[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2010-01-05 Terurut Topik nazarjb
Ya, namanya juga demokrasi, sampai-sampai alur hak & tanggung jawab menjadi 
rancu (biar demokratis & berdasarkan suara terbanyak kali ya..?). Kalau suara 
terbanyak memutuskan maling bersama, bersama-sama politikin masyarakat, dan 
jika suara terbanyak bersepakat menuju jurang ya ikuti saja, kan harus 
demokratis dan publik aspiratif... :-). Ya, itu lagu lama. kalaupun kelihatan 
baru, itu seperti lagu dangdut yang dikasih musik rock atau jass :-)

Tapi hati-hati ya, kalau yang bersangkutan tau dikritik nanti dia marah. Kan 
mereka-mereka itu ada SK (kertas yang ditulis & dibubuhi tanda tangan) alias 
kertas sakti dan sudah lulus tes cpns dan beragam sertifikasi keahlian plus 
seminar-seminar :-) . Tapi cuek saja, bukankah dunia ini terus bergerak & 
berubah? Yang penting setiap orang mampu beradaptasi dengan berbagai sikon. 
Apakah itu bunglon? Tidak juga, yang penting tidak melanggar norma-norma yang 
baik & rasional. Karena setiap profesi memiliki sikon sendiri-sendiri. Tapi 
norma-norma itu kan juga buatan manusia yang ada unsur manusiawinya (tidak ada 
manusia yang sempurna) Hm

Karena itu, pada dasarnya setiap orang harus mampu menjadi pahlawan bagi 
dirinya sendiri. Karena jika terlalu bergantung/totalitas diserahkan kepada 
orang lain akan  berakibat fatal

Salam
Nazar
On TB-JB

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An  wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> Instansi dan yayasan2 negara kita banyak sekali yang kacau balau.
> Celakanya di kabinet tidak ada menteri yang punya portfolio sebagai 
> menteri tata negara.
> Sebab itu tidak ada review mengenai lembaga2 penting ini yang sebenarnya 
> merupakan tulang, otot2 dan urat2 syaraf sistem kenegaraan. 
> Dari kira2 100 lembaga2 negara RI jangan2 yang berfungsi bisa dihitung 
> dengan jari2 satu tangan saja.
> Biasanya menteri yang bertugas adalah menteri dalam negeri, bisa juga 
> Menko. Sistem kepresidenan kita perlu  menentukan siapa yang menata 
> negara, untuk identifikasi dan menghentikan kesalahan2 fatal yang sulit 
> dibereskan dan mengakibatkan ongkos sangat mahal.
> 
> Selamat Tahun Baru
> 
> 
> Hok An




Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2010-01-05 Terurut Topik Hok An
Bung Nazar,

Instansi dan yayasan2 negara kita banyak sekali yang kacau balau.
Celakanya di kabinet tidak ada menteri yang punya portfolio sebagai 
menteri tata negara.
Sebab itu tidak ada review mengenai lembaga2 penting ini yang sebenarnya 
merupakan tulang, otot2 dan urat2 syaraf sistem kenegaraan. 
Dari kira2 100 lembaga2 negara RI jangan2 yang berfungsi bisa dihitung 
dengan jari2 satu tangan saja.
Biasanya menteri yang bertugas adalah menteri dalam negeri, bisa juga 
Menko. Sistem kepresidenan kita perlu  menentukan siapa yang menata 
negara, untuk identifikasi dan menghentikan kesalahan2 fatal yang sulit 
dibereskan dan mengakibatkan ongkos sangat mahal.

Selamat Tahun Baru


Hok An

nazarjb schrieb:
>  
>
> Iya, sudah mati. Terus hidup lagi, terus mati lagi :-)
> Jangankan lembaga-lembaga swadaya, instansi yang digaji penuh dari 
> uang pajak itu juga sering hidup-mati. Ya, persis seperti PLN kalau 
> lagi kumat penyakitnya. Organisasi itu kan yang menggerakkannya 
> manusia, jadi tergantung manusia yang menjalankanya. Jika mau jujur 
> banyak instansi & organisasi yang tidak memiliki arah/tujuan yang 
> jelas. Program-program biasanya menjadi tameng saja (tidak semua). Dan 
> kita tau bahwa semua tindakan & kebijakan itu mengandung unsur 
> spekulatif. Kadang tepat sasaran, kadang melenceng. Mungkin kalau 
> rancangan program itu diserahkan kepada dukun, tukang tenung, ahli 
> terawang dll juga tidak bakalan tepat sasaran semuanya.
>
> salam
> nazar
> on: tbo
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> , Ari Condro 
>  wrote:
> >
> > karang taruna bukannya udah mati sekarang ini? kalau jaman tahun 
> 80an, malah
> > hidup bener dan dinamis tuh ...
> >
> > 2010/1/1 nazarjb 
>
> > > Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada 
> pemilu
> > > lalu peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga 
> cenderung
> > > insidental dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama ada 
> uang saku
> > > mengalir mulai sibuk walau kadang hasilnya juga tidak jelas dan 
> realistis.
> > > Jangankan litbang parpol, litbang pemerintah yang personalnya 
> makan gaji
> > > tiap bulan saja tidak maksimal. Litbang departemen-departemen juga 
> mandul
> > > dan insidental. Lihat LPM mandiri, apa bentuk real aktifias 
> mereka? Lihat
> > > penyuluhan pertanian, apa kinerja mereka? paling juga menggunakan 
> pasilitas
> > > yang ada untuk eksperimen sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat 
> kegiatan
> > > kepemudaan (karangtaruna, pertukaran pemuda dll), apa sudah 
> menciptakan &
> > > memacu kreatifitas? semuanya insidental dan cenderung hanya 
> menguntungkan
> > > motornya saja. Bahkan yang lebh krusial lagi, banyak kritikan 
> tentang DPRD
> > > yang hanya makan gaji buta. Didaerah-daerah terpencil yang 
> masyarakatnya
> > > masih awam, pemerintah hanya menjadi organisasi simbolik saja, 
> yang ngawas
> > > juga tdk ada dan ada persepsi semua tindakan pegawai negeri itu 
> benar semua
> > > walaupun sudah terjadi korup dan salah prosedur. Ya, itu hanya 
> masalah SDM,
> > > sistim dan uang. Dan soal-soal tes CPNS tersebut belum mutlak 
> menjadi dasar
> > > terekrutnya sdm yang berkualitas & bermoral. Belum lagi masalah sistim
> > > otonomi daerah yang ngambang, perilaku/sikap masyarakat setempat dll.
> > > Sementara laporan-laporan kegiatan pemetintahan cenderung 
> hiperbolik dan
> > > diperindah.
> > >
> > > salam
> > > nazar on tbo-jmbi
> > >
> > >
>



Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2010-01-05 Terurut Topik Hok An
Bung Nazar,

keluhan Anda benar.
Saya hanya ada tambahan sbb.:
Negara dan lembaga2nya mau tidak mau adalah cermin masyarakat.
Keduanya saat ini berada didalam krisis identitas, disatu pihak ada 
tuntutan untuk melakukan reformasi yang melahirkan masyarakat yang 
bersih, kreatif dan negara yang efisien. Dipihak lain resistensi menuju 
perubahan cukup besar, bukan hanya didalam struktur negara tetapi 
didalam masyakat sendiri.
Pada saat sistem kenegaraan kita saat ini disana-sini macet karena 
tabrakan satu sama lain, diperlukan pulau2 pembaharuan dimana suatu 
sistem yang bersih, kreatif dan efisien sudah dijalankan dengan baik.
Dibidang ekonomi sistem2 seperti ini mutlak perlu, sebab hanya satuan2 
yang bisa bersaing internasional yang punya masa depan yang 
berkelanjutan. Mungkin Anda bisa menemukan pulau2 kecil seperti ini 
disekitar Anda sendiri.
Tugas kita bersama adalah sosialisasi contoh2 positif seperti ini untuk 
diintegrasikan menjadi sistem yang berlaku secara nasional.

Semoga tahun 2010 membawa damai dan kepastian hukum bagi kita semua.

Hok An

 

nazarjb schrieb:
>  
>
> Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada 
> pemilu lalu peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga 
> cenderung insidental dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama 
> ada uang saku mengalir mulai sibuk walau kadang hasilnya juga tidak 
> jelas dan realistis. Jangankan litbang parpol, litbang pemerintah yang 
> personalnya makan gaji tiap bulan saja tidak maksimal. Litbang 
> departemen-departemen juga mandul dan insidental. Lihat LPM mandiri, 
> apa bentuk real aktifias mereka? Lihat penyuluhan pertanian, apa 
> kinerja mereka? paling juga menggunakan pasilitas yang ada untuk 
> eksperimen sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat kegiatan 
> kepemudaan (karangtaruna, pertukaran pemuda dll), apa sudah 
> menciptakan & memacu kreatifitas? semuanya insidental dan cenderung 
> hanya menguntungkan motornya saja. Bahkan yang lebh krusial lagi, 
> banyak kritikan tentang DPRD yang hanya makan gaji buta. 
> Didaerah-daerah terpencil yang masyarakatnya masih awam, pemerintah 
> hanya menjadi organisasi simbolik saja, yang ngawas juga tdk ada dan 
> ada persepsi semua tindakan pegawai negeri itu benar semua walaupun 
> sudah terjadi korup dan salah prosedur. Ya, itu hanya masalah SDM, 
> sistim dan uang. Dan soal-soal tes CPNS tersebut belum mutlak menjadi 
> dasar terekrutnya sdm yang berkualitas & bermoral. Belum lagi masalah 
> sistim otonomi daerah yang ngambang, perilaku/sikap masyarakat 
> setempat dll. Sementara laporan-laporan kegiatan pemetintahan 
> cenderung hiperbolik dan diperindah.
>
> salam
> nazar on tbo-jmbi
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> , Hok An  
> wrote:
> >
> > Saya tambah sedikit,
> >
> > sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran
> > dan formulasi program politik (dan ekonomi).
> > Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang
> > didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan
> > Visi Indonesia 2030.
> > Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota
> > dari yayasan ini.
> > Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang
> > besar.
> > Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan
> > intelektual .
> >
> > Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional.
> >
> > Hok An
> >
> > Wong Cilik schrieb:
>
> 



[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-31 Terurut Topik nazarjb
Iya, sudah mati. Terus hidup lagi, terus mati lagi :-)
Jangankan lembaga-lembaga swadaya, instansi yang digaji penuh dari uang pajak 
itu juga sering hidup-mati. Ya, persis seperti PLN kalau lagi kumat 
penyakitnya. Organisasi itu kan yang menggerakkannya manusia, jadi tergantung 
manusia yang menjalankanya. Jika mau jujur banyak instansi & organisasi yang 
tidak memiliki arah/tujuan yang jelas. Program-program biasanya menjadi tameng 
saja (tidak semua). Dan kita tau bahwa semua tindakan & kebijakan itu 
mengandung unsur spekulatif. Kadang tepat sasaran, kadang melenceng. Mungkin 
kalau rancangan program itu diserahkan kepada dukun, tukang tenung, ahli 
terawang dll juga tidak bakalan tepat sasaran semuanya.

salam
nazar
on: tbo

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ari Condro  wrote:
>
> karang taruna bukannya udah mati sekarang ini? kalau jaman tahun 80an, malah
> hidup bener dan dinamis tuh ...
> 
> 2010/1/1 nazarjb 

> > Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada pemilu
> > lalu peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga cenderung
> > insidental dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama ada uang saku
> > mengalir mulai sibuk walau kadang hasilnya juga tidak jelas dan realistis.
> > Jangankan litbang parpol, litbang pemerintah yang personalnya makan gaji
> > tiap bulan saja tidak maksimal. Litbang departemen-departemen juga mandul
> > dan insidental. Lihat LPM mandiri, apa bentuk real aktifias mereka? Lihat
> > penyuluhan pertanian, apa kinerja mereka? paling juga menggunakan pasilitas
> > yang ada untuk eksperimen sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat kegiatan
> > kepemudaan (karangtaruna, pertukaran pemuda dll), apa sudah menciptakan &
> > memacu kreatifitas? semuanya insidental dan cenderung hanya menguntungkan
> > motornya saja. Bahkan yang lebh krusial lagi, banyak kritikan tentang DPRD
> > yang hanya makan gaji buta. Didaerah-daerah terpencil yang masyarakatnya
> > masih awam, pemerintah hanya menjadi organisasi simbolik saja, yang ngawas
> > juga tdk ada dan ada persepsi semua tindakan pegawai negeri itu benar semua
> > walaupun sudah terjadi korup dan salah prosedur. Ya, itu hanya masalah SDM,
> > sistim dan uang. Dan soal-soal tes CPNS tersebut belum mutlak menjadi dasar
> > terekrutnya sdm yang berkualitas & bermoral. Belum lagi masalah sistim
> > otonomi daerah yang ngambang, perilaku/sikap masyarakat setempat dll.
> > Sementara laporan-laporan kegiatan pemetintahan cenderung hiperbolik dan
> > diperindah.
> >
> > salam
> > nazar on tbo-jmbi
> >
> >
> > --- In 
> > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com,
> > Hok An  wrote:
> > >
> > > Saya tambah sedikit,
> > >
> > > sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran
> > > dan formulasi program politik (dan ekonomi).
> > > Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang
> > > didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan
> > > Visi Indonesia 2030.
> > > Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota
> > > dari yayasan ini.
> > > Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang
> > > besar.
> > > Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan
> > > intelektual .
> > >
> > > Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional.
> > >
> > > Hok An
> > >
> > > Wong Cilik schrieb:




Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-31 Terurut Topik Ari Condro
karang taruna bukannya udah mati sekarang ini? kalau jaman tahun 80an, malah
hidup bener dan dinamis tuh ...

2010/1/1 nazarjb 

>
>
> Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada pemilu
> lalu peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga cenderung
> insidental dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama ada uang saku
> mengalir mulai sibuk walau kadang hasilnya juga tidak jelas dan realistis.
> Jangankan litbang parpol, litbang pemerintah yang personalnya makan gaji
> tiap bulan saja tidak maksimal. Litbang departemen-departemen juga mandul
> dan insidental. Lihat LPM mandiri, apa bentuk real aktifias mereka? Lihat
> penyuluhan pertanian, apa kinerja mereka? paling juga menggunakan pasilitas
> yang ada untuk eksperimen sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat kegiatan
> kepemudaan (karangtaruna, pertukaran pemuda dll), apa sudah menciptakan &
> memacu kreatifitas? semuanya insidental dan cenderung hanya menguntungkan
> motornya saja. Bahkan yang lebh krusial lagi, banyak kritikan tentang DPRD
> yang hanya makan gaji buta. Didaerah-daerah terpencil yang masyarakatnya
> masih awam, pemerintah hanya menjadi organisasi simbolik saja, yang ngawas
> juga tdk ada dan ada persepsi semua tindakan pegawai negeri itu benar semua
> walaupun sudah terjadi korup dan salah prosedur. Ya, itu hanya masalah SDM,
> sistim dan uang. Dan soal-soal tes CPNS tersebut belum mutlak menjadi dasar
> terekrutnya sdm yang berkualitas & bermoral. Belum lagi masalah sistim
> otonomi daerah yang ngambang, perilaku/sikap masyarakat setempat dll.
> Sementara laporan-laporan kegiatan pemetintahan cenderung hiperbolik dan
> diperindah.
>
> salam
> nazar on tbo-jmbi
>
>
> --- In 
> AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com,
> Hok An  wrote:
> >
> > Saya tambah sedikit,
> >
> > sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran
> > dan formulasi program politik (dan ekonomi).
> > Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang
> > didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan
> > Visi Indonesia 2030.
> > Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota
> > dari yayasan ini.
> > Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang
> > besar.
> > Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan
> > intelektual .
> >
> > Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional.
> >
> > Hok An
> >
> > Wong Cilik schrieb:
>
>  
>



-- 
salam,
Ari


[Non-text portions of this message have been removed]





=
Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com 
-
Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
-
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian :
- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-31 Terurut Topik nazarjb
Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada pemilu lalu 
peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga cenderung insidental 
dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama ada uang saku mengalir mulai 
sibuk walau kadang hasilnya juga tidak jelas dan realistis. Jangankan litbang 
parpol, litbang pemerintah yang personalnya makan gaji tiap bulan saja tidak 
maksimal. Litbang departemen-departemen juga mandul dan insidental. Lihat LPM 
mandiri, apa bentuk real aktifias mereka? Lihat penyuluhan pertanian, apa 
kinerja mereka? paling juga menggunakan pasilitas yang ada untuk eksperimen 
sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat kegiatan kepemudaan (karangtaruna, 
pertukaran pemuda dll), apa sudah menciptakan & memacu kreatifitas? semuanya 
insidental dan cenderung hanya menguntungkan motornya saja.  Bahkan yang lebh 
krusial lagi, banyak kritikan tentang DPRD yang hanya makan gaji buta. 
Didaerah-daerah terpencil yang masyarakatnya masih awam, pemerintah hanya 
menjadi organisasi simbolik saja, yang ngawas juga tdk ada dan ada persepsi 
semua tindakan pegawai negeri itu benar semua walaupun sudah terjadi korup dan 
salah prosedur. Ya, itu hanya masalah SDM, sistim dan uang. Dan soal-soal tes 
CPNS tersebut belum mutlak menjadi dasar terekrutnya sdm yang berkualitas & 
bermoral. Belum lagi masalah sistim otonomi daerah yang ngambang, 
perilaku/sikap masyarakat setempat dll. Sementara laporan-laporan kegiatan 
pemetintahan cenderung hiperbolik dan diperindah.

salam
nazar on tbo-jmbi



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An  wrote:
>
> Saya tambah sedikit,
> 
> sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran 
> dan formulasi program politik (dan ekonomi).
> Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang 
> didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan 
> Visi Indonesia 2030.
> Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota 
> dari yayasan ini.
> Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang 
> besar.
> Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan 
> intelektual .
> 
> Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional.
> 
> Hok An
> 
> Wong Cilik schrieb:




Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-31 Terurut Topik Hok An
Saya tambah sedikit,

sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran 
dan formulasi program politik (dan ekonomi).
Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang 
didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan 
Visi Indonesia 2030.
Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota 
dari yayasan ini.
Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang 
besar.
Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan 
intelektual .

Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional.

Hok An

Wong Cilik schrieb:
>  
>
> Kalau di buatkan intisari dari masukan Pak Hok An ini:
> - Badan Litbang meneliti masalah penting masyarakat perlu ada.
> - Badan Litbang ini harus independen, jauh dari kepentingan partai/politik
> - Partai politik boleh/seharusnya mendapat akses atas solusi yang 
> ditawarkan
> badan ini, berusaha untuk memanfaatkannya demi kesejahteraan rakyat.
> - Partai politik tidak boleh memaksakan agendanya terhadap badan 
> litbang ini
> (untuk menjatuhkan pemerintah yg berkuasa, menjelekkan partai lain, dll).
> - Sampai saat ini badan litbang maupun yayasan tidak independen, masih
> dikuasai agenda partai backingannya.
> - Badan litbang tidak perlu dilahirkan oleh partai politik untuk menjaga
> independensinya.
>
> 2009/12/30 Hok An mailto:Hokan%40t-online.de>>
>
> > Sebetulnya yang penting adalah partai politik harusnya punya Litbang.
> > Litbang bertugas identifikasi masalah2 terpenting yang ada dalam
> > masyarakat dan menggodok jalan keluar yang disimpulkan menjadi bagian2
> > dari program partai.
> >
> > Lebih baik lagi kalau litbangnya indipenden. Supaya indipenden sebaiknya
> > Litbang diletakan diluar struktur resmi partai dalam bentuk yayasan.
> > Biasanya yayasan ini juga bertugas untuk melakukan pendidikan2 politik.
> > Ada negara2 dimana yayasan2 seperti ini tidak hanya dibiayai oleh partai
> > tetapi terutama oleh negara.
> > Berdasarkan pengalaman di Eropa malah ada baiknya bukan hanya yayasan2
> > itu tetapi juga partai2 mendapat dana dari negara. Menurut wakil2 MPR
> > kita yang kira2 pertengahan tahun 2009 ini ada di Frankfurt sudah ada
> > konsensus bahwa sistem ini akan diadopsi di Indoensia. Kalau demikian
> > maka partai2 kita akan mendapat dana negara sesuai dengan suara yang
> > didapat dalam pemilu.
> > Dalam prolegnas yang baru memang ada amandemen UU tentang parpol, tetapi
> > apa yang mau diundangkan belum jelas.
> >
> > Sumber dana yang indipenden (dari negara) saja memang belum menjamin
> > indipendensi dari suatu lembaga. Saat ini masalah besar yang dihadapi
> > Indonesia saat ini. Sebab banyak badan dan lembaga yang harusnya
> > indipenden belum bisa berfungsi seperti yang diharapkan.
> > Apalagi dalam lingkungan partai2 dan badan legislatif dimana banyak
> > wakil2nya yang belum terbiasa berbudaya sipil secara profesional. Yang
> > terjadi adalah kenyataan adanya wakil2 rakyat yang cepat sekali
> > mengalami degradasi dalam pemikiran setelah terpilih. Mungkin ada yang
> > mengalami kejutan budaya, karena tercabut dari akarnya yang jauh di 
> daerah.
> > Kawan2 yang mengamati kinerja DPR saat ini cukup pesimis karena jauhnya
> > jarak partai2 dengan masyarakat. Masalah ini, yaitu integrasi partai2
> > dengan masyarakat perlu dipikirkan dan diperjuangkan bersama.
> >
> > Salam damai
> >
> >
> > Hok An
> >
>



Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-29 Terurut Topik Wong Cilik
Kalau di buatkan intisari dari masukan Pak Hok An ini:
- Badan Litbang meneliti masalah penting masyarakat perlu ada.
- Badan Litbang ini harus independen, jauh dari kepentingan partai/politik
- Partai politik boleh/seharusnya mendapat akses atas solusi yang ditawarkan
badan ini, berusaha untuk memanfaatkannya demi kesejahteraan rakyat.
- Partai politik tidak boleh memaksakan agendanya terhadap badan litbang ini
(untuk menjatuhkan pemerintah yg berkuasa, menjelekkan partai lain, dll).
- Sampai saat ini badan litbang maupun yayasan tidak independen, masih
dikuasai agenda partai backingannya.
- Badan litbang tidak perlu dilahirkan oleh partai politik untuk menjaga
independensinya.

2009/12/30 Hok An 

> Sebetulnya yang penting adalah partai politik harusnya punya Litbang.
> Litbang bertugas identifikasi masalah2 terpenting yang ada dalam
> masyarakat dan menggodok jalan keluar yang  disimpulkan menjadi bagian2
> dari program partai.
>
> Lebih baik lagi kalau litbangnya indipenden. Supaya indipenden sebaiknya
> Litbang diletakan diluar struktur resmi partai dalam bentuk yayasan.
> Biasanya yayasan ini juga bertugas untuk melakukan pendidikan2 politik.
> Ada negara2 dimana yayasan2 seperti ini tidak hanya dibiayai oleh partai
> tetapi terutama oleh negara.
> Berdasarkan pengalaman di Eropa malah ada baiknya bukan hanya yayasan2
> itu tetapi juga partai2 mendapat dana dari negara. Menurut wakil2 MPR
> kita yang kira2 pertengahan tahun 2009 ini ada di Frankfurt sudah ada
> konsensus bahwa sistem ini akan diadopsi di Indoensia. Kalau demikian
> maka partai2 kita akan mendapat dana negara sesuai dengan suara yang
> didapat dalam pemilu.
> Dalam prolegnas yang baru memang ada amandemen UU tentang parpol, tetapi
> apa yang mau diundangkan belum jelas.
>
> Sumber dana yang indipenden (dari negara) saja  memang belum menjamin
> indipendensi dari suatu lembaga. Saat ini masalah besar yang dihadapi
> Indonesia saat ini. Sebab banyak badan dan lembaga  yang harusnya
> indipenden  belum bisa berfungsi seperti yang diharapkan.
> Apalagi dalam lingkungan partai2 dan badan legislatif dimana banyak
> wakil2nya yang belum terbiasa berbudaya sipil secara profesional. Yang
> terjadi adalah kenyataan adanya wakil2 rakyat yang cepat sekali
> mengalami degradasi dalam pemikiran setelah terpilih. Mungkin ada yang
> mengalami kejutan budaya, karena tercabut dari akarnya yang jauh di daerah.
> Kawan2 yang mengamati kinerja DPR saat ini cukup pesimis karena jauhnya
> jarak partai2 dengan masyarakat. Masalah ini, yaitu integrasi partai2
> dengan masyarakat perlu dipikirkan dan diperjuangkan bersama.
>
> Salam damai
>
>
> Hok An
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-29 Terurut Topik Hok An
Sebetulnya yang penting adalah partai politik harusnya punya Litbang.
Litbang bertugas identifikasi masalah2 terpenting yang ada dalam 
masyarakat dan menggodok jalan keluar yang  disimpulkan menjadi bagian2 
dari program partai.

Lebih baik lagi kalau litbangnya indipenden. Supaya indipenden sebaiknya 
Litbang diletakan diluar struktur resmi partai dalam bentuk yayasan. 
Biasanya yayasan ini juga bertugas untuk melakukan pendidikan2 politik.
Ada negara2 dimana yayasan2 seperti ini tidak hanya dibiayai oleh partai 
tetapi terutama oleh negara.
Berdasarkan pengalaman di Eropa malah ada baiknya bukan hanya yayasan2 
itu tetapi juga partai2 mendapat dana dari negara. Menurut wakil2 MPR 
kita yang kira2 pertengahan tahun 2009 ini ada di Frankfurt sudah ada 
konsensus bahwa sistem ini akan diadopsi di Indoensia. Kalau demikian 
maka partai2 kita akan mendapat dana negara sesuai dengan suara yang 
didapat dalam pemilu.
Dalam prolegnas yang baru memang ada amandemen UU tentang parpol, tetapi 
apa yang mau diundangkan belum jelas.

Sumber dana yang indipenden (dari negara) saja  memang belum menjamin 
indipendensi dari suatu lembaga. Saat ini masalah besar yang dihadapi 
Indonesia saat ini. Sebab banyak badan dan lembaga  yang harusnya 
indipenden  belum bisa berfungsi seperti yang diharapkan.
Apalagi dalam lingkungan partai2 dan badan legislatif dimana banyak 
wakil2nya yang belum terbiasa berbudaya sipil secara profesional. Yang 
terjadi adalah kenyataan adanya wakil2 rakyat yang cepat sekali 
mengalami degradasi dalam pemikiran setelah terpilih. Mungkin ada yang 
mengalami kejutan budaya, karena tercabut dari akarnya yang jauh di daerah.
Kawan2 yang mengamati kinerja DPR saat ini cukup pesimis karena jauhnya 
jarak partai2 dengan masyarakat. Masalah ini, yaitu integrasi partai2 
dengan masyarakat perlu dipikirkan dan diperjuangkan bersama.

Salam damai


Hok An

dfaj21 schrieb:
>  
>
>
> Saya menemukan kontradiksi logika di pernyataan ini:
> > Partai2 kita tidak melahirkan yayasan politik.
> > Yayasan politik sebaiknya badan indipenden yang melakukan litbang
> Dari buku2 dan majalah tentang politik amerika (setelah Obama menang), 
> mereka menunjukkan bahwa press sudah terlalu memihak partai (network 
> satu memihak partai ini, sementara network lainnya partai itu). Dan 
> berhubung Obama ini Demokrat yang cenderung dipilih orang-orang kecil, 
> mereka (demokrat) tidak memiliki press network yang signifikan. Press 
> network cenderung dimiliki oleh partai republik yang lebih berduit dan 
> upayanya cenderung mengurangi pajak yang dibayar ke pemerintah dan 
> tidak mau ikut serta dalam usaha2 pemerintah untuk menyejahterakan 
> SELURUH rakyat.
>
> Jadi kalau press saja sudah dikuasai partai, maka yayasan yang 
> didirikan partai tentu lebih rawan lagi. Yayasan yang ngakunya 
> independen tapi kalau tidak menerima sumbangan/dana partai yang 
> akibatnya jadi bubar/non-operasional, maka independensinya sudah 
> menjadi tanda tanya besar.
>
> Yang penting dalam sistem politik demokrasi adalah keterlibatan 
> masyarakat. Sistem politik yang baik adalah sistem yang bisa 
> mengakomodasi chaos dari keterlibatan masyarakat ini (banyak 
> masyarakat = banyak maunya = chaos) menjadi suatu energi koheren yang 
> menyegarkan, bisa dipercaya, dan teratur. Partai yang paling mampu 
> mengubah chaos ini menjadi energi koheren tentunya adalah partai 
> terbaik yang dapat memajukan masyarakatnya.
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> , Hok An  
> wrote:
> >
>



[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-25 Terurut Topik dfaj21

Saya menemukan kontradiksi logika di pernyataan ini:
> Partai2 kita tidak melahirkan yayasan politik.
> Yayasan politik sebaiknya badan indipenden yang melakukan litbang 
Dari buku2 dan majalah tentang politik amerika (setelah Obama menang), mereka 
menunjukkan bahwa press sudah terlalu memihak partai (network satu memihak 
partai ini, sementara network lainnya partai itu). Dan berhubung Obama ini 
Demokrat yang cenderung dipilih orang-orang kecil, mereka (demokrat) tidak 
memiliki press network yang signifikan. Press network cenderung dimiliki oleh 
partai republik yang lebih berduit dan upayanya cenderung mengurangi pajak yang 
dibayar ke pemerintah dan tidak mau ikut serta dalam usaha2 pemerintah untuk 
menyejahterakan SELURUH rakyat.

Jadi kalau press saja sudah dikuasai partai, maka yayasan yang didirikan partai 
tentu lebih rawan lagi. Yayasan yang ngakunya independen tapi kalau tidak 
menerima sumbangan/dana partai yang akibatnya jadi bubar/non-operasional, maka 
independensinya sudah menjadi tanda tanya besar.

Yang penting dalam sistem politik demokrasi adalah keterlibatan masyarakat. 
Sistem politik yang baik adalah sistem yang bisa mengakomodasi chaos dari 
keterlibatan masyarakat ini (banyak masyarakat = banyak maunya = chaos) menjadi 
suatu energi koheren yang menyegarkan, bisa dipercaya, dan teratur. Partai yang 
paling mampu mengubah chaos ini menjadi energi koheren tentunya adalah partai 
terbaik yang dapat memajukan masyarakatnya.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An  wrote:
>



Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-22 Terurut Topik Wong Cilik
Ada buku Good and Bad Power, dari Geoff Mulgan...  lumayan menarik tentang
monopoli oleh negara ini...

Perang terjadi karena ada power lain yang tidak mengakui monopoli ini.
Demokrasi dibentuk agar monopoli power ini langgeng dan didukung penuh oleh
rakyat.

Soal monopoli pajak, harus ada kultur yang berubah drastis. Kultur pajak di
italia dikabarkan juga jelek, sebab ada perkataan jalanan yang bilang,
"kalau anda bayar pajak, maka anda orang idiot". Yang seperti ini harus
dikikis dari masing-masing individu dan masyarakat. Tidak bisa cuma dari
televisi dan sebagainya. Dan umumnya masyarakat akan melihat dan mencontoh
orang-orang top, apakah mereka bayar pajak atau tidak. Kalau yang menjadi
wakil mereka di DPR MPR bolos pajak...  bagaimana caranya masyarakat
mengikutinya?

2009/12/23 Hok An 

> Bung Enda,
>
> manifestasi terpenting dari negara adalah monopoli kekerasan dan
> monopoli pajak.
> Pemerintah2 kita dasa warsa terakhir ini tidak tegas membela monopoli
> ini dan sesungguhnya sudah membiarkan kanker busuk merambah negara kita.
>
> Usaha SMI menegakan monopoli pajak tidak tegas didukung oleh seluruh
> sistem kelembagaan negara kita termasuk RI I, sebab itu usul Anda supaya
> SMI mundur bisa dimengerti.
>
> Salam


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-22 Terurut Topik Hok An
Bung Enda,

manifestasi terpenting dari negara adalah monopoli kekerasan dan 
monopoli pajak.
Pemerintah2 kita dasa warsa terakhir ini tidak tegas membela monopoli 
ini dan sesungguhnya sudah membiarkan kanker busuk merambah negara kita.

Usaha SMI menegakan monopoli pajak tidak tegas didukung oleh seluruh 
sistem kelembagaan negara kita termasuk RI I, sebab itu usul Anda supaya 
SMI mundur bisa dimengerti.

Salam

Hok An


irmec schrieb:
>  
>
> Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak 
> ada satu negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi.
>
> Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme 
> dari pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.
>
> kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg 
> tenang. Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water.
>
> Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg 
> paling anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya 
> terhadap SMI dan Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya 
> menyatakan dukungannya. Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending 
> resign, kalau bos ngak muncul2 dgn back-upnya.
>
> Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di 
> Jakarta. ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap 
> kali ada kasus berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar 
> negeri. Mungkin kebetulan, kataku...Tapi...
>
> Cheers
> Enda
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> , "oka.widana" 
>  wrote:
> >
> > Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak 
> ada atau
> > tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat kabar, thanks to
> > mobile internet =D.
> >
> >
> >
> > Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
> > dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
> > kata2nya yang membuat saya terbahak,"Kita itu ibarat orang nekat 
> yang sudah
> > tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan 
> nyemplung
> > kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
> > demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung
> > ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya...".
> >
> >
> >
> > IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
> > demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita,
> > belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang 
> penting
> > adalah leadership dari leader yang punya visi kemajuan bangsa ini, bukan
> > kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak
> > punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan
> > pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
> >
> >
> >
> > Oka Widana
>
> 



Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-22 Terurut Topik Hok An
Bung Oka,

Memang demokrasi kita balita.
Soalnya lembaga2 demokrasi kita terutama partai2 politiknya juga balita.
Partai2 kita tidak melahirkan yayasan politik.
Yayasan politik sebaiknya badan indipenden yang melakukan litbang 
politik, budaya dan ekonomi sebagai dasar dari kristalisasi program 
partai dan arahan sektoral yang akhirnya melahirkan rancangan2 undang2.
Konsep ini di Indonesia tidak disukai, sebab itu partai2 membentuk 
Litbang sebagai bagian dari partai2 itu. Awalnya banyak orang2 muda yang 
bergabung dalam litbang2 ini, tetapi sayangnya baik di PAN maupun PDI 
terjadi perpecahan sehingga akhirnya darah muda yang berhasil 
diintegrasi keluar lagi.
Terjadi proses abortus yang cukup fatal akibatnya bagi kelembagaan 
demokrasi kita.
Yayasan politik ini salah satu kolam renang untuk belajar berenang 
secara terlindung. Keliatannya kita perlu kolam renang pengganti yang 
saya rasa lokasi diluar kawasan partai2 di parlemen.

Salam

Hok An

oka schrieb:
>  
>
> Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah 
> nampaknya.
>
> Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus 
> belajar dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan 
> adalah bahwa setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, 
> melainkan terus menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang 
> kita punya.
>
> Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada 
> tahap final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa 
> demokrasi dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan 
> salah seorang rekan disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari 
> perangkat pelaksanaan demokrasi Indonesia ternyata masih bermasalah 
> ketika diimplementasikan.
>
> BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang 
> patut kita miliki. Misalnya pengakuan bahwa media electronik (fax, 
> email) bisa dipakai dalam transaksi perbankan.
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> , "irmec"  
> wrote:
> >
> > Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak 
> ada satu negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi.
> >
> > Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 
> romatisme dari pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.
> >
> > kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg 
> tenang. Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water.
> >
> > Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh 
> yg paling anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya 
> terhadap SMI dan Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya 
> menyatakan dukungannya. Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending 
> resign, kalau bos ngak muncul2 dgn back-upnya.
> >
> > Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di 
> Jakarta. ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap 
> kali ada kasus berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar 
> negeri. Mungkin kebetulan, kataku...Tapi...
> >
> > Cheers
> > Enda
> >
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> , "oka.widana"  
> wrote:
> > >
> > > Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi 
> cetak ada atau
> > > tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat kabar, thanks to
> > > mobile internet =D.
> > >
> > >
> > >
> > > Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan 
> dinner
> > > dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
> > > kata2nya yang membuat saya terbahak,"Kita itu ibarat orang nekat 
> yang sudah
> > > tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan 
> nyemplung
> > > kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
> > > demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi 
> langsung
> > > ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya...".
> > >
> > >
> > >
> > > IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
> > > demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. 
> Kita,
> > > belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. 
> Yang penting
> > > adalah leadership dari leader yang punya visi kemajuan bangsa ini, 
> bukan
> > > kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang 
> kita ngak
> > > punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok 
> jangan
> > > pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
> > >
> > >
> > >
> > > Oka Widana
> >
>



Re: Bls: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-22 Terurut Topik rolan_napitupulu
Setuju pak,
Saya tidak dalam posisi mempertentangkan teori dan praktek kok :)...

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: prastowo prastowo 
Date: Tue, 22 Dec 2009 13:17:38 
To: 
Subject: Bls: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

Ide yang bagus Bung.
Klarifikasi, soal berteori, mohon juga tidak diperlawankan dg dikotomi berteori 
vs praktis, atau berteori = omong doang. Kita bermasalah di dua tataran, 
konseptual dan praksis. 
Saya setuju dg ide Anda, dan rasanya itu masuk akal dijalankan. Saya pribadi 
mengenal beberapa dari mereka yang kini duduk di parlemen dan mengusahakan 
tetap berkomunikasi minimal via email atau sms, utk mengingatkan atau 
mengusulkan sesuatu. Benar, ada perasaan diawasi dlm hal ini. 
Kami pernah menjalankan aksi kecil di Pileg 2009 lalu. Mencoba mengusung 
anggota DPR/DRPD yg dekat dg rakyat, layak, dan rekam jejaknya bagus, visinya 
jelas. Beberapa berhasil dan kini tetap terjalin komunikasi yg baik, bahkan 
secara rutin dilakukan pertemuan untuk mendengar masukan. Dalam Pilkada lalu 
juga cara ini dicoba dan berhasil meski pejabat ybs akhirnya khianat juga.
Tapi ide ini perlu didukung,, diteruskan, dan diperluas. berteori yes, praksis 
yes, perlu sinergi. Pendidikan politik sederhana juga bisa kita lakukan, 
misalnya meringkas aturan2 ttg hak, kewajiban, tanggung jawab warganegara dan 
penyelenggara negara, lalu disajikan di forum RT/RW, Karang taruna, dll, 
hasilnya lumayan efektif kok.

salam





Dari: "rolan_napitup...@yahoo.com" 
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 21 Desember, 2009 20:45:55
Judul: Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja


Dear all,

Pasti pernah dengar “Six Degrees of Separation" kan, suatu notion bahwa setiap 
orang dapat membentuk suatu rantai hubungan personal dengan setiap orang 
didunia hanya dengan tidak lebih dari 6 orang saja yang menghubungkan rantai 
itu.

Nah, saya yakin banyak dari kita, mungkin hanya butuh maksimum 2 atau bahkan 1 
degree saja untuk terhubung dengan 'politikus' di indonesia.  Saya pribadi ada 
butuh 3 orang atau 2 untuk menyambungkan saya dengan yang namanya 'politikus' 
itu entah yang low atau high politicians, entah yang di eksekutif, legislatif 
atau yudikatif.

Nah, dengan begitu knapa kita harus pesimis dan skeptis, kalau kita sebenarnya 
bisa secara personal melakukan kontrol/ koreksi atau kritisi atas mereka secara 
langsung.

Daridapa sekedar berteori sampai ke jaman machiavelli yang mungkin tidak 
relevan lagi. Atau bernostalgia dengan soekarno-hatta- syahrir atau yang lagi 
'in' dibicarakan tentang indonesia dahulu adalah atlantis. Faktanya sekarang 
indonesia adalah negara 'korup'. Dan politisi  itu jaraknya hanya 2-3 degrees 
of separation dari anda. Misalnya anggota dpr dari partai XYZ, tak lain adalah 
bapaknya teman saya. Nah ini malah hanya 1 degree of separation.

Sekarang maukah kita, beranikah kita menjalankan fungsi kritis/ kontrol secara 
personal. Dan tidak hanya melihat dari jauh dan berteori and mengumpat2. Let's 
do some action.

Karena teori hanyalah sekedar teori, itu semua tergantung jiwa manusia2nya yang 
sekarang duduk dikekuasaan. Masalahnya kan sekarang kalau ada teman, saudara, 
atau kerabat kita yang menjadi politikus, entah profesional dan non 
profesional, umumnya kita terus membanggakan, menghormati dan 
mengagung-agungkan secara berlebihan...dan kemudian lupa fungsi kritis kita

Ujung2nya kita (mungkin) malah menikmati kemudahan dan fasilitas atau proyek? 
yang diberikan teman, saudara atau kerabat kita sang politikus tadi...dan lupa 
diri, dan tak sadar menjadi bagian dari praktik 'korupsi' itu sendiri.

Ujung2nya yah seperti yang dikatakan lord acton: Power tends to corrupt, and 
absolute power corrupts absolutely.

Dimanakah posisi kita, mari bertanya dan renungkan...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "oka" 
Date: Tue, 22 Dec 2009 03:58:27 
To: 
Subject: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah nampaknya.

Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus belajar 
dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan adalah bahwa 
setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, melainkan terus 
menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang kita punya. 

Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada tahap 
final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa demokrasi 
dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan salah seorang rekan 
disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari perangkat pelaksanaan demokrasi 
Indonesia ternyata masih bermasalah ketika diimplementasikan.

BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang patut 
kita mi

Bls: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-21 Terurut Topik prastowo prastowo
Ide yang bagus Bung.
Klarifikasi, soal berteori, mohon juga tidak diperlawankan dg dikotomi berteori 
vs praktis, atau berteori = omong doang. Kita bermasalah di dua tataran, 
konseptual dan praksis. 
Saya setuju dg ide Anda, dan rasanya itu masuk akal dijalankan. Saya pribadi 
mengenal beberapa dari mereka yang kini duduk di parlemen dan mengusahakan 
tetap berkomunikasi minimal via email atau sms, utk mengingatkan atau 
mengusulkan sesuatu. Benar, ada perasaan diawasi dlm hal ini. 
Kami pernah menjalankan aksi kecil di Pileg 2009 lalu. Mencoba mengusung 
anggota DPR/DRPD yg dekat dg rakyat, layak, dan rekam jejaknya bagus, visinya 
jelas. Beberapa berhasil dan kini tetap terjalin komunikasi yg baik, bahkan 
secara rutin dilakukan pertemuan untuk mendengar masukan. Dalam Pilkada lalu 
juga cara ini dicoba dan berhasil meski pejabat ybs akhirnya khianat juga.
Tapi ide ini perlu didukung,, diteruskan, dan diperluas. berteori yes, praksis 
yes, perlu sinergi. Pendidikan politik sederhana juga bisa kita lakukan, 
misalnya meringkas aturan2 ttg hak, kewajiban, tanggung jawab warganegara dan 
penyelenggara negara, lalu disajikan di forum RT/RW, Karang taruna, dll, 
hasilnya lumayan efektif kok.

salam





Dari: "rolan_napitup...@yahoo.com" 
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 21 Desember, 2009 20:45:55
Judul: Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja


Dear all,

Pasti pernah dengar “Six Degrees of Separation" kan, suatu notion bahwa setiap 
orang dapat membentuk suatu rantai hubungan personal dengan setiap orang 
didunia hanya dengan tidak lebih dari 6 orang saja yang menghubungkan rantai 
itu.

Nah, saya yakin banyak dari kita, mungkin hanya butuh maksimum 2 atau bahkan 1 
degree saja untuk terhubung dengan 'politikus' di indonesia.  Saya pribadi ada 
butuh 3 orang atau 2 untuk menyambungkan saya dengan yang namanya 'politikus' 
itu entah yang low atau high politicians, entah yang di eksekutif, legislatif 
atau yudikatif.

Nah, dengan begitu knapa kita harus pesimis dan skeptis, kalau kita sebenarnya 
bisa secara personal melakukan kontrol/ koreksi atau kritisi atas mereka secara 
langsung.

Daridapa sekedar berteori sampai ke jaman machiavelli yang mungkin tidak 
relevan lagi. Atau bernostalgia dengan soekarno-hatta- syahrir atau yang lagi 
'in' dibicarakan tentang indonesia dahulu adalah atlantis. Faktanya sekarang 
indonesia adalah negara 'korup'. Dan politisi  itu jaraknya hanya 2-3 degrees 
of separation dari anda. Misalnya anggota dpr dari partai XYZ, tak lain adalah 
bapaknya teman saya. Nah ini malah hanya 1 degree of separation.

Sekarang maukah kita, beranikah kita menjalankan fungsi kritis/ kontrol secara 
personal. Dan tidak hanya melihat dari jauh dan berteori and mengumpat2. Let's 
do some action.

Karena teori hanyalah sekedar teori, itu semua tergantung jiwa manusia2nya yang 
sekarang duduk dikekuasaan. Masalahnya kan sekarang kalau ada teman, saudara, 
atau kerabat kita yang menjadi politikus, entah profesional dan non 
profesional, umumnya kita terus membanggakan, menghormati dan 
mengagung-agungkan secara berlebihan...dan kemudian lupa fungsi kritis kita

Ujung2nya kita (mungkin) malah menikmati kemudahan dan fasilitas atau proyek? 
yang diberikan teman, saudara atau kerabat kita sang politikus tadi...dan lupa 
diri, dan tak sadar menjadi bagian dari praktik 'korupsi' itu sendiri.

Ujung2nya yah seperti yang dikatakan lord acton: Power tends to corrupt, and 
absolute power corrupts absolutely.

Dimanakah posisi kita, mari bertanya dan renungkan...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "oka" 
Date: Tue, 22 Dec 2009 03:58:27 
To: 
Subject: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah nampaknya.

Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus belajar 
dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan adalah bahwa 
setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, melainkan terus 
menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang kita punya. 

Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada tahap 
final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa demokrasi 
dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan salah seorang rekan 
disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari perangkat pelaksanaan demokrasi 
Indonesia ternyata masih bermasalah ketika diimplementasikan.

BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang patut 
kita miliki. Misalnya pengakuan bahwa media electronik (fax, email) bisa 
dipakai dalam transaksi perbankan.



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
> negarap

Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-21 Terurut Topik rolan_napitupulu

Dear all,

Pasti pernah dengar “Six Degrees of Separation" kan, suatu notion bahwa setiap 
orang dapat membentuk suatu rantai hubungan personal dengan setiap orang 
didunia hanya dengan tidak lebih dari 6 orang saja yang menghubungkan rantai 
itu.

Nah, saya yakin banyak dari kita, mungkin hanya butuh maksimum 2 atau bahkan 1 
degree saja untuk terhubung dengan 'politikus' di indonesia.  Saya pribadi ada 
butuh 3 orang atau 2 untuk menyambungkan saya dengan yang namanya 'politikus' 
itu entah yang low atau high politicians, entah yang di eksekutif, legislatif 
atau yudikatif.

Nah, dengan begitu knapa kita harus pesimis dan skeptis, kalau kita sebenarnya 
bisa secara personal melakukan kontrol/ koreksi atau kritisi atas mereka secara 
langsung.

Daridapa sekedar berteori sampai ke jaman machiavelli yang mungkin tidak 
relevan lagi. Atau bernostalgia dengan soekarno-hatta- syahrir atau yang lagi 
'in' dibicarakan tentang indonesia dahulu adalah atlantis. Faktanya sekarang 
indonesia adalah negara 'korup'. Dan politisi  itu jaraknya hanya 2-3 degrees 
of separation dari anda. Misalnya anggota dpr dari partai XYZ, tak lain adalah 
bapaknya teman saya. Nah ini malah hanya 1 degree of separation.

Sekarang maukah kita, beranikah kita menjalankan fungsi kritis/ kontrol secara 
personal. Dan tidak hanya melihat dari jauh dan berteori and mengumpat2. Let's 
do some action.

Karena teori hanyalah sekedar teori, itu semua tergantung jiwa manusia2nya yang 
sekarang duduk dikekuasaan. Masalahnya kan sekarang kalau ada teman, saudara, 
atau kerabat kita yang menjadi politikus, entah profesional dan non 
profesional, umumnya kita terus membanggakan, menghormati dan 
mengagung-agungkan secara berlebihan...dan kemudian lupa fungsi kritis kita

Ujung2nya kita (mungkin) malah menikmati kemudahan dan fasilitas atau proyek? 
yang diberikan teman, saudara atau kerabat kita sang politikus tadi...dan lupa 
diri, dan tak sadar menjadi bagian dari praktik 'korupsi' itu sendiri.

Ujung2nya yah seperti yang dikatakan lord acton: Power tends to corrupt, and 
absolute power corrupts absolutely.

Dimanakah posisi kita, mari bertanya dan renungkan...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "oka" 
Date: Tue, 22 Dec 2009 03:58:27 
To: 
Subject: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah nampaknya.

Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus belajar 
dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan adalah bahwa 
setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, melainkan terus 
menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang kita punya. 

Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada tahap 
final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa demokrasi 
dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan salah seorang rekan 
disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari perangkat pelaksanaan demokrasi 
Indonesia ternyata masih bermasalah ketika diimplementasikan.

BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang patut 
kita miliki. Misalnya pengakuan bahwa media electronik (fax, email) bisa 
dipakai dalam transaksi perbankan.



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
> negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. 
> 
> Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari 
> pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.
> 
> kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. 
> Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. 
> 
> Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling 
> anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan 
> Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. 
> Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 
> dgn back-upnya.
> 
> Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. 
> ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus 
> berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, 
> kataku...Tapi...
> 
> Cheers
> Enda
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka.widana"  wrote:
> >
> > Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau
> > tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat  kabar, thanks to
> > mobile internet =D.
> > 
> >  
> > 
> > Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
> > dengan kenalan baru saya, seorang Indone

Bls: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-21 Terurut Topik prastowo prastowo
Betul, UU ITE itu niatnya bagus, tetapi ada beberapa hal yg bisa ditafsirkan 
beragam di lapangan. Jadi keliru kalau UU ITE an sich sebagai contoh kebusukan 
politisi dan pemerintah. Upaya juducial review perlu dilanjutkan dan pernah 
diupayakan. Kebebasan itu mutlak dlm demokrasi, tapi tanggung jawab juga 
dibutuhkan, jika tidak akan lahir chaos. Lebih baik lagi jika "kaum 
profesional" melakukan eksaminasi sekaligus menyusun draft tandingan guna 
perbaikan ke depan. DPR baru seharusnya lebih responsif karena kasus2 
belakangan, selain konstelasi politik yg sudah berubah.

salam





Dari: oka 
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 21 Desember, 2009 19:58:27
Judul: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

  
Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah nampaknya.

Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus belajar 
dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan adalah bahwa 
setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, melainkan terus 
menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang kita punya. 

Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada tahap 
final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa demokrasi 
dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan salah seorang rekan 
disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari perangkat pelaksanaan demokrasi 
Indonesia ternyata masih bermasalah ketika diimplementasikan.

BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang patut 
kita miliki. Misalnya pengakuan bahwa media electronik (fax, email) bisa 
dipakai dalam transaksi perbankan.

--- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "irmec"  wrote:
>
> Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
> negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. 
> 
> Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari 
> pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.
> 
> kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. 
> Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. 
> 
> Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling 
> anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan 
> Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. 
> Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 
> dgn back-upnya.
> 
> Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. 
> ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus 
> berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, 
> kataku...Tapi. ..
> 
> Cheers
> Enda
> 
> --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "oka.widana"  wrote:
> >
> > Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau
> > tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat kabar, thanks to
> > mobile internet =D.
> > 
> > 
> > 
> > Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
> > dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
> > kata2nya yang membuat saya terbahak,"Kita itu ibarat orang nekat yang sudah
> > tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung
> > kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
> > demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung
> > ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya... ".
> > 
> > 
> > 
> > IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
> > demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita,
> > belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting
> > adalah leadership dari leader yang punya visi kemajuan bangsa ini, bukan
> > kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak
> > punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan
> > pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
> > 
> > 
> > 
> > Oka Widana
>





  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-21 Terurut Topik oka
Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah nampaknya.

Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus belajar 
dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan adalah bahwa 
setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, melainkan terus 
menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang kita punya. 

Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada tahap 
final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa demokrasi 
dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan salah seorang rekan 
disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari perangkat pelaksanaan demokrasi 
Indonesia ternyata masih bermasalah ketika diimplementasikan.

BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang patut 
kita miliki. Misalnya pengakuan bahwa media electronik (fax, email) bisa 
dipakai dalam transaksi perbankan.



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
> negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. 
> 
> Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari 
> pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.
> 
> kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. 
> Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. 
> 
> Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling 
> anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan 
> Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. 
> Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 
> dgn back-upnya.
> 
> Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. 
> ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus 
> berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, 
> kataku...Tapi...
> 
> Cheers
> Enda
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka.widana"  wrote:
> >
> > Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau
> > tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat  kabar, thanks to
> > mobile internet =D.
> > 
> >  
> > 
> > Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
> > dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
> > kata2nya yang membuat saya terbahak,"Kita itu ibarat orang nekat yang sudah
> > tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung
> > kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
> > demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung
> > ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya...".
> > 
> >  
> > 
> > IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
> > demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita,
> > belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting
> > adalah leadership dari leader yang punya  visi kemajuan bangsa ini, bukan
> > kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak
> > punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan
> > pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
> > 
> >  
> > 
> > Oka Widana
>




[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-21 Terurut Topik irmec
Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. 

Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari 
pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.

kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. 
Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. 

Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling 
anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan 
Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. 
Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 
dgn back-upnya.

Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. ketika 
aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus berat, 
SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, 
kataku...Tapi...

Cheers
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka.widana"  wrote:
>
> Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau
> tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat  kabar, thanks to
> mobile internet =D.
> 
>  
> 
> Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
> dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
> kata2nya yang membuat saya terbahak,"Kita itu ibarat orang nekat yang sudah
> tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung
> kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
> demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung
> ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya...".
> 
>  
> 
> IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
> demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita,
> belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting
> adalah leadership dari leader yang punya  visi kemajuan bangsa ini, bukan
> kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak
> punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan
> pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
> 
>  
> 
> Oka Widana