RE: [balita-anda] Bayi Matematika

2000-03-21 Terurut Topik gaiea sukhsmasharira


Mama Nisa, ibunya laras dan rekan-rekan sekalian, artikel tentang Bayi Matematika saya 
temukan disebuah homepage. Kebetulan saya sering surfing mencari-cari apa saja yang 
berhubungan dengan balita dan kebetulan menemukannya. Saya tidak tahu apakah ada 
bukunya atau tidak. Tapi di artikel itu ada alamat penyusunnya. Bila ada pertanyaan 
seputar artikel itu mungkin bisa ditanyakan langsung ke alamat tersebut. Kebetulan 
saya sendiri belum pernah menghubungi penyusunnya.

Oh iya, Gaiea adalah nama anak saya. Karena tiap hari e-mail yang berhubungan dengan 
balita (terutama dari balita-anda) dan  e-mail untuk Gaiea (panggilannya: Masha) 
sendiri banyak, Masha saya buatkan account sendiri.

Salam

Bunda Masha
*** REPLY SEPARATOR  ***

On 03/21/2000 at 9:25 AM Sugiarti wrote:

>Halo ibu Gaiea
>
>Saya tertarik sekali dengan artikel tersebut, ada yang menjualnya dalam
>bentuk buku ?
>Kalau memang ada dimana membelinya?
>
>Salam
>ibunya laras
>



Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com
Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]













RE: [balita-anda] Bayi Matematika

2000-03-20 Terurut Topik Sugiarti

Halo ibu Gaiea

Saya tertarik sekali dengan artikel tersebut, ada yang menjualnya dalam
bentuk buku ?
Kalau memang ada dimana membelinya?

Salam
ibunya laras

-Original Message-
From: gaiea sukhsmasharira [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Monday, March 20, 2000 2:52 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Bayi Matematika


Dear Netter,

Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi
antara 0 - 1 tahun.

Semoga bermanfaat,

+Bunda Gaiea+

KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA
KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN

OLEH : NASRULLAH IDRIS

bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi
P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA
e-mail : [EMAIL PROTECTED]



PENDAHULUAN

Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus
melihat fisik sekitarnya,  proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang
berlangsung. Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan
benda, yang gilirannya pada ukuran dan satuan.

Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda
ke hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.

Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah,
sehingga apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan
matematika.

Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi
adanya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh
matematika, tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal
pengasuhan.

Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses
pengajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input
kepada bayinya.

Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai
yang lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu
namanya meloncat.

Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada
aritmatika : salah satu cabang dari Matematika)

MEMPERLIHATKAN BOLA

Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang
berwarna gelap dan berbahan sama.

Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar
dengan daya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada
payudara, yang umumnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu
juga ?

Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup.
Tampilan  acak dilakukan bila bayi sudah akrab.

Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika
semuanya diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya.

Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya,
meskipun
diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.

Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah
populer pada diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan
kuning, misalkan.

Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya
jenisnya lain.

Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan
warna, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental
yang sudah dikuasainya.

Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali
diperlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk
pengurangan. Sebaliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat
pada bola yang tergenggam.

Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun
akan melihat
kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul
sebentar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan
berkurang, yang ditandai perubahan luas kelompok.

Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya
tidak lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.

Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah
muncul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut.

Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya
setingkat di atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut
masih terkandung juga di dalamnya.

Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya
sudah terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal
mengaplikasikanya pada kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3
mangga di rumah hanya karena sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di
sekolah.

Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap
peragaan. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang
dibahas terbatas pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak
dari lima, agar semakin memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan
terangsang untuk mempertanyakan objek dengan jumlah berikutnya.

Akhirnya bayi akan benar-benar menganggap gabungan dan pisahan bisa
dilakukan dengan benda apa saja. Terutama setelah bangun-bangun lainnya
diperagakan. Pengertiannya tidak akan terpaku

RE: [balita-anda] Bayi Matematika

2000-03-20 Terurut Topik Nining

Bu Gaiea,

Saya tertarik juga dengan artikel tersebut. Bisa engak saya dapat dalam
bentuk buku, atau memang ada penerbit yang menerbitkan buku ini. Kalau ada
dimana saya bisa mendapatkannya.
Terima kasih atas bantuan dan informasinya.

Mama Nisa.


-Original Message-
From: Yendra Herry S. [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Tuesday, March 21, 2000 12:01 AM
To: gaiea sukhsmasharira
Subject: Re: [balita-anda] Bayi Matematika


 Bu Gaiea saya tertarik dengan artikel tersebut, bisakah saya 
 mendapatkannya dari ibu ?
 
 Terima kasih atas bantuannya.


__ Reply Separator
_
Subject: [balita-anda] Bayi Matematika
Author:  [EMAIL PROTECTED] (gaiea sukhsmasharira) at bngtw
Date:3/20/00 2:52 PM


Dear Netter,
 
Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi
ant
ara 0 - 1 tahun.
 
Semoga bermanfaat,
 
+Bunda Gaiea+
 
KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA
KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN
 
OLEH : NASRULLAH IDRIS
 
bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi 
P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
 
 
 
PENDAHULUAN
 
Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus
melihat 
fisik sekitarnya,  proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang
berlangsung.
 Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang
gilirann
ya pada ukuran dan satuan.
 
Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda
ke 
hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.
 
Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah,
sehingga
 apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan
matematika.
 
Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi
ada
nya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh
matematika, 
tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan.
 
Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses
peng
ajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input
kepada ba
yinya.
 
Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai
yang
 lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya
mel
oncat.
 
Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada
aritmatika :
 salah satu cabang dari Matematika)
 
MEMPERLIHATKAN BOLA
 
Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang
berwarna 
gelap dan berbahan sama.
 
Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar
dengan da
ya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang
umu
mnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ?
 
Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup.
Tampilan
  acak dilakukan bila bayi sudah akrab.
 
Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika
semuanya
 diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya.
 
Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya,
mes
kipun
diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.
 
Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah
populer pa
da diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning,
misal
kan.
 
Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya
jenisnya la
in.
 
Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan
war
na, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang
suda
h dikuasainya.
 
Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali
dip
erlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan.
Seb
aliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang
tergeng
gam.
 
Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun
akan
 melihat
kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul
seben
tar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang,
yang d
itandai perubahan luas kelompok.
 
Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya
tida
k lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.
 
Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah
mun
cul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut.
 
Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya
setingkat d
i atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih
terkandung 
juga di dalamnya.
 
Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya
sudah
 terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya
pada
kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2

Re: [balita-anda] Bayi Matematika

2000-03-20 Terurut Topik Yendra Herry S.

 Bu Gaiea saya tertarik dengan artikel tersebut, bisakah saya 
 mendapatkannya dari ibu ?
 
 Terima kasih atas bantuannya.


__ Reply Separator _
Subject: [balita-anda] Bayi Matematika
Author:  [EMAIL PROTECTED] (gaiea sukhsmasharira) at bngtw
Date:3/20/00 2:52 PM


Dear Netter,
 
Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi ant
ara 0 - 1 tahun.
 
Semoga bermanfaat,
 
+Bunda Gaiea+
 
KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA
KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN
 
OLEH : NASRULLAH IDRIS
 
bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi 
P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
 
 
 
PENDAHULUAN
 
Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat 
fisik sekitarnya,  proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung.
 Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirann
ya pada ukuran dan satuan.
 
Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke 
hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.
 
Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga
 apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika.
 
Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi ada
nya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika, 
tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan.
 
Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses peng
ajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada ba
yinya.
 
Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang
 lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya mel
oncat.
 
Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika :
 salah satu cabang dari Matematika)
 
MEMPERLIHATKAN BOLA
 
Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna 
gelap dan berbahan sama.
 
Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan da
ya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umu
mnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ?
 
Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan
  acak dilakukan bila bayi sudah akrab.
 
Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya
 diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya.
 
Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, mes
kipun
diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.
 
Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pa
da diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misal
kan.
 
Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya la
in.
 
Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan war
na, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang suda
h dikuasainya.
 
Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali dip
erlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. Seb
aliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergeng
gam.
 
Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan
 melihat
kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul seben
tar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang d
itandai perubahan luas kelompok.
 
Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tida
k lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.
 
Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah mun
cul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut.
 
Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat d
i atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung 
juga di dalamnya.
 
Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah
 terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada
kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya karena 
sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah.
 
Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peraga
an. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas
 pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semaki
n memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyaka
n objek

[balita-anda] Bayi Matematika

2000-03-19 Terurut Topik gaiea sukhsmasharira

Dear Netter,

Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi antara 0 
- 1 tahun.

Semoga bermanfaat,

+Bunda Gaiea+

KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA
KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN

OLEH : NASRULLAH IDRIS

bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi
P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA
e-mail : [EMAIL PROTECTED]



PENDAHULUAN

Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat fisik 
sekitarnya,  proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung. Karena apa 
yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirannya pada ukuran dan 
satuan.

Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke 
hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.

Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga apa 
yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika.

Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi adanya 
predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika, tentu 
semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan.

Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses pengajaran 
matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada bayinya.

Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang 
lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya meloncat.

Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika : salah 
satu cabang dari Matematika)

MEMPERLIHATKAN BOLA

Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna gelap 
dan berbahan sama.

Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan daya 
penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umumnya 
sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ?

Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan  acak 
dilakukan bila bayi sudah akrab.

Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya 
diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya.

Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, meskipun
diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.

Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pada 
diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misalkan.

Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya lain.

Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan warna, 
ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang sudah 
dikuasainya.

Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali 
diperlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. 
Sebaliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergenggam.

Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan 
melihat
kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul 
sebentar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang 
ditandai perubahan luas kelompok.

Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tidak lagi 
terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.

Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah muncul 
sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut.

Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat di atas 
bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung juga di 
dalamnya.

Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah 
terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada kubus. 
Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya karena sudah 
memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah.

Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peragaan. 
Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas pada 
Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semakin memperkuat 
basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyakan objek dengan 
jumlah berikutnya.

Akhirnya bayi akan benar-benar menganggap gabungan dan pisahan bisa dilakukan dengan 
benda apa saja. Terutama setelah bangun-bangun lainnya diperagakan. Pengertiannya 
tidak akan terpaku pada seragam atau beragam. Yang penting tampak langsung. Misalkan, 
setelah melihat dua bola dan tiga kotak di meja, yang penyimpanannya dengan tenggang 
waktu beberapa detik, ia pun mengerti adanya lima buah benda.

Tentu saja dalam setiap pengajaran diselingi dengan mengajak bayi melihat benda-benda