Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
BTW, mengutip pesan di bawah: "Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting." Ini saya rasa agak relatif. Deregulasi Bank tahun 88 bertujuan menciptakan BANYAK bank, yang artinya mengurangi monopoli perbankan. Banyaknya bank ini akan membantu mengurangi sistemik risk yang terkait dengan masalah "too big too fail". Kalau satu kecil yang gagal, masih banyak yang bisa menutupi/menopang. Masalahnya, yang kecil-kecil banyak ini ternyata cuma bank kerupuk/keropos yang kosong. Terlalu banyak pinjaman pada pihak terkait/grup konglomerasi pemilik bank. Akibatnya pinjaman kepada konglomerasinya sendiri kurang bermutu (proyek banyak yang kurang profitable tetap saja dikucurkan) sehingga kegagalan bank lebih mudah terjadi. Bank-bank yang banyak muncul ini juga menimbulkan persaingan yang sangat ketat sehingga banyak bank (di Amerika misalnya) mengeluarkan produk-produk derivatif beresiko tinggi yang kadang-kadang mereka sendiri tidak mengerti resikonya. Sebaliknya, kalau bank yang ada cuma bank-bank besar saja, masalahnya adalah too big too fail dan masalah manipulasi harga karena sifatnya yang relatif monopoli. Memberikan kuasa monopoli pada pihak yang fokus utamanya mencari keuntungan tentu berarti masyarakat umum akan rugi. Jadi memang perlu dicari formula yang tepat agar ada banyak bank (relatively independent untuk mencegah sistemik risk) tapi mereka harus sehat dan juga profitable tanpa membuat masyarakat/konsumen dirugikan. Gimana caranya? Silahkan kalau mau diskusi teknis.. - apakah ada jumlah bank optimal untuk satu propinsi. Apa variable penentunya? - Apakah ada jumlah aset bank yang optimal untuk per daerah (atau per 10 juta penduduk misalnya?) Bagaimana cara mencari nya? - --- On Fri, 27/11/09, winarto sugondo wrote: From: winarto sugondo Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 27 November, 2009, 6:53 PM 2009/11/24 Wahyoe Soedarmono > > Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting. > Di Indonesia, pasar finansial sudah mulai bekerja dengan baik untuk > mendisiplinkan bank agar risk management tidak procyclical. Tetapi, BI > nampaknya belum memulai memikirkan penguatan market discipline ini sampai > dengan 2010. > > Salam, > __ Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7. Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
PSAK 50-55 Pak, tergantung banknya untuk kesuksesannya. Salam, Winarto Sugondo 2009/11/24 Wahyoe Soedarmono > > > > > Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan > > yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat > > bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk. > > Setidaknya ada dua mekanisme agar manajamen kredit (kapital) tdk > pro-siklis. Penelitian saya untuk perbankan di Indonesia sejak 2004-2007 > menggunakan monthly data, menunjukkan bahwa bank-bank besar dan bank yang > lebih terikat dengan aktivitas pasar finansial cenderung mengurangi modal > saat ekonomi turun (sehingga meningkatkan alokasi kredit) dan meningkatkan > modal saat ekonomi naik (untuk berjaga-jaga terhadap risiko kredit di saat > boom). > > Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting. > Di Indonesia, pasar finansial sudah mulai bekerja dengan baik untuk > mendisiplinkan bank agar risk management tidak procyclical. Tetapi, BI > nampaknya belum memulai memikirkan penguatan market discipline ini sampai > dengan 2010. > > Salam, > > Wahyoe Soedarmono > PhD candidate, specialised in Banking & Corporate Finance > Teaching Assistant at the Department of Economics > Université de Limoges, France > > --- On Mon, 11/23/09, Poltak Hotradero > > > wrote: > > From: Poltak Hotradero > > > Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan > Bail-Out > To: > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Date: Monday, November 23, 2009, 10:54 PM > > > > > At 12:23 PM 11/24/2009, you wrote: > > Resiko kredit sangat mudah mengalami underestimasi, karena bersifat > > pro-cyclical. > > Ketika ekonomi sedang bagus, maka portofolio kredit akan kelihatan > > bagus-bagus sehingga resiko terlihat lebih kecil dari sebenarnya. Di > > saat ekonomi bagus, bank pun dapat dengan lebih mudah menggalang dana > > - mulai dari right issue sampai dengan penerbitan obligasi dan subdebt. > > Sementara pada saat ekonomi terganggu - maka dengan cepat kredit yang > > asalnya kelihatan bagus, menjadi terlihat jelek (dan biasanya menjadi > > jelek secara menyuluruh)- - dan provisi/pencadangan di level perbankan > > akan meningkat. Padahal semakin tinggi provisi, maka semakin kecil > > juga ruang yang tersedia bagi perbankan untuk memperbaiki profil > > portofolio mereka. Padahal justru di keadaan seperti itulah paling > > sulit untuk melakukan penggalangan dana -- mau right issue harga > > sahamnya langsung jeblok dan bisa-bisa nggak laku... mau terbitkan > > obligasi -- bunganya malah bisa jadi lebih tinggi dari seharusnya -- > > mau terbitkan subdebt -- bisa lebih nggak mungkin lagi. > > Bank memang selalu dalam posisi ekstreme -- pas ekonomi bagus banjir > > duit -- tetapi pas ekonomi jelek, bukan cuma duitnya seret (karena > > ditarik nasabah) -- tetapi kredit yang sudah disalurkan pun bisa > > macet, padahal modal makin cekak... > > Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan > > yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat > > bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk. > > Tetapi seperti yang terjadi saat Great Depression -- kita tidak > > pernah tahu kapan dan di mana batas ekonomi memburuk dan akan sampai > kapan > > Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua > > http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com > > = > > Perhatian : > > - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor > posting sebelumnya > > - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota > yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas > > - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan > ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.com > > MARKETPLACE > > > Parenting Zone: Your community resource for family and home > > > > > Switch to: Text-Only, Daily Digest Unsubscribe Terms of Use > > . > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/ed
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk. Setidaknya ada dua mekanisme agar manajamen kredit (kapital) tdk pro-siklis. Penelitian saya untuk perbankan di Indonesia sejak 2004-2007 menggunakan monthly data, menunjukkan bahwa bank-bank besar dan bank yang lebih terikat dengan aktivitas pasar finansial cenderung mengurangi modal saat ekonomi turun (sehingga meningkatkan alokasi kredit) dan meningkatkan modal saat ekonomi naik (untuk berjaga-jaga terhadap risiko kredit di saat boom). Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting. Di Indonesia, pasar finansial sudah mulai bekerja dengan baik untuk mendisiplinkan bank agar risk management tidak procyclical. Tetapi, BI nampaknya belum memulai memikirkan penguatan market discipline ini sampai dengan 2010. Salam, Wahyoe Soedarmono PhD candidate, specialised in Banking & Corporate Finance Teaching Assistant at the Department of Economics Université de Limoges, France --- On Mon, 11/23/09, Poltak Hotradero wrote: From: Poltak Hotradero Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, November 23, 2009, 10:54 PM At 12:23 PM 11/24/2009, you wrote: Resiko kredit sangat mudah mengalami underestimasi, karena bersifat pro-cyclical. Ketika ekonomi sedang bagus, maka portofolio kredit akan kelihatan bagus-bagus sehingga resiko terlihat lebih kecil dari sebenarnya. Di saat ekonomi bagus, bank pun dapat dengan lebih mudah menggalang dana - mulai dari right issue sampai dengan penerbitan obligasi dan subdebt. Sementara pada saat ekonomi terganggu - maka dengan cepat kredit yang asalnya kelihatan bagus, menjadi terlihat jelek (dan biasanya menjadi jelek secara menyuluruh)- - dan provisi/pencadangan di level perbankan akan meningkat. Padahal semakin tinggi provisi, maka semakin kecil juga ruang yang tersedia bagi perbankan untuk memperbaiki profil portofolio mereka. Padahal justru di keadaan seperti itulah paling sulit untuk melakukan penggalangan dana -- mau right issue harga sahamnya langsung jeblok dan bisa-bisa nggak laku... mau terbitkan obligasi -- bunganya malah bisa jadi lebih tinggi dari seharusnya -- mau terbitkan subdebt -- bisa lebih nggak mungkin lagi. Bank memang selalu dalam posisi ekstreme -- pas ekonomi bagus banjir duit -- tetapi pas ekonomi jelek, bukan cuma duitnya seret (karena ditarik nasabah) -- tetapi kredit yang sudah disalurkan pun bisa macet, padahal modal makin cekak... Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk. Tetapi seperti yang terjadi saat Great Depression -- kita tidak pernah tahu kapan dan di mana batas ekonomi memburuk dan akan sampai kapan Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.com MARKETPLACE Parenting Zone: Your community resource for family and home Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
At 12:23 PM 11/24/2009, you wrote: Resiko kredit sangat mudah mengalami underestimasi, karena bersifat pro-cyclical. Ketika ekonomi sedang bagus, maka portofolio kredit akan kelihatan bagus-bagus sehingga resiko terlihat lebih kecil dari sebenarnya. Di saat ekonomi bagus, bank pun dapat dengan lebih mudah menggalang dana - mulai dari right issue sampai dengan penerbitan obligasi dan subdebt. Sementara pada saat ekonomi terganggu - maka dengan cepat kredit yang asalnya kelihatan bagus, menjadi terlihat jelek (dan biasanya menjadi jelek secara menyuluruh)-- dan provisi/pencadangan di level perbankan akan meningkat. Padahal semakin tinggi provisi, maka semakin kecil juga ruang yang tersedia bagi perbankan untuk memperbaiki profil portofolio mereka. Padahal justru di keadaan seperti itulah paling sulit untuk melakukan penggalangan dana -- mau right issue harga sahamnya langsung jeblok dan bisa-bisa nggak laku... mau terbitkan obligasi -- bunganya malah bisa jadi lebih tinggi dari seharusnya -- mau terbitkan subdebt -- bisa lebih nggak mungkin lagi. Bank memang selalu dalam posisi ekstreme -- pas ekonomi bagus banjir duit -- tetapi pas ekonomi jelek, bukan cuma duitnya seret (karena ditarik nasabah) -- tetapi kredit yang sudah disalurkan pun bisa macet, padahal modal makin cekak... Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk. Tetapi seperti yang terjadi saat Great Depression -- kita tidak pernah tahu kapan dan di mana batas ekonomi memburuk dan akan sampai kapan > > >Sebuah Bank punya beberapa macam resiko yang perlu diperhatikan. Kita ambil >2 saja untuk sementara ini. > >Satu: Resiko RUGI, artinya modalnya habis gara-gara bisnis/pinjamannya >banyak yang nonperforming, banyak yang ngemplang. Dalam resiko ini kita >kenal kata "too big to fail". Artinya kalau ada bank raksasa (citibank, BCA, >Mandiri, yang pegang monopoli/oligopoli) sampai bangkrut, maka uang >masyarakat (deposito/tabungan) akan banyak yang tidak bisa dibayarkan dan >banyak masyarakat dan perusahaan-perusahaan kecil yang membutuhkan bank ini >akan merana. > >Dua: Resiko LIKUIDITAS. Sebuah bank bisa saja beruntung, seluruh peminjamnya >perform dan tiap bulan mengembalikan 3% dari pokok pinjaman berikut tambahan >bunganya. Jadi tidak ada masalah dengan modal yang berkurang seperti pada >resiko rugi diatas. Masalahnya, karena pinjaman yang diberikan ke perusahaan >lain ini cuma kembali (pokok) 3% dari total pinjaman tiap bulannya, maka ada >kemungkinan nasabah yang mendepositokan uang di bank ini menarik dana dengan
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
Sebuah Bank punya beberapa macam resiko yang perlu diperhatikan. Kita ambil 2 saja untuk sementara ini. Satu: Resiko RUGI, artinya modalnya habis gara-gara bisnis/pinjamannya banyak yang nonperforming, banyak yang ngemplang. Dalam resiko ini kita kenal kata "too big to fail". Artinya kalau ada bank raksasa (citibank, BCA, Mandiri, yang pegang monopoli/oligopoli) sampai bangkrut, maka uang masyarakat (deposito/tabungan) akan banyak yang tidak bisa dibayarkan dan banyak masyarakat dan perusahaan-perusahaan kecil yang membutuhkan bank ini akan merana. Dua: Resiko LIKUIDITAS. Sebuah bank bisa saja beruntung, seluruh peminjamnya perform dan tiap bulan mengembalikan 3% dari pokok pinjaman berikut tambahan bunganya. Jadi tidak ada masalah dengan modal yang berkurang seperti pada resiko rugi diatas. Masalahnya, karena pinjaman yang diberikan ke perusahaan lain ini cuma kembali (pokok) 3% dari total pinjaman tiap bulannya, maka ada kemungkinan nasabah yang mendepositokan uang di bank ini menarik dana dengan tiba-tiba. Kita contohkan saja Bank Ceker Ayam, punya modal 50 juta, dapat tambahan dana deposito dari Pak A 50 juta lagi. Bank Ceker ini rada goblok, gak ngerti resiko likuiditas dan langsung meminjamkan total 100 juta dana yang dimilikinya ke Pak B. Tiap bulan Pak B mengembalikan 3 juta plus tambahan Rp. 100 ribu bunga. Tapi tiba-tiba saja baru bulan ke 8, pada tahun 2012 Pak A ketakutan karena katanya mau kiamat. Buru-burulah ia menarik uangnya sebanyak 50 juta dari bank Ceker tersebut. Bank Ceker belum punya uang karena belum balik seluruhnya. Ia tidak bisa minta dari pak B sebab kontraknya cuma harus bayar 3 juta per bulan plus bunga. Pak A marah marah sebab Bank Ceker ini tidak becus dan dimajukan ke pengadilan (bisa dibangkrutkan atau dipenalti). Inilah resiko likuiditas. Dalam kasus bank Century, resiko yang ingin dihindari bukanlah resiko Rugi, sebab bank ini bukan bank yang termasuk "Too big too fail". Namun yang ingin dihindari adalah resiko likuiditas, dimana banyak orang/nasabah berbondong-bondong ingin menarik uangnya bukan cuma dari bank Century, tapi juga dari bank-bank besar lainnya (sebab rumornya banyak bank yang mau di tutup..). Kedua-duanya termasuk dalam resiko sistemik perbankan. On Tue, Nov 24, 2009 at 1:23 AM, wrote: > Maksud semua harus memiliki tingkat likuiditas tinggi apa pak? > Powered by Telkomsel BlackBerry® > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
Maksud semua harus memiliki tingkat likuiditas tinggi apa pak? Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: winarto sugondo Date: Mon, 23 Nov 2009 22:18:43 To: Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out Setuju banget Bang. Itulah kalau menurut saya pribadi sebaiknya semuanya harus memiliki tingkat Likuiditas yang tinggi. On Mon, Nov 23, 2009 at 7:19 PM, Poltak Hotradero wrote: > > > At 06:09 PM 11/23/2009, you wrote: > > Memang itu resikonya punya sistem perbankan. > Di sebelah kanan Balance Sheet isinya duit orang (dan duit bank > lain), di sebelah kiri balance sheet isinya tagihan ke orang lain > (dan juga bank lain). > > Kanan keganggu -- repot > Kiri keganggu -- repot juga. > Dua-duanya sensitif terhadap suku bunga. > Terlalu tinggi salah, terlalu rendah salah... > > Nggak punya sistem perbankan memang nggak akan terganggu -- tetapi > harus siap lebih repot lagi dengan tidak adanya pertumbuhan ekonomi... > > > > > > > >Monday,November 23, 2009 > >THE WALL STREET JOURNAL | Opinion Journal > > > >AIG and Systemic Risk > > > >Geithner says credit-default swaps weren't the problem, after all. > >TARP Inspector General Neil Barofsky keeps committing flagrant acts of > >political transparency, which if nothing else ought to inform the debate > >going forward over financial reform. In his latest bombshell, the IG > >discloses that the New York Federal Reserve did not believe that AIG's > >credit-default swap (CDS) counterparties posed a systemic financial risk. > > > >Hello? > > > >For the last year, the entire Beltway theory of the financial panic has > >been based on the claim that the "opaque," unregulated CDS market had > >forced the Fed to take over AIG and pay off its counterparties, lest the > >system collapse. Yet we now learn from Mr. Barofsky that saving the > >counterparties was not the reason for the bailout. > > > [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
Setuju banget Bang. Itulah kalau menurut saya pribadi sebaiknya semuanya harus memiliki tingkat Likuiditas yang tinggi. On Mon, Nov 23, 2009 at 7:19 PM, Poltak Hotradero wrote: > > > At 06:09 PM 11/23/2009, you wrote: > > Memang itu resikonya punya sistem perbankan. > Di sebelah kanan Balance Sheet isinya duit orang (dan duit bank > lain), di sebelah kiri balance sheet isinya tagihan ke orang lain > (dan juga bank lain). > > Kanan keganggu -- repot > Kiri keganggu -- repot juga. > Dua-duanya sensitif terhadap suku bunga. > Terlalu tinggi salah, terlalu rendah salah... > > Nggak punya sistem perbankan memang nggak akan terganggu -- tetapi > harus siap lebih repot lagi dengan tidak adanya pertumbuhan ekonomi... > > > > > > > >Monday,November 23, 2009 > >THE WALL STREET JOURNAL | Opinion Journal > > > >AIG and Systemic Risk > > > >Geithner says credit-default swaps weren't the problem, after all. > >TARP Inspector General Neil Barofsky keeps committing flagrant acts of > >political transparency, which if nothing else ought to inform the debate > >going forward over financial reform. In his latest bombshell, the IG > >discloses that the New York Federal Reserve did not believe that AIG's > >credit-default swap (CDS) counterparties posed a systemic financial risk. > > > >Hello? > > > >For the last year, the entire Beltway theory of the financial panic has > >been based on the claim that the "opaque," unregulated CDS market had > >forced the Fed to take over AIG and pay off its counterparties, lest the > >system collapse. Yet we now learn from Mr. Barofsky that saving the > >counterparties was not the reason for the bailout. > > > [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
At 06:09 PM 11/23/2009, you wrote: Memang itu resikonya punya sistem perbankan. Di sebelah kanan Balance Sheet isinya duit orang (dan duit bank lain), di sebelah kiri balance sheet isinya tagihan ke orang lain (dan juga bank lain). Kanan keganggu -- repot Kiri keganggu -- repot juga. Dua-duanya sensitif terhadap suku bunga. Terlalu tinggi salah, terlalu rendah salah... Nggak punya sistem perbankan memang nggak akan terganggu -- tetapi harus siap lebih repot lagi dengan tidak adanya pertumbuhan ekonomi... > > >Monday,November 23, 2009 >THE WALL STREET JOURNAL | Opinion Journal > >AIG and Systemic Risk > >Geithner says credit-default swaps weren't the problem, after all. >TARP Inspector General Neil Barofsky keeps committing flagrant acts of >political transparency, which if nothing else ought to inform the debate >going forward over financial reform. In his latest bombshell, the IG >discloses that the New York Federal Reserve did not believe that AIG's >credit-default swap (CDS) counterparties posed a systemic financial risk. > >Hello? > >For the last year, the entire Beltway theory of the financial panic has >been based on the claim that the "opaque," unregulated CDS market had >forced the Fed to take over AIG and pay off its counterparties, lest the >system collapse. Yet we now learn from Mr. Barofsky that saving the >counterparties was not the reason for the bailout.
[Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
Monday,November 23, 2009 THE WALL STREET JOURNAL | Opinion Journal AIG and Systemic Risk Geithner says credit-default swaps weren't the problem, after all. TARP Inspector General Neil Barofsky keeps committing flagrant acts of political transparency, which if nothing else ought to inform the debate going forward over financial reform. In his latest bombshell, the IG discloses that the New York Federal Reserve did not believe that AIG's credit-default swap (CDS) counterparties posed a systemic financial risk. Hello? For the last year, the entire Beltway theory of the financial panic has been based on the claim that the "opaque," unregulated CDS market had forced the Fed to take over AIG and pay off its counterparties, lest the system collapse. Yet we now learn from Mr. Barofsky that saving the counterparties was not the reason for the bailout. In the fall of 2008 the New York Fed drove a baby-soft bargain with AIG's credit-default-swap counterparties. The Fed's taxpayer-funded vehicle, Maiden Lane III, bought out the counterparties' mortgage-backed securities at 100 cents on the dollar, effectively canceling out the CDS contracts. This was miles above what those assets could have fetched in the market at that time, if they could have been sold at all. The New York Fed president at the time was none other than Timothy Geithner, the current Treasury Secretary, and Mr. Geithner now tells Mr. Barofsky that in deciding to make the counterparties whole, "the financial condition of the counterparties was not a relevant factor." This is startling. In April we noted in these columns that Goldman Sachs, a major AIG counterparty, would certainly have suffered from an AIG failure. And in his latest report, Mr. Barofsky comes to the same conclusion. But if Mr. Geithner now says the AIG bailout wasn't driven by a need to rescue CDS counterparties, then what was the point? Why pay Goldman and even foreign banks like Societe Generale billions of tax dollars to make them whole? Both Treasury and the Fed say they think it would have been inappropriate for the government to muscle counterparties to accept haircuts, though the New York Fed tried to persuade them to accept less than par. Regulators say that having taxpayers buy out the counterparties improved AIG's liquidity position, but why was it important to keep AIG liquid if not to protect some class of creditors? Yesterday, Mr. Geithner introduced a new explanation, which is that AIG might not have been able to pay claims to its insurance policy holders: "AIG was providing a range of insurance products to households across the country. And if AIG had defaulted, you would have seen a downgrade leading to the liquidation and failure of a set of insurance contracts that touched Americans across this country and, of course, savers around the world." Yet, if there is one thing that all observers seemed to agree on last year, it was that AIG's money to pay policyholders was segregated and safe inside the regulated insurance subsidiaries. If the real systemic danger was the condition of these highly regulated subsidiarieswhere there was no CDS tradingthen the Beltway narrative implodes. Interestingly, in Treasury's official response to the Barofsky report, Assistant Secretary Herbert Allison explains why the department acted to prevent an AIG bankruptcy. He mentions the "global scope of AIG, its importance to the American retirement system, and its presence in the commercial paper and other financial markets." He does not mention CDS. All of this would seem to be relevant to the financial reform that Treasury wants to plow through Congress. For example, if AIG's CDS contracts were not the systemic risk, then what is the argument for restructuring the derivatives market? After Lehman's failure, CDS contracts were quickly settled according to the industry protocol. Despite fears of systemic risk, none of the large banks, either acting as a counterparty to Lehman or as a buyer of CDS on Lehman itself, turned out to have major exposure. More broadly, lawmakers now have an opportunity to dig deeper into the nature of moral hazard and the restoration of a healthy financial system. Barney Frank and Chris Dodd are pushing to give regulators "resolution authority" for struggling firms. Under both of their bills, this would mean unlimited ability to spend unlimited taxpayer sums to prevent an unlimited universe of firms from failing. Americans know that's not the answer, but what is the best solution to the too-big-to-fail problem? And how exactly does one measure systemic risk? To answer these questions, it's essential that we first learn the lessons of 2008. This is where reports like Mr. Barofsky's are valuable, telling us things that the government doesn't want us to know. In remarks Tuesday that were interpreted as a veiled response to Mr. Barofsky's report, Mr. Geithner said, "It's a great strength of our country, that you're going to have the chance for a range o