[budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak mendapat dukungan publik). Jadi ingat kasus mamah koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan. Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga mereka di rumah. Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya yang lagi berdiri di trotoar. Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali. Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah sakitnya. Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan baru memisah. Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kusalacitto gunawan guna...@... wrote: hmm.. gimana ya, saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan kemudian saya coba pahami. Sebagai konsekuensi dari kebudayaan yang sudah berlaku nasional maka Cina atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi bahan olokan bersama seluruh Nusantara. Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi dapat disebut sudah membumi. Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan di trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan dipalak atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya? Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar rasis? Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian, ketika mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini, karena generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah yang saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle. Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak akan menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke keluarga atau teman-teman. Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka Budaya ini akan terus hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib akan memberikan efek jera kepada para pelaku yang secara lifestyle suka memakai istilah-istilah rasis. Diharapkan si pelaku akan merubah lifestylenya di lain kali setelah mendapatkan pelajaran. Tidak harus sampai pelakunya dipenjara, minimal di periksa polisi dia akan paham kalau apa yg biasa dilakukan dia itu selama ini ternyata salah. 2010/8/5 eko hermiyanto eko.hermiya...@... Kejahatan ini adalah sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Karena, saya sendiri pernah mengalaminya secara langsung, dan ini adalah beberapa kejahatan yang terjadi di bis ibu kota yang pernah saya alami baik rasial maupun bukan: 1. pada waktu saya naik bis dari depan kampus saya Atmajaya tahun 2002, ada satu orang yang memberikan satu lembar kertas kecil yang berisi promosi jasa pemijatan. Dan orang tersebut, juga tanpa diminta, langsung serta merta memijat kaki saya, sampai ke paha bagian atas. Saya sendiri sudah menolak, tetapi orang tersebut tetap saja memaksa melakukan nya. Kemudian, tidak berapa lama, dia selesai dan turun dari bis. Satu orang di bis tersebut bertanya kepada saya, mas, HP-nya hilang gak?, dan ternyata setelah saya cek kantong celana, HP saya ternyata sudah raib. Tetapi untuk kasus yang satu ini, sebenarnya saya kagum dengan keahliannya, karena bagaimana pun juga, saya pada waktu itu memakai celana jeans yang cukup ketat sehingga mengharuskan saya untuk berdiri bilamana saya mau mengambil HP tersebut, tetapi orang tersebut bisa mengambilnya tanpa terasa ketika saya sedang duduk! 2. Saya bersama kekasih saya tercinta yang mana dia adalah seorang Hokkian, naik bis dari Karet menuju Ratu Plaza. Beberapa waktu sebelumnya harga BBM naik, dan ongkos bis dinaikkan 500 perak. Kemudian,
[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis
Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini. Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket kelenteng Gang Lombok(?) itu. Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada Zheng-he juga. Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, dikasih ijin untuk melaut lagi. Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang cucu kaisar. Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun! Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya? Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang dengan suara terbanyak, jeh! Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, banyak yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, pembuat sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar tayang, gak ada waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, euy! Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang penting sekali ttg singgahnya di Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum mereka ya? Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar menugaskan Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang berani melaut dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti dipenjara dengan tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, hukumannya mestilah dipancung kepalanya. Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong? Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa duit, lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira Zheng-he orang dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah ratusan tahun juga rupanya, jeh! Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara lain, ada juga kejelekannya. Kalau saja dia mau menguasai, peta dunia tentu sudah lama berbeda jauh dari sekarang ya? Hehehe.. just intermezzo, ah. Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote: seinget aye ntu zheng he gak pernah ngedarat di semarang. semangat zhudi itu buat apus pengaruh dinasti yuan, menggantikan perdagangan yg dipegang oleh org2 persia dan arab sejak dinasti Sui dan melemah sejak kejatuhan dinasti yuan, menjaga stabilitas perdagangan internasional dari bajak laut Yong Le jg yg membuat ensiklopedia pertama didunia dgn judul Yong Le Da Dian yg nanti
[budaya_tionghua] Re: Fw: Jenakanya orang Tiongkok yang genial
Bung ChanCT dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Terima kasih atas sharing lelucon-nya ya. Lelucon, seringnya memang jadi berkurang lucu-nya kalau diterjemahkan. Ini berlaku umum, baik lelucon dalam basa Guo-yu, maupun basa lain, semisal Inggris. Contohnya adalah lelucon ttg 'Chinese Jews' - dalam basa Inggris, 'jews' bunyinya seperti 'juice' (jus). Jadi ketika ada pengunjung resto Tionghua, orang Amrik (di AS ada American Jews) memperdebatkan soal 'Chinese Jews' - maksudnya ada gak ya orang Yahudi di China, dan mereka bertanya kepada pelayan resto itu, ditangkap pelayannya sebagai 'Chinese Juice'. Kalau diterjemahkan ke dalam basa Indoneisa, 'jews'nya bisa jadi 'Yahudi' - gak nyambung. Kalau disebutnya 'jus', bisa terkesan melecehkan. lha masak orang dibikin jus toh? Begitu juga lelucon ttg 'Anny Wan' di telepon. Yang jadi salah persepsi dengan 'anyone', some one = sam wan. Kalau diterjemhkan ke basa Indonesia, jadinya 'Annie Wan' = nama orang. Gak terasa lucunya lagi. Konon katanya seorang bule pernah protes kepada guru basa Guo-yu yang megajarnya. Dikatakan bahwa huruf Hanzi itu sederhana, gampang dipelajari, satu kayu disebutnya æ¨[mu], dua kayu membentuk kata hutan æ[lin], hutannya lebat disebut 森æ[sen-lin], semua hurufnya memakai huruf dasar æ¨[mu] yang berarti kayu. Jadi semua benda yang dibuat dari kayu, semisal kursi æ¤ å[yizi], meja æ¡å[zhuozi], mestilah ada huruf æ¨[mu]-nya di samping, atau di bawah, di atasnya. Si murid protes karena ada satu huruf yang berarti gelas æ¯[bei], tapi ada huruf æ¨[mu] di sampingnya. Padahal, gelas 'kan dibuat dari keramik, bukan kayu. Sang guru (gak percuma disebut guru toh) dengan sigap menuliskan huruf æ¯[bei], coba apa yang ada di samping æ¨[mu]nya? ternyata itu huruf ä¸[bu] = bukan. Jadi, bener toh kalau æ¯[bei] itu bukan dari kayu. (Meskipun, mungkin saja dulu-dulunya memang dibuat dari kayu, atau bambu toh?) - Lelucon ini mungkin cuma terasa lucu kalau asli dalam Guo-yu dengan huruf Hanzi. Kalau diterjemahkan ke dalam basa Inggris, atau basa Indonesia (seperti yang saya coba buat ini), terasa bertele-tele dan lucunya berkurang toh? Walau tidak menutup kemungkinan ada juga lelucon yang bisa cukup 'universil', bisa diterjemahkan ke berbagai basa, tapi masih terasa lucunya. Juga, ada lelucon yang cuma lucu kalau disampaikan secara lisan, karena ada intonasi yang terasa lucunya jadi hilang kalau dituliskan. Bagaimana pun juga, tetap terima kasih. Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ChanCT sa...@... wrote: ---Original Message--- From: Nang Yan, George Sze Date: 2010/8/24 ä¸å 10:50:47 To: undisclosed recipients: , Subject: RE:(PCNY) ä¸å人æ°`åå¹½é»å天æï¼ èª°èªªä¸å人ä¸æå¹½é»ï¼ä¸å人æ°`åå¹½é»å天æï¼è«çä¸æï¼ Coba perhatikan tulisan dibawah, siapa bilang orang Tiongkok tidak becanda? Rakyat Tiongkok jenaka yang genial! Please Scroll Down ! 1. é·å£½æå¼ = Petunjuk Panjang umur ä¸æ½ç ä¸åé 'ï¼æ´»å° 63 æ²ï¼æ彪åå¿ï¼ Kawan Lin Piau meninggal diusia 63, tidak minum arak juga tidak merokok; åªåé 'ä¸æ½ç ï¼æ´»å° 73 æ²ï¼æ©ä¾åå¿ï¼ Kawan Zhou En Lai minggal diusia 73, hanya minum arak, tidak merokok; åªæ½ç ä¸åé 'ï¼æ´»å° 83 æ²ï¼æ¯ä¸»å¸åå¿ï¼ Kawan Mao Tse-tung meninggal diusia 83, tidak minum arak, hanya merokok; æ¢æ½ç ååé 'ï¼æ´»å° 93 æ²ï¼å°å¹³åå¿ï¼ Kawan Den Siao-ping meninggal diusia 93, tidak hanya minum arak, juga merokok; ååå«è³æ¨£æ¨£ä¾ï¼æ´»å° 103 æ²ï¼å¸è¯å°è»ï¼ Jenderal Zhang Xue-liang meninggal diusia 103, tidak hanya minum arak, merokok, melacur juga dilakukan, å¥å£ç¿'æ £æ²'æï¼æ¯å¤©ç¡å好人好äºï¼æ´»å° 23 æ²ï¼é·é'åå¿ï¼ Kawan Lei Fong, semua pola-hidup jelek tidak dilakukan, setiap harinya menjadi orang-baik-baik, usianya hanya sampai 23 saja! 2. çºäººæ°`æå = Mengabdi pada Rakyat çºäººæ°`æåçè¶ä¾è¶å°`äºï¼çºäººæ°`å¹£æåçè¶ä¾è¶å¤äºï¼ Mengabdi pada rakyat makin lama makin sedikit; mengabdi pada Ren Min Bie makin lama makin banyak; æ½è`奶奶é馬路çè¶ä¾è¶å°`äºï¼æ½è`äºå¥¶é馬路çè¶ä¾è¶å¤äºï¼ Menuntun nenek menyeberang jalan makin lama makin sedikit, menuntun istri kedua makin lama makin banyak; æ¥è¨è£å¯«å¹«é幾次å¿çè¶ä¾è¶å°`äºï¼æ¥è¨è£å¯«ä¸é幾次åºçè¶ä¾è¶å¤äºï¼ Catatan harian mencatatkan berakali kesibukan makin sedikit, mencatatkan berapa kali naik ranjang lebih banyak; 以åæ¯ç´ 米飯åç湯ï¼èå©ä¸åï¼å©åä¸å¹«ãç¾å¦ä»æ¯ç½ç±³é£¯çå
[budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
Bung Ikkyosensei dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Hehehe.. kalau soal kesenggol dan berusaha malak, kayaknya gak ada hubungannya dengan masalah 'ras'. Saya pernah ngalami sendiri, sekitar 4-5 tahun lalu, karena memang asyik nelepon di mobil, jadi agak meleng. Di dekat putaran di atas Kali Ciliwung, di sekitar Bakmi GM itu, saya mau berbalik arah, gak melihat ada motor di sisi kanan, maka tersenggol-lah si motor pada bagian lampu sein-nya, dan kayaknya patah. Tapi, si pengemudi, encek dan encim yang diboncengnya tidak sampai jatuh, masih berdiri dengan tegak di atas motornya. Merasa salah, saya berhenti dan menghampiri. Langsung saya kasih 50.000 buat ganti lampu sein-nya, yang nampaknya sih sudah sambungan diikat kawat - motornya sudah tua. Harga lampu sein motor tua-nya itu paling juga sekitar 15.000 waktu itu. Tahu gak? Si encek ngotot minta duit lebih lagi, alasannya dia kena senggol dan mesti periksa ke rumah sakit. Saya gak ladeni langsung tinggal pergi saka, tapi juga gak sampai hati untuk melabrak dia, tonjok dulu, urusan belakangan. Kuatir nanti jadi berbalik saya digituin orang kalau tua kelak. Pernah juga kehilangan dompet di gedung perkantoran di Sudirman, Jakarta. Yang nemu telepon mau kembalikan. Uangnya yang 250 rebu sisa 50 rebu, katanya 'terpakai' dan itu memang 'rejeki' dia, dia ketemu kembalikan dompetnya, katanya saya beruntung ketemu orang 'jujur' kayak dia, kartu kredit gak dipakainya (mana bisa ya, saya pakai nama Tionghua, dia berkulit item dan mata belo) seperti dianjurkan temen-2nya, ATM juga gak dipakai (padahal ada percobaan sebanyak 2 kali dia coba masukin PIN), lalu masih coba 'malak' bilang kacamata dia baru beli kemaren jatuh karena cari-cari alamat saya, saya tanya kenapa gak titip satpam atau pulisi ajah, dia bilang gak percaya ama satpam atau pulisi, nanti uangnya di'makan' mereka (toh akhirnya dia 'makan' juga), juga ada tunggakan kartu kredit dia belon bayar, cicilan rumah juga belon dibayar, isterinya minta beli beras juga - ngakunya kerja di pabrik di daerah Cikarang. Kalau anda jadi saya, apakah anda akan gebuki dia juga? Saya sih cuma senyum ajah, lalu sodorkan semua KK dan ATM kepadanya, ambil saja KK dan ATM yang gak laku itu, kalau mau buat koleksi. Semula terpikir oleh saya mau serahkan ke satpam - ketemunya di mall, dan bilang dia curi dompet saya, tapi, lagi-2 saya kuatir nanti akan mendapat balasan serupa. Jadi saya relakan saja sisa uang 50 rebu dari 250 rebu yang 200 rebu-nya sudah 'terpakai' tak sengaja olehnya buat beli bensin katanya. Modus operandi standar penemu dan pencuri dompet, diambil uangnya, dibuang dompet dan lain-lainnya -ngapain mesti 'berbaik hati' mengembalikan toh?. Ini memang amatiran yang sering nonton TV dengan acara 'siapa yang mau nolong' - dengan iming-2 hadiah duit gede. Yah... his name is also effort, namenye juge usahe ye? Tapi, satu hal yang jelas: naluri memeras tidak berdasarkan ras, tapi nampaknya berdasarkan faktor ekonomi ajah sih, jeh! Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosen...@... wrote: Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak mendapat dukungan publik). Jadi ingat kasus mamah koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan. Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga mereka di rumah. Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya yang lagi berdiri di trotoar. Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali. Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah sakitnya. Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan baru memisah. Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian. Salam
Re: [budaya_tionghua] Benarkah Harun Yusuf mantan tukang kwamia?
Oweh setuju,udah waktunya kita tegakan kebenaran dan kasih pencerahan sama siung tie cie mei kita yang udah dicuci otaknya. Hidup Teng Lang!!!
Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
Rekan2 milis, apakah benar2 bukunya pat bie to masih ada yg punya copynya, bila benar masih ada, maka saya pun berkeinginan untuk mendapatkannya, atas bantuan dan perhatian rekan2 saya sampaikan banyak terima kasih, salam Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Adi Mulya adimuly...@yahoo.co.id Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sat, 4 Sep 2010 12:02:02 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO terimakasih atas segala attensi anda, saya hanya penggemar cerita legenda yang terjadi di zaman 100 san tahun yang lalu di bumi kita Indonesia, dan alhamdulillah saya akan segera mendapatkan buku itu walaupun hanya dalam bentuk copyan saja --- Pada Jum, 3/9/10, Mr david djauhari david_ap...@yahoo.com menulis: Dari: Mr david djauhari david_ap...@yahoo.com Judul: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 3 September, 2010, 1:22 PM Pak Adi yang baik, Maaf sebelumnya apakah anda memiliki buku Pat Bie To ini yg dalam format pdf nya? sepertinya email dari mobile saya gak masuk... nih gak tau kenapa. kemudian informasi apa saja yang dibutuhkan mengenai buku ini? terima kasih banyak sebelumnya... Best Regards, --- On Wed, 8/25/10, Adi Mulya adimuly...@yahoo.co.id wrote: From: Adi Mulya adimuly...@yahoo.co.id Subject: [budaya_tionghua] PAT BIE TO To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 25, 2010, 9:34 AM Kepada yang terhormat, Saudara saudara saya di milist Budaya tionghoa yang saya cintai, saya mohon informasi barangkali saudara saudara ada yang tahu tentang sebuahLegenda Cerita PAT BIE TO,dari Parakan jawa tengah, yang diceritakan oleh HAUW LIAN OEN, cetakan dari Tasikmalaya, sekitar tahun 1900san, barangkali siapa saja yang mengetahui sudilah kiranya memberi tahu kami sebelum, dan sesudahnya saya terimakasih sekali.
[budaya_tionghua] Setiap Pribadi Itu Unik. (Was: sejarah baju koko: Koko Masuk Islam)
Bund David Kwa dan Ttm semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Hehehe.. maksud hati sih diam ajah dan senyum baca komentar anda, tapi apalah daya tangan ni gatal tak kuasa menahan gejolak hati untuk mengetuk-ketuk-kannya di atas keyboard. Nama Remy Sylado konon benar adanya diambil dari nada lagu, karena dia penggemar musik di samping menjadi novelis. Tapi, sorry, Re = 2 mi = 3, bener adanya. Cuma Sy = 4? Kayaknya anda salah terpeleset jari di atas keyboard. Sy atau si dalam nada lagu adalah 7, jadi yang bener - sorry, agak betrele-trele nih: 23 761. Lalu, kalau soal 'engkoh' untuk merujuk 'ko', kayaknya sih sah ajah, lha bukankah (anda sendiri yang ngepost?) pernah dibahas di milis kita, bahwa 'enso' itu dari 'sousou', engkong dari 'kungkung', encim, encek, engkim, jadi kayaknya emang bener sih 'engkoh' itu untuk koko. Kalau anda bilang gaya dia bertutur itu mengada-ada, lebai, rasanya sih ya boleh-boleh saja dan sah-sah saja, sebab dia sedang bertutur di novel tulisannya: Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Dan, kalau ditanya, kenapa harus âpake ribetâ sebab dihubungkan dulu dengan âengkoh-engkohâ segala rupa (pake tambahan âengâ di depannya)? Kenapa bahasa Indonesia (apakah pasti bahasa Indonesia dan bukan bahasa lain, Melayu, Sunda, atau Jawa, misalnya?) harus mengejanya DARI kata âengkoh-engkohâ, seperti kata dia, bukan LANGSUNG dari kata âkokoâ saja? -- Jawabnya: karena dia namanya Remy Sylado, bukan David Kwa, sih, jeh! Hehehe. kalem ajah-lah, sesama bus kota kabarnya dilarang saling menyalip, tiap individu katanya memang unik, gak ada yang sama persis, bahkan sepasang anak kembar sekalipun! Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David dkh...@... wrote: Owe rasa Remy Sylado (23 461) terlalu âmaksaâ di sini. Bila baju koko mau dihubungkan dengan âbaju kakak laki-lakiâ, itu sah-sah saja; toh tidak ada yang melarang, sebab âkoko ����â kan artinya âkakak laki-lakiâ dalam bahasa Indonesia; âabangâ dalam bahasa Melayu; âlaeâ dalam bahasa Batak; âakang atau aâaâ dalam bahasa Sunda; âmasâ dalam bahasa Jawa; dan âbelihâ dalam bahasa Bali. Tapi âKokoâ ya MBOK cukup âkokoâ saja, karena kata ini cukup populer dan singkat pula, kenapa harus âpake ribetâ sebab dihubungkan dulu dengan âengkoh-engkohâ segala rupa (pake tambahan âengâ di depannya)? Kenapa bahasa Indonesia (apakah pasti bahasa Indonesia dan bukan bahasa lain, Melayu, Sunda, atau Jawa, misalnya?) harus mengejanya DARI kata âengkoh-engkohâ, seperti kata dia, bukan LANGSUNG dari kata âkokoâ saja? Koq rasanya dia terlalu mengada-ada alias Lebay ya⦠--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hendri f isnaeni hendrifisnaeni@ wrote: Bagaimana ceritanya tui-khim menjadi baju koko? Menurut Remy Sylado, karena yang memakai tui-khim itu engkoh-engkoh sebutan umum bagi lelaki Cina maka baju ini pun disebut baju engkoh-engkoh. Dieja bahasa Indonesia sekarang menjadi baju koko, kata Remy dalam novelnya Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.
[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis
setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda boekan jangkar tiongkok yg 4 mata. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote: Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini. Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket kelenteng Gang Lombok(?) itu. Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada Zheng-he juga. Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, dikasih ijin untuk melaut lagi. Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang cucu kaisar. Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun! Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya? Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang dengan suara terbanyak, jeh! Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, banyak yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, pembuat sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar tayang, gak ada waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, euy! Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang penting sekali ttg singgahnya di Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum mereka ya? Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar menugaskan Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang berani melaut dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti dipenjara dengan tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, hukumannya mestilah dipancung kepalanya. Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong? Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa duit, lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira Zheng-he orang dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah ratusan tahun juga rupanya, jeh! Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara lain, ada juga kejelekannya. Kalau saja dia mau menguasai, peta dunia tentu sudah lama berbeda jauh dari sekarang ya? Hehehe.. just intermezzo, ah. Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: seinget aye ntu zheng he gak pernah
[budaya_tionghua] Peringatan Detik-Detik Proklamasi di KBRI Beijing
Tuesday, 17 August 2010 11:00 Beijing—Nuansa peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-65 di Beijing kali ini terasa berbeda dengan kegiatan perayaan yang lebih semarak dan khidmat. Tak kurang dari 400 orang, yang terdiri dari warga negara Indonesia dan kalangan masyarakat Tiongkok repatriasi dari Indonesia, atau dikenal dengan istilah ‘Huaqiao’, mengikuti kegiatan upacara bendera yang diadakan di halaman KBRI Beijing dan dipimpin oleh Imron Cotan, Duta Besar RI untuk RRT merangkap Mongolia. Upacara bendera yang dilaksanakan dengan pasukan pengibar bendera yang terdiri dari para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Beijing mengundang perhatian khusus dari media asing yang turut meliput acara serta warga sekitar yang ikut menyaksikan jalannya upacara. Kelompok aubade dari putra-putri staf KBRI dan masyarakat Indonesia di Beijing membawakan lagu-lagu kebangsaan Indonesia semakin menyemarakkan suasana. Jiwa semangat nasionalisme memang perlu diperkenalkan dan ditumbuhkan sejak dini kepada anak-anak dan generasi muda, khususnya yang telah lama menetap dan bersekolah di perantauan, termasuk di RRT. Demikian himbau Dubes Imron Cotan dalam pesan yang disampaikan kepada masyarakat Indonesia di RRT. Untuk itu, dalam kegiatan peringatan HUT RI tahun ini, anak-anak dan pelajar selain dilibatkan dalam aubade juga berpartisipasi dalam lomba-lomba yang dapat menumbuhkan nasionalisme, seperti lomba mewarnai, menggambar dan games khas peringatan 17-Agustus lainnya. Di samping itu, keberadaan masyarakat huaqiao yang memiliki kedekatan secara emosional dengan Indonesia, selain sebagai ‘friends of Indonesia’, merupakan modalitas yang potensial dalam mendukung promosi Indonesia dan pemajuan hubungan antarmasyarakat kedua negara. Kalangan huaqiao ini senantiasa berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KBRI dan komunitas Indonesia. Sebagai wujud apresiasi, Dubes RI memberikan piagam penghargaan kepada paguyuban-paguyuban yang melestarikan kesenian dan kebudayaan Indonesia di negeri Tiongkok. Secara khusus, Dubes Imron menyampaikan bahwa kegiatan perayaan HUT RI tahun 2010 yang bertepatan dengan peringatan 60 tahun hubungan RI-RRT dan Tahun Persahabatan Indonesia-Tiongkok ini memberikan momentum yang tepat dan luar biasa bagi upaya peningkatan hubungan dan kerjasama yang semakin erat bagi masyarakat kedua negara. Dalam kesempatan upacara tersebut, juga diadakan ‘moment of silence’ sebagai ungkapan tanda simpati dan belasungkawa terhadap korban bencana yang menimpa Provinsi Gansu, RRT. KBRI juga membuka kotak amal bagi masyarakat yang ingin menyampaikan sumbangan kemanusiaan yang akan disalurkan kepada para korban melalui Pemerintah RRT. Selain di Beijing, kegiatan perayaan HUT RI dan peringatan 60 Tahun hubungan Indonesia-Tiongkok juga digelar oleh berbagai komunitas masyarakat Indonesia di berbagai kota di RRT, termasuk di Paviliun Indonesia pada ajang World Expo 2010 di Shanghai Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: budaya_tionghua-dig...@yahoogroups.com budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: budaya_tionghua-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Kendala Asimilasi
Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli apakah dia itu berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja. Contoh soal seorang pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg cocok di hatinya tanpa memandang etnis si wanita, demikian pula sebaliknya Manusia berbeda dari binatang yg cuma mau 'kawin biologis' pada jenis (genus)nya saja contoh macan belang tidak kawin sama macan kumbang, meskipun sesama macan (kecuali dipaksakan spt dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis lintas etnis dan lintas ras tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg membatasi manusia sulit berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya, dan agama. Kalau si pria berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka sulit sekali terjadi perkawinan. Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap proses perkawinan. Itulah mengapa asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak berjalan mulus., walaupun di negara komunis atau sosialis sekalipun, apalagi negara demokratis spt Indonesia dan ini menyangkut hak azasi manusia. RGDS.TG Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: budaya_tionghua-dig...@yahoogroups.com budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: budaya_tionghua-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
Suk Ophoeng Hehehe, memang benar sekali, tidak semua kejahatan ada kaitannya dengan pemikiran rasial. Kebanyakan, karena memang karakter pelakunya yang kriminal, lintas ras agama. Saya juga pernah ketemu tukang copet Tionghoa di lift mall Citra Land Grogol. Masih muda banget, seumuran anak kuliahan gitu... sudah kayak gitu karakternya anak muda jaman sekarang. Saking terbengongnya, saya nggak sempat mengambil tindakan menangkap atau melapor satpam... :) Tapi, untuk kasus koko saya itu, memang sempat keluar umpatan tongsenghugnya Cino kowe. Dasar jiwa fisik muda, apalagi koko saya waktu itu khan pelatih karate di batalyon 511 Blitar. :) Ya setelah itu, di rumah, dia menyesal juga. Diajak duduk ngomong, mungkin akan memberikan dampak positif yang lebih luas. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote: Bung Ikkyosensei dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Hehehe.. kalau soal kesenggol dan berusaha malak, kayaknya gak ada hubungannya dengan masalah 'ras'. Saya pernah ngalami sendiri, sekitar 4-5 tahun lalu, karena memang asyik nelepon di mobil, jadi agak meleng. Di dekat putaran di atas Kali Ciliwung, di sekitar Bakmi GM itu, saya mau berbalik arah, gak melihat ada motor di sisi kanan, maka tersenggol-lah si motor pada bagian lampu sein-nya, dan kayaknya patah. Tapi, si pengemudi, encek dan encim yang diboncengnya tidak sampai jatuh, masih berdiri dengan tegak di atas motornya. Merasa salah, saya berhenti dan menghampiri. Langsung saya kasih 50.000 buat ganti lampu sein-nya, yang nampaknya sih sudah sambungan diikat kawat - motornya sudah tua. Harga lampu sein motor tua-nya itu paling juga sekitar 15.000 waktu itu. Tahu gak? Si encek ngotot minta duit lebih lagi, alasannya dia kena senggol dan mesti periksa ke rumah sakit. Saya gak ladeni langsung tinggal pergi saka, tapi juga gak sampai hati untuk melabrak dia, tonjok dulu, urusan belakangan. Kuatir nanti jadi berbalik saya digituin orang kalau tua kelak. Pernah juga kehilangan dompet di gedung perkantoran di Sudirman, Jakarta. Yang nemu telepon mau kembalikan. Uangnya yang 250 rebu sisa 50 rebu, katanya 'terpakai' dan itu memang 'rejeki' dia, dia ketemu kembalikan dompetnya, katanya saya beruntung ketemu orang 'jujur' kayak dia, kartu kredit gak dipakainya (mana bisa ya, saya pakai nama Tionghua, dia berkulit item dan mata belo) seperti dianjurkan temen-2nya, ATM juga gak dipakai (padahal ada percobaan sebanyak 2 kali dia coba masukin PIN), lalu masih coba 'malak' bilang kacamata dia baru beli kemaren jatuh karena cari-cari alamat saya, saya tanya kenapa gak titip satpam atau pulisi ajah, dia bilang gak percaya ama satpam atau pulisi, nanti uangnya di'makan' mereka (toh akhirnya dia 'makan' juga), juga ada tunggakan kartu kredit dia belon bayar, cicilan rumah juga belon dibayar, isterinya minta beli beras juga - ngakunya kerja di pabrik di daerah Cikarang. Kalau anda jadi saya, apakah anda akan gebuki dia juga? Saya sih cuma senyum ajah, lalu sodorkan semua KK dan ATM kepadanya, ambil saja KK dan ATM yang gak laku itu, kalau mau buat koleksi. Semula terpikir oleh saya mau serahkan ke satpam - ketemunya di mall, dan bilang dia curi dompet saya, tapi, lagi-2 saya kuatir nanti akan mendapat balasan serupa. Jadi saya relakan saja sisa uang 50 rebu dari 250 rebu yang 200 rebu-nya sudah 'terpakai' tak sengaja olehnya buat beli bensin katanya. Modus operandi standar penemu dan pencuri dompet, diambil uangnya, dibuang dompet dan lain-lainnya -ngapain mesti 'berbaik hati' mengembalikan toh?. Ini memang amatiran yang sering nonton TV dengan acara 'siapa yang mau nolong' - dengan iming-2 hadiah duit gede. Yah... his name is also effort, namenye juge usahe ye? Tapi, satu hal yang jelas: naluri memeras tidak berdasarkan ras, tapi nampaknya berdasarkan faktor ekonomi ajah sih, jeh! Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosensei@ wrote: Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak mendapat dukungan publik). Jadi ingat kasus mamah koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan. Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga mereka di rumah. Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya yang lagi berdiri di trotoar. Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang
[budaya_tionghua] Re: Kendala Asimilasi
apa gak kebalik . kodrat manusia itu berbeda adanya , tapi karena berbeda itu dunia semakin menarik. Indonesia sendiri keragaman etnisnya menghasilkan kekayaan budaya yang beragam. Adalah suatu kecenderungan , orang mencari persamaan dalam diri dan lingkungannya , entah itu persamaan agama , persamaan etnis , persamaan budaya , persamaan profesi , persamaan hobby , salah satu menghasilkan kedekatan Berbeda dengan anjing , anjing kawin biologis tanpa prasangka etnis , karena anjing tidak mengenal agama , budaya dan sebagainya.Jika dunia manusia di analogikan dalam kingdom of mammals ,dia akan kawin saat birahi , dengan siapa saja , dimana saja. jika indonesia di analogikan seperti , jadilah republik mestizo , dan jika semua seperti itu , masih adakah padang , masih adakah sunda , masih adakah tionghoa , masih adakah papua, . Jikalah semua sudah bercampur aduk , campur aduk seperti gado2 belum tentu lezat ,( bisa menjadi sampah) belum tentu melahirkan supra etnis , supra bahasa , supra budaya. Tentu adalah hak manusia tertarik dengan siapa saja , ada small statistic number ,dimana dalam beberapa kasus jawa bisa saja tertarik sama sunda , sunda tertarik sama tionghoa , tionghoa tertarik sama batak dan seterusnya, tapi itu adalah keputusan pribadi , suka rela , bukan karena suatu kebijakan Lagipula itu dalam kerangka bangsa bagaimana jika keputusan pribadi memutuskan seorang sunda menikah dengan seorang prancis , seorang tionghoa menikah dengan seorang inggris asimilasi internasional kah ? hehehe --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ghozalli2...@... wrote: Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli apakah dia itu berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja. Contoh soal seorang pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg cocok di hatinya tanpa memandang etnis si wanita, demikian pula sebaliknya Manusia berbeda dari binatang yg cuma mau 'kawin biologis' pada jenis (genus)nya saja contoh macan belang tidak kawin sama macan kumbang, meskipun sesama macan (kecuali dipaksakan spt dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis lintas etnis dan lintas ras tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg membatasi manusia sulit berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya, dan agama. Kalau si pria berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka sulit sekali terjadi perkawinan. Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap proses perkawinan. Itulah mengapa asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak berjalan mulus., walaupun di negara komunis atau sosialis sekalipun, apalagi negara demokratis spt Indonesia dan ini menyangkut hak azasi manusia. RGDS.TG Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
nah ini dia! Sungguh mirip dengan yang terjadi di Pontianak 2007 silam, Apa yang terjadi pertama adalah peristiwa serempetan biasa. Lalu timbul adu jotos. Lalu timbullah kerusuhan Rasial. Seharusnya, apa yang dilakukan oleh koko nya bro Ikkyosensei, tidak perlu dilakukan dan tindakan tersebut merupakan tindakan bodoh dalam dunia yang beradab dalam sebuah negara ber-asaskan hukum. Pada sebuah negara maju, mungkin kokonya bro Ikkyosensei sudah dibui sekian tahun. Karena memukul orang. Jadi jangan bangga dengan menyerukan agar lain kali tindakan barbar tersebut dibenarkan dan dilakukan di Indonesia. Karena beda komplek perumahan beda belalang, bahkan dalam satu komplek perumahan belalangnya juga bisa berbeda, apalagi belalangnya bermata sipit. Peristiwa Pontianak pada 2007 tersebut tidak ingin kita ulangi dimanapun. shalom aleikem, Yitzhak Ben Zvi 2010/9/4 ikkyosensei_ym ikkyosen...@gmail.com Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak mendapat dukungan publik). Jadi ingat kasus mamah koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan. Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga mereka di rumah. Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya yang lagi berdiri di trotoar. Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali. Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah sakitnya. Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan baru memisah. Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, kusalacitto gunawan guna...@... wrote: hmm.. gimana ya, saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan kemudian saya coba pahami. Sebagai konsekuensi dari kebudayaan yang sudah berlaku nasional maka Cina atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi bahan olokan bersama seluruh Nusantara. Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi dapat disebut sudah membumi. Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan di trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan dipalak atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya? Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar rasis? Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian, ketika mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini, karena generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah yang saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle. Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak akan menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke keluarga atau teman-teman. Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka Budaya ini akan terus hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib akan memberikan efek jera kepada para pelaku yang secara lifestyle suka memakai istilah-istilah rasis. Diharapkan si pelaku akan merubah lifestylenya di lain kali setelah mendapatkan pelajaran. Tidak harus sampai pelakunya dipenjara, minimal di periksa polisi dia akan paham kalau apa yg biasa dilakukan dia itu selama ini ternyata salah. 2010/8/5 eko hermiyanto eko.hermiya...@... Kejahatan ini adalah sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Karena, saya sendiri pernah mengalaminya secara langsung, dan ini adalah beberapa kejahatan yang terjadi di bis ibu kota yang pernah saya alami baik rasial maupun bukan: 1. pada waktu saya naik bis dari depan kampus saya Atmajaya tahun 2002, ada satu orang yang memberikan satu
Re: [budaya_tionghua] Kendala Asimilasi
shalom aleikem, Apa yang bung Gho Zal Li ingin sampaikan disini? Bahwa manusia itu secara kodrat sama? kodrat ini adalah kata yang berat, import dari Gurun Pasir. Judul posting bung Ghozali ini adalah asimilasi tetapi didalamnya adalah perkawinan interasial? Sebenarnya apa yang mau disampaikan disini? Bahwa perkawinan InterRasial itu adalah Asimilasi? Saya jelas menolak, Perkawinan Inter Rasial adalah ranah Biologi. Sedangkan Asimilasi adalah ranah Sosilogi. Jelas dua mata pelajaran yang berbeda, bahkan juga dua jalur mata pencaharian berbeda bagi guru. ditambah lagi manusia secara kodrat adalah sama, adalah ranah teologi. Harus dibedakan, Mencampurkan ras dalam perkawinan bukanlah asimilasi. Miscegenation atau perkawinan inter ras, berbeda dengan assimilation. Asimilasi lebih ke pencampuran budaya, dan budaya bisa bercampur tidak harus melalui Perkawinan antar Ras, dan sebaliknya, dengan perkawinan antar ras pun, budaya belum tentu bercampur. 2010/9/5 ghozalli2...@yahoo.com Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli apakah dia itu berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja. Contoh soal seorang pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg cocok di hatinya tanpa memandang etnis si wanita, demikian pula sebaliknya Manusia berbeda dari binatang yg cuma mau 'kawin biologis' pada jenis (genus)nya saja contoh macan belang tidak kawin sama macan kumbang, meskipun sesama macan (kecuali dipaksakan spt dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis lintas etnis dan lintas ras tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg membatasi manusia sulit berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya, dan agama. Kalau si pria berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka sulit sekali terjadi perkawinan. Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap proses perkawinan. Itulah mengapa asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak berjalan mulus., walaupun di negara komunis atau sosialis sekalipun, apalagi negara demokratis spt Indonesia dan ini menyangkut hak azasi manusia. RGDS.TG Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
Enggak ada salahnya sekali2 melakukan perlawanan terutama terhadap mereka yang sudah brutal n mengancam jiwa. Lari atau menghindar bukan solusi terbaik terutama jika mereka berkelompok, biasanya makin kalap. Yang penting lumpuhkan lawan secepat mungkin plus tuntas di tempat! Itu aja kuncinya. Namanya juga dunia jalanan..dunia yang keras. Best Regards, Hendra Bujang Mobile I : 0878 7828 7808 Mobile II : 0856 190 9109 Knowing Is Not Enough, We Must Apply Willing Is Not Enough, We Must Do --- On Sun, 9/5/10, Yitzhak ben Zvi yitzhak.ben...@gmail.com wrote: From: Yitzhak ben Zvi yitzhak.ben...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, September 5, 2010, 12:03 PM nah ini dia! Sungguh mirip dengan yang terjadi di Pontianak 2007 silam, Apa yang terjadi pertama adalah peristiwa serempetan biasa. Lalu timbul adu jotos. Lalu timbullah kerusuhan Rasial. Seharusnya, apa yang dilakukan oleh koko nya bro Ikkyosensei, tidak perlu dilakukan dan tindakan tersebut merupakan tindakan bodoh dalam dunia yang beradab dalam sebuah negara ber-asaskan hukum. Pada sebuah negara maju, mungkin kokonya bro Ikkyosensei sudah dibui sekian tahun. Karena memukul orang. Jadi jangan bangga dengan menyerukan agar lain kali tindakan barbar tersebut dibenarkan dan dilakukan di Indonesia. Karena beda komplek perumahan beda belalang, bahkan dalam satu komplek perumahan belalangnya juga bisa berbeda, apalagi belalangnya bermata sipit. Peristiwa Pontianak pada 2007 tersebut tidak ingin kita ulangi dimanapun. shalom aleikem, Yitzhak Ben Zvi 2010/9/4 ikkyosensei_ym ikkyosen...@gmail.com Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak mendapat dukungan publik). Jadi ingat kasus mamah koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an, boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang syur. Koko mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut berantakan di jalan. Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga sayuran-sayuran yang rusak karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar, karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan keluarga mereka di rumah. Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak? Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan orangnya yang lagi berdiri di trotoar. Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget. Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali. Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang kaget juga dan langsung gebuk tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah sakitnya. Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh jotosan baru memisah. Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ... jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar sekalian. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kusalacitto gunawan guna...@... wrote: hmm.. gimana ya, saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan kemudian saya coba pahami. Sebagai konsekuensi dari kebudayaan yang sudah berlaku nasional maka Cina atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi bahan olokan bersama seluruh Nusantara. Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi dapat disebut sudah membumi. Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan di trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan dipalak atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya? Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar rasis? Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian, ketika mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini, karena generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah yang saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle. Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak akan menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke keluarga atau teman-teman. Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka Budaya ini akan terus hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib akan memberikan efek jera kepada para