[balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

2010-04-26 Terurut Topik Rina Ulandari
Dear Moms,
Sharing lagi ya...
Mohon dimaklumi sebelumnya, saya masih ibu baru dan belum 3 tahun menjalani 
biduk rumah tangga, jadi harus banyak tanya agar saya tidak 'salah 
jalan'..hehehe
 
Saya sebenarnya punya dilema, haruskah saya tetap bekerja atau saya menjadi ibu 
rumah tangga.
jujur dalam hati saya, saya ingin sekali tinggal di rumah, dg begitu saya benar 
bisa 100% membesarkan anak saya, mengatur rumah tangga dan tidak dipusingkan 
dengan masalah pembantu yang notabene selalu saja menurut saya harus kita yang 
lapang dada sama mereka, karena kita butuh dia jagain anak.
Tapi, jika pilihan ini yang sama ambil, mungkin secara finansial saya akan 
berubah drastis, saya harus cukup dengan gaji suami, dan saya harus merubah 
semua pola hidup saya, termasuk mungkin kepada anak saya, spt mainan, jalan 
jalan atau juga dokter..pokoknya saya tidak bisa lagi berikan ..'number one'  
buat dia..bahkan mungkin beberapa kenyamanan akan hilang bila saya tidak kerja, 
tapi saya bisa selalu bersama anak saya..walau hidup pas pas an
 
Jika saya tetap bekerja, saya bisa berikan hampir semua yang 'number one' buat 
anak, jadi , tapi mungkin kesabaran dan waktu saya , menjadi terbatas buat dia, 
karena kesabaran dan waktu saya harus saya bagi di tempat kerja.. 
memang yang penting kualitas..tapi ada nurani ibu untuk bisa selalu bersama 
anak, tidak bisa digantikan dengan istilah ' yang penting kualitas bukan 
quantitas'
dan energi saya saat pulang kerja, sudah lumayan terkuras habis..bagaimana bisa 
memberikan kualitas yang baik untuk anak?
disamping itu, saya juga selalu cemas dg kondisi anak di rumah, karena dia 
hanya dengan Mbak nya...
 
Mom's, please dong ..minta pendapatnya..
 
 
Regards 
RIna


  

Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

2010-04-26 Terurut Topik heni nur raina
neh ada satu kalimat bagus : quality needs quantity
pada dipikir ndiri deh
*termasuk gw m,aksudnya*
:P



- Original Message 
From: Rina Ulandari rheena_k...@yahoo.com
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Monday, April 26, 2010 15:03:03
Subject: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

Dear Moms,
Sharing lagi ya...
Mohon dimaklumi sebelumnya, saya masih ibu baru dan belum 3 tahun menjalani 
biduk rumah tangga, jadi harus banyak tanya agar saya tidak 'salah 
jalan'..hehehe
 
Saya sebenarnya punya dilema, haruskah saya tetap bekerja atau saya menjadi ibu 
rumah tangga.
jujur dalam hati saya, saya ingin sekali tinggal di rumah, dg begitu saya benar 
bisa 100% membesarkan anak saya, mengatur rumah tangga dan tidak dipusingkan 
dengan masalah pembantu yang notabene selalu saja menurut saya harus kita yang 
lapang dada sama mereka, karena kita butuh dia jagain anak.
Tapi, jika pilihan ini yang sama ambil, mungkin secara finansial saya akan 
berubah drastis, saya harus cukup dengan gaji suami, dan saya harus merubah 
semua pola hidup saya, termasuk mungkin kepada anak saya, spt mainan, jalan 
jalan atau juga dokter..pokoknya saya tidak bisa lagi berikan ..'number one'  
buat dia..bahkan mungkin beberapa kenyamanan akan hilang bila saya tidak kerja, 
tapi saya bisa selalu bersama anak saya..walau hidup pas pas an
 
Jika saya tetap bekerja, saya bisa berikan hampir semua yang 'number one' buat 
anak, jadi , tapi mungkin kesabaran dan waktu saya , menjadi terbatas buat dia, 
karena kesabaran dan waktu saya harus saya bagi di tempat kerja.. 
memang yang penting kualitas..tapi ada nurani ibu untuk bisa selalu bersama 
anak, tidak bisa digantikan dengan istilah ' yang penting kualitas bukan 
quantitas'
dan energi saya saat pulang kerja, sudah lumayan terkuras habis..bagaimana bisa 
memberikan kualitas yang baik untuk anak?
disamping itu, saya juga selalu cemas dg kondisi anak di rumah, karena dia 
hanya dengan Mbak nya...
 
Mom's, please dong ..minta pendapatnya..
 
 
Regards 
RIna




--
Info Balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan Milis: peraturan_mi...@balita-anda.com
Menghubungi Admin: balita-anda-ow...@balita-anda.com
Unsubscribe dari Milis: balita-anda-unsubscr...@balita-anda.com



Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

2010-04-26 Terurut Topik Ruli /Fotexco

Maaf mbak ngk bisa ngasih pendapat apa2,
karena tiap ibu pasti punya alasan masing2 untuk memilih jadi working mom 
atau ftm. bagi saya, yang penting pilihan yang dibuat harus saya jalanin 
dengan sebaik mungkin dan ikhlas. itu yang terpenting


Thanks  B'rgds
Rully/Shipping Dept
Ph: 021 44820889 Ext. 140
- Original Message - 
From: Rina Ulandari rheena_k...@yahoo.com

To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Monday, April 26, 2010 3:03 PM
Subject: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?


Dear Moms,
Sharing lagi ya...
Mohon dimaklumi sebelumnya, saya masih ibu baru dan belum 3 tahun menjalani 
biduk rumah tangga, jadi harus banyak tanya agar saya tidak 'salah 
jalan'..hehehe


Saya sebenarnya punya dilema, haruskah saya tetap bekerja atau saya menjadi 
ibu rumah tangga.
jujur dalam hati saya, saya ingin sekali tinggal di rumah, dg begitu saya 
benar bisa 100% membesarkan anak saya, mengatur rumah tangga dan tidak 
dipusingkan dengan masalah pembantu yang notabene selalu saja menurut saya 
harus kita yang lapang dada sama mereka, karena kita butuh dia jagain anak.
Tapi, jika pilihan ini yang sama ambil, mungkin secara finansial saya akan 
berubah drastis, saya harus cukup dengan gaji suami, dan saya harus merubah 
semua pola hidup saya, termasuk mungkin kepada anak saya, spt mainan, jalan 
jalan atau juga dokter..pokoknya saya tidak bisa lagi berikan ..'number one' 
buat dia..bahkan mungkin beberapa kenyamanan akan hilang bila saya tidak 
kerja, tapi saya bisa selalu bersama anak saya..walau hidup pas pas an


Jika saya tetap bekerja, saya bisa berikan hampir semua yang 'number one' 
buat anak, jadi , tapi mungkin kesabaran dan waktu saya , menjadi terbatas 
buat dia, karena kesabaran dan waktu saya harus saya bagi di tempat kerja..
memang yang penting kualitas..tapi ada nurani ibu untuk bisa selalu bersama 
anak, tidak bisa digantikan dengan istilah ' yang penting kualitas bukan 
quantitas'
dan energi saya saat pulang kerja, sudah lumayan terkuras habis..bagaimana 
bisa memberikan kualitas yang baik untuk anak?
disamping itu, saya juga selalu cemas dg kondisi anak di rumah, karena dia 
hanya dengan Mbak nya...


Mom's, please dong ..minta pendapatnya..


Regards
RIna




--
Info Balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan Milis: peraturan_mi...@balita-anda.com
Menghubungi Admin: balita-anda-ow...@balita-anda.com
Unsubscribe dari Milis: balita-anda-unsubscr...@balita-anda.com



Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

2010-04-26 Terurut Topik Besta Arlita
Mohon maaf sebelumnya...
topik bahasan ini termasuk salah satu topik yg selu dilematik dan pasti jadi
ajang debat kusir karena itu di peraturan milis disampaikan untuk
menghindari diskusi ttg masalah ini
untuk respon pertanyaan ibu Rina mohon agar member yang akan memberikan
pendapat sebaiknya japri saja

rgds
Lita
mods BA

2010/4/26 Rina Ulandari rheena_k...@yahoo.com

 Dear Moms,
 Sharing lagi ya...
 Mohon dimaklumi sebelumnya, saya masih ibu baru dan belum 3 tahun menjalani
 biduk rumah tangga, jadi harus banyak tanya agar saya tidak 'salah
 jalan'..hehehe

 Saya sebenarnya punya dilema, haruskah saya tetap bekerja atau saya menjadi
 ibu rumah tangga.
 jujur dalam hati saya, saya ingin sekali tinggal di rumah, dg begitu saya
 benar bisa 100% membesarkan anak saya, mengatur rumah tangga dan tidak
 dipusingkan dengan masalah pembantu yang notabene selalu saja menurut saya
 harus kita yang lapang dada sama mereka, karena kita butuh dia jagain anak.
 Tapi, jika pilihan ini yang sama ambil, mungkin secara finansial saya akan
 berubah drastis, saya harus cukup dengan gaji suami, dan saya harus merubah
 semua pola hidup saya, termasuk mungkin kepada anak saya, spt mainan, jalan
 jalan atau juga dokter..pokoknya saya tidak bisa lagi berikan ..'number
 one'  buat dia..bahkan mungkin beberapa kenyamanan akan hilang bila saya
 tidak kerja, tapi saya bisa selalu bersama anak saya..walau hidup pas pas an

 Jika saya tetap bekerja, saya bisa berikan hampir semua yang 'number one'
 buat anak, jadi , tapi mungkin kesabaran dan waktu saya , menjadi terbatas
 buat dia, karena kesabaran dan waktu saya harus saya bagi di tempat kerja..
 memang yang penting kualitas..tapi ada nurani ibu untuk bisa selalu bersama
 anak, tidak bisa digantikan dengan istilah ' yang penting kualitas bukan
 quantitas'
 dan energi saya saat pulang kerja, sudah lumayan terkuras habis..bagaimana
 bisa memberikan kualitas yang baik untuk anak?
 disamping itu, saya juga selalu cemas dg kondisi anak di rumah, karena dia
 hanya dengan Mbak nya...

 Mom's, please dong ..minta pendapatnya..


 Regards
 RIna







-- 
rgds,
Lita


Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

2010-04-26 Terurut Topik Tri Puji Rahayu
Kalo mbak Rina bingung ,coba :
1. bikin positif dan negatifnya dari bekerja dan tidak bekerja. Kalo lihat
dari negatifnya..adakah jalan keluar yang masih bisa ditolerir ? Trus
bandingkan.
2. Lihat juga apakah bulanan / gaji suami cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga kalian termasuk untuk ortu masing-masing + saving.
3. Suami cenderung lebih senang mbak bekerja atau jadi ibu rumah tangga?
4. Coba buat juga target dalam rumah tangga...misal mau beli rumahkah,
mobilkah,sekolah anak harus seperti inikah,dll. Trus kira-kira kalo dari
penghasilan suami aja bisa g tercapai ?
5. Jangan lupa kalo mbak muslim, bisa pakai sholat istikharoh kalo emang
bener-bener berat dua-duanya.
Dari situ Insya Allah akan ada jawabannya.

Maaf kalo g membantu


Thanks  Regard

Tri Puji Rahayu
PT. MNC Sky Vision
Wisma Indovision Lt. 10
Jl. Raya Panjang Z/III
Jakarta 11520
telp : 5828000 ext.9224
www.lidiyazhafira.blogspot
- Original Message -
From: Rina Ulandari rheena_k...@yahoo.com
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Monday, April 26, 2010 3:03 PM
Subject: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?


Dear Moms,
Sharing lagi ya...
Mohon dimaklumi sebelumnya, saya masih ibu baru dan belum 3 tahun menjalani
biduk rumah tangga, jadi harus banyak tanya agar saya tidak 'salah
jalan'..hehehe

Saya sebenarnya punya dilema, haruskah saya tetap bekerja atau saya menjadi
ibu rumah tangga.
jujur dalam hati saya, saya ingin sekali tinggal di rumah, dg begitu saya
benar bisa 100% membesarkan anak saya, mengatur rumah tangga dan tidak
dipusingkan dengan masalah pembantu yang notabene selalu saja menurut saya
harus kita yang lapang dada sama mereka, karena kita butuh dia jagain anak.
Tapi, jika pilihan ini yang sama ambil, mungkin secara finansial saya akan
berubah drastis, saya harus cukup dengan gaji suami, dan saya harus merubah
semua pola hidup saya, termasuk mungkin kepada anak saya, spt mainan, jalan
jalan atau juga dokter..pokoknya saya tidak bisa lagi berikan ..'number one'
buat dia..bahkan mungkin beberapa kenyamanan akan hilang bila saya tidak
kerja, tapi saya bisa selalu bersama anak saya..walau hidup pas pas an

Jika saya tetap bekerja, saya bisa berikan hampir semua yang 'number one'
buat anak, jadi , tapi mungkin kesabaran dan waktu saya , menjadi terbatas
buat dia, karena kesabaran dan waktu saya harus saya bagi di tempat kerja..
memang yang penting kualitas..tapi ada nurani ibu untuk bisa selalu bersama
anak, tidak bisa digantikan dengan istilah ' yang penting kualitas bukan
quantitas'
dan energi saya saat pulang kerja, sudah lumayan terkuras habis..bagaimana
bisa memberikan kualitas yang baik untuk anak?
disamping itu, saya juga selalu cemas dg kondisi anak di rumah, karena dia
hanya dengan Mbak nya...

Mom's, please dong ..minta pendapatnya..


Regards
RIna





--
Info Balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan Milis: peraturan_mi...@balita-anda.com
Menghubungi Admin: balita-anda-ow...@balita-anda.com
Unsubscribe dari Milis: balita-anda-unsubscr...@balita-anda.com



Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?

2010-04-26 Terurut Topik jacq . n . jill
Menurutku dua2nya ga ada yg salahnya tuh. Semua tergantung dengan pilihan kita. 
Saya dulu juga saya pernah mengalami hal tersebut. Hidup adalah pilihan bukan? 
Waktu saya menjadi FTM, malah kalo dihitung2 waktu saya lbh banyak habis buat 
ngomelin anak dan suster. Skr, saya bekerja, waktu untuk anak kayaknya lbh 
berkualitas. Jarang ngomel2...hahahahaha...
Susan 08159117983
*Pengen Tau Tentang Prudential??? Tanya saya.

-Original Message-
From: Rina Ulandari rheena_k...@yahoo.com
Date: Mon, 26 Apr 2010 01:03:03 
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga Atau Ibu bekerja ?
Dear Moms,
Sharing lagi ya...
Mohon dimaklumi sebelumnya, saya masih ibu baru dan belum 3 tahun menjalani 
biduk rumah tangga, jadi harus banyak tanya agar saya tidak 'salah 
jalan'..hehehe
 
Saya sebenarnya punya dilema, haruskah saya tetap bekerja atau saya menjadi ibu 
rumah tangga.
jujur dalam hati saya, saya ingin sekali tinggal di rumah, dg begitu saya benar 
bisa 100% membesarkan anak saya, mengatur rumah tangga dan tidak dipusingkan 
dengan masalah pembantu yang notabene selalu saja menurut saya harus kita yang 
lapang dada sama mereka, karena kita butuh dia jagain anak.
Tapi, jika pilihan ini yang sama ambil, mungkin secara finansial saya akan 
berubah drastis, saya harus cukup dengan gaji suami, dan saya harus merubah 
semua pola hidup saya, termasuk mungkin kepada anak saya, spt mainan, jalan 
jalan atau juga dokter..pokoknya saya tidak bisa lagi berikan ..'number one'  
buat dia..bahkan mungkin beberapa kenyamanan akan hilang bila saya tidak kerja, 
tapi saya bisa selalu bersama anak saya..walau hidup pas pas an
 
Jika saya tetap bekerja, saya bisa berikan hampir semua yang 'number one' buat 
anak, jadi , tapi mungkin kesabaran dan waktu saya , menjadi terbatas buat dia, 
karena kesabaran dan waktu saya harus saya bagi di tempat kerja.. 
memang yang penting kualitas..tapi ada nurani ibu untuk bisa selalu bersama 
anak, tidak bisa digantikan dengan istilah ' yang penting kualitas bukan 
quantitas'
dan energi saya saat pulang kerja, sudah lumayan terkuras habis..bagaimana bisa 
memberikan kualitas yang baik untuk anak?
disamping itu, saya juga selalu cemas dg kondisi anak di rumah, karena dia 
hanya dengan Mbak nya...
 
Mom's, please dong ..minta pendapatnya..
 
 
Regards 
RIna





[balita-anda] Ibu Rumah Tangga

2006-09-25 Terurut Topik hisyam
Ibu Rumah Tangga

Diawal pernikahan, saya dan suami membuat kesepakatan dengan ikhlas
bahwa saya tinggal dirumah mengurus rumah tangga dengan fokus pada
pendidikan anak. Sementara, suami menjadi kepala rumah tangga dengan
fokus pekerjaan di luar rumah. Ketika itu, saya menganggap pekerjaan
rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, karena bukankah menjadi ibu
rumah tangga adalah fitrah wanita? Tetapi, setelah menjalani kehidupan
rumah tangga, saya baru sadar, ternyata pekerjaan rumah tangga itu
sangat rumit.

Seorang ibu rumah tangga tidak memiliki jam kerja tertentu, artinya,
tugasnya dimulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan, menjadi
ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen,
baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen
qalbu. Lalu belajar pembukuan, dimana aku selalu njelimet mengatur
keuangan, karena penghasilan suami memang pas-pasan. DAn kemuadia
belajar psikologi, baik psikologi anak maupun psikologi umum.

Bahkan, untuk bisa mensyukuri nafkah dari suami, aku harus punya
bermacam-macam ketrampilan, seperti memasak yang sebelumnya jarang aku
lakukan. Ketrampilan menjahit pun harus aku kuasai. Sebab, untuk
pakaian anak yg jumlahnya bertambah setiap dua tahun, terlalu mahal
bagiku apabila harus membeli pakaian jadi.

Alhamdulillah, dengan bekal kemauan dan sedkit nekad, semua
ketrampilan itu dapat aku kuasai. Termasuk ketrampilan pangkas rambut!
Mulai rambu abinya, sampai anak keenam kutangani sendiri. Banyangkan
jika upah pangkas rambut 1 orang Rp 4.000 maka aku bisa berhemat 28
ribu rupiah tiap bulan. Begitupun pakaian anak, aku bisa hemat 50 %
dari harga pakaian jadi di pasaran dikalikan kebutuhan 8 orang.
Bukankah penghematan cukup besar? Belum lagi, makanan jajanan yg
kuolah sendiri. Aku yakin, jika beli makanan jadi harganya pasti berlipat.

Namun, setelah sekian banyak yg kuhemat, nyatanya keuangan kami tetap
seret. Rupanya penyebabnya adalah minimnya penghasilan suami. Maka
jadilah aku, tiga tahun belakangan ini, seorang motivator sekaligus
konsultan bagi suamiku, sehingga alhamdulillah kini suamiku telah
mempunyai pekerjaan yg layak dengan status yg baik di masyarakat.

Lalu, seiring dengan kemandirian anak-anak, aku pun memilih salah satu
keahlianku untuk kusumbangkan pada masyarakat. Aku ingin lebih
bernilai, tidak hanya bagi keluarga tapi juga bagi masyarakat.
Alhamdulillah, suamiku mendukung niat itu.

Kadang-kadang, timbul pikiran jahilku, berapa gajiku seharusnya atas
semua tugasku ini? Aku ratu rumah tangga sekaligus pembantu. Aku
manajer merangkap baby sitter. Aku juga akuntan dan konsultan suamiku
dalam usahanya. Pendidik sekaligus tukang ketik, penggagas sekaligus
tukang pangkas. Aku juga seorang pengobat sekaligus perawat. Keluarga
kami jarang kedokter atau rumah sakit, berbekal kepandaian pijat
refleksi dan juice therapy yg kupelajari dari buku. Aku juga aktor
bagi anak-anak
takkala menggambarkan berbagai macam watak yg ada dalam cerita yg
sedang kami baca.
Itulah karirku selama 15 tahun menjadi ibu rumah tangga.

Aku lantas teringat kata-kata Mahbub Junaidi-Seorang ekonom Pakistan -
Jika ibu-ibu rumah tangga meminta diberikan gaji, maka nilainya
adalah satu milyar dollar pertahun. Sebuah nilai yg besar utk budget
sebuah negara. Syukurlah ibu-ibu rumah tangga memberikan tenaganya
dengan cinta, maka tak perlu memusingkan Kepala Negara bukan?

Aku setuju dengan pendapatnya. Aku sanggup bersusah payah menjalani
karir ibu rumah tangga, walau selalu diremehkan dan jarang mendapat
pengakuan yg layak dari masyarakat, hanya karena aku sangat mencintai
suami dan anak-anak yang diamanahkan Allah padaku. Dan yg lebih
penting dari semua itu aku mendapat cinta dari Yang Maha Pencipta.
Allahu Rabbul 'Alamin.

Salam hormat buat ibu-ibu rumah tangga sejati. Karirmu sangat penting,
dalam mempersiapkan generasi Rabbani. Dan gajimu, insya Allah
kehidupan hakiki syurgawi.

(Sumber: Majalah Ummi)


--
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga

2006-09-25 Terurut Topik Ummu Auliya

artikel yang bagus
^_^
saya sendiri heran kalau orang bilang, Sayang sekolah tinggi2 kok cuma
tinggal di rumah ngurus anak. Padahal perkembangan jaman menuntut ibu yg
smart, yg bisa mengikuti perkembangan anaknya, baik pelajaran anaknya,
sekaligus bisa mengikuti perkembangan teknologi, biar gak kecolongan sama
anaknya... Kalau ibunya kurang pendidikannya, masih untung kalo bisa
membiayai kursus dll untuk mendukung pelajaran anaknya, kalo nggak? Anak
bisa stres sendiri, karena susah sendiri gak ada yg bantuin, gak ada yg bisa
kasih ide apa kek... hasilnya kalo gak jalan pintas nyontek pas ujian, ya
ngutang buat nyogok? hehehe parah banget. temen ibu saya punya anak tunggal,
ibu bapak sibuk meniti karir walaupun di bidang pendidikan, tapi ya gitu,
pulang malem pergi pagi, anak sama pembantu, tapi ingin anak juara,masuk
IPA, diikutin kursus ini itu. ternyata anaknya mungkin memang gak mampu
untuk jadi anak IPA, bisanya dan minatnya IPS. tapi dia gak punya kesempatan
untuk sharing dg orangtuanya, minimal ibunya. hasil akhirnya dia stres dan
gantung diri... ihiks jadi inget kisah sedih itu...
Istri yg smart saya rasa bisa mengikuti pekerjaan suaminya di kantor, bisa
ngasih masukan, bisa ngasih dukungan... walaupun bukan bidang yg sama, yg
namanya smart pasti bisalah mengikuti cerita kerjaannya suami dari
rumah...

Mungkin berantakannya perilaku dan pendidikan anak jaman sekarang sedikit
banyak disumbangkan oleh terlalu sibuknya ibu berkarir. Padahal ibu adalah
tiang rumah tangga. Kalau baik ibunya, insyaalloh baik juga anak dan rumah
tangganya.
Tapi gak semua ibu bekerja menyebabkan kurangnya perhatian pada anak dari
segala sisi, mungkin tergantung kerjaannya juga, kalao bisa pergi pagi
pulang siang, macem ibu saya dulu, anak masih sempet liat ibunya dan sharing
ini dan itu. lah kalo pergi pagi buta pulang malem jeput, gimana tau anaknya
lagi stres masalah apa, perlu apa, perlu belaian gak... (jablay... halaaah).
Larinya ke pergaulan bebas karena merasa bisa mendapat perhatian yg hilang,
atau ke narkoba karena bisa ngilangin stres.
paling nggak sesibuksibuknya kerja, ikutlah milis Balita Anda, jadi ilmu
tentang anaknya juga maju... hehehe

saya juga heran kalau ada yg merendahkan posisi ibu rumah tangga
dibandingkan wanita karir... padahal coba deh tinggal sehari aja di rumah
ngurus anak, bebersih dll... kalo gak pengalaman yg ada berantakan smua...
hahaha

maaf kalau ada yg kurang berkenan, cuma sharing isi hati aja...

On 9/26/06, hisyam [EMAIL PROTECTED] wrote:


Ibu Rumah Tangga

Diawal pernikahan, saya dan suami membuat kesepakatan dengan ikhlas
bahwa saya tinggal dirumah mengurus rumah tangga dengan fokus pada
pendidikan anak. Sementara, suami menjadi kepala rumah tangga dengan
fokus pekerjaan di luar rumah. Ketika itu, saya menganggap pekerjaan
rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, karena bukankah menjadi ibu
rumah tangga adalah fitrah wanita? Tetapi, setelah menjalani kehidupan
rumah tangga, saya baru sadar, ternyata pekerjaan rumah tangga itu
sangat rumit.

Seorang ibu rumah tangga tidak memiliki jam kerja tertentu, artinya,
tugasnya dimulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan, menjadi
ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen,
baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen
qalbu. Lalu belajar pembukuan, dimana aku selalu njelimet mengatur
keuangan, karena penghasilan suami memang pas-pasan. DAn kemuadia
belajar psikologi, baik psikologi anak maupun psikologi umum.

Bahkan, untuk bisa mensyukuri nafkah dari suami, aku harus punya
bermacam-macam ketrampilan, seperti memasak yang sebelumnya jarang aku
lakukan. Ketrampilan menjahit pun harus aku kuasai. Sebab, untuk
pakaian anak yg jumlahnya bertambah setiap dua tahun, terlalu mahal
bagiku apabila harus membeli pakaian jadi.

Alhamdulillah, dengan bekal kemauan dan sedkit nekad, semua
ketrampilan itu dapat aku kuasai. Termasuk ketrampilan pangkas rambut!
Mulai rambu abinya, sampai anak keenam kutangani sendiri. Banyangkan
jika upah pangkas rambut 1 orang Rp 4.000 maka aku bisa berhemat 28
ribu rupiah tiap bulan. Begitupun pakaian anak, aku bisa hemat 50 %
dari harga pakaian jadi di pasaran dikalikan kebutuhan 8 orang.
Bukankah penghematan cukup besar? Belum lagi, makanan jajanan yg
kuolah sendiri. Aku yakin, jika beli makanan jadi harganya pasti berlipat.

Namun, setelah sekian banyak yg kuhemat, nyatanya keuangan kami tetap
seret. Rupanya penyebabnya adalah minimnya penghasilan suami. Maka
jadilah aku, tiga tahun belakangan ini, seorang motivator sekaligus
konsultan bagi suamiku, sehingga alhamdulillah kini suamiku telah
mempunyai pekerjaan yg layak dengan status yg baik di masyarakat.

Lalu, seiring dengan kemandirian anak-anak, aku pun memilih salah satu
keahlianku untuk kusumbangkan pada masyarakat. Aku ingin lebih
bernilai, tidak hanya bagi keluarga tapi juga bagi masyarakat.
Alhamdulillah, suamiku mendukung niat itu.

Kadang-kadang, timbul pikiran jahilku, berapa gajiku seharusnya atas
semua 

Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga

2006-09-25 Terurut Topik Lif Rahayu

Bu,

Pendapat yang bilang kayaknya jelek amat ibu bekarja, dan pasti anaknya
kurang perhatian dan lain sebagainya. Ibu bekerja pasti sudah punya
pertimbangan matang, dan bisa jadi ujung2nya justru karena sayang banget
dengan anak2. Ada juga lho udah ibunya gak kerja alias ibu rumahtangga,
anaknya malah kena narkoba etc, jadi ya gak jaminan, kalo jadi ibu rumah
tangga tapi ngerumpi doang, kerjaannya nenangga, belum lagi marah2 terus
sama suaminya kalo duit dari suami dirasa kurang, apa gak bikin anak stress
tuh... Hari gini, semua harga2 mahal. Mungkin gak masalah kalo suaminya
gajinya bekecupun, lha kalo tidak, gaji 2 juta, anak 2, jaman sekarang, bisa
muter2 tuh cari2 cara buat bayar semuanya, cicilan rumah, listrik, telpon,
makan...etc.

Menjadi ibu karir, gak berarti pekerjaan rumahtangga terlepas, tetap saja,
yg namanya pulang ke rumah, disibukkan oleh masak, ngurus anak, ngurus
suami, ngurus keuangan keluarga. Tetep bu, gak berarti semua itu dilepas
begitu aja. Wah, mubengnya kepala saya kalo si dedek panas badannya sedikit.

Jadi, apakah ibu bekerja atau ibu rumah tangga adalah pilihan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan matang dari suami dan istri. Jika pilihan sudah
diambil, ya, musti kerjasama, gimana caranya anak gak kekuarangan perhatian
kalau istri kerja. Perhatian gak cuma dari ibu lho, bapaknya juga mesti
merhatiin anaknya, mosok ibunya semua.

Pilihan mana yg diambil, asal membuat semua pihak legowo dan hepi, gak
masalah.
Maaf jika gak berkenan.

Lif-Mama Nayma


On 9/26/06, Ummu Auliya [EMAIL PROTECTED] wrote:


artikel yang bagus
^_^
saya sendiri heran kalau orang bilang, Sayang sekolah tinggi2 kok cuma
tinggal di rumah ngurus anak. Padahal perkembangan jaman menuntut ibu yg
smart, yg bisa mengikuti perkembangan anaknya, baik pelajaran anaknya,
sekaligus bisa mengikuti perkembangan teknologi, biar gak kecolongan sama
anaknya... Kalau ibunya kurang pendidikannya, masih untung kalo bisa
membiayai kursus dll untuk mendukung pelajaran anaknya, kalo nggak? Anak
bisa stres sendiri, karena susah sendiri gak ada yg bantuin, gak ada yg
bisa
kasih ide apa kek... hasilnya kalo gak jalan pintas nyontek pas ujian, ya
ngutang buat nyogok? hehehe parah banget. temen ibu saya punya anak
tunggal,
ibu bapak sibuk meniti karir walaupun di bidang pendidikan, tapi ya gitu,
pulang malem pergi pagi, anak sama pembantu, tapi ingin anak juara,masuk
IPA, diikutin kursus ini itu. ternyata anaknya mungkin memang gak mampu
untuk jadi anak IPA, bisanya dan minatnya IPS. tapi dia gak punya
kesempatan
untuk sharing dg orangtuanya, minimal ibunya. hasil akhirnya dia stres dan
gantung diri... ihiks jadi inget kisah sedih itu...
Istri yg smart saya rasa bisa mengikuti pekerjaan suaminya di kantor, bisa
ngasih masukan, bisa ngasih dukungan... walaupun bukan bidang yg sama, yg
namanya smart pasti bisalah mengikuti cerita kerjaannya suami dari
rumah...

Mungkin berantakannya perilaku dan pendidikan anak jaman sekarang
sedikit
banyak disumbangkan oleh terlalu sibuknya ibu berkarir. Padahal ibu adalah
tiang rumah tangga. Kalau baik ibunya, insyaalloh baik juga anak dan rumah
tangganya.
Tapi gak semua ibu bekerja menyebabkan kurangnya perhatian pada anak dari
segala sisi, mungkin tergantung kerjaannya juga, kalao bisa pergi pagi
pulang siang, macem ibu saya dulu, anak masih sempet liat ibunya dan
sharing
ini dan itu. lah kalo pergi pagi buta pulang malem jeput, gimana tau
anaknya
lagi stres masalah apa, perlu apa, perlu belaian gak... (jablay...
halaaah).
Larinya ke pergaulan bebas karena merasa bisa mendapat perhatian yg
hilang,
atau ke narkoba karena bisa ngilangin stres.
paling nggak sesibuksibuknya kerja, ikutlah milis Balita Anda, jadi ilmu
tentang anaknya juga maju... hehehe

saya juga heran kalau ada yg merendahkan posisi ibu rumah tangga
dibandingkan wanita karir... padahal coba deh tinggal sehari aja di rumah
ngurus anak, bebersih dll... kalo gak pengalaman yg ada berantakan smua...
hahaha

maaf kalau ada yg kurang berkenan, cuma sharing isi hati aja...

On 9/26/06, hisyam [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ibu Rumah Tangga

 Diawal pernikahan, saya dan suami membuat kesepakatan dengan ikhlas
 bahwa saya tinggal dirumah mengurus rumah tangga dengan fokus pada
 pendidikan anak. Sementara, suami menjadi kepala rumah tangga dengan
 fokus pekerjaan di luar rumah. Ketika itu, saya menganggap pekerjaan
 rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, karena bukankah menjadi ibu
 rumah tangga adalah fitrah wanita? Tetapi, setelah menjalani kehidupan
 rumah tangga, saya baru sadar, ternyata pekerjaan rumah tangga itu
 sangat rumit.

 Seorang ibu rumah tangga tidak memiliki jam kerja tertentu, artinya,
 tugasnya dimulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan, menjadi
 ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen,
 baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen
 qalbu. Lalu belajar pembukuan, dimana aku selalu njelimet mengatur
 keuangan, karena penghasilan suami memang pas-pasan. DAn kemuadia
 

Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga

2006-09-25 Terurut Topik Lusy Damayanti

Bu,

Memang hidup adalah pilihan, saya punya teman loh seorang Ibu Rumah tangga
yang sangat tegar, dia juga kuliah menjadi tulang punggung kelurga juga,
menjadi ibu serta bapak sekaligus untuk anaknya dan ibu kandungnya, kadang
saya suka memposisikan diri saya seperti teman saya, sepertinya saya tak
sanggup. saya sangat bangga dan kagum akan ketegarannya yang tidak pernah
mengeluh dan malah selalu memberi support untuk teman-temannya, apapun itu
dan bagaimanapun kita sebagai wanita, berbahagialah dan tegarlah untuk
segala pilihan yang kita pilih. semua pilihan itu bagus kita sesama wanita
saling menghargai dan menghormati pilihan diri kita, teman kita dan siapapun
itu bersyukur atas nikmat ALLAH berikan serta konsekwen menjalaninya, agar i
hidup terasa lebih indah dan bermakna, karena Tuhan akan selalu memberi
cobaan kepada setiap umatnya. tanpa terkecuali.

On 9/26/06, Lif Rahayu [EMAIL PROTECTED] wrote:


Bu,

Pendapat yang bilang kayaknya jelek amat ibu bekarja, dan pasti anaknya
kurang perhatian dan lain sebagainya. Ibu bekerja pasti sudah punya
pertimbangan matang, dan bisa jadi ujung2nya justru karena sayang banget
dengan anak2. Ada juga lho udah ibunya gak kerja alias ibu rumahtangga,
anaknya malah kena narkoba etc, jadi ya gak jaminan, kalo jadi ibu rumah
tangga tapi ngerumpi doang, kerjaannya nenangga, belum lagi marah2 terus
sama suaminya kalo duit dari suami dirasa kurang, apa gak bikin anak
stress
tuh... Hari gini, semua harga2 mahal. Mungkin gak masalah kalo suaminya
gajinya bekecupun, lha kalo tidak, gaji 2 juta, anak 2, jaman sekarang,
bisa
muter2 tuh cari2 cara buat bayar semuanya, cicilan rumah, listrik, telpon,
makan...etc.

Menjadi ibu karir, gak berarti pekerjaan rumahtangga terlepas, tetap saja,
yg namanya pulang ke rumah, disibukkan oleh masak, ngurus anak, ngurus
suami, ngurus keuangan keluarga. Tetep bu, gak berarti semua itu dilepas
begitu aja. Wah, mubengnya kepala saya kalo si dedek panas badannya
sedikit.

Jadi, apakah ibu bekerja atau ibu rumah tangga adalah pilihan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan matang dari suami dan istri. Jika pilihan sudah
diambil, ya, musti kerjasama, gimana caranya anak gak kekuarangan
perhatian
kalau istri kerja. Perhatian gak cuma dari ibu lho, bapaknya juga mesti
merhatiin anaknya, mosok ibunya semua.

Pilihan mana yg diambil, asal membuat semua pihak legowo dan hepi, gak
masalah.
Maaf jika gak berkenan.

Lif-Mama Nayma


On 9/26/06, Ummu Auliya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 artikel yang bagus
 ^_^
 saya sendiri heran kalau orang bilang, Sayang sekolah tinggi2 kok cuma
 tinggal di rumah ngurus anak. Padahal perkembangan jaman menuntut ibu
yg
 smart, yg bisa mengikuti perkembangan anaknya, baik pelajaran anaknya,
 sekaligus bisa mengikuti perkembangan teknologi, biar gak kecolongan
sama
 anaknya... Kalau ibunya kurang pendidikannya, masih untung kalo bisa
 membiayai kursus dll untuk mendukung pelajaran anaknya, kalo nggak? Anak
 bisa stres sendiri, karena susah sendiri gak ada yg bantuin, gak ada yg
 bisa
 kasih ide apa kek... hasilnya kalo gak jalan pintas nyontek pas ujian,
ya
 ngutang buat nyogok? hehehe parah banget. temen ibu saya punya anak
 tunggal,
 ibu bapak sibuk meniti karir walaupun di bidang pendidikan, tapi ya
gitu,
 pulang malem pergi pagi, anak sama pembantu, tapi ingin anak juara,masuk
 IPA, diikutin kursus ini itu. ternyata anaknya mungkin memang gak mampu
 untuk jadi anak IPA, bisanya dan minatnya IPS. tapi dia gak punya
 kesempatan
 untuk sharing dg orangtuanya, minimal ibunya. hasil akhirnya dia stres
dan
 gantung diri... ihiks jadi inget kisah sedih itu...
 Istri yg smart saya rasa bisa mengikuti pekerjaan suaminya di kantor,
bisa
 ngasih masukan, bisa ngasih dukungan... walaupun bukan bidang yg sama,
yg
 namanya smart pasti bisalah mengikuti cerita kerjaannya suami dari
 rumah...

 Mungkin berantakannya perilaku dan pendidikan anak jaman sekarang
 sedikit
 banyak disumbangkan oleh terlalu sibuknya ibu berkarir. Padahal ibu
adalah
 tiang rumah tangga. Kalau baik ibunya, insyaalloh baik juga anak dan
rumah
 tangganya.
 Tapi gak semua ibu bekerja menyebabkan kurangnya perhatian pada anak
dari
 segala sisi, mungkin tergantung kerjaannya juga, kalao bisa pergi pagi
 pulang siang, macem ibu saya dulu, anak masih sempet liat ibunya dan
 sharing
 ini dan itu. lah kalo pergi pagi buta pulang malem jeput, gimana tau
 anaknya
 lagi stres masalah apa, perlu apa, perlu belaian gak... (jablay...
 halaaah).
 Larinya ke pergaulan bebas karena merasa bisa mendapat perhatian yg
 hilang,
 atau ke narkoba karena bisa ngilangin stres.
 paling nggak sesibuksibuknya kerja, ikutlah milis Balita Anda, jadi ilmu
 tentang anaknya juga maju... hehehe

 saya juga heran kalau ada yg merendahkan posisi ibu rumah tangga
 dibandingkan wanita karir... padahal coba deh tinggal sehari aja di
rumah
 ngurus anak, bebersih dll... kalo gak pengalaman yg ada berantakan
smua...
 hahaha

 maaf kalau ada yg kurang berkenan, cuma sharing isi hati aja...

 On 9/26/06, 

RE: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga

2006-09-25 Terurut Topik wanda
setuju banget mba.satu hal yg pernah aku denger.en sampe
sekarang selalu tengiang2..

aku seneng sekali kalo' ditemenin mama ku belajar loh kak..
en rasanya kalo liat mama pulang ktr..en ngajak main.rasanya seneng
banget...

itu semua keluar dari mulut sepupuku yg selama dia se usia ekolah mamanya
kerja seperti aku
en yg bikin aku supraise ..dia bilang itu semua teringet ampe dia gede
sekarang..
( saat hal ini terlontar..kami keluarga besar lagi diskusi ttg ibu bekerja
en ibu RT )

mungkin aku blm bisa seperti mamaku seorang ibu RT, tp yg utama masalah
perhatian u/ keluarga adalah kewajiban ortang tua, seorang ibu wanita karir
mau capek kayak
apapun ama ktrama proyek kerjaan, yg namanya pulang ke rumah yah ladenin
suami.anak..pekerjaan RT blm lagi ngurusin masalah ama suster atau
mba nya anak2
, ribet siy...tp konsukuensi hidup..semua pilihan
yg penting pinter berbagi waktu en menempatkan diri...

en aku pingin jika salma daffa ku besar nanti, dia tetep bangga walo'
bundanya kerja.tp tetep bisa jadi yg terbaik u/ mereka ..amin

rgrds,
( maaf yah nak, bunda masih harus tetap bekerja )

-Original Message-
From: Lif Rahayu [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, 26 September, 2006 11:49 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Ibu Rumah Tangga


Bu,

Pendapat yang bilang kayaknya jelek amat ibu bekarja, dan pasti anaknya
kurang perhatian dan lain sebagainya. Ibu bekerja pasti sudah punya
pertimbangan matang, dan bisa jadi ujung2nya justru karena sayang banget
dengan anak2. Ada juga lho udah ibunya gak kerja alias ibu rumahtangga,
anaknya malah kena narkoba etc, jadi ya gak jaminan, kalo jadi ibu rumah
tangga tapi ngerumpi doang, kerjaannya nenangga, belum lagi marah2 terus
sama suaminya kalo duit dari suami dirasa kurang, apa gak bikin anak
stress
tuh... Hari gini, semua harga2 mahal. Mungkin gak masalah kalo suaminya
gajinya bekecupun, lha kalo tidak, gaji 2 juta, anak 2, jaman sekarang,
bisa
muter2 tuh cari2 cara buat bayar semuanya, cicilan rumah, listrik,
telpon,
makan...etc.

Menjadi ibu karir, gak berarti pekerjaan rumahtangga terlepas, tetap
saja,
yg namanya pulang ke rumah, disibukkan oleh masak, ngurus anak, ngurus
suami, ngurus keuangan keluarga. Tetep bu, gak berarti semua itu dilepas
begitu aja. Wah, mubengnya kepala saya kalo si dedek panas badannya
sedikit.

Jadi, apakah ibu bekerja atau ibu rumah tangga adalah pilihan yang
dibuat
berdasarkan pertimbangan matang dari suami dan istri. Jika pilihan sudah
diambil, ya, musti kerjasama, gimana caranya anak gak kekuarangan
perhatian
kalau istri kerja. Perhatian gak cuma dari ibu lho, bapaknya juga mesti
merhatiin anaknya, mosok ibunya semua.

Pilihan mana yg diambil, asal membuat semua pihak legowo dan hepi, gak
masalah.
Maaf jika gak berkenan.

Lif-Mama Nayma


On 9/26/06, Ummu Auliya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 artikel yang bagus
 ^_^
 saya sendiri heran kalau orang bilang, Sayang sekolah tinggi2 kok
cuma
 tinggal di rumah ngurus anak. Padahal perkembangan jaman menuntut ibu
yg
 smart, yg bisa mengikuti perkembangan anaknya, baik pelajaran anaknya,
 sekaligus bisa mengikuti perkembangan teknologi, biar gak kecolongan
sama
 anaknya... Kalau ibunya kurang pendidikannya, masih untung kalo bisa
 membiayai kursus dll untuk mendukung pelajaran anaknya, kalo nggak?
Anak
 bisa stres sendiri, karena susah sendiri gak ada yg bantuin, gak ada
yg
 bisa
 kasih ide apa kek... hasilnya kalo gak jalan pintas nyontek pas ujian,
ya
 ngutang buat nyogok? hehehe parah banget. temen ibu saya punya anak
 tunggal,
 ibu bapak sibuk meniti karir walaupun di bidang pendidikan, tapi ya
gitu,
 pulang malem pergi pagi, anak sama pembantu, tapi ingin anak
juara,masuk
 IPA, diikutin kursus ini itu. ternyata anaknya mungkin memang gak
mampu
 untuk jadi anak IPA, bisanya dan minatnya IPS. tapi dia gak punya
 kesempatan
 untuk sharing dg orangtuanya, minimal ibunya. hasil akhirnya dia stres
dan
 gantung diri... ihiks jadi inget kisah sedih itu...
 Istri yg smart saya rasa bisa mengikuti pekerjaan suaminya di kantor,
bisa
 ngasih masukan, bisa ngasih dukungan... walaupun bukan bidang yg sama,
yg
 namanya smart pasti bisalah mengikuti cerita kerjaannya suami dari
 rumah...

 Mungkin berantakannya perilaku dan pendidikan anak jaman sekarang
 sedikit
 banyak disumbangkan oleh terlalu sibuknya ibu berkarir. Padahal ibu
adalah
 tiang rumah tangga. Kalau baik ibunya, insyaalloh baik juga anak dan
rumah
 tangganya.
 Tapi gak semua ibu bekerja menyebabkan kurangnya perhatian pada anak
dari
 segala sisi, mungkin tergantung kerjaannya juga, kalao bisa pergi pagi
 pulang siang, macem ibu saya dulu, anak masih sempet liat ibunya dan
 sharing
 ini dan itu. lah kalo pergi pagi buta pulang malem jeput, gimana tau
 anaknya
 lagi stres masalah apa, perlu apa, perlu belaian gak... (jablay...
 halaaah).
 Larinya ke pergaulan bebas karena merasa bisa mendapat perhatian yg
 hilang,
 atau ke

[balita-anda] Ibu rumah tangga

2004-05-31 Terurut Topik ariani hatmanti

Selamat Pagi... 
Ayah Bunda, ada bacaan menarik nih ttg kita. 
Semoga bermanfaat 
Mohon maaf yang tidak berkenan. 

Wassalam, 
Bunda Ara dan Aka 

Malu Jadi Ibu RumahTangga? 

Pribadi dan lingkungan tidakmendukung mereka untuk bangga dan berprestasi 

Tentu Anda sering mendengarjawaban, Ah, saya sih cuma ibu rumah 
tangga, dariseorang ibu, manakala ditanya tentang pekerjaannya. 
Biasanya siibu menambahnya dengan tersenyum malu. Apakah karena 
profesi iburumah tangga ini memang memalukan? Hingga saat ini, 
adalahkenyataan bahwa profesi ibu rumah tangga ini belum 
diletakkanpada posisinya yang sebenarnya cukup tinggi. 

Dianggap pekerjaan gampang 

Masak, cuci, seterika, bersih-bersih rumah, bermain dengananak, 
menyuapi makanan, siapa sih yang tak bisa melakukannya?Tanpa harus 
sekolah tinggi-tinggi pun tak ada kesulitan.Begitulah umumnya pendapat 
orang. Tapi apakah memang benardemikian? 

Jika tujuan membesarkan anak hanyasekadar supaya mereka tumbuh besar 
sih, mudah. Tetapi untukmendapatkan anak yang berkepribadian tinggi 
dan berakhlaq mulia,sama sekali bukan pekerjaan gampang. Tak ada 
jaminan gelarprofesor akan membuatnya mampu. 

Sayangnya, memang untuk urusan mendidikanak ini belum ada sekolah 
formalnya. Akibatnya, orang mengiraseorang wanita akan bisa 
melakukannya begitu saja secaranaluriah. Ditambah lagi, urusan 
mendidik anak ini hasilnya tidakbisa dilihat dalam waktu dekat. Perlu 
waktu bertahun-tahun untukbisa merasakan hasilnya, memiliki anak yang 
baik dan berakhlaq.Demikian pula bila ada kesalahan dalam mendidik, 
akibatnyamungkin baru ketahuan bertahun-tahun kemudian. Sehingga 
orangmerasa sudah mendidik anaknya dengan baik, sekalipun yang 
ialakukan hanyalah mendidik sesuai pendapatnya sendiri. 

Anggapan menyepelekan ini sangatberbahaya, mengingat pendidikan anak 
adalah tugas yang sangatmenentukan kualitas generasi muda ummat. 
Kenyataan membuktikan,bahwa kualitas generasi penerus ummat Islam 
masih sebataskualitas ibunya saja. 

Kekuatan fisik yang utama 

Kondisi ekonomi masyarakat kita yang masih minim menyebabkanhampir 
setiap orang berkonsentrasi, menghabiskan tenaga danwaktunya untuk 
memenuhi kebutuhan pangan. Jika hanya ada singkongyang cukup dimakan 
sekali sehari, sementara anak-anak menangiskelaparan, dan menderita 
sakit yang tak kunjung sembuh karena takmampu berobat, apakah masih 
mampu memikirkan urusan kebersihan,kesehatan, apalagi pendidikan? 
Lebih baik menyuruh anak membantudi sawah daripada bersekolah. Dan 
ayah sebagai kepala keluargaakan mengajari istri dan anaknya apa saja 
yang bisa dilakukanuntuk memperoleh makanan. Apakah mencari rumput, 
kayu bakar,mengumpulkan sayur-sayuran liar, mencari ikan di kali, 
hinggamemecah batu dari sungai. 

Pekerjaan-pekerjaan semacam ini semuanyamemerlukan kekuatan fisik 
ekstra kuat. Karena itulah, wajar jikadalam kondisi seperti ini mereka 
yang memiliki fisik kuat,notabene akan lebih mampu menghasilkan banyak 
makanan, makamereka itulah yang lebih dihormati. 

Dalam situasi kehidupan seperti iniwanita menjadi kurang berharga di 
mata masyarakat. Selain karenakondisi fisiknya tak banyak memungkinkan 
untuk membantu mencarimakanan, tidak produktifnya mereka dianggap 
menjadi beban,ditambah lagi banyaknya anak keturunan yang lahir dari 
rahimmereka ternyata semakin menambah-nambah beban bagi laki-laki. 

Ratusan tahun, kondisi seperti inidialami bangsa Indonesia, sejak masa 
penjajahan, hingga sekarang.Walaupun kondisi ekonomi telah sempat 
membaik dalam 5 dasawarsa,namun penyakit kejiwaan masyarakat kurang 
memperoleh pengobatanyang semestinya. Tidak dilakukanluarga pria, 
dengan anggapanbahwa keluarga wanita tersebut akan `membeli' si pria 
yang akansegera berpindah untuk hidup di tengah-tengah keluarga si 
wanita.Seakan-akan, segala bahan yang mereka kirimkan tersebut, 
yangnilainya bisa mencapai jutaan rupiah, adalah sebagai 
penebus`harga' kekuatan fisik pria tersebut. Mereka menganggap 
perluuntuk memberikan penebus ini, mengingat betapa kekuatan fisikpria 
adalah sesuatu yang sangat berguna bagi keluarga. 

Materialisme: uang sebagai ukuran 

Apa yang tidak bisa diperoleh dengan uang? Begitu pentingnyaarti uang 
bagi kehidupan jaman sekarang menumbuhkan kenyataanbahwa masyarakat 
hanya menghargai pekerjaan-pekerjaan yangmenghasilkan uang. 
Lahan-lahan pekerjaan `basah' menjadi rebutanorang, sementara 
pekerjaan mulia yang bergaji kecil tak diminatikecuali bagi mereka 
yang tak memiliki pilihan lain. Apalagi lahankerja rumah tangga yang 
tak menjanjikan gaji. 

Pola hidup materialistis telah membuatorang menghormat uang dan mereka 
yang ber-uang. Ada uang, adapeluang. Bahkan harga diri pun diukur 
lewat keberadaan uang.Wajar, jika harga diri ibu rumah tangga pun 
terpuruk karenanya. 

Tak ada pengakuan 

Salah satu pendukung tumbuhnya rasa percaya diri adalah 
faktorpengakuan dari lingkungan atau masyarakat. Jika perempuan 
kitabelum percaya diri sebagai ibu rumah tangga, salah satu 
sebabnyamemang karena banyak elemen