[ac-i] Siasat menendang tangga (belajar dari Amerika ?)
Siasat menendang tangga (belajar dari Amerika ?) “Mekanisme pasar sebenarnya bukan sesuatu yang jelek. Pada awalnya, mekanisme pasar itu baik adanya karena digunakan untuk menjinakan fanatisme agama dan juga fanatisme politik, dalam hal ini otoritarianisme.” kata Romo Herry. Menurutnya, dengan begitu maka nafsu dan keinginan daging yang alamiah tidak perlu dikontrol tapi diadu dengan nafsu yang lain, dalam hal ini nafsu fanatik yang berlebihan terhadap agama dan politik. Dengan begitu nantinya akan terbentuk mekanisme kontrol dengan sendirinya. Sama halnya dengan mekanisme kontrol pada pemerintahan di republik ini yang terbagi menjadi tiga kutub eksekutif, legislatif dan yudikatif. Begitulah idealnya kira-kira. Romo Herry, yang lengkapnya bernama B. Herry-Priyono itu, menyampaikannya pada hari Selasa, tanggal 23 Maret 2010 dalam kuliah umum yang bertajuk ”Fundamentalisme Pasar”. Kuliah umum yang bertempat di ruang Teater Perpustakaan Nasional ini digagas oleh ELSAM, sebuah lembaga studi dan advokasi masyarakat yang telah berdiri sejak tahun 1993. Kuliah umum Fundamentalisme Pasar ini juga merupakan bagian dari upaya ELSAM untuk semakin lebih mempromosikan hak-hak asasi manusia. Mengingat salah satu tujuan yang terus diupayakan oleh lembaga yang berbasiskan kemanusiaan ini adalah melakukan penguatan perlindungan HAM dari ancaman fundamentalisme pasar, fundamentalisme agama dan komunalisme dalam berbagai bentuknya. lebih lengkap di http://kritikdiri.blogspot.com/
[ac-i] Pojok Batak di negeri beku
Oleh : Ariani Zarah Sirait (Wartawan Majalah TAPIAN, pengajar di Fakutas Film & Televisi IKJ) Melihat film dokumenter "Gerimis Kenangan dari Sahabat yang Terlupakan" memang menyisakan perasaan bangga sekaligus tertegur pada hati penontonnya. Bangga ketika ada bangsa lain yang mengapresiasi tokoh-tokoh serta budaya Indonesia lebih baik dari kita sendiri. Dan tertegur ketika dihadapkan pada kenyataan begitu acuhnya kita dengan tradisi-tradisi yang sesungguhnya telah membentuk kita menjadi manusia berbudaya sekarang ini. Bangsa lain itu berjarak ribuan kilometer dari negara kita, bukan negara tetangga, dan tidak pula berbagi benua yang sama. Negara itu adalah Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet. Sebuah negara di Eropa yang bercuaca dingin sepanjang tahunnya, yang pada tahun tertentu di masa lalu, pernah berhubungan baik dan erat dengan negara kita ini. Yang lebih mengejutkan lagi, dalam beberapa segmen film tersebut, setiap orang yang berkontribusi sebagai narasumber yang dengan lancar menggunakan bahasa Indonesia ini bukan saja dengan kentara menyatakan kekagumannya akan sosok beberapa orang tokoh Indonesia. Tapi juga menunjukkan ketertarikan yang serius akan budaya kuno bangsa kita. Dan kita boleh sedikit berbangga hati (atau mungkin tertegur lebih keras lagi) karena salah satu budaya yang diteliti dan terjaga artefaknya dengan baik di salah satu museum besar Rusia itu tidak lain tidak bukan: budaya batak kuno. Tersebutlah Elena Revunenkova, seorang ahli Batak Kuno dan juga direktur museum Kunstkammer di kota St. Petersburg, Rusia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang cukup lancar, wanita paruh baya ini menjelaskan tentang tradisi/agama Batak Kuno serta artefak-artefaknya yang berhasil dikumpulkan dan tersimpan di museum tersebut. lebih lengkap di http://kritikdiri.blogspot.com/
[ac-i] Kelas Gus Dur Konflik dan Perdamaian Angkatan Pertama
Mengapa Gus Dur ? -Kelas Gus Dur Konflik dan Perdamaian Angkatan Pertama- “Kelas ini bukan untuk indoktrinasi tentang Gus Dur, melainkan lebih melakukan eksplorasi tentang Gus Dur dan bagaimana cara-caranya dalam melakukan resolusi konflik,“ ujar Ahmad Suaedy. Ahmad Suaedy yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif The WAHID Institute, menyampaikan hal itu, pada hari Kamis, tertanggal 3 Juni, saat dilakukan pembukaan pertama dari Kelas Gus Dur yang bertajuk Konflik dan Perdamaian. Kelas yang difasilitasi oleh WAHID Institute ini sekiranya akan diilaksanakan setiap hari Rabu, pukul 18.00 petang, dengan selang waktu dua minggu sekali. Kelas ini nantinya akan terbagi menjadi 13 sesi pertemuan dengan mengundang beberapa narasumber atau pengampu yang selama ini berkiprah dalam resolusi konflik baik secara teoritis, konsep maupun praksis. Agen minyak Semua sesi pertemuan akan dilangsungkan di markas WAHID Institute, di Jalan Taman Amir Hamzah, yang kabarnya pernah menjadi rumah Gus Dur semasa kecil dulu. Dalam kesempatan itu, Suadey juga mengatakan, ”Kelas ini memang berangkat dari keprihatinan, karena sekarang ini sudah muncul konflik-konflik yang kecil. Dan ini baru mulai, moga–moga tidak menjadi besar.” Yenny Zannuba Wahid, selaku Direktur WAHID Institute, juga hadir untuk membuka kelas Gus Dur angkatan pertama. Dia memang ditunggu para peserta, yang berjumlah 33 orang, sehingga kelas yang seharusnya dimulai pukul 18.00, jadi lewat sedikit (tidak teng), mengingat beliau dikabarkan tengah sholat. Saat sedang menunggu itu ada celetukan dari peserta, ”Sholatnya berapa lama ya ?”. Terang saja celetukan itu memecah kebisuan yang “membatu” Gus Dur, mantan orang nomor satu di republik ini memiliki banyak ciri khas. Salah satu ciri khasnya adalah selalu terlibat dalam melakukan komunikasi yang terbuka dan terus menerus. Terlebih-lebih dalam kasus konflik yang selalu marak terjadi di Timur Tengah, dari tahun 1980-an dan pengulangan konflik itu, yang setiap tahun kerap terjadi. Gus Dur selalu hadir dalam upaya resolusi konflik itu baik sebelum, sewaktu dan juga setelah dilengserkan dari tampuk republik. Dia selalu ada. Namun keterlibatan beliau dalam berbagai resolusi konflik itu bukan mendapat tanda jasa malahan sering di derap dengan berita miring. Yenny, menceritakan hal itu, “Jadi banyak yang bilang Gus Dur itu sebagai agen Zionis, juga Baghdatis karena pernah sekolah di Baghdat, di Irak. Dicurigai sebagai agen yang macam-macam, yang belum pernah cuma agen minyak aja.” Hasan Tiro Saat menjabat sebagai presiden, suami dari Shinta Nuriyah Wahid ini juga pernah berupaya memecahkan kasus yang terjadi di Papua. Yenny, kembali mengenang ayahnya,”Dengan Papua, Gus Dur pernah bilang kalau semua yang diinginkan oleh Papua. Silahkan saja. Asal jangan minta merdeka. Boleh pake nama Papua dan boleh pake Bintang Kejora.” Karena menurut Gus Dur, Bintang Kejora adalah lambang kultural bukan simbol yang lain. Tatkala Ketua Organisasi Papua Merdeka (OPM), Theis Hiyo Eluay ditangkap oleh Kopasus gara-gara pengibaran bendera itu, Gus Dur bilang, ”Saya tidak setuju kalau pemerintah menangkap Theis.” Lantas pemerintah yang mana yang dimaksud oleh Gus Dur karena saat itu dia masih menjadi orang nomor satu di negeri ini. Lebih lengkap di .. http://kritikdiri.blogspot.com/
[ac-i] Kashmir University : Admissions 2010
salam sekedar membagikan,buat teman-teman yang mau info studi di khasmir...ini ada yang menarik, ada program distance educationnya juga menarik... http://www.kashmiruniversity.net/Default.aspx Contact : Postal: The Director Directorate of Distance Education University of Kashmir, Hazratbal, Srinagar-19006, Kashmir Telephone: Country Code : +91 Area Code : 0194 2429810 / 2102161; Fax : 0194-2429810 EPBX : 0194-2420078, 2420405,2420570, 2420571, 2424152, 2429870, 2423276; Ext. 2136 Email: dis...@kashiruniversity.net Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Mohon CP Pastor Jhon Jonga penerima Yap Thiam Hien Award 2009 ????
Salam teman teman, bila ada yang mengetahui no telepon atau email dari Pastor Jhon Jonga yang menerima Yap Thiam Hien Award 2009. semoga rela memberitahukannya kepada saya. kalo bisa langsung via email saja. mohon bisa dibantu Terimakasih banyak atas perhatiannya Salam Chris Poerba Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com
Re: [ac-i] Seminar Gajah Mada
gajah mada itu orang batak karena dulu pernah ada marga madagajah... di daerah pakpak ...dairi --- Pada Sel, 1/12/09, asvi adam menulis: Dari: asvi adam Judul: Re: [ac-i] Seminar Gajah Mada Kepada: artculture-indonesia@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 1 Desember, 2009, 8:28 PM Gadjah Mada juga kelahiran desa Talawi dekat Sawah Lunto, Sumatera Barat. Bahkan makamnya juga ada di sana. Asvi Warman Adam (maksud saya wajah Gadjah Mada alias M. Yamin) --- Pada Rab, 2/12/09, mediacare menulis: Dari: mediacare Judul: Re: [ac-i] Seminar Gajah Mada Kepada: artculture-indonesi a...@yahoogroups. com Tanggal: Rabu, 2 Desember, 2009, 2:05 PM Kok bisa ya mas Kelantan juga mengklaim bahwa Gajah Mada kelahiran sana. Bagaimana jalan ceritanya? Matur nuwun Salam, Radityo Facebook: Radityo Djadjoeri - Original Message - From: Wajah Bercahaya To: pedulimajapahit@ gmail.com ; pendekarbudiman1565 @yahoo.co. id ; wajahbercahaya@ yahoo.co. id ; wardiya...@budpar. go.id ; Jan Van Der Putten ; m...@ukm.my ; masc...@gmail. com ; matan_...@yahoo. com ; mediab...@yahoogrou ps.com ; mediac...@yahoogrou ps.com ; melg...@pd.jaring. my ; eiz...@gmail. com ; apaka...@yahoogroup s.com ; apresiasi-sastra@ yahoogroups. com ; artculture-indonesi a...@yahoogroups. com ; spm-gap...@yahoogro ups.com ; spr_wi...@yahoo. com ; spto_032000@ yahoo.com ; Soechirno Umroch ; salqad...@yahoo. com ; bali kuna ; budhi setyawan ; balip...@indo. net.id ; blackpo...@yahoo. com ; boemipu...@yahoo. com ; austi...@yahoogroup s.com ; atriza umar ; di...@email. com ; di...@um.edu. my ; dik...@yahoogroups. com ; dimasarikmihardja@ yahoo.co. id ; dians_lungayu@ yahoo.co. id ; Zawawi - ; zama...@yahoogroups .com ; zefriar...@hotmail. com ; ze...@hotmail. com ; znism...@yahoo. com ; zudi_...@yahoo. com ; ymusthofa_165@ yahoo.com ; yaakub...@hotmail. com ; yisc_al-azhar@ yahoogroups. com ; yisc-aktivis@ yahoogroups. com ; yono...@yahoo. com ; yshart...@yahoo. com ; yuro_...@yahoo. co.id Sent: Tuesday, November 24, 2009 8:19 PM Subject: [ac-i] Seminar Gajah Mada Radar Bojonegoro-JAWA POS Grup [ Selasa, 24 November 2009 ] Lokasi Kelahiran Gajah Mada Diseminarkan LAMONGAN - Lamongan diundang mengikuti seminar internasional di Malaysia tentang Gajah Mada Pemersatu Bangsa Serumpun Nusantara. Undangan untuk mengikuti seminar tersebut salah satunya ditujukan kepada pihak-pihak yang mengklaim sebagai tempat lahirnya Gajah Mada,antara lain Kelantan,Malaysia, Jambi,Dayak, Bali,Malang dan Lamongan. ''Lamongan termasuk salah satu daerah yang diyakini sebagai tempat lahirnya Gajah Mada sehingga mendapat undangan. Kebetulan undangan tersebut ditujukan kepada LKL,'' kata penasihat Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL), Viddy AD Daery kepada Radar Bojonegoro, kemarin (23/11). Menurut dia, undangan tersebut disampaikan pada saat dirinya menghadiri pertemuan penyair nusantara ke-3 (PPN3) di Kuala Lumpur Malaysia pada 20-22 November lalu. ''Seminar tersebut akan digelar di Kuala Lumpur atau di Negara Bagian Kelantan, saat ini sedang dipersiapkan, termasuk penentuan waktunya,'' ungkap dia. Diperkirakan bakal dilaksanakan Desember mendatang atau tahun 2010. Viddy mengungkapkan, seminar tersebut digagas oleh budayawan Internasional, yakni Profesor Tan Sri Ismail Hussein, Ketua Umum GAPENA (LSM Kebudayaan di Malaysia), Siri Neng Buah (Direktur Direktorat Warisan Budaya Kementerian Komunikasi,Penerang an dan Kebudayaan Malaysia). (feb) Perajin Musiman Tempat Bakar Sate di Bojonegoro Minta Tunda Soft Opening Lamongan Plasa Pembubaran Mapolwil Kewenangan Mabes Polri Eksepsi Terdakwa Ditolak, Sidang Dilanjutkan Tangkap Dua Pembobol SDN Cendoro 2 Selidiki Unsur Gratifikasi Pencairan Dana Persibo Enam Orang Kembalikan Formulir Minta PG Cabut Surat Meningkat 85 Persen Lebih Dua Guru SD Dituntut Satu Tahun Ditarget Kelar Desember Ciduk Pengepul Togel Beromzet Jutaan Dua Oknum Wartawan Akhirnya Dibui Ditolak Usulan PDIP Calon PPK Tes Tulis 147 Desa Terima Dana BKD Rp 13 M KPUK Dipanggil PTUN 92 Karya Ilmiah Siswa SMP Dilombakan Sehari 1.500 Surat Balasan CPNS Bayi Pertama Masih Dirawat Raker, Libatkan PMR dan Pembina Terpeleset Aspal, Pengendara Motor Tewas Izin Tempat Ibadah Harus Disetujui 60 Warga Kota Belum Bebas Banjir Satpol PP Preteli Spanduk Kedaluwarsa Truk Tergencet di Depan Mapolres Berharap Semua Klub Ikut Mentalitas Pemain Persela Disorot Tinggal Tunggu Pengesahan pemain 15 Kenshi Ikuti Gashuku Siap Gelar Kompetisi Internal Dijajal Petinju Kediri HALAMAN KEMARIN Ketika Pedagang di Sentra Tanaman Hias Lamongan Mengalami Kesulitan Air Kejaksaan Bidik Korupsi di Bank Daerah Fraksi-Fraksi Soroti Penurunan RAPBD 2010 Akui Terima Dana Persibo, Sebut Nama Presiden Tahan Panitia Pendistribusian Beras Berharap Tak Ada Banjir Lagi Peras Kepala SDN, Dua FKB-FPDIP Tuntut Jatah Komisi Diumumkan 28 November Anggot
[ac-i] Membicarakan ”proyek” nasionalisme, seka li lagi ?
Oleh : Chris Poerba Kutukan Tidak nasionalis, kata beberapa orang, bila saat tujuh belas agustus-an lupa menaikkan sang saka merah putih di tiang tertinggi, di halaman rumahnya. Tidak nasionalis juga, bila ada orang yang lupa, salah satu saja dari ke-lima sila dari Pancasila. Sangat memalukan dan tidak nasionalis lagi bila ada yang lupa beberapa bait lagu saat menyanyikan Indonesia Raya. Mungkin juga semakin tidak nasionalis lagi, kalau ada yang tidak tahu berapa jumlah bulu di sayap, dada dan ekor burung Garuda Pancasila, yang merupakan simbolisasi dari jargon kata nasionalisme itu. Terakhir juga tidak nasionalis kalau tidak mendukung kesebelasan sepakbola dari negeri ini saat bertanding dengan kesebelasan dari negara lain. Anehnya, ada juga yang mengatakan saya lebih nasionalis dari anda, karena saya datang dan menonton langsung pertandingan itu, di Stadion Senayan, tidak hanya nonton di layar kaca. Hingga nasionalis pun kembali menjadi ”kecap” yang diusung para calon presiden dalam pemilu kali ini, yang dalam artian, lebih mengutamakan negara dan rakyat daripada kepentingan pribadi, katanya itu nasionalis. Debat antar capres pun kembali mengusung ”kecap” nomor satu ini, saya yang lebih nasionalis daripada capres yang lainnya. Membingungkan, sebenarnya ”binatang” apa nasionalisme itu, hingga banyak sekali sumpah serapah bahkan orang yang satu dan lainnya saling memberikan kutukan. Kutukan nasionalisme. Diskursus Dalam kebangsaan kita, mungkin nasionalisme dapat disinonimkan dengan dua pemaknaan yang hampir setara yaitu kemerdekaan dan kedaulatan. Dua pemaknaan akan arti nasionalisme ini juga terkait dengan peristiwa yang mewarnai perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini. Dari saat menjelang detik-detik kemerdekaan dan sampai sekarang ini, saat kita sekarang terus berupaya menjaga kedaulatan pasca kemerdekaan, yang heroik itu, katanya. Nasionalisme dalam pergerakan menuju kemerdekaan, maka musuhnya sangat jelas, penjajah dan imperialisme kolonial barat, yang telah banyak ”menghisap” semua sumberdaya yang ada dari Bumiputera, ibarat seorang perampok yang telah selesai menguras semua harta kekayaan dan hanya meninggalkan tangis dan luka yang berkepanjangan. Kenangan yang hanya menyisakan sebuah trauma sejarah. Sehingga jelas nasionalisme kala itu, merupakan simbol perlawanan saat menentang kolonialisme Belanda dan Jepang. Bibit-bibit nasionalisme sudah tumbuh saat itu. Namun, meskipun kebangkitan rasa nasionalisme sudah terjadi pada masa itu, akar-akarnya pun sudah jelas, yaitu menghadapi musuh yang sama, tapi konsepsi akan kesepakatan nasionalisme yang akan dianut secara kolektif dan bersama masih sangat beragam, belum mengerucut, seperti sebuah piramida terbalik. Beberapa orang memiliki pemahaman akan ide nasionalisme yang sangat berbeda. Diskursus nasionalisme pun kerap terjadi, setiap pihak menanyakan kembali konsep-konsep nasionalisme dari pihak lain. Ada yang saling kompromis dan ada yang terus ”berkelahi” bahkan hingga saat ini. Ide nasionalisme masih liar, belum menjadi ideologi yang sama, yang bisa dijadikan menjadi paham dan falsafah hidup berbangsa. Setidaknya sampai pada tahun 1930-an, saat Indonesia belum merdeka pun, konsep nasionalisme sudah menguak ke permukaan, terdapat 3 partai besar yang mengusung ideologi nasionalisme ini, namun ketiganya memiliki pengertian yang saling berbeda. Ketiga partai besar kala itu adalah Parindra, Gerindo dan PSII. Menurut Wilson, si penulis buku ”Orang dan Partai Nazi di Indonesia, Kaum Pergerakan Menyambut Fasisme”, mengatakan, ”Pada tahun itu sebenarnya perdebatan yang paling seru adalah antara Parindra-nya Soetomo dengan Gerindo-nya Amir Syarifuddin. Karena Parindra ini mendefinisikan nasionalisme dengan mudah saja, dengan membalikan begitu saja kata kolonial tersebut, kolonial berarti bukan nasionalisme. Nasionalisme hanya dimiliki oleh orang-orang yang dianggap Indonesia asli, maka muncul juga istilah pribumi dan bukan pribumi, jadi Parindra ini hanya membalikan saja. Dan yang dimaksud dengan orang-orang Indonesia ini hanya meliputi orang-orang pribumi ini saja. Inilah yang akhirnya menjadi rasis, kan. Sehingga nantinya kita jadi anti Cina, anti Arab dan anti asing. Parindra sendiri adalah partai yang besar saat itu, dan Doktor Sutomo, si pendiri Budi Utomo itu, jelas seorang yang diakui punya legitimasi saat itu.” Alhasil Gerindo, yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin merasa khawatir dengan adanya konsepsi nasionalisme-nya dari Parindra itu yang terlalu reaksioner, sangat konservatif, tidak demokratis dan bahkan berbau rasis. Definisi nasionalisme dari Parindra itu pun dianggapnya tidak sesuai dengan kultur Indonesia yang sangat pluralis baik secara sejarah dan budaya. ”Definisi nasionalisme seperti itu sangat diskriminatif. Juga nasionalisme dalam arti yang sangat sempit karena nasionalisme seperti itu tidak mengandalkan pluralisme akan sangat berbahaya kemudian, bagi Indonesia, karena seperti ini yang oleh orde baru akan ’dikanankan’ lagi
[ac-i] KOMPETISI MOST- UNESCO- LIPI AWARD : CALL FOR PAPERS
Sekedar informasi KOMPETISI MOST- UNESCO- LIPI AWARD : CALL FOR PAPERS Selasa, 12 Mei 2009 CALL FOR PAPERS KOMPETISI MOST-UNESCO-LIPI AWARDKARYA TULIS TENTANG PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ILMU-ILMU SOSIAL DAN KEMANUSIAANBAGI ILMUWAN MUDA INDONESIA Tema: Pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia dalam Perspektif Ilmu-ilmu Sosial dan KemanusiaanSub tema : Hak-Hak Sosial (Social Rights) Hak-Hak Ekonomi (Economic Rights) Hak-Hak Sipil (Civil Rights) Hak-Hak Politik (Political Rights) Ketentuan peserta: Usia peserta maksimum 35 tahun Minimum lulusan Perguruan Tinggi Memiliki track record dalam penelitian atau penulisan ilmiah (sertakan biodata lengkap) Ketentuan Makalah : Penelitian orisinil baik secara individu atau atas hasil kerja kelompok yang belum pernah diterbitkan. Makalah yang diajukan merupakan analisis sosial dengan disertai pemecahan suatu masalah dalam perumusan kebijakan publik yang berkaitan dengan HAM dan dapat diimplementasikan. Panjang tulisan antara 5000-8000 kata (tidak termasuk tabel dan diagram). Ditulis dengan menggunakan huruf tahoma font 11, satu setengah (1,5) spasi. Seleksi dan Penghargaan Pemenang Setiap makalah yang masuk akan diseleksi dan dinilai oleh tim Juri MOST dan seluruh makalah menjadi hak milik panitia. Lima makalah terbaik akan dipresentasikan dalam acara workshop MOST- UNESCO -LIPI dengan tema ?HAM dalam perspektif Imu-ilmu Sosial dan Kemanusian?, untuk kemudian disaring dan dipilih menjadi tiga orang pemenang. Ketiga pemenang akan menerima Penghargaan MOST UNESCO LIPI berupa sejumlah uang dan piagam. Karya Tulis pemenang akan dipromosikan untuk diterbitkan di Jurnal Masyarakat Indonesia dan/atau Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities (JISSH)-Jurnal Internasional Ilmu Sosial-LIPI. Pengiriman Makalah Makalah (dalam bentuk softcopy) dapat dikirimkan melalui e-mail ke mostlipi...@yahoo.com, mostlipi...@gmail.com, mostlipi...@plasa.com dan diterima panitia paling lambat 15 Juli 2009. Sekretariat Panitia Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (Deputi IPSK-LIPI), Gedung Widya Sarwono Lt 3 Jl. Gatot Subroto No 10, Jakarta Selatan Indonesia, Tel./Fax. (021) 522 2085. Contact Person : Endang S Soesilowati 081808243437 Bahtiar Rifai 08562717145 Penyelenggara MOST-UNESCO-LIPI Atas kerjasama LIPI dengan Kantor UNESCO JakartaTawaran ini diperpanjang sampai dengan tanggal 29 Juli 2009. Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Pendaftaran Relawan Komnas Perempuan
Sekedar Informasi, mudah-mudahan berguna Pendaftaran Relawan Komnas Perempuan 29 Juni 2009 Anda ingin menjadi relawan? Anda ingin berbuat sesuatu terhadap sesama? Setiap tahun Unit Pengaduan untuk Rujukan (UPR) Komnas Perempuan menerima rata-rata 500 kasus pengaduan kekerrasan terhadap perempuan (KTP). Sementara jumlah kekerasan meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 54.425, yang ditangani oleh pemberi layanan di seluruh Indonesia. Anda mau, Anda bisa bergabunglah menjadi relawan. Syarat-syarat Pendidikan minimum SMU dan sederajatPerempuanUsia 20-50 tahunBerdomisili di JabodetabekKomunikastifMemiliki pengetahuan tentang kekerasan terhadap perempuanMempunyai pengetahuan memberikan konsultasi awalDapat bekerja dalam tim Untuk informasi hubungi Unit Pengaduan untuk rujukan Telp : 021.3903963 Fax : 021.3903963 E-mail : jana...@komnasperempuan.or.id Website : www.komnasperempuan.or.id Pendaftaran ditunggu sampai akhir Juli 2009 Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[ac-i] Madiun Affair 1948 Diskusi Bersama Soemarsono (Jumat, 24 Juli 2009 pukul 16:00-19:00)
Sekedar informasi, Ternyata presiden pertama di republik ini bisa jadi seorang Batak, Kristen dan Kiri.Amir Sjarifuddin. Pantau dan TUK Madiun Affair 1948 Diskusi Bersama Soemarsono Soemarsono, pada 1945, sebagai ketua Pemuda Republik Indonesia , melucuti senjata Jepang dan memimpin perang lawan tentara Inggris di Surabaya . Mayor Jenderal Soemarsono lantas jadi Gubernur Militer Pemerintahan Front Nasional daerah Madiun pada September 1948. Bersama Amir Sjarifuddin, dia memimpin long march 100 hari melawan "terror putih" pemerintahan Perdana Menteri Moh. Hatta. Lantas dia sembunyi di Pematang Siantar hingga 1964. Pada 1965 dia ditangkap dan ditahan 10 tahun di Salemba. Pada 1987, pindah ke Sydney dan menjadi warganegara Australia . "Siapa yang musti memproklamasikan dan menjadi Presiden Republik Indonesia pertama? Pertama kali yang dicalonkan adalah Amir Sjarifuddin. Semua pemuda menerima. Cuma Soekarni tanya, `Bung Amir dimana?' Dia sebenarnya tahu Bung Amir ditawan Jepang di Lowokwaru, Malang … Umpamanya dia diketahui Jepang, lalu dibunuh. Nah kita mempunyai presiden pertama sudah dibunuh. Bagaimana bisa?" "Saya ini pelaku, saya saksi. Bahwa sampai kapan pun Peristiwa Madiun itu bukan suatu pemberontakan, tetapi penindasan dari satu pemerintah yang melaksanakan Red Drive Proposal dari Amerika Serikat, mau membasmi kaum kiri dan kami melakukan perlawanan. Lha Berontak Madiun! Berontak apa? Buktinya apa?" Teater Utan Kayu Jl.. Utan Kayu 68H Jumat, 24 Juli 2009 pukul 16:00-19:00 Penanggap: Baskara T. Wardaya, sejarawan, menulis disertasi Cold War Shadow: United States Policy Toward Indonesia 1953-1963; serta buku Bung Karno Menggugat. Wilson , sejarawan, menulis buku Orang dan Partai NASI di Indonesia, sedang bikin documentary soal Soemarsono Moderator: Andreas Harsono, wartawan, kini menulis buku A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism Screening Film: Saksi Mata Yang Terlupakan produksi Jaringan Videomaker Independen Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com
[ac-i] Selamat Hari Perempuan Internasional (Majalah TAPIAN Edisi Maret)
Maaf sekedar menyampaikan semoga berguna Salam TAPIAN ( Edisi Maret 2009 ) Hari Perempuan Internasional diperingati di seluruh dunia pada tanggal 8 Maret. Sepanjang sejarah rezim Orde Baru Suharto yang 32 tahun, perempuan Indonesia dibungkam, tidak diperbolehkan merayakan Hari tersebut. Ini tidak saja mendurhakai kebebasan kaum perempuan untuk merayakan kemenangan mereka. Tetapi, juga ”meludahi” Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana Indonesia menjadi salah satu anggotanya, karena sudah menjadi keputusan badan dunia itu untuk memperingati Hari tersebut. Rezim Suharto dengan enteng menuduh Hari itu mendapat ilham dari kaum komunis internasional. Lagi-lagi perempuan Indonesia menjadi korban phobia negara. Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret merupakan kulminasi dari keberhasilan kaum perempuan dalam mengangkat martabat mereka. Bukan karena hasil perjuangan seseorang. Gagasan mengenai perlunya satu hari untuk merayakan keberhasilan perempuan mulai menggema saat memasuki abad ke-20, ketika gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi kapitalistis menyebabkan munculnya protes-protes terhadap kondisi kerja (kaum perempuan). Sejarah mencatat kebakaran pabrik Triangle Shirtwaist di New York tahun 1911 yang menyebabkan 140 perempuan tewas. Pada 8 Maret 1857, lagi-lagi di New York, buruh garmen memprotes kondisi kerja dan gaji yang rendah. Tak ada bau komunisme yang menjadi musuh utama Orde Baru tercium dalam rangkaian penderitaan dan perlawanan perempuan itu. Agaknya, para penasihat Suharto mencap Hari Perempuan Internasional itu diilhami komunis, hanya karena Clara Zetkin, seorang sosialis Jerman, pejuang hak-hak perempuan, yang mula-mula mengusulkan diperingatinya Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 1911. Setelah jatuhnya Suharto, dan bangkitnya kaum feminis, 8 Maret dirayakan dengan gairah yang besar. Layaknya hak yang sudah kembali. TAPIAN pun merayakan kegairahan yang sama. Gairah agar terus membuka tirai peringatan Hari itu sebagai pintu masuk untuk membahas sejauh mana perempuan di negeri ini sudah menemukan haknya untuk memperoleh perlindungan dari kekerasan yang ditimpakan pada mereka, kaum yang ditakdirkan untuk melahirkan dan mengayomi. Banyak tulisan di majalah ini yang terkait secara langsung mengenai perempuan di bulan Maret ini. Dalam Sudut Pandang tulisan memang kami sengaja untuk menggali kembali ingatan kita kala berlangsungnya Tragedi Mei 1998. Tragedi pemerkosaan massal yang dikabarkan juga sistemik kepada etnis yang sering dianggap dan diperlakukan sebagai minoritas. Tragedi yang pada akhirnya mendorong para perempuan mendatangi Istana Negara menemui petinggi di Republik ini. Hingga keluarlah Komnas Perempuan. Tulisan di Sudut Pandang yang berjudul “Perjuangan Panjang Untuk Martabat Perempuan” ini juga berisikan hasil dari In depth interview dengan Saparinah Sadli dan Mely G Tan. Selain juga ada hasil transkrip wawancara dengan mantan first lady di republik ini yaitu Shinta Nuriyah Wahid yang juga berkomentar, “Kalau Sudah Emosi Tak Ingat Undang-Undang.” Yenny Wijaya selaku Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Komnas Perempuan juga menuliskan “Sepuluh Tahun Komnas Perempuan ”. Kali ini sengaja tak hanya cukup di satu rubrik saja, selanjutnya dalam Kritik Betty Sitanggang selaku Asisten koordinator divisi pemantauan Komnas Perempuan juga menyumbangkan tulisan “Perempuan dan Kekerasan yang Dalam Rumah Tangga.” Sosok di bulan ini juga mengangkat Kamala Chandrakirana yang hingga kini dalam masa akhir menggawangi lembaga Komnas Perempuan. Dia mengatakan bahwa selama ini ”Dialog Yang Menjaga Saya.” Hingga Spiritualitas pun masih terkait dengan perempuan. Pendeta Sylvana Apituley pengajar di STT Jakarta melakukan otokritik dengan tulisan ”(Ber)Teologi Keadilan Dari Perspektif Perempuan Korban Kekerasan.” Herankah Anda kalau pelecehan seksual juga terjadi di gereja? Dan bahwa karena gereja adalah tempat yang suci maka pelecehan terhadap perempuan dianggap otomatis tidak ada. Uraian seorang pendeta Sylvana Apituley ini mempersoalkan sejauh mana peran gereja dalam melindungi hak dan martabat perempuan. Semoga ini semua bisa menyemati kembali Perjuangan Panjang Martabat Perempuan dengan momentum Hari Perempuan Internasional di bulan ini. Di Medan, mereka yang berjuang untuk sebuah provinsi Tapanuli kelihatannya kehilangan akal sehat, dan menganggap DPRD Sumatera Utara menghambat upaya mereka untuk membebaskan Tapanuli dari kemiskinan. Dalam sebuah kemelut di gedung DPRD, Abdul Azis Angkat, sang ketua, yang sudah terkulai mereka paksa untuk menandatangi persetujuan. Tak ada tanda tangan. Yang ada sebuah tragedi dan pemerintah pun memutuskan menutup pintu bagi upaya pemekaran wilayah. Akankah cita-cita sebuah provinsi Tapanuli akan hidup terus? Apakah laporan Dari Rantau menjawab pertanyan sidang pembaca? Jangan besar
[ac-i] Amir Syarifuddin : Kapan Indonesia Bisa Menerimanya ? (Majalah TAPIAN Bulan Februari 2009 )
Amir Syarifuddin : Kapan Indonesia Bisa Menerimanya ? ( Intisari dari Majalah TAPIAN Bulan Februari 2009 ) Edisi Khusus Amir Syarifuddin Harahap “Ini jelas suatu yang sangat tragis. Seorang tokoh yang termasuk empat tokoh besar Indonesia dari tahun 1945 sampai tahun 1947 adalah Soekarno-Hatta-Syahrir-Amir Syarifuddin. Nama Amir pasti disebut kalau tahun 1945 sampai 1947. Kalau kita ditanya mengenai empat orang tokoh Indonesia. Dan hanya Amir Syarifuddin yang hingga kini satu-satunya belum juga diangkat sebagai pahlawan nasional ” (Asvi Marwan Adam) “ Iya, Amir bukan orang nomor satu di PKI, dia dibawah Musso dan lain lain. Tetapi bagi penulisan sejarah orde baru itu sangat penting. Karena dia itu tadinya perdana menteri dan yang juga menjadi PKI. ” (Asvi Marwan Adam) “Kalau kita lihat Amir dengan Tan Malaka. Tan Malaka itu kan akhirnya pada tahun 1963 dia direhabilitasi oleh Soekarno. Dengan mengangkat sebagai pahlawan nasional Alimin juga diangkat menjadi pahlawan nasional tahun 1964, tetapi Amir waktu itu kan sudah hilang begitu saja namanya. Sesudah peristiwa Madiun, Amir sudah meninggal dan barangkali bedanya Tan Malaka itu masih punya pengikut yang cukup kuat seperti Adam Malik, Chairul Saleh, ada tokoh-tokoh penting lain. Ada Wikana dan Semaoen yang juga orang PKI " (Asvi Marwan Adam) Hampir saja sang proklamator di republik ini adalah orang Batak. Bahkan mungkin nyaris presiden pertama Indonesia juga orang Batak. Ini bukan sekedar kelakar murahan dan juga sentimen kesukuan yang semakin merajalela akhir-akhir ini. Setidaknya dua pendapat pertama diatas merupakan sebuah fakta historis. Rapat pada pertengahan Agustus 1945 yang mengupayakan agar proklamasi kemerdekaan Indonesia selekas mungkin untuk dilakukan, mengusulkan nama Amir Syarifuddin sebagai orang yang diusulkan sebagai pembaca teks proklamasi. Semua anggota rapat sepakat akan hal itu, mengingat Amir adalah seorang nasionalis tulen dan tidak pernah sekalipun melakukan kerjasama dan bahkan sangat gencar menentang fasisme Jepang dibandingkan tokoh-tokoh lainnya pada masa itu. Rapat para pemuda itu diwakili oleh berbagai eksponen sebut saja dari kelompok Tan Malaka, pendukung Sutan Syahrir, termasuk kalangan faksi-faksi kiri lainnnya. Akhirnya peserta rapat terperanjat dan sadar bila saat itu Amir masih berada dalam tahanan Jepang. Akhirnya pilihan untuk sang proklamator mengalir kepada Soekarno dan Hatta. Berdasarkan usul dari Sutan Syahrir yang sebelumnya juga menolak membacakan teks proklamasi. Peran Amir Syarifuddin bagi Indonesia ini selain konsisten sebagai aktivis dan tokoh gerakan nasional yang menentang fasisme Jepang. Dia juga sosok penting saat masa-masa kemerdekaan Indonesia. Amir Syarifuddin pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan yang pertama (19 Agustus 1945-14 November 1945), Menteri Keamanan Rakyat dan Menteri Penerangan (ad interim) di kabinet I Perdana Menteri Soetan Sjahrir (14 November 1945-12 Maret 1946), Menteri Pertahanan dalam Kabinet II Perdana Menteri Sutan Syahrir (12 Maret 1946- 2 Oktober 1946) dan kembali diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet III Perdana Menteri Sutan Syahrir (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947). Di bulan Juli 1947 setelah Perdana Menteri Sutan Syahrir mengundurkan diri akibat krisis politik kabinet Amir Syarifuddin terpilih menjadi Perdana Menteri (3 Juli 1947- 29 Januari 1948). Peran Amir juga tak sedikit saat terlibat dalam Kongres Pemuda tanggal 28 November 1928 yang berhasil mengikrarkan janji Sumpah Pemuda. Amir merupakan wakil dari Jong Batak. Sumbangan pemikirannya pun tidak sedikit bagi republik ini. Saat menjabat sebagai menteri penerangan yang pertama Amir mengeluarkan maklumat kebebasan pers. Tahun 1939, pada saat di Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) dia berupaya untuk menyatukan semua elemen dan eksponen gerakan rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Saat itu juga dia mengusulkan agar konsep kewarganegaraan bukan berdasarkan atas darah dan ras melainkan berdasarkan tempat kediaman dan hak-hak yang melekat sebagai warganegara. Pemikiran yang merupakan kritik atas kebijakan rasialis Belanda yang mencoba untuk memecah belah warganegara dalam kategori “pribumi” dan “pendatang”. Tahun 1946, saat menjabat di Kementerian Pertahanan Amir mengusulkan ide tentang tentara kerakyatan. Hal ini yang membuatnya berseberangan dengan perwira militer KNIL dan PETA yang menginginkan konsep dwifungsi dalam militer. Amir menginginkan tentara tidak terlampau jauh dalam mencampuri urusan-urusan sipil. Dan militer berada di bawah pengawasan rakyat. Kongres yang melahirkan sebuah ikrar bersama, yang harinya akan selalu dikenang sebagai Hari Sumpah Pemuda. Meskipun demikian buku putih dan sejarah “pemenang” di negeri ini mencatat sosok Amir Syarifuddin yang kontroversial dengan terus memberikan stigma kepadanya sebagai seorang mantan perdana menteri yang menjadi komunis dan keterkaitannya dengan peristiwa di
[ac-i] Amir Syarifuddin : Sejarah Gelap Indonesia (Majalah TAPIAN Edisi Februari)
Salam TAPIAN Ketika orang belum membayangkan pengkotakan dalam garis agama suatu ketika akan memperumit pembangunan bangsa ini, dalam diri tokoh nasional asal Padang Lawas ini terbaca suatu simbol pemersatu. Namanya menunjukkan dia seorang Islam, tetapi toh agamanya Kristen. Cintanya juga lebih besar dari adat yang purba. Dia mempersunting istri yang juga bermarga Harahap. Rubrik Sudut Pandang TAPIAN bulan ini menyuguhkan laporan tentang nasib tragis Amir sampai-sampai istri, anak-anak, dan sanak-saudaranya dilarang memugar kuburannya. Bagaimanakah seseorang ingin dikenang dalam sejarah? Dibuatkan patung atau lebih merasa dimuliakan kalau mereka yang ditinggalkan mengenang karya-karya yang telah diciptakannya? Apa jawab Sitor Situmorang, raja penyair dari Tanah Batak, yang akan merayakan ulangtahunnya yang ke-85, Oktober mendatang, di Jakarta dan bukan di Paris? Dalam rubrik Sosok terasa dia masih ”beteng,” yang dengan cekatan berdiri dan meninju meja untuk membela pendiriannya, membawa ingatan pembaca pada hangatnya hati orang Batak kalau terlibat perdebatan di kedai kopi atau pakter tuak. Penggolongan masyarakat Bali dalam kasta-kasta hanyalah peninggalan penjajah Belanda. Di Bali, sudah lama tumbuh semangat egaliterianisme, di mana seseorang dipandang bukan dari kedudukan kastanya, tetapi dari hasil kerjanya. Kasta adalah pilihan. Seorang Sudra bisa menjadi seorang Brahmana. Lihatlah betapa manisnya kenyataan zaman sekarang, I Made Mangku Pastika yang adalah Sudra, sementara wakilnya adalah seorang Kesatria. Ikuti rubrik Spiritualitas. Cafe-cafe halak kita tumbuh menjamur di Jakarta. Para pengunjungnya tentulah mereka yang punya waktu dan uang untuk mengatasi tekanan pekerjaan dengan merebahkan diri pada alunan musik dan suasana yang menghibur. Rubrik Musik sekali ini tidak berbicara mengenai musik, tetapi mengantarkan kepada para pembaca kabar tentang betapa kerasnya hidup para musisi yang tampil di cafe-cafe. Mereka seperti menghamba mengharap saweran, pulang menerjang malam yang dingin, lebih gigih dari kelelawar. Ada berita di rubrik Kabar Kita tentang penghormatan khusus untuk Nommensen, yang telah membawa peradaban baru ke Tanah Batak. Orang-orang penting yang menduduki posisi pemerintahan, atau di luarnya, para seniman, dan para pebisnis yang jaya sekarang ini, barangkali juga tak lupa pada jasa ”Rasul Orang Batak” itu. Ingat gitaris dan rocker Sonata Tanjung yang pernah main untuk grup AKA dan SAS? Di rubrik Pesohor dia tampil bukan sebagai rocker lagi, tapi sebagai pendeta dan pembina musik di sebuah gereja di Surabaya. Tangannya lumpuh disengat listrik. Hanya doa yang telah memulihkan tangannya itu. Sebagai rasa syukur dia mengabdikan bakat dan hidupnya untuk gereja. Di rubrik Wisata tampil perupa Heri Dono yang diajak raun-raun menikmati Medan dan keindahan Danau Toba. Sebuah legenda tetap menunjungi Anda. Dan, hidangan rasanya tak sempurna kalau tak ada analisa permainan akhir yang disuguhkan Om Galung. Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ac-i] Festival Film Rusia 2009 (Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia)
Sekedar Informasi Festival Film Rusia 2009 Dalam rangka memperingati 100 tahun Perfilman Rusia Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia menggelar Festival Film Rusia 2009 selama bulan Januari-Maret 2009. Pemutaran film akan digelar setiap pekan (setiap Rabu pukul 18.30 – selesai) akan diputar masing-masing 1 film. Festival bertempat di Auditorium Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia, Jl. Diponegoro 12. Menteng Jakarta Pusat. Kami mengundang khalayak dan pecinta film untuk pemutaran film-film tersebut. Adapun jadual kegiatan adalah sebagai berikut: Tanggal Tayang Judul Film dan Sutradara 28 Januari 2009 The Tale of Tsar Sultan (Сказка О Царе Салтане) 4 Februari 2009 Father Frost (Морозко) 11 Februari 2009 Finish The Bright Falcon (Финист Яасный Сокол) 18 Februari 2009 Through Fire, Water and Brass Pipes (Огонь, Вода и Медные Трубы) 25 Februari 2009 Ruslan and Lyudmila (Руслан и Людмила) 4 Maret 2009 Barbara The Fair With The Silken Hair (Варвара-Краса, Длинная Коса) 11 Maret 2009 Sadko (Садко) 18 Maret 2009 Starik Khottabich (Старик Хоттабич) 25 Maret 2009 Ilya Muromets (Илья Муромец) Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Trs: [HISTORIA-INDONESIA] Diskusi " Kasus Trowulan dalam Babak Hikmah"
Sekedar menyampaikan, mudah-mudahan ini bisa berguna CP --- Pada Sel, 13/1/09, Tijok menulis: Dari: Tijok Topik: [HISTORIA-INDONESIA] Diskusi " Kasus Trowulan dalam Babak Hikmah" Kepada: komunitashisto...@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 13 Januari, 2009, 5:49 PM Hanya menyampaikan email dari joyo (elanto) siapa tahu ada yg berminat.. Yayasan Niat Baik (YNB) bersama Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia [pda] akan menyelenggarakan Diskusi " Kasus Trowulan dalam Babak Hikmah" dengan pakar: -Prof. Mundardjito -Prof. Gunawan Tjahyono -Drs. Gatot Gautama M.Hum -Ir. Ridwan Kamil -Ir Adhi Moersid * -Pejabat PU* *dalam konvirmasi di Flora Kafe, Komplek MBAU, Jl. Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Selatan Rabu , 14 Januari 2009 Pukul 17.30 – selesai Mohon konfirmasi kehadiran pada: Pusat Dokumentasi Arsitektur Up. Sdri. Uni/Ryan (021) 57992602 atau pdai_2...@cbn. net.id PERUMUSAN LANGKAH KE DEPAN", yang akan dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Rabu, 21 Januari 2009 // Waktu : Pukul 18.00-21.00 WIB // Tempat : Domus Matahari, Jl. Veteran I No. 30 Jakarta Pusat (lokasi deretan Es Krim Ragusa dan Rumah Babah restaurant) // Narasumber: Prof. Mundardjito // Moderator : Bambang Eryudhawan // Pembahas : Dewan Pakar BPPI // Pendaftaran dan konfirmasi kehadiran: Sekretariat BPPI -- Nisa di 0815.822.1603 (n...@bppi-indonesi anheritage.org) atau Wirat di 0878.611.94691 (wi...@bppi- indonesianheritage.org). Wajib militer di Indonesia? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! Ada Naruto, Sandra Dewi dan MU di Yahoo! Indonesia Top Searches 2008. http://id.promo.yahoo.com/topsearches2008
[ac-i] Siti Musdah Mulia ; "MEWASPADAI BAHAYA HIV/AIDS : PERSPEKTIF ISLAM" (Majalah TAPIAN Edisi November 2008)
Sekedar informasi semoga berguna Selamat untuk Ibu Siti Musdah Mulia yang telah menerima Yap Thiam Hien Award Atas jasanya yang gigih dan berani memperjuangkan pluralisme, hak-hak perempuan dalam islam, kebebasan sipil, dan kesetaraan hak-hak konstitusional setiap warga negara di dalam demokrasi Indonesia. Termasuk juga memperjuangkan representasi keislaman yang teduh dan inklusif. (Sumber : Kompas, Jumat 5 Desember 2008) Berikut tulisan Siti Musdah Mulia di majalah TAPIAN (Edisi November) Sekedar informasi Semoga berguna CP http://kritikdiri.blogspot.com/2008_11_01_archive.html Sikap Peduli Lingkungan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com
[ac-i] Boru-Boru Batak Inspirasi Kita Semua - Edisi Hari IbU (Majalah TAPIAN Desember)
menuju budaya untuk kemanusiaan. Dengan semangat keberagaman dan toleransi antar setiap etnis Dalam terus merawat “Bhinneka Tunggal Ika” Chris Poerba Wartawan dan Penggiat Majalah TAPIAN http://kritikdiri.blogspot.com/ Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] FESTIVAL FILM RUSIA 2008 ( Pusat Kebudayaan Rusia Jakarta )
dokumen pemotretan penangkapan dan penembakan mati, yang kemudian diantarkan kota tempat tinggal bintang saingan, Demikina. Jatuh cinta pada Olga, Viktor Menchoka berusaha memenangkan cintanya itu, jauh dari arti kebenaran peristiwa politik mengenai wanita yang terjadi di Rusia. Sutradara: Nikita Mikhailov Skenario : Frederick Gorenstein, Andrei Mikhalkov Pemain : Yelena Solovei, Rodion Nahaletov, Aleksandr Kalyagin Durasi: 94 menit ALADIN DAN LAMPU AJAIB (WOLSHEBNAYA LAMPA ALADDINA) Versi berwarna film yang dibuat di Rusia ini berdasarkan atas dongeng yang ada di wilayah Timur Tengah. Seorang penyihir Magribi yang jahat memohon kepada bintang-bintang untuk memberitahukan kepadanya nama seorang lelaki yang dapat menciptakan keajaiban. Bintang-bintang menjawab : "Namanya Aladin". Seorang putri sultan yang cantik bernama Boudour tinggal di Baghdad. Siapapun yang berani menatapnya secara langsung akan dieksekusi. Tetapi putri cantik yang keras kepala dan tak dapat ditebak ini meminta Aladin untuk menatapnya. Saat itu adalah saat yang genting bagi Aladin, ia jatuh cinta. Dan lampu ajaib, dengan jin yang berkuasa di dalamnya siap untuk mememnuhi tiap permintaan dari tuannya, membantu Aladin untuk mempertahankan cintanya dan mengalahkan penyihir Magribi. Produksi: Gorky Film Studio, 1966 Sutradara : Boris Rytsarev Skenario: Viktor Vitkovich, Grigory Yagdfeld Pemain : Boris Bystrov, Dodo Chogovadze, Sarry Karryev Durasi: 84 menit AGONIYA – RASPUTIN Menggambarkan panorama Rusia tahun 1916. Negeri yang telah 3 tahun diterpa perang, yang belum jelas kapan berakhir. Kekejaman, kelaparan dan kehancuran terjadi dimana-mana, ditengah-tengah ambiguitas kemegahan dan korupsi, penguasa yang mencoba mentolerir kaum pemberontak. Kalangan istana yang mulai merasakan kehancuran kekaisaran Rusia, ketakutan dan kepercayaan buta kepada "tokoh suci" Rasputin. Tokoh spiritual avonturir ini memasuki dan menguasai kehidupan dan kesadaran keluarga istana, termasuk pada diri Tsar dan para menterinya. Sutradara: Elem Klimov Skenario : Semen Lungin, Ilya Nusinov Pemain : Aleksei Petrenko, Anatoli Romashin, Velta Line Durasi: 78+74 menit MASA KECIL IVAN (IVANOVA DETSTWA) Karya Sineas Kenamaan Andrei Tarkovsky "Film perang seperti inibelum pernah ada" puji kritikus film dan jajaran penonton karya pertama andei Tarkovsky. Lewat 40 tahun setelah versi layer lebarnya keluar, :Masa Kecil Ivan: tetap dinilai sebagai film yang actual. Ini karena film karya Tarkovsky ini bukan mengenai perag. Film ini justru mengenai kehidupan yangpenuh dengan pertentangan, mengarah kepada sisi lemah seseorang, namun disinilah perwujudan atas nilai keluhuran manusia. Dalam film ini, Ivan berumur 12 tahun seorang pahlawan mata-mata, laki-laki yaitim, remaja dengan karakter yang sulit. Produksi : Mosfilm, 1962 Sutradara : Andrei Tarkovsky Pemain: Nikolai Burlyaev, Valentin Zubkov, Yevgeni Zharikov MALAM MENJELANG NATAL (NOC PERIED ROZHDESTWOM) Malam musim dingan yang cerah, saat rembulan bersinar menerangi orang-orang yang berhati baik, agar bias lebih bahagia dalam menyambut perayaan kelahiran Kristus. Sutradara : Aleksander Rou Kamerawan : Dmitri Suretsky Komposer : Arkady Filippenko Pemain : Aleksandr Khvylya, Lyudmila Myznikova Salam Chris Poerba http://bataksekuler.blogspot.com/2008/11/festival-film-rusia-2008.
[ac-i] Siapa Mengkhianati Sisingamangaraja XII (Majalah TAPIAN Edisi November)
dan toleransi antar setiap etnis Dalam terus merawat “Bhinneka Tunggal Ika” Salam Hormat Chris Poerba Wartawan dan Penggiat Majalah TAPIAN
Re: [ac-i] Salam kenal dari Komunitas Salihara
Salam rama, maaf apa saya bisa makalah adonis yang kemarin di bawakan di salihara. Terimakasih banyak Anak Metal --- On Fri, 11/14/08, rama <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: rama <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [ac-i] Salam kenal dari Komunitas Salihara To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, November 14, 2008, 12:01 AM Salam kenal juga untuk semua anggota jejaring ACI... Saya Rama Thaharani, penggiat seni dari Komunitas Salihara. Senang bisa bergabung di milis ini... :) Salam hangat, Rama. www.salihara. org
Re: [ac-i] jurnal sairara: dua puluh tahun institut dayakologi
20 tahun bukanlah proses yang singkat untuk terus berjuang.. merayakan keberagaman lokalitas .masyarakat adat ekologi... dari semua yang terlalu mainstream di . republik ini. Jangan pernah letih hanya kerja kerja akar rumput dan semangat yang akan mengalahkan .segalanya konservasi ekologi rayakan lokalitas gali terus nilai nilai kearifan tradisional .itulah kenapa kita lebih beradab beda dengan yang lain !! SELAMAT ULANG TAHUN INSTITUT DAYAKOLOGI CP Metal Militan Peneliti Lepas sangumang kusni <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Jurnal Sairara: DUA PULUH TAHUN INSTITUT DAYAKOLOGI Hari ini 21 Mei 2008, Insttitut Dayakologi [ID], tepat berusia 20 tahun. ID bermula dari sebuah kelompok diskusi antar beberapa cendekiawan muda Dayak di Pontianak yang prihatin dan memikirkan keadaan masyarakat Dayak, di antara mereka adalah Mecer, pengajar pada Universitas Tanjungpura, Stepanus Djuweng, sarjana bahasa Ingris, mantan orang pertama ID, John Bamba, sekarang penanggungjawab utama ID. Dari komposisi anggota awal janis ID ini, yang ingin kugarisbawahi adalah peranan cendekiawan engagé [berkomitmen manusiawi] dalam pemberdayaan dan pembangunan masyarakat untuk keluar dari keterpurukan. Komitmen manusiawi akan membawa para cendekiawan turun dari menara gading mereka dan langsung menyatu dengan masyarakat baik di hulu, di muara sungai, atau yang jauh terletak di pegunungan yang sunyi. Tanpa komitmen kuat dan kesetiaan pada komitmen ini, kiranya, tidak mungkin ada kesanggupan demikian. Tanpa komitmen yang disetiai dan dikhayati, maka ide-ide baik hanya akan jadi kata-kata di kertas yang makin menguning dan lusuh dari hari ke hari. Terpisah kata dan perbuatan, kata yang tak dikhayati akan membuat para cendekiawan, yangcepat atau lambat mengkhianati diri sendiri, mengingkari kata-katanya sendiri, tak obah seekor kuda yang tersuruk di tengah jalan. Padahal daya tahan seekor kuda diuji dalam perjalanan jauh. Pertanyaan kunci yang dibicarakan dalam kelompok diskusi awal ini, janin dari ID, adalah: Apakah keterpurukan masyarakat Dayak merupakan hal yang fatal? Merupakan nasib ataukah suatu hasil perkembangan? Bagaimana kongkretnya keadaan masyarakat Dayak sekarang? Apa-bagaimana jalan keluar dari keterpurukan ini jika ia tidak merupakan takdir, bukan nasib dan bukan hal fatal? Setelah menganalisa keadaan masyarakat dan sepakat bahwa keterpurukan bukanlah takdir, dan bukan pula nasib, lebih-lebih lagi pula hal yang fatal, tapi ada jalan keluar dengan semangat kemandirian, maka cendekiawan-cendekiawan muda ini berkeputusan untuk membentuk sebuah lembaga yang dinamakan Institute Dayakology for Research and Development [IDRD]. Nama ini beberapa tahun kemudian dirobah menjadi Institut Dayakologi. Tanpa mengobah misi dan visinya. Progam jangan pendek, menengah dan panjang pun disusun yang dijadikan patokan bagi kegiatan-kegiatan membawa masyarakat Dayak keluar dari keterpurukan. ID adalah sarana untuk melaksanakan konsep yang diperoleh dan dirumuskan melalui diskusi-diskusi panjang dan sengit. Wacana, organisasi dan program agaknya merupakan tingkat-tingkat perkembangan yang dilalui oleh ID. Wacana, organisasi ini pun terus-menerus disempurnakan dari saat ke saat agar selalu tanggap zaman dan aspiratif. Wawasan dikembangkan terus-menerus melalui belajar tanpa lelah. Belajar dalam arti luas, baik dari buku, pengalaman orang lain, dari proses "trial and error", dari kehidupan nyata. Dari nama semula yaitu IDRD, sebenarnya bisa dilihat kerangka ide dan program yang dijadikan pegangan oleh ID. Dayakologi, jika pemahamanku benar, mau memperlihatkan bahwa lembaga ini menitik beratkan masalah masyarakat Dayak sebagai pusat perhatian dan pekerjaan. Dan masalah Dayak dihadapi dan depecahkan secara logos, secara nalar, tidak emosional. Agar bisa bersikap nalar maka harus bersikap mencari kebenaran dari kenyataan. Untuk mengenal kenyataan diperlukan penelitian [research] lapangan yang intensif dan sunguh-sungguh. Tujuannya: membangun masyarakat Dayak bertolak dari pemberdayaan agar manusia Dayak bisa menjadi aktor aktif usaha pemberdayan dan pembangunan diri dan masyarakat. Pembangunan tanpa didasarkan pada pemberdayaan di mana anggota masyarakat hanya menjadi obyek dan bukan subyek atau aktor pemberdayaan diri, kiranya akan tidak mencapai tujuan pembangunan yang hakiki. Dalam usaha pemberdayaan dan pembangunan agar keluar dari keterpurukan, agar manusia Dayak menjadi aktor sendiri dari pemberdayaan dan pembangunan, maka ID mengawali kegiatan dengan proses yang disebut oleh Paulo Freire sebagai proses penyadaran [conscientization process]. Guna menyebarkan ide-ide dan kegiatan, sejak dini menerbitkan sebuah bulanan bernama K