Re: [balita-anda] BUANDEL...
Wah mamanya Dafi kalau kasih penjelasan detail sekali deh. Terima kasih loh.. Dan memang dari pengalaman dan baca buku, saya pikir memang paling utama dalam ngajarin anak ya repetisi dan konsistensi. Kayak anak saya (19 bulan), waktu lagi seneng-senengnya masuk-in segala benda kecil ke mulutnya, saya selalu bilang 'nggak, benda ini tidak boleh dimakan'. berulang kali, setiap kali dia masukkin koin, atau tutup botol atau apa aja, selalu saya bilang hal yang sama. Sampai akhirnya dia tau, bahwa koin, tutup botol atau apapun yang kecil-kecil, tidak untuk dimakan. Dan sampai sekarang kalau dia nemu koin, dia akan langsung kasih ke saya. Tapi kadang kalau dia lagi usil, dengan sengaja dia masukkin koin ke mulutnya kayak bilang "ini loh, koinnya ta' masukkin mulut" didepan mata saya, dan nunggu saya ngambil koin itu dari mulutnya. Dan sekarang ini, untuk hal-hal yang dari dulu dilarang dia udah ngerti, kayak matiin TV, manjat ke atas tangan kursi atau yang bener-bener berbahaya buat dia, saya cukup geleng-geleng kepala, karena biasanya dia cuma mau ngetest saya dan mo liat reaksi kita. Dan kalau udah liat saya geleng, ya dia nggak jadi... Dan saya punya contoh akibat ke-tidak konsisten-an saya terhadap Kay. Dari entah umur berapa dia udah seneng matiin komputer, tapi karena saya kurang telaten ngasih tau dia, sampai sekarang ini dia nggak mempan deh di kasih tau untuk jangan matiin komputer. Jadi selalu kalau dia liat tombol komputer, dia main asal pencet, berulang kali, sampai rasanya komputer di rumah ini jebol. Dan rasanya kita gak harus jadi galak deh ke anak, yang jelas harus tegas. Kalau memang udah mendekati bahaya, apapun harus dipisahkan. Mainan gunting, guntingnya harus diambil, walaupun nangis juga gak akan lama, kasih pengertian dan alihkan perhatian. Kalau dia inget lagi, khan guntingnya udah disingkirin. Dan kadang-kadang anak suka frustrasi sendiri khan, kayak anak saya, sukanya main puzzle, tapi kalau lama puzzlenya gak jadi-jadi, suka marah sendiri. Biasanya sebelum dia ngamuk beneran, ya saya deketin dan saya tanya, "kenapa marah? Kay mau apa? mau main puzzle yach? sini mama bantu, ini disini, itu disitu ..."dst. Sampai puzzlenya selesai dan ngamuknya ilang. Dan ini saya terapin di segala hal, misalnya dia kesel mau buka pintu atau apa, ya sebelum dia ngamuk saya bantu. Malah sekarang dia tau, kalau dia nggak bisa sesuatu, dia akan datang ke kita dan minta kita melakukan sesuatu, misalnya ngambilin mainan di kolong atau apa deh yang dia gak bisa kerjain sendiri. Tapi kalau memang maunya dia yang aneh-aneh, ya saya nggak kasih, tapi disertai pengertian kenapa nggak boleh. Jadi kalau menurut saya, usahain minimize faktor yang bisa bikin dia ngamuk, salah satunya caranya ya selain yang disebutin mamanya dafi, ya be there for him/her. Kalau misalnya mama-papanya kerja, ya kasih pengertian ke pengasuh atau orang yang mendampingi anak sehari-hari. Sebab rasanya anak pemarah itu terbentuk dan bukan terlahir deh...betul gak sich? Salam, Mia - mamanya Kay - Original Message - From: mamanya Dafi <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Freitag, 20. Oktober 2000 04:33 Subject: Re: [balita-anda] BUANDEL... > Pak Basuki, > Kalau bapak baru mulai saya masih nih dalam masa ujian > kesabaran, kadang gagal, kadang berhasil. Dafi (28 > bulan) sudah memulainya sejak lama dan belum kelihatan > kapan berakhirnya. Kalau dari artikel katanya masa > yang terberat antara 20-30 bulan, semoga saja benar > (The terriible Two's).Dalam mengatasi tingkah laku > yang demikian tidak ada 1 cara ampuh, tetap harus > dicoba bermacam-macam dan kalau perlu pengulangan > action. Tapi ada beberapa garis besar yang saya > rasakan bisa berhasil : > 1. Beritahukan apa yang tidak boleh. Jangan > banyak-banyak karena anak tidak bisa menampung > informasi banyak dalam sekejap, jadi perlu prioritas. > Kalau saya paling cuma "Dilarang main di dapur, di > tangga, kamar mandi dan main colokan listrik". > 2. Ulangi lagi saat dia melanggar. Pengulangan ini > bisa 10-50 kali sebelum akhirnya dia tahu bahwa itu > memang dilarang, jadi jangan pernah bosan. > 3. Singkirkan semua benda yang kita tidak ingin dia > mainkan, jadi sebangsa, gunting, jarum, botol kaca, > hiasan meja dll, jangan sampai terlihat. Ini > mengurangi energi kita untuk selalu berkata 'nggak > boleh atau 'jangan' juga menghindari si anak > menganggap remeh larangan kita karena terlalu sering > didengar. Jangan malu kalau rumah kita dibilang 'nggak > ada isinya/barangnya' ini demi kebaikan si anak, masih > ada waktu buat menghias rumah saat mereka besar nanti. > 4. Kalau sudah begitu yang terakhir dan yang terberat > adalah Konsisten dengan larangan tersebut. Siapa saja, > kapan saja dan dimana saja, sesuatu yang dilarang > harus tetap dilarang, jangan sampai pas ortu ngg
Re: [balita-anda] BUANDEL...
Terima kasih, Saya seneng dengan nasehatnya dan emang lucu-lucu juga ternyata pengalamannya. Satu hal yang perlu di catat adalah 'sabar' Sekali lagi tank's. On Thu, 19 Oct 2000, mamanya Dafi wrote: > Pak Basuki, > Kalau bapak baru mulai saya masih nih dalam masa ujian > kesabaran, kadang gagal, kadang berhasil. Dafi (28 > bulan) sudah memulainya sejak lama dan belum kelihatan > kapan berakhirnya. Kalau dari artikel katanya masa > yang terberat antara 20-30 bulan, semoga saja benar > (The terriible Two's).Dalam mengatasi tingkah laku > yang demikian tidak ada 1 cara ampuh, tetap harus > dicoba bermacam-macam dan kalau perlu pengulangan > action. Tapi ada beberapa garis besar yang saya > rasakan bisa berhasil : > 1. Beritahukan apa yang tidak boleh. Jangan > banyak-banyak karena anak tidak bisa menampung > informasi banyak dalam sekejap, jadi perlu prioritas. > Kalau saya paling cuma "Dilarang main di dapur, di > tangga, kamar mandi dan main colokan listrik". > 2. Ulangi lagi saat dia melanggar. Pengulangan ini > bisa 10-50 kali sebelum akhirnya dia tahu bahwa itu > memang dilarang, jadi jangan pernah bosan. > 3. Singkirkan semua benda yang kita tidak ingin dia > mainkan, jadi sebangsa, gunting, jarum, botol kaca, > hiasan meja dll, jangan sampai terlihat. Ini > mengurangi energi kita untuk selalu berkata 'nggak > boleh atau 'jangan' juga menghindari si anak > menganggap remeh larangan kita karena terlalu sering > didengar. Jangan malu kalau rumah kita dibilang 'nggak > ada isinya/barangnya' ini demi kebaikan si anak, masih > ada waktu buat menghias rumah saat mereka besar nanti. > 4. Kalau sudah begitu yang terakhir dan yang terberat > adalah Konsisten dengan larangan tersebut. Siapa saja, > kapan saja dan dimana saja, sesuatu yang dilarang > harus tetap dilarang, jangan sampai pas ortu nggak > ada, neneknya ngasi, atau pas ayah nggak lihat, ibunya > ngasi kalau sudah begitu akan sulit mengembalikan anak > ke track yang benar. Perlu perjanjian antara > ibu-ayah-pengasuh hal-hal apa yang akan dilarang dan > bagaimana penangannya jika terjadi pelanggaran. > Kalau saya, misalnya papa Dafi yang melarang dan > menasehati, saya diam atau mendukung, meskipun kadang > di balik layarnya kita debat juga, begitu juga kalau > saya yang sedang 'bernyanyi' papanya Dafi harus > menunggu sampai Dafi nggak lihat sebelum kita diskusi > lagi. > Untuk menghentikan perbuatan yang tidak sesuai > biasanya saya : > 1. Mengalihkan dengan barang atau kegiatan lain yang > biasanya Dafi sukai. > 2. Mengambil/menghilangkan sumbernya, kalau sudah > begini pasti deh dia ngamuk atau nangis, tapi saya > bilang "Biarpun Dafi nangis mama nggak akan kasih, > karena mama sayang sama Dafi dan nggak mau Dafi luka" > Tapi ya kuping harus tahan dengan tangisan yang > mengiba. Saya beri waktu 2 menit untuk Dafi nangis > sepuas hati, biasanya setelah itu dia sudah menerima > kenyataan bahwa keinginannya tidak akan terpenuhi, dan > bisa main lagi seperti biasa. > 3. Kalau dia sudah normal lagi, jangan lupa memuji > keberhasilannya. > 4. Lihat kondisi anak saat itu, apakah dia sedang > lapar/haus, capek, ngantuk, karena tingkah laku yang > tidak terkontrol bisa disebabkan keadaan ini, jadi > berikan apa yang dia butuhkan. Kalau Dafi marah-marah > atau heboh sekitar jam 1 siang maka saya tahu sudah > waktunya dia tidur, jadi langsung ritual menjelang > tidur dilakukan. > 5. Kalau rasanya kita akan marah atau mau melakukan > sesuatu terhadap anak (memukul, mencubit, dll) maka > kita harus ambil 'time out' untuk mengembalikan emosi > yang sudah tinggi (kadang orang tua terlambat > mengambil langkah ini jadi anaknya sudah keburu > dibentak/dicubit), padahal kekerasan terhadap anak > tidak pernah akan membuahkan hasil yang baik. Kalau > saya merasa sudah akan marah sama Dafi saya pergi dulu > ke kamar mandi atau ke tempat lain sementara yang lain > menggantikan sampai saya merasa siap lagi untuk > menghadapi tingkahnya. > Memang berat ya jadi orang tua... > > Mamanya Dafi > > --- Basuki Rahmat <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , > > bagaimana mengatasi anak > > Bandel > > __ > Do You Yahoo!? > Yahoo! Messenger - Talk while you surf! It's FREE. > http://im.yahoo.com/ > > > 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 > >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com > >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com > Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] > Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > > > > > > > -- Assalamu'alaikum wr.wb. wasalam, [EMAIL PROTECTED] Knowledge Based Engineer SE/ERDC Phone : (022)6054485 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://w
Re: [balita-anda] BUANDEL...
Wah Pak Basuki lagi kewalahan yach sama anaknya. Sama kok pak setiap balita memang gitu sampai2 ibu saya punya moto; Masih kecil ngegemesin, udah gedean ngeselin. Kalo anak saya Hana (22 bulan) juga suka ngamuk dan heboh banget. Dan biasanya saya cari tau penyebabnya. Apa karena panas, bosen atau juga ngantuk. Umumnya alasan dia ngamuk cuma itu. Dan kadang2 suka nangis dijadikan senjata kalo tidak diperbolehkan sesuatu. Misalkan kalau dia lagi asyik main, nggak akan mau diajak mandi. Kalo dipaksa mandi bisa ngamuk dan nggak mau pake baju hingga sejam. Disamping itu dia sudah pinter milih2 mau pake baju yang mana, sampai kaos kaki dan sepatunya yang matching katanya. Kalo tidak dituruti bisa ngamuk berat. Biasanya kalo ngamuk cuma saya yang bisa ngatasin dan memang dia tidak mau dipegang orang lain kecuali saya. Selama ini tips2 yang saya lakukan dalam menghadapi dia misalnya supaya dia tidak bosan di rumah pagi2 sebelum kerja suka saya ajak jalan2 di dekat rumah. Atau juga kalau saya mau beli buah (seminggu sekali) suka saya ajak dia ke supermarket dekat rumah atau saya ajak LLD (liat-liat doang) ke department store dekat rumah juga. Tidak selalu dia saya ajak ke tempat yang mewah, nanti kebiasaan. Kadang2 saya ajak juga ke pasar dan tidak selalu naik mobil atau taksi kadang naik bis. Walaupun cuma pergi 1/2 atau 1 jam dia udah senang dan kalau hatinya senang biasanya nurut disuruh makan, mandi dan lain2nya. Kalau masalah ingin sesuatu dan tidak saya penuhi dan ngamuk suka saya alihkan perhatian dengan yang lain misal dengan ajak baca buku, joget, setel lagu kesayangan dia, lompat2an, atau nonton TV. Memang sich suka susah ya tapi lama2 bisa reda tuch. Dan kalau dia tidak mau dikasih tau biasanya saya pura2 tinggal dia dikamar sendiri dan lampunya dimatikan. Biasanya dia langsung takut dan walaupun masih nangis suka nggak ngamuk lagi. Selama ini senjata saya suka ampuh juga kalo dia sudah mulai ngamuk suka pelototin biasanya dia takut jadi diam. Terus ada sedikit input dari ibu saya kalo dia ngamuk berat suka saya gendong dan bacakan dia ayat kursi (untuk muslim). Tips ini cukup ampuh bagi ibu saya yang ngurusi 9 anaknya dengan berbagai macam polah. Selain itu yang paling berbahaya dia suka sekali duduk dipangkuan papanya kalo lagi nyetir. Biasanya sich kalo ini tidak dituruti dan saya biarkan aja nangis sambil berontak. Umumnya kalo dia udah cape akan berhenti sendiri. Selama ini saya tidak terlalu keras dengan Hana. Saya tidak pernah teriak2 ke Hana kalau saya marah dengan dia dengan suara yang lemah lembut misal dede sayang nggak boleh gitu dong nggak baik begitu. Setiap saya bicara dengan dia kalo sedang baik dengan Hana/dede sayang dan kalau lagi nakal buanget saya panggil dia Hana jelek. Dan biasanya kalau dia ngeh dia jadi manis lagi, dia nggak mau dibilang jelek. Kalau masalah dikerasin ada efek baik dan buruknya. Terus terang orang tua dulu tidak keras mendidiknya kita anak2nya dibikin kaya' layangan alias tarik ulur dan alhamdulillah semua2nya oke2 aja. Saya pikir ada juga pengaruh dari anak sendiri. Sebenarnya saya ini termasuk yang paling dimanja oleh ayah saya, tetapi tidak berakibat jelek karena dari diri saya ada kemauan untuk tidak menjadi jelek. Teman saya ada yang cukup keras didikan ortunya, hasilnya dari segi akademik dia termasuk pandai tetapi sosialisasinya tidak bagus sekali karena terlalu percaya diri. Wah jadi kaya cerpen. Segitu aja dech sharing saya semoga membantu. Salam Intan Basuki Rahmat <[EMAIL PROTECTED]> on 10/19/2000 04:07:38 PM Please respond to [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] cc:(bcc: Intan Suri/BASF-INDONESIA/BASF) Subject: [balita-anda] BUANDEL... Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , bagaimana mengatasi anak Bandel. Anakku sekarang 18 bulan.Kata orang memang umur segini ini bisa bikin orang tuanya kewalahan. Dulu ... saat masih belum bisa jalan, saya sangat berharap agar cepet-cepet bisa jalan. Tapi sekarang setelah bisa lari, ndak bisa kontrol. Ndak lihat itu lobang, selokan atau batu. Baru kalau jatuh, nangis. INi sih biasa..Yang bikin saya jengkel itu kalau sudah minta sesuatu atau ngajak pergi ndak bisa di rem, harus boleh/mau.Demikian juga kalau sudah bilang tidak mau, sudah deh.No way. Pernah saya coba untuk mengalihkan perhatian/membohongi,tapi lupa sebentar, pasti inget lagi.Kalau udah ngambeg biasanya diem aja, atau ngebantingin sesuatu. Ya kalau mainnya bukan sesuatu yang membahayakan sih oke-oke saja, tetapi kalau ngambeg trus mbanting botol, trus mainan belingnya kan berbahaya, kalau dimarah senjatanya memang ampuh.Nangis. Ini hanya salah satu saja, senengannya emang mainan mobil-mobilan di Kursi, dan sudah sering kali jatuh, tapi ya ndak kapok. Lebih bikin kami senyum getir adalah ,itu kursi sudah bau pesing karna seringnya diompolin. Kalau di kasur malah ndak mau. He..he.. memang namanya anak, mau diapain. Yang mau saya tanyain adalah untuk anak seumur dia, kalau di biarin apa bisa membuat karakter
RE: [balita-anda] BUANDEL...
Wahseru nich, kalau mbicarain anak2 kita yang sudah mulai buandel (kata orang tuanya...hehehehehe..). Saya hanya akan menambahkan apa yang sudah Mama Dafi sampaikan (sebetulnya, cerita si.). Anak pertama saya juga seumuran dengan Dafi, 28 bulan. Nakal, buandel.sama aja koq. Nampaknya anak seumuran itu memang sedang ngguemesin sekali ya. Anak saya sedang giat2nya menirukan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain. Pernah suatu kali ia berkata, "Bunda, cubit ya.?" Seraya tangannya mulai mencubit. Ketika saya kesakitania terkekeh dengan mengatakan, "Emang enaak.!" Saya terkejut bukan main, sambil berpikir keras...dari mana anakku mendapatkan kata2 seperti itu. Saya tanyakan ke pengasuh2nya, ke sepupu2nya.semua menjawab tidak pernah berkata seperti itu. Ujung2nya saya tahurupanya ia meniru kata2 dari sebuah iklan TV. Saya tidak pernah merespon kata2nya itu.lama kelamaan, ia tidak pernah mengatakan itu lagi. Tatkala ia melakukan kenakalan lain, melompat2 di atas kasur, sofa, atau melompat pagar dan naik ke atas meja, saya cuma mengatakan, "Raka, Bunda nggak suka.!" atau "Raka, Bunda nggak mau!" (maksudnya saya tidak suka dan tidak mau ia melakukan hal tersebut). Biasanya anak saya akan memandangi saya dan bertanya, "Bunda nggak suka ya, Bunda nggak mau ya.?" "Maafin ya". Lalu ia tidak melakukannya. Tapikadang2 ia masih melakukannya.namanya juga anak2... Kalau saya sudah marah besarsaya akan panggil nama lengkapnya. Efeknya, dia tau kalau saya benar2 marah dan menghentikan aksinyahehehehehhe. Cheers, Bunda Raka&Rayi Sri Wardhani K. (dhani) Public Relations ph. 54387082/7083 fax. 5451748/54387221 [EMAIL PROTECTED] > -- > From: mamanya Dafi[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > Reply To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, October 20, 2000 9:33 AM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Re: [balita-anda] BUANDEL... > > Pak Basuki, > Kalau bapak baru mulai saya masih nih dalam masa ujian > kesabaran, kadang gagal, kadang berhasil. Dafi (28 > bulan) sudah memulainya sejak lama dan belum kelihatan > kapan berakhirnya. Kalau dari artikel katanya masa > yang terberat antara 20-30 bulan, semoga saja benar > (The terriible Two's).Dalam mengatasi tingkah laku > yang demikian tidak ada 1 cara ampuh, tetap harus > dicoba bermacam-macam dan kalau perlu pengulangan > action. Tapi ada beberapa garis besar yang saya > rasakan bisa berhasil : > 1. Beritahukan apa yang tidak boleh. Jangan > banyak-banyak karena anak tidak bisa menampung > informasi banyak dalam sekejap, jadi perlu prioritas. > Kalau saya paling cuma "Dilarang main di dapur, di > tangga, kamar mandi dan main colokan listrik". > 2. Ulangi lagi saat dia melanggar. Pengulangan ini > bisa 10-50 kali sebelum akhirnya dia tahu bahwa itu > memang dilarang, jadi jangan pernah bosan. > 3. Singkirkan semua benda yang kita tidak ingin dia > mainkan, jadi sebangsa, gunting, jarum, botol kaca, > hiasan meja dll, jangan sampai terlihat. Ini > mengurangi energi kita untuk selalu berkata 'nggak > boleh atau 'jangan' juga menghindari si anak > menganggap remeh larangan kita karena terlalu sering > didengar. Jangan malu kalau rumah kita dibilang 'nggak > ada isinya/barangnya' ini demi kebaikan si anak, masih > ada waktu buat menghias rumah saat mereka besar nanti. > 4. Kalau sudah begitu yang terakhir dan yang terberat > adalah Konsisten dengan larangan tersebut. Siapa saja, > kapan saja dan dimana saja, sesuatu yang dilarang > harus tetap dilarang, jangan sampai pas ortu nggak > ada, neneknya ngasi, atau pas ayah nggak lihat, ibunya > ngasi kalau sudah begitu akan sulit mengembalikan anak > ke track yang benar. Perlu perjanjian antara > ibu-ayah-pengasuh hal-hal apa yang akan dilarang dan > bagaimana penangannya jika terjadi pelanggaran. > Kalau saya, misalnya papa Dafi yang melarang dan > menasehati, saya diam atau mendukung, meskipun kadang > di balik layarnya kita debat juga, begitu juga kalau > saya yang sedang 'bernyanyi' papanya Dafi harus > menunggu sampai Dafi nggak lihat sebelum kita diskusi > lagi. > Untuk menghentikan perbuatan yang tidak sesuai > biasanya saya : > 1. Mengalihkan dengan barang atau kegiatan lain yang > biasanya Dafi sukai. > 2. Mengambil/menghilangkan sumbernya, kalau sudah > begini pasti deh dia ngamuk atau nangis, tapi saya > bilang "Biarpun Dafi nangis mama nggak akan kasih, > karena mama sayang sama Dafi dan nggak mau Dafi luka" > Tapi ya kuping harus tahan dengan tangisan yang > mengiba. Saya beri waktu 2 menit untuk Dafi nangis > sepuas hati, biasanya setelah itu dia sudah menerima > kenyataan bahwa keinginannya tidak akan
Re: [balita-anda] BUANDEL...
Pak Basuki, Kalau bapak baru mulai saya masih nih dalam masa ujian kesabaran, kadang gagal, kadang berhasil. Dafi (28 bulan) sudah memulainya sejak lama dan belum kelihatan kapan berakhirnya. Kalau dari artikel katanya masa yang terberat antara 20-30 bulan, semoga saja benar (The terriible Two's).Dalam mengatasi tingkah laku yang demikian tidak ada 1 cara ampuh, tetap harus dicoba bermacam-macam dan kalau perlu pengulangan action. Tapi ada beberapa garis besar yang saya rasakan bisa berhasil : 1. Beritahukan apa yang tidak boleh. Jangan banyak-banyak karena anak tidak bisa menampung informasi banyak dalam sekejap, jadi perlu prioritas. Kalau saya paling cuma "Dilarang main di dapur, di tangga, kamar mandi dan main colokan listrik". 2. Ulangi lagi saat dia melanggar. Pengulangan ini bisa 10-50 kali sebelum akhirnya dia tahu bahwa itu memang dilarang, jadi jangan pernah bosan. 3. Singkirkan semua benda yang kita tidak ingin dia mainkan, jadi sebangsa, gunting, jarum, botol kaca, hiasan meja dll, jangan sampai terlihat. Ini mengurangi energi kita untuk selalu berkata 'nggak boleh atau 'jangan' juga menghindari si anak menganggap remeh larangan kita karena terlalu sering didengar. Jangan malu kalau rumah kita dibilang 'nggak ada isinya/barangnya' ini demi kebaikan si anak, masih ada waktu buat menghias rumah saat mereka besar nanti. 4. Kalau sudah begitu yang terakhir dan yang terberat adalah Konsisten dengan larangan tersebut. Siapa saja, kapan saja dan dimana saja, sesuatu yang dilarang harus tetap dilarang, jangan sampai pas ortu nggak ada, neneknya ngasi, atau pas ayah nggak lihat, ibunya ngasi kalau sudah begitu akan sulit mengembalikan anak ke track yang benar. Perlu perjanjian antara ibu-ayah-pengasuh hal-hal apa yang akan dilarang dan bagaimana penangannya jika terjadi pelanggaran. Kalau saya, misalnya papa Dafi yang melarang dan menasehati, saya diam atau mendukung, meskipun kadang di balik layarnya kita debat juga, begitu juga kalau saya yang sedang 'bernyanyi' papanya Dafi harus menunggu sampai Dafi nggak lihat sebelum kita diskusi lagi. Untuk menghentikan perbuatan yang tidak sesuai biasanya saya : 1. Mengalihkan dengan barang atau kegiatan lain yang biasanya Dafi sukai. 2. Mengambil/menghilangkan sumbernya, kalau sudah begini pasti deh dia ngamuk atau nangis, tapi saya bilang "Biarpun Dafi nangis mama nggak akan kasih, karena mama sayang sama Dafi dan nggak mau Dafi luka" Tapi ya kuping harus tahan dengan tangisan yang mengiba. Saya beri waktu 2 menit untuk Dafi nangis sepuas hati, biasanya setelah itu dia sudah menerima kenyataan bahwa keinginannya tidak akan terpenuhi, dan bisa main lagi seperti biasa. 3. Kalau dia sudah normal lagi, jangan lupa memuji keberhasilannya. 4. Lihat kondisi anak saat itu, apakah dia sedang lapar/haus, capek, ngantuk, karena tingkah laku yang tidak terkontrol bisa disebabkan keadaan ini, jadi berikan apa yang dia butuhkan. Kalau Dafi marah-marah atau heboh sekitar jam 1 siang maka saya tahu sudah waktunya dia tidur, jadi langsung ritual menjelang tidur dilakukan. 5. Kalau rasanya kita akan marah atau mau melakukan sesuatu terhadap anak (memukul, mencubit, dll) maka kita harus ambil 'time out' untuk mengembalikan emosi yang sudah tinggi (kadang orang tua terlambat mengambil langkah ini jadi anaknya sudah keburu dibentak/dicubit), padahal kekerasan terhadap anak tidak pernah akan membuahkan hasil yang baik. Kalau saya merasa sudah akan marah sama Dafi saya pergi dulu ke kamar mandi atau ke tempat lain sementara yang lain menggantikan sampai saya merasa siap lagi untuk menghadapi tingkahnya. Memang berat ya jadi orang tua... Mamanya Dafi --- Basuki Rahmat <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , > bagaimana mengatasi anak > Bandel __ Do You Yahoo!? Yahoo! Messenger - Talk while you surf! It's FREE. http://im.yahoo.com/ 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] BUANDEL...
Menurut saya, anak seusia itu memang lagi heboh-hebohnya, anak saya sendiri sih memang baru 8,5 bulan. Tapi saya pernah punya sepupu yang hebohnya minta ampun... Eee.. setelah dia sekolah (sekarang udah kuliah) anaknya jadi kalem. Malah kalau kita ceritain masa kecilnya dia yang heboh... dia bener-bener nggak percaya, disangkainnya kita-kita yang bohong... Gimana nggak heboh dulunya... kerjaannya ada aja... seperti berteriak dikuping bapaknya, ngencingin sepupu-sepupunya yang umurnya jelas lebih tua banyak, masukin pasir ke wajan eyangnya yang sedang memasak... dll... pokoknya yang serba heboh dia lakukan. Sama orang tuanya juga didiemin aja... Paling dimarahin sebentar... besoknya diulangin lagi kehebohannya. Tenang dan sabar aja pak Cuman ada yang ingin saya sampaikan nasehat dari ibu saya... yaitu... Jangan sekali-kali kita selaku orang tuanya bilang bahwa anak kita bandel, nakal, bengal... dll... Katanya bahaya karena keluar dari mulut orang tuanya sendiri, bisa-bisa anaknya bandel beneran... Jadi... kita sebagai orang tua memang harus mencadangkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta kesabaran dalam menghadapi kelakuan anak kita Yang sabar aja ya pak Bundanya NISA -Original Message- From: Basuki Rahmat [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: 19 Oktober 2000 16:08 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] BUANDEL... Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , bagaimana mengatasi anak Bandel. Anakku sekarang 18 bulan.Kata orang memang umur segini ini bisa bikin orang tuanya kewalahan. Dulu ... saat masih belum bisa jalan, saya sangat berharap agar cepet-cepet bisa jalan. Tapi sekarang setelah bisa lari, ndak bisa kontrol. Ndak lihat itu lobang, selokan atau batu. Baru kalau jatuh, nangis. INi sih biasa..Yang bikin saya jengkel itu kalau sudah minta sesuatu atau ngajak pergi ndak bisa di rem, harus boleh/mau.Demikian juga kalau sudah bilang tidak mau, sudah deh.No way. Pernah saya coba untuk mengalihkan perhatian/membohongi,tapi lupa sebentar, pasti inget lagi.Kalau udah ngambeg biasanya diem aja, atau ngebantingin sesuatu. Ya kalau mainnya bukan sesuatu yang membahayakan sih oke-oke saja, tetapi kalau ngambeg trus mbanting botol, trus mainan belingnya kan berbahaya, kalau dimarah senjatanya memang ampuh.Nangis. Ini hanya salah satu saja, senengannya emang mainan mobil-mobilan di Kursi, dan sudah sering kali jatuh, tapi ya ndak kapok. Lebih bikin kami senyum getir adalah ,itu kursi sudah bau pesing karna seringnya diompolin. Kalau di kasur malah ndak mau. He..he.. memang namanya anak, mau diapain. Yang mau saya tanyain adalah untuk anak seumur dia, kalau di biarin apa bisa membuat karakter yang jelek nantinya. Kalau di kerasin apa juga pengaruhnya terhadap phsikologis si anak. Saya mohon rekan-rekan yang punya pengalaman ini,untuk di bagi ke kita kita.(kue kali').Terima kasih. >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] BUANDEL...
Memang, mulai usia segitu anak akan mulai exploring kemana2 yg dia pingin tahu. Untuk sharing saja, saya ada beberapa prinsip utama dalam mengasuh anak saya, yaitu : Selama tidak melanggar 2 prinsip dibawah ini, saya akan biarkan anak saya melakukan apa saja yg dia mau. 1. Tidak membahayakan dia sendiri maupun anak/orang lain. 2. Tidak melanggar sopan santun yg sudah kita gariskan. Memang, kita masih belum bisa/boleh terlalu keras dalam memberi peringatan utk anak umur 18 bulan, tapi kita sudah harus mulai melatih hal tsb. Yg penting kita tetap konsisten ttg hal2 yg memang harus dilarang. Si kecil sudah pasti akan nangis kalau dilarang, tapi justru dari situlah dia belajar, dan akan tahu mana yg boleh dan mana yg tidak boleh. Pengalaman saya dulu dg anak saya (Rihan) waktu umur 18 bulan (sekarang sudah 2,5 thn), waktu dia mau mainan/megang hiasan kristal di rumah, langsung dia saya dudukkan di depan muka saya, terus saya bilang dg serius kepada dia "RIHAN TIDAK BOLEH PEGANG ITU !", sambil nunjuk barangnya. Habis itu dia tidak pernah sama sekali megang barang itu. Paling dari jauh dia cuma nunjuk2 sambil ngomong "Tu...tu..tu". Point-nya adalah memberi tahu dg sungguh2, dan si anak tidak dalam keadaan menangis, jadi secara psikologis dia siap menerima. Kemudian, jika si kecil mainan sesuatu dan nangis kalau diberhentikan, saya punya pengalaman dg anak saya seperti ini. Anak saya dulunya selalu nangis kalau di-stop kegiatannya yg lagi asyik, misalnya lempar bola. Tapi kita 'kan perlu mendidik bahwa sesuatu itu ada mulai dan selesainya. Nah..., kalau kita bilang 'Sudah ya' pasti anak saya nangis. Tapi kemudian kita bilang 'Yg ini terakhir ya', terus kita kasih kesempatan melempar satu kali lagi, baru dia mau berhenti tanpa menangis. Kemudian, utk menyetop apapun, kita selalu bilang 'Ini terakhir ya'. Artinya, anak perlu diberi 'signal' bahwa dia sebentar lagi selesai. Kalau tiba2 kita bilang 'sudah selesai', 'pikiran'-nya belum siap utk menerimanya. Yang penting lagi, jangan terlalu banyak bilang "JANGAN". Semakin banyak kita bilang begitu, semakin sulit si anak dikasih tahu. Tetapkan dulu mana yg memang benar2 tidak boleh, dan mana yg masih bisa kita kasih toleransi. Dan SABAAA. Itu saja sharing saya, semoga bermanfaat. Sorry ya kepanjangan :-) Taufan http://members.tripod.com/infoanakindonesia/ - Original Message - From: Nurhasanah A <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, October 20, 2000 9:08 AM Subject: RE: [balita-anda] BUANDEL... > Pak Basuki, kaya'nya masalah kita sama. Anak saya Ibnu (18 bulan) juga > seperti itu (mungkin lebih kali ya). Susah dech nyeritainnya. Buat saya, > pokoknya selagi itu masih dalam keadaan tidak membahayakan, kita cukup > mengawasi dan mengarahkan aja. Tapi kalau udach yang aneh-aneh, mending > dibiarin aja nangis sambil dijelasin kenapa ngga' boleh? (tentunya dengan > bahasa yang bisa dimengerti juga oleh anak) Tapi kadang-kadang memang tidak > berjalan dengan mulus, gampang-gampang susah kali ya ngurus anak itu. Semoga > selalu sabar. > > > -Original Message- > > From: Basuki Rahmat [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > > Sent: Kamis, Oktober 19, 2000 4:08 > > To: [EMAIL PROTECTED] > > Subject: [balita-anda] BUANDEL... > > > > Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , bagaimana mengatasi anak > > Bandel. Anakku sekarang 18 bulan.Kata orang memang umur segini ini bisa > > bikin orang tuanya kewalahan. Dulu ... saat masih belum bisa jalan, saya > > sangat berharap agar cepet-cepet bisa jalan. Tapi sekarang setelah bisa > > lari, ndak bisa kontrol. Ndak lihat itu lobang, selokan atau batu. Baru > > kalau jatuh, nangis. INi sih biasa..Yang bikin saya jengkel itu kalau > > sudah minta sesuatu atau ngajak pergi ndak bisa di rem, harus > > boleh/mau.Demikian juga kalau sudah bilang tidak mau, sudah deh.No > > way. Pernah saya coba untuk mengalihkan perhatian/membohongi,tapi lupa > > sebentar, pasti inget lagi.Kalau udah ngambeg biasanya diem aja, atau > > ngebantingin sesuatu. Ya kalau mainnya bukan sesuatu yang membahayakan sih > > oke-oke saja, tetapi kalau ngambeg trus mbanting botol, trus mainan > > belingnya kan berbahaya, kalau dimarah senjatanya memang ampuh.Nangis. Ini > > hanya salah satu saja, senengannya emang mainan mobil-mobilan di Kursi, > > dan sudah sering kali jatuh, tapi ya ndak kapok. Lebih bikin kami senyum > > getir adalah ,itu kursi sudah bau pesing karna seringnya diompolin. Kalau > > di kasur malah ndak mau. He..he.. memang namanya anak, mau diapain. > > Yang mau saya tanyain adalah untuk anak seumur dia, kalau di biarin apa > > bisa membuat karakter yang jelek nantinya. Kalau di kerasi
RE: [balita-anda] BUANDEL...
Title: RE: [balita-anda] BUANDEL... Kalo bercerita soal anak saya jadi ketawa sendiri, kadang jengkel Ya habis gimana. kita bener-bener dituntut punya kesabaran yang tinggi , anak saya sekarang 2 th buandelnya minta ampun, kalominta sesuatu nggak diturutin ngambek seperti orang beriba hati, dan sekarang hobinya ngebanting pintu setiap ada orang keluar masuk dia langsung berdiri " tutup aja ya.. " dr Aduh... aduh pusing dech... Ini bukan sekali dua kali tapi tiap hari Takutnya kalo tangannya kejepit, dan putus Sekarang saya punya cara baru mengtasinya , kita cari kesenangannya misalnya masukin uang receh ke celengan atau rapi-rapiin boneka-bonekanya nah tentu dia akan lupa dengan kelakuan-kelakuan jeleknya. Dan kita awasi aja nnya selagi tidak membahayakan Gitu aja dari saya Mamanya nadya -Original Message- From: Nurhasanah A [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, October 20, 2000 7:09 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [balita-anda] BUANDEL... Pak Basuki, kaya'nya masalah kita sama. Anak saya Ibnu (18 bulan) juga seperti itu (mungkin lebih kali ya). Susah dech nyeritainnya. Buat saya, pokoknya selagi itu masih dalam keadaan tidak membahayakan, kita cukup mengawasi dan mengarahkan aja. Tapi kalau udach yang aneh-aneh, mending dibiarin aja nangis sambil dijelasin kenapa ngga' boleh? (tentunya dengan bahasa yang bisa dimengerti juga oleh anak) Tapi kadang-kadang memang tidak berjalan dengan mulus, gampang-gampang susah kali ya ngurus anak itu. Semoga selalu sabar. > -Original Message- > From: Basuki Rahmat [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: Kamis, Oktober 19, 2000 4:08 > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: [balita-anda] BUANDEL... > > Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , bagaimana mengatasi anak > Bandel. Anakku sekarang 18 bulan.Kata orang memang umur segini ini bisa > bikin orang tuanya kewalahan. Dulu ... saat masih belum bisa jalan, saya > sangat berharap agar cepet-cepet bisa jalan. Tapi sekarang setelah bisa > lari, ndak bisa kontrol. Ndak lihat itu lobang, selokan atau batu. Baru > kalau jatuh, nangis. INi sih biasa..Yang bikin saya jengkel itu kalau > sudah minta sesuatu atau ngajak pergi ndak bisa di rem, harus > boleh/mau.Demikian juga kalau sudah bilang tidak mau, sudah deh.No > way. Pernah saya coba untuk mengalihkan perhatian/membohongi,tapi lupa > sebentar, pasti inget lagi.Kalau udah ngambeg biasanya diem aja, atau > ngebantingin sesuatu. Ya kalau mainnya bukan sesuatu yang membahayakan sih > oke-oke saja, tetapi kalau ngambeg trus mbanting botol, trus mainan > belingnya kan berbahaya, kalau dimarah senjatanya memang ampuh.Nangis. Ini > hanya salah satu saja, senengannya emang mainan mobil-mobilan di Kursi, > dan sudah sering kali jatuh, tapi ya ndak kapok. Lebih bikin kami senyum > getir adalah ,itu kursi sudah bau pesing karna seringnya diompolin. Kalau > di kasur malah ndak mau. He..he.. memang namanya anak, mau diapain. > Yang mau saya tanyain adalah untuk anak seumur dia, kalau di biarin apa > bisa membuat karakter yang jelek nantinya. Kalau di kerasin apa juga > pengaruhnya terhadap phsikologis si anak. Saya mohon rekan-rekan yang > punya pengalaman ini,untuk di bagi ke kita kita.(kue kali').Terima kasih. > > > > >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< > >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com > >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com > Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] > Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > > > > > > >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] BUANDEL...
Pak Basuki, kaya'nya masalah kita sama. Anak saya Ibnu (18 bulan) juga seperti itu (mungkin lebih kali ya). Susah dech nyeritainnya. Buat saya, pokoknya selagi itu masih dalam keadaan tidak membahayakan, kita cukup mengawasi dan mengarahkan aja. Tapi kalau udach yang aneh-aneh, mending dibiarin aja nangis sambil dijelasin kenapa ngga' boleh? (tentunya dengan bahasa yang bisa dimengerti juga oleh anak) Tapi kadang-kadang memang tidak berjalan dengan mulus, gampang-gampang susah kali ya ngurus anak itu. Semoga selalu sabar. > -Original Message- > From: Basuki Rahmat [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: Kamis, Oktober 19, 2000 4:08 > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: [balita-anda] BUANDEL... > > Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , bagaimana mengatasi anak > Bandel. Anakku sekarang 18 bulan.Kata orang memang umur segini ini bisa > bikin orang tuanya kewalahan. Dulu ... saat masih belum bisa jalan, saya > sangat berharap agar cepet-cepet bisa jalan. Tapi sekarang setelah bisa > lari, ndak bisa kontrol. Ndak lihat itu lobang, selokan atau batu. Baru > kalau jatuh, nangis. INi sih biasa..Yang bikin saya jengkel itu kalau > sudah minta sesuatu atau ngajak pergi ndak bisa di rem, harus > boleh/mau.Demikian juga kalau sudah bilang tidak mau, sudah deh.No > way. Pernah saya coba untuk mengalihkan perhatian/membohongi,tapi lupa > sebentar, pasti inget lagi.Kalau udah ngambeg biasanya diem aja, atau > ngebantingin sesuatu. Ya kalau mainnya bukan sesuatu yang membahayakan sih > oke-oke saja, tetapi kalau ngambeg trus mbanting botol, trus mainan > belingnya kan berbahaya, kalau dimarah senjatanya memang ampuh.Nangis. Ini > hanya salah satu saja, senengannya emang mainan mobil-mobilan di Kursi, > dan sudah sering kali jatuh, tapi ya ndak kapok. Lebih bikin kami senyum > getir adalah ,itu kursi sudah bau pesing karna seringnya diompolin. Kalau > di kasur malah ndak mau. He..he.. memang namanya anak, mau diapain. > Yang mau saya tanyain adalah untuk anak seumur dia, kalau di biarin apa > bisa membuat karakter yang jelek nantinya. Kalau di kerasin apa juga > pengaruhnya terhadap phsikologis si anak. Saya mohon rekan-rekan yang > punya pengalaman ini,untuk di bagi ke kita kita.(kue kali').Terima kasih. > > > > >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< > >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com > >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com > Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] > Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > > > > > > >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
[balita-anda] BUANDEL...
Saya sekarang mau minta tanggapan rekan-rekan , bagaimana mengatasi anak Bandel. Anakku sekarang 18 bulan.Kata orang memang umur segini ini bisa bikin orang tuanya kewalahan. Dulu ... saat masih belum bisa jalan, saya sangat berharap agar cepet-cepet bisa jalan. Tapi sekarang setelah bisa lari, ndak bisa kontrol. Ndak lihat itu lobang, selokan atau batu. Baru kalau jatuh, nangis. INi sih biasa..Yang bikin saya jengkel itu kalau sudah minta sesuatu atau ngajak pergi ndak bisa di rem, harus boleh/mau.Demikian juga kalau sudah bilang tidak mau, sudah deh.No way. Pernah saya coba untuk mengalihkan perhatian/membohongi,tapi lupa sebentar, pasti inget lagi.Kalau udah ngambeg biasanya diem aja, atau ngebantingin sesuatu. Ya kalau mainnya bukan sesuatu yang membahayakan sih oke-oke saja, tetapi kalau ngambeg trus mbanting botol, trus mainan belingnya kan berbahaya, kalau dimarah senjatanya memang ampuh.Nangis. Ini hanya salah satu saja, senengannya emang mainan mobil-mobilan di Kursi, dan sudah sering kali jatuh, tapi ya ndak kapok. Lebih bikin kami senyum getir adalah ,itu kursi sudah bau pesing karna seringnya diompolin. Kalau di kasur malah ndak mau. He..he.. memang namanya anak, mau diapain. Yang mau saya tanyain adalah untuk anak seumur dia, kalau di biarin apa bisa membuat karakter yang jelek nantinya. Kalau di kerasin apa juga pengaruhnya terhadap phsikologis si anak. Saya mohon rekan-rekan yang punya pengalaman ini,untuk di bagi ke kita kita.(kue kali').Terima kasih. 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]