RE: [balita-anda] Bayi Matematika
Mama Nisa, ibunya laras dan rekan-rekan sekalian, artikel tentang Bayi Matematika saya temukan disebuah homepage. Kebetulan saya sering surfing mencari-cari apa saja yang berhubungan dengan balita dan kebetulan menemukannya. Saya tidak tahu apakah ada bukunya atau tidak. Tapi di artikel itu ada alamat penyusunnya. Bila ada pertanyaan seputar artikel itu mungkin bisa ditanyakan langsung ke alamat tersebut. Kebetulan saya sendiri belum pernah menghubungi penyusunnya. Oh iya, Gaiea adalah nama anak saya. Karena tiap hari e-mail yang berhubungan dengan balita (terutama dari balita-anda) dan e-mail untuk Gaiea (panggilannya: Masha) sendiri banyak, Masha saya buatkan account sendiri. Salam Bunda Masha *** REPLY SEPARATOR *** On 03/21/2000 at 9:25 AM Sugiarti wrote: >Halo ibu Gaiea > >Saya tertarik sekali dengan artikel tersebut, ada yang menjualnya dalam >bentuk buku ? >Kalau memang ada dimana membelinya? > >Salam >ibunya laras > Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/ Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Bayi Matematika
Halo ibu Gaiea Saya tertarik sekali dengan artikel tersebut, ada yang menjualnya dalam bentuk buku ? Kalau memang ada dimana membelinya? Salam ibunya laras -Original Message- From: gaiea sukhsmasharira [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, March 20, 2000 2:52 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Bayi Matematika Dear Netter, Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi antara 0 - 1 tahun. Semoga bermanfaat, +Bunda Gaiea+ KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN OLEH : NASRULLAH IDRIS bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA e-mail : [EMAIL PROTECTED] PENDAHULUAN Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat fisik sekitarnya, proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung. Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirannya pada ukuran dan satuan. Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi. Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika. Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi adanya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika, tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan. Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses pengajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada bayinya. Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya meloncat. Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika : salah satu cabang dari Matematika) MEMPERLIHATKAN BOLA Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna gelap dan berbahan sama. Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan daya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umumnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ? Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan acak dilakukan bila bayi sudah akrab. Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya. Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, meskipun diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya. Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pada diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misalkan. Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya lain. Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan warna, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang sudah dikuasainya. Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali diperlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. Sebaliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergenggam. Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan melihat kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul sebentar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang ditandai perubahan luas kelompok. Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tidak lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak. Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah muncul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut. Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat di atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung juga di dalamnya. Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya karena sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah. Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peragaan. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semakin memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyakan objek dengan jumlah berikutnya. Akhirnya bayi akan benar-benar menganggap gabungan dan pisahan bisa dilakukan dengan benda apa saja. Terutama setelah bangun-bangun lainnya diperagakan. Pengertiannya tidak akan terpaku
RE: [balita-anda] Bayi Matematika
Bu Gaiea, Saya tertarik juga dengan artikel tersebut. Bisa engak saya dapat dalam bentuk buku, atau memang ada penerbit yang menerbitkan buku ini. Kalau ada dimana saya bisa mendapatkannya. Terima kasih atas bantuan dan informasinya. Mama Nisa. -Original Message- From: Yendra Herry S. [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, March 21, 2000 12:01 AM To: gaiea sukhsmasharira Subject: Re: [balita-anda] Bayi Matematika Bu Gaiea saya tertarik dengan artikel tersebut, bisakah saya mendapatkannya dari ibu ? Terima kasih atas bantuannya. __ Reply Separator _ Subject: [balita-anda] Bayi Matematika Author: [EMAIL PROTECTED] (gaiea sukhsmasharira) at bngtw Date:3/20/00 2:52 PM Dear Netter, Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi ant ara 0 - 1 tahun. Semoga bermanfaat, +Bunda Gaiea+ KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN OLEH : NASRULLAH IDRIS bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA e-mail : [EMAIL PROTECTED] PENDAHULUAN Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat fisik sekitarnya, proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung. Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirann ya pada ukuran dan satuan. Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi. Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika. Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi ada nya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika, tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan. Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses peng ajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada ba yinya. Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya mel oncat. Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika : salah satu cabang dari Matematika) MEMPERLIHATKAN BOLA Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna gelap dan berbahan sama. Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan da ya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umu mnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ? Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan acak dilakukan bila bayi sudah akrab. Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya. Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, mes kipun diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya. Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pa da diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misal kan. Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya la in. Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan war na, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang suda h dikuasainya. Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali dip erlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. Seb aliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergeng gam. Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan melihat kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul seben tar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang d itandai perubahan luas kelompok. Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tida k lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak. Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah mun cul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut. Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat d i atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung juga di dalamnya. Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2
Re: [balita-anda] Bayi Matematika
Bu Gaiea saya tertarik dengan artikel tersebut, bisakah saya mendapatkannya dari ibu ? Terima kasih atas bantuannya. __ Reply Separator _ Subject: [balita-anda] Bayi Matematika Author: [EMAIL PROTECTED] (gaiea sukhsmasharira) at bngtw Date:3/20/00 2:52 PM Dear Netter, Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi ant ara 0 - 1 tahun. Semoga bermanfaat, +Bunda Gaiea+ KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN OLEH : NASRULLAH IDRIS bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA e-mail : [EMAIL PROTECTED] PENDAHULUAN Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat fisik sekitarnya, proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung. Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirann ya pada ukuran dan satuan. Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi. Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika. Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi ada nya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika, tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan. Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses peng ajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada ba yinya. Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya mel oncat. Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika : salah satu cabang dari Matematika) MEMPERLIHATKAN BOLA Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna gelap dan berbahan sama. Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan da ya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umu mnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ? Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan acak dilakukan bila bayi sudah akrab. Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya. Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, mes kipun diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya. Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pa da diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misal kan. Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya la in. Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan war na, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang suda h dikuasainya. Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali dip erlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. Seb aliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergeng gam. Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan melihat kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul seben tar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang d itandai perubahan luas kelompok. Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tida k lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak. Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah mun cul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut. Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat d i atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung juga di dalamnya. Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya karena sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah. Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peraga an. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semaki n memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyaka n objek
[balita-anda] Bayi Matematika
Dear Netter, Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi antara 0 - 1 tahun. Semoga bermanfaat, +Bunda Gaiea+ KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN OLEH : NASRULLAH IDRIS bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA e-mail : [EMAIL PROTECTED] PENDAHULUAN Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat fisik sekitarnya, proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung. Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirannya pada ukuran dan satuan. Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi. Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika. Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi adanya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika, tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan. Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses pengajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada bayinya. Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya meloncat. Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika : salah satu cabang dari Matematika) MEMPERLIHATKAN BOLA Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna gelap dan berbahan sama. Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan daya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umumnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ? Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan acak dilakukan bila bayi sudah akrab. Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya. Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, meskipun diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya. Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pada diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misalkan. Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya lain. Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan warna, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang sudah dikuasainya. Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali diperlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. Sebaliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergenggam. Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan melihat kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul sebentar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang ditandai perubahan luas kelompok. Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tidak lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak. Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah muncul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut. Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat di atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung juga di dalamnya. Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya karena sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah. Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peragaan. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semakin memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyakan objek dengan jumlah berikutnya. Akhirnya bayi akan benar-benar menganggap gabungan dan pisahan bisa dilakukan dengan benda apa saja. Terutama setelah bangun-bangun lainnya diperagakan. Pengertiannya tidak akan terpaku pada seragam atau beragam. Yang penting tampak langsung. Misalkan, setelah melihat dua bola dan tiga kotak di meja, yang penyimpanannya dengan tenggang waktu beberapa detik, ia pun mengerti adanya lima buah benda. Tentu saja dalam setiap pengajaran diselingi dengan mengajak bayi melihat benda-benda