Re: [budaya_tionghua] Numpang tanya,....

2008-10-19 Terurut Topik King Hian
Aris Heng,
alamat milis http://www.budaya- tionghoa. org/ sudah pianhua menjadi

http://www.budaya-tionghoa.net

seperti terlihat di footer message forum ini.

salam,
KH


--- On Mon, 10/20/08, kribo1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: kribo1 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Numpang tanya,
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, October 20, 2008, 10:52 AM











Maaf, mau numpang tanya pada moderator, atau ABS-heng dan 
teman-teman 

yang aktif di forum ini, apa yang terjadi dengan situs 

http://www.budaya- tionghoa. org/ ya?



Malam ini saya coba lihat ke sana, koq ketemu situs urusan gigi 

berbahasa Jerman?



Salam,



Aris Tanone/




  




 
















__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [budaya_tionghua] Bung Dari Mana? (Was: Peran Guru dan Suhu.)

2008-10-19 Terurut Topik raden soenarto
Bung berasal dari bahsa Belanda "Broer" yang artinya kakak (untuk laki-laki; 
untuk perempuan "Zus") . Kata Bung untuk panggilan kakak banyak digunakan di 
Indonesia Timur (Ambon, Maluku).

--- On Sat, 10/18/08, Ophoeng <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Ophoeng <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Bung Dari Mana? (Was: Peran Guru dan Suhu.)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 18, 2008, 5:50 PM






Bung Fy Zhou dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Hehehe masuk ke panggilan 'bung' nih.

Kalau tak salah, ini panggilan populer pada masa-masa 'revolusi 45 dulu.
Ada Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Bung Adam (Malik), Bung Tomo,
tapi ndak pas kayaknya untuk Bung Harto, Bung Hamengku (Buwono IX) 
atau Bung Ali (Sadikin), Bung Cokro(pranolo) , Bung Yos. 

Untuk gubernur Jakarta, populer dengan sebutan 'Bang'. Tapi juga kayak-
nya ndak semua gubernur Jakarta pas dipasangi 'Bang'. Kalau tak salah di-
mulai dari Bang Ali (Sadikin), sebagai penghormatan masyarakat Betawi,
Jakarta, atas sukses Bang Ali membenahi Jakarta pada waktu itu. Kemudi-
an, para penggantinya coba juga diberi gelar yang sama, namun jarang 
ada yang pas dan kemudian menjadi sebutan populer. Terasa agak dipak-
sakan. Sebab memang susah membandingkan sesuatu yang sudah baik
dan hampir dianggap sempurna. Ada sebutan lain yang bertujuan meng-
hormat juga, yakni 'babe'. kalau tak salah ini untuk Babe Nolly aka Pak
Tjokropranolo.

Tapi, 'bung' itu kayaknya identik dengan panggilan 'kamrad', rekan, yang
justru tidak mau ada pembedaan usia dan tingkatan generasi. Sebagai se-
butan panggilan yang sederajat, netral. Juga tidak memandang asal-usul,
untuk menggantikan panggila yang bersifat kedaerahan (bang, mas, pak).
Jadi, kalau ada tambahan 'de' untuk 'gede' (besar, lebih tua, maksudnya), 
mungkin justru akan merancukan makna tujuan semula dalam memben-
tuk sebutan 'bung' ini.

Sila baca di sini:
http://www.geocitie s.com/rainforest wind/indonesianh istory.htm

Bung Karno kalau tak salah dijuluki juga Bung Besar, sementara sang per-
dana menterinya disebut Bung Kecil yakni Bung Sjahrir. Bung Karno dise-
but Bung Besar, mestinya sebagai penghormatan, seperti Pak Katua (di Me-
dan) atau Bapak Boot (di Timtim). Bung Kecil untuk Bung Sjahrir, sebagai 
panggilan akrab di kalangan dekat teman seperjuangan, kebetulan juga
mungkin karena perawakan Bung Sjahrir memang pendek dan kecil.

Sila baca di sini: 
http://blitar. blogspot. com/2007/ 07/bung-besar- ideolog-yang- kesepian. html
http://www.suarapem baruan.com/ News/2008/ 10/17/Editor/ edit01.htm
http://www.forum. indramayu- cc.org/index. php?topic= 43.0

Pernah ada yang mengusulkan panggilan 'Bing' untuk gender perempuan.
jadi, bung berpasangan padu padan dengan bing. Tapi kayaknya kurang
bisa diterima oleh orang banyak, tidak populer maka hilang begitu saja.

Jadi, kalau sudah menyebut 'bung', mungkin memang tidak usah diberi
pembedaan lagi antara 'bungde' atau 'bunglik', beda dengan Pakde atau
Paklik sebagai padanan Twaku dan Engku, Twapek dan Encek.

Begitu saja sih ya, kira-kira.
Kalau ada yang salah, tolong dikoreksi dan sila tambahkan kalu kurang.

Salam makan enak & sehat selalu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang

PS: "Bung Dari Mana?" - ungkapan dalam satu pidato Bung Karno pada
Kongres ke VIII Baperki di Gelora Bung Karno, 14 Maret 1963. Dalam 
pidato tsb. BK tidak mau mengakui istilah 'suku minoritas', sebab kalau
ada minoritas tentu ada mayoritas, dan mayoritas cenderung mengeks-
ploitir minoritas, minoritas bisa merasa 'tertindas' oleh mayoritas.

Sila lihat di sini: 
http://kepustakaan-
presiden.pnri. go.id/uploaded_ files/pdf/ speeches_ clipping/ normal/soekarno1 
1.pdf

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Bung Opheng,
 
Bang memang kesannya sangat betawi , mengapa tak Bungde saja? lebih netral, 
Bung 
Karno yang Jawa juga senang dipanggil bung Bungde Karno gitu...



 













__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[budaya_tionghua] Numpang tanya,....

2008-10-19 Terurut Topik kribo1
Maaf, mau numpang tanya pada moderator, atau ABS-heng dan teman-teman 
yang aktif di forum ini, apa yang terjadi dengan situs 
http://www.budaya-tionghoa.org/ ya?

Malam ini saya coba lihat ke sana, koq ketemu situs urusan gigi 
berbahasa Jerman?

Salam,

Aris Tanone/




Re: Sama-sama U Hauw (Re: [budaya_tionghua] Re: Si Put On (djangan asal pasang omong), jawaban dari Liang U)

2008-10-19 Terurut Topik liang u
Akhmad heng, 
 
Terima kasih banyak atas penjelasan anda, memang saya juga sebetulnya 
kebingungan koq hanya mencuplik kalimat teman untuk membawa ke arah berita 
tentang Chiyou, langsung mendapat tanggapan keras dengan kata-kata: "Jangan 
asal ngomong".Tentang Put On saya sering membacanya  ketika masih muda, tapi 
karena saya tak baca semua, maka saya sih tak dapat memberi komentar,saya 
membaca hanya untuk ikut tertawa, karena biasanya lucu. 
Tentang Chiyou juga baru tahu hal yang saya lihat di TV, saya kan terus terang 
juga, saya baru tahu. Cuma dari situ kelihatan hal yang luar biasa, menjaga 
kuburan ribuan tahun, tentu ada sejarahnya yang menarik. Saya serahkan kepada 
para ahli di Tiongkok, saya juga sebutkan karena melihat beritanya terlambat, 
saya tak tahu nama propinsi dan kampung kuburan Chiyou. Lalu saya lanjutkan 
pengalaman ke makam barat dinasti Qing ternyata ada hal yang sama, meskipun 
belum ribuan tahun, tapi sejak Republik Tiongkok berdiri, sebelumnya menjaga di 
gaji, tapi setelah itu siapa yang mau menggaji? Ini juga bukan menunjukkan saya 
ahli, makanya saya sebut tempatnya Qing Xi Ling, di kabupaten Yi Xian, propinsi 
Hebei, mudah-mudahan ada teman yang senang sejarah kalau ke sana nanti memberi 
keterangan yang lebih jelas, kita bicara dari segi budaya terutama u hauw.
Saya tak tahu kalau di belakang itu ada persaingan, karena sdr. Hoedjin Tjambuk 
Berduri ini menggunakan nama samaran, tidak seperti kita terang-terangan nama 
asli alamat asli, siapapun yang datang ke rumah kita sambut baik. Sudah ada 
beberapa teman yang mampir ke rumah. Kita berani demikian kan karena kita 
merasa tak punya dosa terhadap siapapun. Tak punya dosa tak berarti tak punya 
pendirian tentunya.
Sekali lagi terima kasih atas bantuan anda mengklirkan masalah, kalau masalah 
ada dendam turunan, saya tak ikut campur, itu urusan ybs. 
Maaf juga pada sdr. Hoedjin cambuk berduri, saya tetap saya dicap"asal ngomong 
atau tidak , saya tak akan beubah.
Mengenai uhauw menurut saya, ada batasnya, karena disamping uhauw kitapun harus 
melihat masyarakat. Tjin Kue misalnya yang memfitnah Gak Hui, kalau anaknya 
hanya uhauw ia akan memusuhi anak Gak Hui bahkan melawan semua masyarakat, yang 
kebanyakan membenarkan Gak Hui, kalau demikian uhauw menjadi negatif. Dalam 
cerita silat banyak hal demikian, tapi akhirnya oleh pengarang diarahkan ke 
arah yang baik, yaitu harus membela "kebenaran", uhauw jangan diartikan dalam 
arti yang sempit. Dalam hal ini Akhmad Heng pasti mengetahui lebih jelas, dalam 
masalah cerita silat, saya yang Tionghoa bukan apa-apanya dibanding anda. 
Kiongchiu
Liang U

--- On Sun, 10/19/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Sama-sama U Hauw (Re: [budaya_tionghua] Re: Si Put On (djangan asal 
pasang omong), jawaban dari Liang U)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, October 19, 2008, 1:39 PM







Soalnya bukan di situ Liang-heng.
Tetapi soal sama-sama u hauw... 
 
Put On adalah karya yang mengemuka dari Kho Wan Gie. Dan kemarin-kemarin ini di 
milis ini karya sastra tersebt sempat dipuji-puji banyak orang. Termasuk orang 
juga jadi memuji-muji Kho Wan Gie, sebagai penciptanya.
 
Tetapi dalam sejarah perseteruan sesama Tionghoa Indonesia hampir seratus tahun 
yang lalu, Kho Wan Gie ini ada bentrok dengan Kwee Kek Beng, yang sesama tokoh 
jurnalistik tionghoa Indonesia masa lalu.
 
Hoedjin Tjambuk Berduri adalah seorang turunan Kwee Kek Beng. Nah, 
sebagai tionghoa yang baik, seperti Liang-heng bilang, dia tentu harus 
hormati leluhurnya setinggi-tingginya. Karena itulah dalam postingnya itu dia 
sudah tunjukkan kurang senangnya yang seteru leluhurnya itu dipuji-puji di 
milis ini dengan cara yang menurutnya berlebihan. Begitu pula dia menilai 
berlebihan tentang pujian orang pada tokoh Put On, karya seteru leluhurnya itu.
 
Jadi sebetulnya sama-sama bicara dari halnya menghormati leluhur. Lantas jadi 
bentrok.
 
Tapi maaf, sebagai non-tionghoa saya memang mendapat kesan, baik dari cerita 
fiksi maupun di sejarah nyata, termasuk di milis ini, bahwa 
gara-gara masing-masing orang menerapkan u hauw, ini lantas menjadi asal-muasal 
banyak bentrok dan perseteruan sesama tionghoa tentang masa lalu mereka, yang 
turun-temurun tidak habis-habisnya.
 
Apa betul demikian ya? Mudah-mudahan salah...
Apa ini perwujudan budaya tionghoa ya? 
Mudah-mudahan bukan...
 
Wasalam.
 
 = 
   

- Original Message - 
From: liang u 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, October 19, 2008 2:12 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Si Put On (djangan asal pasang omong), 
jawaban dari Liang U







Bapak atau Ibu  Hoedjin yang baik.

Terima kasih atas komentarnya, saya tak membahas Put On, sebab saya memang 
tidak banyak mempelajari tentang Put On. Tapi ada teman yang mengatakan bahwa 
Put On tak sakit hati dimaki ibunya sebagai anak sambel.

Yang saya bahas adalah dalam budaya Tionghoa perh

Re: [budaya_tionghua] Re: Pelajar kita

2008-10-19 Terurut Topik melani chia
Dear Anton W,
Yg sy posting ,ya begitulah yg terjadi,kalau ada yg sebaliknya
bisa aja terjadi,tapi kan bisa diiutng jari,kalau org Sg,yg pindah 
ke Ausi emang byk selain khawatir anak stress,jg sudh bosan
dg biaya idup yg tinggi,lagian rumah di Ausi ukurannya lebih besar harga
relatif murah bagi Singaporean,.
 
Soal org Indo yg kirim anak ke sini cuma les musik ,apakah murang modal sy 
kurang tau?
kalau sy hanya ingin anak sy punya keterampilan lain selain akademik,dikasih 
les byk2
ternyata tdk bawa perubahan ,malah mereka kelihatan lelah,ya stop aja,suruh 
belajr sendiri
sampe kapan mau tergantung org,gimana kalau sesuatu yg buruk terjadi,pd 
ortu,kemudian anak2 tdk mandiri,itu yg menjd pertimbangan,kalau untuk urusan 
bisa ngirit
tdk ngelesin anak,blm terpikir,biar kurang modal juga pasti bisa tekan 
pengeluran yg lain.
 
Byk kasus seperti anak teman anak,memang byk terjadi ,entah itu singaporean 
atau org Indo yg sekolah disini,awalnya ogah2an,waktu dikeals primary 6 mereka 
emang hrs berusha keras
soalnya buat ujian kelulusan (ebatanas).
 
Ada jg kasus yg awalnya jago banget,yg bikin ortu bangga selangit(terutama 
mamanya)
tiba2 waktu college jeblok,nilai ujian kelulusan tdk memenuhi standard ambil 
jurusan kedocteran di sini,tapi kadang masih bisa ambil di negara lain.
 
Ini yg bisa sy jawab dulu,lagi ada urusan,kalau ada yg mau ditanya lagi,kalau 
ada waktu
dan sy ngerti akan berusha dijawab .




--- On Mon, 20/10/08, Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Pelajar kita
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 20 October, 2008, 12:46 AM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, melani chia  
wrote:
>
> Anda salah pak Anton,justruh org Singapore KIA  SU (takut kalah)
> yg namanya primary SD,kalau mau nurutin kemauan ortu,selain
> disekolah ada CCA,ada remedial class,ntar dirumah les,kadang
> ada yg ke centre, week end les music,anak saya les piano+ biola
> sabtu kegereja,pulang sekolah sudah jam 5 sore,..baru 6 bln ini sy 
stop
> saya yg ngaterin aja ngak kuat,jd saya mikir lagi kasian anak 
saya,..

 ___

Saya dengar cerita kalau orang tua Indonesia ingin anaknya santai dia 
kirim anak ke Singapore. Tetapi kalau orang tua Singapore ingin anak 
santai dia kirim ke Australia. Entah benar atau tidak. Yang pasti 
beberapa orang yang saya kenal mengirim anaknya ke Singapore setamat 
SD cuma memberi anaknya les musik, apa karena kurang modal ? 

Tampaknya anak kakak ipar saya di Singapore sangat beruntung kalau 
dengar ceritera anda. Anak hanya ikut les musik. Pada kelas 1 hingga 5 
prestasi termasuk peringkat bawah tetapi ketika kelas 6 dia bilang 
ingin jadi juara kelas dan terjadilah. Untuk prestasi itu si bapak 
cuma komentar 'berapa orang tua yang jadi stress gara gara dia'.

Saya pikir apakah wajar seorang anak SD bangun jam 5.30 mandi, darapan 
berangkat sekolah, keluar kelas jam 1.00 makan siang di mobil sambil 
bikin PR langsung les ABC pulang sampai di rumah jam 18.00 atau kalau 
sudah SMP pulang jam 22.00

Kelihatannya anak tersebut sibuknya melebihi orang tuanya. Saya pikir 
apa baik bagi perkembangan psikologi dan EQ ?

Lebih celaka lagi anak teman saya di Pluit yang dimata matai orang tua 
murid lain. Prestasi sebagai 3 besar di kelas membuat seorang ibu 
penasaran. Memata matai ke rumah apa kegiatan anak tsb. Kebetulan saya 
sedang mampir ke rumah anak tsb. Dia tanya ke pembantu 'kok X main di 
jalanan , nggak les. Si pembantu jawab 'ngga ada les apa apa kok'. Si 
nyonya penasaran 'jadi siapa yang ngajar' Si pembantu jawab 'ibunya, 
kalau nggak sempet saya saja yang ngajar'. Ini terjadi ketika anak 
tersebut kelasa 1 SD.

Sempat juga anak tersebut dapat ancaman dari temannya yang rajin les 
'jangan coba coba dapat nilai lebih bagus dari saya ! nanti saya 
hajar!'

Salam,
Anton W

 













Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[budaya_tionghua] RAHASIA DAYA SEXSUALITAS KAISAR

2008-10-19 Terurut Topik wendy jangkang
Kalau kita lihat film2 silat tiongkok ,seorang Kaisar biasanya mempunyai 
Permaisuri 1 org tapi selirnya buanyak sekali (bahkan ada yang sampai ratusan), 
Nah yang menggelitik hati saya ,apakah rahasia kekuatan daya seksualitas Sang 
Kaisar tsb karena setiap malam harus lembur beberapa kali.
Mungkin dari teman2 dapat sharing atau menemukan rahasianya ,mana tahu dapat 
berguna juga untuk teman2 milis yang lain, meski tidak dipakai utk cari selir 
baru.
He he he
 
salam
awen

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

RE: [budaya_tionghua] Re: Dream of The Red Chamber = Hung Lou Mung? (Was:Sastra Sudah Kehilangan 'Su'nya?)

2008-10-19 Terurut Topik Ulysee
Enggak tah
Apa tuh artinya ungkapan "patah punggung"???
kecapean sampai punggungnya patah? 
 
padanannya dalam ungkapan bahasa Inggris, barangkali "break a leg" kali
ya, 
kalau belum sampai patah kaki, belum mati matian usahanya, hehehehe.
 
Kalau di Indonesia ada ungkapan "patah arang", 
dulu gue bingung, arang khan kecil kecil, memangnya masih bisa patah
patah?
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Fy Zhou
Sent: Saturday, October 18, 2008 1:58 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dream of The Red Chamber = Hung Lou
Mung? (Was:Sastra Sudah Kehilangan 'Su'nya?)






Bahasa mandarin juga kaya dng ungkapan kok, malah tak terbatas kalangan
berpendidikan. memang ungkapan di kalangan terdidik jauh lebih kaya,
banyak ungkapan yang berasal dari kisah sejarah dan sastra klasik. dan
sampai hari ini, mereka tak henti mencipta ungkapan baru, bahkan tak
segan menggali dari budaya luar, contohnya, banyak blocker mandarin yang
membahas "fenomena patah punggung dalam film Red Cliff ", coba para
anggota di sini tahu tidak artinya ungkapan "patah punggung" ini?

 

ZFy



- Original Message 
From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, October 18, 2008 1:00:40 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Dream of The Red Chamber = Hung Lou Mung?
(Was:Sastra Sudah Kehilangan 'Su'nya?)



--- In HYPERLINK "mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com";
\nbudaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Edith Koesoemawiria" 
<[EMAIL PROTECTED] .> wrote:
>
> Saya kira terjemahan juga sulit, karena setiap generasi pembaca 
punya kebiasaan
> berbahasa yang beda. Ini sedikit bisa diatasi kalau kita punya 
bayangan persis siapa 
> yang dituju ketika menerjemahkan, atau bertemu muka. tapi kalau 
dalam tulisan rasanya
> ini sangat susah. Lucunya kalau kita membaca dalam bahasa asli, 
perbedaan itu 
> bisa lebih diterima daripada kalau sudah diterjemahkan. 
> 
> Belum lagi kalau sudah urusan imagery, gimana cari padanannya? 
Misalnya di bahasa 
> Inggris orang suka bilang apa ya... throw in the towel, kalau 
sudah angkat tangan,
> karena putus asa tak mendapat jalan keluar. Mungkin sulit juga 
kalau di bahasa 
> indonesiakan menjadi "melemparkan handuknya". Di pihak lain, meski 
aneh bagi saya, 
> bisa juga istilah lempar handuk sudah sangat lumrah bagi anak muda 
sekarang? Dan saya 
> ketakutan hanya karena melihat bayangan:-) 
> 
> 

*** Perumpamaan "lempar handuk" ada dalam hampir semua bahasa Barat, 
dalam bahasa Jerman disebut: "das Handtuch werfen", maknanya menyerah 
dalam mengupayakan sesuatu (sebelum berhasil). 

Ungkapan yang artinya mirip dalam bahasa Jerman, adalah "die Flinte 
ins Korn werfen", dalam bahasa ungkapan bahasa Inggris: "to throw the 
helve after the hatchet".

Ini semua UNGKAPAN, dan TIDAK BOLEH diterjemahkan secara harfiah!

Berbeda dengan di Indonesia, dan kebanyakan negara Asia, di Barat, 
setahunya saya yang saya alami puluhan tahun, di Jerman, Austria, 
Inggris dan US, cara manusia berbahasa, terutama di level masyarakat 
menengah keatas, BANYAK menggunakan ungkapan. Di Indonesia, manusia 
100% menggunakan istilah harfiah.

Di Jerman, misalnya teman teman sekantor atau sahabat pribadi 
berkata: "eh kau mau mengolok-olok aku ya?" dengan:" Hey, willst du 
mich den Baeren aufbinden", yang arti harfiahnya "kau mau melepaskan 
beruang dariku". Banyak sekali ungkapan yang artinya mirip, 
seperti "willst du mich in den April schicken?", yang bahasa 
Inggrisnya " to play an April Fool's joke ". Harfiah: "Mengirim ke 
(bulan) April.

Bila kita bergaul kedalam kelompok masyarakat yang berpendidikan 
tinggi disana, maka jangan kaget, kalau kita dalam percakapan se-hari 
hari dikonfrontir ratusan ungkapan. Di Indonesia, cara pemakaian 
bahasa kita sangat datar, plain. Lihat saja kalimat " Eh kayaknya mau 
hujan nih". Mau? siapa yang mau? Seharusnya: "ini tampak akan hujan".

Kembali ke topic diatas, para penterjemah yang unggul harus MAMPU 
mentransfer ungkapan ungkapan itu kebahasa yang dimaksud. Buku buku 
terjemahan dimasa tahun 50an, misalnya "Tiga Panglima Perang" (Les 
Trois Mousquetaires, novel dari Alexandre Dumas), malah banyak 
menggunakan ungkapan Melayu sebagai saduran ungkapan asli. Hebat 
sekali!

Sastra Poedjangga Baroe juga masih banyak mengandung ungkapan 
(Malayu). Di beberapa media yang serious, kadang kadang sekali, saya 
jumpai kalimat: "ah itu masih jauh panggang dari api".

Dalam bahasa se-hari hari, kalau tak paham makna ungkapan, kita dapat 
menjadi binggung. Misalnya di Jerman atau Austria kita katakan" Oh er 
ist so blau", artinya "ia sangat mabuk" (arti harfiah " dia sangat 
biru". Di US kalau orang katakan "I am so blue", berarti " aku sangat 
sedih".

Sebelum kita 100% menguasai bahasa yang akan dialihbahasakan, kita 
jangan dahulu mulai menterjemahkan. Memahami bahasa bukan bahasa 
induk mengharuskan kita memahami seluruh ALAM PIKIRAN dalam bahasa 
penutur. N

[budaya_tionghua] Generasi Muda Khonghucu Merasa Bertanggugnjawab

2008-10-19 Terurut Topik Sunny
Harian Komentar
20 Oktober 2008

   
  Kejar ketertinggalan akibat dimarjinalkan
  Generasi Muda Khonghucu Merasa Bertanggugnjawab 
 
 

Manado, KOMENTAR
Dengan dipulihkannya hak-hak sipil umat Konghucu, banyak hal yang harus 
dilakukan untuk mengejar ketertinggalan akibat kurang lebih 30 tahun 
dimarginalkan karena situasi politik. Karena itulah sudah menjadi tanggungjawab 
generasi muda Khonghucu untuk mensosialisasikan tentang Khonghucu itu sendiri.


Hal tersebut dijelaskan Ketua Panitia Seminar Agama Khonghucu dan Klenteng, 
Lelly Tooy, Minggu (19/10) di Hotel Grend Garden Manado. Hadir dalam seminar 
tersebut, Kakanwil Depag Sulut yang diwakili Kabid Urusan Agama Kristen Dra 
Josephien Sumampow MTh, Ketua FKUB Sulut Ir Suryono MT, pimpinan Majelis Agama 
Khonghucu Indonesia (MAKIN) se-Sulut, Komda MATAKIN Sulut Ws Dra Hanny Kilapong 
SE dan ratusan umat Khonghucu.


"Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap agama Khonghucu 
dalam berbagai aspek, tempat ibadah umat Khonghucu diantaranya Klenteng, Para 
Shen Ming/Roh Suci, diselenggarakannya kegiatan ini juga untuk meningkatkan 
kerukunan yang sudah terjalin baik di antara sesama pemeluk agama di Sulut," 
jelasnya.


Sementara itu Ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Manado Js Auw 
Sanny Tooy yang didampingi sekretaris umumnya Js Sofyan Yosadi SH, mengatakan, 
kegiatan seperti ini sangat baik dan perlu mendapat dukungan dari semua 
kalangan dilingkungan agama Khonghucu. Apalagi yang dibicarakan tentang apa dan 
bagaimana Khonghucu dan Klenteng. 


"Dimana secara legal formal Peraturan Pemerintah nomor 55/2007 menyatakan 
tempat ibadah umat Khonghucu dengan segala persembahyangan lainnya. Apalagi 
pembicaraan ini tidak membicarakan tentang tempat ibadah orang lain, hanya 
terfokus pada tempat ibadah umat Khonghucu," katanya.(lex


[budaya_tionghua] OOT: Re: Akhirnya anggota parlemen Belanda bertemu dengan korban pembantaian di Rawagede

2008-10-19 Terurut Topik Batara Hutagalung
PERISTIWA BERSEJARAH!!!
 
Akhirnya anggota parlemen Belanda bertemu dengan korban pembantaian di Rawagede.
 
Pada hari kedatangan delegasi parlemen Belanda di Jakarta, Minggu, 12 Oktober 
2008, Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB), Batara R Hutagalung bersama 
Sekretaris KUKB, Dian Purwanto, menemui Harry van Bommel, anggota parlemen dari 
fraksi Partai Sosialis, partai oposisi terbesar di parlemen Belanda, di Hotel 
JW Marriott, tempat delegasi parlemen Belanda menginap.
 
Tujuan kunjungan delegasi parlemen Belanda ke Indonesia setiap tahun, selain 
memantau proyek-proyek yang didanai oleh Belanda, mereka juga “memantau” dan 
“mengawasi” kondisi HAM di Indonesia. Fokus mereka selalu pelanggaran HAM di 
Aceh, Maluku dan Papua. Dahulu sebelum merdeka, juga Timor Timur. 
Sebagaimana diberitakan oleh pers di Indonesia, kunjungan delegasi parlemen 
Belanda kali ini juga “memantau” kondisi HAM di Indonesia. Dalam pertemuan 
dengan Wapres Jusuf Kalla, ketua delegasi HJ Ormel menyampaikan bahwa mereka 
“mengkhawatirkan” kasus HAM di Indonesia, terutama di Maluku dan Papua. (lihat 
Kompas, 17.10.2008).
 
Dengan latar belakang ini, KUKB mengusulkan agar delegasi parlemen Belanda juga 
mengunjungi desa Rawagede, yang letaknya hanya sekitar 80 km dari Jakarta. 
Sebagaimana kini telah diketahui oleh banyak orang Belanda, pada 9 Desember 
1947, tentara Belanda membantai 431 penduduk desa Rawagede, tanpa proses, 
tuntutan, pembelaan, dsb. Hal ini bukan hanya merupakan pelanggaran HAM berat, 
melainkan kejahatan perang, karena yang dibantai adalah penduduk sipil, 
non-combatant, dan jelas melanggar konvensi Jenewa. 
 
KUKB memberikan pilihan, apabila delegasi menyatakan bahwa acara mereka sangat 
padat dan waktu mereka sempit, KUKB menawarkan untuk mendatangkan para janda 
dari Rawagede ke Jakarta dan bertemu dengan mereka di Hotel tempat mereka 
menginap.
 
Pada hari Senin, 13 Oktober, Harry van Bommel membawakan usulan KUKB ke rapat 
delegasi parlemen Belanda. Ternyata mayoritas delegasi menolak kedua usulan 
tersebut.
 
Pada hari Selasa, 14 Oktober, Harry van Bommel dan KUKB menggelar jumpa pers 
bersama (joint press meeting), yang juga dihadiri oleh koresponden harian 
Belanda terkemuka, NRC Handelsblad. Sebelumnya, koresponden NRC Handelsblad, 
Elske Schouten, telah mewawancarai Ketua KUKB melalui telepon, dan pada hari 
itu juga, diberitakan di Belanda. (lihat berita di bawah ini). 
Harry van Bommel menyampaikan kekecewaan dan kesedihannya, atas keputusan 
mayoritas rekan-rekannya.
Batara Hutagalung menyatakan, dengan demikian terbukti, bahwa sebagian besar 
anggota parlemen Belanda buta sebelah mata. Mereka hanya mau mengawasi 
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh orang Indonesia terhadap orang Indonesia 
sendiri, namun menolak untuk membicarakan kejahatan perang yang telah dilakukan 
oleh tentara Belanda terhadap orang Indonesia di Indonesia. NRC Handelsblad 
mengutip ucapan Batara Hutagalung dalam beritanya pada hari itu juga, 14 
Oktober. (lihat berita Handelsblad di bawah ini).
 
Hampir seluruh media di Belanda memberitakan penolakan delegasi parlemen 
Belanda untuk bertemu dengan para janda dan keluarga korban pembantaian di 
Rawagede.
 
KUKB kemudian mengusulkan kepada Harry van Bommel, apabila dia satu-satunya 
yang bersedia untuk bertemu dengan keluarga korban Rawagede dan waktunya 
sempit, KUKB akan menghadirkan beberapa janda dari Rawagede, untuk bertemu 
dengannya di Hotel Marriott, tempat dia menginap.
 
Pada 18 Oktober 2008 pukul 16.30, Harry van Bommel mengirim SMS kepada Batara 
Hutagalung, bahwa selain dirinya, seorang anggota delegasi yang lain, Joël S. 
Voordewind dari Partai Uni Kristen juga bersedia menerima kunjungan para janda 
dari Rawagede pada hari Minggu jam 14.00 di Hotel Marriott.
.
Dalam waktu singkat, KUKB mengorganisir pertemuan di Lounge Hotel Marriott.pada 
hari Minggu, 19 Oktober yang dimulai tepat pukul 14.00 sesuai rencana.
Dari Rawagede hadir Sa’ih, 86 tahun, orang terakhir yang selamat dari 
pembantaian di Rawagede. Dia kena tembak dua kali, tetapi dia hanya terluka, 
namun ayahnya yang berdiri di sampingnya, mati ditembak. Selain itu hadir dua 
orang janda korban yaitu Wanti, 84 tahun, Wisah, 81 tahun dan hadir juga 
Sukarman, Ketua Yayasan Rawagede.
 
Dari delegasi parlemen Belanda, di luar dugaan, selain Harry van Bommel dan 
Joël Voordewind, juga hadir Harm Evert Waalkens dari Partai Buruh (PvdA). Yang 
istimewa dalam hal ini adalah, Partai Uni Kristen dan Partai Buruh, merupakan 
partai koalisi di pemerintahan Belanda. Oleh karena itu, van Bommel menyatakan 
bahwa pertemuan ini mempunyai bobot yang besar.
 
Dari KUKB hadir Batara Hutagalung, Ketua KUKB dan Purwanto, Sekretaris KUKB.
 
Pers yang meliput adalah TVRI, tvOne, RRI, Detikcom dan koresponden dari harian 
Belanda NRC Handelsblad. Jawa Pos dan Rakyat Merdeka meminta keterangan melalui 
telepon dan email.
 
Joël Voordewind dan Harm Waalkens hadir selama sekitar 1 jam, sampai pukul 
15.00. Pertemuan dengan Ha

[budaya_tionghua] Re: Pelajar kita

2008-10-19 Terurut Topik Anton Widjaja
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Anda salah pak Anton,justruh org Singapore KIA  SU (takut kalah)
> yg namanya primary SD,kalau mau nurutin kemauan ortu,selain
> disekolah ada CCA,ada remedial class,ntar dirumah les,kadang
> ada yg ke centre, week end les music,anak saya les piano+ biola
> sabtu kegereja,pulang sekolah sudah jam 5 sore,..baru 6 bln ini sy 
stop
> saya yg ngaterin aja ngak kuat,jd saya mikir lagi kasian anak 
saya,..

___

Saya dengar cerita kalau orang tua Indonesia ingin anaknya santai dia 
kirim anak ke Singapore. Tetapi kalau orang tua Singapore ingin anak 
santai dia kirim ke Australia. Entah benar atau tidak. Yang pasti 
beberapa orang yang saya kenal mengirim anaknya ke Singapore setamat 
SD cuma memberi anaknya les musik, apa karena kurang modal ? 

Tampaknya anak kakak ipar saya di Singapore sangat beruntung kalau 
dengar ceritera anda. Anak hanya ikut les musik. Pada kelas 1 hingga 5 
prestasi termasuk peringkat bawah tetapi ketika kelas 6 dia bilang 
ingin jadi juara kelas dan terjadilah. Untuk prestasi itu si bapak 
cuma komentar 'berapa orang tua yang jadi stress gara gara dia'.

Saya pikir apakah wajar seorang anak SD bangun jam 5.30 mandi, darapan 
berangkat sekolah, keluar kelas jam 1.00 makan siang di mobil sambil 
bikin PR langsung les ABC pulang sampai di rumah jam 18.00 atau kalau 
sudah SMP pulang jam 22.00

Kelihatannya anak tersebut sibuknya melebihi orang tuanya. Saya pikir 
apa baik bagi perkembangan psikologi dan EQ ?

Lebih celaka lagi anak teman saya di Pluit yang dimata matai orang tua 
murid lain. Prestasi sebagai 3 besar di kelas membuat seorang ibu 
penasaran. Memata matai ke rumah apa kegiatan anak tsb. Kebetulan saya 
sedang mampir ke rumah anak tsb. Dia tanya ke pembantu 'kok X main di 
jalanan , nggak les. Si pembantu jawab 'ngga ada les apa apa kok'. Si 
nyonya penasaran 'jadi siapa yang ngajar' Si pembantu jawab 'ibunya, 
kalau nggak sempet saya saja yang ngajar'. Ini terjadi ketika anak 
tersebut kelasa 1 SD.

Sempat juga anak tersebut dapat ancaman dari temannya yang rajin les 
'jangan coba coba dapat nilai lebih bagus dari saya ! nanti saya 
hajar!'

Salam,
Anton W



[budaya_tionghua] Sama-sama U Hauw (Astaga djadi Rantjoe)

2008-10-19 Terurut Topik hoedjin_tjamboek_berdoeri
Astaga toean ABS saja boekan toeroenan sapa2 (karena saja tida
peladjari lebih dalem).

Boekan soal Poedji memoedji tjoema saja maoe kataken ada baeknja kita
dapet dari berbage soember dimana mesti ada kesamaan soal jang belon
tentoe ada baeknja di pinggirken doeloe.

Soal siaseng Liang hm. saja sementara pertjaja apa jang ia
bitjaraken soal Hauw, bisa djadi ia ada satoe anak jang oehaoew, hanja
soal Tiongkok ia ik rasa banjak taoe, sedeng Put On ada satoe Hoakiuw
Toelen (entah berapa tetes darah indramajoe jang mengalir dalem
toeboeh Kho Wan Gie.

Kho Wan Gie ik belon pernah taoe kalo ia ada bermoesoehan dengen Kwee
Kek Beng, tjoema jang ik taoe Kwee Kek Beng kerap berseteroe salah
satoenja dengen Kwee tek hoay (PANORAMA) saja tida heran kalo Sin po
banjak moesoehnja (lawong koran besar).

toean ABS tjoba batja pelan2 posting milis saja jang berdjoedoel Si
Put On, ik jakin nanti jij aken paham apa jang ik poenja pendapetan.


Salam hanget dari 
Hoedjin



> Soalnya bukan di situ Liang-heng.
> Tetapi soal sama-sama u hauw... 
> 
> Put On adalah karya yang mengemuka dari Kho Wan Gie. Dan
kemarin-kemarin ini di milis ini karya sastra tersebt sempat
dipuji-puji banyak orang. Termasuk orang juga jadi memuji-muji Kho Wan
Gie, sebagai penciptanya.
> 
> Tetapi dalam sejarah perseteruan sesama Tionghoa Indonesia hampir
seratus tahun yang lalu, Kho Wan Gie ini ada bentrok dengan Kwee Kek
Beng, yang sesama tokoh jurnalistik tionghoa Indonesia masa lalu.
 .
>




[budaya_tionghua] Re: Kita Semua Keturunan Imigran

2008-10-19 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> SUARA PEMBARUAN DAILY 
> 

> 
> 
> 
> Kita Semua Keturunan Imigran
>  
> 
> Andar Ismail 
> 
> ejarah keselamatan terbentang sepanjang Kitab Perjanjian Lama ke 
Perjanjian Baru; berawal dari Abraham, nenek moyang bangsa Israel, 
sekitar tahun 2000 SM. Jadi, sudah empat ribu tahun yang lalu. Lama 
sekali. Memang lama menurut ukuran umur kita, tetapi dari sudut 
sejarah umat manusia, itu baru-baru saja. 
>

*** Ini ada tulisan yang menarik mengenai asal usul kita:

Mengorek Asal-usul Bahasa Indonesia


Oleh Dewanti Lestari

Jakarta, (ANTARA News) - Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tanggal 
bersejarah bagi bahasa Indonesia yang saat itu diresmikan menjadi 
bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa 
daerah.

Namun seperti apakah yang dinamakan bahasa Indonesia itu? Orang 
mengenalnya sebagai bahasa Melayu yang dimodifikasi, lalu dicampur 
dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa 
asing, kemudian dibakukan.

Dari manakah asal-usul bahasa Melayu itu? Apakah bahasa itu hanya 
dituturkan oleh etnis Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal etnis 
Melayu sendiri hanya sebagian kecil saja dari ratusan etnis di 
nusantara?

Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa Melayu dan 
ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari 
bahasa Austronesia yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu.

Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar Ketua Ikatan Ahli 
Arkeologi Indonesia (IAAI) itu, merupakan fenomena besar dalam 
sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia 
merupakan yang terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan 
dituturkan oleh hampir 300 juta populasi.


Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km 
meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat 
hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara 
hingga Selandia Baru di selatan.


"Out of Taiwan"

Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry mengatakan, ada 
beberapa hipotesa. Yang paling umum adalah hipotesa bahwa asal 
leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model "Out 
of Taiwan".

Arkeolog lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan, Robert Blust adalah 
pakar linguistik yang paling lantang menyuarakan pendapat bahwa asal-
ususl penutur Austronesia adalah Taiwan.

Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan 
pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata 
protobahasa Austronesia
yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain, kata 
Daud.

"Ia juga menawarkan rekonstruksi pohon kekerabatan rumpun bahasa 
Austronesia dan perkiraan waktu pencabangannya mulai dari Proto-
Austronesia hingga Proto-Oseania," katanya.

Para leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya berasal dari Cina Selatan 
yang bermigrasi ke Taiwan pada 5.000-4.000 SM, namun akar bahasa 
Austronesia baru muncul beberapa abad kemudian di Taiwan.

Kosakata yang dapat direkonstruksi dari bahasa awal Austronesia yang 
dapat dilacak antara lain : rumah tinggal, busur, memanah, tali, 
jarum, tenun, mabuk, berburu, kano, babi, anjing, beras, batu giling, 
kebun, tebu, gabah, nasi, menampi, jerami,
hingga mengasap.

Para petani purba di Taiwan ini berkembang cepat dan lalu terpecah-
pecah menjadi kelompok-kelompok yang hidup terpisah dan bahasanya 
menjadi berbeda-beda dengan setidaknya kini ada sembilan bahasa yang 
teridentifikasi sebagai bahasa formosa.


Bermigrasi

Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-
3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan 
diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian 
utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-
Polinesia (PMP).

Tahap berikutnya, ujar Daud, terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana 
masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara 
mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju 
Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara.

Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto 
Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan 
Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku 
Utara.

"Rupanya ketika bermigrasi ke arah tenggara penanaman padi mulai 
ditinggalkan karena tidak sesuai dengan lingkungannya. Mereka mulai 
memanfaatkan tanaman keladi dan umbi-umbian lain serta buah-buahan," 
katanya.

Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi 
ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku 
Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian 
memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah
(PCMP).

Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat 
dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polin

Sama-sama U Hauw (Re: [budaya_tionghua] Re: Si Put On (djangan asal pasang omong), jawaban dari Liang U)

2008-10-19 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Soalnya bukan di situ Liang-heng.
Tetapi soal sama-sama u hauw... 

Put On adalah karya yang mengemuka dari Kho Wan Gie. Dan kemarin-kemarin ini di 
milis ini karya sastra tersebt sempat dipuji-puji banyak orang. Termasuk orang 
juga jadi memuji-muji Kho Wan Gie, sebagai penciptanya.

Tetapi dalam sejarah perseteruan sesama Tionghoa Indonesia hampir seratus tahun 
yang lalu, Kho Wan Gie ini ada bentrok dengan Kwee Kek Beng, yang sesama tokoh 
jurnalistik tionghoa Indonesia masa lalu.

Hoedjin Tjambuk Berduri adalah seorang turunan Kwee Kek Beng. Nah, sebagai 
tionghoa yang baik, seperti Liang-heng bilang, dia tentu harus hormati 
leluhurnya setinggi-tingginya. Karena itulah dalam postingnya itu dia sudah 
tunjukkan kurang senangnya yang seteru leluhurnya itu dipuji-puji di milis ini 
dengan cara yang menurutnya berlebihan. Begitu pula dia menilai berlebihan 
tentang pujian orang pada tokoh Put On, karya seteru leluhurnya itu.

Jadi sebetulnya sama-sama bicara dari halnya menghormati leluhur. Lantas jadi 
bentrok.

Tapi maaf, sebagai non-tionghoa saya memang mendapat kesan, baik dari cerita 
fiksi maupun di sejarah nyata, termasuk di milis ini, bahwa gara-gara 
masing-masing orang menerapkan u hauw, ini lantas menjadi asal-muasal banyak 
bentrok dan perseteruan sesama tionghoa tentang masa lalu mereka, yang 
turun-temurun tidak habis-habisnya.

Apa betul demikian ya? Mudah-mudahan salah...
Apa ini perwujudan budaya tionghoa ya? 
Mudah-mudahan bukan...

Wasalam.

=
   
  - Original Message - 
  From: liang u 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, October 19, 2008 2:12 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Si Put On (djangan asal pasang omong), 
jawaban dari Liang U


Bapak atau Ibu  Hoedjin yang baik.

Terima kasih atas komentarnya, saya tak membahas Put On, sebab saya 
memang tidak banyak mempelajari tentang Put On. Tapi ada teman yang mengatakan 
bahwa Put On tak sakit hati dimaki ibunya sebagai anak sambel.

Yang saya bahas adalah dalam budaya Tionghoa perhormatan kepada leluhur 
itu demikian kuatnya, sehingga bisa terjadi hal yang dalam benak kita tak 
pernah terpkirkan, yaitu menjaga makam leluhur sampai ratusan bahkan ribuan 
tahun. Saya beri contoh:

1. Makam kaisar di Qing Xi Ling, mulai dari Kaisar Yongzheng, dan 
beberapa kaisar selanjutnya, meskipun sebagian tidak di situ tapi Qing Dong 
Ling yang kabarnya di Tangshan. Makam itu masih terus di jaga sampai sekarang. 
Zaman dinasti Qing penjaga jelas masih di gaji, dan sekarang digaji lagi. Tak 
aneh orang mau menunggu. Tapi dalam periode di luar itu, hampir seratus tahun 
dijaga oleh penjaga yang tak mendapat gaji, mereka mau menjaga dengan sukarela 
hanya karena leluhurnya.

2. Yang lebih mengejutkan, Chiyou tokoh dalam zaman  peralihan dari 
zaman tiga kaisar (san huang) sampai zaman lima raja (wu di), kuburannya masih 
dijaga oleh keturunannnya sampai saat ini, tanpa gaji!

Ini tema yang saya tonjolkan, tolong anda baca lagi dan saya sudah 
katakan, selanjutnya saya serahkan kepada para ahli untuk membahasnya lebih 
lanjut. Saya bukan ahli dalam hal ini saya cuma terkejut mengetahui ini, 
makanya saya ingin mencoba mempelajari melalui internet, karena tidak tahu 
kapan punya kesempatan ke sana lagi. Untuk yang tertarik, sudah saya katakan, 
tempatnya untuk contoh pertama adalah di propinsi Hebei kabupaten Yi (Yi Xian), 
di sana tinggal tanya Qing Xi Ling orang akan tahu, saya dengan tulus katakan, 
saya sendiri baru mendengar bahwa di situ letaknya Qing Xi Ling waktu dibawa 
kesana , kalau saya tahu sebelumnya, tentu saya mengatur waktu perjalanan untuk 
mampir di sana barang satu dua hari.  Yongzheng (Yong Ceng) adalah kaisar yang 
kontraversial, dalam cerita silat digambarkan sebagai kaisar yang paling kejam, 
bahkan zaman dia katanya ada xuedizi (hiattekcu), yaitu alat seperti topi yang 
dilempar, dan kalau masuk ke kepala orang , langsung pisau sekelilingnya keluar 
dan kepala orangpun jatuh.
Ini menurut cerita silat.

Menurut para ahli sejarah, Yong Ceng adalah kaisar yang tegas dan 
bersih, ia memerintah dengan tangan besi sehingga negara aman dan tenteram. 
Para ahli berpendapat pada masa pemerintahan Shunzhi (Sun Ti) yang sebentar 
saja, Kangxi (Kong Hi), Yongzheng (Yong Ceng) dan Qianlong masa muda (Kian 
Liong) , Tiongkok merupakan salah satu bahkan mungkin yang termakmur di dunia. 
Kaisar Kangxi dianggap kaisar paling berhasil dalam sejarah Tiongkok selain Li 
Shimin (Li Si Bin), kaisar kedua dinasti Tang (Tong). Hanya karena Kangxi orang 
Mancu, dulu orang banyak kurang menghargainya, karena menganggap Tiongkok 
dijajah. Sedang sekarang oang Mancu itu salah satu bangsa dalam keluarga besar 
Tionghua Bincok atau Zhonghua Minzu. Jadi zaman dinasti Qing, Tiongkok tidak 
dijajah, hanya di pemerintahan dikuasai minoritas bukan mayoritas Han. 

Chiyou adalah tokoh pada zaman pra-sejarah. Ada para ahli yang 
mengang

Re: [budaya_tionghua] Pelajar kita

2008-10-19 Terurut Topik melani chia
Anda salah pak Anton,justruh org Singapore KIA  SU (takut kalah)
yg namanya primary SD,kalau mau nurutin kemauan ortu,selain
disekolah ada CCA,ada remedial class,ntar dirumah les,kadang
ada yg ke centre, week end les music,anak saya les piano+ biola
sabtu kegereja,pulang sekolah sudah jam 5 sore,..baru 6 bln ini sy stop
saya yg ngaterin aja ngak kuat,jd saya mikir lagi kasian anak saya,..
tdk byk kemajuan les kebykan,anak sy jenuh,jd sy suruh belajar
kerjain PR sendiri,kalau musik masih terus.
 
Nah bagaimana dg yg tingakt SMP,dan college,..tutor piano anak saya
selain ngajar musik jga ngajar les pelajaran,muridnya tetangga dia,
pulang sekolah sudah malam,masih les lagi selesai jam 12 am,jam 5 pagi kudu 
bangun buat pergi sekolah, mereka mengejar ini krn persyaratan masuk Junior 
college sangat berat
kalau tdk memenuhi standard biasanya harus menempuh SMP yg 5 th,kalau nilai 
tinggi boleh ke Junior college,kalau ngak ya ke polytehnik,jd jalurnya agak 
lama baru bisa ke Univ,itu pun kalau kemampuan memnuhi,kalau tdk, tdk bisa 
kuliah di Univ lokal,biasanya mereka memilih ke luar negri kuliah,tingkat 
stress anak2 sini dan ortu sangat tinggi.
 
 




--- On Sat, 18/10/08, Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Pelajar kita
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, 18 October, 2008, 2:19 PM






Pagi ini saya pergi kesekolah anak mengambil rapor mid semester 
pertama. DAri perbincangan saya dengan beberapa orang tua murid yang 
kebetulan Tionghoa baik di Jakarta maupun luar kota seperti di St 
Maria, Cirebon saya tahu bahwa banyak sekali pelajar Tionghoa yang 
berangkat ke sekolah sebelum jam 7.30 dan pulang ke rumah setelah 
matahari tenggelam. Bahkan ada yang masih berangkat les lagi pada 
pukul 8 malam.

Kegiatan pelajar umumnya bersekolah, ex school, les pelajaran tambahan 
baik di sekolah maupun di luar sekolah, les lain lain seperti piano, 
balet, catur, selain itu juga les bahasa asing tambahan seperti bahasa 
Jerman dll. Sementara di sekolah sudah ada pelajaran bahasa Inggris 
dan mandarin. 

Kegiatan yang sangat padat bahkan melebihi kesibukan orang tuanya ini 
tidak terjadi di Singapura misalnya.

Apakah kegiatan anak seperti ini sudah menjadi pola umum dikalangan 
Tionghoa dan apakan memang berdampak positif pada masa depan anak ? 
Atau justru merusak kemmpuan EQ mereka.

Salam,
Anton W

 













Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Re: [budaya_tionghua] Re: Si Put On (djangan asal pasang omong), jawaban dari Liang U

2008-10-19 Terurut Topik liang u
Bapak atau Ibu  Hoedjin yang baik.

Terima kasih atas komentarnya, saya tak membahas Put On, sebab saya memang 
tidak banyak mempelajari tentang Put On. Tapi ada teman yang mengatakan bahwa 
Put On tak sakit hati dimaki ibunya sebagai anak sambel.

Yang saya bahas adalah dalam budaya Tionghoa perhormatan kepada leluhur itu 
demikian kuatnya, sehingga bisa terjadi hal yang dalam benak kita tak pernah 
terpkirkan, yaitu menjaga makam leluhur sampai ratusan bahkan ribuan tahun. 
Saya beri contoh:

1. Makam kaisar di Qing Xi Ling, mulai dari Kaisar Yongzheng, dan beberapa 
kaisar selanjutnya, meskipun sebagian tidak di situ tapi Qing Dong Ling yang 
kabarnya di Tangshan. Makam itu masih terus di jaga sampai sekarang. Zaman 
dinasti Qing penjaga jelas masih di gaji, dan sekarang digaji lagi. Tak aneh 
orang mau menunggu. Tapi dalam periode di luar itu, hampir seratus tahun dijaga 
oleh penjaga yang tak mendapat gaji, mereka mau menjaga dengan sukarela hanya 
karena leluhurnya.

2. Yang lebih mengejutkan, Chiyou tokoh dalam zaman  peralihan dari zaman tiga 
kaisar (san huang) sampai zaman lima raja (wu di), kuburannya masih dijaga oleh 
keturunannnya sampai saat ini, tanpa gaji!

Ini tema yang saya tonjolkan, tolong anda baca lagi dan saya sudah katakan, 
selanjutnya saya serahkan kepada para ahli untuk membahasnya lebih lanjut. Saya 
bukan ahli dalam hal ini saya cuma terkejut mengetahui ini, makanya saya ingin 
mencoba mempelajari melalui internet, karena tidak tahu kapan punya kesempatan 
ke sana lagi. Untuk yang tertarik, sudah saya katakan, tempatnya untuk contoh 
pertama adalah di propinsi Hebei kabupaten Yi (Yi Xian), di sana tinggal tanya 
Qing Xi Ling orang akan tahu, saya dengan tulus katakan, saya sendiri baru 
mendengar bahwa di situ letaknya Qing Xi Ling waktu dibawa kesana , kalau saya 
tahu sebelumnya, tentu saya mengatur waktu perjalanan untuk mampir di sana 
barang satu dua hari.  Yongzheng (Yong Ceng) adalah kaisar yang kontraversial, 
dalam cerita silat digambarkan sebagai kaisar yang paling kejam, bahkan zaman 
dia katanya ada xuedizi (hiattekcu), yaitu alat seperti topi yang dilempar, dan 
kalau masuk ke kepala orang ,
 langsung pisau sekelilingnya keluar dan kepala orangpun jatuh.
Ini menurut cerita silat.

Menurut para ahli sejarah, Yong Ceng adalah kaisar yang tegas dan bersih, ia 
memerintah dengan tangan besi sehingga negara aman dan tenteram. Para ahli 
berpendapat pada masa pemerintahan Shunzhi (Sun Ti) yang sebentar saja, Kangxi 
(Kong Hi), Yongzheng (Yong Ceng) dan Qianlong masa muda (Kian Liong) , Tiongkok 
merupakan salah satu bahkan mungkin yang termakmur di dunia. Kaisar Kangxi 
dianggap kaisar paling berhasil dalam sejarah Tiongkok selain Li Shimin (Li Si 
Bin), kaisar kedua dinasti Tang (Tong). Hanya karena Kangxi orang Mancu, dulu 
orang banyak kurang menghargainya, karena menganggap Tiongkok dijajah. Sedang 
sekarang oang Mancu itu salah satu bangsa dalam keluarga besar Tionghua Bincok 
atau Zhonghua Minzu. Jadi zaman dinasti Qing, Tiongkok tidak dijajah, hanya di 
pemerintahan dikuasai minoritas bukan mayoritas Han. 

Chiyou adalah tokoh pada zaman pra-sejarah. Ada para ahli yang menganggap ia 
leluhur orang Baiyue, bukan leluhur orang Han. Tapi ada para ahli ada  yang 
mengatakan Chiyou adalah cucu dari Yandi, kalau Yandi dan Huangdi adalah 
leluhur orang Tionghoa, Chiyoupun adalah leluhur orang Tionghoa. Memang semua 
itu masih dalam perdebatan para ahli di Tiongkok masa ini. Mengenai Chiyou 
kejam, itupun disangsikan. Dalam peribahasa Tionghoa ada yang berbunyi: Dalam 
perebutan kekuasaan, yang menang akan menjadi hero, dan yang kalah akan menjadi 
penghianat/penjahat, tanpa perduli apa yang menjadi sebab perebutan kekuasaan 
itu. Jadi sulit mengatakan Huangdi pahlawan, Chiyou penghianat yang kejam, 
sebab penyebab perang mungkin hanya perebutan wilayah.

Meskipun demikian para ahli sejarah sekarang menyebut: Yandi, Huangdi dan 
Chiyou adalah tiga orang leluhur Tionghua bincok. Tionghoa bincok meliputi 56 
bangsa/etnis yang ada di Tiongkok sekarang, juga keturunan 56 etnis ini yang 
ada di luar negeri.

Ini masalah yang saya tonjolkan, sekali lagi karena saya bukan ahli, tolong 
teman yang lain membantu melengkapi. Milis ini milis Budaya dan Sejarah 
Tiongkok/Tionghoa, jadi saya tidak menyalahi tujuan milis.

Meskipun saya tak tahu banyak, menurut saya Put On itu termasuk budaya, semua 
karya sastra yang sehat, yang meresap di hati masyarakat adalah budaya. Sebab 
seperti anda katakan Put On itu mencerminkan kehidupan penduduk Tionghoa di 
Indonesia pada zamannya. 

Mungkin saya salah, tapi itu pengertian saya, saya tak mau berdebat tentang Put 
On, saya tidak mempelajarinya, anda benar saya hanya membaca sekilas Put On, 
tapi tolong andapun jangan membaca sekilas tulisan saya tentang Chiyu dan Qing 
Xi Ling yang hanya menyinggung Put On sebagai prologue.

Biar bagaimanapun saya ucapakan terima kasih atas komentar anda, tapi saya kira 
jangan kita perpanjang masalah ini,