CiKEAS Partai Amanat Nasional PERJANJIAN ARIAL 16

2009-05-13 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
Partai Amanat Nasional Perjanjian Arial 16
Partai Amanat Nasional merapat ke kubu Yudhoyono. Amien Rais dituding 
mengkhianati kesepakatan.

Sekali berarti, sudah itu mati 
(Chairil Anwar) 
  
KETUA Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir tentu tak lupa petikan sajak 
itu. Pertengahan tahun lalu ia menggunakan syair tersebut dalam billboard besar 
yang mempromosikan dirinya sebagai ketua partai. 
Pekan lalu isu ”kematian” itu santer terdengar: Soetrisno akan mundur dari 
kursi Ketua Umum PAN. ”Saya de­ngar begitu. Tapi saya sarankan agar ia tidak 
mengambil keputusan tersebut,” kata Abdillah Toha, anggota Majelis Pertimbangan 
Partai. 
Seperti Abdillah, Rabu pekan lalu, sejumlah pengurus PAN ju­ga berkerumun di 
rumah Soe­tris­no­ di Pondok Indah, Jakarta Selatan, untuk membesarkan hati 
sang tuan rumah. Tampak hadir sejumlah pengurus pusat dan kader partai dari 
Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Utara. Soetrisno sendiri enggan berbicara 
kepada pers. ”Bapak masih ingin istirahat,” kata Sunan Hasan, Koordinator Media 
Center Soetrisno Bachir. 
Pangkal soalnya adalah Rapat Kerja Nasional PAN di Yogyakarta, Sabtu dua pekan 
lalu. Rapat itu melahirkan­ dua keputusan pen­ting: PAN akan ber­koalisi dengan 
Partai Demokrat dan me­nyorongkan Wakil Ketua Majelis­ Per­timbangan Hatta 
Rajasa­ sebagai ca­lon wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. 
Nama Ketua­ Umum Soetrisno Bachir yang akan men­dampingi Prabowo Subianto dari 
Partai Gerindra tidak disebut sama sekali. 
Sejak awal, rapat yang digelar di Hotel Sheraton Yogyakarta itu penuh intrik. 
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amien Rais, 65 tahun, dan Soetrisno Bachir, 
52 tahun, beradu jurus. Amien mengusung ide koalisi PAN dengan Demokrat. Adapun 
Soetrisno ingin partainya bergandeng tangan dengan Ge­rindra. Soetrisno telah 
beberapa kali bertemu dengan Prabowo, dan Amien sudah pula menyambangi 
Yudhoyono. 
Sehari sebelum acara, Soetrisno men­datangi kediaman Amien di Peru­mahan Taman 
Gandaria, Jakarta Sela­­-t­an. Tampak hadir mendampingi Ketua Umum: Sayuti 
Asyathri (ketua), Ha­kam Naja (ketua partai dan panitia­ peng­arah rapat kerja 
nasional), dan Bam­bang Sudibyo (ketua dewan pakar). 
Misi mereka adalah meminta rapat kerja digelar di Hotel Sahid Jakarta. Selain 
itu, rapat diharapkan tidak mengambil keputusan koalisi. 
Soal tempat, kubu Soetrisno memilih­ Jakarta karena menganggap Yogya sebagai 
kawasan yang sudah ”dikuasai” Amien Rais. Sebaliknya, kubu Yogya meng­anggap 
Jakarta penuh ”amplop” yang bakal disebar pihak yang tak meng­inginkan PAN 
berkoalisi dengan Demokrat. 
Jalan tengah lalu ditawarkan Hakam Naja: rapat kerja pertama akan dilaku­kan di 
Yogyakarta, rapat berikutnya­ digelar di Jakarta seminggu kemudian. Baik Amien 
maupun Soetrisno diwajib­kan hadir pada kedua acara.. Amien Rais tak 
berkeberatan. ”Setuju,­ setuju,”­ kata Amien seperti dikutip­ sumber Tempo yang 
hadir dalam pertemuan itu. Soetrisno juga meng­angguk meski kubunya telah 
memesan tempat di Hotel Sahid dan telah mendatangkan sejumlah pengurus daerah. 
Seusai pertemuan, rombong­an Soetrisno­ balik ke Pondok Indah. Agar rapat kerja 
nasional yang kedua tak ditelikung, kubu Soetrisno­ mengonsep draf kesepakat­an 
yang rencananya akan diteken Amien dan Soetrisno. Di­tulis dengan huruf Arial 
berukuran 16, draf itu ber­isi lima butir kesepakatan. Dua butir pertama 
bersifat normatif: kedua pihak sepakat menjaga integritas partai dan setiap 
keputusan akan dida­sari kesepakatan antara ketua umum dan ketua majelis 
pertimbangan. 
Tiga butir sisanya: rapat akan diambil tanpa voting, rapat akan digelar dua 
kali dan dihadiri Amien dan Soetrisno, serta rapat Yogyakarta tidak akan 
menyebut nama kader sebagai calon wakil presiden. Artinya, partai akan 
memberikan kesempatan kepada setiap ka­der untuk dipinang sebagai calon wakil 
presiden oleh calon presiden mana pun. 
Selepas salat magrib, Sayuti Asya­thri, Hakam Naja, dan anggota Dewan 
Perwakilan Rakyat, Nasrullah, diutus untuk menemui Amien Rais. Di sana mereka 
sempat menunggu Amien yang sedang bersantap malam. 
Ditemani putranya, Hanafi Rais, Amien menemui ketiganya. Sayuti lantas 
membacakan satu per satu butir kesepakatan. Hakam dan Nasrullah lebih banyak 
diam. Ketika butir demi butir dibacakan, menurut sumber Tempo, Amien mengucap 
setuju. 
Sesaat kemudian, Sayuti mengeluar­kan pulpen dari saku kemejanya. Amien 
terkejut, lalu mengambil pulpen­ itu. ”Apa kamu tidak percaya kepada saya?” 
kata Amien. Yang ditegur tertawa kecut dan bilang, ”Pulpen itu mau saya kasih 
ke Pak Amien.” 
Amien mengembalikan pulpen itu dan mengutip sepotong hadis: ”Wa kafa billahi 
syahida, wa kafa billahi kafila (cukup Allah sebagai saksi dan sebagai 
penjamin).” Suasana makin tak enak saat Amien menutup pertemuan. ”Pak Sayuti, 
lihat pintu itu? Silakan keluar.” Ketiga utusan segera angkat kaki. 
Ditanyai soal insiden ini, Sayuti tak membenarkan dan tak menyangkal. ”Sa­ya 
tidak mau berkomentar menge­nai persoalan internal 

CiKEAS Perjalanan Yang Indah

2009-05-13 Terurut Topik muhamad agus syafii
Perjalanan Yang Indah

By: agussyafii

Pernahkah anda menikmati perjalanan yang indah bersama si buah hati dan anda 
menikmati disetiap langkahnya mengamati batu, bunga, daun, kambing, ayunan, 
monyet. Anak-anak mengarungi waktu dengan cara kita sebagai orang dewasa. Buat 
kita waktu berjalan begitu cepat seolah tanpa henti. Bahkan ada peribahasa, 
'berhenti berarti mati' peribahasa menggambarkan orang dewasa hampir tidak 
mengenal kata berhenti sehinga seringkali kita lupa bagaimana menikmati 
keindahan yang berada disekeliling kita.

Sementara waktu bagi anak-anak adalah ruang tanpa batas senantiasa baru, 
menyenangkan dan penuh kejutan. Itulah yang saya lakukan terkadang pagi atau 
sore, saya suka menikmati perjalanan yang indah bersama Hana. Pernah kami 
melewati pohon ada seekor monyet yang bergelantungan, Hana mengatakan, 'Ayah, 
lihat tuh ada temennya ayah..' Mendengar perkataan Hana rasa geli menahan 
tertawa tak bisa tertahankan.

Perjalanan kami begitu indah. Berkeliling kampung seperti sedang keliling dunia 
bagi Hana. Bagi Hana setiap tindakan, setiap perilaku hadir dengan keindahan, 
Kita, orang tua seringkali menatap kehidupan dengan berbagai persepsi yang 
seringkali kita penuh ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan. Alangkah indahnya 
kita juga menerima keindahan sebagai anak-anak. Dengan demikian kita merasa 
nyaman dan yakin bahwa keindahan, cinta, kebahagiaan itu memang ada dan nyata 
sebagai bagian dari rasa syukur kehadirat Alloh SWT.

'Sungguh, bila engkau bersyukur, sungguh akan Kutambah nikmat untuk mu' (QS. 
Ibrahim : 14) 

Wassalam,
agussyafii

--
jangan lupa program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, tanggal 17 Mei 2009, di 
Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, 
Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 
'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja 
sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila 
dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya 
menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada 
program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com, 
http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703  atau sms 087 
8777 12431
 




  

CiKEAS Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (1)

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=27731ses=

12 Mei 2009 11:32:12



Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (1)





Ajak Calon Mempelai Pria Pilih Gula atau Kopi
Mei hingga Agustus nanti, kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, seperti biasa, 
memasuki masa banjir wisatawan asal Timur Tengah. Ada yang sekadar berlibur. 
Tapi, tak sedikit pula yang ingin menikahi wanita lokal meski hanya untuk 
sementara. 

AGUNG PUTU ISKANDAR, Bogor 
-
RABU pagi itu (6/5) Suzuki APV berhenti di dekat Jembatan Cibeureum, kawasan 
Puncak, Cisarua, Bogor. Kedatangan mobil merah marun itu menarik perhatian para 
tukang ojek yang parkir di dekat jalan masuk ke kampung Gandamanah. Kaca tengah 
mobil itu lalu dibuka setengah. Dari jendela, tampak dua orang berambut dan 
berhidung khas Timur Tengah menoleh kiri kanan. 


Tak lama kemudian salah seorang tukang ojek mendatangi mereka. Setelah 
berbincang sebentar, kedua lelaki berusia 40-an tahun berpostur tinggi itu 
turun. Mereka lantas memasuki salah satu vila di pinggir jalan. ''Mereka sedang 
cari cewek (perempuan). Saya suruh mereka menunggu dulu,'' kata tukang ojek 
yang mengaku bernama Asep itu kepada Jawa Pos (Cenderawasih Pos Group).


Asep lantas kembali ke pangkalan ojek tadi. Dia lantas berbincang sebentar 
kepada dua tukang ojek koleganya. Asep dan dua temannya lantas menggeber 
motornya. Masing-masing bagi tugas ke jalan menanjak menuju kampung Tugu 
Selatan, Gandamanah, dan Warung Kaleng.  Transaksi kawin kontrak memang biasa 
dilakukan di pangkalan ojek. Banyak di antara pengojek itu yang saat banyak 
turis Timur Tengah tiba nyambi jadi calo. Mereka tersebar di beberapa pintu 
masuk kampung. Selain Gandamanah, mereka ada di kampung Warung Kaleng, Tugu 
Utara, dan Tugu Selatan. Hampir satu jam berburu, dua tukang ojek itu 
kembali. Salah seorang tukang ojek yang ke Warung Kaleng tiba lebih dulu. 
Wajahnya murung. Dia menggeleng. Wanita yang biasa kawin kontrak di Warung 
Kaleng sudah tidak ada. Tak lama kemudian, Asep yang ke Tugu Selatan pun tiba. 
Raut wajahnya hampir sama dengan tukang ojek sebelumnya. ''Payah, euy. Nggak 
ada barang,'' keluh Asep. 


Biasanya, kata lelaki asli Gandamanah itu, urusan itu bisa dia tangani sendiri. 
Tak perlu mengorder rekan tukang ojek lainnya. Dia sendiri sudah memiliki stok 
siapa saja yang bisa dikontrak. ''Sekarang, stok saya sudah banyak yang 
ditangkap polisi. Banyak yang dibawa ke Pasar Rebo (tempat panti sosial, 
Red.),'' keluhnya.
Akhir-akhir ini, Polres Bogor memang sedang gencar-gencarnya melakukan razia. 
Apalagi menjelang pemilu legislatif dan pilpres. Hampir tiap hari mobil patroli 
memasuki kampung-kampung. Pada Maret lalu, misalnya, petugas berhasil menjaring 
sekitar 20 wanita pelaku kawin kontrak. 


Operasi itu membuat para pelaku kawin kontrak tiarap. Asep mengaku kesal dengan 
banyaknya razia. Sebab, itu membuat stok berkurang banyak. ''Sekarang ini 
yang minta banyak, tapi barangnya nggak ada. Padahal ini masih Mei, belum Juni 
dan Juli yang datang semakin banyak,'' keluhnya. 
Mulai Mei hingga Agustus ini, kawasan Puncak memang diserbu para pelancong dari 
Timur Tengah. Masyarakat sekitar menyebut empat bulan masa peak season 
putaran uang di Puncak itu sebagai''Musim Arab''. Yakni, musim turis dari 
negara-negara Arab memadati kawasan dataran tinggi berbukit itu. Mereka 
biasanya pulang saat menjelang bulan puasa. 


Namun, para pelancong itu tidak hanya dari Arab Saudi. Mereka juga datang dari 
negara-negara Timur Tengah lain seperti Kuwait, Iran, dan bahkan (di luar Timur 
Tengah) Pakistan. ''Tapi, semua orang di sini menyebutnya ya orang Arab gitu 
aja. Nggak peduli mereka dari mana,'' ujar bapak satu anak itu. 
Para turis Timur Tengah itu tinggal di villa-villa sekitar kawasan Puncak. 
Biasanya, turis domestik menyewa vila selama satu hingga tiga hari. Namun, para 
turis Timur Tengah itu menyewa vila dalam jangka panjang: tiga hingga empat 
bulan. Nah, di sela-sela tinggal di kawasan vila itulah, beberapa dari mereka 
''mengisi'' waktu liburan dengan kawin kontrak. 


Untuk mencari calo kawin kontrak, tidak sulit. Kalau Anda bertampang ras 
kaukasoid atau sedikit berciri fisik Timut Tengah, Anda bahkan tak perlu 
bersusah-susah mencari mereka. Begitu menginjakkan kaki di bumi Puncak, 
beberapa calo akan mendekati Anda.  Bahkan, beberapa calo yang sudah 
profesional kini jemput bola dengan menghadang para tamu sejak di bandara 
Soekarno-Hatta. Mereka cukup menghafal kata dalam bahasa Arab yang maknanya 
adalah Puncak: Jabal. Mendengar itu, turis itu biasanya langsung mengangguk dan 
mengikuti sang calo. 


Karena tak paham bahasa asing, para calo cukup menggunakan bahasa Tarzan untuk 
menawarkan kawin kontrak kepada mereka. Malah, para turis yang sudah tahunan 
mengunjungi Puncak, sudah biasa dengan bahasa Indonesia pasaran. 



''Tapi orang yang seperti itu yang jarang ngasih uang lebih. Yang sering datang 
ke sini malah lebih pelit daripada yang baru pertama datang,'' ujar Asep.

CiKEAS Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (2)

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=27752



13 Mei 2009 18:30:19



Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (2)





Tunggu Suami Kontrak Balik karena Baru Dibayar Separo
Meski diiming-imingi duit jutaan hingga puluhan juta rupiah, tak semua wanita 
di Cisarua, Bogor, mau dikawin kontrak oleh para turis asal Timur Tengah. 
Bahkan, seorang PSK (pekerja seks komersial) pun tak langsung mau ketika 
ditawari. 

AGUNG PUTU ISKANDAR, Bogor

Namanya sebut saja Ani. Umurnya 25 tahun. Sehari-hari, dia adalah seorang PSK 
yang biasa mangkal di daerah Tugu Selatan, Cisarua. 
Kepada Jawa Pos ( Cenderawasih Pos Group) yang menemui di sebuah rumah biliar 
dan karaoke di daerah Cisarua, Ani mengaku sempat ditawari tetangganya untuk 
menjadi istri kontrakan seorang pria dari Timur Tengah. Aku nggak mau, Mas, 
katanya dengan intonasi sangat tegas.


Mengapa tidak mau? Banyak nggak enaknya. Uang yang diterima nggak sebanding 
dengan risiko yang harus dihadapi, tuturnya.
Apa yang dimaksud dengan risiko itu? Ani lantas menceritakan pengalamannya 
dicurhati beberapa temannya yang dikawin kontrak pria Timur Tengah. Mereka 
kebanyakan mengaku kewalahan dan kelelahan melayani pasangannya. Bahkan, ada di 
antaranya yang cerita sampai tersiksa lahir dan batin, paparnya. 


Ani menambahkan, kebanyakan wanita yang mau dikawin kontrak berumur 28-32 
tahun. Kalau masih muda seperti saya, banyak yang nggak mau, ujarnya. Meski 
pekerjaanku menjual diri, aku kan juga harus pilih-pilih pasangan. Apa artinya 
dapat uang banyak kalau jadinya malah sakit semua. Apalagi sampai tersiksa 
batin, tegas ibu dua anak tersebut. Cecep, salah seorang calo, menambahkan, 
memang tak mudah mencari wanita yang mau dikawin kontrak. Mereka yang menjadi 
istri kontrakan turis Timur Tengah, lanjut dia, harus siap fisik dan mental.  
Para istri harus selalu bersedia kapan pun dibutuhkan. Sebab, gairah para turis 
ras kaukasoid itu tak mengenal ruang dan waktu. Sekali pengen, harus langsung 
dikabulkan saat itu juga.


Berdasar pengalaman menjadi penjaga vila selama lima tahun, Cecep sering 
melihat para turis Timur Tengah itu memenuhi hasrat seksualnya di sembarang 
tempat. Pernah dia melihat mereka melakukannya di taman kompleks vila. 
Siang-siang lagi! Ya gituan, di depan umum. Tapi, bukan di depan umum di depan 
banyak orang. Di luar, tapi masih kompleks vila. Kami yang tahu ya ngelihat 
aja, ujarnya lantas tersenyum. Kalau di luar saja seperti itu, apalagi kalau 
di dalam kamar, imbuhnya.  Selain itu, kata Cecep, wanita yang menjalani kawin 
kontrak harus siap atas segala konsekuensinya. Sering tidak ada yang mau 
memperistri wanita yang selesai menjalani kawin kontrak. Lelaki Cisarua 
telanjur menganggap, secara fisik, wanita yang selesai menjalani kawin kontrak 
sudah rusak. Kalau sudah gitu, siapa yang mau? katanya. 


Akibatnya, kata Cecep, banyak di antara mereka yang akhirnya benar-benar 
menjadi pelacur setelah menjadi istri kontrak. Pelacur eks kawin kontrak itu 
pun tak beroperasi di daerah sekitar Puncak. Mereka lebih memilih kawasan 
remang-remang lain di Cisarua.
Kalaupun ada, citra wanita eks kawin kontrak dianggap jelek di dunia pelacuran 
Puncak. Pelacur seperti itu dianggap tak berkualitas dan sering mengecewakan 
pelanggan. 


Rabu malam lalu (6/5), Jawa Pos sempat membawa salah seorang wanita pelaku 
kawin kontrak ke sebuah vila untuk keperluan wawancara. Salah seorang penjaga 
vila yang juga mucikari sempat melihat wanita tersebut. Lelaki itu lantas 
mengirim SMS kepada Jawa Pos. Mas, bisa keluar sebentar? ungkap penjaga itu 
dalam pesan singkatnya.  Saat ditemui, mucikari tersebut menyatakan bahwa 
kualitas wanita yang dibawa tidak bagus. Ngapain Mas? Dia sering mengecewakan 
pelanggan. Dia itu mah, bekas wanita kawin kontrak. Saya bisa carikan yang 
lebih bagus, katanya setengah berbisik.


Dunia remang-remang juga penuh persaingan. Antara satu mucikari dengan yang 
lain merasa memiliki stok wanita lebih baik. Karena itu, begitu ada wanita eks 
kawin kontrak yang dibawa mucikari lainnya, hal tersebut menjadi bahan 
pergunjingan. Akibatnya, umumnya mucikari enggan menjadi mucikari para wanita 
eks kawin kontrak. Para pelaku kawin kontrak umumnya bukan penduduk asli 
Cisarua. Mereka biasanya berasal dari daerah lain di sekitar Bogor. Umumnya 
berasal dari daerah yang masih sejalur dengan kawasan Puncak. Di antaranya, 
Bandung dan Cianjur.


Tapi, tidak semua wanita yang dikawin kontrak punya cerita menyedihkan. Salah 
satunya dialami Dewi, sebut saja namanya demikian. Ibu dua anak tersebut 
mengaku sudah dikontrak menjadi istri seorang pria asal Iran untuk jangka empat 
tahun. Nilai kontraknya mencapai Rp 70 juta. 
Baru dua tahun ini berjalan, ujar wanita 28 tahun yang tinggal di Gandamanah 
tersebut kepada Jawa Pos saat ditemui di sebuah vila di Kampung Tugu Selatan, 
Puncak, Cisarua, Bogor, Rabu pekan lalu (6/5).


Dia lantas menceritakan, perkenalannya dengan pria asal Iran tersebut terjadi 
pada 2007. Namanya 

CiKEAS Ekonomi Neoliberal Mengancam

2009-05-13 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
Ekonomi Neoliberal Mengancam


TOLAK BOEDIONO - Mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim 
Indonesia (KAMMI) melakukan unjuk rasa di depan Kantor Komisi Pemilihan Umum 
(KPU), Jakarta, Selasa (12/5). Mereka menolak Boediono tampil sebagai cawapres 
pendamping SBY dalam pilpres mendatang. (Suara Karya/Andry Bey)

Rabu, 13 Mei 2009
JAKARTA (Suara Karya): Masa depan ekonomi nasional menjadi pertaruhan dengan 
tampilnya Boediono sebagai cawapres pendamping Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 
di arena pilpres mendatang. Sebab, Boediono dikenal sebagai figur penganut 
paham ekonomi neoliberal.

Artinya, jika pasangan SBY-Boediono tampil sebagai pemenang pilpres, ekonomi 
nasional niscaya makin jauh dan makin dalam berorientasi neoliberal. Kenyataan 
itu merisaukan karena ekonomi liberal sangat pro pasar dan menafikan 
kebijakan-kebijakan pro rakyat.

Demikian rangkuman pendapat ekonom Ichsanuddin Noorsy dan Direktur Institute 
for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika terkait 
isu cawapres pendamping SBY yang hampir pasti merujuk pada sosok Boediono. 
Mereka dihubungi secara terpisah, kemarin, di Jakarta. Ketua Umum Asosiasi 
Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi juga turut menyoroti isu ini.

Sementara itu, kemarin, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) 
menggelar aksi unjuk rasa di depan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta. 
Mereka tegas menolak Boediono tampil sebagai cawapres. Mereka menilai, sebagai 
figur yang dikenal berpaham ekonomi neoliberal, Boediono sulit diharapkan bisa 
membawa perbaikan terhadap kehidupan ekonomi nasional.

Menurut Ichsanuddin Noorsy, ekonomi nasional niscaya amburadul jika figur 
penganut paham ekonomi neoliberal seperti Boediono menempati posisi amat 
strategis dalam penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah. Terlebih lagi SBY 
sendiri kemungkinan besar memberi keleluasaan bagi pendampingnya dalam 
menggariskan kebijakan di sektor ekonomi.

Walhasil, jika SBY dan Boediono berduet sebagai capres dan cawapres--serta 
andai pasangan tersebut memenangi pilpres mendatang--kebijakan ekonomi nasional 
ke depan ini niscaya makin berorientasi neoliberal yang dikenal pro pasar. 
Pemerintah, kata Noorsy, sulit diharapkan menerapkan kebijakan-kebijakan pro 
rakyat.

Yang diuntungkan oleh kebijakan-kebijakan berorientasi neoliberal bukan rakyat 
Indonesia, melainkan kepentingan dan kekuatan ekonomi asing, ujar Noorsy.

Noorsy mengingatkan, selama ini saja hampir semua proyek besar di Indonesia 
dikuasai asing, sementara usaha yang dilakoni anak bangsa sulit sekali bisa 
berkembang. Itu terjadi karena kebijakan di sektor ekonomi nasional 
dikendalikan figur penganut ekonomi neoliberal di kabinet.

Jadi, jika kepemimpinan nasional ini diduduki duet SBY-Boediono, jangan pernah 
berharap kehidupan ekonomi yang diamanatkan konstitusi bisa tegak, kata Noorsy.

Menurut dia, dampak positif bagi dunia internasional akan lebih terlihat jika 
pasangan itu memimpin Indonesia. Pencabutan subsidi, perdagangan bebas yang 
aturannya diserahkan kepada pasar, serta tumbuhnya pasar uang dan pasar modern 
di Indonesia akan terjadi. Namun, bukan Indonesia yang akan menikmati hasil 
dari kebijakan yang terlihat positif tersebut, melainkan negara lain seperti 
Jepang dan Amerika Serikat.

Pasar Indonesia akan dipenuhi oleh barang-barang dari luar negeri karena 
karakter perekonomian neoliberalisme yang dianut Boediono yang secara otomatis 
akan menggerus pelaku usaha dalam negeri karena akan kalah bersaing, baik dari 
segi kualitas maupun harga, ujar Noorsy.

Hampir senada, Ahmad Erani Yustika menyatakan, duet capres-cawapres 
SBY-Boediono membuat roda ekonomi nasional sulit menjadi lebih baik dan 
menyejahterakan rakyat banyak. Saya meyakini pola ekonomi neoliberalisme yang 
dijalankan pemerintah selama empat setengah tahun terakhir akan berlanjut kalau 
saja duet SBY-Boediono tampil sebagai pemenang pilpres mendatang, ujarnya.

Menurut Yustika, di bawah pemerintahan SBY-Boediono, pertumbuhan ekonomi 
nasional hampir pasti tidak berpijak pada sektor-sektor padat karya dan 
tradable seperti pertanian. Konsekuensinya, masyarakat miskin akan makin 
miskin dan kelompok kaya bertambah kaya, katanya.

Di lain pihak, Sofjan Wanandi mengatakan, SBY dan Boediono tidak cocok 
berpasangan memimpin pemerintahan yang tengah menghadapi krisis global. 
Pasalnya, mereka berdua sama-sama lamban dalam mengambil keputusan maupun 
bertindak, di samping lembek dalam menghadapi tekanan asing.

Yang diperlukan sekarang ini adalah pemimpin yang berani mengambil kebijakan 
terobosan di bidang ekonomi untuk menghadapi tekanan krisis, kata Sofjan.

Menurut dia, saat dunia dihadapkan pada kesulitan akibat krisis global, 
Indonesia memerlukan duet pemimpin yang tangkas dan cepat dalam bertindak. Jika 
tidak, Indonesia niscaya ketinggalan dalam mengatasi krisis maupun dalam 
menyikapi perkembangan yang makin cepat.

Boediono sendiri, menurut Sofjan, hanya teknokrat yang tidak 

CiKEAS Fw: [cfbe] Siapa Bilang SBY Tak Gunakan Fasilitas Negara, Pejabat Negara Juga Dipakai

2009-05-13 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
--- On Wed, 5/13/09, Habe Arifin habeari...@yahoo.com wrote:
From: Habe Arifin habeari...@yahoo.com
Subject: [cfbe] Siapa Bilang SBY Tak Gunakan Fasilitas Negara, Pejabat Negara 
Juga Dipakai
To: jurnali...@yahoogroups.com
Cc: c...@yahoogroups.com
Date: Wednesday, May 13, 2009, 9:27 AM







Siapa Bilang SBY Tak Gunakan Fasilitas Negara?
 
SBY tak hanya menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. SBY 
bahkan menggunakan para pejabat  negara untuk kepentingan pribadinya. Bukti 
paling aktual adalah SBY menggunakan Hatta Radjasa, Menteri Sekretaris Negara, 
untuk mematangkan koalisi dengan PDI Perjuangan. SBY juga menggunakan Hatta 
Radjasa untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah partai koalisi Demokrat untuk 
menggodok nama Boediono bahkan mengumumkannya ke publik. SBY juga memfasilitasi 
pengunaan Wisma Negara (bukan wisma Cikeas) untuk meredam PPP, PAN, PKB dan PKS 
(tidak hadir) saat membahas nama Boediono yang ditentang oleh partai koalisi. 
 
SBY adalah ketua Dewan Penasihat Partai Demokrat. Hatta Radjasa adalah Wakil 
Ketua MPP Partai Amanat Nasional. Tak ada struktur komando antara Ketua Dewan 
Penasihat Demokrat dengan MPP PAN. Itu artinya, SBY menggunakan kewenangannya 
sebagai presiden untuk menggunakan pejabat negara (yang gajinya dibayar oleh 
rakyat) demi kepentingan pribadi: mencari cawapres, memperkuat koalisi 
Demokrat, meredam ancaman perpecahan sejumlah partai koalisi. 
 
Yang menjadi ironi adalah pernyataan-pernyata an Hatta Radjasa (juga sejumlah 
pejabat negara lainnya seperti Andi Mallarangeng) . Dalam setiap kesempatan 
Hatta mengaku sebagai utusan presiden. Utusan presiden untuk apa? Untuk 
melakukan komunikasi politik dengan Ibu Mega. Untuk menjalin koalisi, 
mematangkan nama cawapres SBY, dan sebagainya. Hatta juga selalu menyebut SBY 
sebagai presiden dalam urusan koalisi, cawapres, termasuk pertemuannya dengan 
PAN, PKB, dan PPP di Wisma Negara.
 
Andi Mallarangeng bahkan selalu menyatakan  urusan yang menentukan cawapres 
(SBY) itu merupakan hak presiden. Dalam menyusun kabinet, presiden memang 
memiliki hak untuk menentukan bawahannya. Tetapi, Presiden sama sekali tidak 
memiliki hak menentukan calon wakil presiden. Yang memiliki hak adalah calon 
presiden yang diusulkan partai. SBY hanyalah calon presiden yang diusulkan 
Demokrat. Ia sama sekali bukan presiden dalam konteks pilpres 2009, tetapi 
capres. statusnya sama dengan JK yang juga capres Golkar-Hanura.
 
Jadi, siapa bilang SBY tak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan 
pribadi? 
 
Dulu, di era orde baru, korupsi dilakukan di bawah meja. Di era reformasi, 
meja-mejanya juga dikorupsi. Dulu di era orde baru banyak pejabat negara 
menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Di era SBY, pejabat 
negaranya juga dipakai untuk urusan  keluarga sendiri, partai sendiri. 
 
salam
hb
 
 
 

[Non-text portions of this message have been removed]

















  

CiKEAS Puan Bantah TK Sakit Gara-gara Duet Mega-Prabowo

2009-05-13 Terurut Topik sunny
Refleksi : Kalau Megawati pilih TK sebagai wakil presiden,  TK  tidak akan 
sakit.. Tetapi  Mega mau  yang lebih mudah dan kuat anunya, maka tentu saja  
membuat jantung TK berdebuk-debuk dan terpaksa haru dilarikan ke rumah sakit.


http://pemilu.detiknews.com/read/2009/05/13/190835/1131007/700/puan-bantah-tk-sakit-gara-gara-duet-mega-prabowo


Rabu, 13/05/2009 19:08 WIB 


Puan Bantah TK Sakit Gara-gara Duet Mega-Prabowo 
Anwar Khumaini - detikPemilu


Jakarta - Konon sakitnya Taufiq Kiemas (TK) karena Megawati Soekarnoputri 
memilih Prabowo Subianto sebagai cawapres dalam Pilpres 2009. Namun hal itu 
dibantah Puan Maharani, putri TK dan Mega.

Ah nggak bener itu, kata Puan di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, 
Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/5/2009).

Puan yang saat itu didampingi Pramono Anung mengatakan, hingga kini ayahnya 
masih menjalani pemeriksaan intensif tim dokter di RS MMC, Jakarta. Namun dia 
mengaku belum tahu persis apa sakit yang diderita ayahnya.

Pak Taufiq kena apa, harus bagaimana dan harus berapa lama di rumah sakit kita 
belum tahu. Kita tunggu dulu hasil check-up, pungkasnya.

Kini, Taufik dirawat di ruang 301 RS MMC di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta 
Selatan. Dikabarkan, TK mengalami serangan jantung sehingga harus dipasangi 
alat pacu jantung.



CiKEAS Dukung Puan Maharani for Presiden/Wapres

2009-05-13 Terurut Topik Robert Sianturi
Semua usulan tergantung kepada Presiden SBY yang mempunyai hak prerogatif

Mau koalisi entah  jadi Wapres atau dikasih jabatan Menteri..

Keputusan mutlak ada pada presiden SBY sebagai pemimpin bangsa Indonesia

_

Dari: putra wardana pwardana2...@yahoo.com

Topik: Dukung Puan Maharani for Presiden/Wapres

Kepada: undisclosed receptions

Tanggal: Selasa, 12 Mei, 2009, 7:15 PM











  
  

Dukung Puan Maharani sebagai Presiden atau Wakil Presiden



Dalam situasi politik seperti ini, sebaiknya PDIP tahu diri dikitlah...

Jangan mencalonkan Prabowo atau Megawati sebagai Presiden



Karena jelas akan kalah..

Karena Presiden SBY adalah presiden yang dicintai rakyat



Yang sedikit banyak bisa mengimbangi adalah Puan Maharani

Karena dia adalah orang muda dan satu2nya kader Megawati

dan satu2nya kader keluarga Bung Karno (BK) Yang berkualitas. ..



Atau kita dukung langkah Bapak Taufik Keimas,

yakni PDIP tidak usah mencalonkan seorang Presiden

Apalagi mencalonkan Prabowo dari Gerindra, yang sangat tidak disukai Pak SBY..

Koalisi saja dengan Partai Demokrat... jelas dapat menteri

Terhormat bukan langkah Bapak Taufik keimas ini...

Dengan itu satu2nya kader muda yang berkualitas yang dipunyai oleh
generasi penerus BK, yakni Puan Maharani bisa mendapat posisi salah
satu menteri dan dengan itu selanjutnya bisa dipercaya sebagai Ketua
Umum PDI Perjuangan kedepan



Atau Dukung Puan maharani sebagai Wakil Presiden berduet dengan Pak SBY






  Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. 
Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com

CiKEAS (oot) What is your CONTRI to your COUNTRY?

2009-05-13 Terurut Topik Yudistira S. Aji
What is your CONTRI to your COUNTRY?
by Y.S. Aji Soedarsono
13 May 2009

Kira-kira tiga minggu yang
lalu, di atas busway, saya berkenalan dengan seorang ibu yang luar
biasa. Kami berkenalan dan langsung, tanpa saya tanya, dia menyatakan
umurnya, padahal menurut ilmu sopan-santun, adalah bijaksana untuk
tidak menanyakan umur kepada seorang lady. Dia menyatakan bahwa dia
lahir tahun 40-an, berarti sudah berusia 60-an tahun.

Rupanya,
dia adalah sarjana teknik lulusan sebuah institusi terkenal di Bandung.
Kemudian dia mengabdi di lembaga pemerintah yang mengurusi pengairan
dll. Pada tahun 1980-an, dia mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar
master di Delft, Belanda. Setelah lulus, kembali ke tanah air dan
melanjutkan pengabdian di lembaga tempatnya bekerja dulu. Kini, dia
sudah pensiun.

Setelah ngobrol sana-sini, sayapun bertanya,Wah hebat ya bu.. kalau begitu 
sudah banyak ya buku dan tulisan ibu?

Dengan serta-merta dia menjawab:
..

jawabannya si ibu ada di:

http://dreamsmarter.blogspot.com/
salam hangat

aji 
http://www.DreamSMARTer.blogspot.com/





  

CiKEAS (Not) Summary Of Reference

2009-05-13 Terurut Topik abe setiawan



End
User Development
Chanel
: science General
By
now, most people have become familiar with the basic functionality
and interfaces of computers. However, developing new or modified
applications that effectively support users' goals still requires
considerable expertise in programming that cannot be expected from
most people. Thus, one fundamental challenge for the coming years is
to develop environments that allow users who do not have background
in programming to develop or modify their own applications, with the
ultimate aim of empowering people to flexibly employ advanced
information and communication technologies.
The
present book is an effort to make many important aspects of the
international discussion on End-User Development (EUD) available to a
broader audience. It provides a unique set of contributions from
various research institutes in various countries addressing relevant
issues and proposing original solutions.



The
editors hope that this broad look at the emerging paradigm of
End-User Development leads you to appreciate its diversity and
potential for the future. And we look forward to having you, the
reader, the end-user of this book, contribute what you
can to the field, whether it is working on a system for EUD, or
simply achieving a better understanding of how EUD might fit into
your work and your life



Reframing
Organizations: Artistry, Choice, and Leadership
Chanel
: Leadership
In
this third edition of their best-selling classic, authors Lee Bolman
and Terrence Deal explain the powerful tool of reframing.
The authors have distilled the organizational literature into a
comprehensive approach for looking at situations from more than one
angle. Their four frames view organizations as factories, families,
jungles, and theaters or temples:
*The
Structural Frame: how to organize and structure groups and teams to
get results 
*The Human Resource Frame: how to tailor
organizations to satisfy human needs, improve human resource
management, and build positive interpersonal and group dynamics...Read 
More
 Klik : Read More




http://ariefbudi.wordpress.com   http://jalanku.multiply.com  
http://teknofood.blogspot.com
FaceBook : http://id-id.new.facebook.com/people/Arief-Budi-Setyawan/1663852032
  
...Bila engkau penat menempuh jalan panjang, menanjak dan berliku.. dengan 
perlahan ataupun berlari, berhenti dan duduklah diam.. pandanglah ke atas.. 
'Dia' sedang melukis pelangi untukmu..


  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

CiKEAS Humanisme Human

2009-05-13 Terurut Topik abe setiawan



Humanisme
Human



Manusia
diciptakan dari tanah. Namun, hal itu bukan berarti ia mahluk rendah.
Manusia masih mempunyai dimensi lain yang bukan tanah. Ia memiliki
fitrah atau ruh yang langsung diberikan Tuhan
(Al-Hijir, 19), (As Sajdah : 7, 8, 9); yang membuatnya menjadi mahluk
paling mulia, lebih unggul dari binantang bahkan malaikat.



Manusia
adalah mahluk yang sadar (berpikir), baik tentang dirinya sendiri
maupun lingkungannya. Tentang dirinya, maksudnya, manusia memiliki
pengetahuan budaya dalam nisbatnya dengan dirinya; hal mana yang
memungkinkan manusia mempelajari dirinya sebagai objek yang
terpisahkan; menarik hubungan sebab akibat, menganalisa,
mendefinisikan, menilai dan akhirnya mengubah dirinya sendiri. 




Sadar
lingkungan, maksudnya, manusia mampu memahami alam luar, menemukan
berbagai hal yang tersembunyi dari indera dan mampu menganalisa serta
mencari sebab-sebab dalam setiap fakta, tanpa terpaku pada hal-hal
yang bersifat inderawi. 




Di
sini, manusia bahkan mampu menembus batas-batas indera dan
merentangkan zamannya pada masa lalu dan masa yang akan datang; dua
masa yang ia sendiri tidak ada didalamnya, serta mampu menggambarkan
secara tepat, luas dan teliti tentang lingkungannya. Sebab itu,
manusia selalu berteknologi. Ia tidak pernah menyerah atau hanya
menerima apa yang ada, tetapi selalu berusaha mengubah
menjadi bagaimana seharusnya. Manusia adalah satu-satunya
mahluk yang mampu mengubah lingkungan, bukan sebaliknya. Ini salah
satu cirinya yang menonjol. Pascal pernah menyatakan,



“Manusia
sebenarnya tidak pernah menjadi sesuatu yang lain kecuali seonggok
daging yang tidak berarti. Sekadar virus kecil saja telah cukup untuk
membunuhnya. Akan tetapi, bila semua mahluk di bumi menyerangnya, ia
ternyata lebih perkasa dari mereka. Sebaliknya, bila alam ini diancam
manusia, mereka tidak menyadarinya. Artinya, kesadaran
--manusia—adalah essensi yang lebih tinggi ketimbang
eksistensinya.



Bukankah
Kami menciptakan kamu dari air yang hina (QS. 77: 20)



Apakah
manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertangungjawaban)? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?
(QS. 75 : 36 – 37)



Manusia
juga mahluk bermoral, sebab dalam dirinya memang terkandung unsur
lain bukan tanah. Unsur tersebut tidak punya entitas dalam alam
materi, sehingga tidak wujud dalam indera. Ia bukan realita. Ia
termasuk kesempurnaanideal yang ada dalam diri manusia
dan bersifat batiniyah, yang berhubungan dengan salah satu fenomena,
cara kerja dan situasi yang dihadapi. Jelasnya, unsur ini berhubungan
dengan sesuatu yang dikenal dengan nilai. Nilai
memberikan kepada manusia kemerdekaan yang disertai dengan keutamaan
essensial; kecintaan kepada sesuatu yang terbebas dari segala
tendensi. Karena potensi itulah, manusia kemudian dipercaya mengemban
amanat sebagai khalifah Tuhan di bumi. Ia diberi kebebasan sekaligus
tanggung-jawab. 




Maksudnya,
manusia diberi kebebasan untuk merencanakan, mengatur dan
mengembangkan tata kehidupan di bumi sesuai dengan kehendaknya yang
mandiri; namun di sisi lain juga dituntut untuk mampu
mengembangkan dimensi-dimensi lain yang ada dalam dirinya, sehingga
menemukan jati diri manusia yang sebenarnya. 




Dengan
kata lain, manusia diberi kebebasan untuk bertindak, tetapi pada saat
yang sama, ia juga harus mampu membuktikan bahwa dirinya benar-benar
manusia, sosok mahluk yang mengenal moral dan mempunyai kesadaran,
yang menyebabkan ia dipercaya sebagai wakil Tuhan.



Untuk
mencapai hal itu, tidak ada lain kecuali manusia harus mampu membawa
dan menggunakan separoh dari dirinya yang berasal dari tanah, untuk
mengembangkan bagian dirinya yang lain yang bersifat Ilahiyah.
Manusia harus mampu membentuk moral dan pikirannya, karena dimensi
inilah yang telah membedakan dia dari binatang. Caranya, dengan
mendekatkan diri dengan Tuhan. Sebab, Dialah nilai-nilai luhur
dan Yang Mutlak. Dialah yang telah meniupkan fitrah dalam
diri manusia. 




Karena
itulah, mengapa manusia kemudian harus beragama dan beribadah,
berfikir,
bertindak
dan berkelakuan sesuai dengan ajaran-Nya. Sementara Tuhan senatiasa
Mengatur alam semesta ini setiap detik, setiap saat yang  “….
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan
di bumi….”. Detak jantung ini, siapa yang mengaturnya? Oksigen
yang kita hirup, apakah kita pernah meminta? Semua diberikan dengan
cuma-Cuma. 




Anehnya
orang malu bicara tentang Tuhan, sedangkan kita juga lantang bicara
korupsi, prostitusi dan ‘kursi’ dengan tanpa malu.  Bukankah
Tuhan “….mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka….” ? (QS. 2 : 255)



Apakah
tanpa agama manusia tidak bisa memiliki moral yang baik? Mungkin.
Namun perlu diingat bahwa semua perbuatan, bahkan yang namanya
pengorbanan diri, mempunyai dan perlu justifikasi. Di sini,
justifikasi tidak mungkin selamanya berupa justifikasi natural dan
rasional. Perlu justifikasi lain yang yang bersifat normative. Itulah
norma-norma atau 

CiKEAS Robbery at Madinah mall

2009-05-13 Terurut Topik sunny
Refleksi: Koq ada perampokan i Medinah.

http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=122468d=13m=5y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom

Wednesday 13 May 2009 (18 Jumada al-Ula 1430)


  Robbery at Madinah mall
  Muhammad Abdullah | Arab News 

  MADINAH: Police are investigating a robbery case in a 
shopping mall in Madinah where more than SR400,000 was stolen from an office 
safe. 

  According to Madinah police spokesman Col. Abdul Muhsin 
Al-Radadi, investigators found no evidence of forced entry and that the crooks 
disabled the CCTV system before cracking the safe. Police suspect that one or 
more workers employed by the shopping center are involved, but after 
interrogating the men they were unable to narrow down on to anyone.
 
   
 


CiKEAS Dilema SBY Menggandeng Boediono

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.gatra.com/artikel.php?id=126022


Dilema SBY Menggandeng Boediono


Susilo Bambang Yudhoyono bakal menggandeng Gubernur BI, Boediono, sebagai calon 
wakil presidennya. Boediono, 66 tahun, bukan orang luar bagi PDI Perjuangan. 
Dia Menteri Keuangan pada era pemerintahan Megawati. Hubungan Boediono dengan 
Megawati cukup dekat. Ketika dipinang SBY untuk menjadi Menteri Koordinator 
Bidang Perekonomian (sebelum menjadi Gubernur BI), Boediono sowan dulu ke 
Megawati. ''Pak Boediono dan Bu Mega berteman baik,'' kata Tjahjo Kumolo, ketua 
Fraksi PDIP DPR RI.

Boleh jadi, langsung atau tak langsung, Boediono menjadi peretas jalan bagi 
upaya rujuknya Demokrat dengan PDI Perjuangan, yang merupakan ''partai 
oposisi'' sejak 2004. Di pemerintahan SBY, Boediono cukup diberi peluang. 
Terbukti, ia dicalonkan sebagai Gubernur BI dan lolos. Namanya terus melesat 
dan masuk daftar 19 nama cawapres SBY. Sebagai orang non-partai, Boediono 
dinilai kelak tidak berpotensi ''merecoki'' kinerja presiden.

Tanda-tanda Demokrat bakal berangkulan dengan PDI Perjuangan memang makin 
menguat. Menjelang pembatalan deklarasi cawapres SBY, Jumat malam pekan silam, 
tiga utusan PDI Perjuangan bertemu SBY. Mereka adalah Sekjen PDI Perjuangan 
Pramono Anung, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Tjahjo Kumolo, dan Puan Maharani, 
putri sulung Megawati Soekarnoputri.

Dalam kunjungan ke kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di 
Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat kali ini, Menteri Sekretaris Negara 
Hatta Rajasa mengakui, kedatangannya dalam rangka upaya komunikasi politik yang 
sedang dibangun kedua kubu. ''Ada komunikasi yang sangat baik antara saya 
sebagai utusan Pak SBY untuk melakukan komunikasi politik dengan Pak Taufiq, 
Ibu Mega, dan Mas Pram, demi sesuatu yang besar buat bangsa dan negara,'' 
ujarnya. Hatta yang juga tokoh Partai Amanat Nasional (PAN) ini diterima Ketua 
Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan Taufiq Kiemas dan Sekjen Pramono ''Pram'' 
Anung. Taufiq dan Pram mengutarakan hal senada.

Apa isi pembicaraan dalam pertemuan tertutup itu? Ini yang belum dibuka kedua 
kubu.

Partai papan tengah yang berkoalisi dengan Demokrat mengancam mencabut 
dukungan. Anis menyatakan kecewa lantaran kubu PKS hanya mendapat pemberitahuan 
dan tidak diajak bicara sama sekali soal itu. Apalagi, Boediono dinilai bukan 
pasangan ideal bagi SBY karena tidak punya basis massa dan tidak 
merepresentasikan figur Islam, seperti diharapkan massa pendukung partai papan 
tengah yang berasaskan Islam. Semasa Boediono menjadi pejabat, kebijakannya 
dinilai tidak pro-rakyat.

PKS (10,54% kursi) bersama PPP (6,96%), PKB (4,64%), dan PAN (7,5%) adalah 
partai papan tengah berasaskan Islam yang berkoalisi dengan Demokrat. 
Partai-partai ini telah meminta SBY mengajak mereka bicara terkait cawapres 
yang akan diusung Demokrat. Para petinggi partai-partai itu telah pula 
mengusulkan cawapres dari masing-masing partai, tapi dicuekin SBY.

Yang happy tentu saja kubu Partai Golkar dan Hanura. Adanya peluang memperoleh 
muntahan koalisi Demokrat itu disambut baik oleh pihak Golkar, yang resmi 
mengusung ketua umumnya, Jusuf Kalla (JK), berpasangan dengan Wiranto dari 
Partai Hanura sebagai capres-cawapres. ''Kami gembira jika mereka bergabung. 
Tentu lebih banyak lebih baik,'' kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Agung 
Laksono, kepada wartawan.

Maklum, dengan perolehan muntahan koalisi tadi, posisi pasangan JK-Wiranto 
dengan slogan ''lebih cepat lebih baik'' praktis akan kuat dalam ajang pemilu 
presiden nanti. Jika ini yang terjadi, Ray Rangkuti memprediksi, pasangan 
JK-Wiranto akan lebih pede bertarung dengan SBY-Boediono, yang notabene 
kehilangan sebagian pendukungnya.

Apakah koalisi Demokrat benar-benar akan pecah dan sebagian di antara partai 
koalisi itu bakal merapat ke JK-Wiranto?

Taufik Alwie, Bernadetta Febriana, Hidayat Gunadi, Anthony, dan Sukmono Fajar 
Turido
[Laporan Utama, Gatra Nomor 27 Beredar Kamis, 14 Mei 2009] 


CiKEAS Penegasan PDI Perjuangan

2009-05-13 Terurut Topik sunny
Refleksi : Apa saja keistimewaan Megawati untuk dijadikan presiden NKRI 
berwibawa?

http://www.gatra.com/artikel.php?id=126011


Penegasan PDI Perjuangan
Mega Tetap Capres

Jakarta, 13 Mei 2009 14:18
PDI Perjuangan tetap mendukung ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, sebagai 
calon presiden (capres) dalam pemilihan presiden (pilpres) 2009.

Kalaupun kita ingin ketemu dengan partai lain, untuk berkoalisi terbatas 
mengenai capres dan cawapres, opsinya Mega tetap capres, kata Ketua Fraksi PDI 
Perjuangan, Tjahjo Kumolo, ketika memberikan keterangan pers di halaman 
kediaman Mega di Jl Teuku Umar, Jakarta, Rabu (13/5).

Mengenai dukungan PDI Perjuangan terhadap Mega untuk tetap menjadi capres, 
Tjahjo menegaskan, PDI Perjuangan solid dalam pengambilan keputusan.

Sementara, mengenai adanya kemungkinan koalisi antara PDI Perjuangan dan 
Gerindra, Tjahjo menjelaskan, hubungan komunikasi antara kedua partai tetap 
terjalin. Dengan Gerindra kami akan terus membangun komunikasi menyamakan visi 
dan persepsi yang ada, katanya, sebelum mengikuti rapat internal DPP PDI 
Perjuangan tersebut.

Hingga saat ini, PDI Perjuangan tetap pada keputusan menunggu hasil akhir 
perhitungan suara pemilu legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan 
pemerintah memperbaiki Daftar Pemilih Tetap menjelang pilpres 2009. Tunggu 
saja tanggal mainnya! tegasnya.

Kan penutupan pendaftaran capres dan cawapres (calon wakil presiden) masih 
tanggal 16 Mei, demikian Tjahjo. [TMA, Ant] 



CiKEAS Mega Tetap Capres

2009-05-13 Terurut Topik sunny
Refleksi : Apa saja keistimewaan Megawati untuk dijadikan presiden NKRI 
berwibawa?

http://www.gatra.com/artikel.php?id=126011


Penegasan PDI Perjuangan
Mega Tetap Capres

Jakarta, 13 Mei 2009 14:18
PDI Perjuangan tetap mendukung ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, sebagai 
calon presiden (capres) dalam pemilihan presiden (pilpres) 2009.

Kalaupun kita ingin ketemu dengan partai lain, untuk berkoalisi terbatas 
mengenai capres dan cawapres, opsinya Mega tetap capres, kata Ketua Fraksi PDI 
Perjuangan, Tjahjo Kumolo, ketika memberikan keterangan pers di halaman 
kediaman Mega di Jl Teuku Umar, Jakarta, Rabu (13/5).

Mengenai dukungan PDI Perjuangan terhadap Mega untuk tetap menjadi capres, 
Tjahjo menegaskan, PDI Perjuangan solid dalam pengambilan keputusan.

Sementara, mengenai adanya kemungkinan koalisi antara PDI Perjuangan dan 
Gerindra, Tjahjo menjelaskan, hubungan komunikasi antara kedua partai tetap 
terjalin. Dengan Gerindra kami akan terus membangun komunikasi menyamakan visi 
dan persepsi yang ada, katanya, sebelum mengikuti rapat internal DPP PDI 
Perjuangan tersebut.

Hingga saat ini, PDI Perjuangan tetap pada keputusan menunggu hasil akhir 
perhitungan suara pemilu legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan 
pemerintah memperbaiki Daftar Pemilih Tetap menjelang pilpres 2009. Tunggu 
saja tanggal mainnya! tegasnya.

Kan penutupan pendaftaran capres dan cawapres (calon wakil presiden) masih 
tanggal 16 Mei, demikian Tjahjo. [TMA, Ant] 



CiKEAS Commandos dropped into Taliban headquarters

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=2009\05\13\story_13-5-2009_pg1_6



Wednesday, May 13, 2009


Commandos dropped into Taliban headquarters 
* Helicopters fly troops into Peochar valley 
* ISPR says 751 Taliban, 29 soldiers killed so far 
* 30 Taliban killed in Lower Dir


ISLAMABAD: In a major development in the military operation in Swat, army 
helicopters dropped soldiersinto the key Taliban stronghold of Peochar valley 
on Tuesday.

Their mission is to conduct search and destroy operations, Major General 
Athar Abbas told a news conference.

He said 751 Taliban and 29 soldiers have been killed in the operation in Dir, 
Buner and Swat so far.

Troops had achieved considerable success in Swat, Shangla, Lower Dir and 
Buner, he said, adding that the Taliban were on the run after new recruits and 
criminal supporters had deserted them.

A high value target, Ibne Aqil, who is the younger brother of Matta Taliban 
commander Ibne Amin, was also killed during the operation on Tuesday, he said.

Troops have encircled Banai Baba and started a search operation. Four Taliban 
were killed in a gunfight in Imam Dheri.

Meanwhile, 30 Taliban were killed when troops attacked their base in Gulabad 
area of Lower Dir, a private TV channel reported. sajjad malik/daily times 
monitor

CiKEAS Corruption Not Only Thing That Stinks in Court

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartaglobe.com/home/article/19708.html

May 13, 2009 

Nivell Rayda

Corruption Not Only Thing That Stinks in Court

The Anti-Corruption Court may be tough on the nation's corrupt elite, but there 
are certainly more than a few cracks in its structure.

Though one could be forgiven for denying enemies of the state pleasant 
surroundings before they are jailed, judges, prosecutors, lawyers, court staff 
and observers who attend the trials are now turning their noses up at the 
appalling condition of the court on Jalan Rasuna Said in South Jakarta.

People have long complained about the court's filthy condition, said Chandra 
Hamzah, the deputy for graft investigation and prosecutions at the Corruption 
Eradication Commission (KPK), on Wednesday. 

We want it to be more up to standard. We are working with the court to do 
something about it.

The head of the court, Judge Andriani Nurdin, said they would prioritize the 
upgrading of the courtrooms themselves, the bathrooms, witness waiting room, 
suspect holding room and prosecutors and judges offices.

We will have a brainstorming session [with the KPK next week] and by then we 
will know what to fix and how much we are planning to spend, the judge said.

The well-respected court is visibly run down, with cracked windows, crumbling 
partition walls, peeling wallpaper and dirty ceilings lined with cobwebs. Only 
the two court rooms and judges quarters have proper lighting while the rest, 
like the entrance lobby, are gloomy and dim.

The same cannot be said about the floors occupied by government workers, 
however, which are in much better shape.

Most visitors have opted to stay away from the court's toilets, the stench 
being unbearable with barely working plumbing and very little cleaning and 
maintenance.

I cannot even begin to describe the men's room, said Andi, a visitor who 
frequented the court accompanying one of the defendants. The floor is flooded 
with water, the bathroom has no door, the smell is unbelievable, cigarette 
butts clog the pipe, the walls are dirty. It's disgusting.

Another visitor, Salim, said he preferred to go to a cleaner bathroom on the 
fourth floor. I had a traumatic experience when an old lady entered the men's 
room, he said.

Salim was referring to a food vendor known to court staff as Emak, Indonesian 
for madam. Emak and her two assistants work at a stall on the second floor, 
next to the emergency stairs. Emak often uses the men's room to wash dishes - 
the only room which has running water
share_google.gif

CiKEAS Some truths about Palestinian Christians

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.jpost.com/servlet/Satellite?cid=1242029511696pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFull

May 12, 2009 22:50 | Updated May 13, 2009 21:28 
Some truths about Palestinian Christians
By SETH J. FRANTZMAN  
 




Palestinian and other Arab Christians are a perennial political football, 
especially with Pope Benedict XVI's visit to the Holy Land. Seen by some as the 
epitome of what happens to minorities under Islamist rule (when their shops are 
firebombed in Hamas-run Gaza), they are also continually used by the Western 
media to show how the Israeli security fence divides those in Bethlehem from 
Jerusalem. Even as their community shrinks they seem to get more and more 
attention. They were a centerpiece of Jimmy Carter's Palestine: Peace not 
Apartheid. 

 
Pope Benedict XVI gestures to worshippers as he leaves a mass in Manger Square, 
next to the Church of the Nativity, in Bethlehem, Wednesday.
Photo: AP

It is worthwhile therefore to consider a little about their recent history and 
dispel some of the myths that have grown up about them. A recent Time magazine 
article by Andrew Lee Butters notes that the creation of Israel has been a 
disaster for Christians in the Middle East. Many of the Palestinian refugees... 
were Christians. The flood of Palestinian refugees into Lebanon helped spark a 
civil war between Muslims and Christians there... the ongoing occupation of the 
West Bank [by Israel] is strangling the life out of those Christian communities 
that are left. 

The truth is quite different. There were roughly 150,000 Arab Christians in 
British mandatory Palestine on the eve of Israel's 1948 War of Independence. 
Some 75,685 fled the areas that became Israel, leaving 32,000 in Israel in 
1949, mostly in Nazareth, some villages in the Galilee and in Haifa, Acre and 
Jaffa. Family reunification and repatriation programs brought their numbers to 
39,000 by 1951. Most Christian refugees came from Jaffa, Haifa and West 
Jerusalem, and almost all of them fled before Israel declared independence in 
May 1948. 

In fact Ben-Gurion ordered the IDF to give special protection to Nazareth when 
it was seized on July 16: Those who penetrate into the city will fight 
valiantly against invaders and gangs wherever they resist; at the same time 
they will meticulously and conscientiously refrain from harming, despoiling or 
pillaging holy places. Christian villages in the Galilee, many of which are 
also shared with Druze, were given special protective treatment as well, and 
few were harmed by Israelis or abandoned by their Christian inhabitants. 

CHRISTIANS ACTUALLY benefited demographically from the creation of Israel, 
rising from 1 in 7 of the Arab population to 1 in 3 by the 1950s. Rather than 
being many of the refugees, they formed a small minority and fared much 
better than their Muslim counterparts. Most were middle class, educated and 
spoke foreign languages. Because of this, prominent Palestinian Christians such 
as the families of Edward Said and John Sanunu (Ronald Reagan's chief of staff) 
easily assimilated in the West. Their being overwhelmingly urban - in 1947 
115,000 lived in towns and cities - made them both vulnerable during the war 
and also made it easier to flee the fighting. 

Christian communities suffered most in the West Bank, where Muslim refugees 
were cynically settled in their midst. Thus Ramallah was 90% Christian before 
the war and contained only 5,000 inhabitants, while Bethlehem was 80% Christian 
and had only 9,000 inhabitants. By 1967 there were 16,000 people in Bethlehem, 
of whom only 6,400 were Christian, and Ramallah is a large Muslim city today

Lebanon was certainly harmed by the influx of Palestinian refugees, but its 
Christians were hurt primarily as a result of the 1970 Jordanian Civil War, 
after which Arafat's PLO created a state within a state in Lebanon and, in 
alliance with other Muslim militias, destabilized the country. Far from 
strangling the life out of Christian communities in the West Bank, where 
there are barely 50,000 Christians, access to Israel and its economy, education 
and medical facilities helped them. In contrast the Hamas victory in Gaza after 
the Israeli withdrawal hasn't made their life better. Compared to Christians in 
the Palestinian territories, the ones in Israel have flourished even though 
demographically they have declined to 2% of the population. 

THE OTHER SIDE of the story of Palestinian Christians is that they have had a 
long and hallowed role in Arab nationalism. Mathilda Moghannem, a Protestant 
Palestinian feminist, declared in January 1948 that Christians will become 
Muslims to defeat Zionism. 

George Habash, founder and leader of the communist terrorist PFLP, was a 
Christian, as was Yasser Arafat's wife. In the 1970s a Catholic Christian 
priest, Hilarion Carucci, was even convicted of running guns for the PLO. 

Palestinian Christians suffer periodic bouts of 

CiKEAS Genetically modified food can lead to horrendous changes in human body

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://english.pravda.ru/topic/GM-59


Genetically modified food can lead to horrendous changes in human body

Genetically modified food is connected with great economic concerns

It is generally believed that rats, cockroaches and cyanobacteria can survive 
any biological catastrophe. But recently, researchers have once again stated 
that there is a delayed action poison which can slowly kill even enduring 
rodents. 

Leading expert of the Russian Academy of Sciences' Institute for higher nervous 
activity and neurophysiology, Doctor of Biology Irina Yermakova, conducted an 
experiment on rats. The rodents are traditionally used for important 
experiments as they have morphology and biochemistry resembling the human ones. 
 

The experimental rats were given food containing genetically modified 
components. The rats survived during the experiment but their conduct seriously 
changed: they became nervous, anxious and even aggressive for no reason at all. 
The researcher discovered abnormal pathologic changes in the liver and 
testicles of the rats.

This is important that descendants of the experimental rats fed with GMF had 
really terrible problems. Alien components turned out to be lethal for little 
rats. Generally, all rats of one litter survive. But over 55 percent of 
experimental rats' babies were born dead or died soon after they came to the 
world. At that, their death was really agonizing, they were found with their 
intestines swollen. Other new-born rats had really weak health. At the same 
time, mothers did not reveal their motherly instinct actively.  

Similar experiments were conducted on other animals and fixed approximately the 
same results. So, the experiments reveal that transgenes are very poisonous for 
descendants and are in fact a delayed action biological weapon.

There are opponents and supporters of genetically modified foodstuffs. At that, 
people need to know that transgenic products are very profitable. This in its 
turn means that genetically modified foodstuffs are connected with great 
economic concerns. 

Those who support cultivating of transgenic plants and production of products 
with genetically modified components say that these components proved to be 
safe as a result of large-scale researches. But the Greenpeace international 
non-governmental organization disagrees with these statements. Greenpeace 
states that research institutions that allegedly prove safety of 
genetically-modified components cannot provide accurate information about 
transgenes' safety and even debar people from getting acquainted with such 
information. 

There is still no reliable information proving the danger of transgenes for 
humans, but the tragedy of experimental rats is really alarming. Russians 
undoubtedly have the right to know if products contain genetically modified 
components and decide themselves if they will include them into the everyday 
ration or not. But it is important that unfair producers must not deceive 
customers about the content of their products. 

According to the recent data of the Russian Opinion Poll Center, over 95 
percent of Russians prefer products free from transgenic components even when 
they cost more. Majority of parents are absolutely negative as concerning 
genetically modified components in baby and kids food. 

Today, Russia has no unified system of marking products containing genetically 
modified components. It means that even when producers claim they use no 
genetically modified components they may still do it and deceive customers. 

Greenpeace activists initiated an independent research aimed to find out if 
products marked as containing no transgenic components contain genetically 
modified components or not. In the framework of the research, experts studied 
sausage produced in large cities of Russia, crab sticks made in the Kaliningrad 
Region and China, potato mash and evaporated milk formulas produced by Russian 
subsidiaries of foreign companies. Out of the 42 tested products 18 proved to 
be containing no transgenic components, 6 products contained just hundredths of 
genetically modified components, and 10 products fixed not more than 1.33 
percent of genetically modified components. But 6 sorts of sausage and crab 
sticks fixed too high content of transgenic components. 

Greenpeace reported the results of the experiment in the middle of October; it 
is not ruled out that the situation is that distressing in Russia in general. 
The results of the Greenpeace experiment seem to be today the only reliable 
guide for choosing safe products free from transgenes. Today, when Russian 
stores offer a great variety of products and Russians have a chance to choose, 
everyone should remember the fate of the experimental rats fed with transgenes 
and eat food which is safe for health


CiKEAS Susilo Bambang Yudhoyono running mate Boediono has Aussie links

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,25475261-2703,00.html

Susilo Bambang Yudhoyono running mate Boediono has Aussie links

Stephen Fitzpatrick, Jakarta correspondent | May 14, 2009 

Article from:  The Australian 
THE man almost certain to become Indonesia's next vice-president, central bank 
chief Boediono, has a well-established history in Australia that will deepen 
relations between Canberra and Jakarta.

Susilo Bambang Yudhoyono plans to announce tomorrow night the 66-year-old 
technocrat as his running mate for presidential polls in July. 

Dr Boediono, who spent his student years in Perth, Melbourne and Canberra in 
the 1960s and 70s, was a wonderful choice for the position despite being the 
world's most unlikely politician, close friend and fellow economist Hal Hill, 
from the Australian National University, said yesterday. 

It's important for what it says about SBY's strengths, the fact that he 
doesn't have to horse-trade so much, Professor Hill said, using Mr Yudhoyono's 
popular nickname. 

The key message is that SBY had a wide menu of choices, including figures such 
as (the former ruling Golkar party's) Akbar Tandjung, but he's gone with 
Boedi. 

Professor Hill said Dr Boediono, who has a reputation for incorruptibility, was 
important in Indonesian public life because he has held every significant 
economic post in the country and he's the only major one who straddles the 
Suharto to post-Suharto eras. He can talk on almost any economic issue and he 
will be listened to by any faction. 

He's technically proficient, he's never made a mistake, and he's one of the 
tiny number of Indonesian economists who are known internationally. 

After playing senior roles in the central bank, Bank Indonesia, during the 
final years of the Suharto government, Dr Boediono was planning minister under 
BJ Habibie from 1998 to 1999, finance minister under former president Megawati, 
and then elevated to the post of co-ordinating minister for the economy in 2005 
by Mr Yudhoyono. 

He was made central bank governor a year ago, with equally capable fellow 
technocrat Sri Mulyani Indrawati stepping in to the economy role on his 
departure. That pair's reform-driven partnership is set to continue if, as 
seems apparent, Mr Yudhoyono and Dr Boediono win presidential elections set to 
begin with a first round of voting on July 8. 

The choice of Dr Boediono has shattered the Indonesian political establishment, 
cementing the President's reformist credentials at the same time as it leaves 
the various groups opposing Mr Yudhoyono's Democrat Party little room to move. 

Chief among these are the former ruling Golkar Party, which will stand 
Vice-President Jusuf Kalla as its candidate alongside retired general and head 
of the People's Conscience Party, Wiranto. 

Two other key players in the battle, the Indonesian Democratic Party for 
Struggle's Ms Megawati and retired general Prabowo Subianto, from the Greater 
Indonesia Movement, are each now mopping up coalition partners in an attempt to 
present a credible challenge to the Democrats by the time nominations close on 
Saturday. 

Likely coalition partners for Mr Yudhoyono's tilt at a second term in 
government were yesterday also in disarray over the announcement, claiming they 
would not support his party in the house unless they won concessions. 

Each of them had been hoping Mr Yudhoyono would select one of their own as his 
running mate. However, they might have to settle for the crumbs of a few minor 
cabinet posts, after the Democrats won more than 25 per cent of the vote in 
April's parliamentary elections. 

Political scientist Arbi Sanit, from the Indonesian Institute of Sciences, said 
the ascent of Dr Boediono to the presidential ticket demonstrated Dr 
Yudhoyono's long-term thinking and would help the country find a way out of 
the global crisis. 

Professor Hill said the appearance of such a prominent Australian alumnus at 
the top of the Indonesian political tree was a good omen for bilateral 
relations. 

Although his PhD was from the University of Pennsylvania, Dr Boediono spent a 
year of that period writing his thesis at the ANU, as well as gaining 
undergraduate and master's degrees in economics at the University of Western 
Australia and Monash University respectively, and working for some years in the 
late 1970s as a research assistant at the ANU. 

If things ever get a bit derailed, it means better access, for one, Professor 
Hill said. Australia is the biggest provider of offshore tertiary education to 
Indonesia, and we are now seeing the dividend of that.


CiKEAS Di Bawah Kuasa Orde Baru

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0905/13/opi01.html


Di Bawah Kuasa Orde Baru
Oleh
Saidiman

Robert A Dahl, ilmuwan politik terkemuka, pernah mengemukakan bahwa demokrasi 
yang selama ini kita saksikan bukanlah praktik demokrasi yang sebenarnya 
seperti yang selalu dibicarakan para pemikir dan filsuf. Praktik demokrasi yang 
ada saat ini, di mana pun, hanyalah poliarki. Poliarki, dalam definisi Dahl, 
adalah sebentuk sistem di mana kekuasaan publik selalu berputar di kalangan 
elite saja, tidak pernah benar-benar memberi kesempatan kepada semua orang 
untuk juga berkompetisi dalam perebutan kekuasaan bersama para elite. Sirkulasi 
kekuasaan yang hanya ada pada para elite itu disebabkan terutama hanya para 
elitelah yang memiliki sumber daya.

Realitas politik yang terjadi di Indonesia sekarang ini kembali membuktikan 
teori Dahl tersebut. Wacana mengenai calon presiden dan wakil presiden tidak 
keluar dari lingkaran elite yang memang sejak awal dekat atau berada pada 
lingkaran kekuasaan. Bahkan, kandidat-kandidat presiden dan wakil presiden 
terkuat adalah anak-anak langsung dari para mantan penguasa. Megawati 
Soekarnoputri adalah anak mantan penguasa nomor satu negeri ini, Soekarno. 
Susilo Bambang Yudhoyono adalah anak dan menantu petinggi militer dan jenderal 
yang juga sangat berkuasa pada masa Orde Baru. 

Jusuf Kalla adalah anak juragan terkemuka yang mendominasi perniagaan di 
Indonesia Timur, Haji Kalla. Sultan Hamengku Buwono X adalah anak dari Raja 
Jawa Sultan Hamengku Buwono IX yang juga mantan wakil presiden. Prabowo 
Subianto adalah anak arsitek ekonomi Orde Baru, Soemitro Djojohadikusumo, dan 
mantan menantu Jenderal Besar Soeharto. Wiranto adalah mantan Panglima Tentara 
Nasional Indonesia (TNI). Hampir tidak ada nama baru dalam perebutan kursi 
nomor satu dan dua politik Indonesia. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andi Faisal Bakti di Kabupaten Sengkang 
Sulawesi Selatan, Kekuasaan Keluarga di Wajo, Sulawesi Selatan (2007), 
menemukan bahwa perubahan sistem politik masyarakat Sengkang tidak mengubah 
struktur kekuasaan. Para raja dan keluarganya yang berkuasa pada masa kerajaan 
terus mewariskan kekuasaan itu di dalam masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde 
Reformasi. Sistem memang terus berubah, namun kekuasaan terus berputar di 
kalangan elite keluarga raja yang sejak dulu memang berkuasa. Penelitian itu 
memperlihatkan bahwa mulai dari bupati, Ketua DPRD, ketua-ketua instansi 
pemerintah, sampai para camat dan desa/kelurahan hampir semuanya adalah 
keluarga raja atau paling tidak mereka yang loyal terhadap struktur kekuasaan 
politik keturunan raja. 

Arena Para Mantan Penguasa Orba
Fakta ini menjelaskan bahwa sesungguhnya pengaruh kekuasaan para raja dan 
keturunannya di pelbagai wilayah di Indonesia masih sangat dominan. Dominasi 
kekuasaan para raja itu dibaca dengan baik oleh elite semacam Susilo Bambang 
Yudhoyono yang mengumpulkan para raja Nusantara beberapa saat sebelum pemilu 
legislatif. Pencalonan diri Sultan Hamengku Buwono sebagai presiden sampai saat 
ini adalah salah satu ancaman serius Yudhoyono pada perebutan kursi nomor satu 
pada Pemilihan Umum Presiden 2009. 

Penjelasan utama yang bisa diberikan adalah bahwa penguasaan sumber daya 
menjadikan para elite terlalu susah untuk ditumbangkan. Yang paling mungkin 
dilakukan adalah pergantian sistem. Tetapi, kekuasaan akan tetap dan selalu 
berputar di lingkungan elite yang sebelumnya memang merupakan penguasa.

Banyak aktivis yang menyesalkan capaian reformasi di mana para aktor kekuasaan 
Orde Baru kembali menjadi pemain-pemain utama dalam kancah politik nasional. 
Hampir tidak ada celah bagi kekuatan lain di luar kekuatan mantan pendukung 
Orde Baru yang sekarang bersaing memperebutkan kursi-kursi kekuasaan. Sejumlah 
mantan jenderal, yang pada masa Orde Baru merupakan pendukung utama jalannya 
kekuasaan tangan besi pemerintah, sekarang bersaing ketat memperebutkan posisi 
presiden dan wakil presiden. Tidak heran jika kemudian muncul sejumlah 
kesimpulan dengan nada menyesal bahwa reformasi bukan hanya mengembalikan 
kedaulatan rakyat, melainkan menciptakan arena bagi para mantan penguasa di 
masa Orde Baru untuk bersaing sendiri atas nama kedaulatan rakyat. 

Sekali lagi, yang paling mungkin menjelaskan fenomena ini adalah pada 
penguasaan sumber daya yang begitu besar dan tak mampu ditandingi sedikit pun 
oleh kekuatan politik alternatif di luar gerbong Orde Baru.


Rakyat Tidak Diberi 
Pilihan Lain
Pertanyaannya, di mana kekuatan reformasi yang dulu demikian gegap gempita 
menuntut perubahan? Amien Rais, yang disebut-sebut sebagai tokoh reformasi, 
tanpa tedeng aling-aling memberikan dukungan kepada Susilo Bambang Yudhoyono, 
salah satu jenderal Orde Baru. Amien Rais bahkan mendorong partainya, Partai 
Amanat Nasional (PAN), untuk bersekutu dengan partai besutan Yudhoyono, 
Demokrat. Anehnya, PAN adalah partai yang dilahirkan oleh para intelektual 
pro-reformasi. 

Tokoh gerakan pro-demokrasi di masa Orde 

CiKEAS Demokrasi Indonesia Masih Bayi

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/05/14/brk,20090514-176153,id.html

Demokrasi Indonesia Masih Bayi

Kamis, 14 Mei 2009 | 01:30 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta: Reformasi yang telah berjalan menuju 11 tahun, 
menurut budayawan Goenawan Muhammad, masih bayi untuk menjadi Demokrasi dan 
bukan oligarki. Dibandingkan Perancis, kita masih bayi, ungkap Goenawan 
Mohammad dalam peluncuran Buku Demokrasi dan Kekecewaan di Komunitas Salihara, 
Jakarta, Rabu Malam(13/5) 

Berbicara demokrasi, katanya, tanpa melibatkan minoritas tertindas sama saja 
tak memeliharanya. Demokrasi harus sensitif melihat yang lain, urai Goenawan. 
Ia memisalkan partai Islam yang mengusung demokrasi tapi melibaskan aliran 
sempalan, bisa dianggap tak layak menyandang demokrasi sebagai ideologinya. 
Komitmen dalam demokrasi, Goenawan melanjutkan, adalah perjuangan tanpa merusak 
yang sudah ada.

Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara A. Setyo Wibowo mengingatkan 
demokrasi di Indonesia kini tak lebih dari oligarki (beberapa orang yang 
berkuasa). Reformasi yang berjalan, lanjutnya adalah oligarki semisal dinasti 
Gus Dur, Dinasti SBY, bahkan sekelompok orang pemilik badan-badan survei. 

Kaum ini selalu mengajari kita mengenai demokrasi, jelas Setyo Wibowo, dan 
persis itu yang harus dilawan.  Perlawanan ini dengan dalih kesetaraan semua 
orang. Semua orang, wajib mengkritisi kebijakan yang dibuat, ujar Wibowo.

Arianto A. Patunru dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas 
Ekonomi Universitas Indonesia menyarankan untuk percaya saja demokrasi yang 
masih bayi ini. Biarkan demokrasi bergerak, harapnya. Asalkan pergerakannya 
tidak terlalu liar.

Tapi sayangnya,kata Arianto, masih jarang masyarakat yang percaya pada 
demokrasi tanpa menjadi fanatik. Ia mengingatkan, akibat kepercayaan yang 
berlebihan, maka kalau gagal, akan timbul kekecewaan besar.


DIANING SARI 


CiKEAS Re: Robbery at Madinah mall

2009-05-13 Terurut Topik Peter Amburadul
Mending ke Vatikan, belum ada rampoknya.

--- In CIKEAS@yahoogroups.com, sunny am...@... wrote:

 Refleksi: Koq ada perampokan i Medinah.
 
 http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=122468d=13m=5y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom
 
 Wednesday 13 May 2009 (18 Jumada al-Ula 1430)
 
 
   Robbery at Madinah mall
   Muhammad Abdullah | Arab News 
 
   MADINAH: Police are investigating a robbery case in a 
 shopping mall in Madinah where more than SR400,000 was stolen from an office 
 safe. 
 
   According to Madinah police spokesman Col. Abdul Muhsin 
 Al-Radadi, investigators found no evidence of forced entry and that the 
 crooks disabled the CCTV system before cracking the safe. Police suspect that 
 one or more workers employed by the shopping center are involved, but after 
 interrogating the men they were unable to narrow down on to anyone.





CiKEAS Analis: Neoliberalisme Boediono purukkan bangsa

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_contenttask=viewid=87529Itemid=82


  Analis: Neoliberalisme Boediono purukkan bangsa  
  Wednesday, 13 May 2009 23:29 WIB  
  FAZAR BAKTI
  WASPADA ONLINE

  JAKARTA - Terpilihnya Boediono sebagai calon wakil presiden (cawapres) 
yang akan mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden 
(pilpres) Juli ini, tak pelak  akan membuat SBY dan partainya di cap sebagai 
pengumbar tiket cawapres kepada semua partai politik peserta koalisi Cikeas.

  Tidak hanya itu, beberapa kalangan juga mengganggap SBY telah salah dalam 
memilih calon pendampingnya untuk lima tahun ke depan. Sebenarnya apa yang 
salah dengan sosok Boediono?

  Analis politik dari Universitas Indonesia (UI), Dadang Darmawan 
memberikan tanggapannya. Dengan pertimbangan dan kewenangan SBY yang 
memposisikan  Boediono sebagai cawapresnya,  maka akan ada harapan dan reaksi 
pasar pada elektabilitas pasar internasional  yang menuju neoliberalisme 
mutlak papar Dadang.

  Kata dia, hal tersebut justru akan menimbulkan kecemasan akan nasib 
perekonomian Indonesia ke depannya. Ini membuat  kita khawatir, kalau-kalau 
nanti di dalam pemerintahan tidak ada lagi keseimbangan, karena figur 
SBY-Boediono cenderung  menganut paham ekonomi neoliberal, yang sangat 
bertentangan dengan paham ekonomi kerakyatan. Nanti malah-malah, bangsa kita 
yang akan terperosok karena paham ini jelas dosen ilmu politik ini.

  Ia menilai, hal itu juga yang menjadi penyebab banyaknya pihak yang 
kurang respect terhadap sosok Boediono. Boediono berasal dari kaum teknokrat, 
bukan politisi. Jadi ia tidak pernah berkeringat dalam kancah politik, sehingga 
kurang berpengalaman dalam 'lobi-lobi' di parlemen.

  Menurut Dadang, Boediono terlalu modern dan pandangannya akan banyak 
bertentangan dengan kalangan religius. Wajar jika kepemilihannya ramai-ramai 
ditentang oleh kalangan parpol ungkap Dadang.

  Dadang berharap, idealnya dalam pemerintahan yang akan dibangun kelak, 
ada keterwakilan umat religius dan nasionalis. Agar tidak menimbulkan 
kerawanan nantinya, kata dia malam ini kepada Waspada Online. 
printButton.pngemailButton.png

CiKEAS Politik Elitis dan Neofeodal

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://batampos.co.id/Opini/Opini/Politik_Elitis_dan_Neofeodal_.html

Rabu, 13 Mei 2009 

  Politik Elitis dan Neofeodal  
 
  Tomy Su 
  Koordinator Masyarakat Pelangi Pecinta Indonesia, Tinggal di Perth, 
Australia 


  Wacana publik pascapemilu 9 April 2009 bisa dikatakan lebih didominasi 
wacana koalisi antarparpol guna menentukan capres atau cawapres dalam pilpres 
yang digelar 8 Juli 2009 mendatang. Berbagai kemungkinan koalisi mengemuka 
pasca bercerainya Partai Demokrat yang mendukung SBY dengan Partai Golkar yang 
kini sudah menetapkan JK sebagai capres. Politik sebagai seni dari segala 
kemungkinan, seperti bunyi sebuah adagium, sedang kita saksikan hari-hari ini. 


  Meski ada beragam kemungkinan, tujuan akhir politik tetaplah bagaimana 
bisa meraih kekuasaan. Menurut filsuf politik Alexander Moseley (2006), 
kekuasaan adalah tujuan utama tindakan politik. Kita akan melihat apakah SBY 
tetap keluar sebagai pemenang dalam kompetisi politik? Atau akan ada capres 
kuda hitam yang bisa menggusur SBY dari kursi RI 1? 


  Memprihatinkan 


  Namun, ada yang memprihatinkan dalam kancah perpolitikan nasional 
akhir-akhir ini. Setelah suara rakyat bisa mendongkrak atau mengatrol posisi 
partai atau caleg tertentu, kini tampak menonjol betapa praksis politik kita 
masih sangat bercorak elitis. Kehidupan dan masa depan bangsa seolah hanya 
diatur, dikelola, atau diserahkan kepada beberapa gelintir elite politik yang 
kebetulan parpolnya meraih suara signifikan. 
  Parahnya lagi, fakta juga memperlihatkan terlalu bergantungnya partai 
politik kepada tokoh tertentu, yang jelas merupakan bentuk baru feodalisme 
(baca neofeodalisme). Neofeodalisme semacam ini jelas tidak bagus untuk 
perkembangan demokrasi dan masa depan politik nasional. 


  Simak saja kemenangan Partai Demokrat yang jelas tidak bisa dipisahkan 
dari figur SBY. Mustahil Partai Demokrat mengalami kenaikan sampai 300 persen 
jika SBY tidak duduk sebagai ketua dewan pembinanya. 


  Namun, bergantungnya parpol kepada tokoh itu bukan hanya terjadi pada 
Partai Demokrat. Simak, betapa PDIP masih amat bergantung kepada sosok 
Megawati, Hanura kepada Wiranto, dan Gerindra kepada Prabowo Subianto. 


  Seorang teman Tionghoa yang nyaleg dan habis Rp 3 miliar juga berkisah, 
mekanisme suara terbanyak pun masih bisa disiasati dalam pemilu legisltatif 9 
April silam. Suara caleg-caleg yang tidak dikehendaki maju ke Senayan bisa 
diberikan kepada caleg lain agar bisa lolos ke Senayan sesuai kebijakan dan 
ketentuan internal partai. 


  Kalau dirunut, politik bergantung kepada tokoh itu memang punya akar 
dalam sejarah yang panjang. Sejak Orba, parpol-parpol mengalami pemandulan 
karena parpol selalu dicurigai penguasa. Kita tentu masih ingat bagaimana 10 
parpol pada Pemilu 1971 harus disederhanakan (fusi) ke dalam tiga parpol. 


  Jelas parpol yang masih amat bergantung kepada tokoh atau elite tertentu 
akan mengalami masalah regenerasi ke depan. Pasalnya, sangat mungkin terjadi 
ketika sang tokoh tiada, keberadaan dan keberlangsungan parpol juga berakhir 
dari panggung politik nasional.
  Di negara-negara maju seperti Australia, parpol modern dikelola dengan 
prinsip egalitarianisme sehingga kaderisasi terus dilakukan. Kebergantungan 
kepada figur sentral partai nyaris tidak ada. Bandingkan dengan mayoritas 
parpol di Indonesia yang lebih mengedepankan figur yang kuat untuk mendongkrak 
perolehan suara secara cepat.

  Birokrasi 


  Corak elitis atau neofeodalistis itu, kalau mau dikaji, sebenarnya memang 
tidak hanya memonopoli kancah perpolitikan nasional atau kehidupan parpol 
semata. Corak demikian masih kuat mengakar di beragam bidang kehidupan kita. 
Simak saja di jajaran birokrasi kita, semakin tinggi jabatan seseorang, justru 
semakin kurang melayani publik. Hanya yang berpangkat rendah yang disuruh 
menemui rakyat jelata. Hanya rakyat yang tampak punya status sosial tinggi yang 
disambut dengan antusias. 


  Dalam dunia pendidikan, kita pernah dibuat mengelus dada akan praktik 
jual beli ijazah atau gelar palsu, seperti pernah di-blow up koran ini beberapa 
waktu lalu. 
  Kadang penulis mengelus dada setiap melihat pejabat tinggi, bahkan dari 
jajaran kepolisian, saat turun dari mobil atau ketika sedang mengadakan 
kunjungan kerja, masih harus dipayungi seperti seorang raja di masa silam. 


  Parahnya lagi, dalam birokrasi yang bercorak elitis dan neofeodalis, 
stabilitas terwujud bukan karena sistem tersebut rasional, efisien, dan adil, 
tetapi lebih disebabkan oleh berbagai modus KKN yang merekatkan berbagai 
kelompok kepentingan di sekitarnya. Menurut Max Weber, fenomena semacam itu 
disebut patrimonialisme, yang setara dengan neofeodalisme. Bila praktik 
birokrasi masih bercorak demikian, bisa dijamin negara atau suatu bangsa akan 
sulit meraih kemajuan.  Karena itu, di tengah beragam wacana politik yang 
berkembang saat ini, para elite politik kita 

CiKEAS Kualitas Anggota DPRD Jabar Diragukan

2009-05-13 Terurut Topik sunny
Refleksi: Apakah kualitas  DPRD di lain daerah lebih baik?

http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detailid=75032


Kualitas Anggota DPRD Jabar Diragukan
Rabu, 13 Mei 2009 , 08:36:00
BANDUNG, (PRLM).- Kualitas anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) 
Provinsi Jawa Barat periode 2009-2014 masih di bawah anggota DPRD periode 
2005-2009.  Pasalnya, banyak di antara mereka tidak memiliki pengalaman di 
bidang legislatif. Hal itu diungkapkan pengamat politik, Ibnu Samugyo kepada 
PRLM di Bandung, Rabu (13/5). 
 
Dengan pengalaman kerja yang minim tersebut, Ibnu meragukan anggota DPRD 
Provinsi Jabar yang baru tersebut akan mampu menciptakan produk legislatif yang 
lebih baik. Sementara, produk hasil anggota DPRD yang masa tugasnya akan segera 
berakhir ini, juga tidak terlalu luar biasa. 

Saya jelas meragukan kinerja mereka yang sudah lolos tersebut. Apakah mampu 
menghasilkan produk kebijakan yang menyejahterakan masyarakat bukan untuk 
kepentingan partai atau golongan, ujar dia.
 
Oleh karena itu, kata dia, agar kerja dewan baru efektif, mereka perlu 
menginternalisasi isu-isu masyarakat ke dalam partai. Dengan demikian, pada 
saat bekerja nanti, mereka tahu apa yang harus dilakukan. 
 
Selama ini, Ibnu menilai, kinerja dewan tidak merepresentasikan kepentingan 
rakyat. Yang terjadi, anggota dewan justru terjerat untuk lebih mementingkan 
kepentingan mereka daripada masyarakat. Tidak heran, produk yang dihasilkan, 
baik itu soal anggaran maupun peraturan, hanya untuk menguntungkan partai 
politik.  Meskipun terdapat sejumlah individu di parpol yang integritas dan 
kredibilitasnya baik, mereka ini pada akhirnya masuk sistem parpol yang 
sektarian. (A-133/A-26)***


CiKEAS Agama Hanyalah Kepercayaan Bukan Konsep dan Juga Bukan Idea !!!

2009-05-13 Terurut Topik Hafsah Salim
Agama Hanyalah Kepercayaan Bukan Konsep dan Juga Bukan Idea !!!
  
Konsep = Concept = buah pemikiran (idea) yang bisa dipahami secara umum karena 
object yang diungkapkannya berasal dari realitas atau bisa menjadi realitas.

Idea = realitas yang dipahami melalui abstraksi

Idea = juga buah pemikiran yang tersusun secara logis sehingga bisa menjelma 
menjadi realitas.

Contohnya, Guru/dosen menjelaskan dan membuktikan kebenaran rumus Phytagoras 
mengenai properti dari segi tiga.  Segitiga yang digambarkan dipapan tulis 
sebagai contoh bukanlah segitiga sebenarnya bukanlah realitas melainkan disebut 
sebagai idea atau merupakan abstraksi dari segitiga yang berasal dari concept 
bapak Phytagoras.

Demikianlah jelas sekali, bahwa agama, kepercayaan, dongeng2an, tahyul2an, dan 
semuanya ini memang angan2, hampir sama dengan idea, hampir sama dengan concept 
bedanya cuma satu, kesemuanya ini bukan realitas sehingga tidak pernah 
dinamakan idea, dan sama sekali bukan concept.

Pahamilah hal ini betul2 agar anda jangan tertipu oleh angan2 anda sendiri, 
tertipu oleh kepercayaan anda, tertipu oleh tahyul2, kesemuanya ini cuma 
merugikan anda sendiri karena cara berpikir anda akan mengalami stagnasi yang 
dijamin tidak bisa maju dan berkembang.

 abas_amin08 abas_amin08@ wrote:
 Dan malah lebih ngaco lagi; mending
 jadi orang yang dipandang rendah oleh
 AY daripada orang yang tanpa PRINSIP !
 Nguler kambang !

Agama itu bukanlah prinsip tetapi kepercayaan.  Prinsip itu adalah sebuah 
realitas yang dijadikan acuan untuk bertindak ataupun mengambil keputusan.

Beda dengan agama, karena agama murni bukan realitas melainkan 100% murni 
hanyalah kepercayaan.  Padahal kita samua sama2 mengetahuinya bahwa kepercayaan 
itu hanyalah angan2.

Cobalah tanyakan kepada imam mesjid di cilacap, tanyakan apakah Nyai Loro 
Kidul itu betul2 ada di pantai cilacap sana???  Tentu oleh sang imam akan 
dijawab.  itu khan hanya kepercayaan...

Dari jawabannya itu pengertian apa yang bisa anda simpulkan arti daripada 
kepercayaan 

Kepercayaan itu artinya bohong2an, artinya angan2, artinya bukan sebenarnya 
ada, artinya cuma dongeng2

Demikianlah, hal yang sama bagi semua kepercayaan, selama namanya agama maka 
itu adalah kepercayaan bukan prinsip.

Prinsip itu jelas sebuah realitas bukan sebuah kepercayaan, contohnya prinsip 
ajaran komunis adalah gotong royong, artinya realitas komunis dalam prakteknya 
harus gotong royong.  Prinsip membuat kue, prinsip membuat kursi, kesemuanya 
itu bukan angan2, bukan kepercayaan tetapi realitas.

Memang banyak umat Islam yang tersesat dengan pemahaman agamanya yang 
dianggapnya sebagai prinsip, sebagai konsep, padahal kepercayaan itu adalah 
angan2 yang tidak ada realitasnya.  Sebaliknya Idea memang juga mulanya 
berupa angan2 tetapi karena ada realitasnya maka Idea itupun merupakan 
realitas bukan kepercayaan, bukan angan2 belaka.  Sebaliknya, agama maupun 
kepercayaan sama sekali bukanlah Idea karena memang tidak ada realitasnya, 
memang tidak mungkin bisa jadi realitas, dan tidak pernah ada study maupun 
experiment yang berusaha menjadikan agama ini menjadi realitas.

Ny. Muslim binti Muskitawati.






CiKEAS Dokumen asli BLBI hilang

2009-05-13 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
Dokumen asli BLBI hilang
Kejaksaan Anggap KPK Tak Sanggup Bongkar Kasus BLBI
..

JAKARTA - Kejaksaan Agung menilai Komisi Pemberantasan Korupsi tak akan sanggup 
membongkar kembali kasus Kredit Likuiditas Bank Indonesia dan Bantuan 
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI/BLBI). Menurut Jaksa Agung Muda Pidana Khusus 
Marwan Effendy, dirinya bahkan pernah mendengar jika KPK tidak akan membongkar 
lagi kasus pengucuran kredit sebesar Rp 144 triliun pada 1998 itu. 
Marwan menuturkan, Ketua KPK Antasari Azhar dalam rapat koordinasi penanganan 
korupsi antara Kejaksaan, KPK, dan, Kepolisian RI di Markas Besar Polri 
beberapa waktu lalu pernah mengatakan kasus BLBI tak akan dibuka lagi demi 
memberi kepastian hukum. Pak Antasari hanya akan menjelaskan berapa uang 
negara yang diselamatkan, kata Marwan dalam rapat konsultasi kasus KLBI/BLBI 
antara Kejaksaan Agung dan Dewan Perwakilan Rakyat di gedung MPR/DPR kemarin. 
KPK mengambil alih kasus BLBI sejak Kejaksaan tak lagi menangani kasus itu. 
Pada Oktober 2008, kedua lembaga bertemu dan melakukan gelar perkara. KPK pun 
membentuk empat tim untuk meneliti kasus BLBI yang ditangani Kejaksaan. Keempat 
tim masing-masing bertugas antara lain meneliti kasus yang telah diputus di 
pengadilan, kasus yang dihentikan karena diterbitkannya surat keterangan lunas, 
serta kasus yang dihentikan saat penyidikan. Dan tim terakhir meneliti kasus 
yang diserahkan ke Menteri Keuangan. 
Jaksa Agung Hendarman Supandji menambahkan, kendati KPK telah membentuk tim, 
hingga kini belum satu pun kasus yang dibongkar lagi oleh KPK. Menurut dia, 
siapa pun yang hendak membongkar kembali kasus BLBI pasti akan terbentur 
sejumlah aturan yang menjadi payung hukum penyelesaian utang BLBI di luar 
pengadilan. 
Misalnya, kata dia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program 
Pembangunan Nasional, Ketetapan MPR Nomor X Tahun 2001, serta Instruksi 
Presiden Nomor 8 Tahun 2002 yang dikenal sebagai Release and Discharge. Kalau 
mengejar dari sisi pidana kasus yang ditangani Kejaksaan, saya kira itu wasting 
time, ujarnya. 
Dalam kesempatan itu, DPR juga mempertanyakan dokumen asli kasus KLBI dan BLBI. 
Sebab, menurut Dradjad H. Wibowo, anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat 
Nasional, beberapa pihak terkait saat ditanyai soal ini menjawab bahwa dokumen 
kasus BLBI telah hilang. Hendarman mengatakan lembaganya hanya menerima salinan 
dokumen KLBI/BLBI berupa fotokopi yang dilegalisasi untuk perkara yang maju ke 
persidangan. 
Saat dihubungi terpisah, KPK memastikan masih terus mencari unsur korupsi dalam 
kasus BLBI. Bahkan, jika Kejaksaan menghentikan penyelidikan BLBI, akan tetap 
kami lanjutkan, ujar Wakil Ketua KPK Bibit Samad. BLBI merupakan kasus yang 
kompleks dan terdiri atas banyak kasus. Karena itu, menurut Bibit, pencarian 
dugaan tindak pidana korupsi tersebut tidak dapat dihentikan begitu saja. 
Butuh proses panjang untuk kasus ini, ujar dia. ANTON SEPTIAN | FAMEGA SYAVIRA
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/05/14/Nasional/krn.20090514..165236.id.html
 
 
 
DPR Pertanyakan Dokumen Asli Kasus BLBI, Presiden SBY Terimah Suap 100 Milyar
May 13, 2009
SEKIAS INDONESIA-  DPR mempertanyakan status dan keberadaan dokumen asli 
terkait kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Padahal, dokumen itu 
diduga merupakan kunci penyelesaian kasus yang sudah merugikan negara hingga 
Rp700 triliun itu.

“Ini memang saya melihat bahwa BLBI ini bukan hanya sejarah kelam kebijakan 
ekonomi melainkan juga sejarah kelam dokumentasi negara kita. Masak iya, 
semuanya angkat tangan ketika ditanya soal dokumen. Bagaimana sebuah kasus 
senilai ratusan triliun bisa menguap hanya karena dokumen fotocopy. Kejaksaan 
juga tidak bisa menuntut bila dokumennya fotocopy-an,” tukas anggota Tim 
Pengawas Penyelesaian Kasus KLBI dan BLBI dari Fraksi PAN, Dradjad Wibowo dalam 
rapat konsultasi antara tim dengan Jaksa Agung RI Hendarman Supandji di Gedung 
MPR/DPR, Jakarta, Rabu (13/5).
Ia menegaskan agar ke depan pemberian sanksi terhadap keteledoran pengelolaan 
dokumen negara harus diperberat. Sehingga, kasus serupa tidak akan terjadi dan 
tidak menjadi modus operandi pihak-pihak tertentu.
Sementara itu Jaksa Agung Hendarman Supandji mengatakan pihaknya tidak bisa 
mempidanakan suatu kebijakan, dalam hal ini penerbitan MSAA dan SKL. Kejaksaan 
hanya bisa mempidanakan bila diketahui ada delik penyuapan.
“Kejaksaan sendiri kesulitan menelusuri delik suap itu karena ini adalah 
kebijakan. Terlebih kasus ini sudah lama terjadi dan tidak ada barang 
buktinya,” ungkap Hendarman.
Ia menambahkan sesuai dengan jawaban Presiden tertanggal 1 April 2008 pada 
rapat interpelasi DPR mengenai kasus KLBI dan BLBI, Kejaksaan Agung telah 
menyerahkan penanganan delapan obligor yang belum membayar kepada Menteri 
Keuangan. Delapan obligor tersebut adalah, Bank Deka, Bank Central Dagang, Bank 
Centris, Bank Orien, Bank Dewan Rutji, Bank Arya Panduarta, Bank Pelita, dan 
Bank Aken. “Selanjutnya, yang berwenang untuk 

CiKEAS Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (3-Habis)

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=27802

14 Mei 2009 13:24:32



Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (3-Habis)





Tergiur Rp 7 Juta Tiga Bulan, Lupa Suami Sah
Menjadi istri kontrak turis Timur Tengah bisa untung, tapi bisa juga buntung. 
Jika sedang untung, si istri bisa sampai diboyong ke tanah Arab. 

AGUNG PUTU ISKANDAR, Bogor
Di kalangan para turis Timur Tengah yang sedang berburu istri kontrak di 
Cisarua, Bogor, nama Asep cukup dikenal sebagai perantara alias makelar. 
Kebanyakan pria Timur Tengah itu sreg pada pilihan Asep. Sebab, dia tahu betul 
selera mereka. 


Menurut Asep, nasib wanita yang menjadi istri kontrak pria Timur Tengah, kalau 
tidak untung, ya buntung. Mereka yang beruntung mendapat suami kontrak baik 
hati bisa meraup banyak uang. Sebaliknya, mereka yang mendapat suami pelit 
hanya memperoleh uang dari nilai kontrak saja. Tak ada yang lain. Itu 
bergantung si wanitanya, kata Asep. 


Dia lantas menceritakan beberapa kiat yang dilakukan sejumlah istri kontrak 
agar suaminya mau mengeluarkan uang ekstra. Paling sering, mereka mengajak 
suaminya jalan-jalan ke mal, ungkapnya.


Nah, saat jalan-jalan itulah, kata dia, para istri bisa bermanja kepada 
suaminya agar mau mengeluarkan uang untuk membelikan beragam barang yang 
diinginkan. Mulai baju hingga kebutuhan rumah tangga. Tak jarang, sang suami 
diajak jalan-jalan ke Taman Safari yang tak jauh dari vila tempat mereka 
tinggal.


Turis Timur Tengah yang paling disukai untuk dijadikan suami kontrak adalah 
mereka yang baru pertama datang ke Cisarua. Sebab, biasanya mereka itu paling 
gampang mengeluarkan duit. Kalau sudah begitu, bukan hanya wanitanya yang 
untung, kami sebagai perantara juga kecipratan dapat uang, tuturnya. Mereka 
itu kalau bayar ojek bisa sampai Rp 100 ribu sekali jalan. Kalau pas naik 
angkot, bayarnya bisa sampai Rp 20 ribu. Mobil rental pun laris, ujar lelaki 
berambut gondrong dikucir tersebut.


Kehadiran turis Timur Tengah memang menggairahkan roda perekonomian di kawasan 
Puncak. Karena menjadi destinasi rutin, sejumlah fasilitas wisata menjamur di 
kawasan Puncak. Di antaranya, rental mobil (mobil yang disewakan umumnya Suzuki 
APV dan sejenisnya), jasa penukaran uang asing, travel agent, hingga penatu. 
Semua penyedia jasa itu bahkan membuat papan nama dalam dua bahasa, yakni Arab 
dan Indonesia.


Namun, kata bapak satu anak itu, umumnya turis Timur Tengah yang dermawan 
adalah mereka yang baru kali pertama menjalani kawin kontrak. Mereka yang 
berpengalaman dan makan asam garam Puncak justru lebih pelit. Nggak tahu 
apakah mereka tidak tahu atau karena memang baik mungkin ya, katanya. Mereka 
yang sudah sering ke Puncak biasanya malah pelit. Bahkan, pelitnya lebih dari 
orang-orang sini, tegasnya.


Husin, calo lainnya, menuturkan, soal pelit atau dermawan sebenarnya bergantung 
kualitas istri kontrak. Istri yang benar-benar disukai suami akan benar-benar 
dimanja dengan fasilitas serta uang pemberian di luar nilai kontrak. Bahkan, 
istri yang berkesan di hati suami akan ikut diboyong ke tanah air sang suami. 
Dulu ada yang seperti itu. Setelah musim Arab selesai, dia dibawa ke Arab. 
Katanya sih si suaminya suka, makanya dibawa. Nah, karena itu, ada beberapa 
orang sini yang pengen diperistri orang Arab. Siapa tahu bisa dibawa ke sana, 
ungkapnya.


Husin ragu wanita yang dibawa ke Arab itu akan benar-benar menjadi istri sah 
suaminya. Sebab, suami tersebut pasti memiliki istri sah di negaranya. Kalau 
kata tetangga sih, dia di sana dijadiin pembantu. Mungkin enakan gitu kali ya. 
Jadi, kalau istrinya pergi, bisa main sama pembantunya, ujarnya lantas 
tergelak. 

***
Namanya Ida, sebut saja demikian. Usianya sekitar 30 tahun. Wanita yang mengaku 
tinggal di Desa Gandamanah tersebut ditinggal suaminya bekerja di Malaysia 
sejak setahun lalu. Suami saya pamit kerja di sana dua tahun. Katanya pulang 
2010, ujarnya. 


Awal 2008, Ida melihat banyak wanita di sekitar rumahnya yang menjalani kawin 
kontrak. Mereka, kata wanita berambut sebahu itu, terlihat hidup glamor karena 
menerima banyak uang. Iya kan kelihatan. Rambutnya dicat, terus ada yang bisa 
beli sepeda motor, ungkapnya. 
Salah seorang rekannya yang menjadi istri kontrak lantas menawari dirinya untuk 
menjadi istri kontrak. Awalnya Ida enggan. Namun, karena kiriman dari suami 
seret dan tak terlalu banyak, dia pun tergiur. Akhirnya, dia pun meneken kawin 
kontrak selama tiga bulan pada awal Mei lalu. Lumayan sih. Cuma tiga bulan 
bisa dapat Rp 7 juta. Kerja saja nggak bisa dapat segitu, ujarnya.


Tampaknya, Ida pintar memanfaatkan situasi. Dia tak mau kalau hanya mendapat 
uang kontrak. Strategi meraup uang lebih banyak pun dia jalankan. Yakni, 
mengajak suaminya yang orang Kuwait itu berjalan-jalan. Mulai mal, pasar 
tradisional, hingga Taman Safari, Bogor. Bahkan, tak jarang dia minta uang saku 
harian. Biasanya sekali ngasih bisa sampai Rp 250 ribu. Lumayan kan, katanya 
lantas tersenyum.
Dia pun minta dibelikan 

CiKEAS Merebak, Isu Islam Abangan!

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009051406424416

  amis, 14 Mei 2009 
 
  BURAS 
 
 
 
Merebak, Isu Islam Abangan! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya



  APA kabar Jakarta? tanya Umar saat menjemput Amir di bandara. 
Perubahan berjalan cepat, ya?

  Saking cepatnya perubahan, jadi pusing! jawab Amir. Apalagi setiap 
perubahan diiringi merebaknya isu!

  Seperti isu Islam abangan? timpal Umar.

  Dari mana kau tahu isu itu? kejar Amir. Aku saja dapat SMS tentang 
Islam abangan baru saat terakhir, dalam perjalanan ke Bandara Cengkareng!

  Kurasa aku terima SMS-nya pada waktu yang sama! sambut Umar. Ku-repply 
menanya apa itu Islam abangan! Jawabnya ini: Islam abangan, salat Jumat 
datangnya setelah khotib khotbah!

  Menyindir aku pula, kau! entak Amir.

  Memang begitu bunyi SMS-nya! timpal Umar. Sebenarnya isu Islam abangan 
itu dipicu apa?

  Dari ceplosan ucapan Fahri Hamzah dari PKS dan Amir Rais di televisi! 
jawab Amir. Dalam program dialog dengan Anas Urbaningrum, Firman Jaya Daeli 
dan Achmad Muzani, Fahri keceplos bicara sejuta kader PKS tak mau bergerak 
kalau pasti ditolak mayoritas umat akibat calonnya merah--bahasa Jawanya abang! 
Sedang Amien Rais menyatakan orang yang dibicarakan itu sejawat dekatnya di UGM 
sehingga tahu persis dia liberal!

  Jadi istilah merah dalam ucapan Fahri dan liberal dari Amien Rais itu 
diasumsikan Islam abangan oleh penyebar isu! sambut Umar. Itu jelas menzalimi 
tokoh yang dibicarakan! Seperti penzaliman pada Hidayat Nurwahid, disebut 
penganut Wahabi!

  Tapi dalam kasus penyebutannya sebagai Islam abangan, malah bisa menjadi 
nista membawa nikmat! Karena menurut Amri A. Fillah El Shirazy dalam 
weblog-nya, justru mayoritas umat Islam Indonesia adalah Islam abangan! tegas 
Amir. Artinya, makin santer isu abangan mengarah ke diri tokohnya, akan makin 
mantap pula pilihan mayoritas padanya! Isu pun membawa berkah terselubung!

  Cuma ada yang aneh! sela Umar. Istilah liberal yang disebut Amien Rais 
juga jadi Islam abangan!

  Mungkin oleh penyebar isu dinilai Islam abangan itu bebas dengan 
sinkretisme--mencampur budaya dalam agama, maka liberal yang juga terkenal 
sifat bebasnya, disamakan saja!

  Tapi penzaliman lewat isu-isu begitu merupakan sisi buruk politik di 
negeri kita! tukas Umar.

  Isu negatif untuk merusak lawan politik dalam pemilihan umum bukan cuma 
terjadi di sini! tegas Amir. Obama misalnya, diserang dengan video 
kegiatannya waktu mahasiswa dekat dengan seorang tokoh sosialis ekstrem, hingga 
lawan politiknya dalam kampanye terang-terangan berkata pada pendukungnya, 
apakah Anda semua rela negara kita jadi sosialis?

  Apa Islam abangan itu bukan aib? kejar Umar.

  Sama sekali bukan! tegas Amir. Itu istilah kajian ilmiah Clifford 
Geertz dalam bukunya The Religion of Jawa, yang membagi masyarakat Jawa dalam 
trikotomi, priayi, santri, dan abangan--semuanya pemeluk Islam! Malah Wikipedia 
membuat item Islam abangan di ensiklopedianya dengan mengutip dari buku 
Clifford Geertz itu! **
 
bening.gifburas.jpg

CiKEAS Pemilu Cacat dan Paradoks Demokrasi

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009051407062954

  Kamis, 14 Mei 2009 
 
  OPINI 
 
 
 
Pemilu Cacat dan Paradoks Demokrasi 

  Thomas Koten

  Direktur Social Development Center

  PEMILU legislatif yang diselenggarakan 9 April lalu masih meninggalkan 
sejumlah cacat atau noda-noda hitam yang melekat pada wajah demokrasi 
Indonesia. Berbagai persoalan yang menodai wajah dan keagungan demokrasi 
muncrat bagaikan lelehan es krim. Aksi protes dan ungkapan kekecewaan publik 
pun masih mencuat ke permukaan. Sebab itu, kampiun demokrasi yang selalu 
percaya bahwa pemilu adalah sebuah kondisi demokrasi tempat rakyat 
mengekspresikan segala kebebasan, keinginan, dan aspirasi politiknya, 
meninggalkan segumpal pertanyaan paradoksal.

  Mengapa? Jika diselisik, memang Indonesia yang pascareformasi dipuji 
sebagai negara paling demokratis di dunia setelah Amerika Serikat dan India, 
ternyata dalam penyelenggaraan pemilunya bukan saja melahirkan emisi politik 
pemilu yang mengalirkan fulus, melainkan juga sistem dan kultur politik yang 
belum terkonsolidasi secara matang. Sebab, cacat pemilu, selain kasus daftar 
pemilih tetap (DPT) yang sangat menghebohkan dan menodai demokrasi, semua 
kelemahan pemilu umumnya merupakan cacat bawaan yang selalu terulang. Dari 
tahun ke tahun selalu gagal diantisipasi, direncanakan, dan diterjemahkan dalam 
konteks, realitas, dan harapan serta kepentingan hak politik rakyat. 
Indikasinya terlihat dalam berbagai kasus.

  Pertama, performa kinerja KPU yang masih jauh dari harapan politik. 
Lihat, dalam kasus pendistribusian logistik, data pemilih, hingga tinta pemilu 
yang di bawah kualitas menafikan semua presentasi kesiapan yang dibangun KPU. 
Kedua, dapat terlihat dari adanya manipulasi angka suara yang selalu terendus 
dari indikasi selisih rekapitulasi hasil pemungutan suara dalam pleno.

  Belum lagi politik uang yang selalu menjadi momok bagi pemilu dan 
demokrasi yang fair, jujur, bebas, dan bersih serta berwibawa. Padahal, pada 
aras yang sama banyak parpol dan para calegnya telah menunjukkan euforia atas 
kemenangan yang diraih pada pemilu legislatif tersebut.

  Paradoks Demokrasi?

  Berbagai kelemahan bawaan dalam penyelenggaraan pemilu, seperti yang 
terpaparkan di atas, sebenarnya tidak lebih dari terindikasinya pemilu yang 
tampaknya belum menjadi agenda besar bangsa yang mengekspektasikan 
kepartisipasian dan rendahnya tanggung jawab seluruh elemen kunci 
penyelenggaraan, dan masih rendahnya kedewasaan politik rakyat. Rendahnya 
tanggung jawab politik para penyelenggara negara dapat terlihat dari cuci 
tangannya para pihak yang berwewenang terhadap pemilu dan berbagai kasus 
penodaan demokrasi seperti kasus DPT.

  Dalam kasus ini, KPU yang kewenangannya turun dari konstitusi menolak 
untuk bertanggung jawab. Sementara itu, Departemen Dalam Negeri menimpakan 
tanggung jawab kepada KPU. Pada akhirnya, rakyat ditempatkan sebagai pihak yang 
ikut bersalah karena tidak mau berinisiatif mengecek daftar pemilih sementara 
(DPS) serta aktif mendaftarkan diri.

  Maka, rakyat pun hanya meratapi nasibnya yang selalu dibodohi dan tidak 
berdaya menghadapi tembok kekuasaan, termasuk pada saat pemilu yang sebenarnya 
merupakan momentum emas tempatnya mempertontonkan kedaulatan dan kesempatan 
dalam menentukan nasib para pemegang kekuasaan formal yang hendak 
didelegasikannya pada saat pemilu. Dengan demikian, pemilu pun tidak ubahnya 
proyek kekuasaan yang mungkin hanya sebuah pranata prosedural berdemokrasi yang 
selalu demi kepentingan elite dengan menyingkirkan kepentingan rakyat.

  Ironisnya, tatkala pemilu diyakini sebagai jalan populis menuju demokrasi 
yang menciptakan areal bagi kesejahteraan rakyat, bangsa ini masih tersangkut 
pada berbagai kelatahan politik permanen. Pertama, hanya menjadikan pemilu 
sebagai syarat semu-formalistik yang mempertontonkan kepada dunia internasional 
sebagai negara paling demokratis di dunia. Dan kedua, hanya menjadikan pemilu 
sebagai arena atau panggung pencarian-pemenuhan syahwat kekuasaan.

  Tantangan Demokrasi

  Beberapa keanehan yang menonjol atas sejumlah cacat pemilu dan paradoks 
demokrasi di atas, setidaknya telah mengisyaratkan tentang berbagai kepincangan 
dalam berdemokrasi kita, yang bukan saja belum menyentuh substansinya, 
melainkan juga belum meluluskan demokrasi formalistik. Misalnya, 
penyelenggaraan pemilu wujud demokrasi formal belum terkonsolidasi secara baik 
dan masih jauh dari sempurna alias penuh noda hitam.

  Kesempurnaan demokrasi, tulis Fareed Zakaria dalam The Future of Freedom; 
Illiberal Democracy at Home and Abroad, diukur dari keberhasilan negara dalam 
menyelenggarakan pemilu yang bebas, jujur, dan bersih, serta berhasil 
mempraktekkan demokrasi substantif dengan tidak mengabaikan aspirasi rakyat dan 
melanggar hak-hak sipil maupun politik warganya pascapemilu. Sebab, bagaimana 
mungkin dapat menjalankan 

CiKEAS Taliban wants 'new world order'

2009-05-13 Terurut Topik sunny
http://english.aljazeera.net/news/asia/2009/05/200951318231992667.html

UPDATED ON:
Wednesday, May 13, 2009 
22:56 Mecca time, 19:56 GMT 


  Taliban wants 'new world order' 
 
 
  Asif Ali Zardari, the Pakistani president, has said that his country's 
fight against the Taliban is not just a domestic battle but one that the whole 
world needs to be wary of.

  Speaking during a news conference in London with Gordon Brown, the 
British prime minister, Zardari said the Taliban are seeking to create a new 
world order and that more effort was needed by the international communty to 
defeat the fighters.

  Standing alongside Brown, Zardari said: It [the Taliban's cause] is a 
long-term endeavour and we are both united to fight against this endeavour 
which is challenging our way of life and wants to change the way of life of the 
world.

  The president's comments came as the Taliban in Pakistan warned 
politicians from the Swat valley that they and their families will be attacked 
unless they quit their posts in protest against the continuing army offensive 
in the troubled region.

  Brown, who promised $18m in humanitarian aid for civilians fleeing the 
fighting in Swat valley, said: We will help provide shelter, water, food and 
sanitation for those people who have been displaced as a result of these 
terrorist acts. But there's scope for us to do far more.

  We [Britain and Pakistan] need a more comprehensive approach and we need 
therefore a new concordat, spanning economic development, strengthening our 
institutions, improved security through deeper cooperation on both 
counter-terrorism and other issues.

  Politicians threatened

  Speaking to Al Jazeera earlier on Wednesday, Muslim Khan, a Pakistani 
Taliban spokesman, gave members of the national and regional assemblies a 
three-day deadline to denounce the military assault on Taliban fighters.

  The warning came hours after suspected Taliban fighters attacked Nato 
supply trucks at a transport terminal near the northwestern city of Peshawar, 
destroying eight vehicles.

  Imran Khan, Al Jazeera's correspondent reporting from Pakistan, said the 
warning signalled a dark turn in the unfolding events in Swat where the 
Pakistani army is battling Taliban fighters.

  They [the Taliban] can make these threats and people will take them very 
seriously, Khan said. 

  Up to 15,000 Pakistani troops are engaged in the fight against about 
4,000 Taliban-linked fighters in the Swat valley and surrounding areas of the 
North West Frontier Province (NWFP).

  Hundreds of thousands of civilians have fled from their homes in the 
northwest in an attempt to escape the clashes.

  Depot attack

  Wednesday's attack on the Nato depot destroyed two lorries containing 
food bound for Afghanistan under a trade pact between Islamabad and Kabul, as 
well as six empty vehicles.



  Mohammad Ehsanullah, a police officer, said: Around 40 to 50 armed 
militants attacked the depot before dawn... They lobbed several petrol bombs 
and fled.

  The attackers had already disappeared by the time police arrived at the 
scene. It took firefighters two hours to bring the fire under control.

  None of the containers holding Nato supplies stored at the terminal were 
damaged, Ghafoor Khan Afridi, a police official, said.

  Taliban fighters have on several occasions attacked vehicles carrying 
supplies for US and Nato-led troops in Afghanistan.

  Most of the supplies are usually shipped through Khyber, northwest 
Pakistan's tribal region.

  Hamid Karzai, the Afghan president, on Wednesday warned that the threat 
the fighters pose to both Afghanistan and Pakistan was very real.

  Terrorists and extremists are extending their reach in whole areas of 
our countries, Karzai told a regional economic conference in the Pakistani 
capital, Islamabad.

  Nato and US commanders have been looking for alternative supply routes in 
Pakistan recently, although they say that the attacks on supply convoys have 
not threatened their operations in Afghanistan.
 


CiKEAS Utang Dijadikan Senjata Saat Pemilu Oeh Menkeu, Padahal Prabowo Subianto Berulang Kali Menyinggung Soal Beban Berat Utang Indonesia

2009-05-13 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
Utang Dijadikan Senjata Saat Pemilu Oeh Menkeu, Padahal Prabowo Subianto 
Berulang Kali Menyinggung Soal Beban Berat Utang Indonesia
May 13, 2009
SEKILAS INDONESIA -  Kendati dipersoalkan sejumlah kalangan, Menteri Keuangan 
Sri Mulyani Indrawati meyakinkan tingkat rasio utang Indonesia terhadap produk 
domestik bruto (PDB) tidak mengkhawatirkan dibandingkan negara lain. 

Rasio utang masih lebih rendah dibanding Jepang yang mencapai 150 persen GDP,” 
kata Sri Mulyani di Komisi XI DPR, Rabu 13 Mei 2009. Saat ini, rasio utang RI 
hanya hanya 30 persen PDB, jauh lebih rendah dibanding 10 tahun lalu sebesar 70 
persen PDB.
Namun, Sri Mulyani menegaskan kendati tidak mengkhawatirkan, soal utang bisa 
menjadi bahan untuk dipersoalkan. “Apalagi saat pemilu sekarang ini, utang bisa 
digunakan sebagai senjata,” kata Sri Mulyani.
Dalam berbagai kesempatan, calon Presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya 
(Gerindra) Prabowo Subianto berulang kali menyinggung dan mengkritik soal beban 
berat utang Indonesia. Jika terpilih menjadi presiden, dia pun berniat 
merestrukturisasi utang pemerintah.
Sebagai pembanding, Sri Mulyani pun membandingkan utang yang dihimpun oleh 
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dengan pemerintahan Megawati.
Dia kemudian mengutip data utang pemerintah pada 2008 yang mencapai US$ 149,47 
miliar, 2004 US$ 139,86 miliar dan pada 2001 US$ 121,95 miliar. Artinya pada 
periode 2004-2008 penambahan utang US$ 8,61 miliar.
“Itu jauh lebih rendah dibanding periode 2001-2004 yang perubahannya mencapai 
US$ 17,8 miliar,” ujarnya. Masa periode ini adalah pemerintahan di bawah 
Megawati Soekarnoputri. Saat itu, Menteri Keuangannya adalah Boediono yang 
sekarang digadang-gadang menjadi wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sri Mulyani menjelaskan jumlah utang ini tidak mengkhawatirkan jika 
dibandingkan dengan penambahan PDB Indonesia yang signifikan. Pada 2001 PDB Rp 
1.646 triliun, pada 2004 PDB sebesar Rp 2.295, dan menjadi Rp 2.648 triliun 
pada saat ini.
Itu sama saja dengan perusahaan. Kalau asetnya Rp 100 miliar dan utangnya Rp 70 
miliar, maka omset perusahaan itu adalah bebannya lebih besar untuk membayar 
utang. Sedangkan, pemerintah Indonesia hanya 30 persen. Apalagi, kata Sri 
Mulyani, tingkat ketergantungan utang dari luar negeri hanya kurang dari 50 
persen.(vv/Tammo)
 
http://sekilasindonesia.com/2009/05/utang-dijadikan-senjata-saat-pemilu-oeh-menkeu-padahal-prabowo-subianto-berulang-kali-menyinggung-soal-beban-berat-utang-indonesia/


  

CiKEAS Fw: [ppiindia] Analis: Neoliberalisme Boediono purukkan bangsa

2009-05-13 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
--- On Wed, 5/13/09, sunny am...@tele2.se wrote:
From: sunny am...@tele2.se
Subject: [ppiindia] Analis: Neoliberalisme Boediono purukkan bangsa
To: undisclosed-recipi...@yahoo.com
Date: Wednesday, May 13, 2009, 9:51 PM







http://www.waspada. co.id/index. php?option= com_content task=view id=87529 
Itemid=82

Analis: Neoliberalisme Boediono purukkan bangsa 
Wednesday, 13 May 2009 23:29 WIB 
FAZAR BAKTI
WASPADA ONLINE

JAKARTA - Terpilihnya Boediono sebagai calon wakil presiden (cawapres) yang 
akan mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden (pilpres) 
Juli ini, tak pelak akan membuat SBY dan partainya di cap sebagai pengumbar 
tiket cawapres kepada semua partai politik peserta koalisi Cikeas.

Tidak hanya itu, beberapa kalangan juga mengganggap SBY telah salah dalam 
memilih calon pendampingnya untuk lima tahun ke depan. Sebenarnya apa yang 
salah dengan sosok Boediono?

Analis politik dari Universitas Indonesia (UI), Dadang Darmawan memberikan 
tanggapannya. Dengan pertimbangan dan kewenangan SBY yang memposisikan 
Boediono sebagai cawapresnya, maka akan ada harapan dan reaksi pasar pada 
elektabilitas pasar internasional yang menuju neoliberalisme mutlak papar 
Dadang.

Kata dia, hal tersebut justru akan menimbulkan kecemasan akan nasib 
perekonomian Indonesia ke depannya. Ini membuat kita khawatir, kalau-kalau 
nanti di dalam pemerintahan tidak ada lagi keseimbangan, karena figur 
SBY-Boediono cenderung menganut paham ekonomi neoliberal, yang sangat 
bertentangan dengan paham ekonomi kerakyatan. Nanti malah-malah, bangsa kita 
yang akan terperosok karena paham ini jelas dosen ilmu politik ini.

Ia menilai, hal itu juga yang menjadi penyebab banyaknya pihak yang kurang 
respect terhadap sosok Boediono. Boediono berasal dari kaum teknokrat, bukan 
politisi. Jadi ia tidak pernah berkeringat dalam kancah politik, sehingga 
kurang berpengalaman dalam 'lobi-lobi' di parlemen.

Menurut Dadang, Boediono terlalu modern dan pandangannya akan banyak 
bertentangan dengan kalangan religius. Wajar jika kepemilihannya ramai-ramai 
ditentang oleh kalangan parpol ungkap Dadang.

Dadang berharap, idealnya dalam pemerintahan yang akan dibangun kelak, ada 
keterwakilan umat religius dan nasionalis. Agar tidak menimbulkan kerawanan 
nantinya, kata dia malam ini kepada Waspada Online. 

[Non-text portions of this message have been removed]

















  

CiKEAS [.] Declaration on the Protection of Women and Children

2009-05-13 Terurut Topik NM. WAHYU KUNCORO, SH
Declaration on the Protection of Women and Children
in Emergency and Armed Conflict
Proclaimed by General Assembly resolution 3318(XXIX) of 14 December 1974
The General Assembly,
Having considered the recommendation of the Economic and Social Council
contained in its resolution 1861 (LVI) of 16 May 1974

Expressing its deep concern over the sufferings of women and children
belonging to the civilian population who in periods of emergency and
armed conflict in the struggle for peace, selfdetermination, national
liberation and independence are too often the victims of inhuman acts
and consequently suffer serious harm.

Aware of the suffering of women and children in many areas of the
world, especially in those areas subject to suppression, aggression,
colonialism, racism, alien domination and foreign subjugation.

Deeply concerned by the fact that, despite general and unequivocal
condemnation, colonialism, racism and alien and foreign domination
continue to subject many peoples under their yoke, cruelly suppressing
the national liberation movements and inflicting heavy losses and
incalculable sufferings on the populations under their domination,
including women and children.

Deploring the fact that grave attacks are still being made on
fundamental freedoms and the dignity of the human person and that
colonial and racist foreign domination Powers continue to violate
international humanitarian law.

Recalling the relevant provisions contained in the instruments of
international humanitarian law relative to the protection of women and
children in time of peace and war.

Recalling, among other important documents, its resolutions 2444
(XXIII) of 19 December 1968, 2597 (XXIV) of 16 December 1969 and 2674
(XXV) and 2675 (XXV) of 9 December 1970, on respect for human rights
and on basic principles for the protection of civilian populations in
armed conflicts, as well as Economic and Social Council resolution 1515
(XLVIII) of 28 May 1970 in which the Council requested the General
Assembly to consider the possibility of drafting a declaration on the
protection of women and children in emergency or wartime.

Conscious of its responsibility for the destiny of the rising
generation and for the destiny of mothers, who play an important role
in society, in the family and particularly in the upbringing of
children.

Bearing in mind the need to provide special protection of women and
children belonging to the civilian population.

Solemnly proclaims this Declaration on the Protection of Women and
Children in Emergency and Armed Conflict and calls for the strict
observance of the Declaration by all Member States:

1. Attacks and bombings on the civilian population, inflicting
incalculable suffering, especially on women and children, who are the
most vulnerable members of the population, shall be prohibited, and
such acts shall be condemned.

2. The use of chemical and bacteriological weapons in the course of
military operations constitutes one of the most flagrant violations of
the Geneva Protocol of 1925, the Geneva Conventions of 1949 and the
principles of international humanitarian law and inflicts heavy losses
on civilian populations, including defenceless women and children, and
shall be severely condemned.

3. All States shall abide fully by their obligations under the Geneva
Protocol of 1925 and the Geneva Conventions of 1949, as well as other
instruments of international law relative to respect for human rights
in armed conflicts, which offer important guarantees for the protection
of women and children.

4. All efforts shall be made by States involved in armed conflicts,
military operations in foreign territories or military operations in
territories still under colonial domination to spare women and children
from the ravages of war. All the necessary steps shall be taken to
ensure the prohibition of measures such as persecution, torture,
punitive measures, degrading treatment and violence, particularly
against that part of the civilian population that consists of women and
children.

5. All forms of repression and cruel and inhuman treatment of women and
children, including imprisonment, torture, shooting, mass arrests,
collective punishment, destruction of dwellings and forcible eviction,
committed by belligerents in the course of military operations or in
occupied territories shall be considered criminal.

6. Women and children belonging to the civilian population and finding
themselves in circumstances of emergency and armed conflict in the
struggle for peace, self-determination, national liberation and
independence, or who live in occupied territories, shall not be
deprived of shelter, food, medical aid or other inalienable rights, in
accordance with the provisions of the Universal Declaration of Human
Rights, the International Covenant on Civil and Political Rights, the
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, the
Declaration of the Rights of the Child or other instruments of

CiKEAS Pemilu 2009 dan Stabilitas Demokrasi

2009-05-13 Terurut Topik Retno Kintoko
= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
   nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia.  
= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration  Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. 
Pemilu 2009 dan Stabilitas Demokrasi
Kamis, 14 Mei 2009  
Oleh : Dimas Oky Nugroho
Unggulnya Partai Demokrat dalam meraih suara pada pemilu legislatif menjadi 
fenomena sekaligus misteri dalam politik Indonesia kontemporer.
Usianya yang baru tujuh tahun berhasil mengubah konstelasi politik nasional dan 
memunculkannya menjadi partai papan atas yang mampu menarik swing voters, 
membongkar “hukum besi” politik aliran dan berbagai klaim basis sosial 
tradisonal.
Dalam partai yang sukses menyatukan berbagai lintas idiologi, prestasi Partai 
Demokrat (PD) ini mEngingatkan prestasi Golkar pada era Soeharto. Saat itu 
Golkar efektif menjadi partai beridiologi tengah atau, meminjam istilah Green 
Pedersen (2008), sebuah pivotal centrist party guna mendukung agenda pemerintah 
Orde Baru dalam stabilitas politik dan pembangunan. 
Namun, berbeda dengan Golkar yang memiliki idiologi dan sistem organisasi yang 
kokoh, kemenangan PD masih bersandar pada popularitas SBY.
Kemampuan negara menjamin hak-hak dasar dan kesejahteraan sosial bagi seluruh 
rakyat seharusnya menjadi ukuran kemuliaan suatu rezim politik dari kegagalan 
Orde Baru, stabilitas politik dan pembangunan ekonomi yang ditopang sistimatika 
pembungkaman dan penebaran ketakutan hanya akan meremukkan bangsa ini dalam 
jebakan otoritarianisme. Namun, belajar dari kemandekan era transisi, kebebasan 
sipil saja tidak cukup. Dibutuhkan kehadiran negara yang stabil dan kuat, 
khususnya kuat dari tekanan kartel dan modal, sebagai prasyarat agar 
kesejahteraan sosial mampu diupayakan dan manfaatnya bisa dirasakan rakyat. 
Negara yang kuat adalah yang melindungi dan memajukan kepentingan nasional dan 
mampu mengamankan hak-hak dasar warga yang majemuk, baik hak politik, maupun 
hak ekonomi sosial budaya.
Menyadari hal ini, kehadiran model partai tengah ala Golkar yang efektif 
mendukung agenda pemerintah sebenarnya masih dibutuhkan. Namun dalam lanskap 
multipartai, bentuknya diwujudkan dalam kekuatan koalisi parpol. Dari peta 
koalisi, sejauh ini PD berniat memimpin koalisi tengah. Pertanyaannya, tanpa 
dukungan partai “penguasa lama lapangan tengah” itu, mampukan koalisi sentral 
yang didesain SBY ini solid dan bertahan?
Jangkar kestabilan
Kehadiran sebuah koalisi partai beridiologi tengah yang reformis akan amat 
bermanfaat bagi stabilnya demokrasi sekalipun menjamin terwujudnya pemerintahan 
yang kuat. Mengutip Mietzner (2008), koalisi tengah berguna sebagai jangkar 
kestabilan politik sekaligus penghapus tajamnya politik idiologi dengan menarik 
ke tengah partai-partai yang ada di “kiri maupun kanan jalan” melalui koalisi.
Namun, penulis memandang integrasi elite sebenarnya merupakan aspek yang lebih 
signifikan. Apalagi menimbang eksistensi aspek ideologi dalam tradisi politik 
Indonesia merupakan realitas sejarah sekaligus aset politik rakyat yang sulit 
dimusnahkan. Penelitian Higley dan kawan-kawan (1991) menunjukkan, demokrasi 
dapat stabil melalui struktur dan jejaring interaksi antar elite yang 
memungkinkan mereka mengakses sejumlah arena utama perumusan kebijakan.
Dengan demikian, elite meski idiologi berbeda secara ekstrem, akan menjaga 
stabilitas politik dan demokrasi jika merasa system yang berlangsung mampu 
memberikan manfaat bersama.
Pertemuan Amien Rais, tokoh Partai Amanat Nasional yang kritis terhadap 
pemerintahan SBY-JK, beberapa waktu lalu, merupakan contoh bagaimana perspektif 
integrasi elite bekerja. Keputusan Amien mendorong PAN berkoalisi dengan PD, 
the winning side, merupakan pilihan rasional yang memungkinkan PAN dengan 
segala kepentingannya terlibat dalam pemerintahan.
Ketika elite mau mengompromikan perbedaan, lalu berhasil membangun jejaring 
politik dan komunikasi konsensual, sekalipun informal, di sanalah stabilitas 
demokrasi dan pemerintahan dapat dipertahankan.
Menunggu
Selanjutnya, politik menunggu ketulusan SBY dan kearifan Megawati dalam politik 
kontemporer untuk bersilaturahim dan membangun komunikasi. Peran sentral 
keduanya akan berdampak bagi stabilnya demokrasi Indonesia.
Kita berdoa, di tikungan terakhir perjalanan politik mereka, para elite 
generasi transisi ini tulus bekerja keras demi kedaulatan dan kesejahteraan 
rakyat. Budi baik mereka akan dikenang sejarah dan menjadi inspirasi generasi 
politik selanjutnya.  [Dimas Oky Nugroho Peneliti di Democracy an conflict 
Governance Institute Universitas Airlangga.]

Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
 
The Flag 
Air minum COLDA - 

CiKEAS Rumah Cinta

2009-05-13 Terurut Topik muhamad agus syafii
Rumah Cinta

By: agussyafii

'kak Agus Syafii, Nanti malam saya mau ke rumah Amalia ya? Kangen nih ama 
adek-adek.' Kata Ika malam itu. Ika salah satu murid ngaji. Setelah lulus SMA, 
Ika mengelola warteg bersama ibu. Pernah Ika datang membawa peralatan sekolah 
untuk dibagikan kepada anak-anak Amalia. 'Di rumah Amalia saya menemukan 
cinta..' tuturnya.

Rumah Amalia adalah rumah cinta. Rumah berkumpul untuk semua anak-anak. 
Anak-anak membutuhkan cinta. rumah Amalia sumber cinta bagi anak-anak. Setiap 
malam dirumah Amalia senantiasa hadir dengan warna. 

Dirumah Amalia tempat kami mendidik anak-anak untuk menjadi satu generasi yang 
memahami bahwa hidup itu indah dengan cinta. Cinta itu pemberian Alloh dan 
hanya untuk Alloh. Cinta sekaligus menjadi sebuah kekuatan kita dalam melakukan 
kebaikan.

Salah satu perbuatan baik adalah membantu orang lain. Membantu dan menolong 
orang lain berarti melakukan sesuatu bagi sesama. Membantu orang lain merupakan 
satu cara paling effektif bagi anak-anak untuk menemukan cinta di dalam 
dirinya. Dengan membantu orang lain mereka belajar tentang fitrah dirinya dan 
hubungan sosial dengan orang lain. menolong orang lain akan membuat anak-anak 
merasa lebih berharga dan memiliki prestasi. Itulah yang dirasakan Ika, 'Di 
Rumah Amalia saya menemukan cinta.'

---
'Ya Alloh, Ya Rabb, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu 
dan cinta kepada segala yang akan mendekatkan kami kepada cinta-Mu.'



Wassalam,
agussyafii

--
jangan lupa program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, tanggal 17 Mei 2009, di 
Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, 
Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 
'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja 
sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila 
dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya 
menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada 
program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com, 
http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703  atau sms 087 
8777 12431