Hidayatullah, mendapat gelar doktor dari Universitas Colombia, Amerika Serikat 
dengan disertasi, The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks 
of Middle Eastern and Malay-Indonesian `Ulama in the Seventeenth and Eighteenth 
Centuries. 

Tidak dipungut biaya




  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK

2009-02-15 Terurut Topik MGR
Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK

Komunitas Utan Kayu mengundang anda hadir dalam acara Dialog Manifes 
Kebudayaan dan Lekra yang akan diselenggarakan di Teater Utan Kayu (TUK), Rabu 
18 Februari 2009 pukul 14.00 WIB. Acara ini diadakan untuk mendiskusikan buku 
Menoleh Silam Melirik Esok karya JJ Kusni (anggota Lekra) yang diterbitkan 
oleh Ultimus Bandung Februari 2009. Akan hadir sebagai pembicara JJ Kusni 
(Pengarang) dan Taufiq Ismail (Pengulas) dan Ikranegara sebagai moderator.

Dalam diskusi ini nanti, kami mengundang tokoh-tokoh dari Manifes Kebudayaan 
dan Lekra serta organisasi-organisasi yang terlibat polemik di Indonesia tahun 
60-an. Seperti Joesoef Isak, Amarzan Loebis, Goenawan Mohamad, Putu Oka 
Sukanta, Amrus Natalsya, dan lain-lain. Kami juga berharap sastrawan dan 
aktivis generasi muda hadir dalam acara ini untuk memberikan komentar dan 
tanggapan baik atas polemik yang pernah terjadi antara Manifes Kebudayaan dan 
Lekra atau dalam dialog ini nanti.

Kami tunggu kehadiran anda di Teater Utan Kayu (TUK), Jalan Utan Kayu No 68H 
Jakarta Timur

Salam,

Mohamad Guntur Romli

===

Buku ini menarik untuk dibaca bagi mereka yang ingin menilik lebih jauh 
perselisihan sastra di Indonesia di tahun 1960-an—yang umumnya disederhanakan 
sebagai “polemik antara Lekra dan Manikebu”. Ia dimulai dengan statemen Taufiq 
Ismail untuk menyambut “perdamaian total”, atau “rekonsiliasi” antara kedua 
“kubu” itu.
 
Dengan bahasa yang santun dan jelas, Kusni menyusun jawabannya terhadap 
statemen Taufiq Ismail. Maka sebuah dialog tampaknya kembali dibuka—meskipun 
saya tak tahu pasti apakah dengan demikian kita akan bisa menyaksikan sebuah 
“rekonsiliasi”. Sangat mungkin yang terjadi adalah sebuah daur ulang—meskipun 
tak berarti hanya sia-sia. 

Goenawan Mohamad dalam Pengantar di buku ini. 

Sebuah audit dendam akan berkepanjangan dan tak jelas kesudahannya. Dan dari 
kuburnya Marx dan Lenin tetap saja mengulurkan rantai kesumat yang di Indonesia 
ujungnya masih membelit bangsa. Saya menyarankan perdamaian total, lebih maju 
selangkah ketimbang rekonsiliasi. PERDAMAIAN TOTAL. Rantai dendam yang membelit 
bangsa itu harus segera dipotong habis.

Taufiq Ismail Tentang Rekonsiliasi, Tentang Perdamaian Total

Dogmatisme, keusangan, kerapuhan, dan kekeroposan terjadi baik pada kalangan 
kiri dan maupun golongan kanan

JJ. Kusni
    



  Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Rangkaian Kuliah tentang Stereotipe di Salihara

2009-02-11 Terurut Topik MGR




RANGKAIAN KULIAH
TENTANG “STEREOTIPE”

 

Setiap Sabtu
tanggal 7, 14, 21, dan 28 Maret 2009 di Komunitas Salihara

 

Stereotipe adalah
prasangka terhadap jenis atau watak orang dalam golongan tertentu. Stereotipe
bisa positif dan negatif, namun keduanya bukan sebagai kebenaran. Jenis-jenis
stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang
negatif bertingkat-tingkat, dari sebab pengamatan yang dangkal hingga
stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok.
Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe
yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa
menyebabkan benturan hingga kekerasan. 

 

Dalam “Rangkain
Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau
pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa
stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia
dibangun.  

 

Dalam tema “Orang
Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya
membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus
Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra
Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam
karya-karya literatur era Kolonial. 

 

Dalam “Orang Bali
dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan
diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang
Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme
dan erotisme.  Dan dalam kuliah “Orang
Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga
sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film
mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral:
mabok, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. 

 

Sabtu, 7 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara
Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina)

 

Sabtu, 14 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara 
Widjajanti
Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang)

 

Sabtu, 21 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean
Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni
budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris,
Prancis dan Indonesia).

 

Sabtu, 28 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric
Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org)

 

Komunitas
Salihara

Jalan Salihara No
16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatanwww.salihara.org, 
salih...@yahoogroups.com
 




  Pemerintahan yang jujur  bersih? Mungkin nggak ya? Temukan jawabannya di 
Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Tari Kontemporer oleh Danang Pamungkas: Song of Body

2009-01-28 Terurut Topik MGR
Song of Body adalah ekspresi dan eksplorasi pemahaman tentang esensi
gerak tubuh di mana pusat energi tubuh manusia mengawali gerak, yang
mengalir bagai air dan menyatu seiring sirkulasi nafas dan energi dari
dalam bumi. 

Sebagai komposisi, tarian ini juga berusaha
merekam suasana kejiwaan ketika berada di jantung alam yang hidup bebas
sekaligus mengandung paradoks. Suasana indah yang sekaligus mencekam
dan sedikit menakutkan.

Danang Pamungkas adalah penari dan
koreografer asal Surakarta. Belajar tari secara formal di Institut Seni
Indonesia, Surakarta, selain di keraton Mangkunegaran. Ia pernah
terlibat dalam pementasan beberapa karya Sardono W. Kusumo, Ki Slamet
Gundono, dan Sen Hea Ha. Karya kolaborasi yang pernah dibuatnya adalah
Spring in Solo dengan Pappa Tarahumara Dance Theater asal Jepang,
Monteverdi's Orfeo dengan English National Opera, London, serta The
Coronation of Poppea dengan Shubert Theater, Boston dan English
National Opera, London. 

Danang adalah seorang koreografer
kontemporer yang tergolong produktif; saat ini ia masih tergabung dalam
Cloud Gate Dance Theater of Taiwan.

Dalam pementasan Song of
Body, Danang Pamungkas akan tampil bersama penari Rianto, dan didukung
oleh penata cahaya Sugeng Yeah serta musik Philip Glass Song and Poems
for Solo Cello.

Date and time:

SENIN, FEBRUARI 02 , 2009 / 20.00 WIB
SELASA, FEBRUARI 03 , 2009 / 20.00 WIB
 
Ticket Price:
Umum (Rp) 3
Mahasiswa (Rp) 15000

Untuk pesan tiket hubungi Asty 0817-999-5057

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=1id=16item_id=553



  Pamer gaya dengan skin baru yang keren. Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru 
sekarang! http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teat er Utan Kayu

2009-01-20 Terurut Topik MGR
Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teater Utan Kayu

Komunitas Salihara-Utan Kayu akan menyelenggarakan diskusi buku Kembalinya 
Politik, Kamis 22 Januari 2009 pukul 19.00 WIB. A. Setyo Wibowo SJ, Pengajar di 
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan Rizal Mallarangeng, Direktur 
Eksekutif Freedom Institute akan menjadi pembahas. Buku ini merupakan kumpulan 
tulisan tentang pemikiran politik kontemporer yang diterbitkan oleh Perhimpunan 
Pendidikan Demokrasi (P2D). 

Diskusi ini berangkat dari realitas politik di Indonesia dewasa ini yang telah 
menjadi semacam kata olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan duit. 
Buku “Kembalinya Politik” berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan 
bagaimana politik tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan 
saja, namun manusia sebagai “makhluk politik” yang terus mencari filsafat: yang 
mencintai kebenaran sebagai ujung dari pejalanan hidup manusia. 

Buku ini melancarkan kritik yang tajam terhadap individualisme, liberalisme dan 
kapitalisme yang menurutnya bertentangan dengan konsep “kebebasan politik”. 
Hingga konsep demokrasi yang dituding “radikal”, karena menganggap demokrasi 
sebagai “penanda kosong”. 

Romo Setyo akan memberikan ulasan secara kritis terhadap buku ini, sedangkan 
Rizal Mallarangeng sebagai tokoh politik liberal di Indonesia akan memberikan 
jawaban-jawaban terhadap kritik dari buku Kembalinya Politik ini. Sementara 
Robertus Robert dari Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) akan menjadi 
moderator. Diskusi ini akan digelar di Teater Utan Kayu, di Jalan Utan Kayu No 
68H, Jakarta Timur. 

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=549



  
___
Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.
Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang.
http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Pementasan Teater Gandirik di Salihara (Sidang Susila)

2009-01-13 Terurut Topik MGR
TEATER GANDRIK



Sidang Susila



Undang-Undang
Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat—ditetapkan secara
sah dan meyakinkan. “Dengan berlakunya Undang-undang Susila ini, maka
secara konstitusional kita telah menjadi bangsa yang bermoral dan
bertata susila,” demikian ditegaskan oleh tokoh Jaksa. Maka segeralah
disusun Garis-garis Besar Haluan Moral Negara, di mana segala macam
bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan dengan seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.






Terjadilah
penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila.
Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun
ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah
Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu
kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual,
ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban.



Segera
Susila disidang, diperlakukan sebagai pesakitan yang menjijikkan. Dia
dianggap lebih berbahaya dari psikopat. Susila didakwa berlapis-lapis,
agar masyarakat tahu betapa berbahayanya penjahat susila seperti dia.
Tapi sesuatu terjadi di luar rencana. Banyak masyarakat yang kemudian
menjadikan Susila sebagai ikon perlawanan. Susila dianggap pembangkang
yang berani menentang Undang-undang Susila. Alih-alih menjadi
pesakitan, di mata sebagian orang, Susila malah dianggap idola.






Sementara itu banyak tokoh—seperti Hakim, Jaksa, Pembela, Kepala 
Keamanan—berusaha
mencari kesempatan dari “poyek susila” itu. Bahkan sebagian dari mereka
berusaha menyembunyikan perilaku amoral dan asusila mereka dengan
kepura-puraan yang adil dan beradab.






Lakon Sidang Susila karya Agus Noor dan Ayu Utami ini akan dibawakan oleh 
Teater Gandrik (Yogyakarta) yang dipimpin oleh Butet Kartaredjasa.






Waktu:



KAMIS, 15 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB

JUM'AT, 16 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB

SABTU, 17 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB

 






Harga tiket:







Umum (Rp) 10



Mahasiswa (Rp) 5

Untuk informasi
lebih lengkap anda bisa kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau,
bisa langsung hubungi Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau
Nike 0818-0730-4036 untuk pemesanan tiket.



http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=3id=26item_id=533








  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Butet: Sidang Susila Lebih Segar

2009-01-13 Terurut Topik MGR
Pementasan Sidang Susila
di Teater Salihara 15-17 Januari ini akan lebih segar. Demikian janji
Butet Kartaredjasa, pimpinan sekaligus aktor Teater Gandrik saat
ditemui di Kedai Salihara hari ini (14 Januari 2009). Naskah Sidang Susila
yang ditulis oleh Ayu Utami dan Agus Noor ini pernah dipentaskan di
Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 21-21 Pebruari tahun lalu.
Waktu itu pertunjukan tersebut menuai sukses besar. 

“Secara garis
besar memang tidak banyak perubahan dari pementasan tahun lalu, namun
pertunjukan kali ini akan disegarkan melalui celetukan, humor, sindiran
dan percakapan spontan,” kata Butet. Sidang Susila adalah parodi
terhadap “Undang-undang Porno” yang telah disahkan oleh Pemerintah
akhir bulan Oktober 2008. 

Pada
pementasan tahun lalu, Undang-undang yang melahirkan kontoversi dan
penolakan di mana-mana ini masih berbentuk rancangan undang-undang dan
mengalami perubahan besar. Versi pertama diusulkan bernama Rancangan
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP), namun di tengah
perjalanan istilah “pornoaksi” ditolak dan dihapus. 

Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dari pihak Pemerintah yang sebelumnya kokoh menolak
Undang-Undang ini akhirnya menerima usulan rancangan terbaru yang konon
telah diperbaiki. Di DPR, pengesahan Undang-undang ini sangat alot dan
diboikot oleh dua fraksi, PDI-P dan PDS. Setelah disahkan Undang-undang
ditolak diterapkan di beberapa wilayah seperti Bali, Menado, Papua, dan
NTT. 

Perjalanan dan perkembangan terakhir “Undang-undang Porno” ini memberikan 
bahan-bahan bagi pertunjukan Sidang Susila di Teater Salihara. 

“Kita kan tahu, ada yang sangat mendukung Undang-undang Porno, tapi di rumahnya 
menyimpan Majalah Playboy, ini
sangat menarik bagi kita dan akan dimasukkan agar pertunjukan sekarang
lebih segar” kata Butet. “Selain itu, ada perkembangan politik, ekonomi
dan sosial di Indonesia yang bisa ditambahkan, seperti terdakwa kasus
pembunuhan Munir yang justru lepas dan masih banyak lagi tema-tema
lain, nah kekuatan pertunjukan ini terletak pada spontanitas, sindiran,
celetukan dan humor, “ tambah Butet.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=541



  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan: Mimbar Seribu Harapan untuk Munir dan Korban di Gaza

2009-01-09 Terurut Topik MGR




UNDANGAN

 

HIDUP ADALAH
HARAPAN

 

Mimbar Seribu Harapan

Doa Untuk Munir
dan Korban Perang Di Gaza

 

Penuntasan kasus pembunuhan aktivis Hak Azasi Manusia
(HAM) Munir semakin tidak menentu ketika Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan
membebaskan Muchdi PR. Ini berarti, negara semakin toleran atas praktek
impunitas, yang secara langsung mengancam jalannya roda demokrasi dan keadilan 
di
tanah air. Sudah saatnya kita mendesak negara untuk menuntaskan kasus
pembunuhan Munir. 

Pada saat yang sama masyarakat sipil di Jalur Gaza Palestina menjadi korban
perang. Ratusan anak-anak yang tidak berdosa, sekolah, rumah sakit dan rumah
ibadah menjadi sasaran perang. Pasukan pemerintah Israel dan HAMAS memilih 
menggunakan
kekuatan senjata yang mengakibatkan kekerasan terhadap masyarakat sipil. 

Perang
selalu membawa bencana kemanusiaan, perang tidak hanya menghasilkan korban
fisik tetapi juga kehilangan harapan dan masa depan. Sementara di tanah air, 
kita melihat
elit-elit politik  mempolitisasi korban
perang di Jalur Gaza untuk kepentingan pemenangan Pemilu 2009, dan politisasi
agama menjadi referensi untuk menilai perang di Gaza.

 

Puisi, orasi, dan doa akan menghiasi ”Mimbar Seribu Harapan,
Doa Untuk Munir dan Korban Perang Di Gaza Palestina”.

 



Pengisi Acara

 

KH Abdurrahman Wahid, M. Syafii Anwar, Romo Benny Susetyo, Gumirat, Ifdhal
Kasim, Nia Dinata, Goenawan Mohamad, Efek Rumah Kaca, Amir Sadewo, Asfinawaty, 
Muhammad
Sobari, Sitok Srengenge, KH Nuril Arifin (Gus Nuril), Pdt Emmy Sahertian, Chalid
Muhammad, Dawam Rahardjo, Mira Lesmana, Riri Riza, Iwan Fals, Dewi
Lestari,  Sr. Eugene, Kemala Chandrakirana,
Wardah Hafidz, Karlina Supeli

 

 

Waktu dan Tempat

 


 
  
  Hari/Tanggal
  
  
  :
  
  
  Minggu, 11
  Januari 2009
  
 
 
  
  Waktu
  
  
  :
  
  
  15.00-selesai 
  
 
 
  
  Tempat
  
  
  :
  
  
  Taman Menteng,
  Jl. HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat (ex Stadion Persija Menteng)
  
 


 

 

Penyelenggara

 

Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), Wahid Institute, Kontras,
Kasum, ILRC, LBH Jakarta, ICRP, Freedom Institute, MADIA, Arus Pelangi, Jurnal
Perempuan, Yayasan Paras, HuMa, ICW, Komnas Perempuan, Komnas HAM, Komunitas 
Utan
Kayu (TUK), Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Komunitas Salihara, Green Radio,
Kongkow Bareng Gus Dur, Kapal Perempuan, CC GKI 
Urban Poor Consortium (UPC)

 

Contact Person: Asfinawati (0812-821-8930), Nong Darol
Mahmada, Andy Panca, Uli Parulian S , John Muhammad 

 



Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

moha...@guntur.name

http://guntur.name/


  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Kongkow Gus Dur:Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK

2009-01-08 Terurut Topik MGR
Salam,

Kami mengundang anda untuk hadir dalam Acara Kongkow Bareng Gus Dur dalam topik 
Nasib Toleransi Beragama dalam Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf 
Kala. 

Topik ini akan berangkat dari laporan the Wahid Institute yang menemukan adanya 
232 pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama sepanjang tahun 2008 di 
Indonesia. 

Angka ini sangat fantastis apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari 
laporan Setara Institute (2007) yang menemukan jumlah pelanggaran 'hanya' 137 
kasus.

Menurut penelitian itu pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama mayoritas 
dilakukan oleh negara, MUI, dan milis sipil. 

Mengapa ada peningkatan jumlah pelanggaran di tahun 2008? Bagaimana kebijakan 
pemerintahan SBY-JK dalam kasus ini?  Dan bagaimana masa depan kebebasan 
beragama di Indonesia? 

Untuk mengetahui lengkapnya anda bisa hadir dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur 
(KH Abdurrahman Wahid) di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, Sabtu 10 
Januari 2008, pukul 10.00 WIB.

Narasumber tamu: KH Nuril Arifin (Pengasuh Pondok Pesantren al-Nuriyah Soko 
Tunggal, Semarang) dan Dr. Ahmad Rumadi (Peneliti dari the Wahid Institute).  

Untuk anda yang berada di wilayah Jabodetabek, bisa mengikuti acara ini secara 
langsung di Green Radio 89.2 FM Jakarta.

Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

moha...@guntur.name

http://guntur.name/


  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Program Salihara Januari 2009

2009-01-07 Terurut Topik MGR
Salam,

Setelah
sukses menyelenggarakan Festival Salihara pada bulan Oktober hingga
Desember 2008 lalu, Komunitas Salihara kembali menghadirkan
program-program kesenian dan pemikiran. Di bulan Januari 2009 ini, kami
akan mempersembahkan pementasan teater, musik, dan diskusi buku.

Dari tanggal 15 hingga 17 Januari 2009 kami akan menghadirkan Teater Gandrik 
dari Yogyakarta yang akan mementaskan Sidang Susila,
sebuah lakon karya Ayu Utami dan Agus Noor. Cerita ini mengulas sebuah
Undang-Undang Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat. 

Dikisahkan
bahwa dengan berlakunya Undang-undang Susila ini maka segala macam
bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan. Penangkapan
besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila terjadi.
Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun
ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah
Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu
kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual,
ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban. 

Lakon
ini merupakan parodi terhadap Undang-undang Pornografi yang telah
disahkan oleh DPR dan Pemerintah yang hingga saat ini masih menjadi
perdebatan dan kontroversi serta aksi-aksi penolakan dari beberapa
daerah di negeri ini.

Pada tanggal 22 Januari 2009, di Teater Utan Kayu (Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta 
Timur), kami akan menggelar diskusi buku Kembalinya Politik
terbitan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Seperti yang kita
ketahui istilah politik di Indonesia dewasa ini telah menjadi semacam
olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan uang. Buku ini
berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan bagaimana politik
tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan, namun
juga dengan manusia sebagai makhluk politik yang terus mencari
filsafat—yang mencintai kebenaran sebagai tujuan perjalanan hidupnya.
Buku ini juga melancarkan kritik tajam terhadap individualisme,
liberalisme dan kapitalisme yang dianggap bertentangan dengan konsep
kebebasan politik. 

Ikuti
diskusinya dengan A. Setyo Wibowo, SJ (pengajar di STF Driyarkara,
Jakarta) yang akan memberikan ulasan kritis terhadap buku ini, dan
Rizal Mallarangeng (Direktur Eksekutif Freedom Institute), seorang
tokoh pemikiran liberal Indonesia yang akan menjawab kritik dalam Kembalinya 
Politik.

Pada
tanggal 23 Januari 2009, di Teater Salihara akan digelar sebuah
pergelaran unik: Konser Musik Piano Anak Kontemporer. Konser ini akan
menampilkan karya-karya musik piano untuk anak yang ditulis oleh
sejumlah komponis kontemporer terkemuka dunia seperti Sofia
Gubaidulina, Gyorgy Kurtag, Helmut Lachenmann, Witold Lutoslawski, Toru
Takemitsu, dan Anton von Webern. 

Nomor-nomor
musik piano yang akan dibawakan oleh para siswa Konservatorium Musik
Jakarta ini mencerminkan kepedulian para komponis besar tersebut
terhadap perkembangan dan pengembangan pendidikan musik. Sebagian karya
itu masih menggunakan konsep-konsep klasik, dan sebagian lagi
menggunakan pendekatan baru yang menarik dalam memperkenalkan estetika
bunyi dan suara. Bertindak sebagai pengarah acara dan direktur artistik
acara ini adalah pianis Adelaide Simbolon.

Oleh
karena itu, jangan lewatkan program-program menarik Komunitas Salihara
pada bulan Januari 2009 ini. Untuk informasi lebih lengkap anda bisa
kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau, bisa langsung hubungi
Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau Nike 0818-0730-4036
untuk pemesanan tiket.

Selamat Natal 2008, Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430, dan Selamat Tahun Baru 
Masehi 2009.  

Salam hangat,



Rama Thaharani
Public Relations Komunitas Salihara


  Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Butuh Kontak Arundhati Roy (the God Small Things)

2009-01-06 Terurut Topik MGR
salam,

saya membutuhkan kontak Arundhati Roy penulis novel the God Small Things, jika 
anda yang memiliki email, nomer telepon, atau email yang bisa dihubungi, saya 
berharap bisa mengirimkan ke email saya ini

terima kasih

Mohamad Guntur Romli

Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

moha...@guntur.name

http://guntur.name/


  Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Kongkow Bareng Gus Dur Soal Pembebasan Muchdi

2009-01-01 Terurut Topik MGR
Undangan Kongkow Bareng Gus Dur Soal Pembebasan Muchdi

Salam,

Acara rutin Kongkow Bareng Gus Dur besok Sabtu 3 Januari 2009 akan membahas 
dibebaskannya Muchdi Pr di Pengadilan Jakarta Selatan. Kordinator Kontras Usman 
Hamid akan menemani Gus Dur berbincang-bincang tentang masa depan kasus 
pembunuhan terhadap aktivis HAM Munir. 

Untuk itu kami mengundang anda, dan teman-teman media untuk hadir dalam acara 
tersebut besok di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta pukul 10.00 WIB

Untuk anda yang berada di kawasan Jabodetabek, acara ini disiarkan secara 
langsung oleh Green Radio 89.2 FM

Salam

Mohamad Guntur Romli

===

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/02/headline/krn.20090102.152537.id.html

Aktivis Ungkap Empat Penyebab Bebasnya Muchdi

Deputi Koordinator Human Rights Working
Group, Chairul Anam, mensinyalir ada empat unsur penyebab bebasnya
Muchdi Purwoprandjono dalam kasus pembunuhan Munir.


JAKARTA--Deputi Koordinator Human
Rights Working Group, Chairul Anam, mensinyalir ada empat unsur
penyebab bebasnya Muchdi Purwoprandjono dalam kasus pembunuhan Munir.
Keempat hal itu meliputi aspek dendam, surat, uang, dan call data record yang 
tidak ditelusuri serius oleh majelis hakim.

Aspek dendam, hakim tidak mempertanyakan kenapa Muchdi
mempunyai dendam terhadap Munir. Dendam itu yang harus dibuktikan,
kata Chairul di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan kemarin. Menurut dia, Badan Intelijen Negara sudah punya
rencana terhadap Munir. Sejak 1998, kata dia, Suciwati yang tengah
mengandung saja pernah diintimidasi. Itu dibuktikan dari keterangan
saksi anggota Komando Pasukan Khusus.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu lalu,
membebaskan Muchdi, mantan Deputi V Badan Intelijen Negara, dalam kasus
pembunuhan Munir. Mereka berpendapat jaksa tak dapat membuktikan
dakwaannya, baik primer maupun subsider. Berkaitan dengan aspek surat, Chairul 
melanjutkan, kejanggalan
terlihat dari tidak adanya penelusuran yang cukup terhadap paspor
Muchdi yang menyatakan ia berada di Malaysia. Tiba-tiba hakim menulis,
paspor itu sah adanya, kata dia.

Mengenai masalah uang, menurut Chairul, terpidana kasus Munir,
Pollycarpus, disebutkan pernah diberi uang oleh Muchdi sebanyak dua
kali lewat Budi Santoso. Namun, majelis hakim menyatakan kesaksian Budi
tidak memiliki nilai, dan justru mengambil kesaksian Pollycarpus yang
mengaku tidak pernah diberi. Padahal Pollycarpus dipidana karena
peristiwa tersebut, kata Chairul.

Adapun terkait dengan call data record, masih menurut
Chairul, majelis hakim sendiri mementahkan pembicaraan yang diduga
terjadi antara Pollycarpus dan Muchdi. Alasannya, tak ada saksi yang
memperkuat perbincangan tersebut. Padahal, kata Anam, Muchdi pernah
mengakui kebenaran nomor handphone-nya, juga alamat rumahnya.

Sementara itu, Soeripto, Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan
Perwakilan Rakyat, menilai bebasnya Muchdi akibat dakwaan jaksa dan
alat bukti yang diajukan tidak kuat. Jaksa kurang profesional,
katanya saat dihubungi Tempo kemarin, Penyiapan dakwaan dan alat bukti harus 
lebih teliti. Jangan sampai hal itu terulang. DIANING SARI | EKO ARI | RONALD 
| ELIK | DWI WIYANA
http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_persid=822
PUTUSAN  BEBAS MUCHDI :

  Intervensi  Sistematis dalam Pengadilan Muchdi
Komite Solidaritas Aksi untuk Munir mempertanyakan
kredibilitas putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan yang membebaskan
Muchdi Purwopranjono sebagai terdakwa pembunuh Munir. Putusan ini telah
melukai rasa keadilan dan tidak sesuai dengan komitmen pemerintah dalam
menegakkan hukum dan HAM.

Kami menengarai putusan ini sarat intervensi
politik. Kami mengkawatirkan jaksa penuntut umum dan majelis hakim
bekerja dibawah tekanan berbagai pihak yang berkuasa sehingga
independensi dan objektivitas pengadilan dengan mudah digadaikan.
Ironis, karena berdasarkan hasil pemantauan persidangan yang kami
lakukan, telah terurai benang merah keterlibatan Muchdi PR selaku
penggerak/penganjur atas terbunuhnya Munir. Majelis hakim telah dengan
sengaja bersikap parsial dengan memilih fakta-fakta yang menjadi
pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Beberapa  catatan kami terhadap proses persidangan ini adalah sebagai berikut :

Pertama, sejak awal jaksa penuntut umum
telah membuat dakwaan dan tuntutan yang lemah. JPU memasukan motif
pembunuhan dalam dakwaan dan sejak awal politik penuntutan telah
cidera, dengan hanya 15 tahun.

Kedua, fakta-fakta di persidangan
membuktikan adanya operasi intelejen illegal yang juga melibatkan
beberapa anggota BIN. Sebagai bagian dari operasi intelejen, tentunya
berbagai tindakan kejahatan dibuat secara tertutup sehingga bukti-bukti
petunjuk yang ada seharusnya dapat menjadi pertimbangan untuk membuka
kebenaran.

Ketiga, pembunuhan Munir merupakan kasus
konspirasi. Namun metode pembuktian yang dilakukan oleh Majelis hakim
tidak dengan cermat meneliti keterlibatan berbagai pihak tersebut untuk
menarik jelas rangkaian konspirasi 

[ppiindia] Undangan Peluncuran JP Edisi 60

2008-12-17 Terurut Topik MGR
Jurnal Perempuan edisi 60 (terbit November 2008) bekerjasama dengan Kedutaan
Canada mengangkat isu Perempuan dan Perda-Perda Diskriminatif di
Indonesia. 
 
Para jurnalis Jurnal Perempuan mengadakan penelitian tentang Perda-perda 
tersebut dari Padang Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, 
hingga Manokwari Papua Barat. 
 
Mayoritas peraturan tersebut berbasis ajaran agama tertentu, yang
jelas-jelas membatasi ruang gerak perempuan. Dalam Peraturan tersebut
perempuan tak hanya dibatasi pada ruang publik saja, untuk tubuh mereka
sendiri, perempuan tidak memiliki otonomi. Atas nama moralitas, agama, dan
harga diri perempuan dibentuk menjadi makhluk yang terasing dari dunianya.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, mendengarkan masukan dan
kritik, maka kami ingin meluncurkan Jurnal Perempuan edisi 60 ini dengan
diskusinya.


Diskusi Publik dengan Pembicara

Rocky Gerung (Dosen Filsafat UI)

Happy Salma (Seniman),

Dr. Rumadi (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Peneliti di Wahid Institute)

Moderator : Mohamad Guntur Romli (Jurnal Perempuan)

Waktu dan tempat

Kamis, 18 Desember 2008, Jam 12.00 s/d 16.00

di Gedung Joeang 45 – Menteng Raya Jakarta Pusat.



*Agenda Acara *

12.00 – 13.00 Registrasi

Makan Siang

13.00 – 13.05 Opening

13.05 – 13.10 Kata sambutan dari Perwakilan Kedutaan Canada *)

13.10 – 13.15 Kata sambutan dari Direktur Eksekutif YJP – Mariana Amirrudin

13.15 - 13.25 Orasi Kebudayaan i Gusti Agung Ayu Ratih

13. 25 –13.30 Pembukaan Diskusi oleh moderator

13.30 - 14.30 Presentasi Narasumber

14.30 – 15.30 : Tanya Jawab

15.30 – 16.00 : Coffee break

Closing / live entertainment



Untuk konfirmasi hubungi :

Amalia *(021) 8370-2005 atau Atau SMS ke Mobile Phone : 0815-8248230*




  Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Diskusi Seni Rupa dan Politik

2008-12-14 Terurut Topik MGR
Diskusi Seni Rupa dan Politik

Selasa 16 Desember pukul 16.00 WIB di Ruang Serbaguna Komunitas Salihara, Jalan 
Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional), Pasar Minggu Jakarta Selatan

Sebagaimana kita tahu, seni rupa modern Indonesia sejak semula tak
terpisah dari peristiwa, dan tujuan-tujuan politik. Semangat yang
dikibarkan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) misalnya, tak
semata perkara estetika, tapi juga sikap anti kolonialisme. Perseteruan
antara kecenderungan berkarya ala PERSAGI, dengan kecenderungan lukisan
yang kita kenal bergaya MOOI INDIE, adalah contoh lain bagaimana tarik
menarik antara kepentingan estetika dan politik. Munculnya
kelompok-kelompok seperti Sanggar Rakyat, Sanggar Bumi Tarung, hingga
LEKRA merupakan cermin dari kepentingan yang sama. 

Pameran
Dari Penjara ke Pigura yang baru saja selesai dalam rangka Festival
Salihara 2008 juga terinspirasi oleh gagasan-gagasan sejumlah tokoh
pergerakan yang menolak penjajahan kolonialisme Belanda. Diskusi ini
kurang lebih akan bertolak dari pelbagai peristiwa tersebut.

Menampilkan
pembicara Jim Supangkat, seorang kurator independen, dan salah satu
pengagas Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia; Agung Hujatnikajennong,
kurator Selasar Sunaryo Art Space, yang berpandangan progresif, dan
banyak mengikuti diskusi dan seminar di dalam maupun luar negeri.
Berperan sebagai moderator adalah Wicaksono Adi, seorang pemerhati seni
rupa yang tajam.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=4id=31item_id=505






  Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! 
Answers!
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Wawancara dengan Adonis: Puisi Memerdekakan Kita

2008-12-01 Terurut Topik MGR
Adonis: Puisi Memerdekakan Kita

ADONIS namanya. Kelabu rambutnya. Berkibar bagai surai singa tua.
Umurnya 78, tapi suaranya—termasuk saat membaca puisi itu di kantor
Tempo awal November lalu—masih berdaya. ”Perempuan dan cinta,” kata
penyair asal Suriah itu tentang resep awet mudanya. Lama tinggal di
Paris, dia terlihat necis dan menyala dengan jas tweed kelabu serta
kemeja merah marun.

selengkapnya:

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=499





  Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail 
ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Adonis, Meretas Sekat dan Batas

2008-11-13 Terurut Topik MGR
”… thus I no longer hesitate to say: / ’the I and the other / are me…”
Satu frasa dalam karya Adonis, ”A Desire Moving Through the Maps of the
Material” (1986-1987), sudah cukup mengungkapkan pendirian penyair dan
esais terkemuka dunia asal Suriah itu tentang ”liyan” (the other) dan
”yang diliyankan”.

Bagi Adonis (78), nama pena Ali Ahmad Saapos;id, sejak usia 19
tahun, sang liyan dan sang diri menyatu dalam kesatuan diri; terasing
dan diasingkan. Pengasingan tidak berarti secara fisik. Bahasa itu
sendiri lahir dalam keterasingan.
Seperti banyak intelektual Arab yang tinggal di negara lain, Adonis
hidup di antara dua keterasingan; di dalam dan di luar diri. ”I live
between the plague and the fire, with my language, with this speechless
worlds…,” begitu tulisnya dalam ”The Fall” (dari Songs of Mihyar).
selengkapnya di:
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=447




  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Salihara: Catatan Tubagus P. Svarajati

2008-11-13 Terurut Topik MGR
Seni juga perlu buat merk sebuah kelas, bendera sebuah gengsi.
— Goenawan Mohamad


SAYA terkesiap, setengah tak percaya pada
kenyataan di hadapan saya. Di depan saya adalah satu bangunan megah
dengan karakteristik cita rasa urban perkotaan kelas menengah-atas.
Itulah Komunitas Salihara.

Jumat petang (17/10), setelah
seharian perjalanan Semarang—Jakarta yang melelahkan, saya sampai di
pekarangan Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Situs
kesenian baru itu, konon, dibangun dengan biaya tiga puluh enam milyar
rupiah.

..


selengkapnya baca di:

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=449




  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan Ulang Tahun ke-3 Kongkow Bareng Gus Dur

2008-11-11 Terurut Topik MGR




Ulang Tahun 3
tahun Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H

 

Merawat
Kebhinnekaan Kita

 

Disahkannya RUU
Porno membuktikan ancaman terhadap kebhinnekaan di Indonesia dalam tahap yang
serius. Sebelumnya Perda-perda bernuansa Syariah di Indonesia juga diterapkan
secara paksa. Seola-olah tak peduli bahwa Indonesia dibentuk dari keberagaman
suku, agama, dan ras. Menyebut Indonesia tidak terbayang adanya satu ras, etnis
atau agama yang mendominasi. Berbeda dari negeri Malaysia—yang akan terbayang
ras Melayu—bangsa Arab yang didominasi oleh ras Arab. Indonesia adalah
kebhinnekaan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. 

 

Kini, adanya satu
kelompok atau ideologi yang merasa paling benar sendiri, membawa satu model
moralitas yang ingin dipaksakan, ingin menyeragamkan Indonesia, dan
menghancurkan kebhinnekaan yang menjadi karakter dan identitas Indonesia.

 

Ikuti refleksi 3
tahun Kongkow  Bareng Gus Dur di KBR68H, Sabtu
15 November 2008, pukul 10.00-12.00 WIB, di Jalan Utan Kayu No 68H, Jakarta, 
bertajuk
“Merawat Kebhinnekaan Kita” dengan tokoh-tokoh yang akan bicara:

 

KH Abdurrahman
Wahid, Adnan Buyung Nasution, Wimar Witoelar, Goenawan Mohamad, KH Nuril Arifin
(Gus Nuril), Romo Mudji Sutrisno, Ibu Pdt. JJ Merino-Krey (Ketua GKI di Tanah
Papua),  Lies Marcus-Natsir, KH Luqman
Hakiem, Ayu Utami, Romo Jus F Mewengkang

 

Moderator:
Mohamad Guntur Romli
Setelah acara dialog akan ada acara seni, Sdr Gresindo Sinaga dari STT Jakarta 
akan melagukan Mazmur, dan santri-santri Gus Nuril dari Pondok Pesantren 
Abdurrahman Wahid Soko Tunggal II akan membaca shalawat Nabi.





  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Pembacaan Puisi Adonis dan Kuliah Umum di Salihara

2008-11-02 Terurut Topik MGR
Salam,

Senin 3 November 2008 pukul 19.00 WIB di Teater Salihara tidak hanya akan 
digelar kuliah umum dari Adonis, beberapa puisi Adonis juga akan dibacakan 
sebelum Adonis memberikan ceramah. Puisi-puisinya  yang akan dibacakan diambil 
dari antologi puisi Adonis yang terkenal, Aghani Mihyar Dimasyqi Nyanyian 
Mihyar dari Damaskus. Sitok Srengenge dan Anya Rompas akan membacakan 
puisi-puisi Adonis dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Ahmad Mulyadi.

Silakan anda hadir pada acara ini, Kuliah Umum Adonis dan pembacaan puisi-puisi 
Adonis.

www.salihara.org

Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

[EMAIL PROTECTED]

http://guntur.name/


  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kuliah Umum Adonis: Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi

2008-10-27 Terurut Topik MGR
www.salihara.org

Kami mengundang anda untuk hadir dalam Kuliah Umum Adonis yang bertema 
Kebenaran, Agama dan Sastra. Pada kesempatan ini, Adonis, seorang penyair 
Arab modern akan memberikan kuliah berjudul Kebenaran Agama dan Kebenaran 
Puisi. Acara tersebut akan dilaksakan nanti pada:

Hari Senin, 3 November 2008, pukul 19.00 WIB
Tempat, Teater Salihara, Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

=
Adonis (Ali Ahmad Said Esber) adalah seorang penyair Arab kelahiran di
desa al-Qassabin, dekat Kota Lakasia Syria pada tahun 1930. Meskipun ia
baru bersekolah ketika berumur 13, anak seorang petani yang juga imam
masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa
serta telah hafal al-Quran. 

Pada tahun 1944, Adonis membacakan
puisi-puisi heroik karyanya sendiri di depan Presiden Syria Shukri
al-Kuwatli waktu itu yang membuat Presiden terpesona dan mengirimkan
Adonis masuk ke sebuah sekolah Prancis di kota Tartus, saking cerdasnya
Adonis sering melompat tingkat-tingkat kelas. Adonis lulus dari
Universitas Damaskus tahun 1954 dengan spesifikasi filsafat.

Di
masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan
sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya (1955). 

Pada
1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama
istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di
tanah jiran itu. 

Di negeri Cedar ini Adonis mendirikan Jurnal
Syi’ir (Puisi) tahun 1957—sebuah jurnal yang memuat dan menelaah
puisi-puisi Arab baik yang klasik dan modern—dan jurnal kebudayaan
mawaqif (sikap) tahun 1968. Di pertengahan tahun 70-an, Lebanon perang
saudara pecah dan tentara Israel memasuki Lebanon di tahun 1980-an. Di
tahun 1986 Adonis pindah ke Paris.

Adonis telah menulis karya:
puisi dan prosa kurang lebih 30 buku dan telah diterjemahkan dalam
pelbagai bahasa. Beberapakali namanya disebut sebagai calon terkuat
peraih hadiah Nobel Sastra (2005, 2006, 2007). 

Ia memiliki
karya baik prosa dan puisi dengan gaya bahasa yang jernih dan memukau,
sekaligus rumit. Puisi-puisinya adalah simbol kemodernan syair Arab.
Simbol yang terus menjadi kontroversi: dipuja sekaligus dikecam karena
mendobrak pakem-pakem puisi Arab yang telah mapan selama
berkurun-kurun. Inti ide Adonis memang mendobrak, dan mendorong
pembaharuan..Di sinilah letak urgensi karya Adonis, menggedor-gedor
yang sudah dianggap mapan, dan menguatkan pembaharuan dalam dua ranah
sekaligus: sastra dan agama.

Di Indonesia Adonis dikenal melalui
sebuah karya yang monumental berjudul al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang
Tetap dan Yang Berubah). Dalam buku yang terdiri empat jilid ini—LKiS
Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi
Sejarah-Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat
luas tentang pertarungan dua kubu di ranah sastra, teologi, politik,
dan budaya Arab-Islam. 

Kubu yang ingin menguatkan kemapanan
dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan Teks untuk
memaksakan satu versi tafsir yang sahih dan kubu yang bergairah
melakukan perubahan dengan menjadikan Teks sebagai khazanah tafsir yang
terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian, atau tak menganggap lagi
Teks sebagai sumber pengetahuan karena telah berasaskan pada akal. 

Kubu
pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah,
fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ) dengan
menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks
adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan, dan kedudukan sastra hanya
hamba bagi agama bukan kebebasan untuk mencipta. Dan sepanjang sejarah
Islam kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu
perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak sekaligus sastrawan yang
mengidamkan capaian ciptaan Adonis melakukan perlawanan dan
pembongkaran terhadap kubu kemapanan. 

Walhasil buku ini yang
asalnya disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon,
dituding sebagai karya seorang “atheis khas Timur”—bukan tidak mengakui
secara langsung adanya Tuhan seperti atheisme di Barat, tapi tidak
meyakini perantara (wasilah) antara Tuhan dan manusia: baik manusia
sempurna yang dikirim oleh Tuhan yang disebut nabi atau rasul, hingga
muatan yang dibawa rasul Tuhan itu: agama atau syariat. Tiadanya
wasilah itu berarti tidak adanya Tuhan.

Antologi Puisi Adonis
yang terkenal adalah, Aghânî Mihyâr Dimasyqî diterjemahkan ke bahasa
Inggris “Songs of Mihyar the Damamscene”, Al-A'mâl al Syi'riyyah
(kumpulan karya lengkap puisi-puisi Adonis, 3 jilid) diterjemahkan ke
bahasa Inggris “If Only the Sea Could Sleep”.

Beberapa studi
Adonis tentang puisi Arab, al-Shûfiyah wal Suryâniyah diterjemahkan ke
bahasa Inggris “Sufism and Surrealism”, Muqaddimah li Syi’ir Arabi
diterjemahkan “An Introduction to Arab Poetics”.

Dalam rangkaian
Festival Salihara November 2008, Adonis akan memberikan ceramah umum
berjudul “Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi”.


Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

[EMAIL 

  1   2   >