RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
--- -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas Yanuar, Saya akan komentari beberapa pint penting, kebetulan saya sedang sibuk sekali dan hanya punya 1/2 jam sehari untuk buka2 milist, point2 lain bisa menyusulk. > > Liberalisasi haruslah dengan arah yang benar.. kalau > kita menganggap > liberalisasi adalah langkah perubahan.. kata bung > Hatta soal perubahan > "Satu-satunya syarat berhasilnya sebuah revolusi > adalah pemimpinnya tahu > kemana revolusi akan dibawa dan bertanggungjawab > dalam pelaksanaannya" Arah nya jelas : "KESEJAHTRAAN"; Teori ekonominya sangat solid dan bukti empirisme luar biasa banyaknya; Cara mudah nya silahkan lihat ratusan "Economic Special Zone" yang mebentang di selatan china, juga di sekitar bangalore (India), vietnam , afrika selatan, chile etc bahkan dulu di BATAM; kenapa "special zone" ini begitu berkembang ??? Mungkin tidak cukup waktu disini, tapi silahkan baca2 buku atau jurnal2 ilmiah tentang internatinal finance atau empirical finance tentang liberalisasi; >Kita sering melihat liberalisasi "text book", tapi kita tak pernah > menyentuh >asumsi pembentuknya sehingga liberalisasi itu menjadi relevan untuk > orang >banyak di dunia nyata... care to elabotare ? > > Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan > > hukum ... titik. > > Dan itu terutama pemberantasan korupsi. > > Betul, sehingga harus didorong kan... Ya dan Liberalisasi adalah cara mendorong perbaikan paling ampuh ... > > Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian > > buanyak contoh buruk peran agen goverment > dalam > > ekonomi. > > Apa itu negara? Kalau kita melihat negara, maka ada > tiga pihak (1) > pemerintah; (2) Dunia Usaha dan (3) Masyarakat .. Jamsostek adalah entitas brokrasi Pemerintah/goverment, > Terkait sistem jaminan > sosial, boleh dilihat di banyak negara .. semuanya > menjadi rezim negara.. Ya di kebanyakan negara, tapi TIDAK SEMUA, dan sebagian sudah sadar bahwa itu tidak akan sustainable, dan sedang berusaha mem-privatisasi jaringan sosial-nya; Hanya karena banyak negara memakai sistem yang salah, tidak berarti harus di tiru. Apalagi kalau negara yang bersangkutan sendiri justru sadar kalau sistemnya salah, dan sedang berusaha memperbaikinya; harus "ahead of the curve" lah ... > Amerika mengaturnya 100% di bujet pemerintah, > sekarang Bush mau ikut Eropa > dengan "meliberalisasi" Jamsos.. dia ditentang dan > dicerca, bahkan kandidat > calon presiden dari partai republik merasa rencana > bush menghalangi > popularitas mereka.. Mas Yanuar, saya menganjurkan liberalisasi bukan karena Amerika. Kalaupun besok, saya bangun pagi dan membaca berita bahwa Amerika tiba2 menjadi komunis, itu tidak merubah kenyataan bahwa liberalisasi adalah jalan terbaik untuk mencapai kesejahtraan; >di kita modal > disetor pemerintah di Jamsostek 50miliar TAPI tarik > deviden di atas 40% tiap > tahun... padahal berputar dari hutang premi 39T.. > Korupsi dan perampokannya > dimana-mana kan? Tapi, kenapa teman-teman di bursa > diam saja? Apakah karena > senang dapat order Jamsostek? Ini masalah kita > semua, revitalisasi bukan > hanya soal rebutan order dan kursi jabatan.. Liberalisai akan meminimalkan peluang korupsi diatas; > Coba liat kasus-kasus Divestasi BUMN, minta > Bapepam-LK gelar perkara, pake > duit siapa itu goreng turunin harga patokan > divestasi? Terus kenapa sih > Jamsostek performace placement order-nya di market, > berpola bid di harga > cenderung mahal dan ask di harga cenderung murah > (liat rilis yang saya > attach sebelumnya, bahkan di saham blue chip BUMN > posisinya negative > spread).. Ini kan, indikator analisa bahwa untuk > dapat untung di pasar yang > tak efisien, perlu dana "dongkrak"... itu ada > petunjuk indikasi di placement > Jamsostek kan? > > Sudah bukan rahasia lah kawan-kawan di sekuritas > merasa ada yang "lucu" > disana, lalu apakah akan terus kita biarkan? Tidak akan saya biarkan, karena itu saya usulkan liberalisasi Jamsostek; > Liat di data yang saya attach link-nya di posting > sebelumnya, ekspor naik > hanya karena harga komoditas primer naik (bukan > volume), impor turun hanya > karena harga minyak turun.. Lalu, liat juga kenaikan > BBM berkorelasi dengan > PHK serta dampaknya ke penurunan daya beli dari > korelasi impor, ekspor di > neraca perdagangan serta cadangan devisa.. terlihat > daya beli jatuh.. > subsidi itu, seperti diakui Menko Perekonomian > berdampak panjang ke > konsolidasi daya beli... Pencabutan subsidi BBM memang berpengaruh negative jalam jangka pendek terhadap daya beli. Ibarat Obat, memang pahit, tapi manfaat nya dalam jangka panjang sangat terasa terutama pada kesehatan fiskal. Segala kebijakan ada cost nya, untuk pengurangan Subsidi BBM, menurut hemat saya, benefitnya lebih besar dari costnya; (detail bisa menyusul di diskusi terpisah, terlalu panjang kalau di jadikan satu begini); > Kenapa makro stabil, karena ada biaya moneter dari > BI yang keluar kan? Sekali lagi, segala "decision
[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
Bapapepam yg harus menegaskan standard market discipline yg diinginkan dan BEJ tinggal menerapkannya saja. Manipulasi pasar di bursa2 internasional lainnya adalah tindakan kriminal. Ada kriteria2nya dimana pergerakan harga dianggap artificial yg merupakan hasil manipulasi pemain pasar. BEJ harus memantau pelanggaran kriteria2 ini dan kalau BEJ tidak mau menetapkan peraturan Bapepam yah ... tutup aja buat bursa baru. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > At 11:11 AM 9/28/2007, you wrote: > > >Knapa BEJ tidak membuang saham gorengan yg naik dan turun suka-suka > >si BD?. BEJ > >seharusnya berani dgn tegas 'membuang' saham seperti itu dari bursa. > > > BEJ kan pemasukan terbesarnya berasal dari fee transaksi. > Membuang saham gorengan ya sama dengan merusak periuk nasi sendiri :D > Dan karena BEJ sendiri sahamnya dimiliki oleh anggota bursa (yang > beberapa diantaranya banyak terlibat di saham gorengan) - akan > semakin kecil insentif untuk menghilangkan saham gorengan. > > Ujungnya ya diserahkan pada investor sendiri. > Caveat Emptor! (Pembeli harap hati-hati... (Latin)). >
[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
> > Poltak Hotradero menulis: > > Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu > > sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik. DP: Informasi asimetrik itu definisinya apa sih? Kalau berarti ada yg memiliki informasi lebih yg bersifat non-public itu artinya insider information. Memanfaatkan insider information dari suatu public company ialah tindakan kriminal dalam banyak yurisdiksi pasar modal di belahan dunia lain. > Prinsip dasar pola manipulasi-nya sih begitu.. Tapi, menjadi tidak selalu > demikiankenapa dari sisi "pencegahan" di AS diperkenalkan sistem > dealer, agar inherent risk dari market manipulation dapat dicegah.. > > Menggoreng dalam arti teknikal adalah domain sistem dealer dengan model > Market Maker (diterapkan di Nasdaq, di Euro Next disebut dengan istilah > Liquidity Provider)... Broker dengan status MM jelas Bandar, dan domain > pengelolaan nasabahnya adalah hedge fund.. Lalu, apakah dengan sistem Jantan > a.k.a terbuka dia tak dapat goreng saham? Padahal target return hedge fund > melebihi produk konvensional. .. DP: Adanya peran market maker yg terutama ialah menambah likuiditas pasar sehingga lebih mudah bagi investor utk menjual dan membeli. Tidak ada urusannya dg insider information. Informasi yg sah utk dijadikan landasan berinvestasi itu cuma dua: 1. Informasi publik yg dikeluarkan oleh emiten spt laporan keuangan, corporate action, paparan publik dan pengumuman resmi lainnya. 2. Estimasi dan proyeksi yg dibuat oleh analis atau investor. Ketidak simetrisan informasi yg sah hanya ada pada point 2. Selain itu illegal dan malah kriminal. > > Ini bukan praktek "baru-baru ini".. sudah lama kayak gini, dulu disebut T+ > .. main-main dengan overnight deposit dan pembiayaan marjin dengan > perbankan..Padahal, pasar "lending & borrowing" (SLB) tidak tumbuh.. > maksudnya tumbuh secara legal.. kalau ilegal mah banyak, dan ini dipelihara > kan?! Berjamaah lah ... Kita tak pernah tahu posisi, itu asimetrik paling > jahat.. Tapi, kan karena gitu saham-nya bisa lincah ha3x.. dan katanya pasar > modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil semua > elitnya langsung roaming :) > > > Saham "dikandangkan" dengan cara membeli sebanyak mungkin saham yang akan > > digoreng -- lalu mengagunkan saham tersebut (dengan iming-iming bunga dan > > overcollateralisasi ) untuk memperoleh pinjaman yang selanjutnya > > digunakan untuk membeli saham yang sama. DP: Perlu ada regulasi yg jelas mengenai short selling. Short selling, yaitu menjual saham tanpa ada barangnya yg kemudian dibeli di pasar dg harga lebih murah ketika trend pasar menurun ialah termasuk kegiatan investasi yg absah. Yg belum ada ialah regulasi yg jelas dari Bapepam sehingga resiko pada integritas pasar dapat dikendalikan. > Di Rekening Efek, kan ada rekening untuk pinjam meminjam efek.. liat aja > isinya ada atau tidak? Balik lagi, ini kan SLB kayak hantu di bursa kita.. > Makanya, TMPI terjadi lagi mengulang DSFI dan BIMA di tahun 2003.. padahal, > kita kenal penjaminan, jadi ada novasi Tapi, ya lain teori lain praktek > kan :) > > > Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan melibatkan banyak pihak > > dan penyandang dana. Dengan praktek ini - stok saham di pasar akan > > menyusut -- sehingga gampang "digoreng". DP: Ini praktek2 yg bertentangan dg standar market discipline internasional. Perlu regulasi yg sesuai. > > > Mengenai aspek moral dari goreng-menggoreng saham ini -- saya > > serahkan pada masing-masing pihak untuk menjawabnya sendiri... > > He3x :) "Kebohongan pertama akan melahirkan kebohongan berikutnya" Untuk > itu, kalau ketahuan bohong aja dibiarkan apakah tidak akan melahirkan > berjuta-juta kebohongan.. Dan, sistem pasar kan menuntut peran Negara > sebagai penjaga integritas moral pasar.. atau kita menganggap sistem pasar > itu, bebas berbuat sesuka hati :) DP: Jelas aspek moralnya negatif sehingga manipulasi pasar dikategorikan kriminal di banyak yurisdiksi lain. > > Ukurannya sederhana: "apakah investor memperoleh nilai tambah dari aksi > > ini?" > > Tergantung Bos, kalau bagian dari konspirasi ya Uuuuntung banget... kalau > bagian dari follower yang jago baca arah bandar, ya untung juga... yang tak > dapat nilai tambah sama sekali adalah perekonomian, karena intermediasi ke > sektor riil dibiarkan RUSAK... yang paling apes, ya rakyat di luar stadion > "boro-boro beli saham, buat konsumsi aja nombok".. DP: Etika dalam pasar modal yg terutama ialah menjaga integritas pasar, etika lainnya adalah pribadi sifatnya. Kalau orang merasa tertipu artinya integritas pasar rusak. Apakah mengejar laba besar itu berakhlak atau tidak ini bukan urusan integritas pasar. Orang boleh berlaba selama tidak merusak integritas pasar.
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
> Wawan Taufiq Nasich menulis: >> posting Yanuar Rizky sebelumnya: >> Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana >> 7,3 juta orang buruh.. >> Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, >> spreading performance-nya >> dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee >> broker aja bayar mahal.. >> Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, >> jutaan orang >> terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. >> Itu kan peran negara, >> menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah >> divestasi saham BUMN yang tak >> pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola >> digoreng turun :( > > > Itu Jamsostek-nya yang ngga bener, dan lagi2 karena > birokrasi dan monopoli. Sepakat.. ayo dong dilawan sama-sama.. perubahan kan harus digerakkan.. > Mungkin sebaiknya Jamsostek juga di liberalisasi, biar > perusahaan2/individu bebas memakai jasa Fund manajer > yang andal dan punya integritas untuk mengelola dana > kesejahtraan para buruh sesuai profil resiko masing2. Liberalisasi haruslah dengan arah yang benar.. kalau kita menganggap liberalisasi adalah langkah perubahan.. kata bung Hatta soal perubahan "Satu-satunya syarat berhasilnya sebuah revolusi adalah pemimpinnya tahu kemana revolusi akan dibawa dan bertanggungjawab dalam pelaksanaannya" Kita sering melihat liberalisasi "text book", tapi kita tak pernah menyentuh asumsi pembentuknya sehingga liberalisasi itu menjadi relevan untuk orang banyak di dunia nyata... > Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan > hukum ... titik. > Dan itu terutama pemberantasan korupsi. Betul, sehingga harus didorong kan... > Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian > buanyak contoh buruk peran agen goverment dalam > ekonomi. Apa itu negara? Kalau kita melihat negara, maka ada tiga pihak (1) pemerintah; (2) Dunia Usaha dan (3) Masyarakat .. Terkait sistem jaminan sosial, boleh dilihat di banyak negara .. semuanya menjadi rezim negara.. Amerika mengaturnya 100% di bujet pemerintah, sekarang Bush mau ikut Eropa dengan "meliberalisasi" Jamsos.. dia ditentang dan dicerca, bahkan kandidat calon presiden dari partai republik merasa rencana bush menghalangi popularitas mereka.. Model eropa, sistem jaminan sosial adalah bisnis model asuransi, tapi objektifnya adalah jaring pengaman sosial. Sehingga, ada premi pengusaha (JHT, dana pemsiun, Pesangon, Kesehatan, Kematian) + premi buruh (JHT, dana pensiun) + re-distribusi fiskal dari bujet pemerintah (penguat dana cadangan jaminan sosial).. Itulah yang disebut wali amanah, karena semua bayar premi.. di kita modal disetor pemerintah di Jamsostek 50miliar TAPI tarik deviden di atas 40% tiap tahun... padahal berputar dari hutang premi 39T.. Korupsi dan perampokannya dimana-mana kan? Tapi, kenapa teman-teman di bursa diam saja? Apakah karena senang dapat order Jamsostek? Ini masalah kita semua, revitalisasi bukan hanya soal rebutan order dan kursi jabatan.. Coba liat kasus-kasus Divestasi BUMN, minta Bapepam-LK gelar perkara, pake duit siapa itu goreng turunin harga patokan divestasi? Terus kenapa sih Jamsostek performace placement order-nya di market, berpola bid di harga cenderung mahal dan ask di harga cenderung murah (liat rilis yang saya attach sebelumnya, bahkan di saham blue chip BUMN posisinya negative spread).. Ini kan, indikator analisa bahwa untuk dapat untung di pasar yang tak efisien, perlu dana "dongkrak"... itu ada petunjuk indikasi di placement Jamsostek kan? Sudah bukan rahasia lah kawan-kawan di sekuritas merasa ada yang "lucu" disana, lalu apakah akan terus kita biarkan? >> OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang >> UU itu bermasalah, tapi >> liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun >> 2005 daya saing melorot, >> semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga >> hasil survey yang sama >> (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, >> daya saing kita Naik >> tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara >> yang indeks sahamnya naik.. >> jadi kan yang penting capital gain :) > > Ya, saya pikir Perburuhan itu salah satu faktor utama; > Survey WEF itu kan banyak faktor nya mulai dari : > Fiscal policy,Institutional framework, Societal > framework, Labor market, infrastructure .. etc > Dari 2005 ke 2006 saya pikir Fiscal policy kita lebih > bagus dengan pengurangan subsidi BBM; > Institutional framework kita juga mulai terbentuk > dengan terbentuknya komisi2 independen macam KPK dll, > yang merupakan ciri negara modern. (Sayang KY sudah > kecolongan ...:) Liat di data yang saya attach link-nya di posting sebelumnya, ekspor naik hanya karena harga komoditas primer naik (bukan volume), impor turun hanya karena harga minyak turun.. Lalu, liat juga kenaikan BBM berkorelasi dengan PHK serta dampaknya ke penurunan daya beli dari korelasi impor, ekspor di neraca perdagangan serta cadangan devisa.. terlihat daya beli jatuh.. subsidi itu, seperti diakui Menko Perekonomian berdampak panjang ke konsolidasi daya beli... Kenapa makro stabil,
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
--- -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana > 7,3 juta orang buruh.. > Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, > spreading performance-nya > dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee > broker aja bayar mahal.. > Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, > jutaan orang > terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. > Itu kan peran negara, > menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah > divestasi saham BUMN yang tak > pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola > digoreng turun :( > Itu Jamsostek-nya yang ngga bener, dan lagi2 karena birokrasi dan monopoli. Mungkin sebaiknya Jamsostek juga di liberalisasi, biar perusahaan2/individu bebas memakai jasa Fund manajer yang andal dan punya integritas untuk mengelola dana kesejahtraan para buruh sesuai profil resiko masing2. Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan hukum ... titik. Dan itu terutama pemberantasan korupsi. Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian buanyak contoh buruk peran agen goverment dalam ekonomi. > OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang > UU itu bermasalah, tapi > liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun > 2005 daya saing melorot, > semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga > hasil survey yang sama > (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, > daya saing kita Naik > tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara > yang indeks sahamnya naik.. > jadi kan yang penting capital gain :) Ya, saya pikir Perburuhan itu salah satu faktor utama; Survey WEF itu kan banyak faktor nya mulai dari : Fiscal policy,Institutional framework, Societal framework, Labor market, infrastructure .. etc Dari 2005 ke 2006 saya pikir Fiscal policy kita lebih bagus dengan pengurangan subsidi BBM; Institutional framework kita juga mulai terbentuk dengan terbentuknya komisi2 independen macam KPK dll, yang merupakan ciri negara modern. (Sayang KY sudah kecolongan ...:) Akan lebih baik lagi daya saing kita, kalau semua faktor meningkat, termasuk labor market; > Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip > kayaknya, dari sisi saya bahwa > memang sisi pandang seseorang akan ditentukan > objektifnya dan juga > subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya > kan data.. Sepakat. > Betul, di posting saya selanjutnya yang terhapus Mas > Wawan kan saya katakan > soal peran di pasar perdana yang tidak ada di tengah > kesemarakan capital > gain saat ini... saya kan mau bilang bahwa adalah > fakta sejauh ini peran > pasar modal ke perekonomian riil baru sampai sana > meski hingar-bingarnya > dahsyat.. Ya, sayang memang tidak dimanfaatkan ... Salah satunya karena pengetahuan pelaku usaha tentang pasar modal juga masih minim. Tapi belakangan IPO + Right Issue + Obligasi sudah sangat kenceng naiknya ... Dan jangan lupa biasanya market melihat lebih ke depan, riil menyusul ... > Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49% > dari GDP.. kalau dari > sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi > saat ini.. yang ingin > didorong "concerned citizens think out of the box" > (New Deal, Franklin D. > Roselvelt), yaitu bagaimana kaum cerdik cendikia di > pasar modal mampu > melakukan terobosan perannya untuk sekuritisasi ke > sektor riil bukan LARUT > di pesta capital gain semata.. Ah Tapi total dana terhimpun (IPO + Right Issue + Obligasi) rasanya tidak cuman 0.49% lah. kalo gak salah sudah 37% dari investasi ??? Ada yang bisa kasih update ?? (please correct this info) Dan pembandingnya jangan GDP dong, Investment-nya saja lah .. rumusnya kan : GDP = consumption + investment + (government spending) + (exports − imports); kalo IPO to GDP itu namanya "apple to rambutan" comparison; > > Itu teori yang harus kita aplied ke dunia nyata... > sejauh ini kan jalan di > tempat... Ya memang masih jauh ... > Sip, lalu kenapa tidak ada terobosan Produk > sekuritisasi yang Bankable juga > kan? Daripada energi habis untuk "back door RePo" > untuk pembiayaan mengoreng > saham, kan mendingan yang kayak gini spirit saya > seperti pernah saya tulis > di analisis ekonomi kompas "bahasa finansial > memerlukan kata riil" > (http://www.elrizky.net/artikel.php?opt=1&id=176) Ya saya sepakat, Tapi tentang penggorengan saham, meskipun fenomena tsb ada, itu suka di besar-besar kan. karena mungkin menarik bagi pembaca kontan dan bisnis indonesia he2 ... Masyarakat kita itu "penggosip" kronis, suka kasak kusuk hal2 yg gak jelas ... sering gak bisa mbedain antara FAKTA & FIKSI ... Mungkin yang sedang ambil Master atau PHD in financial economics bisa menjadikan ini sebagai riset ?? mungkin judulnya "THE FACT & MYTH of BANDAR in JSX" he2 ... > Setuju, dan GCG memerlukan peran negara, yaitu > mengawasi dan menindak.. ini > ada slide yang saya pakai untuk kebutuhan > kawan-kawan Koalisi Masyarakat > Sipil untuk kebebasan informasi publik, kembali saya > setuju GCG adalah roh > pasar modal.. tapi kan harus
[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
mengenai Jamsostek, inilah akibat dari monopoli dimana semua pekerja wajib menanamkan JHT-nya hanya di satu institusi saja, yaitu Jamsostek. Bandingkan return Jamsostek dengan return dana pensiun yg dikelola secara kompetitif oleh berbagai asuransi, jauh sekali bedanya. enak banget jadi fund manager di jamsostek, mau jelek mau bagus kinerjanya, tetap aja orang investasi ke mereka. selain itu, di dana pensiun, karyawan diberi kebebasan utk memilih jenis investasi sesuai dengan risk appetite masing2. hal mana yg tidak ada dalam JHT di Jamsostek. salam, Rio --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "-Yanuar Rizky-" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Wawan Taufiq Nasich menulis: > >> posting Yanuar Rizky sebelumnya: > >> Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan > >> bicara Pertumbuhan Ekonomi > >> (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang > >> setara (bekerja penuh, angka > >> pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi > >> transaksi bursa dengan > >> GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total > >> GDP... kalau dilihat dari > >> sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. > >> Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim > >> investor lokal di BEJ hanya > >> 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi > >> terjadi ketimpangan ekonomi.. > > > > yang 150 ribu Itu mungkin yang noise trader saja ... > > Hitung juga dong Dana pensiun,Asuransi,Reksadana dan > > investor2 institusi lain ... yang kalo di breakdown > > bisa menghimpun asset jutaan orang; > > Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana 7,3 juta orang buruh.. > Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, spreading performance-nya > dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee broker aja bayar mahal.. > Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, jutaan orang > terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. Itu kan peran negara, > menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah divestasi saham BUMN yang tak > pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola digoreng turun :( > > Soal Jamsostek liat di > http://www.antikorupsi.org/mod.php? mod=publisher&op=viewarticle&artid=10526 > > > > Memang pemain pasar modal kita masih minim, tapi klain > > cuman 150 ribu orang investor lokal itu namanya > > kebangetan pesimis-nya. > > He3x.. itu saya denger dari otoritas di salah satu seminar .. > > >> belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak > >> terserap dan terus lemahnya > >> daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah, > >> kalau mau bicara peran ke > >> perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. > > > > kalo ini sih panjang urusan-nya ... UU tenaga kerja, > > kebebasan berinvestasi dll ... > > OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang UU itu bermasalah, tapi > liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun 2005 daya saing melorot, > semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga hasil survey yang sama > (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, daya saing kita Naik > tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara yang indeks sahamnya naik.. > jadi kan yang penting capital gain :) > > Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip kayaknya, dari sisi saya bahwa > memang sisi pandang seseorang akan ditentukan objektifnya dan juga > subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya kan data.. > > So, dari saya ini riset saya soal data ekonomi dan realita persepsi (media > audit) di tahun 2006, yaitu Indonesia Strategic Politic Economic Outlook > 2006.. bisa dilihat di http://www.elrizky.net/pembicara.php? opt=1&id=204 > > Rasanya, pembaca milis AKI akan kaya warna-nya, kalau pancingan diskusi ini > akan memancing opini dan analisis lain, yang bersumber ke data .. kalau data > kan pasti sama lah, yang beda kan sisi pandang.. Ayo, kita bangun budaya > diskusi sisi pandang yang sehat... > > >> Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu > >> hanya masuk ke penerimaan > >> pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun > >> (2006 39,7% GDP) + 10% > >> x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung > >> perannya ke tax ratio > >> sangat kecil... > > > > Manfaat pasar modal bukan cuman itu doang, kalo saya > > melihat nya begini (silahkan kalau ada yang mau > > menambahkan/mengurangi) : > > Betul, di posting saya selanjutnya yang terhapus Mas Wawan kan saya katakan > soal peran di pasar perdana yang tidak ada di tengah kesemarakan capital > gain saat ini... saya kan mau bilang bahwa adalah fakta sejauh ini peran > pasar modal ke perekonomian riil baru sampai sana meski hingar- bingarnya > dahsyat.. > > > Manfaat dari sisi Corporate/Entrepreneur : > > 1.) Cari modal murah untuk ekspansi, kalo sekarang kan > > masih di dominasi bank (63%), sementara pasar modal > > baru (37%). > > Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49% dari GDP.. kalau dari > sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi saat ini.. yang ingin > didorong "concerned citizens think out of the box" (New Deal, Frank
[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > At 11:11 AM 9/28/2007, you wrote: > > > Ujungnya ya diserahkan pada investor sendiri. > Caveat Emptor! (Pembeli harap hati-hati... (Latin)). > Mungkin sebaiknya begitu bang, dan lagian kalo investor (bukan spekulator) mestinya gak peduli noise-noise, yang penting-kan jangka panjang. (paling ngga, saya yg "super fundamental" begitu ). Saya sih ikut Benj. Graham soal definisi investor vs. spekulator: "An investment operation is one which, upon thorough analysis promises safety of principal and an adequate return. Operations not meeting these requirements are speculative". Benjamin Graham and David L. Dodd Dan untuk investor individual yang "novice" saya pikir lebih efisien lewat MI/Index fund ... cari fee yg paling murah dan yg terpercaya Kalau mau nekad & ingin tantangan, saya rasa cukup 10% saja lah dari portfolio yg di trading sendiri. Kalo spekulator bangkrut mah resiko he2, meski spekulator juga diperlukan untuk liquiditas ... Btw, Bang poltak tahu kira2 perbandingan antara Investor Vs Speculator di BEJ ? Just My 2 Cents, Wawan
Re: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
At 11:11 AM 9/28/2007, you wrote: >Knapa BEJ tidak membuang saham gorengan yg naik dan turun suka-suka >si BD?. BEJ >seharusnya berani dgn tegas 'membuang' saham seperti itu dari bursa. BEJ kan pemasukan terbesarnya berasal dari fee transaksi. Membuang saham gorengan ya sama dengan merusak periuk nasi sendiri :D Dan karena BEJ sendiri sahamnya dimiliki oleh anggota bursa (yang beberapa diantaranya banyak terlibat di saham gorengan) - akan semakin kecil insentif untuk menghilangkan saham gorengan. Ujungnya ya diserahkan pada investor sendiri. Caveat Emptor! (Pembeli harap hati-hati... (Latin)).
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
> Wawan Taufiq Nasich menulis: >> posting Yanuar Rizky sebelumnya: >> Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan >> bicara Pertumbuhan Ekonomi >> (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang >> setara (bekerja penuh, angka >> pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi >> transaksi bursa dengan >> GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total >> GDP... kalau dilihat dari >> sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. >> Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim >> investor lokal di BEJ hanya >> 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi >> terjadi ketimpangan ekonomi.. > > yang 150 ribu Itu mungkin yang noise trader saja ... > Hitung juga dong Dana pensiun,Asuransi,Reksadana dan > investor2 institusi lain ... yang kalo di breakdown > bisa menghimpun asset jutaan orang; Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana 7,3 juta orang buruh.. Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, spreading performance-nya dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee broker aja bayar mahal.. Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, jutaan orang terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. Itu kan peran negara, menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah divestasi saham BUMN yang tak pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola digoreng turun :( Soal Jamsostek liat di http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=10526 > Memang pemain pasar modal kita masih minim, tapi klain > cuman 150 ribu orang investor lokal itu namanya > kebangetan pesimis-nya. He3x.. itu saya denger dari otoritas di salah satu seminar .. >> belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak >> terserap dan terus lemahnya >> daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah, >> kalau mau bicara peran ke >> perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. > > kalo ini sih panjang urusan-nya ... UU tenaga kerja, > kebebasan berinvestasi dll ... OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang UU itu bermasalah, tapi liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun 2005 daya saing melorot, semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga hasil survey yang sama (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, daya saing kita Naik tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara yang indeks sahamnya naik.. jadi kan yang penting capital gain :) Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip kayaknya, dari sisi saya bahwa memang sisi pandang seseorang akan ditentukan objektifnya dan juga subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya kan data.. So, dari saya ini riset saya soal data ekonomi dan realita persepsi (media audit) di tahun 2006, yaitu Indonesia Strategic Politic Economic Outlook 2006.. bisa dilihat di http://www.elrizky.net/pembicara.php?opt=1&id=204 Rasanya, pembaca milis AKI akan kaya warna-nya, kalau pancingan diskusi ini akan memancing opini dan analisis lain, yang bersumber ke data .. kalau data kan pasti sama lah, yang beda kan sisi pandang.. Ayo, kita bangun budaya diskusi sisi pandang yang sehat... >> Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu >> hanya masuk ke penerimaan >> pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun >> (2006 39,7% GDP) + 10% >> x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung >> perannya ke tax ratio >> sangat kecil... > > Manfaat pasar modal bukan cuman itu doang, kalo saya > melihat nya begini (silahkan kalau ada yang mau > menambahkan/mengurangi) : Betul, di posting saya selanjutnya yang terhapus Mas Wawan kan saya katakan soal peran di pasar perdana yang tidak ada di tengah kesemarakan capital gain saat ini... saya kan mau bilang bahwa adalah fakta sejauh ini peran pasar modal ke perekonomian riil baru sampai sana meski hingar-bingarnya dahsyat.. > Manfaat dari sisi Corporate/Entrepreneur : > 1.) Cari modal murah untuk ekspansi, kalo sekarang kan > masih di dominasi bank (63%), sementara pasar modal > baru (37%). Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49% dari GDP.. kalau dari sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi saat ini.. yang ingin didorong "concerned citizens think out of the box" (New Deal, Franklin D. Roselvelt), yaitu bagaimana kaum cerdik cendikia di pasar modal mampu melakukan terobosan perannya untuk sekuritisasi ke sektor riil bukan LARUT di pesta capital gain semata.. > Dimasa depan Bank cukup kasih KPR dan kredit mobil > saja deh, capital market lebih efisien untuk investasi Itu teori yang harus kita aplied ke dunia nyata... sejauh ini kan jalan di tempat... > Bank lebih susah nyambung dengan sektor riil, kalo > pasar modal melihat ke jauh ke depan .. kalo bank > credit analyst-nya orang pesimis semua .. he2 > (kidding) Sip, lalu kenapa tidak ada terobosan Produk sekuritisasi yang Bankable juga kan? Daripada energi habis untuk "back door RePo" untuk pembiayaan mengoreng saham, kan mendingan yang kayak gini spirit saya seperti pernah saya tulis di analisis ekonomi kompas "bahasa finansial memerlukan kata riil" (http://www.elrizky.net/artikel.php?
Re: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
Knapa BEJ tidak membuang saham gorengan yg naik dan turun suka-suka si BD?. BEJ seharusnya berani dgn tegas 'membuang' saham seperti itu dari bursa. Pake cara apaun tidak ada yg bisa prediksi saham begini, kecuali tanya BD. Kalau BD nya memang ingin 'niat baik' membentuk saham likuid sih bisa dimaklumi (market maker). Tapi coba lihat saham di BEJ, banyak kita jumpai saham yg luarbiasa eksentrik (naik turun tergantung tingkat keserakahan BD). Apa kita cuman bisa bilang sama investor (erutama pemula) yg kejeblos itu "salah sendiri beli saham gorengan" Salam, - Original Message - From: "-Yanuar Rizky-" <[EMAIL PROTECTED]> > Makanya, TMPI terjadi lagi mengulang DSFI dan BIMA di tahun 2003.. padahal, > kita kenal penjaminan, jadi ada novasi... Tapi, ya lain teori lain praktek > kan :) >
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
> Poltak Hotradero menulis: >> posting Yanuar Rizky sebelumnya: >> Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar >> surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih >>(surat >> utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca >> korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities).. >> >> Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood >> agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau >> kongkow-kongkow di New York.. > > Koreksi Mas Yanuar > Bursa yang sekarang dikenal dengan nama New York Stock Exchange > dimulai pada tahun 1792, ketika 24 pedagang berkumpul di Jalan Wall > Street nomer 68 di bawah sebuah POHON Buttonwood - bukan hotel. OK, thanks untuk koreksinya bahwa itu nama pohon.. saya cuman teringat nama agreement nya mengambil nama tempat mereka berkumpul.. sekali lagi Thanks.. > Orang yang 24 itu semuanya adalah memang pedagang saham. Isi > Buttonwood Agreement adalah: Ya, mereka jadi pedagang saham pertama.. sebelumnya para saudagar.. > "We the Subscribers, Brokers for the Purchase and Sale of the Public > Stock, do hereby solemnly promise and pledge ourselves to each other, > that we will not buy or sell from this day for any person whatsoever, > any kind of Public Stock, at least than one quarter of one percent > Commission on the Specie value and that we will give preference to > each other in our Negotiations. In Testimony whereof we have set our > hands this 17th day of May at New York, 1792." > > Jadi isinya adalah komitmen fair trading dan self regulated diantara > mereka dengan biaya transaksi 0.25% sebagai komisi. Karena ngumpul > di bawah pohon jelas nggak nyaman - akhirnya setahun kemudian tempat > ngumpul mereka pindah ke Tontine Coffee House. Sip... ditambahin cerita sejarahnya... itulah kenapa Bursa menganut SRO (Self Regulatory Organization) > Perdagangan saham modern pertama kali dimulai bukan di New York - > melainkan di Amsterdam, tahun 1602. Bursa Amsterdam itu didirikan oleh > VOC. Ya, tapi yang menjadikannya industri ya dimulai di NYSE.. BTW, thanks sudah melengkapi sejarah yang lebih lengkap.. Salam, Yanuar Rizky mail to: [EMAIL PROTECTED] on-the-net: http://www.elrizky.net elrizkyNet>"Dari RT-RW Ke Internet Menuju Pasar Modal"
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
At 11:00 AM 9/27/2007, you wrote: >Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar >surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih (surat >utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca >korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities).. > >Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood >agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau >kongkow-kongkow di New York.. Koreksi Mas Yanuar Bursa yang sekarang dikenal dengan nama New York Stock Exchange dimulai pada tahun 1792, ketika 24 pedagang berkumpul di Jalan Wall Street nomer 68 di bawah sebuah POHON Buttonwood - bukan hotel. Orang yang 24 itu semuanya adalah memang pedagang saham. Isi Buttonwood Agreement adalah: "We the Subscribers, Brokers for the Purchase and Sale of the Public Stock, do hereby solemnly promise and pledge ourselves to each other, that we will not buy or sell from this day for any person whatsoever, any kind of Public Stock, at least than one quarter of one percent Commission on the Specie value and that we will give preference to each other in our Negotiations. In Testimony whereof we have set our hands this 17th day of May at New York, 1792." Jadi isinya adalah komitmen fair trading dan self regulated diantara mereka dengan biaya transaksi 0.25% sebagai komisi. Karena ngumpul di bawah pohon jelas nggak nyaman - akhirnya setahun kemudian tempat ngumpul mereka pindah ke Tontine Coffee House. Perdagangan saham modern pertama kali dimulai bukan di New York - melainkan di Amsterdam, tahun 1602. Bursa Amsterdam itu didirikan oleh VOC.
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
--- -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan > bicara Pertumbuhan Ekonomi > (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang > setara (bekerja penuh, angka > pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi > transaksi bursa dengan > GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total > GDP... kalau dilihat dari > sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. > Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim > investor lokal di BEJ hanya > 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi > terjadi ketimpangan ekonomi.. yang 150 ribu Itu mungkin yang noise trader saja ... Hitung juga dong Dana pensiun,Asuransi,Reksadana dan investor2 institusi lain ... yang kalo di breakdown bisa menghimpun asset jutaan orang; Memang pemain pasar modal kita masih minim, tapi klain cuman 150 ribu orang investor lokal itu namanya kebangetan pesimis-nya. > belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak > terserap dan terus lemahnya > daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah, > kalau mau bicara peran ke > perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. kalo ini sih panjang urusan-nya ... UU tenaga kerja, kebebasan berinvestasi dll ... > Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu > hanya masuk ke penerimaan > pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun > (2006 39,7% GDP) + 10% > x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung > perannya ke tax ratio > sangat kecil... Manfaat pasar modal bukan cuman itu doang, kalo saya melihat nya begini (silahkan kalau ada yang mau menambahkan/mengurangi) : Manfaat dari sisi Corporate/Entrepreneur : 1.) Cari modal murah untuk ekspansi, kalo sekarang kan masih di dominasi bank (63%), sementara pasar modal baru (37%). Dimasa depan Bank cukup kasih KPR dan kredit mobil saja deh, capital market lebih efisien untuk investasi .. Bank lebih susah nyambung dengan sektor riil, kalo pasar modal melihat ke jauh ke depan .. kalo bank credit analyst-nya orang pesimis semua .. he2 (kidding) Pasar modal juga lebih punya pengaruh positif ke Good Corporate Governance; 2.) Benchmarking, membuat perusahan mengadopsi pronsip2 manajemen organisasi modern untuk bersaing; 3.) Buat si Entrepreneur bisa meningkatkan corporatenya ke level yg lebih tinggi, atau mungkin supaya assetnya likuid, (biar gampang kalo bagi2 warisan he2); saya ngga tahu berapa besar dana yang di himpun dari BEJ dan BES YTD. ada yang bisa update ? Manfaat dari sisi Investor : 1.) Bisa menaruh excess dana-nya ke asset produktif tanpa harus menjalankan usahanya sendiri. 2.) Diversifikasi; Manfaat dari sisi Negara/National Economy : 1.) Transparansi yang biasanya mengiringi perusahaan publik. Sehingga tidak ngemplang pajak lagi. 2.) Good corporate governance. 3.) Menjadikan Ekonomi nasional lebih efisien karena dana mengalir ke asset yang memberikan "marginal return" tertinggi; kalau manfaat itu di gabung ya ngga bisa dong di nilai cuman dari setoran pajak transaksi BEJ. Just my 2 Cents, Wawan Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online. http://smallbusiness.yahoo.com/webhosting
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
> bond trader menulis: > Pak Yanuar Rizky yang terhormat. > Saya sering membaca tulisan-tulisan bapak di Gatra, Trust, Kompas maupun > media lain. Mas Bond Trader yang juga saya hormati, Terima Kasih sudah mau membaca tulisan saya ... > Secara saya awam dengan pasar modal dan BEJ, dan mungkin juga lemah otak, > ada beberapa hal penjelasan yang mungkin bisa bapak berikan terkait dengan > email ini dan (terutama) pada tulisan2 bapak di media. Saya banyak > bingungnya... > Mohon kesediaan bapak yang pernah jadi analis BEJ dan sekarang analis > independen untuk bersedia memberikan sedikit pencerahan. > > 1. ...pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke > sektor riil semua elitnya langsung roaming :). > Mungkin bapak bisa menjelaskan kenapa pasar modal harus terkait dengan > sektor riil? Dan seharusnya pasar modal atau bursa efek itu memberikan > peran ke sektor riil dalam bentuk apa. Dari namanya saja Pasar Modal.. jadi yang diperdagangkan adalah Modal... Modal kembali ke tata bahasa adalah sesuatu yang digunakan untuk berusaha.. Nah, berusaha itu kan di sektor riil.. Cara mendapatkan modal adalah Setoran Modal (equity) dan berhutang... Lalu, sebagaimana halnya pasar, maka harus ada wujud fisik yang diperjual-belikan.. dikenalah Sekuritisasi.. Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih (surat utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities).. Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau kongkow-kongkow di New York.. Saat itu, salah seorang bandar tembakau membutuhkan dana cepat, aset yang dia punya hanya perusahaan.. maka dia menawarkan ke saudagar lain untuk membeli perusahaannya, tapi ada kemungkinan dia bisa membeli kembali... Akhirnya, itulah sejarah sekuritisasi, lalu munculah bursa (pasar sekunder) yang khusus memperdagangkan surat berharganya.. Singkat kata, pasar modal akan memiliki dua pasar, yaitu pasar perdana dan pasar sekunder (bursa)... dana beralih dari pemilik modal ke sektor riil hanya terjadi di pasar perdana (itu pun kalau penerbitan saham baru), kalau sifatnya menjual pemegang saham lama, maka sifatnya sama saja peralihan dana antar investor.. Kenapa pasar modal harus ada kaitan dengan sektor riil saya rasa jelas, karena tak akan pernah ada bursa kalau tak ada sektor riil yang disekuritisasi.. Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan bicara Pertumbuhan Ekonomi (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang setara (bekerja penuh, angka pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi transaksi bursa dengan GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total GDP... kalau dilihat dari sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim investor lokal di BEJ hanya 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi terjadi ketimpangan ekonomi.. belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak terserap dan terus lemahnya daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah, kalau mau bicara peran ke perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu hanya masuk ke penerimaan pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun (2006 39,7% GDP) + 10% x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung perannya ke tax ratio sangat kecil... bandingkan jika pasar meningkatkan peran di pasar perdana, maka akan terserap x Orang pekerja .. dari x Orang itu akan ada tambahan Pajak Penghasilan dan PPn dari belanja barang dan jasa mereka (karena punya daya beli).. Itulah kenapa, biaya moneter dari anggaran negara untuk stabilitas makro di BI kan harus ada kaitannya dengan outputnya bagi ketahanan perekonomian negara.. ketahanan itu kan hanya kalau daya kerja naik.. ukuran daya kerja naik secara merata kan tax ratio mampu ditingkatkan dengan basis wajib pajak yang bertambah pula.. Kenapa saya katakan roaming.. karena klaim elit pasar modal sendiri bahwa mereka adalah "pejuang" roda perekonomian.. Jadi kan harus jadi solusi "chicken and egg"... Silahkan buka file kliping media tahun 2003-2004 waktu itu alasannya bursa harus didorong likuid dulu (egg) agar bisa jualan ke investor riil mau masuk ke Indonesia (chicken).. Nah, sekarang kan egg sudah ada, lalu chicken-nya mana? Peradaban pasar modal terbuka memang menuntut exit bariers berupa likuiditas bursa.. harusnya dengan bursa yang likuid, kita sudah mampu berkata "yakinlah, kalaupun mau keluar bursa kami sudah memiliki likuiditas yang tinggi".. Tapi, disitulah artificial growth bursa kita.. Mari kita hitung kombinasi jual-beli saham di BJ antara lokal-asing.. maka kombinasi permutasi lokal-lokal terbesar.. artinya energi ada di lokal, maka asing juga akan lihat bahwa bursa yang dimiliki pun likuiditasnya bermain dengan dana lokal dengan angka investor lokal yang mini
Re: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
Pak Yanuar Rizky yang terhormat. Saya sering membaca tulisan-tulisan bapak di Gatra, Trust, Kompas maupun media lain. Secara saya awam dengan pasar modal dan BEJ, dan mungkin juga lemah otak, ada beberapa hal penjelasan yang mungkin bisa bapak berikan terkait dengan email ini dan (terutama) pada tulisan2 bapak di media. Saya banyak bingungnya... Mohon kesediaan bapak yang pernah jadi analis BEJ dan sekarang analis independen untuk bersedia memberikan sedikit pencerahan. 1. ...pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil semua elitnya langsung roaming :). Mungkin bapak bisa menjelaskan kenapa pasar modal harus terkait dengan sektor riil? Dan seharusnya pasar modal atau bursa efek itu memberikan peran ke sektor riil dalam bentuk apa. 2itu kan kenapa Bank juga naik terus labanya, meski LDR turun dan treasury yang boleh dari sisi Peraturan (SBI dan SUN) turun bunganya... dan kenapa sejak rebound saham tahun 2002 sampai hari ini geliatnya antara trio macan (Kurs - BI rate - IHSG).. itu juga kenapa arbitrase kurs - saham, radarnya ada di saham Perbankan.. itu juga kenapa, normalisasi intermediasi keuangan ke sektor riil tambah susah.. Boleh bapak jelaskan hubungan antara LDR-treasury dan turunnya harga SBI dan SUN? Trus mengenai trio macan , kurs-BI rate-IHSG, apa keterkaitan mereka bertiga itu pak? Kemudian arbitrase kurs-saham, apanya yang diarbitrase dan bagaimana mekanismenya, serta kenapa radarnya ada di saham perbankan? 3... Tergantung Bos, kalau bagian dari konspirasi ya Uuuuntung banget... kalau bagian dari follower yang jago baca arah bandar, ya untung juga... yang tak dapat nilai tambah sama sekali adalah perekonomian, karena intermediasi ke sektor riil dibiarkan RUSAK... yang paling apes, ya rakyat di luar stadion "boro-boro beli saham, buat konsumsi aja nombok"... Satu lagi pak, kenapa transaksi di bursa harus memberikan nilai tambah kepada perekonomian? Kemudian, apakah semua orang harus beli saham pak dibandingkan konsumsi? Maaf atas pertanyaan saya yang banyak dan awam ini, supaya lain kali saya bisa mencerna tulisan-tulisan bapak di media, dan untung2 bisa main di bursa juga... he..he Terima kasih. Salam, BT - Original Message From: -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 26 September, 2007 10:56:22 AM Subject: RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris > Poltak Hotradero menulis: > Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu > sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik. Prinsip dasar pola manipulasi-nya sih begitu.. Tapi, menjadi tidak selalu demikian... Itulah kenapa dari sisi "pencegahan" di AS diperkenalkan sistem dealer, agar inherent risk dari market manipulation dapat dicegah.. Menggoreng dalam arti teknikal adalah domain sistem dealer dengan model Market Maker (diterapkan di Nasdaq, di Euro Next disebut dengan istilah Liquidity Provider)... Broker dengan status MM jelas Bandar, dan domain pengelolaan nasabahnya adalah hedge fund.. Lalu, apakah dengan sistem Jantan a.k.a terbuka dia tak dapat goreng saham? Padahal target return hedge fund melebihi produk konvensional. .. Itulah bedanya, asimetrik karena sistem pasarnya memang "liar" a.k.a ada bandar, terasa perannya tapi kayak hantu (terlebih ada kasus aja mau diputihkan :( ..) .. ada asimetrik, karena memang jago secara teknikal.. Itu aja, kalau liat aturan main pre-hour - reguler - after hour trading di sistem market maker, mereka dipaksa "terbuka" soal spreading plan.. Tapi, survey tunjukan bahwa spread market maker di Nasdaq dapat efektif bermain dalam jangka menengah - panjang, sehingga target return dapat tercapai.. Soal asimetrik karena adanya pemain yang jago, sudah terbuka dengan jelasnya order berasal dari MM.. jadi, pemain lain, ya sudah tahu bahwa itu memang mainannya Bandar.. So, asimetrik by legal, hilang dengan sendirinya.. karena bandarnya memang andalkan kejagoan teknik perdagangan. .. Model pencegahan dari yurisdiksi hukum ekonomi diperlukan agar biaya untuk curang tidaklah murah > --dihapus-- > Ada banyak cara "mengeringkan" stok saham yang tersedia di > pasar. Yang baru-baru ini saya perhatikan banyak terjadi adalah > penggunaan berbagai bentuk repo saham. Ini bukan praktek "baru-baru ini".. sudah lama kayak gini, dulu disebut T+ .. main-main dengan overnight deposit dan pembiayaan marjin dengan perbankan..Padahal, pasar "lending & borrowing" (SLB) tidak tumbuh.. maksudnya tumbuh secara legal.. kalau ilegal mah banyak, dan ini dipelihara kan?! Berjamaah lah ... Kita tak pernah tahu posisi, itu asimetrik paling jahat.. Tapi, kan karena gitu saham-nya bisa lincah ha3x.. dan katanya pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil semua elitnya langsung roaming :) > Saham "d
RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
> Poltak Hotradero menulis: > Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu > sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik. Prinsip dasar pola manipulasi-nya sih begitu.. Tapi, menjadi tidak selalu demikian... Itulah kenapa dari sisi "pencegahan" di AS diperkenalkan sistem dealer, agar inherent risk dari market manipulation dapat dicegah.. Menggoreng dalam arti teknikal adalah domain sistem dealer dengan model Market Maker (diterapkan di Nasdaq, di Euro Next disebut dengan istilah Liquidity Provider).. Broker dengan status MM jelas Bandar, dan domain pengelolaan nasabahnya adalah hedge fund.. Lalu, apakah dengan sistem Jantan a.k.a terbuka dia tak dapat goreng saham? Padahal target return hedge fund melebihi produk konvensional... Itulah bedanya, asimetrik karena sistem pasarnya memang "liar" a.k.a ada bandar, terasa perannya tapi kayak hantu (terlebih ada kasus aja mau diputihkan :( ..) .. ada asimetrik, karena memang jago secara teknikal.. Itu aja, kalau liat aturan main pre-hour - reguler - after hour trading di sistem market maker, mereka dipaksa "terbuka" soal spreading plan.. Tapi, survey tunjukan bahwa spread market maker di Nasdaq dapat efektif bermain dalam jangka menengah - panjang, sehingga target return dapat tercapai.. Soal asimetrik karena adanya pemain yang jago, sudah terbuka dengan jelasnya order berasal dari MM.. jadi, pemain lain, ya sudah tahu bahwa itu memang mainannya Bandar.. So, asimetrik by legal, hilang dengan sendirinya.. karena bandarnya memang andalkan kejagoan teknik perdagangan... Model pencegahan dari yurisdiksi hukum ekonomi diperlukan agar biaya untuk curang tidaklah murah > --dihapus-- > Ada banyak cara "mengeringkan" stok saham yang tersedia di > pasar. Yang baru-baru ini saya perhatikan banyak terjadi adalah > penggunaan berbagai bentuk repo saham. Ini bukan praktek "baru-baru ini".. sudah lama kayak gini, dulu disebut T+ .. main-main dengan overnight deposit dan pembiayaan marjin dengan perbankan..Padahal, pasar "lending & borrowing" (SLB) tidak tumbuh.. maksudnya tumbuh secara legal.. kalau ilegal mah banyak, dan ini dipelihara kan?! Berjamaah lah ... Kita tak pernah tahu posisi, itu asimetrik paling jahat.. Tapi, kan karena gitu saham-nya bisa lincah ha3x.. dan katanya pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil semua elitnya langsung roaming :) > Saham "dikandangkan" dengan cara membeli sebanyak mungkin saham yang akan > digoreng -- lalu mengagunkan saham tersebut (dengan iming-iming bunga dan > overcollateralisasi) untuk memperoleh pinjaman yang selanjutnya > digunakan untuk membeli saham yang sama. Di Rekening Efek, kan ada rekening untuk pinjam meminjam efek.. liat aja isinya ada atau tidak? Balik lagi, ini kan SLB kayak hantu di bursa kita.. Makanya, TMPI terjadi lagi mengulang DSFI dan BIMA di tahun 2003.. padahal, kita kenal penjaminan, jadi ada novasi... Tapi, ya lain teori lain praktek kan :) > Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan melibatkan banyak pihak > dan penyandang dana. Dengan praktek ini - stok saham di pasar akan > menyusut -- sehingga gampang "digoreng". He3x.. Top Marokotop... itu kan kenapa Bank juga naik terus labanya, meski LDR turun dan treasury yang boleh dari sisi Peraturan (SBI dan SUN) turun bunganya... dan kenapa sejak rebound saham tahun 2002 sampai hari ini geliatnya antara trio macan (Kurs - BI rate - IHSG).. itu juga kenapa arbitrase kurs - saham, radarnya ada di saham Perbankan.. itu juga kenapa, normalisasi intermediasi keuangan ke sektor riil tambah susah.. > Itu juga yang terjadi pada saham TMPI sehingga harganya bisa melejit > secara abnormal dari harga hanya Rp. 180 per lembar - menjadi Rp. > 4650, atau naik 2580%...! dalam waktu kurang dari 1 tahun. Anda bisa > hitung sendiri -- betapa murah ongkos bunga repo (sekitar 18% p.a.) - > dibandingkan dengan potensi keuntungan yang diperoleh lewat manipulasi > ini. Soal TMPI .. stock repeat on itself identik dengan history repeat on itself .. masalahnya, kan senang diulang-ulang kan pasar bebas ha3x :) Soal ongkos bunga, 18% identik dengan 4 poin di atas publish rate suku bunga kredit (14,--%) .. lumayan kan.. apalagi biaya bahan baku dalam bentuk deposito dibayar murah seiiring turunnnya BI rate (publish deposit rate di 6,--% berarti spread marjin 18-6 = 12%).. ah, ngapain pusing mikirin intermediasi ke sektor riil kan? Toh saham yang dipakai juga yang floating-nya dikuasai bandar.. > Nah sekarang tinggal kita analisa: Apakah praktek penggorengan > saham akan berhasil kalau informasi-informasi tertentu seperti di > atas beredar luas? Tentu saja tidak. Kalau liat research soal spread performance Market Maker, bisa aja tuh.. cuman ya pakai keringat dan otak.. kalau tidak ada informasi tentu lebih ciamik, apalagi kalau ketauan juga "dimaafkan" oleh lembaga negara penindak hukumnya.. > Maka sah saja kalau kita menyebut penggorengan saham adalah bentuk > implementasi informasi asimetris
[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris
At 12:46 AM 9/26/2007, you wrote: >Gimana kalau kita bekerja di sekuritas dimana ada investor yang ingin >menggoreng salah satu saham yang listing di BEJ. Karena kita dapat >informasi penggorengan, maka kita beli saham tersebut sebelum >harganya naik tinggi. Apakah ini disebut asimetrik nggak? > >salam, > >-Irsal Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik. Mengapa? Karena kegiatan menggoreng itu semata-mata hanya bisa sukses bila "persepsi" harga naik tetap terpelihara -- padahal persepsi tersebut bersifat artifisial, karena pada banyak keadaan "bandar" penggoreng sudah "mengeringkan" stok saham yang tersedia di pasar (supply turun dan demand tetap = harga naik. Anda bisa bayangkan sendiri apa yang terjadi kalau supply turun DAN demand naik...) Ada banyak cara "mengeringkan" stok saham yang tersedia di pasar. Yang baru-baru ini saya perhatikan banyak terjadi adalah penggunaan berbagai bentuk repo saham. Saham "dikandangkan" dengan cara membeli sebanyak mungkin saham yang akan digoreng -- lalu mengagunkan saham tersebut (dengan iming-iming bunga dan overcollateralisasi) untuk memperoleh pinjaman yang selanjutnya digunakan untuk membeli saham yang sama. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan melibatkan banyak pihak dan penyandang dana. Dengan praktek ini - stok saham di pasar akan menyusut -- sehingga gampang "digoreng". Itu juga yang terjadi pada saham TMPI sehingga harganya bisa melejit secara abnormal dari harga hanya Rp. 180 per lembar - menjadi Rp. 4650, atau naik 2580%...! dalam waktu kurang dari 1 tahun. Anda bisa hitung sendiri -- betapa murah ongkos bunga repo (sekitar 18% p.a.) - dibandingkan dengan potensi keuntungan yang diperoleh lewat manipulasi ini. Nah sekarang tinggal kita analisa: Apakah praktek penggorengan saham akan berhasil kalau informasi-informasi tertentu seperti di atas beredar luas? Tentu saja tidak. Maka sah saja kalau kita menyebut penggorengan saham adalah bentuk implementasi informasi asimetris (terutama dalam menggalang persepsi pendorong naiknya demand). Dan tentu lebih "naif" lagi kalau direksi perusahaan sampai mengaku tidak tahu mengapa harga sahamnya naik sampai 2500%... Mengenai aspek moral dari goreng-menggoreng saham ini -- saya serahkan pada masing-masing pihak untuk menjawabnya sendiri... Ukurannya sederhana: "apakah investor memperoleh nilai tambah dari aksi ini?"