Re: [budaya_tionghua] Re: film ttg Tuhan, Cina dan Annisa

2009-08-17 Terurut Topik Narpati Pradana
Blitz itu cukup positif untuk tema-tema seperti itu.

Tahun lalu, mereka menayangkan "Kita Punya Bendera" karya Steven Purba.

2009/8/18 ecy_oyanayu 

>
>
>
> saya sudah liat trailernya..,, keren bangeT. Membawa pesan damai. Saya
> paling suka quotenya : "That's why God create love, so all the differences
> could be united". Karena itu harusnya ga ada lagi diskriminasi, pertengkaran
> & perang cuma gara" perbedaan. Kan Bhinekka Tunggal Ika.
>
> sayang filmnya cuma diputer di Blitz Megaplex.
>
>  
>
>


Re: [budaya_tionghua] Re: DISKUSI HUNGRY GHOST FESTIVAL - (1)buang sial

2009-08-17 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA
Ulysus,
jikalau nkong mu bilang bulan tujuh penggantian musim datang --- Dia mungkin 
mengetahui dari pengalaman OTnya   Ini waktu adalah mulai musim taifun dan 
hujan besar  kalau tinggal didaerah Fujian/Quangdong. Juga sebelumnya biasanya 
kalau diSouth China adalah musim belalang.  Ini belalang bukan seperti belalang 
Indonesia tetapi mereka menyerang dgn jutaan dan ladang dlm waktu bbp jam bisa 
hancur botak 100%. 
[Ini pernah ditulis oleh Pearl S Buck dlm salah satu bukunya -the good earth.]
Juga oleh karena waktu itu aer disawah dilepas dan sawah menjadi kering - hama 
tikus meningkat dan penyakit² yg dibawa tikus bisa meyebar. Semua hama² yg oleh 
musim dingin populasinya menurun sampai hampir menghilang didalam bulan tujuh 
sudag direstorasi menjadi overcrowded. -  silahkan perhatikan keadaan ini - 
juga ada diIndonesia.
 
Cengbeng / ChingMing biasanya waktu itu para petani sudah selesai dgn persiapan 
ladang mereka dan juga sudah selesai dgn penanaman padi atau gandum²an mereka 
utk thn tsb. Karena itu mereka melakukan pembersihan kuburan leluhur yg sejak 
tahun yl tidak dirawat dan mungkin dlm musim semi  tidak dpt diketemukan 
kembali jikalau tidak dibersihkan. Menghormati leluhur memang adalah ajaran 
kungTze dan bukan ajaran budha  tetapi saya kira ajaran Kungtze juga bukan 
inspirasi of the moment dari dia - kemungkinan sekali sebelumnya sudah ada 
tradisi ini mungkin sejak jaman Tsang atau Xia. dan KungTze hanya 
incorporasikannya didalam ajaran ketatanegaraan dan kemanusiahannya.

Perayaan Cengbeng biasanya kalau didalam musim gugur dilakukan kembali pada 
bulan 9 tgl 9. Di banyak daerah incl. Japan hari ini adalah hari naik gunung 
tetapi didaerah yg tidak ada gunungnya biasanya ini juga dilakukan utk 
membersihkan dan mempersiapkan kuburan leluhur utk musim dingin.  Waktu ini 
jikalau ada sembayang dan makan² antara keluarga panganannya biasanya terdiri 
dari ikan asin , sayur asin lapchiong etc pokoknya yg sudah dipreserve dan 
sudah disiapkan utk musim dingin.[musim dingin pada umumnya sedikit tanaman dpt 
tumbuh.]
 
Kalau perayaan double 5 atau pehchun -dragon boat festival biasanya tanaman 
padi sudah mulai bunting dan sudah dpt kelihatan bakal berhasil atau tidak thn 
tsb. Para petani dan keluarganya sekarang banyak waktu dan bisa berwisata. 
Mereka juga sudah ada waktu utk bebas dari beban pertanian dan dpt mencari 
penghasilan tambahan dgn umpamanya memancing ikanlah atau mencari binatang liar 
- hunting etc. Jikalau ini hari dipergunakan utk memperingatkan PM yg bunuh 
diri - itu tidak jelek dan memberikan inspirasi.
 
Makanan yg dipakai utk sembayang dpt kalian sekarang membayangkan sendiri apa 
yg dipergunakan. Untuk tahun baru apa, untuk capgomeh apa 
Biasanya kalau Dao mereka memakai samseng - udara , aer dan tanah Kalau budhis 
mereka tidak makan yg berjiwa etc. 
Kalau cengbeng biasanya yg dipergunakan adalah produk musim semie - buah²an 
sayur mayur etc.
Kalau duanwu biasanya bacang, atau yg bisa dibawa utk picnic dipergunakan.
Kalau bulan tujuh biasanya bahan produk yg sudah lama disimpan digudang hari 
itu dipergunakan utk donasi atau utk makan sebab gudang harus bersih 100% utk 
panen baru. Achir bulan tujuh panen baru sudah akan masuk. 
Pada bulan 8 tgl 15 - panen sudah selesai dan semacem thanksgiving dirayakan 
dan ini diChina disebut mooncake festival - dimana banyak kueh² disajikan. Para 
petani merasa diri mereka makmur dan membagikan kemakmuran mereka kekiri dan 
kanan. Juga kalau diChina semangka sudah dpt dipanen. -sikua, hamiekua etc,
 
Di Indonesia ini musim tidak diketemukan jadi sulit dibayangkan betapa 
berbedanya keadaan kalau ganti musim. panganan disetiap musim berlainan 100% 
dan karena itu utk perayaan menurut calender HuangDi panganan yg diketemukan 
juga berlainan. DiJawa setiap hari semua panganan hampir sama jadi sulit 
membayangkan perbedaan musim.
 
Andreas
 
 
--- On Mon, 8/17/09, ulysee_me2  wrote:


From: ulysee_me2 
Subject: [budaya_tionghua] Re: DISKUSI HUNGRY GHOST FESTIVAL - (1)buang sial
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, August 17, 2009, 7:26 PM


Gue sih enggak tertarik soal "siapa duluan" tao atau budhis yang mengadopsi 
hungry ghost festival ini. 
Gue lebih tertarik sama kisah-kepercayaan yang melatar belakanginya. Tahayul 
kata yang nggak percaya, legenda kata nyang percaya. Baik tahayul maupun 
legenda, biasanya ada latar belakang rasionalnya juga, dimana garis batasnya, 
buat gue itu lebih menarik untuk dibahas. 

Engkong pernah bilang, di tiongkok, bulan tujuh penanggalan imlek itu 
pergantian musim (musim apa sih? menjelang musim panas kali?) dan seperti 
biasanya pergantian musim, hawa nggak bagus, banyak hama, banyak yang sakit. 
Nah ini dihubungkan dengan arwah gentayangan yang mengganggu kehidupan manusia. 

Jadi supaya hantu-hantu itu enggak ganggu-ganggu (gue percaya ceritanya Andreas 
yang menghubungkan dengan urusan panenan) orang hidup bikin persembahan, 
sesajian, untuk bikin senang arwah arwah, dengan

[budaya_tionghua] Dirgahayu Rebpublik Indonesia Yang ke 64

2009-08-17 Terurut Topik Purnama Sucipto Gunawan
Saya dan segenap Moderator Budaya Tionghoa mengucapkan "dirgahayu Rebpublik 
Indonesia yang ke 64". Semoga Kita semua dalam suasana kekeluargaan. Dan 
memajukan Bangsa Indonesia jauh lebih baik lagi.
Terima kasih



[budaya_tionghua] Re: DISKUSI HUNGRY GHOST FESTIVAL - (1)buang sial

2009-08-17 Terurut Topik ulysee_me2
Gue sih enggak tertarik soal "siapa duluan" tao atau budhis yang mengadopsi 
hungry ghost festival ini. 
Gue lebih tertarik sama kisah-kepercayaan yang melatar belakanginya. Tahayul 
kata yang nggak percaya, legenda kata nyang percaya. Baik tahayul maupun 
legenda, biasanya ada latar belakang rasionalnya juga, dimana garis batasnya, 
buat gue itu lebih menarik untuk dibahas. 

Engkong pernah bilang, di tiongkok, bulan tujuh penanggalan imlek itu 
pergantian musim (musim apa sih? menjelang musim panas kali?) dan seperti 
biasanya pergantian musim, hawa nggak bagus, banyak hama, banyak yang sakit. 
Nah ini dihubungkan dengan arwah gentayangan yang mengganggu kehidupan manusia. 

Jadi supaya hantu-hantu itu enggak ganggu-ganggu (gue percaya ceritanya Andreas 
yang menghubungkan dengan urusan panenan) orang hidup bikin persembahan, 
sesajian, untuk bikin senang arwah arwah, dengan harapan, kalau kenyang dan 
senang, minimal mereka nggak akan ganggu, atau malahan akan melindungi. 

Jadi bulan tujuh, selain sembayang sesajian di altar rumah untuk leluhur, di 
pinggir jalan untuk arwah gentayangan, juga suka ada pertunjukan wayang orang 
yang tidak boleh ditonton oleh orang hidup, dikhususkan untuk hantu-hantu. 
Walaupun semua pemain wayangnya orang hidup, ada juga pawang hantu nya yang 
ikut. Katanya kalu orang hidup ikut nonton di situ, bisa sakit berat kehilangan 
'hun' yang berakibat fatal. H, horror tapi seru. Heheheheh. 

Itu, tahayulnya. 

Kalau rasionalnya, barangkali latar belakang rasional nya ya itu tuh, masa 
antara masa panen, yang bikin makanan susah didapat, terlalu mahal untuk orang 
miskin, jadi diadakan lah sembayang rebutan,biasanya dimodalin yang berduit 
untuk bantu yang kurang mampu supaya bisa makan. 

Kadang diadakan lelang sembako juga. Sembako hasil sumbangan orang berpunya 
disembayangin, terus dilelang untuk harga tertinggi, terus 
sembako yang sudah dibeli mahal ini dibagikan ke orang miskin. Jadi yang kaya 
nyumbang dua kali donk ya, ya nyumbang sembako nya, ya nyumbang duitnya juga. 
Katanya, yang nyumbang sembako bakal dilimpahi rejeki, dan yang 'beli' hesi 
lelang juga akan balik modal berlipat kali. Terus tahayulnya, orang kaya yang 
berpunya enggak boleh menyimpan sembako lelangan ini, bisa sial. Jadi ada juga 
yang bilang bahwa acara ini untuk 'buang sial'. Jadi kalau di keluarganya ada 
yang sakit-sakitan, atau kena malapetaka apa, akan buru buru nyumbang untuk 
menghilangkan kesialan dalam keluarganya. 

Ah, konsep 'buang sial' ini menarik juga. 
Gue sering denger, kalau misalnya ada yang kehilangan barang, kecurian, 
kerampokan, atau kena tipu uang, kadang dihibur sama kerabat lain, atau 
menghibur diri sendiri dengan berkata, "biarin deh, anggap aja buang sial."

Yang pengen gue tahu, sembahyang di altar leluhur, perbedaannya apa antara 
sembayang bulan tujuh ini dengan sembayang cengbeng dan sembayang malam tahun 
baru?
Apakah makanan yang disajikan beda? Atau set altarnya beda? Mohon pencerahan 
dnk, pliss. 

(tanggal 29 Agustus besok musti kumpul keluarga untuk sembayang leluhur neh) 

 


 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Purnama Sucipto Gunawan" 
 wrote:
>
> sebenarnya kalo dibilang mulai dari tao atau buddhis sih ngak bisa dibilang 
> siapa duluan.
> 
> dalam Budhism sebenarnya udah ada seperti itu. cuman beberapa aliran masih 
> ada berpandangan lain. Dalam catatan Aliran Budhis teravada sebenarnya ada 
> peristiwa Cioko atau sembayang rebutan, yaitu dari Tirana Sutta. 
> 
> Cuman beberapa oknum aliran teravada masih tidak mengakui hal itu sebagai 
> Dasar asmilasi budaya cioko atau sembayang rembutan di tiongkok. ini 
> dikarenakan pengaruh orba, dan juga oknum - oknum buddhis untuk dengan 
> sengaja mengisolasi kebudayaan tionghoa pada jaman orba. 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA  wrote:
> >
> > Hungry ghost festival memang oleh agama Budha dan agama Dao dianggap 
> > sebagai mereka punya - tetapi silahkan perhatikan. Untuk mereka yg beragama 
> > budha bulan tujuh tgl 15 adalah waktunya? utk mereka yg menjadi murid budha 
> > utk menyelsaikan meditasi mereka dan karena itu hari ini adalah hari 
> > gembira. Utk murid budha makanan berjiwa dilarang. Tetapi hungry ghost 
> > festival makanan dari yg berjiwa banyak. Memang jaman Tang ada dongeng 
> > mengenai seorang arhat yg ibunya menjadi hungry ghost - dia harus 
> > membebaskan ibunya dgn donasi kepada sekian banyak bikshu? dan achirnya 
> > ibunya menjadi manusia kembali. Harinya bulan 7 tgl 15.  tetapi ingat 
> > ini jaman Tang.
> > ?
> > Untuk agama Dao pada hari ini pintu neraka dibuka dan mereka yg dihukum 
> > disana diberikan ketika utk keluar kedunia manusia kembali dan mencari 
> > makanan. Untuk mereka yg punya keluarga persoalan ini ditampung oleh 
> > keluarga didalam kelenteng leluhur- tetapi utk mereka yg tidak ada keluarga 
> > biasanya mereka melakukan "kerusakan"? Karena itu di kelenteng pada hari 
> > ini dilakukan upacara sembayang y

[budaya_tionghua] Re: film ttg Tuhan, Cina dan Annisa

2009-08-17 Terurut Topik ecy_oyanayu

saya sudah liat trailernya..,, keren bangeT. Membawa pesan damai. Saya paling 
suka quotenya : "That's why God create love, so all the differences could be 
united". Karena itu harusnya ga ada lagi diskriminasi, pertengkaran & perang 
cuma gara" perbedaan. Kan Bhinekka Tunggal Ika. 

sayang filmnya cuma diputer di Blitz Megaplex. 



[budaya_tionghua] Re: [OOT] Rekomendasi Shinse

2009-08-17 Terurut Topik Yandy Yang
Salam sejahtera, 
zaman sekarang masih ada akupunkturis yang memakai jarum sterilisasi ulang. 
Asalkan metoda sterilisasinya baik dan benar, maka tidak ada masalah. Salah 
satu cara sterilisasi yang baik adalah dengan memakai alat yang dinamakan 
autoclave sterilizer. 
Cara mengodog jarum dengan panci bukanlah metode yang standar yang 
direkomendasikan.
Banyak pasien yang sangat phobia dengan jarum sterilisasi ulang, kalau anda 
pergi ke dokter gigi, bukankah alat-alat dokter juga disterilisasi kembali. 
Tapi kalau anda masih ragu-ragu, mintalah akupunkturis untuk menggunakan jarum 
baru.
Sterilisasi sebetulnya nambah kerjaan buat akupunkturis, pada zaman sekarang 
ini jarum sudah gampang didapat dan supplynya juga lancar. 

Kalau biaya pengobatan yang lebih murah penting bagi anda. Anda bisa memilih 
tempat akupunktur yang bentuknya Yayasan. Di Jakarta salah satu tempat seperti 
itu adalah Yayasan akupunktur umum. Untuk informasi lebih lanjut, klik linkage 
di bawah ini. 
http://menujusehat.blogspot.com/2007/06/klinik-akupunktur-umum-jakarta-pusat.html

Di kebanyakan kota besar di Indonesia ada yayasan akupunktur. Untuk teman-teman 
anda yang mencari pengobatan yang lebih murah, rujuklah mereka ke yayasan saja. 

Kalau tempat yang mahal sih sangat bervariasi. Dari yang ratusan ribu rupiah, 
bahkan sampai yang jutaan rupiah. Anehnya, kadang-kadang pasien malah tidak mau 
ke tempat yang murah, walaupun pengobatan di tempat yang murah itu juga 
berkualitas.

Salam,
Yandy


  

Re: [budaya_tionghua] film ttg Tuhan, Cina dan Annisa

2009-08-17 Terurut Topik Narpati Pradana
Nggak nyangka bisa diputar di bioskop walau di Blitz.
Kukira bakal keliling dari kampus ke kampus waktu lihat iklannya di
Vimeo beberapa bulan lalu.



On 8/15/09, alex ferry  wrote:
> CIN(T)A
> http://entertainment.kompas.com/read/xml/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.annisa.dan.tuhan...
>
> PRODUKSI: Moonbeam Creation dan Sembilan Matahari Film, PRODUSER:
> M.Adi Panuntun, M.Budi Sasono, EXECUTIVE PRODUSER: Roland Samosir,
> Kathleen Lee, DIRECTOR: Sammaria Simanjuntak, PEMAIN: Sunny Soon,
> Saira Jihan
>
> Sebuah film yang digarap komunitas indie. Menyentuh persoalan yang
> cukup sensitif, namun dikemas secara humanis. Menyuarakan toleransi
> dan perdamaian yang indah.
>
> Bandung, Agustus 2000. Cina (Sunny Soon) berhasil masuk sebagai
> mahasiswa jurusan Aritektur di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di
> Bandung. Kehidupan ekonomi keluarganya kurang dari cukup sehingga
> memaksanya untuk berusaha mencari pekerjaan sampingan sebagai pegawai
> refleksi di Healthy Spa dan mendaftarkan beasiswa untuk menambah uang
> sakunya. Sesuai dengan namanya, Cina berasal dari suku tionghoa yang
> tinggal di daerah Sumatera Utara. Dia bercita-cita untuk menjadi
> seorang Gubernur Tapanuli ketika kelak Tapanuli berdiri sendiri
> menjadi sebuah provinsi.
>
> Selama menjalani orientasi mahasiswa baru, Cina bertemu dengan seorang
> wanita cantik yang berprofesi sebagai bintang film dan sekaligus
> seniornya di kampus. Dialah Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat
> akhir yang kuliahnya terhambat karena kariernya di dunia film.
>
> Sudah tiga kali tugas akhir Cina ditolak Annisa, lantaran karyanya
> kurang sempurna dan jauh dari yang diharapkan akibat idealisme yang
> dipegangnya. Masalah tersebut didorong juga karena Annisa masih belum
> menerima pernikahan kedua Ibunya setelah sepeninggalan Ayah
> kandungnya. Di kampus, Annisa selalu diperguncing teman-temannya
> termasuk Cina, karena IP (Indeks Prestasi)nya hanya 2,1 dan tugas
> akhirnya yang bermasalah.
>
> Annisa dan Cina selalu bertemu di waktu dan tempat yang tak terduga.
> Cina pun tertarik dengan desain rancangan Tugas Akhir Annisa yang
> selalu ditolak oleh dosennya dan Cina pun bersedia membantu Annisa
> untuk menyelesaikannya. Dari situ lah pertemuan mereka semakin sering
> dan hubungan mereka semakin dekat.
>
> Dalam Film ini, sutradara Sammaria Simanjuntak, mencoba menyorot
> kehidupan religi masing-masing karakter. Cina yang rajin pergi ke
> gereja dan Annisa, seorang artis yang tidak pernah meninggalkan
> sholat.
>
> Kehidupan mereka sehari-hari pun terus bergulir dengan diisi berbagai
> diskusi mengenai perbedaan agama mereka. Pergulatan pendapat yang
> dikemas dengan diskusi yang santai dengan tanpa memunculkan konflik.
> Dari masalah apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan oleh Islam
> maupun Kristen.
>
> Pada tahun itu, perayaan Idul Fitri dan Natal saling berdekatan.
> Sebagai dua orang sahabat yang saling toleransi, Cina membantu Annisa
> membuat ketupat pada saat Idul Fitri, dan begitu pun sebaliknya,
> Annisa membantu Cina menghias pohon Natal.
>
> Bersama dengan penulis naskah Sally Anom Sari, Sammaria merancang
> karakter, setting, dan dialog yang sederhana dan mengusik kesadaran
> masyarakat penuh warna di Indonesia. Dialog-dialog yang dipakai dalam
> film ini terbilang cukup berat dan masih bersentuhan dengan agama. Ini
> terlihat pada dialog antara Cina dan Annisa mengenai siapa pendamping
> mereka kelak. Annisa sudah dijodohkan Ibunya dengan seorang keturunan
> beragama Islam. Sedangkan Cina ingin istrinya kelak mencintai Tuhannya
> lebih dari dirinya.
>
> Rasa emosi kemudian muncul ketika Cina dan Annisa memperdebatkan
> masalah pengeboman gereja-gereja di Indonesia pada Hari Natal. Cina
> memutuskan untuk mengambil beasiswanya dan pergi ke Singapura. Cina
> merasa kehadirannya sebagai orang Kristen tidak akan diterima di
> Indonesia apalagi bila menjadi seorang pemimpin, karena dia menyadari
> bahwa mayoritas orang Indonesia adalah muslim.
>
> Sammaria, mencoba menghadirkan warna Indonesia dengan menyisipkan
> simbol-simbol yang berkaitan dengan nasionalisme dalam filmnya.
> Lihatlah,  ada bendera Indonesia, Burung Garuda yang merupakan lambang
> Negara Indonesia, ciri kebudayaannya Indonesia lainnya seperti boneka
> wayang dan adat istiadat pre-wedding suku Jawa yang digambarkan pada
> saat Annisa melakukan prosesi mandi kembang sebelum menikah.
>
> Film ini pun dikemas secara kreatif di mana beberapa scene testimoni
> dari beberapa pasangan suami istri yang berbeda agama yang menjelaskan
> keharmonisan mereka walaupun hidup dengan memegang keyakinan
> masing-masing.
>
> Dalam pengemasannya, Sammaria menggunakan dua konsep sinematorafi.
> Pertama, mengingat keberadaan Tuhan sangat subjektif pada setiap
> orang, Sammaria meletakkan penonton pada ‘sudut pandang Tuhan’. Huruf
> T yang terselip di antara kata Cin(T)a, yang jadi judul film, merujuk
> pada Tuhan.
>
> Reaksi penonton pada film mencerminkan persepsi penonton itu sendi

Re: [budaya_tionghua] Fw: Joesoef Isak Meninggal Dunia

2009-08-17 Terurut Topik soebiantoh
 Pak David yth.,
 Saya ada artikel riwayat hidupnya, semoga bermanfaat
 sebagai kenangan atasnya,
 Salam, Soebianto-TBian
 
http://www.tempointeraktif.com/

 


Edisi. 22/XXXVII/21 - 27 Juli 2008 

 
Joesoef Isak - Ditunjuk ’Pemimpin Besar 
Revolusi’

SEJAK di sekolah menengah pertama di Jalan Prapatan, 
Jakarta Pusat, saya sudah bisa menulis resensi musik dan film. Guru saya memuji 
tulisan itu. Dia meminta saya mengirimkannya ke surat kabar, tapi saya tidak 
pernah melakukannya—entah kenapa. 

Persinggungan saya dengan dunia pers dimulai ketika saya bekerja 
di harian Berita Indonesia pada 1946. Ketika Jepang kalah oleh Sekutu, mereka 
diberi tugas tetap memelihara keamanan dan ketertiban. Pulau Jawa, yang 
dikuasai 
Angkatan Darat Jepang, mengeluarkan buletin berita Gunsei Kambu.

Untuk melawan penerbitan itu, para senior saya, Taslim dan 
Suardi Tasrif, mendirikan surat kabar Berita Indonesia. Orang yang membiayainya 
Zulkifli Lubis, ”bapak” intelijen di Indonesia. Ketika itu usia saya 17-18 
tahun 
dan baru tamat dari Taman Dewasa, setingkat sekolah menengah atas, di 
Kemayoran, 
Jakarta Pusat.

Di sana saya tidak langsung menjadi wartawan, tapi memulai dari 
bawah sekali. Tugas saya di bagian dokumentasi, menerjemahkan 
berita-berita berbahasa Belanda yang penting untuk dimuat di Berita 
Indonesia. Kemudian saya menjadi korektor dan di bagian layout. Setelah 
itu, saya mulai menulis berita kriminal atau sepak bola. Zaman dulu tidak ada 
spesialisasi seperti wartawan sekarang.

Berita Indonesia merupakan koran yang paling sering dibredel 
Belanda. Ini membuat koran itu menjadi populer di kalangan para pejuang 
kemerdekaan. Apalagi revolusi bersenjata sudah dimulai. 

Meski sering dibredel, surat kabar masih bisa terbit. Itu 
bedanya pembredelan di masa pemerintah Belanda dengan masa Soeharto. Belanda 
masih berpegang pada hukum. Kalau dibilang dua minggu, ya dibredel selama itu. 
Ada juga yang sampai sebulan, tapi waktunya jelas. Bukan ”digantung”, seperti 
di 
zaman Soeharto.

Pada 1949 Boerhanudin Mohammad Diah—yang ketika itu 
sudah memiliki Merdeka—membeli Berita Indonesia dan langsung 
menutupnya. Saya dan sebagian karyawan lain pindah ke Merdeka. Kendati 
lebih dulu berdiri, saya sayangkan Merdeka kalah bersaing dengan Kompas karena 
diurus dengan gaya warung. Tidak ada pendelegasian wewenang kepada orang di 
luar 
keluarga.

Pada 1956 saya menikah. Waktu itu B.M. Diah dan 
istrinya, Herawati, juga hadir. Resepsi pernikahan dilangsungkan di Gedung 
Pemuda, tempat berkumpulnya para pemuda. Sekarang tempat itu menjadi Gedung 
Mahkamah Agung. 

Ketika memberikan ucapan selamat, B.M. Diah berbisik 
dalam bahasa Belanda: ”Soef, aku punya kado untukmu. Mulai hari ini aku 
angkat kau jadi managing editor.” Dulu, struktur redaksi sangat sederhana. 
Managing editor merupakan redaktur pertama atau wakil pemimpin redaksi. Jadi 
saya adalah wakil B.M. Diah! Ini suatu penghargaan, karena banyak senior di 
atas 
saya. Tapi B.M. Diah memilih saya.

Pada 1959 B.M. Diah diangkat 
menjadi Duta Besar Indonesia di Cekoslowakia. Untuk pertama 
kali, dia terpaksa harus melepaskan jabatannya sebagai pemimpin redaksi. 
Padahal, dalam sejarah Merdeka, B.M. Diah tidak pernah melepaskan jabatan itu. 
Walaupun sudah tidak menulis editorial lagi, namanya tetap dicantumkan sebagai 
pendiri dan pemimpin redaksi. 

Sekali lagi, B.M. Diah menunjuk saya sebagai pemimpin redaksi. 
Sewaktu bertemu dengan Bung Karno, cerita B.M. Diah kepada saya, dia ditanya 
siapa yang akan menggantikan posisinya? B.M. Diah menyebut nama saya. Bung 
Karno, yang belum mengenal saya, langsung berpesan agar saya memelihara Merdeka 
menjadi koran progresif-revolusioner. Kalau tidak bisa, Bung Karno akan 
memanggil Diah pulang kembali ke Indonesia.

B.M. Diah hanya tiga tahun di 
Praha, kemudian dia diangkat menjadi Duta Besar Indonesia di 
Inggris. Waktu di London, dia rupanya dilapori, entah oleh 
siapa: saya makin lama makin membawa Merdeka ke arah kiri. 

Mendapat laporan itu, B.M. Diah berpesan, ”Soef, kau 
tahu sendiri kan? Suluh Indonesia itu didukung Partai Nasional Indonesia, 
harian 
Rakyat didukung Partai Komunis Indonesia, Bintang Timur ada Partindo. Merdeka 
apa? Keringat kita sendiri. Jadi buat apa kita besar-besarkan Ali 
Sastroamidjojo, Roeslan Abdulgani, atau Soebandrio? Kalau menguntungkan, kita 
dukung, kalau tidak, buat apa?” Itu prinsip B.M. Diah. Merdeka mendapat 
label sebagai koran independen atau tengah.

Namun tekanan untuk memecat saya terus berkembang. Salah satunya 
dari direktur sebuah perusahaan negara. Pada masa nasionalisasi, 
banyak perusahaan Belanda jatuh ke tangan militer. Direktur salah 
satu perusahaan itu menawari B.M. Diah mesin cetak baru. Mereka cuma minta satu 
syarat: saya dikeluarkan.

Lantaran B.M. Diah sayang dan menganggap saya kadernya yang 
paling berhasil, dia tidak mau memecat saya. Ini yang mau saya luruskan. Saya 
tidak dipecat, tapi ”ditendang” ke atas. Saat itu Grup Merdeka punya 
percetakan, 
ha

[budaya_tionghua] Re: Ada yang di Pekan Baru ?

2009-08-17 Terurut Topik Anton Widjaja
Baru saja saya menerima kabar via Facebook kalau orang yang saya cari sudah 
ketemu. 

Aug 12, 2009 11:52 pm saya coba minta bantuan via milis ini dan kemudian saya 
juga minta bantuan via Facebook. Tapi tampaknya tidak membuahkan hasil yang 
memuaskan.

Kemarin malam saya iseng iseng browsing dengan kata kunci nama ybs dan nama 
kota. Kemudian saya menemukan informasi yang cocok di satu website elektronika 
(saya ingat kalau dulu pernah disebut sebut ybs bekerja sebagai teknisi 
komputer), sayang sekali disana saya tidak menemukan cara untuk mengkontak ybs, 
tapi disana tercantum nick name ybs.

Berbekal nick name ybs berikut saya coba lagi browsing,ternyata ketemu 
informasi lain yang saya yakini ttg ybs lengkap dengan shio (yang saya 
perkirakan cocok), no HP. Semua informasi yang saya dapatkan saya kirimkan 
kepada paman saya di Palembang via Facebook kemarin malam.

Hari ini saya lumayan sibuk sehingga baru sempat membuka Facebook. Ternyata ada 
pesan yang disampaikan ke wallsaya jam 11:11pm mengabarkan bahwa orang yang 
kami cari telah diketemukan. 

Salam,
Anton W



[budaya_tionghua] Renungan minggu ini

2009-08-17 Terurut Topik Teng Aina
" Ada pujian yang datang tanpa diharapkan, ada pula celaan yang datang biarpun 
sudah berusaha sebaiknya "
( Ming Zi ) BC IV A : 21


Sojah,
Teng Aina