Re: [balita-anda] Pengalaman dengan IUFD , re : Operasi SC

2000-05-16 Terurut Topik Septia Yusanthi

Buat mbak Inka...
Saya terharu banget membaca "kisah duka" nya mbak...
Saya ikut berdoa semoga mbak dan keluarga dapat melampaui cobaan yang diberikan Allah 
kepada mbak sekeluarga, dan saya juga percaya, hal yang terbaik telah dipilihkan 
olehNya untuk hambanya yang bertawakal.
Semoga juga buah hati yang sekarang tak kurang satu hal apapun dan mudah dalam 
melahirkannyaAmien ya rabbal alamin...

Wassalam,
Mamanya Pepi


Inka wrote:

> terima kasih buat mbak Asrita dan  mama Ticia atas infonya tentang operasi SC.
>
> berhubung mama Ticia minta diceritakan kisah SC yang pertama,  okelah aku ceritain 
>'kisah' nya, tapi panjang lhonggak apa-apa ?
> saya berharap semoga cerita yang panjang ini nggak cuma panjang tok, tapi juga bisa 
>diambil 'isinya'.
>
> Pada kehamilan pertama saya dulu didapati adanya kista di ova kiri yang menurut  
>DSOG  saya saat itu tidak berbahaya. Memang menurut pengalaman teman-teman ataupun 
>info yang saya dapat di buku ataupun majalah, kista pada umumnya tidak akan 
>membahayakan kehamilan dan adakalanya akan menghilang seiring dengan bertambahnya 
>usia kehamilan atau keluar bersama bayi pada saat kelahiran. Untuk sementara hal itu 
>membuat saya tenang. Namun menjelang bulan kelima kehamilan saya merasakan sakit yang 
>amat sangat di bagian bawah perut yang membuat saya sulit berjalan bahkan merubah 
>posisi duduk selama bekerja di kantor. Dan itu saya alami selama satu bulan lebih. 
>Sakit yang luar biasa itu dibarengi juga dengan demam dan frekuensi BAK yang sering 
>untuk ukuran usia kehamilan saat itu. DSOG saya memberikan 2 jenis antibiotik dan 
>mengatakan 'tidak apa-apa'. Saya juga  berfikir "ah nggak apa-apa" soalnya saat itu ( 
>dan untuk seterusnya ) tidak ada perdarahan sedikitpun. Akhirnya dalam kondisi yang - 
>kalau saya pikir sekarang - sangat payah itu saya putuskan untuk tetap bekerja. 
>Sampai suatu hari teman kantor saya 'gregetan' melihat saya yang 'sok kuat'  terus 
>ngantor dengan kondisi yang amburadul dan menyarankan saya untuk check ke lab dan 
>ambil cuti sampai sembuh. Hasil lab kami berikan kepada DSOG berikut hasil USG ( 
>inisiatif kami sendiri untuk USG di lab ) yang menunjukan bahwa saya menderita 
>infeksi kandung kemih akut dan kista sudah membesar hingga lima kali lipat dari 
>sebelumnya. Kembali saya diberi antibiotik dosis tinggi dan hasilnya saya 'sembuh'.
>
> Sampai pada suatu hari saya rasakan kok janin saya tidak bergerak lagi.
> Kami sempat menunggu selama satu hari hingga keesokannya insting keibuan saya 
>mengatakan ada yang nggak beres, kami 'lari' ke rumah sakit dan dari hasil USG 
>terakhir dinyatakan bayi saya sudah 'tidak ada', waaahhhlangit rasanya runtuh 
>seketika.
> Saat itu saya masih tenang antara percaya dan tidak, namun sesampainya dirumah kami 
>berdua bertangisan ( saya sempat bingung kok suami saya bisa menangis sehisteris itu 
>). Mungkin karena dia laki-laki sehingga untuk kemudian dan seterusnya dia bisa 
>kembali tenang dan 'menerima' apa yang terjadi bahkan dia mengajak saya berdoa untuk 
>'berterima kasih'.  Sementara saya membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk benar2 
>bisa melihat bayi yang saya temui, ibu hamil  atau melewati counter pakaian bayi 
>tanpa harus menangis. Saat itu juga saya unsub dari milis BA karena nggak tahan 
>dengan sharing antara anggota milis mengenai buah hati mereka. Saya terus bertanya 
>kenapa harus kami yang mengalami ini, padahal kami merasa sudah memberikan yang 
>terbaik bagi bayi saya selama dia dalam kandungan. Kenapa juga harus kami sementara 
>pasangan lain bisa 'bertemu' dengan buah hati yang mereka tunggu tanpa halangan 
>apapun.
> But, we have to face the reality  anyway.
>
> Orangtua kami berdua datang menjemput dan membawa saya untuk  'melahirkan' di 
>Jakarta karena mereka tinggal di sana, dengan harapan saya 'aman' dan 'tenang' berada 
>dekat mereka dan saya sempat 'membawa' bayi saya yang sudah tidak ada itu selama 
>empat hari hingga tiba saat untuk 'dilahirkan'. Kenapa tidak langsung dikeluarkan ? 
>Menurut 3 DSOG yang saya mintai pendapat mereka mengatakan 'tidak berbahaya', 
>sementara orang tua kami stress setengah mati karena mereka berfikir itu akan 
>membahayakan jiwa saya.
>
> Mulanya saya ingin 'melahirkan' secara normal namun mengingat placenta sudah menutup 
>jalan lahir akhirnya dilakukan SC sekalian untuk mengambil kista saya yang ternyata 
>sudah sebesar kepalan tangan Ade Rai ( gede banget pokoknya ) .
> Eh...cerita belum habis, ternyata saat perut saya 'dibongkar' , si kista - yang 
>ditemukan melekat pada organ disekitarnya dan pecah pada saat diangkat - sudah 
>terinfeksi. Kista yang belakangan ( setelah PA ) diketahui sebagai kista 
>endometriosis yang seharusnya berisi cairan coklat, ternyata sudah berubah warna 
>menjadi hijau kekuningan. Akibatnya terpaksa dilakukan ovarektomi ( ?), ova kiri saya 
>diangkat untuk mencegah menyebarnya infeksi tsb.
> Waduh, apalagi ini ? Ini berarti saya tinggal punya satu ova dan kemungkinan untuk 

Re:[balita-anda] Pengalaman dengan IUFD , re : Operasi SC

2000-05-16 Terurut Topik hsuluh

Duh Mbak Inka, aku turut sedih lho, sampe engga enak hati udah minta diceritain,
jadi membuka kenangan pahit Mbak Inka deh. Maaf ya. Aku bisa ngebayang rasanya
seperti apa dulu yang Mbak lalui. Aku salut sama Mbak dan suami, aku engga tau
apa aku bisa sekuat itu kalo aku sendiri yang ngalamin. Tapi aku setuju lho
Mbak, Tuhan memberi yang terbaik pada waktunya sesuai dengan rencanaNya. Aku
turut berdoa agar Tuhan selalu menguatkan Mbak dan juga memelihara si kecil
hingga lahir dalam keadaan sehat. Kabar-kabari ya Mbak oya, udah keliatan
laki atau perempuan ?...

Salam,
Mama Ticia



>> Pusing milih POP3 atau web mail? mail.telkom.net solusinya <<
>> Belanja Info & Keperluan Balita? Klik, http://www.balitanet.or.id
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]















Re: [balita-anda] Pengalaman dengan IUFD , re : Operasi SC

2000-05-16 Terurut Topik haify


Assalamualaikum,

Adh mabk terharu banget deh bacanya, tapi alhamdulillah mbak kuat
menghadapiya. Mudah2an Allah kali ini memberikan kesempatan yang terbaik
untuk mbak dan suami, Insya Allah. Amien...

Wassalam



   
   
"Inka" 
   
<[EMAIL PROTECTED]To: <[EMAIL PROTECTED]>   
   
in.net.id>  cc:
   
Subject: [balita-anda] Pengalaman 
dengan IUFD 
05/16/00 01:47  , re : Operasi SC  
   
PM 
   
Please respond 
   
to balita-anda 
   
   
   
   
   




terima kasih buat mbak Asrita dan  mama Ticia atas infonya tentang operasi
SC.

berhubung mama Ticia minta diceritakan kisah SC yang pertama,  okelah aku
ceritain 'kisah' nya, tapi panjang lhonggak apa-apa ?
saya berharap semoga cerita yang panjang ini nggak cuma panjang tok, tapi
juga bisa diambil 'isinya'.

Pada kehamilan pertama saya dulu didapati adanya kista di ova kiri yang
menurut  DSOG  saya saat itu tidak berbahaya. Memang menurut pengalaman
teman-teman ataupun info yang saya dapat di buku ataupun majalah, kista
pada umumnya tidak akan membahayakan kehamilan dan adakalanya akan
menghilang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan atau keluar bersama
bayi pada saat kelahiran. Untuk sementara hal itu membuat saya tenang.
Namun menjelang bulan kelima kehamilan saya merasakan sakit yang amat
sangat di bagian bawah perut yang membuat saya sulit berjalan bahkan
merubah posisi duduk selama bekerja di kantor. Dan itu saya alami selama
satu bulan lebih. Sakit yang luar biasa itu dibarengi juga dengan demam dan
frekuensi BAK yang sering untuk ukuran usia kehamilan saat itu. DSOG saya
memberikan 2 jenis antibiotik dan mengatakan 'tidak apa-apa'. Saya juga
berfikir "ah nggak apa-apa" soalnya saat itu ( dan untuk seterusnya ) tidak
ada perdarahan sedikitpun. Akhirnya dalam kondisi yang - kalau saya pikir
sekarang - sangat payah itu saya putuskan untuk tetap bekerja. Sampai suatu
hari teman kantor saya 'gregetan' melihat saya yang 'sok kuat'  terus
ngantor dengan kondisi yang amburadul dan menyarankan saya untuk check ke
lab dan ambil cuti sampai sembuh. Hasil lab kami berikan kepada DSOG
berikut hasil USG ( inisiatif kami sendiri untuk USG di lab ) yang
menunjukan bahwa saya menderita infeksi kandung kemih akut dan kista sudah
membesar hingga lima kali lipat dari sebelumnya. Kembali saya diberi
antibiotik dosis tinggi dan hasilnya saya 'sembuh'.

Sampai pada suatu hari saya rasakan kok janin saya tidak bergerak lagi.
Kami sempat menunggu selama satu hari hingga keesokannya insting keibuan
saya mengatakan ada yang nggak beres, kami 'lari' ke rumah sakit dan dari
hasil USG terakhir dinyatakan bayi saya sudah 'tidak ada',
waaahhhlangit rasanya runtuh seketika.
Saat itu saya masih tenang antara percaya dan tidak, namun sesampainya
dirumah kami berdua bertangisan ( saya sempat bingung kok suami saya bisa
menangis sehisteris itu ). Mungkin karena dia laki-laki sehingga untuk
kemudian dan seterusnya dia bisa kembali tenang dan 'menerima' apa yang
terjadi bahkan dia mengajak saya berdoa untuk 'berterima kasih'.  Sementara
saya membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk benar2 bisa melihat bayi yang
saya temui, ibu hamil  atau melewati counter pakaian bayi tanpa harus
menangis. Saat itu juga saya unsub dari milis BA karena nggak tahan dengan
sharing antara anggota milis mengenai buah hati mereka. Saya terus bertanya
kenapa harus kami yang mengalami ini, padahal kami merasa sudah memberikan
yang terbaik bagi bayi saya selama dia dalam kandungan. Kenapa juga harus
kami sementara pasangan lain bisa 'bertemu' dengan buah hati yang mereka
tunggu tanpa halangan apapun.
But, we have to face the reality  anyway.

Orangtua kami berdua datang menjemput dan membawa saya untuk  'melahirkan'
di Jakarta karena mereka tinggal di sana, dengan harapan saya 'aman' dan
'tenang' berada dekat mereka dan saya sempat 'membawa' bayi saya yang sudah
tidak ada itu selama empat hari hingga tiba saat untuk 'dilahirkan'. Kenapa
tidak langsung dikeluarkan ? Menurut 3 DSOG yang saya mintai pendapat
mereka mengatakan 'tidak berbahaya', sementara orang tua kami stress
setengah mati karena mereka berfikir itu akan membahayakan jiwa saya.

Mulanya saya ingin 'melahirkan' secara normal namun men

[balita-anda] Pengalaman dengan IUFD , re : Operasi SC

2000-05-15 Terurut Topik Inka

terima kasih buat mbak Asrita dan  mama Ticia atas infonya tentang operasi SC.

berhubung mama Ticia minta diceritakan kisah SC yang pertama,  okelah aku ceritain 
'kisah' nya, tapi panjang lhonggak apa-apa ?
saya berharap semoga cerita yang panjang ini nggak cuma panjang tok, tapi juga bisa 
diambil 'isinya'.

Pada kehamilan pertama saya dulu didapati adanya kista di ova kiri yang menurut  DSOG  
saya saat itu tidak berbahaya. Memang menurut pengalaman teman-teman ataupun info yang 
saya dapat di buku ataupun majalah, kista pada umumnya tidak akan membahayakan 
kehamilan dan adakalanya akan menghilang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan 
atau keluar bersama bayi pada saat kelahiran. Untuk sementara hal itu membuat saya 
tenang. Namun menjelang bulan kelima kehamilan saya merasakan sakit yang amat sangat 
di bagian bawah perut yang membuat saya sulit berjalan bahkan merubah posisi duduk 
selama bekerja di kantor. Dan itu saya alami selama satu bulan lebih. Sakit yang luar 
biasa itu dibarengi juga dengan demam dan frekuensi BAK yang sering untuk ukuran usia 
kehamilan saat itu. DSOG saya memberikan 2 jenis antibiotik dan mengatakan 'tidak 
apa-apa'. Saya juga  berfikir "ah nggak apa-apa" soalnya saat itu ( dan untuk 
seterusnya ) tidak ada perdarahan sedikitpun. Akhirnya dalam kondisi yang - kalau saya 
pikir sekarang - sangat payah itu saya putuskan untuk tetap bekerja. Sampai suatu hari 
teman kantor saya 'gregetan' melihat saya yang 'sok kuat'  terus ngantor dengan 
kondisi yang amburadul dan menyarankan saya untuk check ke lab dan ambil cuti sampai 
sembuh. Hasil lab kami berikan kepada DSOG berikut hasil USG ( inisiatif kami sendiri 
untuk USG di lab ) yang menunjukan bahwa saya menderita infeksi kandung kemih akut dan 
kista sudah membesar hingga lima kali lipat dari sebelumnya. Kembali saya diberi 
antibiotik dosis tinggi dan hasilnya saya 'sembuh'.

Sampai pada suatu hari saya rasakan kok janin saya tidak bergerak lagi.
Kami sempat menunggu selama satu hari hingga keesokannya insting keibuan saya 
mengatakan ada yang nggak beres, kami 'lari' ke rumah sakit dan dari hasil USG 
terakhir dinyatakan bayi saya sudah 'tidak ada', waaahhhlangit rasanya runtuh 
seketika. 
Saat itu saya masih tenang antara percaya dan tidak, namun sesampainya dirumah kami 
berdua bertangisan ( saya sempat bingung kok suami saya bisa menangis sehisteris itu 
). Mungkin karena dia laki-laki sehingga untuk kemudian dan seterusnya dia bisa 
kembali tenang dan 'menerima' apa yang terjadi bahkan dia mengajak saya berdoa untuk 
'berterima kasih'.  Sementara saya membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk benar2 
bisa melihat bayi yang saya temui, ibu hamil  atau melewati counter pakaian bayi tanpa 
harus menangis. Saat itu juga saya unsub dari milis BA karena nggak tahan dengan 
sharing antara anggota milis mengenai buah hati mereka. Saya terus bertanya kenapa 
harus kami yang mengalami ini, padahal kami merasa sudah memberikan yang terbaik bagi 
bayi saya selama dia dalam kandungan. Kenapa juga harus kami sementara pasangan lain 
bisa 'bertemu' dengan buah hati yang mereka tunggu tanpa halangan apapun. 
But, we have to face the reality  anyway.

Orangtua kami berdua datang menjemput dan membawa saya untuk  'melahirkan' di Jakarta 
karena mereka tinggal di sana, dengan harapan saya 'aman' dan 'tenang' berada dekat 
mereka dan saya sempat 'membawa' bayi saya yang sudah tidak ada itu selama empat hari 
hingga tiba saat untuk 'dilahirkan'. Kenapa tidak langsung dikeluarkan ? Menurut 3 
DSOG yang saya mintai pendapat mereka mengatakan 'tidak berbahaya', sementara orang 
tua kami stress setengah mati karena mereka berfikir itu akan membahayakan jiwa saya.

Mulanya saya ingin 'melahirkan' secara normal namun mengingat placenta sudah menutup 
jalan lahir akhirnya dilakukan SC sekalian untuk mengambil kista saya yang ternyata 
sudah sebesar kepalan tangan Ade Rai ( gede banget pokoknya ) .
Eh...cerita belum habis, ternyata saat perut saya 'dibongkar' , si kista - yang 
ditemukan melekat pada organ disekitarnya dan pecah pada saat diangkat - sudah 
terinfeksi. Kista yang belakangan ( setelah PA ) diketahui sebagai kista endometriosis 
yang seharusnya berisi cairan coklat, ternyata sudah berubah warna menjadi hijau 
kekuningan. Akibatnya terpaksa dilakukan ovarektomi ( ?), ova kiri saya diangkat untuk 
mencegah menyebarnya infeksi tsb. 
Waduh, apalagi ini ? Ini berarti saya tinggal punya satu ova dan kemungkinan untuk 
hamil kembali berkurang 50 %. Jadilah saya saat itu benar-benar 'hancur lebur'. Sakit 
akibat operasi terasa 10 x lebih sakit dan penyembuhan membutuhkan waktu yang lebih 
lama, sehingga saya sempat berganti teman sekamar sebanyak lima kali dan sebanyak itu 
pula saya harus kembali 'membuka luka' bercerita pada saat mereka bertanya "lho, tidak 
menyusui Bu?"
Dan selama itu pula saya harus mendengar dan menyaksikan kebahagiaan pasangan ayah ibu 
yang bertemu dengan buah hati mereka, sementara saya dan suami hanya