RE: [balita-anda] belum ada judul

2005-11-15 Terurut Topik Zainal Arifin
Ayahnya Irfan, nama sebenernya siapa sih ? Boleh tauk nggak ?

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 16, 2005 12:59 PM
To: depokmilis
Cc: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] belum ada judul


"Siapa suruh punya anak banyak?". 

Mungkin sama-sama kita pernah dengar pertanyaan dan ungkapan di atas tiap
kali ada di sekitar kita yang kebetulan diberikan rezeki anak banyak,
walaupun ekonomi keluarganya pas-pasan, bahkan cenderung berkekurangan. 

Salah seorang mantan bos saya di kantor , yang bersuamikan seorang ekspat
malah sampai sekarang tidak mau punya anak. Bayangkan, tidak mau, bukannya
belum. Alasannya sepele, "ngeri gue ngebayangin punya anak.., melahirkannya
aja kayaknya gue gak sanggup..., wuiih...," begitu komentarnya tiap kali ada
anak buahnya, atau rekan kantornya yang baru saja melahirkan.

Saya juga suka  'miris' kalau dengar orang bilang, "Waduh.., gimana ya.
Punya anak satu aja deh. Satu aja buat biaya pendidikannya ketar-ketir,
gimana dua.., tiga...ga sanggup deh."

Banyak anak banyak rezeki mungkin memang sebuah ungkapan yang sudah banyak
ditinggalkan oleh sebagian besar dari kita. Tapi bukan berarti juga terus
jadi muncul ungkapan banyak anak seret rezeki, atau banyak anak susah cari
rezekinya Hak semua orang untuk berkata apa saja. Hak semua orang juga untuk
menentukan yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Tapi kewajiban setiap
orang juga untuk tidak mendahului yang maha mendahului. 

Kembali ke keluarga yang memiiki anak banyak dan hidup serba kekurangan
tersebut di atas. Kebetulan tidak jauh dari rumah saya ada sebuah keluarga
seperti itu.  Anaknya sekarang sudah lima. Tiga laki-laki, dua perempuan.
Yang pertama masih duduk di kelas 3 SD. Anak nomer 3 umurnya 5 tahun,keempat
2.5 tahun, dan  yang kelima 12 bulan.

Allah memang maha adil. Kelima anaknya jarang sekali sakit. Salah seorang
anaknya bahkan mendapat julukan 'Anak Seribu Pulau' ."Kalau tiap anak di
sini seperti mereka, pasti Hermina bakalan bangkrut..," demikian canda salah
seorang tetangganya yang begitu kagum dengan 'tingkat kesehatan' kelima anak
tersebut.  Pernah suatu waktu istri  saya menawarkan bantuan  susu formula
untuk anaknya yang kelima, tapi sang ibu menolak dengan alasan tidak sanggup
untuk membeli susu formula selanjutnya kalau bayinya nanti 'ketagihan'.
"Cukuplah ASI saja buat anak saya," demikian ucapnya. . 

Punya anak satu, dua, tiga, empat , dan seterusnya mungkin memang pilihan.
Tapi pilihan di atas segala pilihan adalah apa yang kita dapatkan saat ini,
plus segala ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk menyempurnakannya, tanpa
sekali-sekali bersyakwasangka dengan apa yang diikhtiarkan oleh orang lain.

Newland 161105




[balita-anda] belum ada judul

2005-11-15 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
"Siapa suruh punya anak banyak?". 

Mungkin sama-sama kita pernah dengar pertanyaan dan ungkapan di atas tiap kali 
ada di sekitar kita yang kebetulan diberikan rezeki anak banyak, walaupun 
ekonomi keluarganya pas-pasan, bahkan cenderung berkekurangan. 

Salah seorang mantan bos saya di kantor , yang bersuamikan seorang ekspat malah 
sampai sekarang tidak mau punya anak. Bayangkan, tidak mau, bukannya belum. 
Alasannya sepele, "ngeri gue ngebayangin punya anak.., melahirkannya aja 
kayaknya gue gak sanggup..., wuiih...," begitu komentarnya tiap kali ada anak 
buahnya, atau rekan kantornya yang baru saja melahirkan.

Saya juga suka  'miris' kalau dengar orang bilang, "Waduh.., gimana ya. Punya 
anak satu aja deh. Satu aja buat biaya pendidikannya ketar-ketir, gimana dua.., 
tiga...ga sanggup deh."

Banyak anak banyak rezeki mungkin memang sebuah ungkapan yang sudah banyak 
ditinggalkan oleh sebagian besar dari kita. Tapi bukan berarti juga terus jadi 
muncul ungkapan banyak anak seret rezeki, atau banyak anak susah cari rezekinya 
Hak semua orang untuk berkata apa saja. Hak semua orang juga untuk menentukan 
yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Tapi kewajiban setiap orang juga untuk 
tidak mendahului yang maha mendahului. 

Kembali ke keluarga yang memiiki anak banyak dan hidup serba kekurangan 
tersebut di atas. Kebetulan tidak jauh dari rumah saya ada sebuah keluarga 
seperti itu.  Anaknya sekarang sudah lima. Tiga laki-laki, dua perempuan. Yang 
pertama masih duduk di kelas 3 SD. Anak nomer 3 umurnya 5 tahun,keempat 2.5 
tahun, dan  yang kelima 12 bulan.

Allah memang maha adil. Kelima anaknya jarang sekali sakit. Salah seorang 
anaknya bahkan mendapat julukan 'Anak Seribu Pulau' ."Kalau tiap anak di sini 
seperti mereka, pasti Hermina bakalan bangkrut..," demikian canda salah seorang 
tetangganya yang begitu kagum dengan 'tingkat kesehatan' kelima anak tersebut.  
Pernah suatu waktu istri  saya menawarkan bantuan  susu formula untuk anaknya 
yang kelima, tapi sang ibu menolak dengan alasan tidak sanggup untuk membeli 
susu formula selanjutnya kalau bayinya nanti 'ketagihan'. "Cukuplah ASI saja 
buat anak saya," demikian ucapnya. . 

Punya anak satu, dua, tiga, empat , dan seterusnya mungkin memang pilihan. Tapi 
pilihan di atas segala pilihan adalah apa yang kita dapatkan saat ini, plus 
segala ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk menyempurnakannya, tanpa 
sekali-sekali bersyakwasangka dengan apa yang diikhtiarkan oleh orang lain.

Newland 161105




Re: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-17 Terurut Topik Rita
Kehilangan Buah Hati tercinta memang suatu peristiwa yang 
paling menyedihkan, tapi Pak, masihkah Bapak percaya,bahwa 
suatu peristiwa sedih/kegagalan adalah suatu kebahagiaan 
yang tertunda ? 

Adik ipar saya baru +/- dua bulan yll mengalami hal yang 
hampir sama dengan Bapak, Anak pertamanya,satu-satunya 
LAKI-LAKI (usia 6,5 tahun) meninggal setelah 1 minggu koma 
dengan diagnosa "VIRUS UNKNOWN", mereka mempunyai tiga 
orang anak, akan tetapi anak yang meninggal ini diakui 
oleh semua orang termasuk anak yang cukup SUPER baik dari 
segi Physik maupun intelektualitas. Sangat tampan, pinter 
di sekolah, supel & pandai bergaul baik kepada teman 
sebayanya atau kepada orang dewasa sampai Monsinyur Bogor 
adalah sahabatnya dan sangat peduli dengan orang-orang 
miskin, dia sangat peduli dengan orang miskin, sering dia 
bagi-bagikan pakaian bekasnya kepada anak-anak jalanan di 
lampu merah dan dia lakukan sendiri. Untuk anak seusia dia 
memang boleh dikatakan SUPER sayang usianya sangat pendek, 
hanya karena demam dan proses yang sangat cepat, timbul 
kejang dan koma selama 7 hari tanpa diawali sakit yang 
serius . dan tidak terlambat di bawah ke RS
Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati kedua orang tua 
anak tsb, dua adiknya yang perempuan memang jauh berbeda 
dari segi intelektualitas dari kakaknya tsb, cuma wajah 
yang sangat mirip dan ibu anak tsb sudah menjalani 
proses sterilisasi setelah kelahiran anak ke-3.

Saat ini semangat hidup ke dua orang tuanya masih ada 
karena dua buah hatinya tsb, mereka sadar mereka masih 
diperlukan, mungkin boleh saya kasih saran ada baiknya 
Bapak dan Ibu meneruskan planning punya anak laki apalagi 
kalau usia masih memungkinkan, mungkin kejadian yang 
dialami bisa menjadikan pengalaman yang sangat berharga 
untuk menciptakan kehamilan yang sehat dan aman. Saya 
sadar sepenuhnya jika bukan yang mengalaminya mungkin 
lebih mudah untuk bicara, semoga Bapak berkenan .

Salam,
Mama Domi.


-Original Message-
From: Fanani, Mr. M. Firdaus [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 17, 2004 12:39 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] belum ada judul

Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan 
perasaan saya hingga
saat ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg 
lalu karena
sakit/kelainan yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma 
untuk punya
momongan lagi. Trauma bila melihat berita di TV atau 
koran tentang anak
sakit ini & itu, mengantar istri ke bidan untuk berKB, 
mengendong
ponakan sendiri, apalagi bila tanpa sengaja kami sekedar 
lewat di depan
RS tempat almarhum dulu menghabiskan sisa hidupnya. Tanpa 
sadar hati
saya akan langsung bergejolak dan bayang2 akan wajah 
almarhum langsung
hadir di kepala disertai perasaan hancur akan rasa 
bersalah, merasa
bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus menghantui. 
Semua yg
terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum 
dirawat seolah2
menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada 
orang2 di
kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya 
menyimpan
dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya 
toleransi karena
komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya 
saya ijin cuti
untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat 
hingga akhirnya
sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg 
saya anggap
kurang perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada 
diri sendiri
karena ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan 
awal kehamilan
istri pada dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari 
saya yg serasa
terus menghimpit dada, ditambah masalah ekonomi yg juga 
terus
mengganggu. Tapi sering pula muncul rasa iri bila melihat 
orang
berjalan2 di mal dengan bahagia menggendong buah hati 
mereka yg sehat
dan lucu, rasa ingin segera punya anak lagi langsung 
timbul. Perasaan2
yg bertentangan ini terus menghantui saya hingga saat 
ini. Bahkan sampai
saat ini saya masih sering membeli mainan seolah2 
almarhum masih ada,
bila ada yg bertanya saya katakan untuk momongan yg baru 
nanti. Kadang
saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg kalo 
bisa berwajah
sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari 
almarhum. Agar
bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus 
saya ungkapkan
dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. 
Saya juga
bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak 
bertindak yang
irrasional.

Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas 
kasihan apalagi
pujian dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar 
curhat yg mungkin
bisa jadi pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan 
paling tidak
mengurangi beban perasaan saya karena sejujurnya saya 
seperti kehilangan
orang untuk berbagi.

salam,
-
Kirim bunga, buket balon atau cake, 
klik,http://www.indokado.com/ 
Info balita, http://www.balita-anda.com Stop 
berlangganan, e-mai

Re: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-17 Terurut Topik Susan
Pak Firdaus,

Saya juga turut berduka Pak, seperti yang mami Anargya bicarakan sebelumnya,
memang Tuhan yang menentukan. Saat ini saya tahu Bapak pasti bercampur2
perasaannya, kesal, benci, merasa sendiri bodoh, tak berdaya, trauma dll.

Saya kebetulan pernah mengalami kehilangan 2 ponakan juga.

Yg 1 karena kelalaian maminya saat pindah2an barang, saat itu masih dalam
kandungan, nggak sengaja perutnya kepentok kek laci, akibatnya anaknya lahir
tanpa batok kepala < apa yang istilahnya >, kita cuma sempat melihat anaknya
nangis 5 menit, terus meninggal. Tapi akhirnya semuanya berlalu juga,
sekarang punya ada 3.

Yg 1, tinggal 1 minggu lagi adalah waktu untuk melahirkan, kakak saya
control ke dokter, tak tahunya janinnya sudah meninggal didalam tanpa tahu
apa sebabnya. Saat itu sekeluarga kita shock, tidak tahu apa yang terjadi.
Kakak ipar saya < laki>  udah kek orang gila, teriak2, marah2, stress,
nangis. Marahin istrinya masak anak gak ada gerakan tidak tahu dll. Hampir
terjadi perceraian dll. Tapi untungnya Tuhan itu baik, dengan berlalunya
waktu namun tidak lama, mereka mulai dipulihkan, bisa saling mengampuni akan
kelalaian masing2, walaupun trauma itu masih ada. 4-6 bulan kemudian kakak
saya hamil lagi, kali ini mereka memang extra hati2, supaya kejadian yang
sama tidak terulang lagi. Puji Tuhan, akhirnya mereka saat ini sudah punya 2
anak.

Saat2 ini adalah masa2 tersulit bagi Pak Firdaus maupun istri Bapak, saya
sangat yakin dia juga merasakan apa yang Bapak rasakan. tapi biarlah
semuanya berlalu, toh life is still going on, hadapilah dengan saling
mengasihi lebih baik daripada saling menyalahkan. Setelah semuanya berjalan
normal lagi, mudah2an dikarunia anak lagi sama Tuhan.

Semoga tabah menghadapi semuanya, dan jangan lupa sering2lah berdoa minta
kekuatan dari Tuhan, kalau mengandalkan manusia memang sangat beratTuhan
memberkati,

Susan



-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-17 Terurut Topik I Made Suma Satryaadi
Pak Firdaus
Tulus saya sekeluarga berdoa untuk kebahagiaan bapak sekeluarga, semoga
Tuhan selalu memberikan bapak sekeluarga kedamaian hati dan kejernihan
pikiran...

Salam,
-Md-


- Original Message -
From: "Fanani, Mr. M. Firdaus" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, May 17, 2004 12:38 PM
Subject: [balita-anda] belum ada judul


> Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga
saat
> ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena
sakit/kelainan
> yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya momongan lagi.
Trauma
> bila melihat berita di TV atau koran tentang anak sakit ini & itu,
mengantar
> istri ke bidan untuk berKB, mengendong ponakan sendiri, apalagi bila tanpa
> sengaja kami sekedar lewat di depan RS tempat almarhum dulu menghabiskan
> sisa hidupnya. Tanpa sadar hati saya akan langsung bergejolak dan bayang2
> akan wajah almarhum langsung hadir di kepala disertai perasaan hancur akan
> rasa bersalah, merasa bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus
> menghantui. Semua yg terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum
> dirawat seolah2 menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada
> orang2 di kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya
menyimpan
> dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
> komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
> untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
> sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap kurang
> perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri karena
> ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan istri pada
> dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa terus
menghimpit
> dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus mengganggu. Tapi sering pula
> muncul rasa iri bila melihat orang berjalan2 di mal dengan bahagia
> menggendong buah hati mereka yg sehat dan lucu, rasa ingin segera punya
anak
> lagi langsung timbul. Perasaan2 yg bertentangan ini terus menghantui saya
> hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini saya masih sering membeli mainan
> seolah2 almarhum masih ada, bila ada yg bertanya saya katakan untuk
momongan
> yg baru nanti. Kadang saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg
kalo
> bisa berwajah sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari
> almarhum. Agar bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus
saya
> ungkapkan dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
> bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
> irrasional.
>
> Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi
pujian
> dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin bisa jadi
> pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak mengurangi
beban
> perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan orang untuk
berbagi.
>
> salam,
>
> -
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>


-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-17 Terurut Topik Lystin Y.Agustian
pak firdaus
yang sabar dan tawakkal yah
meskipun saya tidak mengalami kejadian seperti bapak dan semoga tidak
terjadi pada saya atau pun yang lain...amiin
tapi saya juga punya pengalaman dimana keponakan saya yang baru berusia 6
bulan juga harus dipanggil ke hadapan-Nya, usianya tidak beda dengan anak
saya, dibesarkan bersama anak saya karena memang rumah saya dan kakak ipar
saya bersebelahan. Hampir 2 bulan dalam perawatan, sudah berobat medis
ataupun tradisional tapi ternyata tidak memberi hasil apapun, sampai
akhirnya setelah kedua orang tuanya mengikhlaskan segalanya, Shifa yang
cantik pun pergi menghadap-Nya, jangankan kedua orang tuanya, saya saja yang
jadi tantenya hancur lebur rasanya hati ini, karena Shifa harus pergi
secepat itu.tapi Tuhan sudah menakdirkan begitu pak
sekarang sudah hampir 1 tahun kepergian Shifa dan selama itu kedua orang
tuanya tidak merasa dendam atau apapun kepada siapapun karena mereka sudah
ikhlas Pak, dan sampai saat ini mereka juga menjalani kehidupan seperti
biasa, cukup sedih sesaat pak, jangan ditangisi terus yah, kasihan nanti,
biarkan bayi-2 mungil itu hidup di alamnya sana, mereka akan menjadi
tabungan akhirat bagi kedua orang tuanya, tenang dan sabar dan mencoba
kembali ya Pak, Tuhan pasti akan mengabulkan..Amiin

maaf jadi ikut cerita, karena apa yg bapak rasakan dan alami pun sama,
seperti trauma melihat anak-2 bayi yg terlantar atau sedang di rawat di
rumah sakit, saya pun begitu, saya gak tega dan saya gak mau anak saya
terlantar ataupun harus dirawat di rs, saya akan berusaha agar anak saya
sehat jasmani dan rohani nyaberjuang ya Pak...
kami doakan dari kejauhan..Amiin

- Original Message -
From: "Fanani, Mr. M. Firdaus" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, May 17, 2004 12:38 PM
Subject: [balita-anda] belum ada judul


> Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga
saat
> ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena
sakit/kelainan
> yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya momongan lagi.
Trauma
> bila melihat berita di TV atau koran tentang anak sakit ini & itu,
mengantar
> istri ke bidan untuk berKB, mengendong ponakan sendiri, apalagi bila tanpa
> sengaja kami sekedar lewat di depan RS tempat almarhum dulu menghabiskan
> sisa hidupnya. Tanpa sadar hati saya akan langsung bergejolak dan bayang2
> akan wajah almarhum langsung hadir di kepala disertai perasaan hancur akan
> rasa bersalah, merasa bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus
> menghantui. Semua yg terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum
> dirawat seolah2 menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada
> orang2 di kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya
menyimpan
> dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
> komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
> untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
> sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap kurang
> perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri karena
> ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan istri pada
> dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa terus
menghimpit
> dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus mengganggu. Tapi sering pula
> muncul rasa iri bila melihat orang berjalan2 di mal dengan bahagia
> menggendong buah hati mereka yg sehat dan lucu, rasa ingin segera punya
anak
> lagi langsung timbul. Perasaan2 yg bertentangan ini terus menghantui saya
> hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini saya masih sering membeli mainan
> seolah2 almarhum masih ada, bila ada yg bertanya saya katakan untuk
momongan
> yg baru nanti. Kadang saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg
kalo
> bisa berwajah sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari
> almarhum. Agar bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus
saya
> ungkapkan dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
> bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
> irrasional.
>
> Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi
pujian
> dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin bisa jadi
> pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak mengurangi
beban
> perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan orang untuk
berbagi.
>
> salam,
>
> -
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>



-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-17 Terurut Topik ariani hatmanti
Buat Pak Firdaus...
"Tawakal dan berusaha yakin bahwa semua itu adalah yang terbaik buat ananda tercinta. 
Biarkan ananda menjadi bunga surga yang kelak akan menemani ayah bundanya di kehidupan 
abadi..."

Segala yang telah terjadi, jadikan pelajaran, dari program pra-kehamilan, masa 
kehamilan, sampai menjaga ananda nanti. Tapi boleh gak sedikit kasih saran, mohon 
jangan minta pada Allah wajah dan sifat yang sama dengan almarhum..., karena 
seandainya Pak Firdaus dan istri tidak diberikan sesuai dengan keinginan Bapak, 
mungkin akan timbul kekecewaan lain... jadi... serahkanlah semuanya pada Allah...  
Menurut saya, biarkanlah almarhumah hidup dalam kenangan Bapak dan keluarga dan jangan 
terlalu dipikirkan dalam2 karena mungkin akan berakibat psikologis pada istri Pak 
Firdaus, yang nantinya bisa berakibat pada kehamilan selanjutnya..

Mungkin memang gampang berbicara, tapi susah dilaksanakan. Arie tahu perasaan Bapak, 
karena arie pun, yang waktu itu kehilangan janin yang masih di kandungan 3 bulan, 
sedihnya berkepanjangan... apalagi yang sudah kelihatan di depan mata...
Tapi.. bangkit ya...!! 

Wassalam,
Bunda Ara dan Aka



Need a new email address that people can remember
Check out the new EudoraMail at
http://www.eudoramail.com

-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



RE: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-17 Terurut Topik Nur, Alam
pak,,,
gak perlu disesali dgn apa yang udah terjadi dan bapak tidak perlu menyalahkan 
siapa-siapa termasuk istri dan diri bapak sendiri. bercerminlah terhadap masa lalu utk 
memperbaikinya di masa mendatang. bersikap arif dan bijaksanalah dalam berbuat 
terlebih terhadap kenyataan pahit yang pernah bapak alami. semua orang di dunia ini 
pasti pernah dicoba oleh Allah Swt. tidak hanya dengan cobaan yg sifatnya 
menyedihkan/menyulitkan tapi cobaan itu sendiri juga bisa berupa kesenangan dan 
kegembiraan. Bersabar dan tegakkanlah Sholat agar hati Bapak bisa lebih tenang dan 
jangan lupa sering basahi bibir dengan Kalam Ilahi agar 
rasa bersalah yg terus menghantui bisa hilang serta tawakkal kpd Allah terhadap semua 
Qudrat dan IradatNya pak agar hati Bapak lebih ridho dalam menerima semua kenyataan 
hidup ini. Jangan bersedih pak bapak dan keluarga sudah punya investasi kelak di 
akhiratalmarhum bisa jadi syafaat bagi bapak dan keluarga sebanyak 60 orang 
pakInsyallah

maaf paksekedar sharing pendapat. maaf kalo tidak berkenan.

wslm
alam
-Original Message-
From: Fanani, Mr. M. Firdaus [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 17, 2004 12:39 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] belum ada judul


Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga saat
ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena sakit/kelainan
yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya momongan lagi. Trauma
bila melihat berita di TV atau koran tentang anak sakit ini & itu, mengantar
istri ke bidan untuk berKB, mengendong ponakan sendiri, apalagi bila tanpa
sengaja kami sekedar lewat di depan RS tempat almarhum dulu menghabiskan
sisa hidupnya. Tanpa sadar hati saya akan langsung bergejolak dan bayang2
akan wajah almarhum langsung hadir di kepala disertai perasaan hancur akan
rasa bersalah, merasa bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus
menghantui. Semua yg terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum
dirawat seolah2 menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada
orang2 di kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya menyimpan
dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap kurang
perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri karena
ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan istri pada
dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa terus menghimpit
dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus mengganggu. Tapi sering pula
muncul rasa iri bila melihat orang berjalan2 di mal dengan bahagia
menggendong buah hati mereka yg sehat dan lucu, rasa ingin segera punya anak
lagi langsung timbul. Perasaan2 yg bertentangan ini terus menghantui saya
hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini saya masih sering membeli mainan
seolah2 almarhum masih ada, bila ada yg bertanya saya katakan untuk momongan
yg baru nanti. Kadang saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg kalo
bisa berwajah sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari
almarhum. Agar bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus saya
ungkapkan dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
irrasional.

Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi pujian
dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin bisa jadi
pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak mengurangi beban
perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan orang untuk berbagi.

salam,

-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



This communication is for use by the intended recipient and contains
information that may be privileged, confidential or copyrighted under
applicable law.  If you are not the intended recipient, you are hereby
formally notified that any use, copying or distribution of this e-mail,
in whole or in part, is strictly prohibited.  Please notify the sender
by return e-mail and delete this e-mail from your system.  Unless
explicitly and conspicuously designated as "E-Contract Intended",
this e-mail does not constitute a contract offer, a contract amendment,
or an acceptance of a contract offer.  This e-mail does not constitute
a consent to the use of sender's contact information for direct marketing
purposes or for transfers of data to third parties.

 Francais Deutsch Italiano  Espanol  Portugues  Japanese  Chinese  Korean

http:/

RE: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-16 Terurut Topik Tri
Pak Firdaus,
saya berterima kasih karena bapak mau membagikan pengalamannya kepada kami.
Sebuah pengalaman yang sangat berharga.
Memang kalo kita emosinya lagi normal dan rasional mudah untuk memikirkan
segala sesuatu dengan jernih,
tapi di kala susah dengan segala emosinya, terasa sulit untuk berpikir
secara tepat.
Hanya satu yang saya pegang pak di kala saya mengalami kesulitan yaitu
karpet.
Karpet itu bawahnya ruwet pak, benangnya muter sana muter sini, masuk sana
masuk sini. Tapi apa dibaliknya?
sebuah lukisan yang indah pak.
Jadi walaupun hidup ini terasa susah,susah dan susah,asalkan kita terus
berjuang saya tetap yakin akan indah pada akhirnya
Salam
Tri


-Original Message-
From: Fanani, Mr. M. Firdaus [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 17, 2004 12:39 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] belum ada judul


Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga saat
ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena sakit/kelainan
yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya momongan lagi. Trauma
bila melihat berita di TV atau koran tentang anak sakit ini & itu, mengantar
istri ke bidan untuk berKB, mengendong ponakan sendiri, apalagi bila tanpa
sengaja kami sekedar lewat di depan RS tempat almarhum dulu menghabiskan
sisa hidupnya. Tanpa sadar hati saya akan langsung bergejolak dan bayang2
akan wajah almarhum langsung hadir di kepala disertai perasaan hancur akan
rasa bersalah, merasa bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus
menghantui. Semua yg terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum
dirawat seolah2 menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada
orang2 di kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya menyimpan
dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap kurang
perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri karena
ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan istri pada
dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa terus menghimpit
dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus mengganggu. Tapi sering pula
muncul rasa iri bila melihat orang berjalan2 di mal dengan bahagia
menggendong buah hati mereka yg sehat dan lucu, rasa ingin segera punya anak
lagi langsung timbul. Perasaan2 yg bertentangan ini terus menghantui saya
hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini saya masih sering membeli mainan
seolah2 almarhum masih ada, bila ada yg bertanya saya katakan untuk momongan
yg baru nanti. Kadang saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg kalo
bisa berwajah sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari
almarhum. Agar bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus saya
ungkapkan dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
irrasional.

Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi pujian
dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin bisa jadi
pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak mengurangi beban
perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan orang untuk berbagi.

salam,

-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] belum ada judul - MENERIMA DENGAN SABAR DAN IHKHLAS

2004-05-16 Terurut Topik Ella
Pak,
Disatu buku yang pernah saya baca, memang perasaan-perasaan seperti ini yang
dapat di alami oleh orang tua yang kehilangan buah hatinya. Entah itu dalam
usia kecil ato usia dewasa, tetapi reaksi hebat yang memang sering terjadi
adalah apabila mereka kehilangan buah hati dalam usia kecil.

Pak, mungkin yang harus bapak dan ibu lakukan adalah MENERIMA dengan sabar &
ikhlas  bahwa almarhum meninggal adalah kehendak YANG DIATAS. Karena sebagai
orang yang beragama mereka adalah titipan yang kapan saja bisa DIA ambil.
Hilangkan perasaan bersalah dan dendam yang selama ini bapak rasakan, karena
tidak akan ada akhirnya malah akan memperpanjang penyesalan . Almarhum Insya
Allah akan menjadi tabungan buat bapak dan ibu nantinya.

Mulailah dengan menjalani hidup yang sehat sehingga anak yang kelak lahir
menjadi anak yang sehat. Apabila almarhum meninggal  karena adanya kelainan
bawaan lahir, coba cari tau apakah kalo ibu melahirkan lagi kelainan bawaan
itu akan terjadi lagi . Cari tau cara penanganannya. Sehingga kesalahan
tidak terulang lagi. Mungkin dengan usaha untuk menggantikan almarhum
kerinduan bapak dan ibu bisa terobati. Yakinlah bahwa apapun  yang terjadi
dengan kita semata-mata hanya Allah yang Maha Tahu. Kita hanya harus tawakal
dan berserah diri untuk menerima. DIA tidak akan memberikan umatnya  cobaan
kalau umatnya tidak sanggup untuk menerimanya.

Kalau perasaan-perasaan itu susah sekali untuk dihilangkan dan mengganggu
kehidupan sosial bapak, mungkin tidak ada salahnya bapak datang ke seorang
psikolog dan mulai minta bantuan.

Maaf kalo pendapat saya ini tidak berkenan dan saya menambah sedikit judul
subject diatas.

Thank you and regards,
Ella

email address: [EMAIL PROTECTED]

- Original Message -
From: "Fanani, Mr. M. Firdaus" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, May 17, 2004 12:38 PM
Subject: [balita-anda] belum ada judul


> Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga
saat
> ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena
sakit/kelainan
> yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya momongan lagi.
Trauma
> bila melihat berita di TV atau koran tentang anak sakit ini & itu,
mengantar
> istri ke bidan untuk berKB, mengendong ponakan sendiri, apalagi bila tanpa
> sengaja kami sekedar lewat di depan RS tempat almarhum dulu menghabiskan
> sisa hidupnya. Tanpa sadar hati saya akan langsung bergejolak dan bayang2
> akan wajah almarhum langsung hadir di kepala disertai perasaan hancur akan
> rasa bersalah, merasa bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus
> menghantui. Semua yg terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum
> dirawat seolah2 menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada
> orang2 di kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya
menyimpan
> dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
> komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
> untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
> sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap kurang
> perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri karena
> ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan istri pada
> dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa terus
menghimpit
> dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus mengganggu. Tapi sering pula
> muncul rasa iri bila melihat orang berjalan2 di mal dengan bahagia
> menggendong buah hati mereka yg sehat dan lucu, rasa ingin segera punya
anak
> lagi langsung timbul. Perasaan2 yg bertentangan ini terus menghantui saya
> hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini saya masih sering membeli mainan
> seolah2 almarhum masih ada, bila ada yg bertanya saya katakan untuk
momongan
> yg baru nanti. Kadang saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg
kalo
> bisa berwajah sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari
> almarhum. Agar bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus
saya
> ungkapkan dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
> bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
> irrasional.
>
> Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi
pujian
> dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin bisa jadi
> pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak mengurangi
beban
> perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan orang untuk
berbagi.
>
> salam,
>
> -
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>


-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



RE: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-16 Terurut Topik Lilis Suryawati
Pak Firdaus,

saya turut prihatin mendengar cerita Pak Firdaus, mungkin harus tabah dan
banyak berdoa serta bersabar Pak. Percayalah kepadaNya Pak, jangan lari ke
jalan lainnya, saya yakin kalau memang Pak Firdaus dan istri sudah saatnya
kelak akan diberikan Tuhan anak pengganti yang hilang. Tetap berdoa dan
berusaha, jangan pernah putus asa Pak.

Rgrds,
Lilis

-Original Message-
From: ayahnya irfan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 17 Mei 2004 13:05
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] belum ada judul


Amien.,
Maaf kalau tidak keberatan, bisa disharing pak Firdaus  gimana kejadiannya
spy kita para ortu bisa belajar dari pengalaman bapak. Kalau ada yg
keberatan lewat jalur milis, pls  japri aja pak ke imel saya.

rgrd
-Original Message-
From: Auliya Syafril <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Monday, May 17, 2004 12:51 PM
Subject: RE: [balita-anda] belum ada judul


>Pak...saya ga tau mau ngomong apa selain sabarlah... Dibalik itu semua
>ada kebahagian yg sedang direncakan Allah untuk bapak... Secara tidak
>sadar air mata saya mengalir ketika baca email bapak ini
>
>__
>Aya Syafril
>Office Coordinator
>ANTS  & TACTICAL Indonesia
>
>
>-Original Message-
>From: Fanani, Mr. M. Firdaus [mailto:[EMAIL PROTECTED]
>Sent: Monday, May 17, 2004 12:39 PM
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: [balita-anda] belum ada judul
>
>
>Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga
>saat ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena
>sakit/kelainan yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya
>momongan lagi. Trauma bila melihat berita di TV atau koran tentang anak
>s
>
>
>
>-
>>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>


-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-16 Terurut Topik ayahnya irfan
Amien.,
Maaf kalau tidak keberatan, bisa disharing pak Firdaus  gimana kejadiannya
spy kita para ortu bisa belajar dari pengalaman bapak. Kalau ada yg
keberatan lewat jalur milis, pls  japri aja pak ke imel saya.

rgrd
-Original Message-
From: Auliya Syafril <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Monday, May 17, 2004 12:51 PM
Subject: RE: [balita-anda] belum ada judul


>Pak...saya ga tau mau ngomong apa selain sabarlah... Dibalik itu semua
>ada kebahagian yg sedang direncakan Allah untuk bapak... Secara tidak
>sadar air mata saya mengalir ketika baca email bapak ini
>
>__
>Aya Syafril
>Office Coordinator
>ANTS  & TACTICAL Indonesia
>
>
>-Original Message-
>From: Fanani, Mr. M. Firdaus [mailto:[EMAIL PROTECTED]
>Sent: Monday, May 17, 2004 12:39 PM
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: [balita-anda] belum ada judul
>
>
>Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga
>saat ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena
>sakit/kelainan yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya
>momongan lagi. Trauma bila melihat berita di TV atau koran tentang anak
>s
>
>
>
>-
>>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>


-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



RE: [balita-anda] belum ada judul

2004-05-16 Terurut Topik Auliya Syafril
Pak...saya ga tau mau ngomong apa selain sabarlah... Dibalik itu semua
ada kebahagian yg sedang direncakan Allah untuk bapak... Secara tidak
sadar air mata saya mengalir ketika baca email bapak ini 

__
Aya Syafril
Office Coordinator
ANTS  & TACTICAL Indonesia


-Original Message-
From: Fanani, Mr. M. Firdaus [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 17, 2004 12:39 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] belum ada judul


Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga
saat ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena
sakit/kelainan yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya
momongan lagi. Trauma bila melihat berita di TV atau koran tentang anak
sakit ini & itu, mengantar istri ke bidan untuk berKB, mengendong
ponakan sendiri, apalagi bila tanpa sengaja kami sekedar lewat di depan
RS tempat almarhum dulu menghabiskan sisa hidupnya. Tanpa sadar hati
saya akan langsung bergejolak dan bayang2 akan wajah almarhum langsung
hadir di kepala disertai perasaan hancur akan rasa bersalah, merasa
bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus menghantui. Semua yg
terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum dirawat seolah2
menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada orang2 di
kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya menyimpan
dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap
kurang perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri
karena ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan
istri pada dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa
terus menghimpit dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus
mengganggu. Tapi sering pula muncul rasa iri bila melihat orang
berjalan2 di mal dengan bahagia menggendong buah hati mereka yg sehat
dan lucu, rasa ingin segera punya anak lagi langsung timbul. Perasaan2
yg bertentangan ini terus menghantui saya hingga saat ini. Bahkan sampai
saat ini saya masih sering membeli mainan seolah2 almarhum masih ada,
bila ada yg bertanya saya katakan untuk momongan yg baru nanti. Kadang
saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg kalo bisa berwajah
sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari almarhum. Agar
bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus saya ungkapkan
dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
irrasional.

Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi
pujian dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin
bisa jadi pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak
mengurangi beban perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan
orang untuk berbagi.

salam,

-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ 
>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke:

>> [EMAIL PROTECTED]




-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



[balita-anda] belum ada judul

2004-05-16 Terurut Topik Fanani, Mr. M. Firdaus
Saya sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga saat
ini. Sejak wafatnya buah hati tercinta 5 bulan yg lalu karena sakit/kelainan
yg dibawa sejak lahir, saya seperti trauma untuk punya momongan lagi. Trauma
bila melihat berita di TV atau koran tentang anak sakit ini & itu, mengantar
istri ke bidan untuk berKB, mengendong ponakan sendiri, apalagi bila tanpa
sengaja kami sekedar lewat di depan RS tempat almarhum dulu menghabiskan
sisa hidupnya. Tanpa sadar hati saya akan langsung bergejolak dan bayang2
akan wajah almarhum langsung hadir di kepala disertai perasaan hancur akan
rasa bersalah, merasa bodoh, serta rasa menyesal yang terus menerus
menghantui. Semua yg terlibat secara langsung atau tidak selama almarhum
dirawat seolah2 menjadi musuh saya. Saya seperti menyimpan dendam. Kepada
orang2 di kantor, di rumah bahkan dendam kepada diri sendiri. Saya menyimpan
dendam pada orang2 di kantor yg saya anggap tidak punya toleransi karena
komplain meskipun tidak secara langsung akibat seringnya saya ijin cuti
untuk sekedar menemani atau mengantar berobat, dirawat hingga akhirnya
sekarat di RS. Dendam kpd orang rumah termasuk istri yg saya anggap kurang
perhatian pd penderitaan anak saya, dendam kepada diri sendiri karena
ketololan dan kebodohan saya tidak memeriksakan awal kehamilan istri pada
dokter kandungan. Serta ketololan2 lain dari saya yg serasa terus menghimpit
dada, ditambah masalah ekonomi yg juga terus mengganggu. Tapi sering pula
muncul rasa iri bila melihat orang berjalan2 di mal dengan bahagia
menggendong buah hati mereka yg sehat dan lucu, rasa ingin segera punya anak
lagi langsung timbul. Perasaan2 yg bertentangan ini terus menghantui saya
hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini saya masih sering membeli mainan
seolah2 almarhum masih ada, bila ada yg bertanya saya katakan untuk momongan
yg baru nanti. Kadang saya juga berharap kelak punya anak laki2 lagi yg kalo
bisa berwajah sama dengan mendiang anak saya, tapi lebih sehat dari
almarhum. Agar bisa mengobati rindu saya kepada almarhum. Hal itu terus saya
ungkapkan dalam do'a2 saya dengan harapan dikabulkan oleh Allah. Saya juga
bersyukur karena masih bisa mengontrol diri dan tidak bertindak yang
irrasional.

Saya menulis ini ke milis bukan untuk mendapat belas kasihan apalagi pujian
dari moms n dads sekalian, melainkan sekedar curhat yg mungkin bisa jadi
pelajaran, terutama buat diri saya sendiri dan paling tidak mengurangi beban
perasaan saya karena sejujurnya saya seperti kehilangan orang untuk berbagi.

salam,

-
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]