Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Uhm.. kalo ngomong korelasi antar parameter terlalu jauh.. apalagi saya tidak punya datanya... dan model econometricnya akan rumit. Apalagi kalau dibandingkan dengan Indonesia, yang serikat buruhnya tidak kuat, tapi unemployment-nya tinggi. Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan sering sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week, bahwa di negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan tingkat konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi pajak pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang. Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga. Setahu saya sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik apapun skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda mulai Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh lebih lemah dari karyawan tetap. Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk karyawan outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap karyawan tetap, masyarakat, dan negara. Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia. BR, -=ContraDictionary=- 2008/5/14 Glenn Hassan [EMAIL PROTECTED]: Bung contra, kalo liat perancis sama jerman yang anda bilang serikat buruhnya kuat, ternyata tingkat unemploymentnya kok tinggi yah? perancis 8% german 9%. kalo liat juga tingkat unemployment yang tinggi di amerika, ternyata kebanyakan di daerah2 yang serikat buruhnya kuat, contoh Michigan 7%. kenapa yah? saya gak bilang kalo ada causal relationship.. tapi kepikiran juga.. kok bisa begitu? saya gak familiar dengan keadaan outsourcing di indonesia, tapi kalo di us sini kebanyakan kerjaan di outsource ke india atau china.. atau juga indonesia kalau nanti tenaga kerja kita bisa bersaing. india dan china sejak ikutan outsourcing jadi makmur.. kok anda malah protest? bukannya bagus kalo perusahaan nge outsource? apa sekarang di indonesia lagi ada trend perusahaan ngeoutsource ke negara lain? kalo ke negara kita sendiri khan kita juga yang untung? kalo anda duduk enak2, ikutan serikat buruh, dan ada orang lain yang lebih giat kerjanya dan mau mengerjakan pekerjaan anda untuk gaji lebih dikit (dari perusahaan outsourcing) terus masalahnya dimana? khan ga ada yang maksa dia untuk kerja lebih keras dari anda dengan gaji yang lebih dikit. mungkin anda harus kerja di perusahaan outsourcing kali.. di sini kalo yang dibilang contract/temp worker yang dibayar perjam malah kalo diitung gajinya lebih gede dari perkerja tetap.. saya kerja kalo di itung perjamnya mungkin malah gajinya lebih kecil.. kalo soal kepastian karier khan tergantung anda sendiri.. kalo anda punya skill yang berharga yah ga usah takut. mustinya anda yang menjual skill anda ke penawar tertinggi.. kalo anda gak punya skill yang berharga yah mustinya sih anda usaha cari skill yang berharga. jamannya menggantungkan diri ke perusahaan sudah lewat.. 2008/5/13 Contradictionary Antithesis [EMAIL PROTECTED]contradictionary%40gmail.com : Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko? Pasti ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas, doba dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap tidak ada. Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan jadi pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar? Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Terimakasih atas masukan datanya, Bang. Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat disana. Begitu mungkin kesimpulannya. Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. 2008/5/14 Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED]: At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga mereka mau jujur. undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan pengusaha. banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat undang-undang perburuhan. akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan. pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk melatih mereka. belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu. At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote: Terimakasih atas masukan datanya, Bang. Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat disana. Begitu mungkin kesimpulannya. Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. 2008/5/14 Poltak Hotradero mailto:hotradero%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]: At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Seorang teman pengusaha mengeluh bahwa UU perburuhan kita keterlaluan, sebab pegawai yang berbuat kesalahan besar hampir tidak mungkin dipecat. Sebab itu mungkin terjadi kebiasaan yang Anda utarakan dibawah. Salam Hok An Nugroho Dewanto schrieb: tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga mereka mau jujur. undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan pengusaha. banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat undang-undang perburuhan. akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan. pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk melatih mereka. belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu. At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote: Terimakasih atas masukan datanya, Bang. Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat disana. Begitu mungkin kesimpulannya. Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. 2008/5/14 Poltak Hotradero mailto:hotradero%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]: At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 02:15 PM 5/14/2008, you wrote: Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. Sektor jasa. Asumsi dasar labor union adalah membuat manusia sebagai bagian dari proses manufaktur. Ini berarti yang dibeli adalah waktu dan tenaga. Kalau anda baca bukunya Marx akan sangat jelas hal itu disebut oleh Marx sebagai bagian dari konsep kapital. Sementara di sektor jasa -- yang dibeli dari seorang pekerja adalah daya analitis, kreativitas, keahlian (skill) yang lebih condong pada kualitas ketimbang kuantitas kerja. Itu sebabnya labor union menjadi lebih sulit diimplementasikan pada sektor jasa -- karena di sektor jasa komponen skill manusia jauh lebih berharga dan lebih berpengaruh ketimbang komponen fixed asset sebagaimana yang ada pada dunia manufaktur. Coba lihat sektor mana yang paling tinggi muatan komponen jasa manusianya ketimbang fixed assetnya - yaitu perbankan dan pasar modal. Apa anda ketemu labor union yang efektif di situ?
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote: Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP, banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan.. Touche! Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang lain soal moral... Seolah berbicara itu sama dengan berbuat.
RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Udah lah gak usah panjang-panjang Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan sebesar-besar2nya Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas dll sebesar2nya Dari 2 tujuan ini jelas2 bertolak belakang, jadi yg paling mungkin dicapai adalah Kesepakatan Bersama antara PEKERJA dan PENGUSAHA kalau seandainya Pekerja itu adalah orang yang potensial tentu pengusaha juga tidak ingin kehilangan pekerja seperti itu dan perusahaan bisa saja akhirnya mengikat pekerja bersangkutan dengan status karyawan tetap + beragam fasilitas yg bisa diberikan perusahaan sedangkan kalau Pekerja itu tidak berkualitas, maka sudah bekerja saja sudah untung meski itu dengan bayaran uang harian Yang harus melindungi Pekerja atau rakyat pada umumnya ya negara Baik itu melalui program jaminan sosial atau program lainnya Jadi jangan dicampur adukkan antara tugas negara dengan tugas pengusaha ardhi -Original Message- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Amitz Sekali Sent: 14 Mei 2008 16:50 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing) --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Contradictionary Antithesis [EMAIL PROTECTED] wrote: ..deleted Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan sering sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week, bahwa di negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi Bukankah itu berarti amat menguntungkan negara2 yang standar gajinya rendah seperti Indonesia? pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan tingkat konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi pajak pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang. Seperti yang saya sebut di atas, kalaupun negara yang mencari karyawan outsource itu merugi (which is arguably not), kan untung besar bagi negara yang penduduknya dijadikan pegawai outsourcing. Indonesia tidak perlu tergantung dari lapangan kerja lokal untuk mengurangi pengangguran. Kan enak!? Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga. Setahu saya sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik apapun skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda mulai Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh lebih lemah dari karyawan tetap. Kita sekarang sudah masuk ranah budaya. Ada yang suka kepastian meskipun karirnya ya begitu2 aja, ada yang bisa mentoleransi ketidakpastian asal dihargai sesuai prestasi. Kalau Bapak mau kerja di perusahaan yang memberikan kepastian pensiun selama-lamanya atau pesangon super besar, ya siap2 gajinya di..sesuaikan untuk membiayai itu semua. Seperti yang sudah saya ulang berkali-kali di posting2 sebelumnya, aturan perundang-undangan yang sekarang membebani pengusaha, TANPA KEUNTUNGANNYA BISA DIRASAKAN PEKERJA. Masih mending kalau pengusaha terbeban tapi keuntungannya bisa langsung dirasakan pengusaha. Tapi ini tidak bisa dirasakan pekerja, kecuali dia keluar atau di-PHK.. Saya kuatir sekarang ini dengan potensi inflasi dan krisis Indonesia dalam waktu dekat ini. Di satu sisi ingin gaji dinaikkan, tapi di sisi lain sadar kalau resiko finansial kenaikan gaji itu terlalu besar.. Sungguh Indonesia perlu reformasi aturan ketenagakerjaan. Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk karyawan outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap karyawan tetap, masyarakat, dan negara. Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP, banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan.. Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia. BR, -=ContraDictionary=- Salam, = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members
RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 05:41 PM 5/14/2008, you wrote: Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan sebesar-besar2nya Bukankah itu juga peri laku tiap orang? Bukankah anda juga begitu? Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas dll sebesar2nya Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya? Setiap pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan bayaran sebesar-besarnya. Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus bicara standar moral yang berbeda?
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote: Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP, banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan.. Touche! Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang lain soal moral... Seolah berbicara itu sama dengan berbuat. Banyak orang memang tidak pernah berusaha memahami dilema dalam pengambilan keputusan di lapangan, akibatnya tidak bisa membayangkan kalau keputusan yang menyangkut orang banyak pasti akan selalu punya sisi immoralnya.
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Bung contra, kalo liat perancis sama jerman yang anda bilang serikat buruhnya kuat, ternyata tingkat unemploymentnya kok tinggi yah? perancis 8% german 9%. kalo liat juga tingkat unemployment yang tinggi di amerika, ternyata kebanyakan di daerah2 yang serikat buruhnya kuat, contoh Michigan 7%. kenapa yah? saya gak bilang kalo ada causal relationship.. tapi kepikiran juga.. kok bisa begitu? saya gak familiar dengan keadaan outsourcing di indonesia, tapi kalo di us sini kebanyakan kerjaan di outsource ke india atau china.. atau juga indonesia kalau nanti tenaga kerja kita bisa bersaing. india dan china sejak ikutan outsourcing jadi makmur.. kok anda malah protest? bukannya bagus kalo perusahaan nge outsource? apa sekarang di indonesia lagi ada trend perusahaan ngeoutsource ke negara lain? kalo ke negara kita sendiri khan kita juga yang untung? kalo anda duduk enak2, ikutan serikat buruh, dan ada orang lain yang lebih giat kerjanya dan mau mengerjakan pekerjaan anda untuk gaji lebih dikit (dari perusahaan outsourcing) terus masalahnya dimana? khan ga ada yang maksa dia untuk kerja lebih keras dari anda dengan gaji yang lebih dikit. mungkin anda harus kerja di perusahaan outsourcing kali.. di sini kalo yang dibilang contract/temp worker yang dibayar perjam malah kalo diitung gajinya lebih gede dari perkerja tetap.. saya kerja kalo di itung perjamnya mungkin malah gajinya lebih kecil.. kalo soal kepastian karier khan tergantung anda sendiri.. kalo anda punya skill yang berharga yah ga usah takut. mustinya anda yang menjual skill anda ke penawar tertinggi.. kalo anda gak punya skill yang berharga yah mustinya sih anda usaha cari skill yang berharga. jamannya menggantungkan diri ke perusahaan sudah lewat.. 2008/5/13 Contradictionary Antithesis [EMAIL PROTECTED]: Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko? Pasti ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas, doba dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap tidak ada. Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan jadi pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar? Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya masih punya penyakit eksistensialisme. Eksistensi organisasi kurang diakui, tapi membernya berebut eksistensi diri diakui, makanya ga solid. Karena banyak pemainnya. Tapi ada atau tidak ada pemain, sangat wajar kalau mereka menentang outsourcing. Karena memang tidak fair dan sangat sepihak. Sudah gitu kalaupun boleh (seperti tertuang di UU 13) aturannya sebetulnya cukup jelas, semua diluar core business boleh di-outsource, tapi nyatanya banyak pelanggaran. Kalaupun core-business mau di-outsource, maka perintah kerja dikeluarkan ke perusahaan outsource-nya, tidak direct/langsung ke karyawannya. Dan karyawan perusahaan outsource ini bukan berkantor dan duduk sebelahan dengan karyawan tetap di perusahaan tersebut. Dan hal ini yang paling banyak dilanggar, terutama oleh banyak perusahaan PMA. BR, -=ContraDictionary=- 2008/5/8 Glenn Hassan [EMAIL PROTECTED]: Bung Agung, Kalo menurut anda menjadi pengusaha itu enak, kenapa anda gak jadi pengusaha saja? kan enak tuh? On 5/5/08, Agung Darmawan [EMAIL PROTECTED]agung.darmawan%40gmail.com wrote: itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi pengusaha tuh!. 2008/5/6 Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED] verthandy%40yahoo.comverthandy% 40yahoo.com: Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_, BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_. Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang sudah bekerja. Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon. Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan sengaja menekan
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan.
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Bung Agung, Kalo menurut anda menjadi pengusaha itu enak, kenapa anda gak jadi pengusaha saja? kan enak tuh? On 5/5/08, Agung Darmawan [EMAIL PROTECTED] wrote: itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi pengusaha tuh!. 2008/5/6 Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED] verthandy%40yahoo.com: Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_, BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_. Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang sudah bekerja. Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon. Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon. Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk mengantisipasi tuntutan pesangon. Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2 didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima menjadi adil. Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau perusahaan sedang mengalami kesulitan. Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk flexi-time, bukan pesangon. Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun, tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai pesangon yang harus diantisipasi.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi pengusaha tuh!. 2008/5/6 Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED]: Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_, BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_. Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang sudah bekerja. Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon. Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon. Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk mengantisipasi tuntutan pesangon. Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2 didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima menjadi adil. Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau perusahaan sedang mengalami kesulitan. Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk flexi-time, bukan pesangon. Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun, tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai pesangon yang harus diantisipasi.. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_, BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_. Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang sudah bekerja. Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon. Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon. Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk mengantisipasi tuntutan pesangon. Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2 didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima menjadi adil. Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau perusahaan sedang mengalami kesulitan. Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk flexi-time, bukan pesangon. Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun, tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai pesangon yang harus diantisipasi..
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
kalo melihatnya dari menara gading memang iya. tapi coba sekali waktu turun ke kantong2 buruh menjalani hidupnya. teriakan nurani tak kuasa mengeluarkan kata2. memang ada yg mengeksploitasi perjuangan buruh, tapi siapa lagi yang bisa dijadikan sandaran ? ---Original Message--- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Tuesday, May 06, 2008 11:09:12 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing) At 12:21 AM 5/6/2008, you wrote: Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_, BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_. Ya iyalah. Serikat buruh kan hidupnya dari iuran pekerja yang menjadi anggota. Jadi wajar saja kalau mereka secara esensi bersikap tidak peduli soal rakyat ataupun pengangguran. Mereka cuma peduli pada anggotanya sendiri dan iuran yang sudah dibayar. Sukur-sukur kalau bisa diteruskan jadi politisi profesional... Messages in this topic (11) Reply (via web post) | Start a new topic Messages | Links | Database | Polls | Calendar = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity a.. 4New Members b.. 1New Links Visit Your Group Need traffic? a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13ob14b6e/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1210054278/L=/B=tZszDkLaX.8-/J=1210047078942489/A=3848644/R=0/SIG=131l83flq/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8161 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This message contains confidential information and is intended only for the individual named. If you are not the named addressee you should not disseminate, distribute or copy this e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your system. If you are not the intended recipient you are notified that disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 12:15 PM 5/6/2008, you wrote: kalo melihatnya dari menara gading memang iya. tapi coba sekali waktu turun ke kantong2 buruh menjalani hidupnya. teriakan nurani tak kuasa mengeluarkan kata2. memang ada yg mengeksploitasi perjuangan buruh, tapi siapa lagi yang bisa dijadikan sandaran ? Justru anda yang tinggal di menara gading -- ketika merasa bahwa serikat buruh memperjuangkan ekonomi secara umum. Adalah FAKTA bahwa di banyak belahan dunia semakin makmur suatu negara justru semakin berkurang keanggotaan serikat buruhnya... You're either part of a solution or part of the problem. Korelasi negatif antara kemakmuran dan keanggotaan serikat buruh - rasanya cukup membuktikan bahwa serikat buruh bukan solusi atas ekonomi nasional dan kepentingan umum. Lalu apa lagi kalau bukan masalah...?