CiKEAS Soelaiman, Inovator Bocah Ndeso

2010-01-18 Terurut Topik Retno Kintoko
 = = = = = 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
   nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia.  
 = = = = = 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration  Pluralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut TAHUN BARU 2010 dengan semangat produktifitas energi lestari. 
Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. 
Soelaiman, Inovator Bocah Ndeso
Senin, 18 Januari 2010 | 02:27 WIB
Oleh : NAWA TUNGGAL
Di desa ia merasa menemukan segalanya. Dia adalah Soelaiman Budi Sunarto, 
penggiat produksi energi alternatif berupa produk bioetanol. Produk itu dia 
sebut sebagai barang lama karena lebih dari 700 tahun silam sudah dikenalkan 
para prajurit Kubilai Khan tatkala menyerang Kerajaan Singosari di Jawa Timur. 
Masyarakat Jawa kemudian mengenalnya sebagai ciu. 
Budi sedikitnya menggarap 20 teknik rekayasa untuk berbagai keperluan di Desa 
Doplang, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Di daerah lereng Gunung Lawu 
itu ia meraih obsesi: di desa turut membangun bangsa, mengolah apa pun menjadi 
apa saja yang bermanfaat.
Sejak 1998, Budi, panggilannya, memutuskan tidak lagi menjadi karyawan di 
Jakarta ataupun di Kota Semarang. Ia mendirikan Koperasi Serba Usaha Agro 
Makmur di Desa Doplang. Salah satunya memproduksi bioetanol dari singkong dan 
dipasarkan sebagai pengganti bensin.
Tidak hanya bahan baku bioetanol, Budi juga merancang teknologi kompor 
sederhana berbahan bakar hemat etanol. Kompor yang banyak diminati masyarakat 
itu disingkatnya menjadi kompor ”bahenol”. Kompor berapi biru yang lebih cepat 
panas, tidak berasap, dan tidak membakar medianya.
Budi pun mengembangkan produksi bahan bakar gas metana dari biogas. Dia 
merancang albakos, singkatan dari alat biogas konsumsi sampah. Ukuran tinggi 
albakos 95 sentimeter, bagian tabung berdiameter 50 sentimeter, dan berbobot 60 
kilogram. Alat ini mampu menampung enam kilogram sampah organik kering, seperti 
ranting, dedaunan, limbah pertanian, dan limbah perkebunan.
Dengan albakos, sampah diubah menjadi gas metana untuk menyalakan kompor atau 
generator listrik berkapasitas 1.000 watt atau bisa digunakan selama sekitar 
dua jam.
Budi juga mengembangkan teknologi budidaya jamur. Suatu ketika ia dijuluki 
”Raja Polibag” karena keberhasilannya membuat komposisi isi polybag yang mampu 
meningkatkan produksi jamur tiram dan kuping secara drastis. Pesanan ribuan 
polybag siap pakai pun berdatangan setiap hari. 
Pria ini juga memproduksi cairan mikroorganisme katalis atau pemercepat proses 
pelapukan sampah organik. Ia juga mengembangkan pupuk cair organik. Tetapi, 
energi alternatif paling menarik baginya.
Alasan Budi, itu sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Hingga yang terbaru 
atau paling akhir, pada pengujung tahun 2009 ia berhasil menginovasi elpiji 
untuk mengganti bensin sebagai bahan bakar sepeda motor.
”Entah di desa atau di kota, hampir setiap keluarga memiliki sepeda motor. 
Elpiji lebih murah dan bisa menggantikan bensin sebagai bahan bakar motor,” 
kata Budi.
Sepeda motor berbahan bakar elpiji itu sudah diuji coba di hadapan warga dan 
perangkat Desa Doplang. Elpiji terbukti mampu menjalankan mesin sepeda motor 
hingga jarak tempuh yang relatif cukup jauh. Untuk jarak sekitar 200 kilometer, 
dengan beban penumpang 60 kilogram, digunakan satu kilogram elpiji.
Tabung elpiji dengan ukuran tiga kilogram itu diikatkan pada bagian belakang 
jok motor. ”Nantinya akan lebih rapi kalau tabung itu disimpan pada boks di 
belakang jok,” ujar Budi.
Kepala Balai Besar Teknologi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi 
(BPPT) Mohammad Oktaufik, ketika dimintai pendapat tentang temuan Budi itu, 
mengatakan, ”Secara teori itu bisa. Teknologi bahan bakar gas ini tidak 
dikembangkan sebelumnya karena kendala pada distribusi yang lebih rumit 
dibandingkan pada distribusi bahan bakar cair.”
Tak pedulikan paten
Layaknya inovator lainnya, karya Budi di Desa Doplang mendapatkan beberapa 
penghargaan. Anehnya, Budi seolah tidak peduli untuk mendapatkan hak paten bagi 
setiap karyanya. Ia menyebut dirinya sebagai inovator bocah ndeso yang tak 
mampu membiayai paten dari setiap inovasinya. 
Biaya resmi paten mungkin tidak mahal. Tetapi, untuk proses mengurusnya, 
biayanya bisa berkali-kali lipat mahalnya. Selain itu, sudah menjadi rahasia 
umum bahwa pemerintah selama ini juga relatif belum beres mengurus paten dengan 
baik dan cepat.
Maka, ia memilih berusaha menemukan hal-hal baru. Di Koperasi Serba Usaha Agro 
Makmur Desa Doplang, Budi juga mengumpulkan anak-anak muda untuk dididik usaha 
kemandirian dengan sumber daya alam dari desa. Para peserta didik setiap pagi 
diwajibkan menampung air seninya untuk pembuatan pupuk ion tersebut.
Istilah ”200 watt” dimaksudkan cairan pupuk itu mampu menjadi penghantar 
listrik yang baik. Uji cobanya dengan mengalirkan listrik 

CiKEAS Ini saja belum beres koq mau ngobok ngobok yang lain.................................

2010-01-18 Terurut Topik Awal Anugerah

Bahan-bahan dari berbagai sumber yang membuktikan bahwa Soeharto
memang tidak layak dipahlawankan:




Kalau Soeharto bukan penjahat tidak akan ada korban jiwa manusia satu
juta lebih dan ratus ribu dipenjarakan untuk bertahun-tahun tanpa
proses hukum di pulau buru dan lain-lain.

Kalau Soeharto bukan penjahat maka tidak akan ada pembunuhan di Timor
Timur (Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Kasus Balibo, terbunuhnya
lima wartawan asing secara misterius dll) , pembunuhan di Aceh dll

Kalau Soeharto bukan penjahat tidak terjadi kerugian pada Pertamina
disaat perusahaan minyak dan gas di dunia memetik laba berlipat ganda
atau paling tidak ada pertanggungan jawab terhadap kerugian tsb.

Kalau Soeharto bukan penjahat lingkungan keadaan hutan Indonesia tidak
separah sekarang, dan tidak ada raja-raja kayu yang sembarangan
membabat hutan.

Kalau Soeharto bukan penjahat tidak akan diturunkan dari tahtanya oleh
demonstrasi mahasiswa Indonesia.

Kejahatan di zaman Soeharto:

- Koran-koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah
- Pelarangan demo mahasiswa
- Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah.
Tanggal 8 Mei 1993
- Pembunuhan Misterius di Indonesia
- Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta
- Kasus tanah Kedung Ombo
- Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf
- Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini dikenal
dengan dengan peristiwa Talang sari
- Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh
perusahaan-nya Tommy Suharto


selengkapnya:

1965

Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh Jendral Angkatan Darat.
Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang
diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia . Aparat keamanan
terlibat aktif maupun pasif dalam kejadian ini.

1966

Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus
berlangsung, banyak yang tidak terurus secara layak di penjara,
termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara.
Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada
bulan Desember.
Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.

1967

Koran-koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.
April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi
anti Cina di Jakarta .
Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.

1969

Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak
diadili dikirim ke sana .
Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat,
sehingga hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung
dengan Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi
aktivitas politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di
sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk partai politik.

1970

Pelarangan demo mahasiswa.
Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
Sukarno meninggal dalam ‘tahanan’ Orde Baru.
Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.

1971

Usaha peleburan partai- partai.
Intimidasi calon pemilih di Pemilu ’71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar.
Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti
rugi yang layak.
Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda
yang di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana
yang kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning
dibebaskan.

1972

Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.

1973

Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung .

1974

Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang
yang meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaran- pembakaran pada
peristiwa Malari. Sebelas pendemo terbunuh.
Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain ‘Indonesia Raya’
pimpinan Muchtar Lubis.

1975

Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.
Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.

1977

Tuduhan subversi terhadap Suwito.
Kasus tanah Siria- ria.
Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang
milik seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta
tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim.
Kasus subversi komando Jihad.

1978

Pelarangan penggunaan karakter-karakter huruf Cina di setiap barang/
media cetak di Indonesia.
Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya
pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang memberitakan
peritiwa di atas.

1980

Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar ke
Semarang , Pekalongan dan Kudus.
Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan kehidupan
mereka dipersulit, dilarang ke luar negeri.

1981


Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim radikal
di Bangkok. Tujuh orang terbunuh dalam peristiwa ini.

1982

Kasus Tanah Rawa Bilal.
Kasus Tanah Borobudur . Pengembangan obyek wisata Borobudur 

CiKEAS Urus yang ini dululah baru yang lain

2010-01-18 Terurut Topik Awal Anugerah
Bahan-bahan dari berbagai sumber yang membuktikan bahwa Soeharto
memang tidak layak dipahlawankan:




Kalau Soeharto bukan penjahat tidak akan ada korban jiwa manusia satu
juta lebih dan ratus ribu dipenjarakan untuk bertahun-tahun tanpa
proses hukum di pulau buru dan lain-lain.

Kalau Soeharto bukan penjahat maka tidak akan ada pembunuhan di Timor
Timur (Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Kasus Balibo, terbunuhnya
lima wartawan asing secara misterius dll) , pembunuhan di Aceh dll

Kalau Soeharto bukan penjahat tidak terjadi kerugian pada Pertamina
disaat perusahaan minyak dan gas di dunia memetik laba berlipat ganda
atau paling tidak ada pertanggungan jawab terhadap kerugian tsb.

Kalau Soeharto bukan penjahat lingkungan keadaan hutan Indonesia tidak
separah sekarang, dan tidak ada raja-raja kayu yang sembarangan
membabat hutan.

Kalau Soeharto bukan penjahat tidak akan diturunkan dari tahtanya oleh
demonstrasi mahasiswa Indonesia.

Kejahatan di zaman Soeharto:

- Koran-koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah
- Pelarangan demo mahasiswa
- Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah.
Tanggal 8 Mei 1993
- Pembunuhan Misterius di Indonesia
- Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta
- Kasus tanah Kedung Ombo
- Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf
- Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini dikenal
dengan dengan peristiwa Talang sari
- Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh
perusahaan-nya Tommy Suharto


selengkapnya:

1965

Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh Jendral Angkatan Darat.
Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang
diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia . Aparat keamanan
terlibat aktif maupun pasif dalam kejadian ini.

1966

Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus
berlangsung, banyak yang tidak terurus secara layak di penjara,
termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara.
Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada
bulan Desember.
Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.

1967

Koran-koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.
April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi
anti Cina di Jakarta .
Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.

1969

Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak
diadili dikirim ke sana .
Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat,
sehingga hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung
dengan Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi
aktivitas politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di
sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk partai politik.

1970

Pelarangan demo mahasiswa.
Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
Sukarno meninggal dalam ‘tahanan’ Orde Baru.
Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.

1971

Usaha peleburan partai- partai.
Intimidasi calon pemilih di Pemilu ’71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar.
Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti
rugi yang layak.
Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda
yang di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana
yang kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning
dibebaskan.

1972

Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.

1973

Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung .

1974

Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang
yang meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaran- pembakaran pada
peristiwa Malari. Sebelas pendemo terbunuh.
Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain ‘Indonesia Raya’
pimpinan Muchtar Lubis.

1975

Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.
Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.

1977

Tuduhan subversi terhadap Suwito.
Kasus tanah Siria- ria.
Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang
milik seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta
tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim.
Kasus subversi komando Jihad.

1978

Pelarangan penggunaan karakter-karakter huruf Cina di setiap barang/
media cetak di Indonesia.
Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya
pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang memberitakan
peritiwa di atas.

1980

Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar ke
Semarang , Pekalongan dan Kudus.
Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan kehidupan
mereka dipersulit, dilarang ke luar negeri.

1981


Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim radikal
di Bangkok. Tujuh orang terbunuh dalam peristiwa ini.

1982

Kasus Tanah Rawa Bilal.
Kasus Tanah Borobudur . Pengembangan obyek wisata Borobudur 

CiKEAS Berita kepada kawan

2010-01-18 Terurut Topik sunny
Netters: 

Untuk sedikit relax dari Bank Century yang masalahnya akan menghilang tanpa 
kejelasan apapun, maka sebagai penghibur dengarlah lagu.

http://www.youtube.com/watch?v=KAaFPPTSvhYfeature=related

CiKEAS Konflik Antarumat Beragama di Nigeria, 10 Tewas

2010-01-18 Terurut Topik sunny
Refleksi: Singapura amati Malaysia, lantas Indonesia bagaimana? Tenang-tenang  
saja sambil menunggu giliran?

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=13129

2010-01-18 
Konflik Antarumat Beragama di Nigeria, 10 Tewas


Singapura Amati Malaysia

AP



Gerbang gereja St Elizabeth di Kota Tinggi, Negara Bagian Johor, Malaysia 
diciprati warna merah sebagai reaksi atas penggunaan kata Allah oleh umat 
non-Muslim, akhir pekan lalu.

[SINGAPURA] Pemerintah Singapura mengamati secara serius situasi yang terjadi 
di Malaysia, terkait serangan terhadap gereja dan kuil umat Sikh di sana. 
Diharapkan, apa yang terjadi di Malaysia itu tidak terjadi di Singapura.

Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Dalam Negeri Singapura Wong Kan Seng, 
Minggu (17/1) mengatakan, situasi di Malaysia juga memberi pelajaran kepada 
rakyat Singapura supaya tidak mengganggu kehidupan antaretnis dan agama. Dia 
menekankan bahwa rakyat Singapura harus terus tetap tenang dan menjaga 
keharmonisan serta tidak terpengaruh oleh apa yang terjadi di Malaysia.

Sangat dapat dimengerti kalau rakyat Singapura memberi perhatian tentang 
perkembangan di negara tetangganya, tetapi rakyat kami sudah bereaksi dengan 
tenang. Kami harus terus melakukan hal seperti itu, ujarnya, Senin (18/1).

Pernyataan Wong itu merupakan yang pertama dari Pemerintah Singapura tentang 
ketegangan hubungan antaragama di Malaysia setelah Pengadilan Tinggi 
membolehkan Koran Katolik, The Herald, menggunakan kata Allah untuk mengacu 
kepada Tuhannya orang Kristen.

Sementara itu, dari Kuala Lumpur dilaporkan, satu lagi gereja diserang oleh 
kelompok pengacau Malaysia. Dengan demikian, sudah 11 gereja yang diserang 
kelompok Muslim di negeri itu setelah putusan pengadilan tinggi yang 
membolehkan kelompok non-Muslim menggunakan kata Allah.

Gereja yang diserang itu adalah Gereja Pendoa Rahmat Dunia yang terletak di 
bagian selatan Negara Bagian Negeri Sembilan di Semenanjung Malaysia. Gereja 
itu dilempari benda-benda pada Jumat (15/1) malam hingga kaca jendelanya pecah. 
Saya kira ini bagian dari serangan terhadap gereja-gereja di seluruh negeri. 
Beberapa orang menggunakan tongkat besi memukul hingga memecahkan kaca jendela. 
Tetapi, kami tidak memusuhi siapa pun, kata Juru Bicara Gereja itu, David 
Raju. 

Konflik di Nigeria

Sementara itu di Nigeria, pecah konflik antarumat beragama Kristen dengan 
Muslim di Kota Jos, sebelah utara negara Afrika itu. Konflik tersebut 
sedikitnya menewaskan 10 orang demikian data yang dikumpulkan hingga kemarin.

Pejabat setempat menetapkan jam malam dari pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi 
di kota itu, menyusul kekerasan yang terjadi kemarin pagi itu. Polisi dan 
tentara datang ke lokasi kejadian setelah gereja, masjid dan gedung-gedung 
lainnya hangus terbakar.

Para saksi mata mengatakan, mereka melihat paling sedikit 10 jenazah di dalam 
masjid, semuanya meninggal karena luka tembak. Sementara itu, yang lain 
mengatakan, mereka juga melihat jenazah di jalan-jalan. Tetapi, kepolisian 
menolak memberi komentar tentang jumlah korban meninggal dan korban luka-luka 
dalam insiden tersebut.

Konflik itu bermula ketika pemuda-pemuda Kristen memprotes pembangunan sebuah 
masjid di Distrik Nassarawa Gwom yang mayoritas warganya beragama Kristen oleh 
seorang Muslim kaya. Di distrik itu, rumah-rumah dan kendaraan terbakar. 
[AP/AFP/A-21] 


CiKEAS Pansus Century, Kuda Perang atau Keledai?

2010-01-18 Terurut Topik sunny


http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=13145

2010-01-18 
Pansus Century, Kuda Perang atau Keledai?




Toto Sugiarto 

Publik berharap proses dalam Pansus Hak Angket Century menjadi arena peperangan 
menumpas korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Harapannya, anggota Pansus 
memiliki semangat membara, berperang melawan perilaku merugikan negara, 
sehingga berproses seperti larinya kuda perang yang mengeluarkan api dari 
gesekan telapak kakinya, dan menghamburkan debu dari derap langkahnya yang 
gesit. 

Apakah analogi tersebut telah tergambar dalam langkah-langkah Pansus yang 
hampir sampai pada puncaknya tersebut? Dipanggilnya Pimpinan PPATK, Pimpinan 
BPK, Wakil Presiden Boediono dan mantan pimpinan BI lainnya, Menteri Keuangan 
Sri Mulyani, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta Raden Pardede, 
memperlihatkan proses telah berjalan. Secara prosedural, telah terjadi 
tanya-jawab antara anggota Pansus dan pihak-pihak yang diselidiki. 

Namun, apakah peperangan telah terjadi? Apakah proses yang terlihat seperti 
panggung drama yang mungkin tanpa skrip ini telah mengarah pada tujuan yang 
diharapkan, yaitu membongkar korupsi, kejahatan perbankan, dan penyalahgunaan 
wewenang? 

Adalah wajar jika publik membuncahi pansus dengan impian indah, karena selain 
memegang kekuasaan dan kewenangan luar biasa besar, langkah mereka tidak 
dimulai dari titik nol. BPK telah terang benderang mengindikasikan terjadinya 
korupsi, penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran aturan dalam penanganan Bank 
Century. 

Bagi BPK, kejanggalan telah terlihat sejak embrio Bank Century. Bank Indonesia 
terkesan memperlakukan secara khusus embrio yang cacat tersebut. 

Perubahan peraturan BI dari PBI No 10/26/PBI/2008 menjadi PBI No 10/30/ 
PBI/2008 yang mengubah persyaratan bank yang mengajukan permohonan FPJP yang 
sebelumnya wajib memiliki CAR minimum 8% menjadi hanya CAR positif, mengesankan 
adanya upaya BI memuluskan Bank Century tetap mendapat kucuran dana. Meski 
dikatakan Wapres Boediono bahwa PBI itu berlaku umum, namun momentumnya jelas, 
kebijakan tersebut diarahkan untuk menyelamatkan bank dengan asset di bawah 
satu persen dari asset seluruh bank di Indonesia tersebut.

Keputusan dampak sistemik sehingga bank century mendapat dana penyertaan modal 
sementara (PMS) yang mencapai Rp 6,7 triliun, Keputusan KSSK lemah, karena 
hanya berdasar pada analisa kualitatif dampak psikologi pasar. Karena berangkat 
dari indikasi pelanggaran yang terang-benderang, hampir mustahil keputusan 
akhir Pansus akan berupa tidak terbuktinya berbagai pelanggaran tersebut.


Langkah Pansus 

Beberapa langkah Pansus Century dapat dikatakan sebagai langkah yang berhasil. 
Pansus berhasil membuka beberapa hal yang sebelumnya berupa misteri. Keterangan 
Ketua BPK yang menjelaskan bahwa Bank Century cacat sejak lahir, telah menyibak 
misteri terluar. Ketika rapat dengan Burhanuddin Abdullah, terungkap tentang 
dampak sistemik. Burhanuddin menjelaskan bahwa terdapat 15 buah bank berdampak 
sistemik dan Century tidak termasuk di dalamnya. 

Akhirnya, keterangan Jusuf Kalla mematahkan premis bahwa Bank Century adalah 
bank berdampak sistemik yang selalu digembar-gemborkan oleh Warpes Boediono dan 
Menkeu Sri Mulyani. Pandangan Jusuf Kalla, yang didahului pandangan Burhanuddin 
Abdullah, persis menempatkan kebijakan yang telah diambil KSSK, yaitu melakukan 
bailout, sebagai kebijakan yang salah dan merugikan keuangan negara. 

Di balik keberhasilan tersebut, kinerja Pansus jauh dari optimal. Dalam setiap 
rapat, pertanyaan-pertanyaan anggota Pansus secara umum terkesan tidak tajam. 
Anggota Pansus terkesan tidak berminat mengejar keterangan pihak-pihak yang 
sedang diselidiki, banyak pertanyaan hanya datar saja. Ketika Wapres Boediono 
mengatakan bahwa PBI yang telah berubah itu berlaku untuk semua bank, tidak ada 
pertanyaan lanjutan yang menegaskan bahwa dari sisi momentum, meskipun 
perubahan PBI berlaku untuk semua, namun, kebijakan tersebut ditujukan untuk 
membuat Bank Century dapat menerima FPJP.

Derap langkah yang tidak menimbulkan api mencerminkan semangat yang tidak 
optimal untuk memenangkan peperangan. Setiap langkah terlihat dibuat sedemikian 
rupa sehingga harmoni tetap tercipta. Ketika pertanyaan agak keras dilancarkan 
salah seorang anggota Pansus, seperti terhadap Sri Mulyani, anggota Pansus lain 
langsung meredam. 

Alih-alih seperti pasukan perang yang siap mengalahkan musuh, anggota Pansus 
lebih terlihat seperti sekelompok penari yang sedang menarikan tarian yang 
lemah-lembut. Agresif dan keras hanya terlihat di berapa bagian tarian.

Fenomena lain yang muncul dari langkah-langkah Pansus adalah kesia-siaan. 
Imbauan agar Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani non-aktif adalah tindakan 
yang tidak ada gunanya. Alih-alih positif bagi pencapaian tujuan, malah 
melebarkan dan mengaburkan fokus perhatian.

Jika dipakai analogi, Kuda perang atau keledaikah yang diperankan Pansus di 
panggung drama politik 

CiKEAS Islamic Games Called Off

2010-01-18 Terurut Topik sunny
http://thejakartaglobe.com/sports/islamic-games-called-off/353458

January 18, 2010 
Ami Afriatni

Islamic Games Called Off

A dispute over writing on winners' medals saw the second edition of the Islamic 
Solidarity Games cancelled, a move which could come back to hurt Indonesia at 
this year's Asian Games. 

The Riyadh-based Islamic Solidarity Federation (ISF) on Sunday called off the 
games, scheduled for Tehran in April, because Iran used the term Persian Gulf 
on the medals. The games were one of a few opportunities for Indonesian 
athletes to prepare for November's Asian Games in Guangzhou, China. 

It is such a shame the games were cancelled again, because it is one of our 
main tryouts before the Guangzhou games, said Sony Kasiran, the head of 
athletes' development for the Indonesian Weightlifting and Bodybuilding 
Association (Pabbsi). 

Our lifters had the potential to raise our flag at the games because our 
toughest rivals such as China, Vietnam and Eastern European countries were 
likely to be absent from the games. 

Iran was scheduled to host the Islamic Solidarity Games from April 16-25 after 
the planned date of October 2009 was pushed back due to fears over an H1N1 flu 
outbreak. The games, which first took place in 2005 at Jeddah, Saudi Arabia, 
were established to strengthen ties among the 57 nations of the Organization of 
the Islamic Conference. 

The ISF, after an emergency board meeting, said Iran's organizing committee 
unilaterally took some decisions without asking the federation by writing some 
slogans on the medals and pamphlets of the games. Arab countries reportedly 
insisted on using the term Arabian Gulf or simply the Gulf. 

Pabbsi had prepared three lifters - Jadi Setiadi, Eko Yuli Irawan and Triyatno 
- to compete in Tehran. All three were gold medal winners at the 2009 Southeast 
Asian Games. 

To maintain preparations for the Asian Games, Sony said Pabbsi must find 
another competition. 

Triyatno joined in the voices decrying the cancellation. 

They postponed it from October last year to April this year. That disturbed 
our training programs enough. Now they cancelled it, the only competition where 
I could find out about the progress of my opponents before the Asian Games, 
the 22-year-old said. 

I've competed at the SEA Games, Asian Games and Olympics. I'm still curious 
about competing in the Islamic Solidarity Games. It was supposed to be my first 
time. 

Preparations for the Asian Games go on, Triyatno said. Together with Eko, he 
returned to training at the Pabbsi camp in Balikpapan, East Kalimantan, 
following a two-week break to rest after the completion of the SEA Games. 

I've reached about 80 percent of my total lifts made in Laos so far. We're 
still in recovery, he said. 

The Indonesian Taekwondo Association (PBTI) also railed against the decision, 
claiming the move hurt athletes' training program and competition schedule. 

We put the Islamic Solidarity Games in our annual competition calendar, and 
maybe the federations of other countries have done the same. Because the games 
were to be held in April, they fit the athletes' training schedule. It could've 
been a good tryout before the Asian Games, PBTI secretary general Wahyu Hagono 
said. 

The dispute [between Iran and Arabic countries] should not be a disadvantage 
to the other participating countries. 

Like Pabbsi, the PBTI had three athletes prepared to compete in Iran but must 
now find another warm-up event.




Related articles
Indonesia Focusing on Other Events as Iran Cancels Islamic Games
8:32 PM 01/09/2009

Indonesian Lifters Look to Muscle Up for Games in Tehran
8:43 PM 28/08/2009


CiKEAS Aceh Rape Shows Danger of Shariah Law

2010-01-18 Terurut Topik sunny
http://thejakartaglobe.com/opinion/aceh-rape-shows-danger-of-shariah-law/353448

January 18, 2010 
Bramantyo Prijosusilo

Aceh Rape Shows Danger of Shariah Law

The recent rape of a female university student by three members of Aceh's 
Shariah Police should serve as a warning to all those who would like to see 
Shariah law imposed in Indonesia. When the authorities have the right and power 
to judge people according to their interpretations of Allah's law, Allah stands 
robbed of His rights. 

Using religious texts that can baffle the layman, scholars often create 
confusion, mixing that which is clearly evil with the purely good. This 
practice amounts to a spiritual bullying to create fear among believers and 
accumulate power. Murder, suicide and violent public punishments - caning, 
mutilation, public hangings and stoning - are repulsive to most of us, but 
through the words of scholars they can be twisted into expressions of faith and 
the love of God. We witness this twisting of values in every society that tries 
to implement Shariah law: People commit inhumane acts in the belief that they 
are carrying out God's will. 

State Shariah law grants scholars of Islam a power similar to that wielded by 
the church in Europe's Dark Ages - and it conceals the fact that in Islam there 
is not meant to be a priesthood or clergy. According to the Koran, all of us, 
Muslims and non-Muslims alike, are equal before God, who judges us only by our 
faith, not by our knowledge of religion or our analytical intelligence or by 
anything else. Everyone is encouraged to stand, bow, kneel and prostrate before 
God five times a day without any barrier or intermediary. There were no Islamic 
scholars or Shariah law in the time of the Prophet Muhammad. Everyone was free 
to embrace Islam according to their individual capacity, and the prophet passed 
judgment on issues as they arose, employing revealed verses, common sense and 
the traditions and sense of justice of the people he was working with. 

In this light, Shariah law is an invention and an innovation within Islam that 
often has more to do with the prejudices and politics of a given time than it 
does with the substance of the Koran. Sadly, this has for some time been 
conveniently overlooked in many of the world's Muslim communities, especially 
since the strict Wahabi interpretation took over the birthplace of Islam and 
subsequently discovered the petrodollar. 

The kind of rape by men in authority in Aceh is not uncommon in communities 
that employ Shariah law. In Indonesia, it is not uncommon for a migrant worker 
to return home from working as a maid in Saudi Arabia only to give birth to an 
Arab-looking baby. If a maid is raped by her boss in Saudi Arabia the best 
thing she can hope for is to get home alive, because under that nation's form 
of Shariah law, she could be sentenced to death for adultery. 

In the light of atrocities committed in the name of God under Shariah law, it 
is curious that many Muslim communities, including here in Indonesia, support 
the idea. One might imagine that the rape in Aceh would put us off the idea, 
but unfortunately this is probably not going to happen. Although Islamists are 
a minority in Indonesia, they are a vocal and militant group. Islamists the 
world over have a habit of condemning secular law as being the cause of all 
evil in society; but notice that when bad things happen in Muslim communities, 
Shariah law never gets blamed. 

Many people continue to blindly believe that if Shariah were the norm 
throughout the world, mankind's ills would be cured. This is why it is 
important that the media and scholars take cases like the recent Aceh rape and 
employ them as illustrations of how the absolute moral and legal power that 
Shariah law gives authorities is corrupted and abused. 

Muslims need not be apologetic and pretend that it is the people implementing 
Shariah law who are at fault rather than the law itself. Shariah is a man-made 
concept, and compared to current secular law, Shariah is positively barbaric, 
particularly its criminal code. The idea of four male witnesses proving 
adultery, for example, is laughable - all the more true when we set it side by 
side with modern forensic science. 

With Aceh's Islamists proposing that adulterers be punished by stoning, one 
hopes that the Aceh rape case will cause lawmakers there to step back and think 
about what they are dragging their people into. Authorities in Aceh and 
elsewhere should be careful to avoid usurping the rights of God for themselves. 
If this is allowed to continue, the stage will be set for the root of all evil 
to take hold: corruption of the heart. And corrupted hearts can no longer 
differentiate right from wrong or good from evil. 



Bramantyo Prijosusilo is an artist, poet and organic farmer in Ngawi, East Java.


Re: CiKEAS Belum Ada Islam Yang Membantu Bencana Haiti !!!

2010-01-18 Terurut Topik vonny vitawati
yuuuppp  setuju banget ... sebagai sesama manusia kita harus saling 
ngebantu ... ga peduli dr agama manapun ... :-)

--- On Sat, 1/16/10, muskitawati muskitaw...@yahoo.com wrote:

From: muskitawati muskitaw...@yahoo.com
Subject: CiKEAS Belum Ada Islam Yang Membantu Bencana Haiti !!!
To: CIKEAS@yahoogroups.com
Date: Saturday, January 16, 2010, 8:49 AM







 



  



  
  
  Belum Ada Islam Yang Membantu Bencana Haiti !!!

   

Seluruh negara2 didunia sekarang bersatu padu mengirim atau memberi bantuan 
kepada para korban bencana gempa di-Haiti, tapi yang paling menonjol disini, 
ternyata belum ada satupun negara Islam atau organisasi Islam yang tersentuh 
kemanusiaannya untuk juga memberi atau mengirim bantuan ala kadarnya.



Israel adalah negara pertama yang memberi bantuan kilat dihari pertama sejumlah 
lebih dari 30 juta dollar ke Haiti ditambah lagi tenaga dokter, engineer, dan 
alat2 berat untuk menolong korban2 yang terperangkap runtuhan gedung2 beton.  
Barulah kemudian disusul oleh Amerika yang mengirimkan pasukan angkatan laut 
dan angkatan daratnya yang mendarat dengan segala kebutuhan berupa peralatan 
untuk menyingkirkan reruntuhan dan mendeteksi lokasi para korban yang masih 
hidup.  Anjing2 pelacak dari Amerika, Inggris, Perancis dan negara2 lainnya 
dikerahkan segera setelah terjadinya bencana ini.



Di Indonesia sendiri memang ada kegiatan pengumpulan sumbangan atas nama 
bencana Haiti, tapi belum terdengar ada sumbangan yang dikirimkan, mungkin 
nasib sumbangan itu akan sama seperti nasibnya bail-out bank Century.



Semoga umat Islam beserta organisasi2 Islam di Indonesia juga tersentuh untuk 
mengirimkan bantuannya, apalagi 35% penduduk Haiti adalah beragama Islam.  
Padahal apapun agamanya, kita sebagai umat Islam tidak boleh membedakannya 
tetapi harus menolong tanpa perlu tanya apa agamanya.



Ny. Muslim binti Muskitawati.






 





 



  






  

CiKEAS Persian ambitions

2010-01-18 Terurut Topik sunny
http://weekly.ahram.org.eg/2010/981/op5.htm

14 - 20 January 2010
Issue No. 981
Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875

In Focus:

Persian ambitions

Deceived by its anti-imperial slogans, many Arabs do not understand the threat 
that Iran truly poses, writes Galal Nassar 



The Arabs are still vulnerable to big words and grand ideologies. They are 
still thinking with their hearts, not their brains. This is something that 
political regimes seem to understand. 

Certain regimes sense the weakness of the masses and use it for their own sake. 
Instead of changing the current culture and adopting a stance of rationalism, 
regimes often decide to reinforce current illusions. This is a sign of 
weakness. Regimes that emphasise doctrine at the expense of reason are usually 
ones who cannot win fairly at the ballot box.

It is easy to turn everything into ideology. It is easy to use big words. Look 
at nationalism, pan-Arabism and Islam. All have turned into ideologies. All 
have been taken out of context, detached from reality, and then used to 
reinforce prejudice and sedition. Even democracy often masquerades as an 
ideology. There are people who have turned democracy into empty slogans, 
robbing it of all meaning. 

One country that is big on ideology is Iran. Iran is combining its penchant for 
religion with a penchant for nuclear power. The two have become a double-edged 
sword in its quest for dominance. The Iranians are talking all the time about 
the missiles they have and the centrifuges they are developing. They have 
reached the point where nuclear power becomes a rallying point of ideology. 
This tendency to boast about nuclear capabilities is growing all the time, and 
reflects the increasing insecurity of the state. Faced with political turmoil 
and economic hardship, the Iranian regime is under intense domestic pressure. 
This is why the bragging has become more pitched of late.

When Khomeini led the 1979 revolution that brought down the shah regime, many 
Arabs sympathised with the new regime. They liked its anti-imperialist and 
anti- Zionist slogans, and were pleased to see the Israeli embassy in Tehran 
become the Palestinian embassy. Besides, the shah's regime was generally seen 
as corrupt and a Western puppet. Back then, no one thought of the Islamic 
revolution as a Persian-Shia expansionary ploy. 

Arab regimes were quite self-confident at the time of the Iranian revolution. 
This is why they didn't regard it with suspicion. And Gulf states, secure in 
their close ties with the West, didn't see the Iranian revolution as a major 
threat.

Arab countries have a tradition of sectarian coexistence. At times, coexistence 
is -- be it an involuntary affair -- enforced by despotic regimes. At other 
times, it is a natural reflection of decades of religious tolerance and of 
common struggle against foreign occupation. So when the Iranian revolution 
broke out, many Arabs saw it as a quest for liberation rather than a 
chauvinistic Persian-Shia movement.

In its early days, the Iranian revolution gained the sympathy of a large 
section of Arab and Islamic nations, including Sunnis. One reason for this 
sympathy is that many nations in this region share a grudge against the West in 
general and Zionism in particular.

Iraqi president Saddam Hussein warned repeatedly of the expansionist goals of 
Iran and its use of religion as a weapon. But his warnings went unheeded. Arab 
intellectuals maintained their sympathy with Iran. Many thought that Gulf 
states who sided with Saddam against Iran were acting as lackeys of the West. 
Many assumed that Saddam was exaggerating the Iranian threat.

It took three wars in the Gulf for the Arabs to start recognising the true face 
of the Iranian regime, a regime that mainly wants to restore the glory of a 
Persian empire; a regime that talks religion but is trying to grab the land of 
its neighbours.

Iran is refusing to let go of the three UAE islands -- Lesser Tunb, Greater 
Tunb, and Abu Moussa -- that it occupies. It calls the Gulf Persian and is 
resentful when we refer to it as Arab or even Islamic. It is trying to turn 
Shias in various Arab countries against their governments. Under the banner of 
Islam, Iran provided financial, military, and media assistance to Arab 
opposition groups from Palestine to Yemen.

Tehran helped the US -- the country it once labelled the Great Satan -- destroy 
Iraq, undermine its territorial integrity, and wreck its sovereignty. And it 
tried to destroy the national fabric of Bahrain and other Gulf states. Iran's 
hostility to pan-Arabism can be detected in its verbal bravado, its pledge to 
fight against colonialism, its promise to destroy Israel, and boasting about 
its nuclear capabilities and long-range missiles.

It is not that Iran doesn't have the right to own nuclear technology. Iran has 
every right to seek power in any 

CiKEAS The curse of Muslim lands

2010-01-18 Terurut Topik sunny
http://weekly.ahram.org.eg/2010/981/op8.htm

14 - 20 January 2010
Issue No. 981
Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875

The curse of Muslim lands
Too much innocent blood has been spilled in the name of Islam. It is time the 
madness came to an end, writes Aijaz Zaka Syed* 



Terrorism, they say, is the weapon of the weak. But in our case it has become 
the weapon against the weak. The use of suicide is not something invented by 
Muslims. It's perhaps as old as homicide. Japan's harakiri comes to mind. But 
perhaps no people have suffered from it, and because of it, as much as Muslims 
have in recent years.

So what drives a suicide bomber? And what kind of cause, however noble, makes 
you kill innocent people peacefully going about their day-to-day business -- 
people who haven't harmed anyone and pose no threat to anyone? And how can 
these faceless men, whatever their motives, ever think they would be forgiven, 
let alone rewarded, in the next life for their despicable acts against the 
defenceless?

Is this what Islam really preaches and stands for? If not -- as we all know it 
doesn't -- why aren't our religious scholars, leaders and wise men raising a 
storm and doing more to stop these mad men bent on tarnishing the image of a 
noble faith and its billion plus followers? 

I have struggled with these questions every time innocent people are killed in 
a terror attack or suicide bombing. And these questions have been troubling me 
again since the mind- numbing attacks on a Muharram procession in Karachi and a 
volleyball match in Pakistan's north last week. 

The unparalleled scale of the attack on the Ashura procession in Karachi -- 
Pakistan's financial/commercial capital and political nerve centre -- has 
shaken a country that has long been used to daily mayhem of this kind. Nearly 
50 people were killed and 500 injured in the Karachi attack. But more than the 
loss of lives, it is the devastation wreaked on the country's biggest city that 
day that will haunt Pakistan for a long time to come. 

Thousands of businesses, shops and commercial establishments were destroyed in 
no time, incurring losses worth billions of dollars. And the attack on the 
heavily attended volleyball match in the troubled Northwest killed 75 
villagers, and left scores maimed. 

None of those watching the match or attending the Muharram procession had 
anything to do with the Western wars in Afghanistan-Pakistan or Iraq. They had 
no sympathy or affiliation whatsoever with the United States and the West. Then 
why have they been targeted? More importantly, what have the planners and 
perpetrators of these devastating attacks against unsuspecting bystanders 
achieved? 

But whoever said there is any higher purpose or noble objective behind all this 
madness? There's no method in the madness. This is an all-consuming monster 
that does not distinguish between friends and foes. In fact, paradoxical as it 
may sound, more Muslims than non-Muslims have been killed in macabre attacks 
carried out in the name of Islam.

As regular readers would know, this humble hack has been doing his bit -- for 
what it's worth -- to question, critique and confront the big powers have been 
playing in the Middle East and Arab/Muslim world for centuries, and has gone to 
great lengths to point out repeatedly why US and Western policies are to blame 
for much of the mess you see in the Muslim world today, from Palestine to 
Pakistan. 

I have also religiously underscored the fact that groups like Al-Qaeda have 
been birthed and fuelled by Western double standards and unjust, callous 
policies in the Muslim world. And that even in the face of increasing threats 
from extremist groups and evidence of a clear link between cause and effect, 
the West has tenaciously refused to address, review and change its fundamental 
policies in the greater Middle East region. But that's another story altogether.

Western actions cannot be an excuse for the kind of extremist violence that is 
being visited on Pakistan, Afghanistan, Iraq and elsewhere. Why are innocent 
people -- almost all of them Muslims -- being made to pay for Western policies 
and sins? And how does it help the cause of these so-called defenders of 
Islam when they target innocent Muslims, and non-Muslims for that matter? This 
death cult is the ultimate injustice and calumny against a faith that 
celebrates peace, reason, moderation and justice in all spheres. Why, Islam 
literally means peace!

So what kind of Islam do these lunatics think they believe in when they send 
young, impressionable 13-year-olds who haven't even experienced what life is to 
die? The Karachi attack and the terror strike on the volleyball match are only 
the most recent instances of crimes committed in the name of a great faith. 
Pakistan's recent history, and that of the Middle East, is replete with such 
vile and craven 

CiKEAS Chinese hackers targeted me: NSA

2010-01-18 Terurut Topik sunny
http://www.hindustantimes.com/Chinese-hackers-targeted-me-NSA/H1-Article1-499115.aspx


Chinese hackers targeted me: NSA


HT Correspondent, Hindustan Times
Email Author
New Delhi, January 19, 2010
First Published: 00:06 IST(19/1/2010)
Last Updated: 00:14 IST(19/1/2010)
  

The National Security Advisor's office was the target of Chinese hackers, said 
M.K. Narayanan in an interview to The Times of London. People seem to be 
fairly sure it was the Chinese, he said. The attempted hacking took place on 
December 15, the same day US companies such as Google reported sustained 
cyberattacks from China.

Narayanan said various government departments received emails with a PDF 
attachment containing a so-called Trojan virus. Opening the PDF file would have 
allowed a hacker to remotely access the computer and download files. 

This was not the first instance of an attempt to hack into our computers, 
Narayanan said. It is difficult to find the exact source but [China] is the 
main suspicion. It seems well founded. He added India was cooperating with the 
US to bolster its cyber defences.

Chinese hackers, who are widely believed to be working on behalf of Beijing, 
have a record of carrying out repeated attacks against governments around the 
world including the US, Taiwan, Japan and Ger-many. China seems to see this as 
a means to test its cyberattack capabilities. The December 15 attacks led 
Google to issue a warning that it would shut down its Chinese operations. 

Beijing has publicly denied any role in the December attacks. Hacking in 
whatever form is prohibited by law in China, said Jiang Yu, a Foreign Ministry 
spokeswoman. Narayanan told The Times that while he expected China to be an 
increasing security priority, the main threat for India still came from 
Pakistan-based militants. 
 with agency inputs

CiKEAS Iranian Democracy in Iraq!

2010-01-18 Terurut Topik sunny
http://www.aawsat.com/english/news.asp?section=2id=19560

Iranian Democracy in Iraq!

18/01/2010 
By Tariq Alhomayed




It seems that the process of democratization in Iraq is evolving quickly; 
however, without doubt, it is evolving in the wrong direction. What does it 
mean when the Debathification commission, or what is now known as the Justice 
and Accountability Commission, is trying to break up all Iraqi political blocs 
that disagree with the Iranian program in Iraq, or oppose Tehran's allies in 
Iraq who have power and authority, before the upcoming Iraqi elections? The 
accusation that is always on hand is affiliation to the Baath party or 
sympathizing with it, call it what you like. Or [the commission just] carries 
out arrests and raids [against them]. 

After head of the National Dialogue Front Saleh al Mutlak and his bloc was 
targeted and banned from taking part in the forthcoming Iraqi elections on the 
pretext of sympathizing with the Baathists, (and this was said to be based on a 
joke between Mutlak and someone else), around 500 Iraqi figures were also 
banned [from participating in the forthcoming elections] including the Iraqi 
Defense Minister Abdul Qader Obaidi. Dr. Iyad Allawi considers this political, 
and expansion of the circle of revenge, as this will lead to a state of chaos, 
not a state of law. 

Therefore, when we say that the process of democratization in Iraq is evolving 
quickly but in the wrong direction [it is because] it is clear to us today that 
the Debathification commission, or the Justice and Accountability Commission, 
has come to resemble Iran's Guardian Council, which approves who is eligible to 
run in Iranian presidential elections. The difference is that the Iranian 
Guardian Council says whose nomination it accepts on an individual basis, 
whereas the Iraqi Commission is more comprehensive as its task is to tighten 
the grip on political blocs as well as on Iraqi political figures. It would 
have been easier for the Debathification commission, or whatever it's called, 
to say who can run in the upcoming elections instead of [letting] the list of 
banned [candidates] accused of being affiliated or sympathizing with the 
Baathists in Iraq reach a number that may exceed thousands. 

This is not sarcasm but the truth. The ongoing process of banning Iraqi 
entities and figures has become barefaced political maneuvering, and widening 
of the circle of revenge and deepening the authority of a group at the expense 
of all Iraqi components in the name of democratization. This kind of democracy 
only resembles the kind of distorted democracy that we are seeing in Iran; the 
results of which have led to oppression of the people, killing and imprisonment 
of women not to mention men and youth, and the accusation of being an agent for 
Israel and the West that is cast against anyone who challenges the authority. 
[They are also accused of] being against God and religion if they go against 
the instruction of the Supreme Guide to the extent that in Iran it is now 
against the law to use mobile phones or email to demonstrate opposition against 
Ahmedinejad's regime. The difference between the Guardian Council and the 
Justice and Accountability Commission, which is entrusted with uprooting 
Baathism, is that the latter wants to learn from the mistakes made in Iran by 
carrying out pre-emptive operations before the upcoming Iraqi elections to hunt 
down those who oppose Iran's influential allies in Iraq today before they 
succeed at the ballot box, which would make the process of removing them more 
difficult. Otherwise, Iran's allies in Iraq would be forced to pursue their 
opponents on the streets just as the Mullahs are doing today to the opposition 
in Iran. 



CiKEAS Pasuruan Paling Korup : Jumlah Korupsi Kasda Bengkak Jadi Rp 154 Miliar

2010-01-18 Terurut Topik Al Faqir Ilmi
Pasuruan Paling Korup : Jumlah Korupsi Kasda Bengkak Jadi Rp 154 Miliar


Kejaksaan Tak Akan Istimewakan Bupati Dade Angga, Jumlah Korupsi Kasda Bengkak 
Jadi Rp 154 Miliar


Kasus korupsi kasda yang diduga melibatkan Bupati Pasruan Dade Angga
terus menjadi gunjingan masyarakat setempat. Apalagi, ada temuan baru
bahwa nilai kerugian Negara membengkak dari Rp 74 miliar menjadi Rp 154
miliar.



Jika nilai korupsi itu dirangking dari sisi dugaan keterlibatan kepala
daerah (bupati/walikota) di Jawa Timur, maka Kabupaten Pasuruan
terlihat paling tinggi alias paling korup. Data yang diperoleh dari
Kejaksaan dan Pengadilan, 12 kepala daerah terlibat korupsi. 8 kepala
daerah di antaranya telah divonis, sedang 4 lainnya masih proses
penyidikan. Dari jumlah itu kasus korupsi kasda Kab. Pasuruan terlihat
paling tinggi dari sisi nilainya, yakni Rp 154 miliar. Sedang terendah
kasus dugaan korupsi bantuan hukum dengan tersangka Bupati Lumajang
Sjahrasad Masdar. Kasus ini terjadi saat Masdar masih menjabat Pjs
Bupati Jember. Nilai kerugian Negara hanya Rp 450 juta. (Selengkapnya
Lihat Grafis: Bupati dan Mantan Bupati di Jatim Terjerat Korupsi)



Yacobus Willianto SH, aktivis dan advokat asal Pasuruan yang gencar
membongkar kasus korupsi kasda mengungkapkan kasus korupsi Kasda
Pasuruan tahun 2001-2003, bukan hanya Rp 74 miliar, namun Rp 154
miliar. Ia menjelaskan jumlah tersebut berdasarkan audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang awalnya jumlah kerugian negara Rp 74
miliar. Namun akhirnya bertambah menjadi Rp 154 miliar.



“ Hal itu berdasarkan audit BPK, awalnya memang Rp 74 miliar, namun
setelah dilakukan audit ulang ternyata jumlah kerugian membengkak
menjadi Rp 154 miliar,” ujar Willianto kepada Surabaya Pagi, Senin
(18/1).



Jumlah tersebut, lanjut Willianto, merupakan jumlah total dari uang
pokok Kasda dengan bunga bank dari Bukopin. Di bank inilah Dade Angga
memerintahkan uang Kasda tersebut dialihkan dari kasda yang tersimpan
di Bank Jatim.



Kepastian peningkatan jumlah kerugian negara tersebut, kata Willianto,
juga diperkuat oleh pernyataan asisten pidana khusus (Aspidsus) Kejati
Jatim yang saat itu menjabat sebagai Direktur Penyidikan di Kejaksaan
Agung, M Anwar. “ Saat itu saya tanyakan ke pak Anwar yang saat itu
menjabat sebagai Direktur Penyidikan di Kejaksaan Agung dan memang
jumlah kerugiam negara bukan hanya Rp 74 miliar, tapi Rp 154 miliar,”
tambahnya.



Sementara Aspidsus M. Anwar ketika dikonfirmasi menyatakan bahwa kasus
ini memerlukan penjelasan secara detail, untuk itu ia berjanji akan
menjelaskan secara detailnya kasus ini. “Besok saja saya jelaskan,
kasus ini ceritanya panjang,” tukasnya.



Pemeriksaan Belum Jelas

Mengenai follow up setelah turunnya izin pemeriksaan Bupati Dade Angga,
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bangil M Sjafarudin Majid belum berani
banyak komentar. Sebab, menurutnya, hingga kini pihaknya belum diberi
tahu oleh Kejagung mengenai surat izin dari presiden tersebut. “Tim
Kasda ini diketuai oleh Kejagung. Mengenai surat izin presiden yang ada
di tangan Jampidsus (Marwan Effendi) pun kami juga tidak tahu, karena
belum ada pemberitahuan,” tutur Sjafarudin Majid dikonfirmasi di ruang
kerjanya, sore kemarin.



Jika diserahi Kejagung, lanjut Majid, pihaknya siap memeriksa Bupati
Dade Angga. “Seandainya bupati akan diperiksa di Kejaksaan Bangil, kami
akan bertindak professional. Meski dia (Dade Angga, red) bupati tidak
akan ada pengistimewaan saat pemeriksaan nanti,” tegas Majid.



Sayangnya, Jampidsus Kejagung Marwan Effendi yang dikonfirmasi mengenai
rencana pemeriksaan Dade Angga pasca turunnya izin presiden, tidak ada
jawaban saat ponselnya dihubungi, tadi malam. Sebelumnya, mantan Kepala
Kejaksaan Tinggi (Kajati) jawa Timur ini mengaku bahwa izin pemeriksaan
Bupati Dade Anggar baru turun seminggu lalu. “Izinnya baru turun satu
minggu lalu. Sabar dulu lah tunggu prosesnya,” ucap Marwan.



Seperti diberitakan, Kejaksaan telah menerbitkan surat perintah
(sprint) penyidikan kasus kasda ini, yang menyebut Dade Angga sebagai
tersangka. Sprint ini bernomor 48/Fd.1/09/2008 tertanggal 19 September
2008 yang ditandatangani M. Fasela SH, jaksa utama muda Kejaksaan Agung
(Kejagung). Isinya, dalam kasus kebocoran dana kasda Kabupaten
Pasuruan, ada keterlibatan pihak lain sebagai tersangka. Yakni, Dade
Angga.



Bupati yang diusung dari Partai Golkar dan PDIP ini diduga terlibat
dalam kasus korupsi kasda, berdasar laporan hasil penyidikan
sebelumnya, yang menyeret dua pejabat Pemkab Pasuruan. Dade Angga
dijadikan tersangka karena dianggap yang menginstruksikan pemindahan
rekening kasda ke Bank Bukopin dalam bentuk DOC (Deposit On Call) yang
berbuntut kebocoran kasda.



Dalam kasus ini dua pejabat Pemkab Pasuruan, yakni Indra Kusuma (Kabag
Keuangan 2001-2006) dan Ec. Totok Setyo Susilo (Kabag Keuangan
2006-2008) telah dijebloskan ke penjara. Indra Kusuma divonis 15 tahun
penjara, sedang Totok diganjar 7 tahun penjara oleh majelis hakim
Pengadilan Negeri (PN) Pasuruan.



Dewan 

CiKEAS LOWONGAN SEGERA !!!

2010-01-18 Terurut Topik datadianata dianata
Kami sebuah event organizer yang berlokasi di daerah Jakarta Timur, membutuhkan 
tenaga :

Promotion staf , syarat-syarat :

- Wanita, Usia Max 30 tahun
- di utamakan single
- min D3
- domisili disekitar jakarta timur, 
- mendapatkan gaji pokok+uang makan+transport + komisi yang menarik

segera kirimkan ke : event...@gmail.com
cantumkan di judul Email : Aplication





  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

CiKEAS Menimbun Lubang - Tahun Biodiversitas

2010-01-18 Terurut Topik Retno Kintoko
 = = = = = 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
   nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia.  
 = = = = = 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration  Pluralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut TAHUN BARU 2010 dengan semangat produktifitas dan energi lestari. 
Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. 
ANALISIS POLITIK
Menimbun Lubang
Selasa, 19 Januari 2010 | 02:53 WIB
Oleh : Sukardi Rinakit
Demi masa, peserta seminar itu sekali lagi bertanya mengenai prediksi saya 
untuk tahun 2010. Dengan tegas penulis mengatakan, optimistis.
Meski situasi politik sedikit memanas karena kasus Bank Century, perlakuan 
istimewa kepada Artalyta Suryani, dan pernyataan Presiden untuk melakukan 
evaluasi koalisi partai, tetapi secara hipotesis semua itu tidak akan 
mengganggu ranah ekonomi. Banyak pihak percaya tahun ini ekonomi akan tumbuh 
lebih baik daripada tahun sebelumnya. Situasi itu diduga akan berlaku hingga 
lima tahun mendatang.
Penulis jauh-jauh hari menyatakan, jika pemerintah tidur saja, kinerja ekonomi 
akan sama dengan periode tahun 2004-2009. Jika pemerintah tidak tidur dan 
bekerja ala kadarnya, keadaan akan lebih baik dibandingkan dengan lima tahun 
lalu. Keadaan akan mengalami lompatan signifikan, bahkan akan mengejar Bric 
(Brasil, India, dan China), jika Presiden melakukan resume power dan berani 
keluar dari kerangkeng rasa aman dan pencitraannya.
Pendeknya, pintu peluang bagi Indonesia untuk merangsek maju terbuka lebar. 
Namun, sekali lagi, pemerintah terjebak pada pencitraan semu. Belum apa-apa, 
pemerintah sudah mengklaim program 100 harinya sukses hampir 100 persen. Ini 
seperti mimpi yang tidak bisa dikonfirmasi. Ini justru menimbulkan pesimisme 
publik. Jangan heran, jika secara diam-diam rakyat yang melek politik mencemooh 
pernyataan itu.
Menyimak keadaan itu, penulis teringat Johann Christoph Friedrich von Schiller. 
Ia pernah menyatakan, Eine grosse Epochas Jahrhundert geboren, Aber der grosse 
Moment findet ein kleines Geschlecht (Abadnya abad besar yang melahirkan zaman 
besar, tetapi momen sebesar ini hanya mendapatkan manusia kerdil). Sejujurnya, 
kita tidak memiliki pemimpin berkarakter kuat sekarang ini. Padahal, tatanan 
dunia bergerak semakin cepat, ekstrem, dan penuh risiko.
Menjadi orang
Sejak awal saya sudah mengkritisi program 100 hari pemerintahan Susilo Bambang 
Yudhoyono. Prioritasnya terlalu banyak, mencakup 15 program, mulai dari 
pertahanan, penegakan hukum, reformasi birokrasi, dan lain-lain. Karena tak ada 
program yang dijadikan maskot, keberhasilannya menjadi sulit diukur. Semua 
abu-abu.
Idealnya, pemerintah memilih tiga program saja sebagai panglima, yaitu mencabut 
peraturan perundang-undangan yang membatasi pendirian tempat ibadah, 
menciptakan sejuta lapangan kerja melalui program padat karya, serta membangun 
laboratorium modern untuk mengembangkan nanoteknologi, bioteknologi, 
neurosains, dan teknologi informasi. Program lain, meski tetap dijalankan, 
tidak perlu dikibar-kibarkan seperti ketiga maskot itu.
Dengan demikian, realisasi program itu bisa diukur langsung oleh publik. Jika 
program pertama dan kedua berhasil, optimisme rakyat pasti meningkat. Perasaan 
satu bangsa dipastikan menghebat. Semua akan merasa tidak sia-sia menjadi warga 
negara Republik Indonesia. Akan tetapi, dengan klaim sepihak dari pemerintah, 
optimisme publik menjadi kempis kembali.
Suka atau tidak, sikap pemerintah yang gampang mengklaim kesuksesan tanpa 
menyodorkan bukti memadai adalah cermin bening dari karakter kepemimpinan yang 
lemah jika tidak boleh disebut kerdil seperti kata Von Schiller. Sebab itu, 
jika kepada mereka ditanyakan apa cita-citanya dulu, mereka pasti menjawab, 
”Mau jadi orang.” Maksudnya, menjadi pejabat.
Mereka tak pernah bercita-cita mengentaskan rakyat dari kemiskinan, 
mencerdaskan bangsa melalui pendidikan, membuka lapangan kerja, dan lain-lain. 
Tak mengherankan, setelah menjadi ”orang”, mereka tidak bekerja keras untuk 
rakyat. Cita-citanya memang hanya menjadi pejabat. Cita-cita itu telah terwujud 
kini.
Dalam perspektif budaya politik, pemimpin seperti itu telah gagal membentuk 
dirinya menjadi figur berkarakter kuat yang mampu mapras barang kang mbrenjul 
(meratakan sesuatu yang menonjol). Mereka bisa saja mengabaikan praktik 
ketidakadilan asal posisi politik dan sumber ekonominya aman.
Mencoba menimbun
Oleh karena tidak bisa tegak sebagai pemimpin yang berani mapras barang kang 
mbrenjul, mereka pun tidak akan mati-matian ngurug barang kang ledhok (menutup 
sesuatu yang berlubang). Pembelaan kepada yang lemah, miskin, tidak 
berpendidikan bukan merupakan ledakan energi pengabdian mereka. Petani, 
nelayan, dan buruh terpinggirkan begitu saja.
Tidak mengherankan jika akhir-akhir ini gelombang demonstrasi mahasiswa dan 
aktivis bangkit lagi. 

CiKEAS [Konsultasi Hukum Gratis] prosedur untuk mengajukan tuntutan perdata ke penga...

2010-01-18 Terurut Topik NM. WAHYU KUNCORO, SH
Bapak yth

Sebelumnya saya perkanalkan diri, nama saya Hi, ingin menanyakan
masalah hukum perdata, begini ceritanya :
Saya ada toko dan menjual barang ke sebuah perusahaan, dari awal
pembayaran perusahaan nya sudah bermasalah dan bayarnya cicil dari
semua hutang yang sudah jatuh tempo. Saat ini tunggakan hutang yang
jatuh tempo sudah 6 bulan dan terakhir pembayaran cicilan 2 - 3 bulan
yang lalu. Saya ingin menuntut ke pengadilan supaya piutang saya bisa
di bayar kalau tidak sanggup mungkin bisa sita asset. Saya mendapat
kabar bahwa perusahaan tsb masih sanggup melakukan transaksi pembelian
sampai ratusan juta, tetapi setiap kami menagih ke sana selalu mengelak
dan di janji kosong terus.
Yang mau saya tanyakan :
1. Bagaimana prosedur untuk mengajukan tuntutan perdata ke pengadilan?
2. Apakah dengan menuntut secara perdata bisa menjamin nanti piutang
saya bisa di tagih ?
3. Toko saya belum mempunyai SIUP apakah nanti bisa bermasalah kalau
saya sampai membawa masalah ini ke pengadilan?
4. Perkiraan biaya yang harus saya keluar kan untuk proses di
pengadilan berapa ?
Demikian pertanyaan saya.
Terima kasih banyak atas jawabannya.

JAWAB :

Singkatnya, untuk mengajukan tuntutan perdata ke pengadilan adalah sbb :

1) Gugatan diajukan oleh Penggugat atau kuasanya kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.

2) Dalam hal kediaman ter gugat tidak jelas atau tidak diketahui atau
tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap, gugatan diajukan kepada
Pengadilan ditempat kediaman penggugat.

Jadi, intinya sebelum mengajukan gugatan/ tuntutan, anda harus tahu
terlebih dahulu siapa, bagaimana dan dimana keberadaan pihak yang akan
menjadi tergugat.

Sepanjang keputusan perdata tersebut telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, pastinya putusan tersebut dapat dilaksanakan dan anda akan
mendapat hak-hak yang seharusnya anda dapatkan secara hukum.

Namun perlu di ingat, dalam perkara perdata banyak teknis yang harus
anda perhatikan agar kelak pelaksanaan putusan tersebut tidak sia-sia,
untuk itu, sebaiknya sebelum mengajukan gugatan kiranya anda dapat
mengetahui terlebih dahulu asset-asset milik tergugat untuk diletakkan
sita jaminan. Hal ini perlu, mengingat dalam putusan perdata tidak
memiliki eksekusi badan seperti putusan pidana.

SIUP adalah perizinan teknis suatu badan usaha bukan suatu penetapan
hukum karenanya jika usaha anda tidak memilikinya, itu bukan halangan
anda menuntut hak anda secara hukum.

Perkiraan biaya perkara, tergantung pada upaya teknis gugatan yang anda
lakukan. Misal, apakah anda melakukan pengurusan perkara itu melalui
jasa Advokat atau tidak, mengajukan permohonan sita jaminan atau tidak,
dsb . lebih lengkapnya silahkan anda pertanyakan ke Pengadilan
terdekat di kota anda.

--
Posting oleh NM. WAHYU KUNCORO, SH ke Konsultasi Hukum Gratis pada
1/18/2010 09:59:00 PM