RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-10-01 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich

--- -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mas Yanuar, Saya akan komentari beberapa pint penting,
kebetulan saya sedang sibuk sekali dan hanya punya 1/2
jam sehari untuk buka2 milist,
point2 lain bisa menyusulk.

> 
> Liberalisasi haruslah dengan arah yang benar.. kalau
> kita menganggap
> liberalisasi adalah langkah perubahan.. kata bung
> Hatta soal perubahan
> "Satu-satunya syarat berhasilnya sebuah revolusi
> adalah pemimpinnya tahu
> kemana revolusi akan dibawa dan bertanggungjawab
> dalam pelaksanaannya"

Arah nya jelas : "KESEJAHTRAAN";
Teori ekonominya sangat solid dan bukti empirisme luar
biasa banyaknya;

Cara mudah nya silahkan lihat ratusan "Economic
Special Zone" yang mebentang di selatan china,
juga di sekitar bangalore (India), vietnam , afrika
selatan, chile etc bahkan dulu di BATAM;

kenapa "special zone" ini begitu berkembang ???

Mungkin tidak cukup waktu disini, tapi silahkan baca2
buku atau jurnal2 ilmiah tentang internatinal finance
atau empirical finance tentang liberalisasi;

>Kita sering melihat liberalisasi "text book", tapi
kita tak pernah
> menyentuh
>asumsi pembentuknya sehingga liberalisasi itu menjadi
relevan untuk
> orang
>banyak di dunia nyata...

care to elabotare ?

> > Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan
> > hukum ... titik. 
> > Dan itu terutama pemberantasan korupsi.
> 
> Betul, sehingga harus didorong kan... 

Ya dan Liberalisasi adalah cara mendorong perbaikan
paling ampuh ...
 
> > Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian
> > buanyak contoh buruk peran agen goverment
> dalam
> > ekonomi.
> 
> Apa itu negara? Kalau kita melihat negara, maka ada
> tiga pihak (1)
> pemerintah; (2) Dunia Usaha dan (3) Masyarakat ..

Jamsostek adalah entitas brokrasi
Pemerintah/goverment, 

> Terkait sistem jaminan
> sosial, boleh dilihat di banyak negara .. semuanya
> menjadi rezim negara..

Ya di kebanyakan negara, tapi TIDAK SEMUA,
dan sebagian sudah sadar bahwa itu tidak akan
sustainable, dan sedang berusaha mem-privatisasi
jaringan sosial-nya;

Hanya karena banyak negara memakai sistem yang salah,
tidak berarti harus di tiru.
Apalagi kalau negara yang bersangkutan sendiri justru
sadar kalau sistemnya salah,
dan sedang berusaha memperbaikinya;

harus "ahead of the curve" lah ... 

> Amerika mengaturnya 100% di bujet pemerintah,
> sekarang Bush mau ikut Eropa
> dengan "meliberalisasi" Jamsos.. dia ditentang dan
> dicerca, bahkan kandidat
> calon presiden dari partai republik merasa rencana
> bush menghalangi
> popularitas mereka..

Mas Yanuar, saya menganjurkan liberalisasi bukan
karena Amerika.

Kalaupun besok, saya bangun pagi dan membaca berita
bahwa Amerika tiba2 menjadi komunis, 
itu tidak merubah kenyataan bahwa liberalisasi adalah
jalan terbaik untuk mencapai kesejahtraan;

>di kita modal
> disetor pemerintah di Jamsostek 50miliar TAPI tarik
> deviden di atas 40% tiap
> tahun... padahal berputar dari hutang premi 39T..
> Korupsi dan perampokannya
> dimana-mana kan? Tapi, kenapa teman-teman di bursa
> diam saja? Apakah karena
> senang dapat order Jamsostek? Ini masalah kita
> semua, revitalisasi bukan
> hanya soal rebutan order dan kursi jabatan..

Liberalisai akan meminimalkan peluang korupsi diatas;
 
> Coba liat kasus-kasus Divestasi BUMN, minta
> Bapepam-LK gelar perkara, pake
> duit siapa itu goreng turunin harga patokan
> divestasi? Terus kenapa sih
> Jamsostek performace placement order-nya di market,
> berpola bid di harga
> cenderung mahal dan ask di harga cenderung murah
> (liat rilis yang saya
> attach sebelumnya, bahkan di saham blue chip BUMN
> posisinya negative
> spread).. Ini kan, indikator analisa bahwa untuk
> dapat untung di pasar yang
> tak efisien, perlu dana "dongkrak"... itu ada
> petunjuk indikasi di placement
> Jamsostek kan?
> 
> Sudah bukan rahasia lah kawan-kawan di sekuritas
> merasa ada yang "lucu"
> disana, lalu apakah akan terus kita biarkan?   

Tidak akan saya biarkan, karena itu saya usulkan
liberalisasi Jamsostek;

> Liat di data yang saya attach link-nya di posting
> sebelumnya, ekspor naik
> hanya karena harga komoditas primer naik (bukan
> volume), impor turun hanya
> karena harga minyak turun.. Lalu, liat juga kenaikan
> BBM berkorelasi dengan
> PHK serta dampaknya ke penurunan daya beli dari
> korelasi impor, ekspor di
> neraca perdagangan serta cadangan devisa.. terlihat
> daya beli jatuh..
> subsidi itu, seperti diakui Menko Perekonomian
> berdampak panjang ke
> konsolidasi daya beli... 

Pencabutan subsidi BBM memang berpengaruh negative
jalam jangka pendek terhadap daya beli.
Ibarat Obat, memang pahit, tapi manfaat nya dalam
jangka panjang sangat terasa terutama pada kesehatan
fiskal.

Segala kebijakan ada cost nya, untuk pengurangan
Subsidi BBM, menurut hemat saya, benefitnya lebih
besar dari costnya;

(detail bisa menyusul di diskusi terpisah, terlalu
panjang kalau di jadikan satu begini);
 
> Kenapa makro stabil, karena ada biaya moneter dari
> BI yang keluar kan? 

Sekali lagi, segala "decision

[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-30 Terurut Topik Dan
Bapapepam yg harus menegaskan standard market discipline yg diinginkan
dan BEJ tinggal menerapkannya saja.  Manipulasi pasar di bursa2 
internasional lainnya adalah tindakan kriminal.  Ada kriteria2nya 
dimana pergerakan harga dianggap artificial yg merupakan hasil
manipulasi pemain pasar.

BEJ harus memantau pelanggaran kriteria2 ini dan kalau BEJ tidak mau
menetapkan peraturan Bapepam yah ... tutup aja buat bursa baru.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> At 11:11 AM 9/28/2007, you wrote:
> 
> >Knapa BEJ tidak membuang saham gorengan yg naik dan turun suka-suka 
> >si BD?. BEJ
> >seharusnya berani dgn tegas 'membuang' saham seperti itu dari bursa.
> 
> 
> BEJ kan pemasukan terbesarnya berasal dari fee transaksi.
> Membuang saham gorengan ya sama dengan merusak periuk nasi
sendiri :D
> Dan karena BEJ sendiri sahamnya dimiliki oleh anggota bursa (yang 
> beberapa diantaranya banyak terlibat di saham gorengan) - akan 
> semakin kecil insentif untuk menghilangkan saham gorengan.
> 
> Ujungnya ya diserahkan pada investor sendiri.
> Caveat Emptor!  (Pembeli harap hati-hati... (Latin)).
>




[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-30 Terurut Topik Dan
> > Poltak Hotradero menulis:
> > Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu 
> > sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik.

DP: Informasi asimetrik itu definisinya apa sih?  Kalau berarti ada yg
memiliki informasi lebih yg bersifat non-public itu artinya insider
information.  Memanfaatkan insider information dari suatu public
company ialah tindakan kriminal dalam banyak yurisdiksi pasar modal di
belahan dunia lain.

> Prinsip dasar pola manipulasi-nya sih begitu.. Tapi, menjadi tidak
selalu
> demikiankenapa dari sisi "pencegahan" di AS diperkenalkan sistem
> dealer, agar inherent risk dari market manipulation dapat dicegah..
> 
> Menggoreng dalam arti teknikal adalah domain sistem dealer dengan model
> Market Maker (diterapkan di Nasdaq, di Euro Next disebut dengan istilah
> Liquidity Provider)... Broker dengan status MM jelas Bandar, dan domain
> pengelolaan nasabahnya adalah hedge fund.. Lalu, apakah dengan
sistem Jantan
> a.k.a terbuka dia tak dapat goreng saham? Padahal target return
hedge fund
> melebihi produk konvensional. ..

DP: Adanya peran market maker yg terutama ialah menambah likuiditas
pasar sehingga lebih mudah bagi investor utk menjual dan membeli.

Tidak ada urusannya dg insider information.

Informasi yg sah utk dijadikan landasan berinvestasi itu cuma dua:

1.  Informasi publik yg dikeluarkan oleh emiten spt laporan keuangan,
corporate action, paparan publik dan pengumuman resmi lainnya.

2.  Estimasi dan proyeksi yg dibuat oleh analis atau investor.

Ketidak simetrisan informasi yg sah hanya ada pada point 2.  Selain
itu illegal dan malah kriminal.
 
> 
> Ini bukan praktek "baru-baru ini".. sudah lama kayak gini, dulu
disebut T+
> .. main-main dengan overnight deposit dan pembiayaan marjin dengan
> perbankan..Padahal, pasar "lending & borrowing" (SLB) tidak tumbuh..
> maksudnya tumbuh secara legal.. kalau ilegal mah banyak, dan ini
dipelihara
> kan?! Berjamaah lah ... Kita tak pernah tahu posisi, itu asimetrik
paling
> jahat.. Tapi, kan karena gitu saham-nya bisa lincah ha3x.. dan
katanya pasar
> modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil
semua
> elitnya langsung roaming :) 
> 
> > Saham "dikandangkan" dengan cara membeli sebanyak mungkin saham
yang akan
> > digoreng -- lalu mengagunkan saham tersebut (dengan iming-iming
bunga dan 
> > overcollateralisasi ) untuk memperoleh pinjaman yang selanjutnya 
> > digunakan untuk membeli saham yang sama. 

DP: Perlu ada regulasi yg jelas mengenai short selling.  Short
selling, yaitu menjual saham tanpa ada barangnya yg kemudian dibeli di
pasar dg harga lebih murah ketika trend pasar menurun ialah termasuk
kegiatan investasi yg absah.  Yg belum ada ialah regulasi yg jelas
dari Bapepam sehingga resiko pada integritas pasar dapat dikendalikan.

> Di Rekening Efek, kan ada rekening untuk pinjam meminjam efek.. liat aja
> isinya ada atau tidak? Balik lagi, ini kan SLB kayak hantu di bursa
kita..
> Makanya, TMPI terjadi lagi mengulang DSFI dan BIMA di tahun 2003..
padahal,
> kita kenal penjaminan, jadi ada novasi Tapi, ya lain teori lain
praktek
> kan :)
> 
> > Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan melibatkan
banyak pihak
> > dan penyandang dana. Dengan praktek ini - stok saham di pasar akan
> > menyusut -- sehingga gampang "digoreng".

DP: Ini praktek2 yg bertentangan dg standar market discipline
internasional.  Perlu regulasi yg sesuai.
> 
> > Mengenai aspek moral dari goreng-menggoreng saham ini -- saya 
> > serahkan pada masing-masing pihak untuk menjawabnya sendiri...
> 
> He3x :) "Kebohongan pertama akan melahirkan kebohongan berikutnya" Untuk
> itu, kalau ketahuan bohong aja dibiarkan apakah tidak akan melahirkan
> berjuta-juta kebohongan.. Dan, sistem pasar kan menuntut peran Negara
> sebagai penjaga integritas moral pasar.. atau kita menganggap sistem
pasar
> itu, bebas berbuat sesuka hati :)

DP: Jelas aspek moralnya negatif sehingga manipulasi pasar
dikategorikan kriminal di banyak yurisdiksi lain.
 
> > Ukurannya sederhana: "apakah investor memperoleh nilai tambah dari
aksi
> > ini?"
> 
> Tergantung Bos, kalau bagian dari konspirasi ya Uuuuntung banget...
kalau
> bagian dari follower yang jago baca arah bandar, ya untung juga...
yang tak
> dapat nilai tambah sama sekali adalah perekonomian, karena
intermediasi ke
> sektor riil dibiarkan RUSAK... yang paling apes, ya rakyat di luar
stadion
> "boro-boro beli saham, buat konsumsi aja nombok"..

DP: Etika dalam pasar modal yg terutama ialah menjaga integritas
pasar,  etika lainnya adalah pribadi sifatnya.

Kalau orang merasa tertipu artinya integritas pasar rusak.  Apakah
mengejar laba besar itu berakhlak atau tidak ini bukan urusan
integritas pasar.  Orang boleh berlaba selama tidak merusak integritas
pasar.



RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-30 Terurut Topik -Yanuar Rizky-
> Wawan Taufiq Nasich menulis:
>> posting Yanuar Rizky sebelumnya:
>> Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana
>> 7,3 juta orang buruh..
>> Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi,
>> spreading performance-nya
>> dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee
>> broker aja bayar mahal..
>> Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar,
>> jutaan orang
>> terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi..
>> Itu kan peran negara,
>> menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah
>> divestasi saham BUMN yang tak
>> pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola
>> digoreng turun :(
> 
>
> Itu Jamsostek-nya yang ngga bener, dan lagi2 karena
> birokrasi dan monopoli. 

Sepakat.. ayo dong dilawan sama-sama.. perubahan kan harus digerakkan..

> Mungkin sebaiknya Jamsostek juga di liberalisasi, biar
> perusahaan2/individu bebas memakai jasa Fund manajer
> yang andal dan punya integritas untuk mengelola dana
> kesejahtraan para buruh sesuai profil resiko masing2.

Liberalisasi haruslah dengan arah yang benar.. kalau kita menganggap
liberalisasi adalah langkah perubahan.. kata bung Hatta soal perubahan
"Satu-satunya syarat berhasilnya sebuah revolusi adalah pemimpinnya tahu
kemana revolusi akan dibawa dan bertanggungjawab dalam pelaksanaannya"

Kita sering melihat liberalisasi "text book", tapi kita tak pernah menyentuh
asumsi pembentuknya sehingga liberalisasi itu menjadi relevan untuk orang
banyak di dunia nyata...

> Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan
> hukum ... titik. 
> Dan itu terutama pemberantasan korupsi.

Betul, sehingga harus didorong kan... 

> Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian
> buanyak contoh buruk peran agen goverment dalam
> ekonomi.

Apa itu negara? Kalau kita melihat negara, maka ada tiga pihak (1)
pemerintah; (2) Dunia Usaha dan (3) Masyarakat .. Terkait sistem jaminan
sosial, boleh dilihat di banyak negara .. semuanya menjadi rezim negara..

Amerika mengaturnya 100% di bujet pemerintah, sekarang Bush mau ikut Eropa
dengan "meliberalisasi" Jamsos.. dia ditentang dan dicerca, bahkan kandidat
calon presiden dari partai republik merasa rencana bush menghalangi
popularitas mereka..

Model eropa, sistem jaminan sosial adalah bisnis model asuransi, tapi
objektifnya adalah jaring pengaman sosial. Sehingga, ada premi pengusaha
(JHT, dana pemsiun, Pesangon, Kesehatan, Kematian) + premi buruh (JHT, dana
pensiun) + re-distribusi fiskal dari bujet pemerintah (penguat dana cadangan
jaminan sosial)..

Itulah yang disebut wali amanah, karena semua bayar premi.. di kita modal
disetor pemerintah di Jamsostek 50miliar TAPI tarik deviden di atas 40% tiap
tahun... padahal berputar dari hutang premi 39T.. Korupsi dan perampokannya
dimana-mana kan? Tapi, kenapa teman-teman di bursa diam saja? Apakah karena
senang dapat order Jamsostek? Ini masalah kita semua, revitalisasi bukan
hanya soal rebutan order dan kursi jabatan..

Coba liat kasus-kasus Divestasi BUMN, minta Bapepam-LK gelar perkara, pake
duit siapa itu goreng turunin harga patokan divestasi? Terus kenapa sih
Jamsostek performace placement order-nya di market, berpola bid di harga
cenderung mahal dan ask di harga cenderung murah (liat rilis yang saya
attach sebelumnya, bahkan di saham blue chip BUMN posisinya negative
spread).. Ini kan, indikator analisa bahwa untuk dapat untung di pasar yang
tak efisien, perlu dana "dongkrak"... itu ada petunjuk indikasi di placement
Jamsostek kan?

Sudah bukan rahasia lah kawan-kawan di sekuritas merasa ada yang "lucu"
disana, lalu apakah akan terus kita biarkan?   

>> OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang
>> UU itu bermasalah, tapi
>> liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun
>> 2005 daya saing melorot,
>> semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga
>> hasil survey yang sama
>> (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker,
>> daya saing kita Naik
>> tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara
>> yang indeks sahamnya naik..
>> jadi kan yang penting capital gain :)
>
> Ya, saya pikir Perburuhan itu salah satu faktor utama;
> Survey WEF itu kan banyak faktor nya mulai dari :
> Fiscal policy,Institutional framework, Societal
> framework, Labor market, infrastructure .. etc
> Dari 2005 ke 2006 saya pikir Fiscal policy kita lebih
> bagus dengan pengurangan subsidi BBM;
> Institutional framework kita juga mulai terbentuk
> dengan terbentuknya komisi2 independen macam KPK dll,
> yang merupakan ciri negara modern. (Sayang KY sudah
> kecolongan ...:)

Liat di data yang saya attach link-nya di posting sebelumnya, ekspor naik
hanya karena harga komoditas primer naik (bukan volume), impor turun hanya
karena harga minyak turun.. Lalu, liat juga kenaikan BBM berkorelasi dengan
PHK serta dampaknya ke penurunan daya beli dari korelasi impor, ekspor di
neraca perdagangan serta cadangan devisa.. terlihat daya beli jatuh..
subsidi itu, seperti diakui Menko Perekonomian berdampak panjang ke
konsolidasi daya beli... 

Kenapa makro stabil,

RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-28 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich
--- -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana
> 7,3 juta orang buruh..
> Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi,
> spreading performance-nya
> dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee
> broker aja bayar mahal..
> Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar,
> jutaan orang
> terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi..
> Itu kan peran negara,
> menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah
> divestasi saham BUMN yang tak
> pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola
> digoreng turun :(
> 

Itu Jamsostek-nya yang ngga bener, dan lagi2 karena
birokrasi dan monopoli. 

Mungkin sebaiknya Jamsostek juga di liberalisasi, biar
perusahaan2/individu bebas memakai jasa Fund manajer
yang andal dan punya integritas untuk mengelola dana
kesejahtraan para buruh sesuai profil resiko masing2.

Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan
hukum ... titik. 
Dan itu terutama pemberantasan korupsi.

Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian
buanyak contoh buruk peran agen goverment dalam
ekonomi.

> OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang
> UU itu bermasalah, tapi
> liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun
> 2005 daya saing melorot,
> semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga
> hasil survey yang sama
> (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker,
> daya saing kita Naik
> tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara
> yang indeks sahamnya naik..
> jadi kan yang penting capital gain :)

Ya, saya pikir Perburuhan itu salah satu faktor utama;
Survey WEF itu kan banyak faktor nya mulai dari :
Fiscal policy,Institutional framework, Societal
framework, Labor market, infrastructure .. etc

Dari 2005 ke 2006 saya pikir Fiscal policy kita lebih
bagus dengan pengurangan subsidi BBM;
Institutional framework kita juga mulai terbentuk
dengan terbentuknya komisi2 independen macam KPK dll,
yang merupakan ciri negara modern. (Sayang KY sudah
kecolongan ...:)

Akan lebih baik lagi daya saing kita, kalau semua
faktor meningkat, termasuk labor market;
 
> Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip
> kayaknya, dari sisi saya bahwa
> memang sisi pandang seseorang akan ditentukan
> objektifnya dan juga
> subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya
> kan data.. 

Sepakat.

> Betul, di posting saya selanjutnya yang terhapus Mas
> Wawan kan saya katakan
> soal peran di pasar perdana yang tidak ada di tengah
> kesemarakan capital
> gain saat ini... saya kan mau bilang bahwa adalah
> fakta sejauh ini peran
> pasar modal ke perekonomian riil baru sampai sana
> meski hingar-bingarnya
> dahsyat..

Ya, sayang memang tidak dimanfaatkan ...

Salah satunya karena pengetahuan pelaku usaha tentang
pasar modal juga masih minim.

Tapi belakangan IPO + Right Issue + Obligasi sudah
sangat kenceng naiknya ...

Dan jangan lupa biasanya market melihat lebih ke
depan, riil menyusul ...

> Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49%
> dari GDP.. kalau dari
> sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi
> saat ini.. yang ingin
> didorong "concerned citizens think out of the box"
> (New Deal, Franklin D.
> Roselvelt), yaitu bagaimana kaum cerdik cendikia di
> pasar modal mampu
> melakukan terobosan perannya untuk sekuritisasi ke
> sektor riil bukan LARUT
> di pesta capital gain semata..

Ah Tapi total dana terhimpun (IPO + Right Issue +
Obligasi)  rasanya tidak cuman 0.49% lah. 
 kalo gak salah sudah 37% dari investasi ??? Ada yang
bisa kasih update ?? (please correct this info)

Dan pembandingnya jangan GDP dong, Investment-nya saja
lah .. rumusnya kan :
 
GDP = consumption + investment + (government spending)
+ (exports − imports);

kalo IPO to GDP itu namanya "apple to rambutan"
comparison;

>  
> Itu teori yang harus kita aplied ke dunia nyata...
> sejauh ini kan jalan di
> tempat... 

Ya memang masih jauh ...
 
> Sip, lalu kenapa tidak ada terobosan Produk
> sekuritisasi yang Bankable juga
> kan? Daripada energi habis untuk "back door RePo"
> untuk pembiayaan mengoreng
> saham, kan mendingan yang kayak gini spirit saya
> seperti pernah saya tulis
> di analisis ekonomi kompas "bahasa finansial
> memerlukan kata riil"
> (http://www.elrizky.net/artikel.php?opt=1&id=176)

Ya saya sepakat, 
Tapi tentang penggorengan saham, meskipun fenomena tsb
ada, itu suka di besar-besar kan. 
karena mungkin menarik bagi pembaca kontan dan bisnis
indonesia he2 ...

Masyarakat kita itu "penggosip" kronis, suka kasak
kusuk hal2 yg gak jelas ... 
sering gak bisa mbedain antara FAKTA & FIKSI ...

Mungkin yang sedang ambil Master atau PHD in financial
economics bisa menjadikan ini sebagai riset ??

mungkin judulnya "THE FACT & MYTH of BANDAR in JSX"
he2 ...
 
> Setuju, dan GCG memerlukan peran negara, yaitu
> mengawasi dan menindak.. ini
> ada slide yang saya pakai untuk kebutuhan
> kawan-kawan Koalisi Masyarakat
> Sipil untuk kebebasan informasi publik, kembali saya
> setuju GCG adalah roh
> pasar modal.. tapi kan harus

[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-28 Terurut Topik rioquiserto
mengenai Jamsostek, inilah akibat dari monopoli dimana semua pekerja 
wajib menanamkan JHT-nya hanya di satu institusi saja, yaitu 
Jamsostek. Bandingkan return Jamsostek dengan return dana pensiun yg 
dikelola secara kompetitif oleh berbagai asuransi, jauh sekali 
bedanya. enak banget jadi fund manager di jamsostek, mau jelek mau 
bagus kinerjanya, tetap aja orang investasi ke mereka. 

selain itu, di dana pensiun, karyawan diberi kebebasan utk memilih 
jenis investasi sesuai dengan risk appetite masing2. hal mana yg 
tidak ada dalam JHT di Jamsostek.

salam,

Rio

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "-Yanuar Rizky-" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > Wawan Taufiq Nasich menulis:
> >> posting Yanuar Rizky sebelumnya:
> >> Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan
> >> bicara Pertumbuhan Ekonomi
> >> (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang
> >> setara (bekerja penuh, angka
> >> pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi
> >> transaksi bursa dengan
> >> GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total
> >> GDP... kalau dilihat dari
> >> sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. 
> >> Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim
> >> investor lokal di BEJ hanya
> >> 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi
> >> terjadi ketimpangan ekonomi..
> >
> > yang 150 ribu Itu mungkin yang noise trader saja ...
> > Hitung juga dong Dana pensiun,Asuransi,Reksadana dan
> > investor2 institusi lain ... yang kalo di breakdown
> > bisa menghimpun asset jutaan orang;
> 
> Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana 7,3 juta orang 
buruh..
> Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, spreading 
performance-nya
> dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee broker aja bayar 
mahal..
> Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, jutaan orang
> terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. Itu kan peran 
negara,
> menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah divestasi saham BUMN 
yang tak
> pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola digoreng turun :(
> 
> Soal Jamsostek liat di
> http://www.antikorupsi.org/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&artid=10526
> 
> 
> > Memang pemain pasar modal kita masih minim, tapi klain
> > cuman 150 ribu orang investor lokal itu namanya
> > kebangetan pesimis-nya.
> 
> He3x.. itu saya denger dari otoritas di salah satu seminar .. 
> 
> >> belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak
> >> terserap dan terus lemahnya
> >> daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah,
> >> kalau mau bicara peran ke
> >> perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. 
> > 
> > kalo ini sih panjang urusan-nya ... UU tenaga kerja,
> > kebebasan berinvestasi dll ...
> 
> OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang UU itu 
bermasalah, tapi
> liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun 2005 daya 
saing melorot,
> semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga hasil survey 
yang sama
> (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, daya saing kita 
Naik
> tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara yang indeks 
sahamnya naik..
> jadi kan yang penting capital gain :)
> 
> Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip kayaknya, dari sisi 
saya bahwa
> memang sisi pandang seseorang akan ditentukan objektifnya dan juga
> subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya kan data.. 
> 
> So, dari saya ini riset saya soal data ekonomi dan realita 
persepsi (media
> audit) di tahun 2006, yaitu Indonesia Strategic Politic Economic 
Outlook
> 2006.. bisa dilihat di http://www.elrizky.net/pembicara.php?
opt=1&id=204  
> 
> Rasanya, pembaca milis AKI akan kaya warna-nya, kalau pancingan 
diskusi ini
> akan memancing opini dan analisis lain, yang bersumber ke data .. 
kalau data
> kan pasti sama lah, yang beda kan sisi pandang.. Ayo, kita bangun 
budaya
> diskusi sisi pandang yang sehat...
> 
> >> Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu
> >> hanya masuk ke penerimaan
> >> pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun
> >> (2006 39,7% GDP) + 10%
> >> x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung
> >> perannya ke tax ratio
> >> sangat kecil... 
> > 
> > Manfaat pasar modal bukan cuman itu doang, kalo saya
> > melihat nya begini (silahkan kalau ada yang mau
> > menambahkan/mengurangi) :
> 
> Betul, di posting saya selanjutnya yang terhapus Mas Wawan kan 
saya katakan
> soal peran di pasar perdana yang tidak ada di tengah kesemarakan 
capital
> gain saat ini... saya kan mau bilang bahwa adalah fakta sejauh ini 
peran
> pasar modal ke perekonomian riil baru sampai sana meski hingar-
bingarnya
> dahsyat..
> 
> > Manfaat dari sisi Corporate/Entrepreneur :
> > 1.) Cari modal murah untuk ekspansi, kalo sekarang kan
> > masih di dominasi bank (63%), sementara pasar modal
> > baru (37%).
> 
> Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49% dari GDP.. 
kalau dari
> sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi saat ini.. 
yang ingin
> didorong "concerned citizens think out of the box" (New Deal, 
Frank

[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-28 Terurut Topik mr_w4w
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> At 11:11 AM 9/28/2007, you wrote:
> 
> 
> Ujungnya ya diserahkan pada investor sendiri.
> Caveat Emptor!  (Pembeli harap hati-hati... (Latin)).
>

Mungkin sebaiknya begitu bang, dan lagian kalo investor (bukan 
spekulator) mestinya gak peduli noise-noise, yang penting-kan jangka 
panjang. (paling ngga, saya yg "super fundamental" begitu ).

Saya sih ikut Benj. Graham soal definisi investor vs. spekulator:

"An investment operation is one which, upon thorough analysis 
promises safety of principal and an adequate return. Operations not 
meeting these requirements are speculative". Benjamin Graham and 
David L. Dodd

Dan untuk investor individual yang "novice" saya pikir lebih efisien 
lewat MI/Index fund ... cari fee yg paling murah dan yg terpercaya

Kalau mau nekad & ingin tantangan, saya rasa cukup 10% saja lah dari 
portfolio yg di trading sendiri. 

Kalo spekulator bangkrut mah resiko he2, meski spekulator juga 
diperlukan untuk liquiditas ... 

Btw, Bang poltak tahu kira2 perbandingan antara Investor Vs 
Speculator di BEJ ?

Just My 2 Cents,
Wawan




Re: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 11:11 AM 9/28/2007, you wrote:

>Knapa BEJ tidak membuang saham gorengan yg naik dan turun suka-suka 
>si BD?. BEJ
>seharusnya berani dgn tegas 'membuang' saham seperti itu dari bursa.


BEJ kan pemasukan terbesarnya berasal dari fee transaksi.
Membuang saham gorengan ya sama dengan merusak periuk nasi sendiri :D
Dan karena BEJ sendiri sahamnya dimiliki oleh anggota bursa (yang 
beberapa diantaranya banyak terlibat di saham gorengan) - akan 
semakin kecil insentif untuk menghilangkan saham gorengan.

Ujungnya ya diserahkan pada investor sendiri.
Caveat Emptor!  (Pembeli harap hati-hati... (Latin)).



RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik -Yanuar Rizky-
> Wawan Taufiq Nasich menulis:
>> posting Yanuar Rizky sebelumnya:
>> Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan
>> bicara Pertumbuhan Ekonomi
>> (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang
>> setara (bekerja penuh, angka
>> pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi
>> transaksi bursa dengan
>> GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total
>> GDP... kalau dilihat dari
>> sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. 
>> Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim
>> investor lokal di BEJ hanya
>> 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi
>> terjadi ketimpangan ekonomi..
>
> yang 150 ribu Itu mungkin yang noise trader saja ...
> Hitung juga dong Dana pensiun,Asuransi,Reksadana dan
> investor2 institusi lain ... yang kalo di breakdown
> bisa menghimpun asset jutaan orang;

Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana 7,3 juta orang buruh..
Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, spreading performance-nya
dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee broker aja bayar mahal..
Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, jutaan orang
terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. Itu kan peran negara,
menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah divestasi saham BUMN yang tak
pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola digoreng turun :(

Soal Jamsostek liat di
http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=10526


> Memang pemain pasar modal kita masih minim, tapi klain
> cuman 150 ribu orang investor lokal itu namanya
> kebangetan pesimis-nya.

He3x.. itu saya denger dari otoritas di salah satu seminar .. 

>> belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak
>> terserap dan terus lemahnya
>> daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah,
>> kalau mau bicara peran ke
>> perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. 
> 
> kalo ini sih panjang urusan-nya ... UU tenaga kerja,
> kebebasan berinvestasi dll ...

OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang UU itu bermasalah, tapi
liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun 2005 daya saing melorot,
semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga hasil survey yang sama
(2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, daya saing kita Naik
tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara yang indeks sahamnya naik..
jadi kan yang penting capital gain :)

Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip kayaknya, dari sisi saya bahwa
memang sisi pandang seseorang akan ditentukan objektifnya dan juga
subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya kan data.. 

So, dari saya ini riset saya soal data ekonomi dan realita persepsi (media
audit) di tahun 2006, yaitu Indonesia Strategic Politic Economic Outlook
2006.. bisa dilihat di http://www.elrizky.net/pembicara.php?opt=1&id=204  

Rasanya, pembaca milis AKI akan kaya warna-nya, kalau pancingan diskusi ini
akan memancing opini dan analisis lain, yang bersumber ke data .. kalau data
kan pasti sama lah, yang beda kan sisi pandang.. Ayo, kita bangun budaya
diskusi sisi pandang yang sehat...

>> Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu
>> hanya masuk ke penerimaan
>> pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun
>> (2006 39,7% GDP) + 10%
>> x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung
>> perannya ke tax ratio
>> sangat kecil... 
> 
> Manfaat pasar modal bukan cuman itu doang, kalo saya
> melihat nya begini (silahkan kalau ada yang mau
> menambahkan/mengurangi) :

Betul, di posting saya selanjutnya yang terhapus Mas Wawan kan saya katakan
soal peran di pasar perdana yang tidak ada di tengah kesemarakan capital
gain saat ini... saya kan mau bilang bahwa adalah fakta sejauh ini peran
pasar modal ke perekonomian riil baru sampai sana meski hingar-bingarnya
dahsyat..

> Manfaat dari sisi Corporate/Entrepreneur :
> 1.) Cari modal murah untuk ekspansi, kalo sekarang kan
> masih di dominasi bank (63%), sementara pasar modal
> baru (37%).

Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49% dari GDP.. kalau dari
sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi saat ini.. yang ingin
didorong "concerned citizens think out of the box" (New Deal, Franklin D.
Roselvelt), yaitu bagaimana kaum cerdik cendikia di pasar modal mampu
melakukan terobosan perannya untuk sekuritisasi ke sektor riil bukan LARUT
di pesta capital gain semata..

> Dimasa depan Bank cukup kasih KPR dan kredit mobil
> saja deh, capital market lebih efisien untuk investasi
 
Itu teori yang harus kita aplied ke dunia nyata... sejauh ini kan jalan di
tempat... 

> Bank lebih susah nyambung dengan sektor riil, kalo
> pasar modal melihat ke jauh ke depan .. kalo bank
> credit analyst-nya orang pesimis semua .. he2
> (kidding)

Sip, lalu kenapa tidak ada terobosan Produk sekuritisasi yang Bankable juga
kan? Daripada energi habis untuk "back door RePo" untuk pembiayaan mengoreng
saham, kan mendingan yang kayak gini spirit saya seperti pernah saya tulis
di analisis ekonomi kompas "bahasa finansial memerlukan kata riil"
(http://www.elrizky.net/artikel.php?

Re: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik iwangbk
Knapa BEJ tidak membuang saham gorengan yg naik dan turun suka-suka si BD?. BEJ
seharusnya berani dgn tegas 'membuang' saham seperti itu dari bursa.

Pake cara apaun tidak ada yg bisa prediksi saham begini, kecuali tanya BD. Kalau
BD nya memang ingin 'niat baik' membentuk saham likuid sih bisa dimaklumi
(market maker). Tapi coba lihat saham di BEJ, banyak kita jumpai saham yg
luarbiasa eksentrik (naik turun tergantung tingkat keserakahan BD).

Apa kita cuman bisa bilang sama investor (erutama pemula) yg kejeblos itu "salah
sendiri beli saham gorengan"

Salam,

- Original Message -
From: "-Yanuar Rizky-" <[EMAIL PROTECTED]>
> Makanya, TMPI terjadi lagi mengulang DSFI dan BIMA di tahun 2003.. padahal,
> kita kenal penjaminan, jadi ada novasi... Tapi, ya lain teori lain praktek
> kan :)
>




RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik -Yanuar Rizky-
> Poltak Hotradero menulis:
>> posting Yanuar Rizky sebelumnya:
>> Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar
>> surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih 
>>(surat
>> utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca
>> korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities)..
>> 
>> Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood
>> agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau
>> kongkow-kongkow di New York..
>
> Koreksi Mas Yanuar
> Bursa yang sekarang dikenal dengan nama New York Stock Exchange 
> dimulai pada tahun 1792, ketika 24 pedagang berkumpul di Jalan Wall 
> Street nomer 68 di bawah sebuah POHON Buttonwood - bukan hotel.

OK, thanks untuk koreksinya bahwa itu nama pohon.. saya cuman teringat nama
agreement nya mengambil nama tempat mereka berkumpul.. sekali lagi Thanks..

> Orang yang 24 itu semuanya adalah memang pedagang saham. Isi 
> Buttonwood Agreement adalah:

Ya, mereka jadi pedagang saham pertama.. sebelumnya para saudagar..

> "We the Subscribers, Brokers for the Purchase and Sale of the Public 
> Stock, do hereby solemnly promise and pledge ourselves to each other, 
> that we will not buy or sell from this day for any person whatsoever, 
> any kind of Public Stock, at least than one quarter of one percent 
> Commission on the Specie value and that we will give preference to 
> each other in our Negotiations. In Testimony whereof we have set our 
> hands this 17th day of May at New York, 1792."
> 
> Jadi isinya adalah komitmen fair trading dan self regulated diantara 
> mereka dengan biaya transaksi 0.25% sebagai komisi. Karena ngumpul 
> di bawah pohon jelas nggak nyaman - akhirnya setahun kemudian tempat 
> ngumpul mereka pindah ke Tontine Coffee House.

Sip... ditambahin cerita sejarahnya... itulah kenapa Bursa menganut SRO
(Self Regulatory Organization)


> Perdagangan saham modern pertama kali dimulai bukan di New York - 
> melainkan di Amsterdam, tahun 1602. Bursa Amsterdam itu didirikan oleh 
> VOC.

Ya, tapi yang menjadikannya industri ya dimulai di NYSE.. BTW, thanks sudah
melengkapi sejarah yang lebih lengkap..

Salam,
Yanuar Rizky
mail to: [EMAIL PROTECTED]
on-the-net: http://www.elrizky.net
elrizkyNet>"Dari RT-RW Ke Internet Menuju Pasar Modal"




RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 11:00 AM 9/27/2007, you wrote:

>Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar
>surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih (surat
>utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca
>korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities)..
>
>Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood
>agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau
>kongkow-kongkow di New York..


Koreksi Mas Yanuar
Bursa yang sekarang dikenal dengan nama New York Stock Exchange 
dimulai pada tahun 1792, ketika 24 pedagang berkumpul di Jalan Wall 
Street nomer 68 di bawah sebuah POHON Buttonwood - bukan hotel.

Orang yang 24 itu semuanya adalah memang pedagang saham.  Isi 
Buttonwood Agreement adalah:

"We the Subscribers, Brokers for the Purchase and Sale of the Public 
Stock, do hereby solemnly promise and pledge ourselves to each other, 
that we will not buy or sell from this day for any person whatsoever, 
any kind of Public Stock, at least than one quarter of one percent 
Commission on the Specie value and that we will give preference to 
each other in our Negotiations. In Testimony whereof we have set our 
hands this 17th day of May at New York, 1792."

Jadi isinya adalah komitmen fair trading dan self regulated diantara 
mereka dengan biaya transaksi 0.25% sebagai komisi.  Karena ngumpul 
di bawah pohon jelas nggak nyaman - akhirnya setahun kemudian tempat 
ngumpul mereka pindah ke Tontine Coffee House.

Perdagangan saham modern pertama kali dimulai bukan di New York - 
melainkan di Amsterdam, tahun 1602.  Bursa Amsterdam itu didirikan oleh VOC.




RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich

--- -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 
> Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan
> bicara Pertumbuhan Ekonomi
> (GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang
> setara (bekerja penuh, angka
> pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi
> transaksi bursa dengan
> GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total
> GDP... kalau dilihat dari
> sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. 
> Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim
> investor lokal di BEJ hanya
> 150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi
> terjadi ketimpangan ekonomi..

yang 150 ribu Itu mungkin yang noise trader saja ...
Hitung juga dong Dana pensiun,Asuransi,Reksadana dan
investor2 institusi lain ... yang kalo di breakdown
bisa menghimpun asset jutaan orang;

Memang pemain pasar modal kita masih minim, tapi klain
cuman 150 ribu orang investor lokal itu namanya
kebangetan pesimis-nya.

> belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak
> terserap dan terus lemahnya
> daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah,
> kalau mau bicara peran ke
> perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. 

kalo ini sih panjang urusan-nya ... UU tenaga kerja,
kebebasan berinvestasi dll ...

> Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu
> hanya masuk ke penerimaan
> pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun
> (2006 39,7% GDP) + 10%
> x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung
> perannya ke tax ratio
> sangat kecil... 

Manfaat pasar modal bukan cuman itu doang, kalo saya
melihat nya begini (silahkan kalau ada yang mau
menambahkan/mengurangi) :

Manfaat dari sisi Corporate/Entrepreneur :

1.) Cari modal murah untuk ekspansi, kalo sekarang kan
masih di dominasi bank (63%), sementara pasar modal
baru (37%).

Dimasa depan Bank cukup kasih KPR dan kredit mobil
saja deh, capital market lebih efisien untuk investasi
.. 

Bank lebih susah nyambung dengan sektor riil, kalo
pasar modal melihat ke jauh ke depan  .. kalo bank
credit analyst-nya orang pesimis semua .. he2
(kidding)

Pasar modal juga lebih punya pengaruh positif ke Good
Corporate Governance;

2.) Benchmarking, membuat perusahan mengadopsi
pronsip2 manajemen organisasi modern untuk bersaing;

3.) Buat si Entrepreneur bisa meningkatkan
corporatenya ke level yg lebih tinggi,
atau mungkin supaya assetnya likuid, (biar gampang
kalo bagi2 warisan he2);

saya ngga tahu berapa besar dana yang di himpun dari
BEJ dan BES YTD. ada yang bisa update ?

Manfaat dari sisi Investor :
1.) Bisa menaruh excess dana-nya ke asset produktif
tanpa harus menjalankan usahanya sendiri.
2.) Diversifikasi;

Manfaat dari sisi Negara/National Economy :
1.) Transparansi yang biasanya mengiringi perusahaan
publik. Sehingga tidak ngemplang pajak lagi.
2.) Good corporate governance.
3.) Menjadikan Ekonomi nasional lebih efisien karena
dana mengalir ke asset yang memberikan "marginal
return" tertinggi;

kalau manfaat itu di gabung ya ngga bisa dong di nilai
cuman dari setoran pajak transaksi BEJ.

Just my 2 Cents,
Wawan


   

Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the 
tools to get online.
http://smallbusiness.yahoo.com/webhosting 


RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-27 Terurut Topik -Yanuar Rizky-
> bond trader menulis:
> Pak Yanuar Rizky yang terhormat.
> Saya sering membaca tulisan-tulisan bapak di Gatra, Trust, Kompas maupun
> media lain.

Mas Bond Trader yang juga saya hormati,

Terima Kasih sudah mau membaca tulisan saya ...

> Secara saya awam dengan pasar modal dan BEJ, dan mungkin juga lemah otak, 
> ada beberapa hal penjelasan yang mungkin bisa bapak berikan terkait dengan
> email ini dan (terutama) pada tulisan2 bapak di media. Saya banyak
> bingungnya... 
> Mohon kesediaan bapak yang pernah jadi analis BEJ dan sekarang analis
> independen untuk bersedia memberikan sedikit pencerahan.
>
> 1. ...pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke
> sektor riil semua elitnya langsung roaming :). 
> Mungkin bapak bisa menjelaskan kenapa pasar modal harus terkait dengan
> sektor riil? Dan seharusnya pasar modal atau bursa efek itu memberikan
> peran ke sektor riil dalam bentuk apa.

Dari namanya saja Pasar Modal.. jadi yang diperdagangkan adalah Modal...
Modal kembali ke tata bahasa adalah sesuatu yang digunakan untuk berusaha..
Nah, berusaha itu kan di sektor riil..

Cara mendapatkan modal adalah Setoran Modal (equity) dan berhutang... Lalu,
sebagaimana halnya pasar, maka harus ada wujud fisik yang
diperjual-belikan.. dikenalah Sekuritisasi..

Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar
surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih (surat
utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca
korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities)..

Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood
agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau
kongkow-kongkow di New York..

Saat itu, salah seorang bandar tembakau membutuhkan dana cepat, aset yang
dia punya hanya perusahaan.. maka dia menawarkan ke saudagar lain untuk
membeli perusahaannya, tapi ada kemungkinan dia bisa membeli kembali...
Akhirnya, itulah sejarah sekuritisasi, lalu munculah bursa (pasar sekunder)
yang khusus memperdagangkan surat berharganya..

Singkat kata, pasar modal akan memiliki dua pasar, yaitu pasar perdana dan
pasar sekunder (bursa)... dana beralih dari pemilik modal ke sektor riil
hanya terjadi di pasar perdana (itu pun kalau penerbitan saham baru), kalau
sifatnya menjual pemegang saham lama, maka sifatnya sama saja peralihan dana
antar investor..

Kenapa pasar modal harus ada kaitan dengan sektor riil saya rasa jelas,
karena tak akan pernah ada bursa kalau tak ada sektor riil yang
disekuritisasi.. 

Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan bicara Pertumbuhan Ekonomi
(GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang setara (bekerja penuh, angka
pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi transaksi bursa dengan
GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total GDP... kalau dilihat dari
sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. 

Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim investor lokal di BEJ hanya
150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi terjadi ketimpangan ekonomi..
belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak terserap dan terus lemahnya
daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah, kalau mau bicara peran ke
perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. 

Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu hanya masuk ke penerimaan
pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun (2006 39,7% GDP) + 10%
x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung perannya ke tax ratio
sangat kecil... bandingkan jika pasar meningkatkan peran di pasar perdana,
maka akan terserap x Orang pekerja .. dari x Orang itu akan ada tambahan
Pajak Penghasilan dan PPn dari belanja barang dan jasa mereka (karena punya
daya beli).. 

Itulah kenapa, biaya moneter dari anggaran negara untuk stabilitas makro di
BI kan harus ada kaitannya dengan outputnya bagi ketahanan perekonomian
negara.. ketahanan itu kan hanya kalau daya kerja naik.. ukuran daya kerja
naik secara merata kan tax ratio mampu ditingkatkan dengan basis wajib pajak
yang bertambah pula..

Kenapa saya katakan roaming.. karena klaim elit pasar modal sendiri bahwa
mereka adalah "pejuang" roda perekonomian.. Jadi kan harus jadi solusi
"chicken and egg"... Silahkan buka file kliping media tahun 2003-2004 waktu
itu alasannya bursa harus didorong likuid dulu (egg) agar bisa jualan ke
investor riil mau masuk ke Indonesia (chicken)..

Nah, sekarang kan egg sudah ada, lalu chicken-nya mana? Peradaban pasar
modal terbuka memang menuntut exit bariers berupa likuiditas bursa..
harusnya dengan bursa yang likuid, kita sudah mampu berkata "yakinlah,
kalaupun mau keluar bursa kami sudah memiliki likuiditas yang tinggi"..

Tapi, disitulah artificial growth bursa kita.. Mari kita hitung kombinasi
jual-beli saham di BJ antara lokal-asing.. maka kombinasi permutasi
lokal-lokal terbesar.. artinya energi ada di lokal, maka asing juga akan
lihat bahwa bursa yang dimiliki pun likuiditasnya bermain dengan dana lokal
dengan angka investor lokal yang mini

Re: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-26 Terurut Topik bond trader
Pak Yanuar Rizky yang terhormat.
Saya sering membaca tulisan-tulisan bapak di Gatra, Trust, Kompas maupun media 
lain.
Secara saya awam dengan pasar modal dan BEJ, dan mungkin juga lemah otak, ada 
beberapa hal penjelasan yang mungkin bisa bapak berikan terkait dengan email 
ini dan (terutama) pada tulisan2 bapak di media. Saya banyak bingungnya... 
Mohon kesediaan bapak yang pernah jadi analis BEJ dan sekarang analis 
independen untuk bersedia memberikan sedikit pencerahan.

1. ...pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor 
riil semua
elitnya langsung roaming :). 

Mungkin bapak bisa menjelaskan kenapa pasar modal harus terkait dengan sektor 
riil? Dan seharusnya pasar modal atau bursa efek itu memberikan peran ke sektor 
riil dalam bentuk apa.

2itu kan kenapa Bank juga naik terus labanya, meski LDR turun dan treasury 
yang boleh dari sisi Peraturan (SBI dan SUN) turun bunganya... dan kenapa sejak 
rebound saham tahun 2002 sampai hari ini geliatnya antara trio macan (Kurs - BI 
rate - IHSG).. itu juga kenapa arbitrase kurs - saham, radarnya ada di saham 
Perbankan.. itu juga kenapa, normalisasi intermediasi keuangan ke sektor riil 
tambah susah.. 

Boleh bapak jelaskan hubungan antara LDR-treasury dan turunnya harga SBI dan 
SUN? Trus mengenai trio macan , kurs-BI rate-IHSG, apa keterkaitan mereka 
bertiga itu pak? Kemudian arbitrase kurs-saham, apanya yang diarbitrase dan 
bagaimana mekanismenya, serta kenapa radarnya ada di saham perbankan?

3... Tergantung Bos, kalau bagian dari konspirasi ya Uuuuntung banget... kalau
bagian dari follower yang jago baca arah bandar, ya untung juga... yang tak
dapat nilai tambah sama sekali adalah perekonomian, karena intermediasi ke
sektor riil dibiarkan RUSAK... yang paling apes, ya rakyat di luar stadion
"boro-boro beli saham, buat konsumsi aja nombok"...

Satu lagi pak, kenapa transaksi di bursa harus memberikan nilai tambah kepada 
perekonomian? Kemudian, apakah semua orang harus beli saham pak dibandingkan 
konsumsi?

Maaf atas pertanyaan saya yang banyak dan awam ini, supaya lain kali saya bisa 
mencerna tulisan-tulisan bapak di media, dan untung2 bisa main di bursa juga... 
he..he
Terima kasih.

Salam,
BT

- Original Message 
From: -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]>
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 26 September, 2007 10:56:22 AM
Subject: RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi 
Asimetris


> Poltak Hotradero menulis:
> Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu 
> sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik.

Prinsip dasar pola manipulasi-nya sih begitu.. Tapi, menjadi tidak selalu
demikian... Itulah kenapa dari sisi "pencegahan" di AS diperkenalkan sistem
dealer, agar inherent risk dari market manipulation dapat dicegah..

Menggoreng dalam arti teknikal adalah domain sistem dealer dengan model
Market Maker (diterapkan di Nasdaq, di Euro Next disebut dengan istilah
Liquidity Provider)... Broker dengan status MM jelas Bandar, dan domain
pengelolaan nasabahnya adalah hedge fund.. Lalu, apakah dengan sistem Jantan
a.k.a terbuka dia tak dapat goreng saham? Padahal target return hedge fund
melebihi produk konvensional. ..

Itulah bedanya, asimetrik karena sistem pasarnya memang "liar" a.k.a ada
bandar, terasa perannya tapi kayak hantu (terlebih ada kasus aja mau
diputihkan :( ..) .. ada asimetrik, karena memang jago secara teknikal.. Itu
aja, kalau liat aturan main pre-hour - reguler - after hour trading di
sistem market maker, mereka dipaksa "terbuka" soal spreading plan.. Tapi,
survey tunjukan bahwa spread market maker di Nasdaq dapat efektif bermain
dalam jangka menengah - panjang, sehingga target return dapat tercapai..

Soal asimetrik karena adanya pemain yang jago, sudah terbuka dengan jelasnya
order berasal dari MM.. jadi, pemain lain, ya sudah tahu bahwa itu memang
mainannya Bandar.. So, asimetrik by legal, hilang dengan sendirinya.. karena
bandarnya memang andalkan kejagoan teknik perdagangan. .. Model pencegahan
dari yurisdiksi hukum ekonomi diperlukan agar biaya untuk curang tidaklah
murah

> --dihapus--
> Ada banyak cara "mengeringkan" stok saham yang tersedia di 
> pasar. Yang baru-baru ini saya perhatikan banyak terjadi adalah 
> penggunaan berbagai bentuk repo saham. 

Ini bukan praktek "baru-baru ini".. sudah lama kayak gini, dulu disebut T+
.. main-main dengan overnight deposit dan pembiayaan marjin dengan
perbankan..Padahal, pasar "lending & borrowing" (SLB) tidak tumbuh..
maksudnya tumbuh secara legal.. kalau ilegal mah banyak, dan ini dipelihara
kan?! Berjamaah lah ... Kita tak pernah tahu posisi, itu asimetrik paling
jahat.. Tapi, kan karena gitu saham-nya bisa lincah ha3x.. dan katanya pasar
modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil semua
elitnya langsung roaming :) 

> Saham "d

RE: [Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-26 Terurut Topik -Yanuar Rizky-

> Poltak Hotradero menulis:
> Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu 
> sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik.

Prinsip dasar pola manipulasi-nya sih begitu.. Tapi, menjadi tidak selalu
demikian... Itulah kenapa dari sisi "pencegahan" di AS diperkenalkan sistem
dealer, agar inherent risk dari market manipulation dapat dicegah..

Menggoreng dalam arti teknikal adalah domain sistem dealer dengan model
Market Maker (diterapkan di Nasdaq, di Euro Next disebut dengan istilah
Liquidity Provider).. Broker dengan status MM jelas Bandar, dan domain
pengelolaan nasabahnya adalah hedge fund.. Lalu, apakah dengan sistem Jantan
a.k.a terbuka dia tak dapat goreng saham? Padahal target return hedge fund
melebihi produk konvensional...

Itulah bedanya, asimetrik karena sistem pasarnya memang "liar" a.k.a ada
bandar, terasa perannya tapi kayak hantu (terlebih ada kasus aja mau
diputihkan :( ..) .. ada asimetrik, karena memang jago secara teknikal.. Itu
aja, kalau liat aturan main pre-hour - reguler - after hour trading di
sistem market maker, mereka dipaksa "terbuka" soal spreading plan.. Tapi,
survey tunjukan bahwa spread market maker di Nasdaq dapat efektif bermain
dalam jangka menengah - panjang, sehingga target return dapat tercapai..

Soal asimetrik karena adanya pemain yang jago, sudah terbuka dengan jelasnya
order berasal dari MM.. jadi, pemain lain, ya sudah tahu bahwa itu memang
mainannya Bandar.. So, asimetrik by legal, hilang dengan sendirinya.. karena
bandarnya memang andalkan kejagoan teknik perdagangan... Model pencegahan
dari yurisdiksi hukum ekonomi diperlukan agar biaya untuk curang tidaklah
murah

> --dihapus--
> Ada banyak cara "mengeringkan" stok saham yang tersedia di 
> pasar. Yang baru-baru ini saya perhatikan banyak terjadi adalah 
> penggunaan berbagai bentuk repo saham. 

Ini bukan praktek "baru-baru ini".. sudah lama kayak gini, dulu disebut T+
.. main-main dengan overnight deposit dan pembiayaan marjin dengan
perbankan..Padahal, pasar "lending & borrowing" (SLB) tidak tumbuh..
maksudnya tumbuh secara legal.. kalau ilegal mah banyak, dan ini dipelihara
kan?! Berjamaah lah ... Kita tak pernah tahu posisi, itu asimetrik paling
jahat.. Tapi, kan karena gitu saham-nya bisa lincah ha3x.. dan katanya pasar
modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke sektor riil semua
elitnya langsung roaming :) 

> Saham "dikandangkan" dengan cara membeli sebanyak mungkin saham yang akan
> digoreng -- lalu mengagunkan saham tersebut (dengan iming-iming bunga dan 
> overcollateralisasi) untuk memperoleh pinjaman yang selanjutnya 
> digunakan untuk membeli saham yang sama. 

Di Rekening Efek, kan ada rekening untuk pinjam meminjam efek.. liat aja
isinya ada atau tidak? Balik lagi, ini kan SLB kayak hantu di bursa kita..
Makanya, TMPI terjadi lagi mengulang DSFI dan BIMA di tahun 2003.. padahal,
kita kenal penjaminan, jadi ada novasi... Tapi, ya lain teori lain praktek
kan :)

> Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan melibatkan banyak pihak
> dan penyandang dana. Dengan praktek ini - stok saham di pasar akan
> menyusut -- sehingga gampang "digoreng".

He3x.. Top Marokotop... itu kan kenapa Bank juga naik terus labanya, meski
LDR turun dan treasury yang boleh dari sisi Peraturan (SBI dan SUN) turun
bunganya... dan kenapa sejak rebound saham tahun 2002 sampai hari ini
geliatnya antara trio macan (Kurs - BI rate - IHSG).. itu juga kenapa
arbitrase kurs - saham, radarnya ada di saham Perbankan.. itu juga kenapa,
normalisasi intermediasi keuangan ke sektor riil tambah susah..   

> Itu juga yang terjadi pada saham TMPI sehingga harganya bisa melejit 
> secara abnormal dari harga hanya Rp. 180 per lembar - menjadi Rp. 
> 4650, atau naik 2580%...! dalam waktu kurang dari 1 tahun. Anda bisa 
> hitung sendiri -- betapa murah ongkos bunga repo (sekitar 18% p.a.) - 
> dibandingkan dengan potensi keuntungan yang diperoleh lewat manipulasi
> ini.

Soal TMPI .. stock repeat on itself identik dengan history repeat on itself
.. masalahnya, kan senang diulang-ulang kan pasar bebas ha3x :)

Soal ongkos bunga, 18% identik dengan 4 poin di atas publish rate suku bunga
kredit (14,--%) .. lumayan kan.. apalagi biaya bahan baku dalam bentuk
deposito dibayar murah seiiring turunnnya BI rate (publish deposit rate di
6,--% berarti spread marjin 18-6 = 12%).. ah, ngapain pusing mikirin
intermediasi ke sektor riil kan? Toh saham yang dipakai juga yang
floating-nya dikuasai bandar..


> Nah sekarang tinggal kita analisa: Apakah praktek penggorengan 
> saham akan berhasil kalau informasi-informasi tertentu seperti di 
> atas beredar luas? Tentu saja tidak. 

Kalau liat research soal spread performance Market Maker, bisa aja tuh..
cuman ya pakai keringat dan otak.. kalau tidak ada informasi tentu lebih
ciamik, apalagi kalau ketauan juga "dimaafkan" oleh lembaga negara penindak
hukumnya..

> Maka sah saja kalau kita menyebut penggorengan saham adalah bentuk
> implementasi informasi asimetris 

[Keuangan] Menggoreng saham (was: Re: Istilah Ekonomi: Informasi Asimetris

2007-09-25 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 12:46 AM 9/26/2007, you wrote:

>Gimana kalau kita bekerja di sekuritas dimana ada investor yang ingin
>menggoreng salah satu saham yang listing di BEJ. Karena kita dapat
>informasi penggorengan, maka kita beli saham tersebut sebelum
>harganya naik tinggi. Apakah ini disebut asimetrik nggak?
>
>salam,
>
>-Irsal


Menurut saya, apa yang disebut sebagai "penggorengan saham" itu 
sendiri modal utamanya adalah informasi asimetrik.

Mengapa?  Karena kegiatan menggoreng itu semata-mata hanya bisa 
sukses bila "persepsi" harga naik tetap  terpelihara -- padahal 
persepsi tersebut bersifat artifisial, karena pada banyak keadaan 
"bandar" penggoreng sudah "mengeringkan" stok saham yang tersedia di 
pasar (supply turun dan demand tetap = harga naik.  Anda bisa 
bayangkan sendiri apa yang terjadi kalau supply turun DAN demand naik...)

Ada banyak cara "mengeringkan" stok saham yang tersedia di 
pasar.  Yang baru-baru ini saya perhatikan banyak terjadi adalah 
penggunaan berbagai bentuk repo saham.  Saham "dikandangkan" dengan 
cara membeli sebanyak mungkin saham yang akan digoreng -- lalu 
mengagunkan saham tersebut (dengan iming-iming bunga dan 
overcollateralisasi) untuk memperoleh pinjaman yang selanjutnya 
digunakan untuk membeli saham yang sama.  Proses ini dilakukan secara 
berulang-ulang dengan melibatkan banyak pihak dan penyandang 
dana.  Dengan praktek ini - stok saham di pasar akan menyusut -- 
sehingga gampang "digoreng".

Itu juga yang terjadi pada saham TMPI sehingga harganya bisa melejit 
secara abnormal dari harga hanya Rp. 180 per lembar - menjadi Rp. 
4650, atau naik 2580%...! dalam waktu kurang dari 1 tahun.  Anda bisa 
hitung sendiri -- betapa murah ongkos bunga repo (sekitar 18% p.a.) - 
dibandingkan dengan potensi keuntungan yang diperoleh lewat manipulasi ini.

Nah sekarang tinggal kita analisa:   Apakah praktek penggorengan 
saham akan berhasil kalau informasi-informasi tertentu seperti di 
atas beredar luas?  Tentu saja tidak.  Maka sah saja kalau kita 
menyebut penggorengan saham adalah bentuk implementasi informasi 
asimetris (terutama dalam menggalang persepsi pendorong naiknya 
demand).  Dan tentu lebih "naif" lagi kalau direksi perusahaan sampai 
mengaku tidak tahu mengapa harga sahamnya naik sampai 2500%...

Mengenai aspek moral dari goreng-menggoreng saham ini -- saya 
serahkan pada masing-masing pihak untuk menjawabnya sendiri...

Ukurannya sederhana: "apakah investor memperoleh nilai tambah dari aksi ini?"