[budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-04 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian 
pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak 
mendapat dukungan publik).
Jadi ingat kasus mamah  koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi 
sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko 
 mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan.
Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga 
sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, 
karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga 
mereka di rumah.
Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal 
mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya 
yang lagi berdiri di trotoar.
Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena 
dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. Ya 
benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan yang 
bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali.
Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk tendang 
pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah sakitnya.
Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan 
baru memisah.

Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan 
ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kusalacitto gunawan guna...@... wrote:

 hmm.. gimana ya,
 
 saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan
 kemudian saya coba pahami.
 
 Sebagai konsekuensi dari kebudayaan yang sudah berlaku nasional maka Cina
 atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi bahan olokan bersama seluruh
 Nusantara.
 
 Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi dapat
 disebut sudah membumi.
 
 Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan di
 trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak
 Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya
 melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan dipalak
 atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya?
 
 Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar
 rasis?
 
 Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian, ketika
 mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini, karena
 generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah yang
 saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle.
 
 Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak akan
 menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke
 keluarga atau teman-teman.
 
 Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian
 tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka Budaya ini akan terus
 hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari
 mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib
 akan memberikan efek jera kepada para pelaku yang secara lifestyle suka
 memakai istilah-istilah rasis. Diharapkan si pelaku akan merubah
 lifestylenya di lain kali setelah mendapatkan pelajaran. Tidak harus sampai
 pelakunya dipenjara, minimal di periksa polisi dia akan paham kalau apa yg
 biasa dilakukan dia itu selama ini ternyata salah.
 
 
 
 2010/8/5 eko hermiyanto eko.hermiya...@...
 
 
 
  Kejahatan ini adalah sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Karena, saya
  sendiri pernah mengalaminya secara langsung, dan ini adalah beberapa
  kejahatan yang terjadi di bis ibu kota yang pernah saya alami baik rasial
  maupun bukan:
  1. pada waktu saya naik bis dari depan kampus saya Atmajaya tahun 2002, ada
  satu orang yang memberikan satu lembar kertas kecil yang berisi promosi jasa
  pemijatan. Dan orang tersebut, juga tanpa diminta, langsung serta merta
  memijat kaki saya, sampai ke paha bagian atas. Saya sendiri sudah menolak,
  tetapi orang tersebut tetap saja memaksa melakukan nya. Kemudian, tidak
  berapa lama, dia selesai dan turun dari bis. Satu orang di bis tersebut
  bertanya kepada saya, mas, HP-nya hilang gak?, dan ternyata setelah saya
  cek kantong celana, HP saya ternyata sudah raib. Tetapi untuk kasus yang
  satu ini, sebenarnya saya kagum dengan keahliannya, karena bagaimana pun
  juga, saya pada waktu itu memakai celana jeans yang cukup ketat sehingga
  mengharuskan saya untuk berdiri bilamana saya mau mengambil HP tersebut,
  tetapi orang tersebut bisa mengambilnya tanpa terasa ketika saya sedang
  duduk!
  2. Saya bersama kekasih saya tercinta yang mana dia adalah seorang Hokkian,
  naik bis dari Karet menuju Ratu Plaza. Beberapa waktu sebelumnya harga BBM
  naik, dan ongkos bis dinaikkan 500 perak. Kemudian, 

[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-04 Terurut Topik Ophoeng
Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.

Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 600 
tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati besar-besaran di 
Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket kelenteng Gang Lombok(?) 
itu. 

Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu jangkar 
besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada Zheng-he juga.

Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah memikirkan 
menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar oleh 
penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. Sayang 
sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - yang 
disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 

Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah 
menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya cuma 
sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah di'ban' 
aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, dikasih ijin 
untuk melaut lagi. 

Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh anak 
cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang cucu kaisar. 

Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau mereka 
gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga lain yang 
'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, bahkan di antara 
sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun!

Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau oleh 
keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian kekuasaan tanpa 
pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok berjaya dan sukses menjadi 
boss dunia ya?

Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk punya 
pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. Memang sih 
agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi demokrasi 
sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang dengan suara 
terbanyak, jeh!

Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi Zheng-he, 
karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal nyebut ajah, 
ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah menebaknya. Baca di 
wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, banyak yang gak cocok ama 
yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, pembuat sub-title biasanya cuma 
asal terjemahin, kejar tayang, gak ada waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, 
euy!

Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya 
memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, 
kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg singgahnya di 
Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum 
mereka ya?

Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di 
melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar menugaskan 
Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang berani melaut 
dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti dipenjara dengan 
tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, hukumannya mestilah 
dipancung kepalanya.

Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 
'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong?

Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke 
ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, 
cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa duit, 
lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira Zheng-he orang 
dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah ratusan tahun juga 
rupanya, jeh!

Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia 
seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara lain, 
ada juga kejelekannya. Kalau saja dia mau menguasai, peta dunia tentu sudah 
lama berbeda jauh dari sekarang ya?

Hehehe.. just intermezzo, ah.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng









--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

seinget aye ntu zheng he gak pernah ngedarat di semarang.
 
semangat zhudi itu buat apus pengaruh dinasti yuan, menggantikan perdagangan yg 
dipegang oleh org2 persia dan arab sejak dinasti Sui dan melemah sejak 
kejatuhan dinasti yuan, menjaga stabilitas perdagangan internasional dari bajak 
laut

Yong Le jg yg membuat ensiklopedia pertama didunia dgn judul Yong Le Da Dian yg 
nanti 

[budaya_tionghua] Re: Fw: Jenakanya orang Tiongkok yang genial

2010-09-04 Terurut Topik Ophoeng
Bung ChanCT dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Terima kasih atas sharing lelucon-nya ya.

Lelucon, seringnya memang jadi berkurang lucu-nya kalau diterjemahkan. Ini 
berlaku umum, baik lelucon dalam basa Guo-yu, maupun basa lain, semisal Inggris.

Contohnya adalah lelucon ttg 'Chinese Jews' - dalam basa Inggris, 'jews' 
bunyinya seperti 'juice' (jus). Jadi ketika ada pengunjung resto Tionghua, 
orang Amrik (di AS ada American Jews) memperdebatkan soal 'Chinese Jews' - 
maksudnya ada gak ya orang Yahudi di China, dan mereka bertanya kepada pelayan 
resto itu, ditangkap pelayannya sebagai 'Chinese Juice'. 

Kalau diterjemahkan ke dalam basa Indoneisa, 'jews'nya bisa jadi 'Yahudi' - gak 
nyambung. Kalau disebutnya 'jus', bisa terkesan melecehkan. lha masak orang 
dibikin jus toh?

Begitu juga lelucon ttg 'Anny Wan' di telepon. Yang jadi salah persepsi dengan 
'anyone', some one = sam wan. Kalau diterjemhkan ke basa Indonesia, jadinya 
'Annie Wan' = nama orang. Gak terasa lucunya lagi.

Konon katanya seorang bule pernah protes kepada guru basa Guo-yu yang 
megajarnya. Dikatakan bahwa huruf Hanzi itu sederhana, gampang dipelajari,  
satu kayu disebutnya 木[mu], dua kayu membentuk kata hutan 林[lin], hutannya 
lebat disebut 森林[sen-lin], semua hurufnya memakai huruf dasar 木[mu] yang 
berarti kayu. Jadi semua benda yang dibuat dari kayu, semisal kursi 
椅子[yizi], meja 桌子[zhuozi], mestilah ada huruf 木[mu]-nya di samping, 
atau di bawah, di atasnya. Si murid protes karena ada satu huruf yang berarti 
gelas 杯[bei], tapi ada huruf 木[mu] di sampingnya. Padahal, gelas 'kan 
dibuat dari keramik, bukan kayu. Sang guru (gak percuma disebut guru toh) 
dengan sigap menuliskan huruf 杯[bei], coba apa yang ada di samping 
木[mu]nya? ternyata itu huruf 不[bu] = bukan. Jadi, bener toh kalau 杯[bei] 
itu bukan dari kayu. (Meskipun, mungkin saja dulu-dulunya memang dibuat dari 
kayu, atau bambu toh?) - Lelucon ini mungkin cuma terasa lucu kalau asli dalam 
Guo-yu dengan huruf Hanzi. Kalau diterjemahkan ke dalam basa Inggris, atau basa 
Indonesia (seperti yang saya coba buat ini), terasa bertele-tele dan lucunya 
berkurang toh?

Walau tidak menutup kemungkinan ada juga lelucon yang bisa cukup 'universil', 
bisa diterjemahkan ke berbagai basa, tapi masih terasa lucunya.

Juga, ada lelucon yang cuma lucu kalau disampaikan secara lisan, karena ada 
intonasi yang terasa lucunya jadi hilang kalau dituliskan.

Bagaimana pun juga, tetap terima kasih.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ChanCT sa...@... wrote:

 
   ---Original Message---
 
   From: Nang Yan, George Sze
   Date: 2010/8/24 下午 10:50:47
   To: undisclosed recipients: ,
   Subject: RE:(PCNY) 中國人æ°`又幽默又天才!
 
 
 
   
 誰說中國人不懂幽默?中國人æ°`又幽默又天才!請看下文:
  
 
   Coba perhatikan tulisan dibawah, siapa bilang orang Tiongkok tidak 
 becanda? Rakyat Tiongkok jenaka yang genial!
 
 
   Please Scroll Down !
 
 
   1. 長壽指引 = Petunjuk Panjang umur
 
 
   不抽煙不喝é…',活到 63 歲,林彪同志; 
 
   Kawan Lin Piau meninggal diusia 63, tidak minum arak juga tidak merokok;
 

 
   只喝é…'不抽煙,活到 73 歲,恩來同志;
   Kawan Zhou En Lai minggal diusia 73, hanya minum arak, tidak merokok;
 

 
   只抽煙不喝é…',活到 83 歲,毛主席同志;
   Kawan Mao Tse-tung meninggal diusia 83, tidak minum arak, hanya merokok;
 

 
   既抽煙又喝é…',活到 93 歲,小平同志;
 
   Kawan Den Siao-ping meninggal diusia 93, tidak hanya minum arak, juga 
 merokok;
 

 
   吃喝嫖賭樣樣來,活到 103 歲,學良將軍;
 
   Jenderal Zhang Xue-liang meninggal diusia 103, tidak hanya minum arak, 
 merokok, melacur juga dilakukan,
 

 
   啥壞ç¿'慣æ²'有,每天盡做好人好事,活到 23 
 歲,雷é‹'同志!
 
   Kawan Lei Fong, semua pola-hidup jelek tidak dilakukan, setiap harinya 
 menjadi orang-baik-baik, usianya hanya sampai 23 saja!
 

 
   2. 為人æ°`服務 = Mengabdi pada Rakyat
 
   
 為人æ°`服務的越來越å°`了,為人æ°`幣服務的越來越多了;
 
   Mengabdi pada rakyat makin lama makin sedikit; mengabdi pada Ren Min 
 Bie makin lama makin banyak;
 

 
   
 挽è`—奶奶過馬路的越來越å°`了,挽è`—二奶過馬路的越來越多了;
 
   Menuntun nenek menyeberang jalan makin lama makin sedikit, menuntun 
 istri kedua makin lama makin banyak;
 

 
   
 日記裏寫幫過幾次忙的越來越å°`了,日記裏寫上過幾次床的越來越多了!
   Catatan harian mencatatkan berakali kesibukan makin sedikit, 
 mencatatkan berapa kali naik ranjang lebih banyak;
 

 
   
 以前是紅米飯南çœæ¹¯ï¼Œè€å©†ä¸€å€‹ï¼Œå­©å­ä¸€å¹«ã€‚現如今是白米飯王å…

[budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-04 Terurut Topik Ophoeng
Bung Ikkyosensei dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Hehehe.. kalau soal kesenggol dan berusaha malak, kayaknya gak ada 
hubungannya dengan masalah 'ras'.

Saya pernah ngalami sendiri, sekitar 4-5 tahun lalu, karena memang asyik 
nelepon di mobil, jadi agak meleng. Di dekat putaran di atas Kali Ciliwung, di 
sekitar Bakmi GM itu, saya mau berbalik arah, gak melihat ada motor di sisi 
kanan, maka tersenggol-lah si motor pada bagian lampu sein-nya, dan kayaknya 
patah. Tapi, si pengemudi, encek dan encim yang diboncengnya tidak sampai 
jatuh, masih berdiri dengan tegak di atas motornya.

Merasa salah, saya berhenti dan menghampiri. Langsung saya kasih 50.000 buat 
ganti lampu sein-nya, yang nampaknya sih sudah sambungan diikat kawat - 
motornya sudah tua. Harga lampu sein motor tua-nya itu paling juga sekitar 
15.000 waktu itu.

Tahu gak? Si encek ngotot minta duit lebih lagi, alasannya dia kena senggol dan 
mesti periksa ke rumah sakit. Saya gak ladeni langsung tinggal pergi saka, tapi 
juga gak sampai hati untuk melabrak dia, tonjok dulu, urusan belakangan. Kuatir 
nanti jadi berbalik saya digituin orang kalau tua kelak.

Pernah juga kehilangan dompet di gedung perkantoran di Sudirman, Jakarta. Yang 
nemu telepon mau kembalikan. Uangnya yang 250 rebu sisa 50 rebu, katanya 
'terpakai' dan itu memang 'rejeki' dia, dia ketemu kembalikan dompetnya, 
katanya saya beruntung ketemu orang 'jujur' kayak dia, kartu kredit gak 
dipakainya (mana bisa ya, saya pakai nama Tionghua, dia berkulit item dan mata 
belo) seperti dianjurkan temen-2nya, ATM juga gak dipakai (padahal ada 
percobaan sebanyak 2 kali dia coba masukin PIN), lalu masih coba 'malak' bilang 
kacamata dia baru beli kemaren jatuh karena cari-cari alamat saya, saya tanya 
kenapa gak titip satpam atau pulisi ajah, dia bilang gak percaya ama satpam 
atau pulisi, nanti uangnya di'makan' mereka (toh akhirnya dia 'makan' juga), 
juga ada tunggakan kartu kredit dia belon bayar, cicilan rumah juga belon 
dibayar, isterinya minta beli beras juga - ngakunya kerja di pabrik di daerah 
Cikarang.

Kalau anda jadi saya, apakah anda akan gebuki dia juga? 

Saya sih cuma senyum ajah, lalu sodorkan semua KK dan ATM kepadanya, ambil saja 
KK dan ATM yang gak laku itu, kalau mau buat koleksi. Semula terpikir oleh saya 
mau serahkan ke satpam - ketemunya di mall, dan bilang dia curi dompet saya, 
tapi, lagi-2 saya kuatir nanti akan mendapat balasan serupa. Jadi saya relakan 
saja sisa uang 50 rebu dari 250 rebu yang 200 rebu-nya sudah 'terpakai' tak 
sengaja olehnya buat beli bensin katanya. 

Modus operandi standar penemu dan pencuri dompet, diambil uangnya, dibuang 
dompet dan lain-lainnya -ngapain mesti 'berbaik hati' mengembalikan toh?. Ini 
memang amatiran yang sering nonton TV dengan acara 'siapa yang mau nolong' - 
dengan iming-2 hadiah duit gede. Yah... his name is also effort, namenye juge 
usahe ye?

Tapi, satu hal yang jelas: naluri memeras tidak berdasarkan ras, tapi nampaknya 
berdasarkan faktor ekonomi ajah sih, jeh!

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosen...@... 
wrote:

 Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian 
 pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak 
 mendapat dukungan publik).
 Jadi ingat kasus mamah  koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi 
 sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. 
 Koko  mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di 
 jalan.
 Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga 
 sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, 
 karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga 
 mereka di rumah.
 Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal 
 mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya 
 yang lagi berdiri di trotoar.
 Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena 
 dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. 
 Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan 
 yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali.
 Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk 
 tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah 
 sakitnya.
 Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan 
 baru memisah.
 
 Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan 
 ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian.
 
 Salam
 




Re: [budaya_tionghua] Benarkah Harun Yusuf mantan tukang kwamia?

2010-09-04 Terurut Topik Wahyutie Tjiaputra
Oweh setuju,udah waktunya kita tegakan kebenaran dan kasih pencerahan sama 
siung tie cie mei kita yang udah dicuci otaknya. Hidup Teng 
Lang!!!



  

Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO

2010-09-04 Terurut Topik pualamsyah
Rekan2 milis, apakah benar2 bukunya pat bie to masih ada yg punya copynya, bila 
benar masih ada, maka saya pun berkeinginan untuk mendapatkannya, atas bantuan 
dan perhatian rekan2 saya sampaikan banyak terima kasih, salam
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Adi Mulya adimuly...@yahoo.co.id
Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sat, 4 Sep 2010 12:02:02 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO

terimakasih atas segala attensi anda, saya hanya penggemar cerita legenda yang 
terjadi di zaman 100 san tahun yang lalu di bumi kita Indonesia, dan 
alhamdulillah saya akan segera mendapatkan buku itu walaupun hanya dalam bentuk 
copyan saja

--- Pada Jum, 3/9/10, Mr david djauhari david_ap...@yahoo.com menulis:

Dari: Mr david djauhari david_ap...@yahoo.com
Judul: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 3 September, 2010, 1:22 PM







 



  



  
  
  Pak Adi yang baik, 

Maaf sebelumnya apakah anda memiliki buku Pat Bie To ini yg dalam format pdf 
nya? 
sepertinya email dari mobile saya gak masuk... nih gak tau kenapa. 
kemudian informasi apa saja yang dibutuhkan mengenai buku ini? 
terima kasih banyak sebelumnya... 


Best Regards, 

--- On Wed, 8/25/10, Adi Mulya adimuly...@yahoo.co.id wrote:

From: Adi Mulya adimuly...@yahoo.co.id
Subject: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, August 25, 2010, 9:34 AM







 




  
  
  Kepada yang terhormat, Saudara saudara saya di milist Budaya tionghoa 
yang saya cintai, saya mohon informasi barangkali saudara saudara ada yang tahu 
tentang 
sebuahLegenda Cerita PAT BIE TO,dari Parakan jawa tengah, yang diceritakan 
oleh HAUW LIAN OEN, cetakan dari Tasikmalaya, sekitar tahun 1900san, 
barangkali siapa saja yang mengetahui sudilah kiranya memberi tahu kami 
sebelum, dan sesudahnya saya terimakasih sekali.



 



 





  


 





 



  








[budaya_tionghua] Setiap Pribadi Itu Unik. (Was: sejarah baju koko: Koko Masuk Islam)

2010-09-04 Terurut Topik Ophoeng
Bund David Kwa dan Ttm semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Hehehe.. maksud hati sih diam ajah dan senyum baca komentar anda, tapi 
apalah daya tangan ni gatal tak kuasa menahan gejolak hati untuk 
mengetuk-ketuk-kannya di atas keyboard.

Nama Remy Sylado konon benar adanya diambil dari nada lagu, karena dia 
penggemar musik di samping menjadi novelis. Tapi, sorry, Re = 2 mi = 3, bener 
adanya. Cuma Sy = 4? Kayaknya anda salah terpeleset jari di atas keyboard. Sy 
atau si dalam nada lagu adalah 7, jadi yang bener - sorry, agak betrele-trele 
nih: 23 761.

Lalu, kalau soal 'engkoh' untuk merujuk 'ko', kayaknya sih sah ajah, lha 
bukankah (anda sendiri yang ngepost?) pernah dibahas di milis kita, bahwa 
'enso' itu dari 'sousou', engkong dari 'kungkung', encim, encek, engkim, jadi 
kayaknya emang bener sih 'engkoh' itu untuk koko.

Kalau anda bilang gaya dia bertutur itu mengada-ada, lebai, rasanya sih ya 
boleh-boleh saja dan sah-sah saja, sebab dia sedang bertutur di novel 
tulisannya: Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.

Dan, kalau ditanya, kenapa harus “pake ribet” sebab dihubungkan dulu dengan 
“engkoh-engkoh” segala rupa (pake tambahan “eng” di depannya)? Kenapa 
bahasa Indonesia (apakah pasti bahasa Indonesia dan bukan bahasa lain, Melayu, 
Sunda, atau Jawa, misalnya?) harus mengejanya DARI kata “engkoh-engkoh”, 
seperti kata dia, bukan LANGSUNG dari kata “koko” saja? -- Jawabnya: karena 
dia namanya Remy Sylado, bukan David Kwa, sih, jeh!

Hehehe. kalem ajah-lah, sesama bus kota kabarnya dilarang saling menyalip, 
tiap individu katanya memang unik, gak ada yang sama persis, bahkan sepasang 
anak kembar sekalipun!

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David dkh...@... wrote:

Owe rasa Remy Sylado (23 461) terlalu “maksa” di sini. Bila baju koko mau 
dihubungkan dengan “baju kakak laki-laki”, itu sah-sah saja; toh tidak ada 
yang melarang, sebab “koko ����” kan artinya “kakak 
laki-laki” dalam bahasa Indonesia; “abang” dalam bahasa Melayu; “lae” 
dalam bahasa Batak; “akang atau a’a” dalam bahasa Sunda; “mas” dalam 
bahasa Jawa; dan “belih” dalam bahasa Bali. Tapi “Koko” ya MBOK cukup 
“koko” saja, karena kata ini cukup populer dan singkat pula, kenapa harus 
“pake ribet” sebab dihubungkan dulu dengan “engkoh-engkoh” segala rupa 
(pake tambahan “eng” di depannya)? Kenapa bahasa Indonesia (apakah pasti 
bahasa Indonesia dan bukan bahasa lain, Melayu, Sunda, atau Jawa, misalnya?) 
harus mengejanya DARI kata “engkoh-engkoh”, seperti kata dia, bukan 
LANGSUNG dari kata “koko” saja? Koq rasanya dia terlalu mengada-ada alias 
Lebay ya…



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hendri f isnaeni hendrifisnaeni@ 
wrote:
 
Bagaimana ceritanya tui-khim menjadi baju koko? Menurut Remy Sylado, karena 
yang memakai tui-khim itu engkoh-engkoh sebutan umum bagi lelaki Cina maka baju 
ini pun disebut baju engkoh-engkoh. Dieja bahasa Indonesia sekarang menjadi 
baju koko, kata Remy dalam novelnya Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.





[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-04 Terurut Topik ardian_c
setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang

ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda boekan 
jangkar tiongkok yg 4 mata.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote:

 Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.
 
 Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 600 
 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati besar-besaran 
 di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket kelenteng Gang 
 Lombok(?) itu. 
 
 Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
 jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada 
 Zheng-he juga.
 
 Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
 memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar 
 oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. 
 Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - yang 
 disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 
 
 Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah 
 menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya cuma 
 sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah 
 di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, 
 dikasih ijin untuk melaut lagi. 
 
 Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh 
 anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang cucu 
 kaisar. 
 
 Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau mereka 
 gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga lain 
 yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, bahkan di 
 antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun!
 
 Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
 digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau 
 oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian kekuasaan 
 tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok berjaya dan sukses 
 menjadi boss dunia ya?
 
 Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
 nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk 
 punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. 
 Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi 
 demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang dengan 
 suara terbanyak, jeh!
 
 Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
 Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal 
 nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah 
 menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, banyak 
 yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, pembuat 
 sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar tayang, gak ada waktu - jadi 
 asal jadi ajah sudah bagus, euy!
 
 Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
 mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya 
 memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, 
 kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg singgahnya di 
 Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum 
 mereka ya?
 
 Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di 
 melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar 
 menugaskan Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang 
 berani melaut dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti 
 dipenjara dengan tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, 
 hukumannya mestilah dipancung kepalanya.
 
 Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 
 'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong?
 
 Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke 
 ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, 
 cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa 
 duit, lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira Zheng-he 
 orang dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah ratusan tahun 
 juga rupanya, jeh!
 
 Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia 
 seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara lain, 
 ada juga kejelekannya. Kalau saja dia mau menguasai, peta dunia tentu sudah 
 lama berbeda jauh dari sekarang ya?
 
 Hehehe.. just intermezzo, ah.
 
 Salam makan enak dan sehat,
 Ophoeng
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
 
 seinget aye ntu zheng he gak pernah 

[budaya_tionghua] Peringatan Detik-Detik Proklamasi di KBRI Beijing

2010-09-04 Terurut Topik alexferry
Tuesday, 17 August 2010 11:00

Beijing—Nuansa peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-65 di Beijing 
kali ini terasa berbeda dengan kegiatan perayaan yang lebih semarak dan 
khidmat. Tak kurang dari 400 orang, yang terdiri dari warga negara Indonesia 
dan kalangan masyarakat Tiongkok repatriasi dari Indonesia, atau dikenal dengan 
istilah ‘Huaqiao’, mengikuti kegiatan upacara bendera yang diadakan di halaman 
KBRI Beijing dan dipimpin oleh Imron Cotan, Duta Besar RI untuk RRT merangkap 
Mongolia.

 

Upacara bendera yang dilaksanakan dengan pasukan pengibar bendera yang terdiri 
dari para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Beijing mengundang perhatian 
khusus dari media asing yang turut meliput acara serta warga sekitar yang ikut 
menyaksikan jalannya upacara. Kelompok aubade dari putra-putri staf KBRI dan 
masyarakat Indonesia di Beijing membawakan lagu-lagu kebangsaan Indonesia 
semakin menyemarakkan suasana. 

 

Jiwa semangat nasionalisme memang perlu diperkenalkan dan ditumbuhkan sejak 
dini kepada anak-anak dan generasi muda, khususnya yang telah lama menetap dan 
bersekolah di perantauan, termasuk di RRT. Demikian himbau Dubes Imron Cotan 
dalam pesan yang disampaikan kepada masyarakat Indonesia di RRT. Untuk itu, 
dalam kegiatan peringatan HUT RI tahun ini, anak-anak dan pelajar selain 
dilibatkan dalam aubade juga berpartisipasi dalam lomba-lomba yang dapat 
menumbuhkan nasionalisme, seperti lomba mewarnai, menggambar dan games khas 
peringatan 17-Agustus lainnya. 

 

Di samping itu, keberadaan masyarakat huaqiao yang memiliki kedekatan secara 
emosional dengan Indonesia, selain sebagai ‘friends of Indonesia’, merupakan 
modalitas yang potensial dalam mendukung promosi Indonesia dan pemajuan 
hubungan antarmasyarakat kedua negara. Kalangan huaqiao ini senantiasa 
berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KBRI dan 
komunitas Indonesia. Sebagai wujud apresiasi, Dubes RI memberikan piagam 
penghargaan kepada paguyuban-paguyuban yang melestarikan kesenian dan 
kebudayaan Indonesia di negeri Tiongkok. 

 

Secara khusus, Dubes Imron menyampaikan bahwa kegiatan perayaan HUT RI tahun 
2010 yang bertepatan dengan peringatan 60 tahun hubungan RI-RRT dan Tahun 
Persahabatan Indonesia-Tiongkok ini memberikan momentum yang tepat dan luar 
biasa bagi upaya peningkatan hubungan dan kerjasama yang semakin erat bagi 
masyarakat kedua negara.

 

Dalam kesempatan upacara tersebut, juga diadakan ‘moment of silence’ sebagai 
ungkapan tanda simpati dan belasungkawa terhadap korban bencana yang menimpa 
Provinsi Gansu, RRT. KBRI juga membuka kotak amal bagi masyarakat yang ingin 
menyampaikan sumbangan kemanusiaan yang akan disalurkan kepada para korban 
melalui Pemerintah RRT.

 

Selain di Beijing, kegiatan perayaan HUT RI dan peringatan 60 Tahun hubungan 
Indonesia-Tiongkok juga digelar oleh berbagai komunitas masyarakat Indonesia di 
berbagai kota di RRT, termasuk di Paviliun Indonesia pada ajang World Expo 2010 
di Shanghai
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
budaya_tionghua-dig...@yahoogroups.com 
budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tionghua-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[budaya_tionghua] Kendala Asimilasi

2010-09-04 Terurut Topik ghozalli2002
Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli apakah dia itu 
berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja.  Contoh soal seorang 
pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg cocok di hatinya tanpa 
memandang etnis si wanita, demikian pula sebaliknya  Manusia berbeda dari 
binatang yg cuma mau 'kawin  biologis' pada jenis (genus)nya saja contoh macan 
belang tidak kawin sama macan kumbang, meskipun sesama macan (kecuali 
dipaksakan spt dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis lintas etnis dan 
lintas ras tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg membatasi manusia sulit 
berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya, dan agama. Kalau si pria 
berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka sulit sekali terjadi perkawinan. 
Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap proses perkawinan. Itulah mengapa 
asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak berjalan mulus., walaupun di negara 
komunis atau sosialis sekalipun, apalagi negara demokratis spt Indonesia dan 
ini menyangkut hak azasi manusia.  RGDS.TG
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
budaya_tionghua-dig...@yahoogroups.com 
budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tionghua-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-04 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Suk Ophoeng

Hehehe, memang benar sekali, tidak semua kejahatan ada kaitannya dengan 
pemikiran rasial. Kebanyakan, karena memang karakter pelakunya yang kriminal, 
lintas ras  agama.
Saya juga pernah ketemu tukang copet Tionghoa di lift mall Citra Land Grogol. 
Masih muda banget, seumuran anak kuliahan gitu... sudah kayak gitu karakternya 
anak muda jaman sekarang.
Saking terbengongnya, saya nggak sempat mengambil tindakan menangkap atau 
melapor satpam... :)

Tapi, untuk kasus koko saya itu, memang sempat keluar umpatan tongsenghugnya 
Cino kowe. Dasar jiwa  fisik muda, apalagi koko saya waktu itu khan pelatih 
karate di batalyon 511 Blitar. :)
Ya setelah itu, di rumah, dia menyesal juga. Diajak duduk ngomong, mungkin akan 
memberikan dampak positif yang lebih luas.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote:

 Bung Ikkyosensei dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 Hehehe.. kalau soal kesenggol dan berusaha malak, kayaknya gak ada 
 hubungannya dengan masalah 'ras'.
 
 Saya pernah ngalami sendiri, sekitar 4-5 tahun lalu, karena memang asyik 
 nelepon di mobil, jadi agak meleng. Di dekat putaran di atas Kali Ciliwung, 
 di sekitar Bakmi GM itu, saya mau berbalik arah, gak melihat ada motor di 
 sisi kanan, maka tersenggol-lah si motor pada bagian lampu sein-nya, dan 
 kayaknya patah. Tapi, si pengemudi, encek dan encim yang diboncengnya tidak 
 sampai jatuh, masih berdiri dengan tegak di atas motornya.
 
 Merasa salah, saya berhenti dan menghampiri. Langsung saya kasih 50.000 buat 
 ganti lampu sein-nya, yang nampaknya sih sudah sambungan diikat kawat - 
 motornya sudah tua. Harga lampu sein motor tua-nya itu paling juga sekitar 
 15.000 waktu itu.
 
 Tahu gak? Si encek ngotot minta duit lebih lagi, alasannya dia kena senggol 
 dan mesti periksa ke rumah sakit. Saya gak ladeni langsung tinggal pergi 
 saka, tapi juga gak sampai hati untuk melabrak dia, tonjok dulu, urusan 
 belakangan. Kuatir nanti jadi berbalik saya digituin orang kalau tua kelak.
 
 Pernah juga kehilangan dompet di gedung perkantoran di Sudirman, Jakarta. 
 Yang nemu telepon mau kembalikan. Uangnya yang 250 rebu sisa 50 rebu, katanya 
 'terpakai' dan itu memang 'rejeki' dia, dia ketemu kembalikan dompetnya, 
 katanya saya beruntung ketemu orang 'jujur' kayak dia, kartu kredit gak 
 dipakainya (mana bisa ya, saya pakai nama Tionghua, dia berkulit item dan 
 mata belo) seperti dianjurkan temen-2nya, ATM juga gak dipakai (padahal ada 
 percobaan sebanyak 2 kali dia coba masukin PIN), lalu masih coba 'malak' 
 bilang kacamata dia baru beli kemaren jatuh karena cari-cari alamat saya, 
 saya tanya kenapa gak titip satpam atau pulisi ajah, dia bilang gak percaya 
 ama satpam atau pulisi, nanti uangnya di'makan' mereka (toh akhirnya dia 
 'makan' juga), juga ada tunggakan kartu kredit dia belon bayar, cicilan rumah 
 juga belon dibayar, isterinya minta beli beras juga - ngakunya kerja di 
 pabrik di daerah Cikarang.
 
 Kalau anda jadi saya, apakah anda akan gebuki dia juga? 
 
 Saya sih cuma senyum ajah, lalu sodorkan semua KK dan ATM kepadanya, ambil 
 saja KK dan ATM yang gak laku itu, kalau mau buat koleksi. Semula terpikir 
 oleh saya mau serahkan ke satpam - ketemunya di mall, dan bilang dia curi 
 dompet saya, tapi, lagi-2 saya kuatir nanti akan mendapat balasan serupa. 
 Jadi saya relakan saja sisa uang 50 rebu dari 250 rebu yang 200 rebu-nya 
 sudah 'terpakai' tak sengaja olehnya buat beli bensin katanya. 
 
 Modus operandi standar penemu dan pencuri dompet, diambil uangnya, dibuang 
 dompet dan lain-lainnya -ngapain mesti 'berbaik hati' mengembalikan toh?. Ini 
 memang amatiran yang sering nonton TV dengan acara 'siapa yang mau nolong' - 
 dengan iming-2 hadiah duit gede. Yah... his name is also effort, namenye juge 
 usahe ye?
 
 Tapi, satu hal yang jelas: naluri memeras tidak berdasarkan ras, tapi 
 nampaknya berdasarkan faktor ekonomi ajah sih, jeh!
 
 Salam makan enak dan sehat,
 Ophoeng
 
 
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosensei@ wrote:
 
  Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian 
  pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak 
  mendapat dukungan publik).
  Jadi ingat kasus mamah  koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, 
  boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak 
  pedagang syur. Koko  mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang 
  tersebut berantakan di jalan.
  Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga 
  sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. 
  Dibayar, karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih 
  makan keluarga mereka di rumah.
  Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? 
  Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, 
  bukan orangnya yang lagi berdiri di trotoar.
  Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang 

[budaya_tionghua] Re: Kendala Asimilasi

2010-09-04 Terurut Topik Dada
apa gak kebalik .

kodrat manusia itu berbeda adanya , tapi karena berbeda itu dunia
semakin menarik. Indonesia sendiri keragaman etnisnya menghasilkan
kekayaan budaya yang beragam. Adalah suatu kecenderungan , orang mencari
persamaan dalam diri dan lingkungannya , entah itu persamaan agama ,
persamaan etnis , persamaan budaya , persamaan profesi , persamaan hobby
, salah satu menghasilkan kedekatan 

Berbeda dengan anjing , anjing kawin biologis tanpa prasangka etnis
, karena anjing tidak mengenal agama , budaya dan sebagainya.Jika dunia
manusia di analogikan dalam kingdom of mammals ,dia akan kawin saat
birahi , dengan siapa saja , dimana saja.

jika indonesia di analogikan seperti , jadilah republik mestizo , dan
jika semua seperti itu , masih adakah padang , masih adakah sunda ,
masih adakah tionghoa , masih adakah papua, . Jikalah semua sudah
bercampur aduk , campur aduk seperti gado2 belum tentu lezat ,( bisa
menjadi sampah)  belum tentu melahirkan supra etnis , supra bahasa ,
supra budaya.

Tentu adalah hak manusia tertarik dengan siapa saja , ada small
statistic number ,dimana dalam beberapa kasus jawa bisa saja tertarik
sama sunda , sunda tertarik sama tionghoa , tionghoa tertarik sama batak
dan seterusnya,  tapi itu adalah keputusan pribadi , suka rela , bukan
karena suatu kebijakan 

Lagipula itu dalam kerangka bangsa bagaimana jika keputusan pribadi
memutuskan seorang sunda menikah dengan seorang prancis , seorang
tionghoa menikah dengan seorang inggris asimilasi internasional
kah ? hehehe

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ghozalli2...@... wrote:

 Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli
apakah dia itu berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja. 
Contoh soal seorang pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg
cocok di hatinya tanpa memandang etnis si wanita, demikian pula
sebaliknya  Manusia berbeda dari binatang yg cuma mau 'kawin 
biologis' pada jenis (genus)nya saja contoh macan belang tidak kawin
sama macan kumbang, meskipun sesama macan (kecuali dipaksakan spt
dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis lintas etnis dan lintas ras
tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg membatasi manusia sulit
berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya, dan agama. Kalau si
pria berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka sulit sekali terjadi
perkawinan. Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap proses
perkawinan. Itulah mengapa asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak
berjalan mulus., walaupun di negara komunis atau sosialis sekalipun,
apalagi negara demokratis spt Indonesia dan ini menyangkut hak azasi
manusia.  RGDS.TG
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone




Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-04 Terurut Topik Yitzhak ben Zvi
nah ini dia!

Sungguh mirip dengan yang terjadi di Pontianak 2007 silam,
Apa yang terjadi pertama adalah peristiwa serempetan biasa.
Lalu timbul adu jotos.
Lalu timbullah kerusuhan Rasial.

Seharusnya, apa yang dilakukan oleh koko nya bro Ikkyosensei, tidak perlu
dilakukan
dan tindakan tersebut merupakan tindakan bodoh dalam dunia yang beradab
dalam sebuah negara ber-asaskan hukum.

Pada sebuah negara maju, mungkin kokonya bro Ikkyosensei sudah dibui sekian
tahun. Karena memukul orang.

Jadi jangan bangga dengan menyerukan agar lain kali tindakan barbar tersebut
dibenarkan dan dilakukan di Indonesia. Karena beda komplek perumahan beda
belalang, bahkan dalam satu komplek perumahan belalangnya juga bisa berbeda,
apalagi belalangnya bermata sipit.
Peristiwa Pontianak pada 2007 tersebut tidak ingin kita ulangi dimanapun.

shalom aleikem,
Yitzhak Ben Zvi

2010/9/4 ikkyosensei_ym ikkyosen...@gmail.com



 Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian
 pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak
 mendapat dukungan publik).
 Jadi ingat kasus mamah  koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an,
 boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang
 syur. Koko  mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut
 berantakan di jalan.
 Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga
 sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar,
 karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan
 keluarga mereka di rumah.
 Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak?
 Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan
 orangnya yang lagi berdiri di trotoar.
 Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena
 dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget.
 Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di
 tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali.
 Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk
 tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah
 sakitnya.
 Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh
 jotosan baru memisah.

 Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ...
 jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar
 sekalian.

 Salam

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 kusalacitto gunawan guna...@... wrote:
 
  hmm.. gimana ya,
 
  saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan
  kemudian saya coba pahami.
 
  Sebagai konsekuensi dari kebudayaan yang sudah berlaku nasional maka
 Cina
  atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi bahan olokan bersama
 seluruh
  Nusantara.
 
  Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi
 dapat
  disebut sudah membumi.
 
  Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan
 di
  trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak
  Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya
  melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan
 dipalak
  atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya?
 
  Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar
  rasis?
 
  Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian,
 ketika
  mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini,
 karena
  generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah
 yang
  saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle.
 
  Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak
 akan
  menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke
  keluarga atau teman-teman.
 
  Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian
  tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka Budaya ini akan terus
  hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari
  mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib
  akan memberikan efek jera kepada para pelaku yang secara lifestyle suka
  memakai istilah-istilah rasis. Diharapkan si pelaku akan merubah
  lifestylenya di lain kali setelah mendapatkan pelajaran. Tidak harus
 sampai
  pelakunya dipenjara, minimal di periksa polisi dia akan paham kalau apa
 yg
  biasa dilakukan dia itu selama ini ternyata salah.
 
 
 
  2010/8/5 eko hermiyanto eko.hermiya...@...
 
  
  
   Kejahatan ini adalah sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Karena, saya
   sendiri pernah mengalaminya secara langsung, dan ini adalah beberapa
   kejahatan yang terjadi di bis ibu kota yang pernah saya alami baik
 rasial
   maupun bukan:
   1. pada waktu saya naik bis dari depan kampus saya Atmajaya tahun 2002,
 ada
   satu orang yang memberikan satu 

Re: [budaya_tionghua] Kendala Asimilasi

2010-09-04 Terurut Topik Yitzhak ben Zvi
shalom aleikem,

Apa yang bung Gho Zal Li ingin sampaikan disini?
Bahwa manusia itu secara kodrat sama? kodrat ini adalah kata yang berat,
import dari Gurun Pasir.

Judul posting bung Ghozali ini adalah asimilasi tetapi didalamnya adalah
perkawinan interasial? Sebenarnya apa yang mau disampaikan disini? Bahwa
perkawinan InterRasial itu adalah Asimilasi?

Saya jelas menolak,
Perkawinan Inter Rasial adalah ranah Biologi.
Sedangkan
Asimilasi adalah ranah Sosilogi.
Jelas dua mata pelajaran yang berbeda, bahkan juga dua jalur mata
pencaharian berbeda bagi guru.
ditambah lagi manusia secara kodrat adalah sama, adalah ranah teologi.

Harus dibedakan, Mencampurkan ras dalam perkawinan bukanlah asimilasi.
Miscegenation atau perkawinan inter ras, berbeda dengan assimilation.
Asimilasi lebih ke pencampuran budaya, dan budaya bisa bercampur tidak harus
melalui Perkawinan antar Ras, dan sebaliknya, dengan perkawinan antar ras
pun, budaya belum tentu bercampur.



2010/9/5 ghozalli2...@yahoo.com

 Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli apakah dia
 itu berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja.  Contoh soal
 seorang pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg cocok di hatinya
 tanpa memandang etnis si wanita, demikian pula sebaliknya  Manusia
 berbeda dari binatang yg cuma mau 'kawin  biologis' pada jenis (genus)nya
 saja contoh macan belang tidak kawin sama macan kumbang, meskipun sesama
 macan (kecuali dipaksakan spt dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis
 lintas etnis dan lintas ras tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg
 membatasi manusia sulit berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya,
 dan agama. Kalau si pria berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka
 sulit sekali terjadi perkawinan. Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap
 proses perkawinan. Itulah mengapa asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak
 berjalan mulus., walaupun di negara komunis atau sosialis sekalipun, apalagi
 negara demokratis spt Indonesia dan ini menyangkut hak azasi manusia.
 RGDS.TG
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links






Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-04 Terurut Topik Hendra Bujang
Enggak ada salahnya sekali2 melakukan perlawanan terutama terhadap mereka yang 
sudah brutal n mengancam jiwa. Lari atau menghindar bukan solusi terbaik 
terutama jika mereka berkelompok, biasanya makin kalap. 
 
Yang penting lumpuhkan lawan secepat mungkin plus tuntas di tempat! Itu aja 
kuncinya. Namanya juga dunia jalanan..dunia yang keras.



Best Regards,
Hendra Bujang
Mobile I   : 0878 7828 7808 
Mobile II  : 0856 190 9109 
Knowing Is Not Enough, We Must Apply
Willing Is Not Enough, We Must Do 
 

--- On Sun, 9/5/10, Yitzhak ben Zvi yitzhak.ben...@gmail.com wrote:


From: Yitzhak ben Zvi yitzhak.ben...@gmail.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, September 5, 2010, 12:03 PM


  



nah ini dia!


Sungguh mirip dengan yang terjadi di Pontianak 2007 silam,
Apa yang terjadi pertama adalah peristiwa serempetan biasa.
Lalu timbul adu jotos.
Lalu timbullah kerusuhan Rasial.


Seharusnya, apa yang dilakukan oleh koko nya bro Ikkyosensei, tidak perlu 
dilakukan
dan tindakan tersebut merupakan tindakan bodoh dalam dunia yang beradab dalam 
sebuah negara ber-asaskan hukum.


Pada sebuah negara maju, mungkin kokonya bro Ikkyosensei sudah dibui sekian 
tahun. Karena memukul orang.


Jadi jangan bangga dengan menyerukan agar lain kali tindakan barbar tersebut 
dibenarkan dan dilakukan di Indonesia. Karena beda komplek perumahan beda 
belalang, bahkan dalam satu komplek perumahan belalangnya juga bisa berbeda, 
apalagi belalangnya bermata sipit.
Peristiwa Pontianak pada 2007 tersebut tidak ingin kita ulangi dimanapun.


shalom aleikem,
Yitzhak Ben Zvi


2010/9/4 ikkyosensei_ym ikkyosen...@gmail.com


  



Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian 
pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak 
mendapat dukungan publik).
Jadi ingat kasus mamah  koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi 
sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko 
 mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan.
Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga 
sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, 
karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga 
mereka di rumah.
Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal 
mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya 
yang lagi berdiri di trotoar.
Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena 
dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. Ya 
benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan yang 
bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali.
Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk tendang 
pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah sakitnya.
Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan 
baru memisah.

Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan 
ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kusalacitto gunawan guna...@... wrote:

 hmm.. gimana ya,
 
 saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan
 kemudian saya coba pahami.
 
 Sebagai konsekuensi dari kebudayaan yang sudah berlaku nasional maka Cina
 atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi bahan olokan bersama seluruh
 Nusantara.
 
 Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi dapat
 disebut sudah membumi.
 
 Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan di
 trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak
 Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya
 melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan dipalak
 atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya?
 
 Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar
 rasis?
 
 Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian, ketika
 mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini, karena
 generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah yang
 saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle.
 
 Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak akan
 menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke
 keluarga atau teman-teman.
 
 Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian
 tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka Budaya ini akan terus
 hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari
 mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib
 akan memberikan efek jera kepada para