[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Dear kawan kawan semua, terpanggilkah kita sekarang untuk berbuat sesuatu terhadap Chandranaya? Berikut adalah teriakan banyak orang yang saya bisa kutip dari milist tetangga. Terimakasih semoga bermanfaat, Steeve -- Re: [KPSBI-HISTORIA] CANDRANAYA Kawan elisa, maaf dengan alasan kagum semata atas keindahan foto2 chandra naya, saya masukkan picture2 tersebut ke dalam situskota-tua dalam albumnya.Mudah2 kawan elisa tidak keberatan, sekedar menambah kaya milist kota tua dari pengambilan gambar2 sejarah. Terimakasih, Steeve --- Elisa Karoline [EMAIL PROTECTED] wrote: CANDRANAYAnasibmu kini.??? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ujc22 [EMAIL PROTECTED] wrote: H uly.. dosen gue si bu naniek itu dia punya wewenang cukup besar dalam usaha untuk mempertahankan candranaya. bahkan dia korbanin gajinya buat beliin perlengkapan2 demi membuat bangunan candranya yang uda tinggal secuil itu tetep bertahan. bu naniek bebas masuk ke dalem karna emang dia punya wewenang untuk kontrol.jadi wkt itu kita diajak ke sana sama dia untuk liat dalemnya candranaya... dia bilang sih kalo kita (mahasiswa2nya) pada mau pergi sendiri ke sana musti pake surat ijin. gue sih pengen banget bisa ngumpulin data sebanyak2nya ttg bangunan ini, kebetulan gue juga lagi dapet tugas untuk ngusulin rancangan baru buat candranaya supaya jadi bangunan lama yang 'hidup'... kalo emang mau, gue bisa tanyain ke dia...ajakin deh temen2 BT yang laen. gue sedih banget kalo denger sejarah candranaya...gue besok senin ketemu dia kok... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ujc22 ujc22@ wrote: Saya mahasiswa arsitektur dari Tarumanagara. Hari kamis yang lalu, saya dan teman-teman mengunjungi gedung chandra naya dan kami punya kesempatan untuk melihat sampai ke bagian dalam gedung ini. Saat saya masuk ke sana, saya terkagum-kagum dengan kekokohan bangunan ini. pintunya, jendelanya, lantainya...semua itu mencerminkan kejayaannya di masa lampau. namun, jika melihat kondisinya sekarang...sangat menyedihkan. saya makin tertarik setelah mendengar sejarah gedung ini dari dosen sana...mungkin ada beberapa temen2 yang kenal...namanya pak Zhong. saya meng up-load beberapa foto yang saya ambil saat saya berkunjung ke sana...dan saya tertarik untuk mengambil 'kasus' ini sebagai bahan untuk melanjutkan skripsi saya...
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
H uly.. dosen gue si bu naniek itu dia punya wewenang cukup besar dalam usaha untuk mempertahankan candranaya. bahkan dia korbanin gajinya buat beliin perlengkapan2 demi membuat bangunan candranya yang uda tinggal secuil itu tetep bertahan. bu naniek bebas masuk ke dalem karna emang dia punya wewenang untuk kontrol.jadi wkt itu kita diajak ke sana sama dia untuk liat dalemnya candranaya... dia bilang sih kalo kita (mahasiswa2nya) pada mau pergi sendiri ke sana musti pake surat ijin. gue sih pengen banget bisa ngumpulin data sebanyak2nya ttg bangunan ini, kebetulan gue juga lagi dapet tugas untuk ngusulin rancangan baru buat candranaya supaya jadi bangunan lama yang 'hidup'... kalo emang mau, gue bisa tanyain ke dia...ajakin deh temen2 BT yang laen. gue sedih banget kalo denger sejarah candranaya...gue besok senin ketemu dia kok... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ujc22 [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya mahasiswa arsitektur dari Tarumanagara. Hari kamis yang lalu, saya dan teman-teman mengunjungi gedung chandra naya dan kami punya kesempatan untuk melihat sampai ke bagian dalam gedung ini. Saat saya masuk ke sana, saya terkagum-kagum dengan kekokohan bangunan ini. pintunya, jendelanya, lantainya...semua itu mencerminkan kejayaannya di masa lampau. namun, jika melihat kondisinya sekarang...sangat menyedihkan. saya makin tertarik setelah mendengar sejarah gedung ini dari dosen sana...mungkin ada beberapa temen2 yang kenal...namanya pak Zhong. saya meng up-load beberapa foto yang saya ambil saat saya berkunjung ke sana...dan saya tertarik untuk mengambil 'kasus' ini sebagai bahan untuk melanjutkan skripsi saya...
Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
pak eddy ini tidak pernah kuliah di untar, tetapi karena lingkup pekerjaannya yang bersinggungan dengan gedung2 kuno dan bangunan khas tionghoa, makanya mreka saling mengenal satu sama lain. saya juga demikian. tolong diselidiki dulu kontribusi mereka sampai candra naya memiliki payung sedemikian jelek sekarang ini. dan setelah anda dapat informasi itu, barulah anda menilai sendiri, apakah kontribusi pak Zhong dan ibu Naniek atau untar secara general itu positif atau negatif terhadap Candra Naya. yayasan untar sangat dekat hubungannya dengan keberadaan dan kepemilikian, dan nasib candra naya hingga hari ini. jadi jika hari ini ada payung ga jelas itu sedikit banyak kontribusinya dapat dipertanyakan kepada staf senior arsitektur untar. silahkan investigasi. kami (saya dan pak eddy) tidak akan mau menjelaskan lagi. greysia - Original Message From: ujc22 [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 22, 2007 11:50:13 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! wah kenal sama pak zhong n bu naniek juga ya? dulu kuliah di untar juga??? pak zhong sering menyebut bu naniek sebagai srikandi chandra naya...hehehehe. ..makasih ya info2nya...berguna banget tuh. o ya, boleh liat foto2nya ga? di upload aja di groups... --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, eddy witanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Recent Activity 20New Members Visit Your Group SPONSORED LINKS Indonesian languages Dan Indonesian Indonesian language course Indonesian language learn Got Yodel? Best Yahoo! Yodel Give us your best yodel and win! Yahoo! Mail Get on board You're invited to try the all-new Mail Beta. New web site? Drive traffic now. Get your business on Yahoo! search.. Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit. http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097 [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Bu Melani Kepedulian masyarakat pada cagar budaya, upaya2/gerakan2 masyarakat menyelamatkannya, itu semua TIDAK berarti masyarakat mengambil alih tugas/kewajiban pemerintah (daerah). Masyarakat (yang sebetulnya sudah mewakilkan suaranya ke anggota DPR[D], namun sayangnya para wakil inipun mandul) harus terus mengawasi pemerintah dan terus menuntut perbaikan kinerja mereka. Melindungi dan merawat bangunan bersejarah adalah salah satu tugas pemda, sudah ada instansi yang berwenang mengurusnya dan selalu ada anggarannya kok di APBD. Betul, Indonesia memang sedang dilanda berbagai masalah pelik, namun itu bukan alasan pemerintah tidak menjalankan tugas2 yang jadi kewajibannya. Masing2 instansi sudah jelas kok job description-nya. Sedikit komentar saja, Ida Khouw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah ...tuh.. baik usulnya Piter Lim, mesti ada kerelaan mengeluarkan dana,kalau menghwatirkan gedung bersejarah dhancurkan,mau nunggu pemerintah pun waktunya tdk tepat PR mereka banyak,negra bukan dlm keadaan subur makmur, .. agung setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote: setuju, ayo sapa yg mau jadi bumper buat maju duluan. mau harap belas kasih dari modern group seh susah. walaupun tampang chinese tp isinya bisnis semua. keluarga mereka itu aktif banget di gereja n vihara, tp terhadap chandra naya aja gak punya hati nurani.
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Gunawan Heriyanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang dimaksud Ir. Wastu Praganta Zhong bukan? _ From: ujc22 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 11 Maret 2007 18:10 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] chandra naya...menyedihkan! Saya mahasiswa arsitektur dari Tarumanagara. Hari kamis yang lalu, saya dan teman-teman mengunjungi gedung chandra naya dan kami punya kesempatan untuk melihat sampai ke bagian dalam gedung ini. Saat saya masuk ke sana, saya terkagum-kagum dengan kekokohan bangunan ini. pintunya, jendelanya, lantainya...semua itu mencerminkan kejayaannya di masa lampau. namun, jika melihat kondisinya sekarang...sangat menyedihkan. saya makin tertarik setelah mendengar sejarah gedung ini dari dosen sana...mungkin ada beberapa temen2 yang kenal...namanya pak Zhong. saya meng up-load beberapa foto yang saya ambil saat saya berkunjung ke sana...dan saya tertarik untuk mengambil 'kasus' ini sebagai bahan untuk melanjutkan skripsi saya... [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
iya betuldia pejuang hebat deh...semangatnya itu lho sampe sekarang.kamu kenal sama pak zhong di mana? sekalian ngejawab ulysse...skripsinya pengennya sih tentang pembangunan kembali chandra naya dengan fungsi yang baru yang lebih mengangkat masyarakat kita...masyarakat tiong hoa... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Gunawan Heriyanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang dimaksud Ir. Wastu Praganta Zhong bukan? _ From: ujc22 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 11 Maret 2007 18:10 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] chandra naya...menyedihkan! Saya mahasiswa arsitektur dari Tarumanagara. Hari kamis yang lalu, saya dan teman-teman mengunjungi gedung chandra naya dan kami punya kesempatan untuk melihat sampai ke bagian dalam gedung ini. Saat saya masuk ke sana, saya terkagum-kagum dengan kekokohan bangunan ini. pintunya, jendelanya, lantainya...semua itu mencerminkan kejayaannya di masa lampau. namun, jika melihat kondisinya sekarang...sangat menyedihkan. saya makin tertarik setelah mendengar sejarah gedung ini dari dosen sana...mungkin ada beberapa temen2 yang kenal...namanya pak Zhong. saya meng up-load beberapa foto yang saya ambil saat saya berkunjung ke sana...dan saya tertarik untuk mengambil 'kasus' ini sebagai bahan untuk melanjutkan skripsi saya... [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
wah...akhirnya ada tanggapan.tiba2 semangat lagi. gara-gara denger,baca dan memamhami sejarah gedung ini, aku makin pengen bisa berbuat sesuatu supaya jangan sampe musnah seperti 2 bangunan lainnya...kalo beneran pada mau, aku bisa tanyain ke pak zhong dan bu naniek...mereka2 inilah yang cukup berwenang untuk bisa bawa kita tour keliling liat keadaan chandranaya sekarang... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote: Boleh juga tuh, diaturin untuk bisa gathering sambil melihat arsitektur dan memahami permasalahan gedung candranaya. Mana moderator? Heheheh, boleh nih bole nih bole nih. Siapa punya contact number dari contact person untuk bisa berkunjung dan tour ke Candranaya? Bole dooonk bagi bagi. Siapa yang ngerti arsitektur tuh kemarin, yang duluan tour ke candranaya? Ayo pak, sekarang kebagian jadi tour leadernya ya , sanggup tidak? Siapa yang ngerti soal arsitektur cina? Siap siap jadi pembicara ya. Siapa yang masa kecilnya sempet menikmati candranaya? Bole donk nanti jadi pembicara juga. Kalau disini ga ada yang mau, ntar gue geret juga tuh dua sepuh kali2 aja mau diminta ngomong, hehehehe. Moderator nya mana nih? Aturin dnk tour de candranaya. Kapan yuk kapan yuk kapan??? Kalau soal rubuh sih kayaknya Bu Ida tidak perlu kuatir, sisa seuprit gedung candranaya itu statusnya masih cagarbudaya, jadi kaga ada yang bakal berani bikin roboh. Soal masalah maintenancenya barangkali itu yang bisa ramai-ramai kita bantu. Sumbangan kek, tulisan memoar kek, terbitin buku kek, apa kek. We'll see about it, what we can do, kalau udah tahu persis permasalahannya apa. Jadi yang semangat cuman gue ama Bu Ida doank neh? Yang lain mana? Unjuk jari dunks! Bu Ida, gue jarang baca netiket milis BT, tapi kayaknya one liner masih dilarang tuh? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of idakhouw Sent: Sunday, March 18, 2007 11:44 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! hehehe,,, kirain pada serius... :)) I. --- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com yahoogroups.com, idakhouw idakhouw@ wrote: Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Ini ide yang cemerlang :-) Sebetulnya sangat bisa BTers berbuat sesuatu, tak perlu gerakan2 besar. Konsentrasi saja ke penyelamatan satu gedung ini. Sekedar contoh: seorang kawan sepulang dari berkelana di Jerman bawa oleh2 tulisan menarik bagaimana komunitas pecinta alam di Freiburg atau Berlin (saya lupa) berdaya menyelamatkan pohon2 yang hendak dibabat karena lokasinya diubah peruntukannya. Ketika hari pembabatan itu tiba, komunitas itu turun ke lokasi dan masing2 melakukan aksi protes memeluk satu-satu pohon ketika mesin2 besar siap membabat mereka. Berkat kekuatan warga kota itu (yang adalah orang2 biasa seperti kita) selamatlah sang pohon2. BT juga bisa melakukan hal serupa, mungkin tak perlu sampai harus seperti warga Jerman itu, tapi melalui kegiatan2 lain yang kreatif, misalnya: - Dimulai dengan jalan2 ke lokasi sambil mendengarkan penjelasan2 menyangkut berbagai aspek Candra Naya (arsitekturnya, 'peran' gedung itu [sebagai rumah mayor terakhir, sebagai pusat gerakan Sin Ming Hui, tempat lahirnya Baperki dll.]. Aspek2 ini bisa dikupas satu-satu dalam pertemuan2/jalan2 terpisah. Tujuannya k.l. sebagai pengenalan dan menumbuhkan daya tarik warga BT atau warga lebih luas (syukur2 kalau kumpul2/ceramah ini bisa dilakukan DI DALAM gedung Candra Naya sendiri --saya tak tahu lagi kondisinya sekarang seperti apa). Lalu - Kalau sudah ada konsolidasi dan 'organisasi'nya mulai mapan, bisa mulai memikirkan kegiatan2 yang lebih besar, misalnya: penerbitan tulisan2 yang menyangkut berbagai aspek Candra Naya (di milis ini kan ternyata banyak yang tahu lika-liku Candra Naya dan/atau punya pengalaman dengannya, semua bisa berpartisipasi). Ini bisa kerjasama dengan pihak Untar, pihak Pusat Data Arsitektur, atau pihak2 lain yang selama ini sudah memberikan perhatian pada gedung itu. Lama2 siapa tahu kita bisa membentuk, atau paling tidak bermimpi saja dulu :-), semacam Yayasan Candra Naya yang tujuan akhirnya menyelamatkan gedung itu lewat berbagai kegiatan. - Sesudah itu kita bisa bermimpi sisa gedung yang ada kita bikin jadi museum/tempat pameran/'community center' atau apalah, yang penting gedung itu selamat, terpelihara sebagai artefak peran sosial- politik komunitas Cina Batavia/Jakarta. - Lantas, mimpi lebih besar lagi: siapa tahu nantinya kita bisa berdaya menghidupkan lagi roh Sin Ming Hui :-) BT kan sudah berhasil bikin macam2 gathering, nah kalau punya kepedulian menyelamatkan heritage, kan bisa juga tema gatheringnya difokuskan ke
RE: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Nah ...tuh.. baik usulnya Piter Lim, mesti ada kerelaan mengeluarkan dana,kalau menghwatirkan gedung bersejarah dhancurkan,mau nunggu pemerintah pun waktunya tdk tepat PR mereka banyak,negra bukan dlm keadaan subur makmur, .. agung setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote: setuju, ayo sapa yg mau jadi bumper buat maju duluan. mau harap belas kasih dari modern group seh susah. walaupun tampang chinese tp isinya bisnis semua. keluarga mereka itu aktif banget di gereja n vihara, tp terhadap chandra naya aja gak punya hati nurani. --- PK Lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya setuju sekali atas usulan do something about it. Yang dikwatirkan, nasib gedung Candra Naya akan habis dimakan rayap dan waktu. Saya lihat gedung pergudangan di daerah Tiang Bendera. Sampai beberapa tahun yang lalu, sepertinya dipertahankan facade nya, itu sepertinya dikarenakan adanya peraturan yang melarang pembongkaran. Pada masa2 terahir, gedung pergudangan itu disanggah dengan tiang2 beton. Tapi rupanya itu adalah tipu muslihat developer juga, yang hanya menyanggah ala kadarnya, dengan harapan roboh sendiri sehingga developer punya alasan untuk membongkar. Nyatanya, pada ahirnya, roboh juga tuh tembok. Sekarang berdirilah sederet ruko (kalu nggak salah). Suatu kemenangan developer, mengalahkan nilai historis dengan nilai ekonomi. Sala, PK Lim. Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote: Boleh juga tuh, diaturin untuk bisa gathering sambil melihat arsitektur dan memahami permasalahan gedung candranaya. Mana moderator? Heheheh, boleh nih bole nih bole nih. Siapa punya contact number dari contact person untuk bisa berkunjung dan tour ke Candranaya? Bole dooonk bagi bagi. Siapa yang ngerti arsitektur tuh kemarin, yang duluan tour ke candranaya? Ayo pak, sekarang kebagian jadi tour leadernya ya , sanggup tidak? Siapa yang ngerti soal arsitektur cina? Siap siap jadi pembicara ya. Siapa yang masa kecilnya sempet menikmati candranaya? Bole donk nanti jadi pembicara juga. Kalau disini ga ada yang mau, ntar gue geret juga tuh dua sepuh kali2 aja mau diminta ngomong, hehehehe. Moderator nya mana nih? Aturin dnk tour de candranaya. Kapan yuk kapan yuk kapan??? Kalau soal rubuh sih kayaknya Bu Ida tidak perlu kuatir, sisa seuprit gedung candranaya itu statusnya masih cagarbudaya, jadi kaga ada yang bakal berani bikin roboh. Soal masalah maintenancenya barangkali itu yang bisa ramai-ramai kita bantu. Sumbangan kek, tulisan memoar kek, terbitin buku kek, apa kek. We'll see about it, what we can do, kalau udah tahu persis permasalahannya apa. Jadi yang semangat cuman gue ama Bu Ida doank neh? Yang lain mana? Unjuk jari dunks! Bu Ida, gue jarang baca netiket milis BT, tapi kayaknya one liner masih dilarang tuh? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of idakhouw Sent: Sunday, March 18, 2007 11:44 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! hehehe,,, kirain pada serius... :)) I. --- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com yahoogroups.com, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Ini ide yang cemerlang :-) Sebetulnya sangat bisa BTers berbuat sesuatu, tak perlu gerakan2 besar. Konsentrasi saja ke penyelamatan satu gedung ini. Sekedar contoh: seorang kawan sepulang dari berkelana di Jerman bawa oleh2 tulisan menarik bagaimana komunitas pecinta alam di Freiburg atau Berlin (saya lupa) berdaya menyelamatkan pohon2 yang hendak dibabat karena lokasinya diubah peruntukannya. Ketika hari pembabatan itu tiba, komunitas itu turun ke lokasi dan masing2 melakukan aksi protes memeluk satu-satu pohon ketika mesin2 besar siap membabat mereka. Berkat kekuatan warga kota itu (yang adalah orang2 biasa seperti kita) selamatlah sang pohon2. BT juga bisa melakukan hal serupa, mungkin tak perlu sampai harus seperti warga Jerman itu, tapi melalui kegiatan2 lain yang kreatif, misalnya: - Dimulai dengan jalan2 ke lokasi sambil mendengarkan penjelasan2 menyangkut berbagai aspek Candra Naya (arsitekturnya, 'peran' gedung itu [sebagai rumah mayor terakhir, sebagai pusat gerakan Sin Ming Hui, tempat lahirnya Baperki dll.]. Aspek2 ini bisa dikupas satu-satu dalam pertemuan2/jalan2 terpisah. Tujuannya k.l. sebagai pengenalan dan menumbuhkan daya tarik warga BT atau warga lebih luas (syukur2 kalau kumpul2/ceramah ini bisa dilakukan DI DALAM gedung Candra Naya sendiri --saya tak tahu lagi kondisinya sekarang seperti apa). Lalu - Kalau sudah ada konsolidasi dan 'organisasi'nya mulai mapan, bisa mulai memikirkan kegiatan2 yang lebih besar, misalnya: penerbitan tulisan2 yang menyangkut berbagai aspek Candra Naya (di milis ini kan ternyata banyak yang
RE: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Saya setuju sekali atas usulan do something about it. Yang dikwatirkan, nasib gedung Candra Naya akan habis dimakan rayap dan waktu. Saya lihat gedung pergudangan di daerah Tiang Bendera. Sampai beberapa tahun yang lalu, sepertinya dipertahankan facade nya, itu sepertinya dikarenakan adanya peraturan yang melarang pembongkaran. Pada masa2 terahir, gedung pergudangan itu disanggah dengan tiang2 beton. Tapi rupanya itu adalah tipu muslihat developer juga, yang hanya menyanggah ala kadarnya, dengan harapan roboh sendiri sehingga developer punya alasan untuk membongkar. Nyatanya, pada ahirnya, roboh juga tuh tembok. Sekarang berdirilah sederet ruko (kalu nggak salah). Suatu kemenangan developer, mengalahkan nilai historis dengan nilai ekonomi. Sala, PK Lim. Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote: Boleh juga tuh, diaturin untuk bisa gathering sambil melihat arsitektur dan memahami permasalahan gedung candranaya. Mana moderator? Heheheh, boleh nih bole nih bole nih. Siapa punya contact number dari contact person untuk bisa berkunjung dan tour ke Candranaya? Bole dooonk bagi bagi. Siapa yang ngerti arsitektur tuh kemarin, yang duluan tour ke candranaya? Ayo pak, sekarang kebagian jadi tour leadernya ya , sanggup tidak? Siapa yang ngerti soal arsitektur cina? Siap siap jadi pembicara ya. Siapa yang masa kecilnya sempet menikmati candranaya? Bole donk nanti jadi pembicara juga. Kalau disini ga ada yang mau, ntar gue geret juga tuh dua sepuh kali2 aja mau diminta ngomong, hehehehe. Moderator nya mana nih? Aturin dnk tour de candranaya. Kapan yuk kapan yuk kapan??? Kalau soal rubuh sih kayaknya Bu Ida tidak perlu kuatir, sisa seuprit gedung candranaya itu statusnya masih cagarbudaya, jadi kaga ada yang bakal berani bikin roboh. Soal masalah maintenancenya barangkali itu yang bisa ramai-ramai kita bantu. Sumbangan kek, tulisan memoar kek, terbitin buku kek, apa kek. We'll see about it, what we can do, kalau udah tahu persis permasalahannya apa. Jadi yang semangat cuman gue ama Bu Ida doank neh? Yang lain mana? Unjuk jari dunks! Bu Ida, gue jarang baca netiket milis BT, tapi kayaknya one liner masih dilarang tuh? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of idakhouw Sent: Sunday, March 18, 2007 11:44 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! hehehe,,, kirain pada serius... :)) I. --- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com yahoogroups.com, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Ini ide yang cemerlang :-) Sebetulnya sangat bisa BTers berbuat sesuatu, tak perlu gerakan2 besar. Konsentrasi saja ke penyelamatan satu gedung ini. Sekedar contoh: seorang kawan sepulang dari berkelana di Jerman bawa oleh2 tulisan menarik bagaimana komunitas pecinta alam di Freiburg atau Berlin (saya lupa) berdaya menyelamatkan pohon2 yang hendak dibabat karena lokasinya diubah peruntukannya. Ketika hari pembabatan itu tiba, komunitas itu turun ke lokasi dan masing2 melakukan aksi protes memeluk satu-satu pohon ketika mesin2 besar siap membabat mereka. Berkat kekuatan warga kota itu (yang adalah orang2 biasa seperti kita) selamatlah sang pohon2. BT juga bisa melakukan hal serupa, mungkin tak perlu sampai harus seperti warga Jerman itu, tapi melalui kegiatan2 lain yang kreatif, misalnya: - Dimulai dengan jalan2 ke lokasi sambil mendengarkan penjelasan2 menyangkut berbagai aspek Candra Naya (arsitekturnya, 'peran' gedung itu [sebagai rumah mayor terakhir, sebagai pusat gerakan Sin Ming Hui, tempat lahirnya Baperki dll.]. Aspek2 ini bisa dikupas satu-satu dalam pertemuan2/jalan2 terpisah. Tujuannya k.l. sebagai pengenalan dan menumbuhkan daya tarik warga BT atau warga lebih luas (syukur2 kalau kumpul2/ceramah ini bisa dilakukan DI DALAM gedung Candra Naya sendiri --saya tak tahu lagi kondisinya sekarang seperti apa). Lalu - Kalau sudah ada konsolidasi dan 'organisasi'nya mulai mapan, bisa mulai memikirkan kegiatan2 yang lebih besar, misalnya: penerbitan tulisan2 yang menyangkut berbagai aspek Candra Naya (di milis ini kan ternyata banyak yang tahu lika-liku Candra Naya dan/atau punya pengalaman dengannya, semua bisa berpartisipasi). Ini bisa kerjasama dengan pihak Untar, pihak Pusat Data Arsitektur, atau pihak2 lain yang selama ini sudah memberikan perhatian pada gedung itu. Lama2 siapa tahu kita bisa membentuk, atau paling tidak bermimpi saja dulu :-), semacam Yayasan Candra Naya yang tujuan akhirnya menyelamatkan gedung itu lewat berbagai kegiatan. - Sesudah itu kita bisa bermimpi sisa gedung yang ada kita bikin jadi museum/tempat pameran/'community center' atau apalah, yang penting gedung itu selamat, terpelihara sebagai artefak peran sosial-politik komunitas Cina Batavia/Jakarta. - Lantas, mimpi
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Pak Lim dan Bu Uly Semoga makin banyak yang tergerak peduli pada Candra Naya. Heritages di negara2 maju bisa tetap terpelihara juga salah satu faktornya karena kepedulian warganya dan mereka mau bergerak (jadi, walaupun di milis ini terkesan Orang Barat dicitrakan sebagai 'the Evil Other', kita harus mengakui bahwa mereka seringkali selangkah lebih maju :-) Sejauh saya perhatikan, di negara2 maju yang heritagenya terpelihara selalu ada komunitas pemerhati/peminat bangunan2/sites bersejarah, biasanya mereka membentuk semacam yayasan yang 'menampung' orang2 yang peduli heritages ini, memikirkan langkah2 penyelamatan/pengelolaannya, mengorganisasi kegiatan2 sehingga komunitas itu terus hidup dll. Di Jakarta juga ada yayasan yang cukup sukses mengelola bangunan tua: Yayasan Gedung Arsip Nasional (-maaf kalau kurang tepat namanya- yang mengelola Gedung Arnas/Villa de Klerk di Jl. Gajah Mada). Mereka mendayagunakan gedung itu menjadi tempat pameran, tempat resepsi dll; juga mengelola penerbitan newsletter berkala berisi tulisan2 terkait gedung itu, memperluas keanggotaan (anggota membayar iuran tahunan) dst. Kalau benar2 serius (dan sukses dengan kegiatan awalnya: jalan2 ke lokasi), langkah selanjutnya BT bisa belajar/studi banding ke Yayasan Arnas itu, belajar dari pengalaman2 mereka bisa survive sampai sekarang. Silakan bila ada ide2 lain, Ida Khouw ps: Tepat sekali Pak Lim, pengamatannya terkait trik2 developers melenyapkan bangunan tua bersejarah. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, PK Lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya setuju sekali atas usulan do something about it. Yang dikwatirkan, nasib gedung Candra Naya akan habis dimakan rayap dan waktu. Saya lihat gedung pergudangan di daerah Tiang Bendera. Sampai beberapa tahun yang lalu, sepertinya dipertahankan facade nya, itu sepertinya dikarenakan adanya peraturan yang melarang pembongkaran. Pada masa2 terahir, gedung pergudangan itu disanggah dengan tiang2 beton. Tapi rupanya itu adalah tipu muslihat developer juga, yang hanya menyanggah ala kadarnya, dengan harapan roboh sendiri sehingga developer punya alasan untuk membongkar. Nyatanya, pada ahirnya, roboh juga tuh tembok. Sekarang berdirilah sederet ruko (kalu nggak salah). Suatu kemenangan developer, mengalahkan nilai historis dengan nilai ekonomi. Sala, PK Lim. Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote: Boleh juga tuh, diaturin untuk bisa gathering sambil melihat arsitektur dan memahami permasalahan gedung candranaya. Mana moderator? Heheheh, boleh nih bole nih bole nih. Siapa punya contact number dari contact person untuk bisa berkunjung dan tour ke Candranaya? Bole dooonk bagi bagi. Siapa yang ngerti arsitektur tuh kemarin, yang duluan tour ke candranaya? Ayo pak, sekarang kebagian jadi tour leadernya ya , sanggup tidak? Siapa yang ngerti soal arsitektur cina? Siap siap jadi pembicara ya. Siapa yang masa kecilnya sempet menikmati candranaya? Bole donk nanti jadi pembicara juga. Kalau disini ga ada yang mau, ntar gue geret juga tuh dua sepuh kali2 aja mau diminta ngomong, hehehehe. Moderator nya mana nih? Aturin dnk tour de candranaya. Kapan yuk kapan yuk kapan??? Kalau soal rubuh sih kayaknya Bu Ida tidak perlu kuatir, sisa seuprit gedung candranaya itu statusnya masih cagarbudaya, jadi kaga ada yang bakal berani bikin roboh. Soal masalah maintenancenya barangkali itu yang bisa ramai-ramai kita bantu. Sumbangan kek, tulisan memoar kek, terbitin buku kek, apa kek. We'll see about it, what we can do, kalau udah tahu persis permasalahannya apa. Jadi yang semangat cuman gue ama Bu Ida doank neh? Yang lain mana? Unjuk jari dunks! Bu Ida, gue jarang baca netiket milis BT, tapi kayaknya one liner masih dilarang tuh?
RE: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
setuju, ayo sapa yg mau jadi bumper buat maju duluan. mau harap belas kasih dari modern group seh susah. walaupun tampang chinese tp isinya bisnis semua. keluarga mereka itu aktif banget di gereja n vihara, tp terhadap chandra naya aja gak punya hati nurani. --- PK Lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya setuju sekali atas usulan do something about it. Yang dikwatirkan, nasib gedung Candra Naya akan habis dimakan rayap dan waktu. Saya lihat gedung pergudangan di daerah Tiang Bendera. Sampai beberapa tahun yang lalu, sepertinya dipertahankan facade nya, itu sepertinya dikarenakan adanya peraturan yang melarang pembongkaran. Pada masa2 terahir, gedung pergudangan itu disanggah dengan tiang2 beton. Tapi rupanya itu adalah tipu muslihat developer juga, yang hanya menyanggah ala kadarnya, dengan harapan roboh sendiri sehingga developer punya alasan untuk membongkar. Nyatanya, pada ahirnya, roboh juga tuh tembok. Sekarang berdirilah sederet ruko (kalu nggak salah). Suatu kemenangan developer, mengalahkan nilai historis dengan nilai ekonomi. Sala, PK Lim. Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote: Boleh juga tuh, diaturin untuk bisa gathering sambil melihat arsitektur dan memahami permasalahan gedung candranaya. Mana moderator? Heheheh, boleh nih bole nih bole nih. Siapa punya contact number dari contact person untuk bisa berkunjung dan tour ke Candranaya? Bole dooonk bagi bagi. Siapa yang ngerti arsitektur tuh kemarin, yang duluan tour ke candranaya? Ayo pak, sekarang kebagian jadi tour leadernya ya , sanggup tidak? Siapa yang ngerti soal arsitektur cina? Siap siap jadi pembicara ya. Siapa yang masa kecilnya sempet menikmati candranaya? Bole donk nanti jadi pembicara juga. Kalau disini ga ada yang mau, ntar gue geret juga tuh dua sepuh kali2 aja mau diminta ngomong, hehehehe. Moderator nya mana nih? Aturin dnk tour de candranaya. Kapan yuk kapan yuk kapan??? Kalau soal rubuh sih kayaknya Bu Ida tidak perlu kuatir, sisa seuprit gedung candranaya itu statusnya masih cagarbudaya, jadi kaga ada yang bakal berani bikin roboh. Soal masalah maintenancenya barangkali itu yang bisa ramai-ramai kita bantu. Sumbangan kek, tulisan memoar kek, terbitin buku kek, apa kek. We'll see about it, what we can do, kalau udah tahu persis permasalahannya apa. Jadi yang semangat cuman gue ama Bu Ida doank neh? Yang lain mana? Unjuk jari dunks! Bu Ida, gue jarang baca netiket milis BT, tapi kayaknya one liner masih dilarang tuh? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of idakhouw Sent: Sunday, March 18, 2007 11:44 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! hehehe,,, kirain pada serius... :)) I. --- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com yahoogroups.com, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Ini ide yang cemerlang :-) Sebetulnya sangat bisa BTers berbuat sesuatu, tak perlu gerakan2 besar. Konsentrasi saja ke penyelamatan satu gedung ini. Sekedar contoh: seorang kawan sepulang dari berkelana di Jerman bawa oleh2 tulisan menarik bagaimana komunitas pecinta alam di Freiburg atau Berlin (saya lupa) berdaya menyelamatkan pohon2 yang hendak dibabat karena lokasinya diubah peruntukannya. Ketika hari pembabatan itu tiba, komunitas itu turun ke lokasi dan masing2 melakukan aksi protes memeluk satu-satu pohon ketika mesin2 besar siap membabat mereka. Berkat kekuatan warga kota itu (yang adalah orang2 biasa seperti kita) selamatlah sang pohon2. BT juga bisa melakukan hal serupa, mungkin tak perlu sampai harus seperti warga Jerman itu, tapi melalui kegiatan2 lain yang kreatif, misalnya: - Dimulai dengan jalan2 ke lokasi sambil mendengarkan penjelasan2 menyangkut berbagai aspek Candra Naya (arsitekturnya, 'peran' gedung itu [sebagai rumah mayor terakhir, sebagai pusat gerakan Sin Ming Hui, tempat lahirnya Baperki dll.]. Aspek2 ini bisa dikupas satu-satu dalam pertemuan2/jalan2 terpisah. Tujuannya k.l. sebagai pengenalan dan menumbuhkan daya tarik warga BT atau warga lebih luas (syukur2 kalau kumpul2/ceramah ini bisa dilakukan DI DALAM gedung Candra Naya sendiri --saya tak tahu lagi kondisinya sekarang seperti apa). Lalu - Kalau sudah ada konsolidasi dan 'organisasi'nya mulai mapan, bisa mulai memikirkan kegiatan2 yang lebih besar, misalnya: penerbitan tulisan2 yang menyangkut berbagai aspek Candra Naya (di milis ini kan ternyata banyak yang tahu lika-liku Candra Naya dan/atau punya pengalaman dengannya, semua bisa berpartisipasi). Ini bisa kerjasama dengan pihak Untar, pihak Pusat Data Arsitektur, atau pihak2 lain yang selama ini sudah memberikan perhatian pada gedung itu. Lama2
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
hehehe,,, kirain pada serius... :)) I. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Ini ide yang cemerlang :-) Sebetulnya sangat bisa BTers berbuat sesuatu, tak perlu gerakan2 besar. Konsentrasi saja ke penyelamatan satu gedung ini. Sekedar contoh: seorang kawan sepulang dari berkelana di Jerman bawa oleh2 tulisan menarik bagaimana komunitas pecinta alam di Freiburg atau Berlin (saya lupa) berdaya menyelamatkan pohon2 yang hendak dibabat karena lokasinya diubah peruntukannya. Ketika hari pembabatan itu tiba, komunitas itu turun ke lokasi dan masing2 melakukan aksi protes memeluk satu-satu pohon ketika mesin2 besar siap membabat mereka. Berkat kekuatan warga kota itu (yang adalah orang2 biasa seperti kita) selamatlah sang pohon2. BT juga bisa melakukan hal serupa, mungkin tak perlu sampai harus seperti warga Jerman itu, tapi melalui kegiatan2 lain yang kreatif, misalnya: - Dimulai dengan jalan2 ke lokasi sambil mendengarkan penjelasan2 menyangkut berbagai aspek Candra Naya (arsitekturnya, 'peran' gedung itu [sebagai rumah mayor terakhir, sebagai pusat gerakan Sin Ming Hui, tempat lahirnya Baperki dll.]. Aspek2 ini bisa dikupas satu-satu dalam pertemuan2/jalan2 terpisah. Tujuannya k.l. sebagai pengenalan dan menumbuhkan daya tarik warga BT atau warga lebih luas (syukur2 kalau kumpul2/ceramah ini bisa dilakukan DI DALAM gedung Candra Naya sendiri --saya tak tahu lagi kondisinya sekarang seperti apa). Lalu - Kalau sudah ada konsolidasi dan 'organisasi'nya mulai mapan, bisa mulai memikirkan kegiatan2 yang lebih besar, misalnya: penerbitan tulisan2 yang menyangkut berbagai aspek Candra Naya (di milis ini kan ternyata banyak yang tahu lika-liku Candra Naya dan/atau punya pengalaman dengannya, semua bisa berpartisipasi). Ini bisa kerjasama dengan pihak Untar, pihak Pusat Data Arsitektur, atau pihak2 lain yang selama ini sudah memberikan perhatian pada gedung itu. Lama2 siapa tahu kita bisa membentuk, atau paling tidak bermimpi saja dulu :-), semacam Yayasan Candra Naya yang tujuan akhirnya menyelamatkan gedung itu lewat berbagai kegiatan. - Sesudah itu kita bisa bermimpi sisa gedung yang ada kita bikin jadi museum/tempat pameran/'community center' atau apalah, yang penting gedung itu selamat, terpelihara sebagai artefak peran sosial-politik komunitas Cina Batavia/Jakarta. - Lantas, mimpi lebih besar lagi: siapa tahu nantinya kita bisa berdaya menghidupkan lagi roh Sin Ming Hui :-) BT kan sudah berhasil bikin macam2 gathering, nah kalau punya kepedulian menyelamatkan heritage, kan bisa juga tema gatheringnya difokuskan ke penyelamatan Candra Naya. Kalau sudah sukses dengan satu gedung, kita bisa merambah ke gedung2 lain. Lumayan kan kita bisa menabung satu karma baik ;) menjaga satu warisan buat generasi selanjutnya. Kendala2 teknis pasti ada, yang sudah kelihatan: lahan itu sekarang dimiliki Modern Group yang juga sedang bermasalah, tapi jalan kan bisa saja dicari. Siapa tahu ada dari antara BTers yang punya akses ke Modern Group dan bisa mengkomunikasikan niat ini ke mereka. Sudah pasti buat Modern Group ini masalah sensitif, apalagi di lokasi sudah berdiri bangunan tinggi yang mengangkangi Candra Naya, namun kalau kita berpikir dengan banyak kepala kan mudah2an ada jalan keluar. Langkah2 lainnya saya yakin BTers punya banyak ide dan keahlian untuk memikirkan dan merumuskannya bersama kalau memang mau serius melakukan sesuatu. Demikian kira2 sumbangan mimpi saya :) Ida Khouw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steeve Haryanto stv75_id@ wrote: Bicara soal kota Tua, saya jadi tertarik. Untuk gdg chandra naya itu banyak polemiknya.Swkt saya aktif di Historia banyak isu beredar bahwa gdg itu akan dihancur kan oleh sekelompok orang tionghoa sendiri karna opini mereka gedung tersebut tidak bagus Hong Sui nya dst. Kmd beberapa aktivis sejarah membuat suatu surat yang ditandatangani oleh beberapa LSM mengenai keberadaan dan pelestarian peninggalan sejarah ke Gubernur DKI. Kasus candranaya sama seperti kasusnya makam SBK, itu juga sempat kami menitipkan amplop untuk RT nya agar di perbaiki makamnya dan dilestarikan keberadaannya. Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Saya sempat mengambil beberapa gambar mengenai gedung itu, tetapi tidak bisa dari dekat karna di hardik oleh Satpamnya karna forbidden buat orang luar, last status itu sdh dibeli oleh swasta CMIIW. Terimakasih semoga menjawab, Steeve --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 ulysee_me2@ wrote: ...deleted... Lagi mikir, nungguin inisiatip pemerintah buat ini itu, kayaknya mah bisa keburu rubuh. Kalau orang awam kayak kita pengen melakukan sesuatu untuk mempertahankan heritage yang
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Ini ide yang cemerlang :-) Sebetulnya sangat bisa BTers berbuat sesuatu, tak perlu gerakan2 besar. Konsentrasi saja ke penyelamatan satu gedung ini. Sekedar contoh: seorang kawan sepulang dari berkelana di Jerman bawa oleh2 tulisan menarik bagaimana komunitas pecinta alam di Freiburg atau Berlin (saya lupa) berdaya menyelamatkan pohon2 yang hendak dibabat karena lokasinya diubah peruntukannya. Ketika hari pembabatan itu tiba, komunitas itu turun ke lokasi dan masing2 melakukan aksi protes memeluk satu-satu pohon ketika mesin2 besar siap membabat mereka. Berkat kekuatan warga kota itu (yang adalah orang2 biasa seperti kita) selamatlah sang pohon2. BT juga bisa melakukan hal serupa, mungkin tak perlu sampai harus seperti warga Jerman itu, tapi melalui kegiatan2 lain yang kreatif, misalnya: - Dimulai dengan jalan2 ke lokasi sambil mendengarkan penjelasan2 menyangkut berbagai aspek Candra Naya (arsitekturnya, 'peran' gedung itu [sebagai rumah mayor terakhir, sebagai pusat gerakan Sin Ming Hui, tempat lahirnya Baperki dll.]. Aspek2 ini bisa dikupas satu-satu dalam pertemuan2/jalan2 terpisah. Tujuannya k.l. sebagai pengenalan dan menumbuhkan daya tarik warga BT atau warga lebih luas (syukur2 kalau kumpul2/ceramah ini bisa dilakukan DI DALAM gedung Candra Naya sendiri --saya tak tahu lagi kondisinya sekarang seperti apa). Lalu - Kalau sudah ada konsolidasi dan 'organisasi'nya mulai mapan, bisa mulai memikirkan kegiatan2 yang lebih besar, misalnya: penerbitan tulisan2 yang menyangkut berbagai aspek Candra Naya (di milis ini kan ternyata banyak yang tahu lika-liku Candra Naya dan/atau punya pengalaman dengannya, semua bisa berpartisipasi). Ini bisa kerjasama dengan pihak Untar, pihak Pusat Data Arsitektur, atau pihak2 lain yang selama ini sudah memberikan perhatian pada gedung itu. Lama2 siapa tahu kita bisa membentuk, atau paling tidak bermimpi saja dulu :-), semacam Yayasan Candra Naya yang tujuan akhirnya menyelamatkan gedung itu lewat berbagai kegiatan. - Sesudah itu kita bisa bermimpi sisa gedung yang ada kita bikin jadi museum/tempat pameran/'community center' atau apalah, yang penting gedung itu selamat, terpelihara sebagai artefak peran sosial-politik komunitas Cina Batavia/Jakarta. - Lantas, mimpi lebih besar lagi: siapa tahu nantinya kita bisa berdaya menghidupkan lagi roh Sin Ming Hui :-) BT kan sudah berhasil bikin macam2 gathering, nah kalau punya kepedulian menyelamatkan heritage, kan bisa juga tema gatheringnya difokuskan ke penyelamatan Candra Naya. Kalau sudah sukses dengan satu gedung, kita bisa merambah ke gedung2 lain. Lumayan kan kita bisa menabung satu karma baik ;) menjaga satu warisan buat generasi selanjutnya. Kendala2 teknis pasti ada, yang sudah kelihatan: lahan itu sekarang dimiliki Modern Group yang juga sedang bermasalah, tapi jalan kan bisa saja dicari. Siapa tahu ada dari antara BTers yang punya akses ke Modern Group dan bisa mengkomunikasikan niat ini ke mereka. Sudah pasti buat Modern Group ini masalah sensitif, apalagi di lokasi sudah berdiri bangunan tinggi yang mengangkangi Candra Naya, namun kalau kita berpikir dengan banyak kepala kan mudah2an ada jalan keluar. Langkah2 lainnya saya yakin BTers punya banyak ide dan keahlian untuk memikirkan dan merumuskannya bersama kalau memang mau serius melakukan sesuatu. Demikian kira2 sumbangan mimpi saya :) Ida Khouw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steeve Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Bicara soal kota Tua, saya jadi tertarik. Untuk gdg chandra naya itu banyak polemiknya.Swkt saya aktif di Historia banyak isu beredar bahwa gdg itu akan dihancur kan oleh sekelompok orang tionghoa sendiri karna opini mereka gedung tersebut tidak bagus Hong Sui nya dst. Kmd beberapa aktivis sejarah membuat suatu surat yang ditandatangani oleh beberapa LSM mengenai keberadaan dan pelestarian peninggalan sejarah ke Gubernur DKI. Kasus candranaya sama seperti kasusnya makam SBK, itu juga sempat kami menitipkan amplop untuk RT nya agar di perbaiki makamnya dan dilestarikan keberadaannya. Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Saya sempat mengambil beberapa gambar mengenai gedung itu, tetapi tidak bisa dari dekat karna di hardik oleh Satpamnya karna forbidden buat orang luar, last status itu sdh dibeli oleh swasta CMIIW. Terimakasih semoga menjawab, Steeve --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 ulysee_me2@ wrote: ...deleted... Lagi mikir, nungguin inisiatip pemerintah buat ini itu, kayaknya mah bisa keburu rubuh. Kalau orang awam kayak kita pengen melakukan sesuatu untuk mempertahankan heritage yang tinggal secuil itu, mempertahankan cagar budaya begitu, caranya gimana ya? Itu gedung2 tua di kota lama juga, masih tampak sisa sisa kecantikannya, tapi tampak uzur dan tak terawat, gelap, kayak jadi tempat
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Wah iya juga. Lantaran penasaran, hasil meng google2, ternyata tahun 2000 udah ada yang nulis tentang keadaan gedung candranaya yang telantar menyedihkan. Tapi kayaknya ga ada tanggapan, baru setelah ada developer yang mau gusur candranaya pindah ke TMII, mulai orang ribut ribut, dan ada sekelompoko pengusaha tionghoa bilang mau udunan untuk membantu perawatan gedung yang tinggal sisa sedikit. Entah itu dana perawatan jadi ngucur atau tidak, dan maintenancenya sekarang dalam tanggung jawab siapa. Masih cari cari info, hehehehe. Lagi mikir, nungguin inisiatip pemerintah buat ini itu, kayaknya mah bisa keburu rubuh. Kalau orang awam kayak kita pengen melakukan sesuatu untuk mempertahankan heritage yang tinggal secuil itu, mempertahankan cagar budaya begitu, caranya gimana ya? Itu gedung2 tua di kota lama juga, masih tampak sisa sisa kecantikannya, tapi tampak uzur dan tak terawat, gelap, kayak jadi tempat angker aja. Sayang ya. Padahal kalau dipelihara dan dikelola, bisa melebihi kecantikan Fullerton di singapur tuh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Nasib chandranaya ini sebetulnya sama dengan nasib bangunan kuno yang lain di Indonesia, yakni banyak yang terlantar, dan banyak lagi yang dirombak total dan dibongkar. sama sekali tidak ada urusannya dengan politik rasialis. lebih pada kebodohan dan keserakahan pemerintah kota. yang tidak mampu menjaga cagar budaya, sebagian karena ketidak tahuan akan nilai bangunan tua. sebagian karena tergiur oleh uang developer, masyarakat boleh buta akan nilai bangunan tua, pengusaha boleh hanya mengejar untung, tapi aparat yang diangkat sebagai penjaga peraturan dan pengatur perkembangan kota tidak boleh.
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Bicara soal kota Tua, saya jadi tertarik. Untuk gdg chandra naya itu banyak polemiknya.Swkt saya aktif di Historia banyak isu beredar bahwa gdg itu akan dihancur kan oleh sekelompok orang tionghoa sendiri karna opini mereka gedung tersebut tidak bagus Hong Sui nya dst. Kmd beberapa aktivis sejarah membuat suatu surat yang ditandatangani oleh beberapa LSM mengenai keberadaan dan pelestarian peninggalan sejarah ke Gubernur DKI. Kasus candranaya sama seperti kasusnya makam SBK, itu juga sempat kami menitipkan amplop untuk RT nya agar di perbaiki makamnya dan dilestarikan keberadaannya. Kalau memang BT bisa berbuat sesuatu lagi seperti pendahulu tersebut diatas, akan sangat baik sekali. Saya sempat mengambil beberapa gambar mengenai gedung itu, tetapi tidak bisa dari dekat karna di hardik oleh Satpamnya karna forbidden buat orang luar, last status itu sdh dibeli oleh swasta CMIIW. Terimakasih semoga menjawab, Steeve --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] wrote: ...deleted... Lagi mikir, nungguin inisiatip pemerintah buat ini itu, kayaknya mah bisa keburu rubuh. Kalau orang awam kayak kita pengen melakukan sesuatu untuk mempertahankan heritage yang tinggal secuil itu, mempertahankan cagar budaya begitu, caranya gimana ya? Itu gedung2 tua di kota lama juga, masih tampak sisa sisa kecantikannya, tapi tampak uzur dan tak terawat, gelap, kayak jadi tempat angker aja. Sayang ya. Padahal kalau dipelihara dan dikelola, bisa melebihi kecantikan Fullerton di singapur tuh.
Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Satu2nya yang bisa kita lakukan adalah memperkuat komunitas Pelestari bangunan tua, lantas secara organisasi membuat petisi atau protes setiap ada pelanggaran, protest ini harus kita sampaikan ke masmedia, pemerintah kota dan DPRD. Mungkin gerakan ini tidak akan efektif jika aparat pemerintah dan anggota DPRD tetap akrab dengan budaya sogokan, tapi minimum membuat para developer sedikit repot, menghabiskan energi dan waktu yang lama, dan mengeluarkan ongkos yang lebih besar dalam perkara ini. sehingga sedikit mengurangi minat pengusaha pada bangunan tua. sembari kita menunggu perbaikan siitem politik di Indonesia, yang memungkinkan masyarakat memiliki kekuatan kontrol yang memadai, baik lewat perbaikan sisitem pengadilan maupun sistem pemilihan kepala pemerintahan atau DPRD. Salam, ZFy - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 15, 2007 4:48 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! Wah iya juga. Lantaran penasaran, hasil meng google2, ternyata tahun 2000 udah ada yang nulis tentang keadaan gedung candranaya yang telantar menyedihkan. Tapi kayaknya ga ada tanggapan, baru setelah ada developer yang mau gusur candranaya pindah ke TMII, mulai orang ribut ribut, dan ada sekelompoko pengusaha tionghoa bilang mau udunan untuk membantu perawatan gedung yang tinggal sisa sedikit. Entah itu dana perawatan jadi ngucur atau tidak, dan maintenancenya sekarang dalam tanggung jawab siapa. Masih cari cari info, hehehehe. Lagi mikir, nungguin inisiatip pemerintah buat ini itu, kayaknya mah bisa keburu rubuh. Kalau orang awam kayak kita pengen melakukan sesuatu untuk mempertahankan heritage yang tinggal secuil itu, mempertahankan cagar budaya begitu, caranya gimana ya? Itu gedung2 tua di kota lama juga, masih tampak sisa sisa kecantikannya, tapi tampak uzur dan tak terawat, gelap, kayak jadi tempat angker aja. Sayang ya. Padahal kalau dipelihara dan dikelola, bisa melebihi kecantikan Fullerton di singapur tuh. Recent Activity a.. 32New Members Visit Your Group SPONSORED LINKS a.. Indonesian languages b.. Dan c.. Indonesian d.. Indonesian language course e.. Indonesian language learn Got Yodel? Best Yahoo! Yodel Give us your best yodel and win! Ads on Yahoo! Learn more now. Reach customers searching for you. Y! Messenger All together now Host a free online conference on IM. . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Mesti punya taring dulu Ly, kamunya , kalau ngak mah sebodoh teing,yg jd menteri aja kerjanya koleksi bini muda,mau di bawa kemana negara ngak jelas,bagaimana bisa mikirin negara biar baik,biar negaranya makmur,biar rakyatnya dikasih skill buat cari makan biar ,hidupnya lebih manusiawi,...boro2 mikirin gedung candranaya - Original Message From: ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, 15 March, 2007 5:48:33 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! Wah iya juga. Lantaran penasaran, hasil meng google2, ternyata tahun 2000 udah ada yang nulis tentang keadaan gedung candranaya yang telantar menyedihkan. Tapi kayaknya ga ada tanggapan, baru setelah ada developer yang mau gusur candranaya pindah ke TMII, mulai orang ribut ribut, dan ada sekelompoko pengusaha tionghoa bilang mau udunan untuk membantu perawatan gedung yang tinggal sisa sedikit. Entah itu dana perawatan jadi ngucur atau tidak, dan maintenancenya sekarang dalam tanggung jawab siapa. Masih cari cari info, hehehehe. Lagi mikir, nungguin inisiatip pemerintah buat ini itu, kayaknya mah bisa keburu rubuh. Kalau orang awam kayak kita pengen melakukan sesuatu untuk mempertahankan heritage yang tinggal secuil itu, mempertahankan cagar budaya begitu, caranya gimana ya? Itu gedung2 tua di kota lama juga, masih tampak sisa sisa kecantikannya, tapi tampak uzur dan tak terawat, gelap, kayak jadi tempat angker aja. Sayang ya. Padahal kalau dipelihara dan dikelola, bisa melebihi kecantikan Fullerton di singapur tuh. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Nasib chandranaya ini sebetulnya sama dengan nasib bangunan kuno yang lain di Indonesia, yakni banyak yang terlantar, dan banyak lagi yang dirombak total dan dibongkar. sama sekali tidak ada urusannya dengan politik rasialis. lebih pada kebodohan dan keserakahan pemerintah kota. yang tidak mampu menjaga cagar budaya, sebagian karena ketidak tahuan akan nilai bangunan tua. sebagian karena tergiur oleh uang developer, masyarakat boleh buta akan nilai bangunan tua, pengusaha boleh hanya mengejar untung, tapi aparat yang diangkat sebagai penjaga peraturan dan pengatur perkembangan kota tidak boleh. !-- #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;} #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;} #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;} #ygrp-text{ font-family:Georgia; } #ygrp-text p{ margin:0 0 1em 0;} #ygrp-tpmsgs{ font-family:Arial; clear:both;} #ygrp-vitnav{ padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;} #ygrp-vitnav a{ padding:0 1px;} #ygrp-actbar{ clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;} #ygrp-actbar .left{ float:left;white-space:nowrap;} .bld{font-weight:bold;} #ygrp-grft{ font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;} #ygrp-ft{ font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666; padding:5px 0; } #ygrp-mlmsg #logo{ padding-bottom:10px;} #ygrp-vital{ background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;} #ygrp-vital #vithd{ font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;} #ygrp-vital ul{ padding:0;margin:2px 0;} #ygrp-vital ul li{ list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee; } #ygrp-vital ul li .ct{ font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;} #ygrp-vital ul li .cat{ font-weight:bold;} #ygrp-vital a { text-decoration:none;} #ygrp-vital a:hover{ text-decoration:underline;} #ygrp-sponsor #hd{ color:#999;font-size:77%;} #ygrp-sponsor #ov{ padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;} #ygrp-sponsor #ov ul{ padding:0 0 0 8px;margin:0;} #ygrp-sponsor #ov li{ list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;} #ygrp-sponsor #ov li a{ text-decoration:none;font-size:130%;} #ygrp-sponsor #nc { background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;} #ygrp-sponsor .ad{ padding:8px 0;} #ygrp-sponsor .ad #hd1{ font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;} #ygrp-sponsor .ad a{ text-decoration:none;} #ygrp-sponsor .ad a:hover{ text-decoration:underline;} #ygrp-sponsor .ad p{ margin:0;} o {font-size:0;} .MsoNormal { margin:0 0 0 0;} #ygrp-text tt{ font-size:120%;} blockquote{margin:0 0 0 4px;} .replbq {margin:4;} -- ___ All New Yahoo! Mail Tired of unwanted email come-ons? Let our SpamGuard protect you. http://uk.docs.yahoo.com/nowyoucan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Wakakakaka huehehehe, gue ketawa puas deh. Istilah hek to itu keluar lagi, huehuehue. Untung ga ada siucay yang amsiong begitu disembur sekali, hehehehe. Betul tuh, jangan asal pentang bacot, mengumbar prejudis pribadi, membikin ruwet urusan aja. Hal nya gedung Chandranaya, memang sangat disesali, hancurnya itu katanya lantaran campur tangan orang tionghoa sendiri. Makanya banyak yang misuh misuh, dikhianati orang sendiri lebih sakit daripada digebukin tetangga, begitu lhoh katanya. ABS loocianpwee cerita lagi donk kasus Chandranaya. Sebetulnya apa yang terjadi sih sama gedung itu? Katanya pernah jadi sengketa, terus ada rebutan segala. Sebenernya wat hepen aya naon sih sama Chandranaya?? Gossip yang gue dengar malah sehubungan metafisika, katanya daerah Chandranaya itu bagus hongsuinya maka dijadikan rebutan. Katanya orang yang ngerti Itu di bawah gedung utama ada cahaya keemasan memancar, urusannya sama hongsui atau apa. Jadi yang PUNYA tanah disitu akan mudah dapet duit jadi kaya raya, getoh. Tapi lantaran ada gedung di pinggirnya (entah gedung apa) yang mengandung sha qi (hawa membunuh) maka itu cahaya emas meredup atau semacam itulah. Huehuehue, ga ngerti deh. Tapi gue demen aja sama gossip gossip ajaib gitu. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: Bikin statement itu dipikir dulu, jangan asal pentang bacot! Koq bisa-bisanya bilang: sesuatu yg indah dihancurkan hanya karena kebencian pada etnik tionghoa, itulah kebodohan bangsa indonesia! Semua kita, termasuk saya dan Jimmy-heng sendiri, sebagai bangsa Indonesia, patut tersinggung dong dipukul-rata sebagai bodoh begitu. Kecuali barangkali Jimmy Pualamsyah memang bukan bangsa Indonesia... Padahal yang bikin gedung Chandra Naya dalam kondisinya seperti sekarang, ya bukan lain dari orang Tionghoa juga. Itu bahkan sudah disebut, malahan beberapa kali, di milis ini dalam thread tentang Chandra Naya ini. Nah, mereka-mereka itulah, kalau Jimmy-heng mau, boleh dituduh sebagai yang bodoh dan yang benci pada etnik tionghoa, jangan dipukul-rata semua bangsa Indonesia! Kalau Jimmy-heng tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu), kita semua di milis ini bisa memberitahu siapa mereka itu. Kepada mereka itulah Jimmy-heng harus mengajar dan memberikan pencerahan supaya mereka itu tidak tetap: entah sampai kapan akan menjadi cerdas dan beretika moral tinggi! Wasalam. -- - Original Message - From: jimmy pualamsyah To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, March 12, 2007 11:37 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] chandra naya...menyedihkan! sesuatu yg indah dihancurkan hanya karena kebencian pada etnik tionghoa, itulah kebodohan bangsa indonesia, entah sampai kapan akan menjadi cerdas dan beretika moral tinggi
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote: Yup, silahkan komplain ke kedubes RRT saja, soale yang membangun pavilliun tsb , itu sebabnya bahannya banyak yang di kirim dari RRT, Apakah Anda punya bukti kuat ttg apa yg Anda katakan, terutama ...semua dananya dari RRT...? Kebetulan saya baru saja bicara lewat telpon dg H.E. Lan dan antara lain juga sempat menyinggung ttg statement Anda. [EMAIL PROTECTED] mengenai gedung Candranaya di pindah tidak nya aku belum, tahu jelas, hanya siapa tahu di bangun sejenis Candranaya dengan konidsi lebih luas, karena luas areal di TMII termasuk the biggest dibandingkan dengan pav lainnya, itu sebabnya dibangun di luar lokasi TMII, hanya pintu masuk memang dari TMII. sur. - Original Message - From: greysia susilo junus [EMAIL PROTECTED] jangan sampe candranaya diekspor ke TMII. ga ada gunanya. kalo mau hancur, baiklah hancur ditempat. apa gunanya dibawa ke taman mini? paviliun khusus tionghoa kog bahannya dari tiongkok? emang dulu orang tionghoa yang pindah kesini semuanya pake bahan tiongkok? hanya yang kaya saja kan. itu sama saja mengekspor RRC ke indonesia. kita ini mau punya paviliun yang memperlihatkan tionghoa yang beranak pinak di indonesia beratus2 tahun atau mau membuat eksibisi tentang RRC? bedanya besar loh. kalo mau membuat eksibisi RRC, ga usah di taman mini dong. nanti negara lain pada ngiri... taman mini kan spesial display kekayaan etnik indonesia, termasuk etnik (apapun namannya, suku juga boleh. cuma asal nyebut doang) tionghoa di indonesia. saya sendiri pernah liat hasil 3D max-nya tahun lalu, sumprit deh, ga ada satu bangunan pun yang mencerminkan bangunan tionghoa indonesia. bukan ruko2 tradisional di glodok sekitar, bukan pula siheyuan ala lasem, bukan juga rumah cina benteng. mirip gereja st fatima pun tidak, atau candra naya. Akhirnya bakalan seperti klenteng sampokong gedung batu semarang. yang sekarang itu seperti klenteng taiwan pindah ke indonesia. tidak ada cantiknya sama sekali. sorry, bung suryana saya tidak bangga akan hal tersebut. greysia - Original Message From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
UnSaDa?! UNiversitas SAmping polDA?! khan ude pindah ke duren sawit!!! - Original Message - From: flavia_rachel21 [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, 13 March, 2007 21:31 Subject: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! hmm..ini pak eddy dosen yg pernah mengajar pranata masyarakat di Unsada waktu saya masih kul disana bukan ya ?krn melihat anda mencantumkan sedang berada di Beijing.krn saya mendengar dr teman kuliah kalau bapak skrg mengajar di univ beijing saya angkatan (2000-2004)dulu saya ingat di mata kul pranata masy cina di indo, anda pernah menceritakan ttg sejarah kota tua dan tmsk pernah disinggung soal gedung chandra naya yg di dekat SMUN2 daerah olimo sana yg katanya akan dipindahkan ke TMII. deana
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Eddy Sadeli jg org PSMTI kok. Selain Teddy Yusuf diketahui ada juga tokoh masyarakat Tionghoa lainnya yang telah dikooptasi untuk membela kepentingannya pengembang hadir dalam pertemuan tersebut seperti pengacara Drs Eddy Sadeli SH dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tionghoa di Indonesia. Mungkin bukan Eddie Lembong dari INTI yang dimaksud kalau tidak salah. Sin Ming Hui atau Chandra Naya yang didirikan pada bulan Januari 1946 itu misi utamanya adalah bergerak di bidang sosial, tetapi juga di bidang olahraga dan pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, SAA (Sekolah Asisten Apoteker) sampai ke Universtas Tarumanegara. Di bidang kesehatan juga ikut mendirikan Rumah Sakit Sumber Waras. Sejak tahun 1946 Sin Ming Hui ini telah mempunyai poliklinik kecil atau balai pengobatan rakyat yang ikut berjasa menolong ratusan orang Tionghoa yang menjadi korban pembunuhan di Tangerang (Juni 1946), dan merangkap sebagai salah satu tempat pengungsian sementara orang-orang Tionghoa Tangerang yang berhasil menyelamatkan jiwanya dan mengungsi ke Jakarta.
Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Maaf bila informasi yg aku dapat keliru, soalnya aku dapatkan informasi ini dari yg kerja di TMII, ketika aku iseng nanyadan aku menjadi sedikit percaya karena di tengah krisis ekonomi seperti Indonesia saat ini siapa orang Indonesia yang mau memberi modal untuk membangun sesuatu yang menurut ku wah.sekali lagi maaf bila informasi yang aku dapat keliru. sur. - Original Message - From: eddypw [EMAIL PROTECTED] --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote: Yup, silahkan komplain ke kedubes RRT saja, soale yang membangun pavilliun tsb , itu sebabnya bahannya banyak yang di kirim dari RRT, Apakah Anda punya bukti kuat ttg apa yg Anda katakan, terutama ...semua dananya dari RRT...? Kebetulan saya baru saja bicara lewat telpon dg H.E. Lan dan antara lain juga sempat menyinggung ttg statement Anda. [EMAIL PROTECTED]
Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
apology accepted. yah, walaupun katanya kita belon sembuh dari krismon, dan dihantam banyak bencana, toh masih banyak audi, benz, mercy, mobil sport yang berkeliaran di jalan dengan plat nomor terbaru. jangan percaya bahwa orang indonesia semuanya tidak punya duit. you never know... untuk membangun (lagi-lagi... sorry kalo ini tetap yang jadi contoh) sam po kong saja mereka bisa mengumpulkan dana loh. dengan anggapan membangun pusat kebudayaan ini, yang bangun dan yang nyumbang akan merasa punya kontribusi positif terhadap perbaikan kepercayaan diri etnis cina yang sudah lama tertekan itu kan positif, halal, dan membuat bisa lebih deket ke surga. wong membantu sesama kog. mana dipikir segi komersial dan lain-lainnya? sorry, tanggapannya mungkin agak terlalu sinis, tapi sebenernya saya sangat-sangat senang kalau etnis cina mempunyai tempat juga di taman mini. ga usah yang jor2an dan berusaha mengalahkan area daerah lain di tmii (itu terlalu keliatan mau menang sendirinya), dan secara sederhana menceritakan bagaimana nenek moyang kita bisa sampai sini, seberapa banyak kesulitan yang mereka hadapi, dan apa hasil yang mereka capai untuk mereka sendiri dan untuk indonesia. that's all. kenapa saya tau cukup banyak? karena salah satu mahasiswa saya membuat proyek ini sebagai tugas akhir desain interiornya. saya lihat sendiri semua gambar2 proyek ini, baik autocadnya maupun 3dmax, juga hasil penelitian mereka ke pecinan2 di hampir seluruh indonesia. mahasiswa saya juga anggota PSMTI, jadi dia kenal dan bebas ambil data. memang yang saya lihat rencana tahun lalu, jadi mungkin sekali sudah berubah lagi sekarang. tapi, selama dalam pikiran mereka konsepnya sama, tetap saja jelek menurut pandangan saya. mahasiswa saya sampe ga bisa ngomong begitu saya protes mana bangunan asli cina indonesianya malah kalo belum berubah, kita akan menemukan sederet ruko yang dibuat meniru (tapi tidak mirip sama sekali) dengan shophouses yang di glodok dan semarang. lagi-lagi buat jualan. hanya jadi kios. ga ada beda dengan di kampung cina di cibubur. greysia - Original Message From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 14, 2007 8:01:17 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan! Maaf bila informasi yg aku dapat keliru, soalnya aku dapatkan informasi ini dari yg kerja di TMII, ketika aku iseng nanya... .dan aku menjadi sedikit percaya karena di tengah krisis ekonomi seperti Indonesia saat ini siapa orang Indonesia yang mau memberi modal untuk membangun sesuatu yang menurut ku wah.sekali lagi maaf bila informasi yang aku dapat keliru. sur. Recent Activity 29New Members Visit Your Group SPONSORED LINKS Indonesian languages Dan Indonesian Indonesian language course Indonesian language learn Got Yodel? Best Yahoo! Yodel Give us your best yodel and win! Search Ads Get new customers. List your web site in Yahoo! Search. Yahoo! Mail Next gen email? Try the all-new Yahoo! Mail Beta.. The fish are biting. Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing. http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Foto lama dari Chandra Naya (d/h Sin Ming Hui) bisa dilihat a.l di buku Mona Lohanda The Kapitan Cina of Batavia 1837-1942 halaman 104a (sayang cuman gerbang depannya saja). Gedung itu sebenarnya punya 2 saudara kembar, yaitu (1) di tanah yg sekarang berdiri SMU Negeri 2 Jl. Gajah Mada dan (2) di tanah bekas Kedubes RRT yg sekarang sudah rata dengan tanah dan ditandai dengan papan Milik Pemda. Gedung Chandra Naya sendiri diberikan oleh Khouw Tjeng Tjoan untuk Khouw Kim An yang pada nantinya akan menjadi Majoor (Mayor) Tionghoa terakhir di Jakarta yg meninggal di kamp interniran tahun 1942; tetapi riwayat pendirian bangunan itu sendiri sudah lebih lama lagi, yaitu kemungkinan didirikan oleh Khouw Tian Sek, ayah Khouw Tjeng Tjoan. Seperti yg telah disebut2, Anda bisa tanya detail pada Pak Zhong (salam dari saya untuk Beliau). Lalu tahun 1990an sudah dilakukan deskripsi arsitektural mendetail oleh kakak-kakak kelasmu (Ars Untar) angkatan 1989 yg beberapa diantara mereka sekarang mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur di daerah Patal Senayan. Saya sendiri punya foto terakhir 2 hari sebelum bangunan belakang (dulu tempat tinggal Majoor Khouw) dibongkar, lalu saat pembongkaran pondasi bangunan belakang saya pas ada di situ jadi bisa melihat layer2 pondasinya. Marmer Carrara (dari Italy) yg ukurannya 1m x 1m waktu itu ditumpuk di dekat gazebo belakang. Setelah upaya yg berlarut2 tak kunjung selesai (setelah tahun 1992 dikuasai oleh Modern Group), dilakukan lagi deskripsi arsitektural oleh Bu Naniek (dosenmu di Untar khan?) sekitar tahun 2000an, termasuk upaya menyelamatkan detail2 ornamen yg kemudian lapuk dimakan rayap dan konon kabarnya sekarang telah menguap entah ke mana, ada yg bilang sudah beredar di peminat2 barang antik. Tidak ada yg bisa menjawab dengan pasti kapan bangunan ini dididrikan, tetapi sebuah tulisan Tionghoa yg ada pada hiasan di belakang bangunan depan mungkin bisa menjawabnya, yaitu bahwa pada tahun kelinci api di pertengahan bulan musim gugur dicatat kata-kata ini, jadi mungkin dibangun sekitar 1807 atau 1867. salam [EMAIL PROTECTED] chandra naya...menyedihkan! Posted by: ujc22 [EMAIL PROTECTED] ujc22 Date: Sun Mar 11, 2007 8:37 am ((PDT)) Saya mahasiswa arsitektur dari Tarumanagara. Hari kamis yang lalu, saya dan teman-teman mengunjungi gedung chandra naya dan kami punya kesempatan untuk melihat sampai ke bagian dalam gedung ini. Saat saya masuk ke sana, saya terkagum-kagum dengan kekokohan bangunan ini. pintunya, jendelanya, lantainya...semua itu mencerminkan kejayaannya di masa lampau. namun, jika melihat kondisinya sekarang...sangat menyedihkan. saya makin tertarik setelah mendengar sejarah gedung ini dari dosen sana...mungkin ada beberapa temen2 yang kenal...namanya pak Zhong. saya meng up-load beberapa foto yang saya ambil saat saya berkunjung ke sana...dan saya tertarik untuk mengambil 'kasus' ini sebagai bahan untuk melanjutkan skripsi saya... Sucker-punch spam with award-winning protection. Try the free Yahoo! Mail Beta. http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/features_spam.html [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Candra Naya escapes wrecker's ball By Ida Indawati Khouw In conjunction with the celebration of the Chinese New Year on Feb. 5, The Jakarta Post will feature several articles on the few extant city buildings with Chinese architecture. Candra Naya, which belonged to the last Dutch-appointed Chinese major in the city, opens the features. It is also the 23rd article in a series on Jakarta's historical sites and buildings, appearing in Saturday editions of the Post. JAKARTA (JP): A visitor to the capital might assume there would be many buildings in the Chinese architectural style because Chinese immigrants composed the first foreign community in what was then called Batavia. The reality is that most of the buildings have fallen victim to the wrecker's ball. An expert on the city's historic buildings, Grace Pamungkas, said there were only three buildings remaining intact, all of them in the Chinatown area of downtown Kota, West Jakarta. One of them is Candra Naya on Jl. Gajah Mada in West Jakarta, the building which has been witness to the social and political role of its onetime resident Khouw Kim An, the last Chinese community leader in the city, and the changing fortunes of the ethnic Chinese in the city. Experts say Candra Naya was the city's biggest and most complete building in the Chinese architectural style before its back section and left and right sides were demolished to make way for the development of a hotel, apartment and shopping center complex several years ago. The 19th century construction is now dwarfed by the complex of multistory constructions owned by the giant Modern Group, despite the public and media criticism of the project. Its characteristics as the mansion of a rich Chinese family during the Dutch colonial era cannot be admired today -- and not only because of the towering presence of the surrounding buildings. The project's security guards zealously shield the building from public view, going so far as to shoo away people who want to observe this piece of Jakarta's heritage from a nearby bridge outside the complex. In an old list of historical buildings in the city, the mansion is registered, in Dutch, as the house of the Chinese major Khouw Kim An. Other data said the building was constructed on the site of landhuis Kroet (Kroet villa). The book Rumah Sang Mayor (The major's house) stated the building was one of three mansions built on the same street Molenvliet West (now Jl. Gajah Mada) by three sons of landlord Khouw Tian Sek, namely Khouw Tjeng Po, Khouw Tjeng Tjoan and Khouw Tjeng Kee. The homes of Khouw Tjeng Po and Khouw Tjeng Kee were demolished and are now the site of SMA 2 High School and an empty land under the supervision of the city administration, respectively. It is not clear whether Candra Naya was constructed by Khouw Tjeng Tjoan himself or by his father, Khouw Tian Sek. There is also no information about its architect. The only clear thing is that every Chinese New Year the building was repainted in red and gold, with the paint imported from China, the book recorded. The 2,250-square-meter mansion was decorated with symbolic Chinese ornaments and consisted of separate buildings, each connected by courtyards. Edison Yulius, a lecturer on the history of architecture at private Tarumanagara University in West Jakarta, said that after Khouw Kim An inherited the mansion from his father Khouw Tjeng Tjoan, the son brought his 40 wives to stay there. Edison, who studied the city's Chinatown architecture and urban affairs, said the construction came during the growing Chinese settlement along the present Jl. Gajah Mada and Jl. Hayam Wuruk, which at that time was a plantation area. It followed the move of the colonial administration and military headquarters in 1797 from Kota to a newly developed section of the city, which is today around Lapangan Banteng. Like other big Chinese buildings, Candra Naya followed the traditional characteristic of having four pavilions which together formed a square with a courtyard in the middle, Edison said. It allowed for expansion of the home if the number of family members increased. They placed the most important room in the very back, usually used as the owner's room. That's why the roof of the building located in the back must be higher. Candra Naya's most famous resident was Khouw Kim An (1897-1945) who in 1910 became majoor, the Dutch term for major, the highest rank for a Chinese leader in the Dutch East Indies. Attainment of the rank showed that Khouw -- a leading businessman and shareholder of Bataviaasche Bank -- was held in high regard in the Chinese community. During Khouw's lifetime, the ethnic Chinese played a role in social and political affairs. The book Prominent Indonesian Chinese, Biographical Sketches recorded his involvement in various organizations, including as the founder of Tiong Hoa Hwee Koan, an
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
Greysia, ini gw. Sabar..sabar..jangan emosi gitu donk. Apa yg kamu ungkapkan sudah jauh lama saya ungkapkan ketika dulu saya kebetulan diundang pada rapat pembahasan PSMTI, antara lain tentang rencana pembangunan Anjungan (museum?) Tionghoa di TMII. Saat itu, di sekretariat PSMTI saya sudah sampaikan pada Pak Teddy dan Pak Zhong(W. Pragantha) dan di depan para peserta pertemuan bahwa Anda semua mau membangun paviliun yg 'mainland' atau paviliun yg bisa menampilkan jati diri (identity) kita sebagai PERANAKAN Tionghoa-Indonesia? Karena itu akan mempengaruhi desain arsitektural dan isinya serta keseluruhan citra yg akan ditampilkan. Tapi ya...dian zhidao, di zhidao, wo buzhidao! (Tuhan tau, bumi pun tau, tapi saya tak tau [bagaimana kelanjutannya] hahaha) Lalu muncul majalah Tempo yg memuat feature ttg Chandra Naya yg kemudian dikabarkan akan dipindah ke TMII, dan pas beberapa saat kemudian saya dapat SMS dari Pak Oti yg memberitahu sedang diadakannya pembahasan di Rapat Teknis Pemda DKI ttg rencana pemindahan CN dan Beliau meminta pendapat saya ttg hal itu, saya jelaskan ttg historical matrix-nya. Kebetulan karena tahun 1997-98 saya sempat berada sebentar di Taipei untuk course ttg bangunan konstruksi kayu tradisional Tiongkok dan upaya2 konservasinya dan dijelaskan dengan gamblang oleh Prof Vincent Shen dari Fakultas Filsafat Univ Chengchi ttg apa itu bangunan siheyuan-siheyuan dan semua makna2 simbolik yg menyebabkan terbentuknya desain arsitektural bangunan tipe itu, termasuk semua upacara2 yg biasanya diadakan di sebuah rumah tradisional di Fujian dan Guangdong yg semuanya memberikan dan memnggerakkan roh/energi bagi rumah itu. Dari situ saya tau bahwa bangunan siheyuan (ladam 4 sisi) merupakan satu kesatuan yg utuh meski massa2 bangunannya dapat dipecah2 jadi bangunan sayap kiri-kanan, bangunan depan, courtyard (tianjing) dan bangunan belakang, termasuk sumur, tetapi semuanya tak dapat dipisahkan satu sama lain dengan berbagai cara apapun, termasuk demolition akrena kemudian akan pincang dan qi/energinya akan hilang untuk kemudian terjadi ketakseimbangan energi. eddy @ beijing -- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, greysia susilo junus [EMAIL PROTECTED] wrote: jangan sampe candranaya diekspor ke TMII. ga ada gunanya. kalo mau hancur, baiklah hancur ditempat. apa gunanya dibawa ke taman mini? paviliun khusus tionghoa kog bahannya dari tiongkok? emang dulu orang tionghoa yang pindah kesini semuanya pake bahan tiongkok? hanya yang kaya saja kan. itu sama saja mengekspor RRC ke indonesia. kita ini mau punya paviliun yang memperlihatkan tionghoa yang beranak pinak di indonesia beratus2 tahun atau mau membuat eksibisi tentang RRC? bedanya besar loh. kalo mau membuat eksibisi RRC, ga usah di taman mini dong. nanti negara lain pada ngiri... taman mini kan spesial display kekayaan etnik indonesia, termasuk etnik (apapun namannya, suku juga boleh. cuma asal nyebut doang) tionghoa di indonesia. saya sendiri pernah liat hasil 3D max-nya tahun lalu, sumprit deh, ga ada satu bangunan pun yang mencerminkan bangunan tionghoa indonesia. bukan ruko2 tradisional di glodok sekitar, bukan pula siheyuan ala lasem, bukan juga rumah cina benteng. mirip gereja st fatima pun tidak, atau candra naya. Akhirnya bakalan seperti klenteng sampokong gedung batu semarang. yang sekarang itu seperti klenteng taiwan pindah ke indonesia. tidak ada cantiknya sama sekali. sorry, bung suryana saya tidak bangga akan hal tersebut. greysia - Original Message From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, March 12, 2007 5:33:22 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] chandra naya...menyedihkan! Untuk TMII saat ini masih sedang dibangun pavilyun khusus Tionghoa, dimana semua bahan bangunannya bisa dibilang didatangkan dari Tiongkok, lokasinya masuk melalui TMII sedang sebenarnya berada di luar lokasi TMII ( dengan membebaskan lahan penduduk sekitar ), sepertinya kondisi sudah diatas 50 %. Semoga Candranaya nya bisa terbentuk di TMII dengan luas yang lebih besar lagi, hanya memang untuk masuk ke lokasi tersebut selain sedikit repot juga jaraknya terlalu jauh dari pusat kota. Yg aku ingat dari Candranaya tinggal kenangan mengenai Fotografernya saja, soale dulu banyak banget fotografer jebolan Candranaya yang naik daun baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Recent Activity 28New Members Visit Your Group SPONSORED LINKS Indonesian languages Dan Indonesian Indonesian language course Indonesian language learn Got Yodel? Best Yahoo! Yodel Give us your best yodel and win! Yahoo! Mail You're invited! Try the all-new Yahoo! Mail Beta Y! Messenger Want a quick chat? Chat over IM with group members.. _ ___ Now that's room
[budaya_tionghua] Re: chandra naya...menyedihkan!
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, PK Lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Kembali ke Candranaya, saya juga ada dengar akan dipindah ke TMII. Kalu tidak salah diprakarsai onleh INTI, Pak Eddy Lembong, Pak Teddy Yusuf, sorry kalau nama2 tersebut salah, mungkin salah ingat. Kemudian sepertinya dananya tidak terkumpul. Kelanjutan rencananya tidak ketahuan lagi. Proyeknya pun sekarang sudah distop beberapa tahun, setahu saya. = Ironisnya bukan penguasa Orde Baru yang ingin menghancurkan identitas budaya Tionghoa ini, melainkan dari pihak konglomerat orang Tionghoa sendiri yang greedy. Konglomerat yang ingin menggantikan gedung bersejarah Chandra Naya (sin Ming Hui) ini dengan apartemen dan pusat perbelanjaan modern adalah dari konglomerat Modernland Group yang dipimpin oleh Luntungan Honoris sebagai Bos barunya. Luntungan Honoris adalah saudara (adik ?) dari Samadikun Hartono (Mantan Bos Modern Group) dan Samadikun kini menjadi buronan kepolisian Indonesia karena lolos dari jeratan eksekusi putusan MA. Samadikun dituduh merugikan uang negara dengan membawa lari uang BLBI ke luar negeri. Diberitakan bahwa pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan baru diatas lahan gedung Chandra Naya itu terhambat karena masalah pendanaan, dan calon investor baru (dari luar negeri) yang akan melanjutkan pembangunan tersebut mengajukan persyaratan terlebih dahulu yaitu bahwa bangunan Chandra Naya yang menghalanginya harus dihilangkan dahulu. Karena mengetahui bahwa banyak protes dan tentangan dari kalangan masyarakat Tionghoa sendiri yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka konglomerat yang berasal dari Makassar ini hire beberapa tokoh masyarakat Tionghoa untuk menetralisir penentangnya. Disini Brigjen (purn) Teddy Yusuf dari PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) tampil mewakili kepentingan Group Modernland. Dengan alasan bahwa bangunan Chandra Naya itu sudah tua dan sudah tak berguna atau dipakai lagi, maka dia mengusulkan untuk dipindahkan ke Taman Mini Indonesia sebagai bagian dari musium Tionghoa Indonesia. Kalau tidak salah bahwa sekitar tahun 2003, telah diadakan sebuah seminar atau lokakarya tentang gedung Chandra Naya tersebut. Maksudnya untuk mensosialisasi terlebih dahulu ke masyarakat ide penggusuran gedung Chandra Naya tersebut. Pada lokakarya tersebut Teddy Yusuf tampil menjadi pembicara utama yang mewakili pihak Modernland, tetapi apa lacur pertemuan tersebut menjadi bumerang baginya, karena banyak peserta lokakarya tersebut menentangnya dengan vokal. Bahkan salah satu penentang penggusuran bangunan Chandra Naya tersebut berhasil diwawancarai oleh Metro TV yang berusaha untuk meyakinkan publik opini tentang pentingnya pemugaran bangunan tersebut sebagai aset budaya yang bukan saja milik masyarakat Tionghoa khususnya, tetapi juga masyarakat Jakarta pada umumnya. Bukan saja masyarakat Tionghoa yang menentang penggusuran gedung Chandra Naya tersebut, (sebenarnya bangunan-bangunan sekelilingnya sudah dihancurkan sebelumnya dan tinggal bangunan utamanya saja) tetapi juga ditentang oleh pihak Pemerintah DKI Jakarta, yaitu Dinas Kebudayaan dan Permusiuman DKI Jakarta, karena bangunan ini merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang seperti SK Gubernur DKI Jakarta 1972, SK Mendikbud tahun 1988 dan terakhir Undang-undang Benda Cagar Budaya Nasional (UUBCB) tahun 1992. Selain Teddy Yusuf diketahui ada juga tokoh masyarakat Tionghoa lainnya yang telah dikooptasi untuk membela kepentingannya pengembang hadir dalam pertemuan tersebut seperti pengacara Drs Eddy Sadeli SH dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tionghoa di Indonesia. Mungkin bukan Eddie Lembong dari INTI yang dimaksud kalau tidak salah. Sin Ming Hui atau Chandra Naya yang didirikan pada bulan Januari 1946 itu misi utamanya adalah bergerak di bidang sosial, tetapi juga di bidang olahraga dan pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, SAA (Sekolah Asisten Apoteker) sampai ke Universtas Tarumanegara. Di bidang kesehatan juga ikut mendirikan Rumah Sakit Sumber Waras. Sejak tahun 1946 Sin Ming Hui ini telah mempunyai poliklinik kecil atau balai pengobatan rakyat yang ikut berjasa menolong ratusan orang Tionghoa yang menjadi korban pembunuhan di Tangerang (Juni 1946), dan merangkap sebagai salah satu tempat pengungsian sementara orang-orang Tionghoa Tangerang yang berhasil menyelamatkan jiwanya dan mengungsi ke Jakarta. Balai pengobatan yang merupakan cikal bakal RS Sumber Waras ini bukan hanya memberikan pelayanan kesehatan masyarakat Tionghoa saja , tetapi juga menolong rakyat kecil lainnya tanpa pilih, dan murni bersifat sosial dan humaniter. Gedung Sin Ming Hui ini yang bersejarah ini juga menjadi tempat lahirnya Baperki (Badan Pemusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) pada tanggal 13 Maret 1954, dimana pertemuan ini dihadiri oleh 44