CiKEAS> Re: âSemua adalah relatifâ Re: Kebenaran "
Suatu pernyataan yang sifatnya dikatakan atau ditulis mau tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak relatif. Tidak akan mungkin sesuatu yang sifatnya sudah dikatakan atau ditulis bersifat tidak mengikat dan relatif karena mau tidak mau sudah mengandung judgement (penghakiman) di dalamnya. Mau kumpulan perkataan apapun itu dinamakan relatif, liberal, dlsb sekalipun tetap tidak bisa lepas dari kondisi bahwa; Suatu pernyataan yang sifatnya dikatakan atau ditulis mau tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak relatif.  Suatu hal masih bisa bersifat tidak mengikat dan relatif bilamana masih bersifat pengalaman yang sifatnya random sampling yang belum diberi kesimpulan.  Seperti dalam tulisan saya;⦠   Titik Awal dan Titik Akhir Ditulis oleh : Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari, dan Tanggal : Jakarta, Selasa, 4 November 2008 Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan membuat tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal yang dia kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa merencanakan untuk membangun bangunan ruang. Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum kekekalan energi. Setelah adanya pemahaman ââ¬Ëkompatiologiââ¬â¢ bahwa yang tadinya titik tanpa dimensi itu, ketika dia memiliki ââ¬Ërangeââ¬â¢(jangkauan dan skala) maka dia menjadi berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu adalah satu dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi dimensi-dimensi selanjutnya. Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti kita melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, atau tepat jam berapakah detik iniââ¬Â¦ Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanyaââ¬Â¦ Apa yang akan terjadi ?   Lalu mengenai point agama⦠ Manusia memiliki kemampuan mengukur hal-hal di sekitarnya, lalu mengambil pilihan yang tidak terbatas hanya untuk sekedar ikut arus adalah seperti kemampuan pencipta yang maha tahu, maha bisa, dlsb.  Masalahnya manusia itu makhluk yang bisa dikatakan mendekati 100% Allah tetapi tetap terikat pada keterbatasan 100% Manusia. Ketika seorang manusia menentukan suatu keinginan dan berusaha mencapainya dengan segala kemahaannya maka keinginan itu akan tercapai tetapi selalu saja ada yang kurang sempurna sehingga pilihan apapun yang terkabul tidak akan pernah bisa memuaskan.  Agama (yang sang Penciptanya bukan buatan manusia) dibutuhkan manusia agar dalam menjalani hidupnya manusia bisa selalu menyadari bahwa selama dirinya masih hidup dalam ruang dan waktu maka manusia itu tidak akan bisa lepas dari distorsi keterbatasan manusiawinya. Distorsi kemanusiaan itu tidak bisa dihilangkan, atau dilepaskan; yang bisa dilakukan adalah disadari bahwa distorsi kemanusiaan itu akan tetap melekat selama manusia itu masih hidup.  Terjadi penyelewengan-penyelewengan dimana manusia membuat konsep penciptanya sendiri yang selalu sesuai dengan keinginan manusiawinya, hingga akhirnya pencipta yang ditemukannya adalah berhala ciptaan dirinya sendiri yang memiliki sifat dan kemampuan yang setara dengan manusia. Pencipta yang sekedar berhala ciptaan seorang manusia tentu akan mengecewakan si manusia karena tidak lebih dari manusia itu sendiri, hingga akhirnya penyembah berhala itu kecewa dan setelah itu mulai membenci konsep-konsep keTuhanan karena tidak menemukan Tuhan yang Esa. Kemudian ia menyamakan berbagai agama yang penciptanya bisa buatan manusia atau bukan buatan manusia bahwa semuanya sama saja⦠ Tentunya seorang manusia yang berotak kecil ini tidak akan mungkin memahami pikiran sang pencipta. Ttd,Vincent Liong --- On Sun, 14/12/08, Deby Sartika wrote: From: Deby Sartika Subject: âSemua adalah relatifâ Re: Kebenaran" To: cikeas@yahoogroups.com Cc: "Ahmadi Agung" Received: Sunday, 14 December, 2008, 6:52 AM Mari kita disuksikan di milis Cikeas Ahmadi Agung wrote: Oleh : Redaksi 14 Oct 2008 - 6:30 pm oleh: Hamid Fahmi Zarkasy * Untuk menguasai agama tidak perlu beragama, demikian kata kaum liberal. Itulah sebabnya mereka membuat âteologi-teologiâ baru. âUntuk menjadi wasit tidak perlu menjadi pemainâ itu logikanya âSemua adalah relatifâ (All is relative) merupakan slogan generasi zaman post
CiKEAS> Re: âSemua adalah relatifâ Re: Kebenaran "
Suatu pernyataan yang sifatnya dikatakan atau ditulis mau tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak relatif. Tidak akan mungkin sesuatu yang sifatnya sudah dikatakan atau ditulis bersifat tidak mengikat dan relatif karena mau tidak mau sudah mengandung judgement (penghakiman) di dalamnya. Mau kumpulan perkataan apapun itu dinamakan relatif, liberal, dlsb sekalipun tetap tidak bisa lepas dari kondisi bahwa; Suatu pernyataan yang sifatnya dikatakan atau ditulis mau tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak relatif.  Suatu hal masih bisa bersifat tidak mengikat dan relatif bilamana masih bersifat pengalaman yang sifatnya random sampling yang belum diberi kesimpulan.  Seperti dalam tulisan saya;⦠   Titik Awal dan Titik Akhir Ditulis oleh : Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari, dan Tanggal : Jakarta, Selasa, 4 November 2008 Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan membuat tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal yang dia kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa merencanakan untuk membangun bangunan ruang. Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum kekekalan energi. Setelah adanya pemahaman ââ¬Ëkompatiologiââ¬â¢ bahwa yang tadinya titik tanpa dimensi itu, ketika dia memiliki ââ¬Ërangeââ¬â¢(jangkauan dan skala) maka dia menjadi berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu adalah satu dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi dimensi-dimensi selanjutnya. Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti kita melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, atau tepat jam berapakah detik iniââ¬Â¦ Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanyaââ¬Â¦ Apa yang akan terjadi ?   Lalu mengenai point agama⦠ Manusia memiliki kemampuan mengukur hal-hal di sekitarnya, lalu mengambil pilihan yang tidak terbatas hanya untuk sekedar ikut arus adalah seperti kemampuan pencipta yang maha tahu, maha bisa, dlsb.  Masalahnya manusia itu makhluk yang bisa dikatakan mendekati 100% Allah tetapi tetap terikat pada keterbatasan 100% Manusia. Ketika seorang manusia menentukan suatu keinginan dan berusaha mencapainya dengan segala kemahaannya maka keinginan itu akan tercapai tetapi selalu saja ada yang kurang sempurna sehingga pilihan apapun yang terkabul tidak akan pernah bisa memuaskan.  Agama (yang sang Penciptanya bukan buatan manusia) dibutuhkan manusia agar dalam menjalani hidupnya manusia bisa selalu menyadari bahwa selama dirinya masih hidup dalam ruang dan waktu maka manusia itu tidak akan bisa lepas dari distorsi keterbatasan manusiawinya. Distorsi kemanusiaan itu tidak bisa dihilangkan, atau dilepaskan; yang bisa dilakukan adalah disadari bahwa distorsi kemanusiaan itu akan tetap melekat selama manusia itu masih hidup.  Terjadi penyelewengan-penyelewengan dimana manusia membuat konsep penciptanya sendiri yang selalu sesuai dengan keinginan manusiawinya, hingga akhirnya pencipta yang ditemukannya adalah berhala ciptaan dirinya sendiri yang memiliki sifat dan kemampuan yang setara dengan manusia. Pencipta yang sekedar berhala ciptaan seorang manusia tentu akan mengecewakan si manusia karena tidak lebih dari manusia itu sendiri, hingga akhirnya penyembah berhala itu kecewa dan setelah itu mulai membenci konsep-konsep keTuhanan karena tidak menemukan Tuhan yang Esa. Kemudian ia menyamakan berbagai agama yang penciptanya bisa buatan manusia atau bukan buatan manusia bahwa semuanya sama saja⦠ Tentunya seorang manusia yang berotak kecil ini tidak akan mungkin memahami pikiran sang pencipta. Ttd,Vincent Liong --- On Sun, 14/12/08, Deby Sartika wrote: From: Deby Sartika Subject: âSemua adalah relatifâ Re: Kebenaran" To: cikeas@yahoogroups.com Cc: "Ahmadi Agung" Received: Sunday, 14 December, 2008, 6:52 AM Mari kita disuksikan di milis Cikeas Ahmadi Agung wrote: Oleh : Redaksi 14 Oct 2008 - 6:30 pm oleh: Hamid Fahmi Zarkasy * Untuk menguasai agama tidak perlu beragama, demikian kata kaum liberal. Itulah sebabnya mereka membuat âteologi-teologiâ baru. âUntuk menjadi wasit tidak perlu menjadi pemainâ itu logikanya âSemua adalah relatifâ (All is relative) merupakan slogan generasi zaman post
CiKEAS> Titik Awal dan Titik Akhir
Titik Awal dan Titik Akhir Ditulis oleh : Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari, dan Tanggal : Jakarta, Selasa, 4 November 2008 e-link tempat diskusi: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/4128 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24828 http://groups.yahoo.com/group/kompatiologi/message/83 (balasan untuk email ini harap di cc ke email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ) Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan membuat tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal yang dia kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa merencanakan untuk membangun bangunan ruang. Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum kekekalan energi. Setelah adanya pemahaman ‘kompatiologi’ bahwa yang tadinya titik tanpa dimensi itu, ketika dia memiliki ‘range’(jangkauan dan skala) maka dia menjadi berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu adalah satu dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi dimensi-dimensi selanjutnya. --- Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti kita melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, atau tepat jam berapakah detik ini… Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanya… Apa yang akan terjadi ? Download e-book Kompatiologi : * Kompatiologi Logika Komunikasi Empati http://rapidshare.com/files/137418283/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.pdf.html http://rapidshare.com/files/137418284/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.rtf.html * Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi Andy Ferdiansyah http://rapidshare.com/files/137418285/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.pdf.html http://rapidshare.com/files/137418286/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.rtf.html * Kitab Angin Kompatiologi http://rapidshare.com/files/137418287/Kitab_Angin_Kompatiologi_Juswan_Setyawan.rar.html Perkembangan terakhir Kompatiologi ke ranah Tekhnik Audio Video Profesional Per tgl 1 November 2008 Vincent Liong (pendiri Kompatiologi) tidak terasa masuk ke penerapan kompatiologi di bidang tekhnik audio dan video (berbagai tekhnik yang berkaitan dengan 5 panca indra). Sejak awal disebarluaskan di tahun 2006an kompatiologi dikembangkan di bidang-bidang non-tekhnik seperti metafisika, psikologi, kedokteran alternatif, dlsb. Mulai dengan pengumuman ini kompatiologi akan dikembangkan di bidang 'tekhnik'(berhubungan dengan alat/mesin, dlsb) untuk membantu pekerjaan-pekerjaan tekhnik. Untuk sementara Vincent Liong akan fokus ke hal-hal penerapan tekhnik daripada kompatiologi. Bilamana ada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jasa audio dan video profesional dari sekala kecil sampai besar yang bisa saja kami kerjakan dapat contact langsung dengan Vincent Liong dan 'Anton Widjojo' (mentor tekhnik Vincent Liong). Contact Person: * Anton Widjojo (sms ke 08164827424) * Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren) Get the latest headlines with Yahoo!Xtra News - http://nz.news.yahoo.com
CiKEAS> Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan
Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Senin, 29 September 2008 Tujuan dibuatnya agama-agama dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ranah kemanusiaan adalah; untuk membebaskan manusia dari gangguan-gangguan manusiawi manusia, baik yang dibawa sejak lahir dan yang tumbuh dalam perjalanan hidup si manusia. Yang dibawa sejak lahir misalnya iri dan dengki Yang tumbuh dalam perjalanan hidup si manusia misalnya trauma dan berbagai kemelekatan pada hal-hal di sekitar dirinya. Sayangnya dalam mempelajari agama dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ranah kemanusiaan, manusia menyalahartikan tujuan tersebut dengan menganggap bahwa; bilamana telah mengerti dan menguasai agama dan berbagai ilmupengetahuan tersebut, maka ada suatu kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan manusiawi manusia. Kondisi merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan manusiawi manusia, membuat manusia merasa memiliki hak untuk memenuhi dorongan rasa keadilan dengan menghakimi pihak lain; sebagai yang benar terhadap pihak yang salah, sebagai yang sadar terhadap yang belum sadar. Masalah yang serupa, yaitu ‘merasa diperlakukan tidak adil’ (dorongan keadilan) juga tumbuh di pihak yang merasa diperlakukan tidak adil, oleh mereka yang merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan manusiawi manusia. Baik di pihak pelaku maupun penderita mengalami kondisi yang sama. Dulu saya sendiri selalu menuntut keadilan karena merasa diri saya diperlakukan tidak adil, saya bisa melihat kekurangan di pihak yang telah memperlakukan saya tidak adil tanpa bisa melihat ke diri saya sendiri. Sesuatu dapat disebut adil bilamana; siapa yang diberi kebebasan lebih dituntut lebih dan siapa yang diberi kebebasan kurang dituntut kurang, keadilan juga dihubungkan dengan prilaku yang sama di hadapan hukum yang adalah kesepakatan yang dibuat bersama. Bilamana Tuhan Yang Esa itu adil kepada saya dengan menimbang segala baik dan buruk saya tentunya saya hanya pantas terbuang dengan tinggal di kolong jembatan. Untungnya Tuhan Yang Esa itu maha pengasih. Orang menuntut keadilan dan diberi keadilan akan menemukan bahwa menurut takaran yang adil dirinya hanya pantas terbuang dengan tinggal di kolong jembatan. Orang yang menyadari bahwa dirinya masih terikat dengan gangguan-gangguan manusiawi manusia dan merasa tidak memiliki nilai apa-apa bilamana dinilai dengan aturan keadilan, maka dia bisa menikmati dan mensyukuri kasih Tuhan Yang Esa, yang tidak mengadili tetapi mengasihi. Kita sebagai manusia hanya hidup berdasarkan belas kasihan Tuhan tanpa memiliki nilai atas hak keadilan apa-apa. Tuhan Yang Esa itu seorang tuan yang bijaksana. Seorang yang bijaksana tahu kapan harus berlaku kasih dan kapan harus berlaku adil. Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/
CiKEAS> Renungan Seputar Nasib
Renungan Seputar Nasib Ditulis oleh: Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari dan Tanggal: Jakarta, Sabtu, 13 September 2008 e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3999 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24679 … Daftar Isi Artikel: “Orang yang berNasib Baik” dan “Kebijaksanaan Seorang Tuan”. Orang yang berNasib Baik Di suatu pedesaan di sebuah pegunungan yang tentram-damai, ada seorang yang selalu bernasib baik yang dikasihi oleh banyak orang. Meski memiliki keterampilan yang sedikit, kelihatannya hidup santai tidak mempunyai niat apa-apa; tetapi tetap saja selalu ada orang yang bersimpati dan mengasihinya sehingga hidupnya tidak pernah berkekurangan teman maupun harta-benda. Tidak jauh dari tempat tinggal orang yang bernasib baik tersebut tinggal seorang yang lain yang setiap hari; pagi hingga petang rajin bekerja keras membanting tulang di sawah. Setiap hari ia sering melewati rumah orang bernasib baik tersebut; setiap pergi berjalan ke sawah untuk bekerja dan sepulang kerja. Setiap pagi melewati rumah orang bernasib baik tersebut tampak rumahnya masih sepi karena penghuninya belum bangun, setiap pulang kerja melewati rumah orang bernasib baik tersebut tampak orang-orang yang bersimpati dan mengasihi orang bernasib baik tersebut sedang berkumpul ngobrol sambil minum teh atau kopi, beberapa kali tampak membawakan kado… Sehingga timbul rasa iri di hati orang itu. Mengapa orang yang memiliki keterampilan yang sedikit, hidup bermalas-malasan; masih saja dikasihi oleh banyak orang. Sedangkan dirinya yang telah bekerja keras membanting tulang di sawah dari pagi hingga petang setiap hari; tetapi tidak banyak orang yang memberikan perhatian kepadanya… Suatu hari orang itu melihat orang bernasib baik tersebut berdiri di pinggir sungai yang terjal dan berarus deras sendirian. Terdorong oleh rasa irinya, orang itu mendapat ide untuk mendorong orang yang bernasib baik itu agar jatuh ke sungai dan mati tenggelam terbawa arus yang deras. Ia mendekati orang tersebut dan mendorongnya hingga jatuh ke dalam sungai. Tiba-tiba sebuah kelapa jatuh dari pohonnya, tepat di tempat sebelumnya orang yang bernasib baik itu berdiri. Teman-teman dari orang yang bernasib baik itu melihat kejadian tersebut datang mendekat, mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkan nyawa orang yang bernasib baik tersebut, yang nyaris kepalanya tertimpa buah kelapa yang besar dan keras. Setelah berhasil keluar dari sungai orang yang bernasib baik tersebut, turut mengucapkan terimakasih kepada orang yang mendorongnya karena telah diselamatkan nyawanya. Kebijaksanaan Seorang Tuan Andaikan seorang tuan yang sangat kaya lalu pergi ke kebun raya bogor. Di depan sana ada 1000 pengemis berderet menunggu sedekah. Lalu tuan itu memberikan sedekah ke beberapa pengemis diantara 1000 pengemis. Biarpun tuan itu membawa uang yang lebih dari cukup untuk memberikan uang kepada 1000 pengemis itu, pasti ia tidak akan memberikan uang itu pada setiap pengemis. Tentu dia memiliki kebijaksanaan terhadap siapa pengemis yang akan diberi dan yang tidak perlu diberi. Ketika tuan itu tiba memberi uang kepada seorang pengemis yang muda, pengemis yang muda itu berdiri dan berkata;"Mengapa tuan tidak memberikan uang itu ke pengemis yang duduk disamping saya?" Ada tiga kemungkinan yang tuan tsb akan lakukan: 1. Mungkin tuan tersebut tidak menghiraukan omongan anak muda ini dan melanjutkan membagi uang. 2. Bisa saja tidak jadi memberikan uang tsb kepada yang muda tadi, tetapi memberikannya kepada yang duduk disamping si pemuda itu. 3. Bisa saja tuan itu bertanya;"Apa hak kamu mempertanyakan kebijaksanaan saya, coba tanya ke pengemis tua yang buta itu, apakah saya tidak adil?" 4. Bisa saja tuan itu berkata;"Mengapa kamu sendiri yang sudah saya beri uang tidak rela membagikan uang yang sudah saya berikan kepada kamu kepada pengemis yang duduk disamping kamu yang tidak saya beri?" Kita sebagai ciptaan tidak akan mampu mengerti kebijaksanaan dari sang pencipta. Tetapi yang kita tahu bahwa kalau kita diberi sesuatu yang lebih oleh pencipta maka tugas kita membagikan kepada yang kekurangan. Jika kita mampu mengerti dengan otak kita yang kecil ini tentang kebijaksanaan dari sang pencipta, maka sang pencipta tidaklah lebih besar dari otak kita yang kecil ini. --- Kasih itu tidak membicarakan keadilan. Kasih adalah bagian dari kebijaksanaan. Seseorang yang bijaksana tahu kapan harus berlaku adil dan kapan harus berlaku kasih. Keadilan yang dilakukan tanpa pertimbangan kasih, atau dengan kata lain keadilan maksimal, akan menghasilkan kekejaman. Kasih yang dilakukan tanpa pertimbangan keadilan, akan menghasilkan kelembekan. Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/
CiKEAS> Kesadaran dan Kepastian Tidak Ada Hubungannya
Kesadaran dan Kepastian Tidak Ada Hubungannya Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari dan Tanggal: Jakarta, Sabtu, 6 September 2008 e-link tempat diskusi: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3965 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24648 balasan harap di cc ke alamat email [EMAIL PROTECTED] agar dapat cepat kami baca. >+==+< note: artikel ini adalah rangkuman hasil kutip-mengkutip dari banyak artikel kompatiologi berbeda, yang diurutkan ditambahkan dan disesuaikan sesuai tema yang ingin disajikan penulis. >+==+< “Semenjak manusia sadar bahwa dia memiliki kesadaran diri, dan kesadaran diri adalah sesuatu yang pasti, maka manusia menganggap semua ilmu pengetahuan harus dibangun atas dasar kepastian. Sehingga semua pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan dan ketidak pastian tidak dapat dipandang sebagai ilmu. Tetapi jangan lupa kesadaran diri dan pengalaman tidaklah ada hubungannya. Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu. Jadi pengetahuan yang didapat dari pengalaman tidak dapat dengan begitu saja dikatakan benar atau salah dengan memakai metode kepastian.” (dikutip dari bagian Pendahuluan dari e-book “Kompatiologi Logika Komunikasi Empati”) - Orang yang memilih jalan hidup sebagai orang kebanyakan (95%) tidak secara otomatis dapat dipastikan memiliki kewarasan, mengikuti norma dan peraturan yang berlaku. Menjadi orang yang memilih jalan hidup yang berbeda dari kebanyakan orang (5%) tidak secara otomatis bisa dipastikan tidak memiliki kewarasan, tidak mengikuti norma dan peraturan yang berlaku. Orang gila adalah orang yang tidak menyadari kegilaannya, sehingga kegilaan tersebut dapat muncul dengan tidak terkontrol; Kalau seseorang telah mampu menyadari adanya kegilaan-kegilaan yang dimilikinya, maka tentunya orang tersebut tidak akan melampiaskan kegilaannya di sembarang waktu dan tempat. Dia hanya melampiaskannya pada tempat-tempat tertentu, di mana suatu kegilaan dapat dilampiaskan tanpa merugikan pihak lain di luar diri kita. Sebab jika pelampiasan kegilaan dilakukan pada waktu dan tempat yang salah, maka dapat merugikan pihak lain, yang menimbulkan konsekwensi; orang lain tersebut akan merespon dengan membalas merugikan diri kita. - Umpamanya pada sebuah kehidupan di dunia malam dimana aturan budaya yang berlaku melekat pada peran masing-masing individu di dalamnya; Seorang konsumen mempunyai Hak dapat bertingkah sesuai dengan kemauannya, yang jika dilakukan di luar wilayah kehidupan malam, tindakan itu dapat disebut melecehkan, pada para wanita/pria penghibur di dalam ruangan tsb; dengan Kewajiban membayar sesuai tarif yang berlaku. Seorang wanita/pria penghibur memiliki Kewajiban untuk menerima perlakuan konsumen Tanpa Memiliki Hak untuk menolak atau menunjukkan ketidaksenangannya; dengan konsekwensi positifnya wanita/pria penghibur tsb memiliki Hak atas bayaran uang dari konsumen sesuai tariff yang berlaku. Dan para pelayan yang bekerja di dunia malam berKewajiban menghidangkan minuman dan membersihkan sisa-sisa minuman tamu, tetap bertingkahlaku selayaknya orang yang bekerja di wilayah 95% seperti layaknya sopan-santun pegawai; para pelayan Tidak berHak untuk marah terhadap resiko bila terlecehkan oleh orang mabuk, keuntungannya mereka berHak mendapatkan upah yang lebih dibandingkan mereka menjadi pelayan di wilayah 95%. Pelanggaran aturan terjadi bilamana; Seorang konsumen tidak melaksanakan Kewajibannya membayar sesuai tarif yang berlaku, Seorang wanita/pria penghibur dan pelayan marah karena dilecehkan konsumen. Seorang wanita/pria penghibur menghalangi konsumen dalam memaksimalkan Hak-nya untuk melecehkan si wanita/pria penghibur. Aturan budaya yang melekat pada masing-masing peran di kehidupan dunia malam baik kepada; si konsumen, si wanita/pria penghibur maupun si pelayan menginjinkan setiap individu untuk memaksimalkan Hak-nya selama masih melunasi Kewajibannya masing-masing. Si konsumen boleh merayu si wanita/pria penghibur dan membuatnya mabuk agar kehilangan kontrol dan bisa dimaksimalkan untuk dipermainkan lebih jauh. Si wanita/pria penghibur bisa berusaha merayu si konsumen agar membeli service yang lebih sehingga mendapatkan uang tips dan uang jasa yang lebih dari kesepakatan sebelumnya. Si pelayan bisa memberikan pelayanan misalnya; pemesanan minuman yang cepat, membersihkan meja dari sampah atau berprilaku lebih ramah dan ‘ringan tangan’ (suka membantu) agar mendapatkan uang tips yang lebih. Peraturan yang sama dari semuanya adalah aturan tentang fairness. Siapa yang mendapatkan lebih dituntut lebih dan siapa yang mendapatkan kurang dituntut kurang, itulah yang disebut kesepakatan yang fair. Untuk mendapatkan Hak-nya seseorang harus melakukan Kewajiban-nya. Segala kesepakatan antar peran masing-masing
CiKEAS> Tehnik Kepemimpinan Jawa dalam Pribadi Barack Obama
Tehnik Kepemimpinan Jawa dalam Pribadi Barack Obama Ditulis oleh: Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Kamis, 4 September 2008 e-link tempat diskusi: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24628 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3945 Dalam budaya Jawa, pemimpin itu adalah karena suratan nasib, dan didukung oleh orang-orang yang ingin dipimpin oleh dirinya. Seorang pemimpin dari dalam lubuk hatinya tidak pernah ingin dan merasa layak untuk menjadi pemimpin. Bahkan untuk menghindari bahwa ia diharuskan memimpin, ia akan menceritakan segala kekurangannya, keterbatasannya, dengan harapan tidak dituntut untuk memimpin. Bilamana masyarakat tetap berkehendak agar dia yang memimpin, maka ia akan meminta bantuan dari rakyat agar dirinya dapat memimpin dengan benar. Dalam kasus calon presiden Amerika yang bernama Barack Obama, yang pernah mengalami sebagian masa kecil di Jakarta dan memiliki ayah tiri yang adalah orang Indonesia; tampak sekali pengaruh pola kepemimpinan budaya Jawa. Bila dijabarkan lebih jauh, point-pointnya sbb: * Kedaulatan Rakyat; Dalam sistem ini bagaimana rakyat itu mendaulatkan kekuasaan kepada pemimpin dengan rasa percaya, rasa kerjasama dan kompromi. Sehingga pemimpin itu bisa membawa negara bersama-sama rakyat, untuk bergerak secara terorganisasi demi mencapai cita-cita bersama. * Pemimpin itu tidak perlu menonjolkan ambisi dan kelebihannya walaupun dirinya memiliki sekian banyak kelebihan. Melainkan hanya menjalankan keinginan rakyat bukan keinginannya sendiri. * Tanggungjawab kemajuan dan keutuhan negara bukan sekedar tanggungjawab pemimpin, melainkan tanggungjawab bersama; pemimpin dan masyarakatnya. * Pemimpin juga ikut mengajak rakyat untuk memikirkan bagaimana sulitnya mengambil suatu kebijaksanaan, sehingga dengan cara demikian tidak akan pernah ada janji-janji kosong. * Pemimpin memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memberikan ide, input; untuk pembaharuan demi kemajuan bersama. Sehingga lebih cepat terjadi pembaharuan. * Pemimpin bisa memberikan kepada rakyatnya suatu pengharapan akan masa depan yang lebih baik, dengan adanya pengharapan maka semangat orang akan terbangun. Sistem ini membuat perjalanan seorang pemimpin dalam memimpin negara menjadi lebih mudah, persatuan kesatuan, rasa kebersamaan dan tanggungjawab dipikul bersama sehingga tidak ada saling menyalahkan lagi. Semangat berjuang membangun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/
CiKEAS> alternatif kasus Ryan: Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat
alternatif kasus Ryan: Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat e-link diskusi: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3870 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24565 Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat -alternatif pembahasan kasus Ryan / Verry Idam Henyansyah- Ditulis oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Senin, 11 Agustus 2008 Ketika lahir, seekor singa memiliki dorongan untuk tumbuh dan memperjuangkan kelangsungan hidupnya (eros), untuk bisa tetap hidup ia perlu membunuh hewan lain (pathos), kegiatan membunuh memiliki konsenkwensi dirinya tetap hidup karena masih tercukupi kebutuhan makanannya dengan memakan daging hewan tersebut, hewan lain mengalami kematian (tanatos) dan pada akhir hidupnya seekor singa tesebut pun akan mengalami kematian. Tiap dorongan baik eros, pathos maupun tanatos memiliki klimaks orgasmenya sendiri-sendiri seperti kenikmatan dalam hubungan seksual. Sebagai makhluk hidup pemakan segala; pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan manusia juga turut mewarisi insting yang dimiliki oleh hewan pemakan daging. Jadi ada tiga macam dorongan yang sifatnya tidak disadari, yang mempengaruhi segala tindakan yang dilakukan manusia, yaitu: Eros(dorongan untuk hidup), Pathos(dorongan untuk membunuh) dan Tanatos(dorongan untuk mati). Di zaman ini banyak sekali penelitian mengenai ranah eros pada manusia, tetapi penelitian tentang pathos dan tanatos sangat jarang, karena meneliti dan membahas dorongan membunuh dan dorongan kematian dianggap kejam, tidak manusiawi dan tidak beradab. Banyak usaha dilakukan untuk mengabaikan, meniadakan dan menekan dorongan membunuh dan dorongan kematian ini, misalnya dengan pendidikan agama dan nilai moral tentang apa yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Dalam pendidikan ini diasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, dan memiliki derajat yang lebih tinggi daripada binatang, sehingga diharapkan dapat meniadakan prilaku kebinatangan tersebut. Permasalahannya: Apakah dorongan naluriah tersebut bisa diabaikan atau ditiadakan? Atau yang terjadi adalah dorongan naluriah tersebut hanya ditekan saja? Bilamana dorongan membunuh dan dorongan kematian tersebut hanya dapat ditekan, tidak dapat dihilangkan atau ditiadakan; maka ada resiko bila tumpukan dorongan yang ditahan tersebut telah mencapai tingkat tertentu, maka seperti ember yang terus-menerus diisi air lama-lama akan luber tidak terkontrol. Orang gila adalah orang yang tidak menyadari kegilaannya, sehingga kegilaan tersebut dapat muncul tiba-tiba dengan tidak terkontrol; Kalau seseorang telah mampu menyadari kegilaan-kegilaan yang dimilikinya, maka tentunya orang tersebut tidak akan kelepasan melampiaskan kegilaannya di tempat yang tidak semestinya. Pada tempat-tempat tertentu suatu kegilaan bisa dilampiaskan tanpa merugikan pihak lain di luar diri kita. Dan pada tempat yang lain pelampiasan kegilaan dapat merugikan pihak lain, yang menimbulkan konsekwensi; orang lain tersebut merespon dengan membalas merugikan diri kita. “Kesadaran” itu; Seperti tuntutan akan keadilan yang selalu terbatasi oleh perhitungan manfaat (untung-rugi); Seperti kebebasan yang semakin bebas maka tuntutan tanggungjawab juga semakin besar; Seperti manusia membuat sistem-sistem untuk menguntungkan dirinya, pada akhirnya diperbudak oleh sisitem-sistem yang diciptakannya sendiri. Ketika saya memiliki suatu dendam, karena di masa lalu seseorang pernah merugikan saya, bahkan sampai mengancam keselamatan nyawa anggota keluarga saya. Dalam hati tentunya saya ingin membalas dendam untuk menuntut keadilan. Bila saya tidak memiliki kesadaran, tentunya saya saat ini telah melakukan pembalasan dendam karena saya memiliki kemampuan untuk melakukannya. Tetapi nyatanya, sampai hari ini saya belum melakukan pembalasan dendam. Mengapa saya belum melakukan pembalasan dendam?! Kata Kong Hu Cu; “Manusia melakukan apa yang menguntungkan dirinya.” Pembalasan dendam belum tentu menguntungkan diri saya. Memang, kalau saya membalas dendam maka ada perasaan puas yang saya dapatkan, karena saya merasa telah mendapatkan keadilan. Tetapi konsekwensinya, saya bisa saja mendapatkan hukuman baik secara fisik (dipenjara), materi (waktu, pikiran dan tenaga terbuang ke semangat membalas dendam dan melupakan urusan yang lain), maupun moril (bisa terjadi balas berbalas dendam tidak berujung). Kalau saya tidak membalas dendam, maka konsekwensinya perasaan puas karena keinginan mendapatkan keadilan tidak terpenuhi. Atau ada cara lain agar perasaan keadilan tetap terpenuhi dan pembalasan dendam tidak perlu dilakukan? Caranya adalah dengan mengkondisikan situasi, agar musuh saya (orang yang pernah merugikan saya tersebut) terpancing untuk terus berusaha mencari kebenaran dan keadilan bagi dirinya, tanpa memperhitungkan perhitungan manfaat (untung-rugi) dalam hubungannya dengan p
CiKEAS> Balasan: Tragedi akademis di dunia Barat (kasus teori evolusi)
Balasan: Tragedi akademis di dunia Barat (kasus teori evolusi) Vincent Liong answer: Ketika mulai manusia bisa ngomong dengan bahasa yang baku maka muncullah kebiasaan mengkutip kata2 orang lain sehingga ada sistem benar atau salah. Kelemahan utama sistem benar atau salah yaitu kalau sesuatu dibenarkan maka diabaikan salahnya atau sesuatu yang disalahkan diabaikan benarnya. Sistem selanjutnya yang muncul adalah generalisasi yang menganggap bahwa semua bisa dipikirkan secara lengkap tidak benarnya atau salahnya saja, efek sampinya adalah muncul dunia imajinasi yang terlalu amat sempurna sehingga dianggap lebih penting, pasti dan dapat menjadi acuan daripada dunia fisikal di luar imajinasi tsb. Lalu muncul kebiasaan membandingkan. Derrida membandingkan dengan menggunakan kata-kata (dekonstruksi derrida) hal ini tidak menyelesaikan masalah karena system perbandingan yang dibutuhkan adalah perbandingan sebelum kata-kata (before judgement). Perbandingan kata-kata mengakibatkan proses pikiran yang membuat asumsi-asumsi perbandingan yang tetap saja terjadi di wilayah imajinasi. Ada pengalaman perbandingan lain yang sifatnya pengalaman fisikal (5 indra) atau malah lebih sulit lagi terdefinisikan (lebih dari 5 indra). Masalah selanjutnya adalah sistem perbandingan ini membuat kondisi anomali terhadap sistem benar salah dan generalisasi karena banyak pengalaman yang tidak memiliki sebab akibat yang runtut logikanya karena bersifat random sampling bukan sample urut yang sangat mudah dikira-kira polanya. Sistem benar salah, generalisasi dan perbandingan kata-kata sangat mendukung usaha manusia untuk meninggikan kegiatan berimajinasi. Sistem perbandingan pengalaman fisikal yang sifatnya jembatan bagi teori dan praktik menjadi masalah karena menimbulkan kekahwatiran akan menurunkan tingkat pengkultusan orang kebanyakan terhadap kegiatan berimajinasi sehingga penghormatan dan ketergantungan orang akan berkurang, kalau pendukung berkurang, maka uang juga berkurang. Sementara itu pertanyaan-pertanyaan masyarakat soal kekurangan system pendidikan berbasis kegiatan berpikir dan berimajinasi yaitu ketika mengadaptasikannya ke permasalahan di dunia fisikal makin hari makin ramai Di hidup ini semua soal dagang, duit. Kalau beresiko membuat kekuasaan dan uang berkurang (pengurangan kekuasaan dan pendapatan) di masa depan ya harus dibasmi sebelum terlambat. Setiap sistem akan selalu berusaha mempertahankan diri agar orang merasa membutuhkannya sebagai prasyarat untuk dapat bertahan hidup. Semua orang tahu bahwa meski ikut system tidak ada jaminan masa depan akan gemilang, tetapi memang lebih nyaman hidup dengan angan-angan soal masa depan yang masih bersifat tidak pasti. Dengan orang takut untuk tidak ikut system, maka tidak perlu sebab yang kongkrit untuk membuat orang bisa disuruh nurut, cukup logika saja, tidak perlu ada reward yang seimbang. Memang sekarang ilmu yang seolah-olah sudah terlalu lengkap membuat mode baru dimana orang beramai-ramai back to basic. Jaman sebelum semua sibuk berpikir dan berimajinasi, dimana kehidupan dan permasalahannya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih sederhana Orang boleh-boleh saja Pintar, tetapi jangan sampai Berpikir Kritis. Ttd, Vincent Liong (Founder of Kompatiologi) Download Free (tidak perlu membership) Update Terbaru E-Book Kompatiologi : Logika Komunikasi Empati e-link: http://antonwid.gilaupload.com * file PDF: http://antonwid.gilaupload.com/Kompati_LKE.pdf * file Ms.Word: http://antonwid.gilaupload.com/Kompati_LKE.rtf File PDF dan RTF(Ms.Word) bebas virus sehingga aman untuk didownload. Email sebelumnya Subject: Tragedi akademis di dunia Barat (kasus teori evolusi) From: Satrio Arismunandar DDT: Tue May 27, 2008 7:43 pm e-link: http://groups.yahoo.com/group/DikBud/message/2785 Pengajaran Seimbang Teori Evolusi Diperjuangkan di AS Senin, 26 Mei 2008 Evolusionis Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat mulai cemas. Dogma suci evolusi semakin dibeberkan dan terus digoyang Hidayatullah.com--Evolusionis Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain patut cemas. Pasalnya, kejahatan diktatorisme mereka yang selama ini mengangkangi dunia ilmu pengetahuan dan menindas mereka yang berani mempertanyakan dogma suci evolusi semakin dibeberkan dan digoyang. Film dokumenter fakta nyata Expelled: No Intelligence Allowed sudah sejak 18 April 2008 lalu diputar di sekitar 1000 gedung bioskop di seantero AS dan mendapat sambutan luar biasa. Film yang bersitus di www.expelledthemovie.com tersebut mengungkap fakta masa kini tentang derita korban-korban kebiadaban penindasan evolusionis itu. Dampaknya, kini masyarakat luas AS menjadi tersadarkan, bahwa ada sesuatu yang salah di negeri mereka: kebebasan akademis yang dijunjung tinggi di AS diinjak-injak oleh para ilmuwan evolusionis. Di sisi lain, media massa, lembaga dan para ilmuwan Darwinis termasuk yang paling lantang mencemooh dan memburuk-burukkan film tersebut. Namun cercaan ini menjadi bukti
CiKEAS> UNDANGAN Mastering The Art of Persuasion (pembicara: Deddy Corbuzier & Purnawan EA )
Mastering The Art of Persuasion - Cara Ajaib Mempengaruhi Orang Lain - Apakah Anda pernah memperhatikan ada orang yang sungguh-sungguh persuasif dan punya daya pengaruh sangat besar? Tahukah Anda bagaimana itu bisa terbentuk? Sekarang Anda bisa temukan dan pelajari melalui workshop ini bagaimana merubah diri Anda menjadi seseorang yang mempunyai kemampuan ajaib dan alami untuk mempengaruhi orang lain!! Think about That !! You're going to learn to persuade in a way you never imagined possible Learning From : Purnawan EA Hypnotherapist & Life strategist Deddy Corbuzier Mentalist & Mind Reader Yang Anda dapatkan dengan mengikuti Workshop ini: · Cara menciptakan aura of influence dalam diri anda · Cara menerapkan hypnotic persuasion skills dalam percakapan sehari-hari. · Cara membaca pikiran orang lain dengan membongkar pola kerja pikiran manusia. · Menerapkan psychological tricks dalam strategi mempengaruhi orang lain · Menerapkan kekuatan metafora dalam teknik mempengaruhi orang lain. Spesial Workshop Satu Hari Hotel Grand Kemang Sabtu, 2 Februari 2008, Pukul 08.00-17.00 Info & Registrasi: (021) 7919 6908 , 7093 0561 , 9221 7939 , 0816 907 806 Email: [EMAIL PROTECTED] Investasi: Rp. 1.200.000 Early Bird: Rp. 990.000 Spesial khusus Wanita: Investasi 1.050.000 Early Bird : Rp. 850.000 *Early Bird berlaku sampai tanggal 26 Februari 2008 Transfer ke : BCA Cabang Mampang No.Rek: 5520 3110 51 a/n Patricia Maylana Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
CiKEAS> Kompatiologi: Sukses itu Hak Milik Setiap Orang
Kompatiologi: Sukses itu Hak Milik Setiap Orang Ditulis oleh: Liong Vincent Christian Tempat, Hari& Tanggal: Jakarta, Sabtu, 13 Oktober 2007 ... Kelulusan dari jenjang pendidikan hanyalah sepuluh persen dari tiket jaminan kesuksesan hidup, sisanya yang sembilan puluh persen adalah tergantung pada masing-masing individu pelaku. ... Kurang lebih kalimat ini yang didengar seorang sahabat saya saat seorang profesor di sebuah fakultas di Universitas Indonesia membuka sebuah acara penerimaan mahasiswa baru (jenjang pendidikan S1) sekian puluh tahun silam. Paragraf tsb di atas menjadi paragraf pembuka dari tulisan saya kali ini Sukses itu Hak Milik Setiap Orang. Tujuannya adalah untuk membahas segala tekan-menekan mulai dari cacimaki, teror pribadi dan keluarga dengan sita jaminan, manipulasi data untuk perusakan nama baik, hingga gertakan tertulis tentang penangkapan dan pemenjaraan terhadap diri Vincent Liong dengan membuat korban palsu melalui jalur kepolisian, dari pihak-pihak berlatarbelakang pendidikan di universitas menara gading mulai dari yang S1, S2, S3, dlsb. Semua ini dilakukan tanpa ada istirahat sejenak(sepanjang tahun) sejak Vincent Liong lulus SMU dan memutuskan masuk ke their private club (sebuah member only club bernama menara gading pendidikan). Di luar masalah dengan oknum-oknum berlatarbelakang pendidikan resmi menara gading kompatiologi samasekali tidak ada masalah. Semua tindakan dan rencana ini dibahas secara terbuka oleh-masing-masing oknum lulusan menara gading pendidikan dengan mencantumkan nama asli mulai dari bulan April 2007 saat ini masih berjalan di maillist: [EMAIL PROTECTED] e-link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/messages . Hal ini dilakukan demi meluruskan (membenarkan) keyakinan mereka tentang hukum kesuksesan yang hanya menjadi hak bagi mereka yang menempuh jalur pendidikan resmi (S1, S2, S3, Profesor). Dimulai dari tertarik pada sebuah jurusan di sebuah universitas, mendaftar sebagai mahasiswa baru dengan membayar uang pangkalnya yang mahal, hingga jadi mahasiswa, hingga lulus menerima ijasah dan mulai masuk pada realita dunia kerja yang tidak seideal janji-janji tiket jaminan kesuksesan hidup, yang didalaminya dan diamininya selama sekian tahun menempuh jenjang pendidikan. Sebelum lulus SMU dan masuk ke private club bernama universitas resmi, Vincent Liong yang memang hobi melakukan penelitian sendiri lepas dari keterlibatan lembaga resmi apapun tidak pernah mendapat konflik begitu berkelanjutan dan begitu serius mau menghabisi masa depan pribadi Vincent Liong, bukan menghabisi ilmu kompatiologi-nya. Paling-paling sebagai penulis ada diskusi, tetapi ya bukan pribadi. Tidak ada konflik yang bertahan lama lebih dari seminggu, itu pun paling-paling hanya konflik perbedaan pendapat setahun sekali. Pertanyaan dalam hati mereka para lulusan menara gading ini adalah: Mengapa Vincent Liong yang tidak lulus S1 (hanya lulusan SMU dan mengundurkan diri dari fak Psikologi Unika Atmajaya di semester empat) boleh bernasib sukses? Misalnya: 1. Sukses mendapat pengakuan, perhatian dan kepercayaan masyarakat awam dari mulai proses penelitian ilmu kompatiologi (tanpa cap ilmiah dari universitas sebagai pemilik resmi hak label keilmiahan yang boleh dipakai oleh yang member of the private club saja) hingga berhasil dan mulai memasarkan kompatiologi. 2. Sukses mendapat uang untuk diri sendiri dan membuka lapangan pekerjaan dari menjual kompatiologi yang dikembangkannya melalui penelitian dari nol bukan dari literatur yang adalah hak milik lembaga pendidikan. Atas dasar pelanggaran terhadap hukum kesuksesan yang mereka yakini (para oknum dari lembaga pendidikan menara gading) maka segala tindakan merugikan pribadi Vincent Liong dianggap sebagai tindakan untuk mendidik dan memperbaiki Vincent Liong dari pelanggarannya terhadap hukum kesuksesan ala menara gading pendidikan. Dalam pola pikir mereka; sesuatu yang baik dan benar, haruslah sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, kepercayaan masyarakat tidak dihitung di sini. Masalahnya, cap ilmiah sendiri hanyalah hak milik eksklusif lembaga pendidikan menara gading. Tidak ada orang di luar private club yang member only ini yang boleh memiliki hak ilmiah. Jadi masalah bukan ada pada Vincent Liong atau mereka. Masalah ada pada perbedaan pola pikir tentang hak atas suatu karya dianggap baik dan benar. Dalam penelitian ilmiah sendiri, kebanyakan penelitian dalam lembaga pendidikan dilakukan sekedar untuk memenuhi syarat kelulusan atau prosedural pendidikan di lembaga pendidikan menara gading saja, sehingga tetap saja tidak sampai pada penggunaan secara luas di masyarakat. Jadi apakah suatu hasil karya penelitian mau sekedar dianggap baik dan benar, atau mau berguna bagi orang banyak ;adalah dua hal yang sangat berbeda. Para pembaca dan pemerhati penelitian kompatiologi, dengan membaca tulisan singkat saya ini saya mengharapkan saudara-saudara sek
CiKEAS> Kompatiologi dan Grounded Theory
Kompatiologi dan Grounded Theory Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong. Tempat, hari & tanggal: Jakarta, Senin 17 September 2007. Ingin bergabung dalam diskusi? Klik aja e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2595 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22573 Balasan atas tulisan ini harap di Cc ke email: <[EMAIL PROTECTED]> . Sekitar setengah tahun yang lalu Cornelia Istiani penanggungjawab penelitian kompatiologi yang berbackground Matematika dan Psikometri sempat mau meneliti kompatiologi dengan pendekatan penelitian kwantitatif, lalu tiba-tiba berubah arah ingin menelitinya dengan Grounded Theory. Mengapa kompatiologi tidak bisa diteliti dengan metode ilmiah yang umum seperti misalnya kwantitatif dan kwantitatif yang umum, lalu harus dengan dan Grounded Theory yang bersifat agak kwalitatif tetapi masih menjadi persengketaan apakah ini pendekatan penelitian kwalitatif atau model baru Kita perlu membahas dulu apa perbedaan antara kwantitatif dan kwalitatif, baru memudian kita membahas Grounded Theory. METODE PENELITIAN KWANTITATIF DAN KWALITATIF Kalau kita membahas metode penelitian ilmiah dengan metode KWANTITATIF maka ada urutan tahapan penelitian sbb: 1*Memformulasikan permasalahan yang akan diteliti. 2* Membuat konsep disain penelitian. 3*Membuat instrumen untuk mengumpulkan data. 4*Memilih / menentukan sample. 5*Menulis proposal penelitian. 6*Mengumpulkan data. 7*Memproses data. 8*Menulis laporan penelitian. Proses ini memiliki informasi yang pasti; mulai dari memformulasikan permasalahan sampai menulis laporan penelitian dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahapan penelitian ; semua sudah bisa dikonsepkan sejak awal sebelum penelitian dimulai. Seorang peneliti kwantitative bisa membuat banyak sekali penelitian dalam seumur hidupnya, penelitian ini membutuhkan peneliti yang benar-benar mengerti aturan birokrasi tentang metodologi semacam apa yang berlaku dan hasil apa yang diharapkan. Jadi kerja peneliti sama seperti kerja tukang atau robot yang sekedar mengikuti prosedur yang berlaku sesuai aturan yang sudah dibakukan. Lain lagi pada penelitian ilmiah dengan metode KWALITATIF yang umum. Pada metode kwalitatif yang umum, yang dipastikan sejak awal sebelum penelitian hanya tahapan penelitian: 1*Memformulasikan permasalahan yang akan diteliti. dan 8*Menulis laporan penelitian. Tahap lainnya (tahap 2-7) bisa disesuaikan sendiri oleh penelitinya, tergantung pada subject atau object yang diamati. Sama seperti metode kwantitatif, penelitian kwalitatif yang umum juga berpedoman pada teori yang sudah ada di buku literature, hanya prosedural dalam melaksanakannya-nya lebih bebas daripada penelitian kwantitatif. Penelitian baik bersifat kwantitatif maupun kwalitatif memiliki tujuannya masing-masing: Kwantitatif bertujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum. Kwalitatif secara umum bertujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku spesifik. Keduanya memiliki persamaan yaitu bertujuan mengakhiri penelitian dengan kesimpulan. KOMPATIOLOGI DAN GROUNDED THEORY Bagaimana dengan Kompatiologi yang menurut Cornelia Istiani lebih mirip dengan Grounded Theory? Pada Grounded Theory masalah, teori dan eksperimen diformulasikan secara berkala, tergantung pada jumlah data yang terkumpul. Penelitian dengan metode Grounded Theory tidak memiliki kepastian tentang jumlah waktu yang dibutuhkan, arah perkembangan teori di masa yang akan datang, bahkan tujuan akhir dari penelitian itu sendiri tidak diketahui. Seperti metode penelitian Grounded Theory, yang ada pada seorang peneliti dengan kompatiologi hanyalah semangat, konsistensi yang tinggi, tidak perlu orang pintar. Peneliti tidak mengharapkan penelitiannya berakhir dengan kesimpulan yang dibakukan. Penelitian dijalankan seumur hidup si peneliti, kalau belum selesai maka dilanjutkan oleh penerus yang biasanya murid pewaris si peneliti, inipun bisa berlangsung sekian turunan. Penelitian kompatiologi yang mirip dengan metode Grounded Theory itu seperti seorang nabi dengan kitab sucinya. Anda tidak akan memahami ilmu hanya dengan membaca salahsatu tulisan atau karya warisan si peneliti, atau membaca definisi seperti yang dilakukan ilmu kwalitatif dan kwantitatife yang begitu terobsesi untuk mengakhiri penelitian dan memberi kesimpulan atau definisi akhir yang berlaku mutlak pada penelitiannya. Kalau anda mau memahami ilmu yang dibuat dengan penelitian dengan metode Grounded Theory maka anda harus mengikuti perkembangan penelitian si peneliti seumur hidup atau membaca riwayat karya si peneliti mulai dari awal perjalanan kariernya hingga update terakhir, atau minimal membaca riwayatnya dua sampai tiga tahun terakhir. Grounded Theory lebih mirip dengan pencarian jatidiri bagi tiap penelitinya sendiri. Dalam Grounded Theory karena bersifat seperti pencarian jatidiri, maka tidak ada jarak antara peneliti dan yang diteliti. Bahkan pihak yang diteliti turut menjadi pene
CiKEAS> Berguru pada Anjing, Komputer, Mobil, Manusia & Kompatiologi
Berguru pada Anjing, Komputer, Mobil, Manusia & Kompatiologi Ditulis oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian Tempat,Hari&Tanggal: Jakarta, Minggu, 2 September 2007 Ingin ikut diskusi tulisan ini, klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2525 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22464 Balasan / Reply atas tulisan ini harap di Cc ke email <[EMAIL PROTECTED]> agar bisa saya baca lebih cepat. Informasi soal ilmu Kompatiologi hubungi: Vincent Liong di Flexi:021-70006775 Esia:021-98806892 Fren:08881333410 Berguru pada Anjing... Anjing. Binatang itu bagi saya memiliki sistem pengambilan keputusan yang sederhana tetapi menyeluruh. Sejak menulis buku saya pertama berjudul 'Berlindung di Bawah Payung' (Penerbit Grasindo 2001) saya suka mempelajari dan menulis tentang Anjing Tekel peliharaan saya 'Blacky' yang tinggal bersama saya sekamar hingga sekarang. Hal yang menarik dari Anjing adalah anjing itu pola komunikasinya lebih sederhana yaitu komunikasi yang sifatnya dua dimensi: Approve >< Reject dan Aktif >< Passive. Jadi bila kita analogikan dalam fungsi sampler (alat pengambil sample) dan translater (alat penerjemah) maka hanya ada dua dimensi sampler yang pararel, yang kemudian ditranslate ke dalam interaksi dengan birokrasi aturan yang saya terapkan terhadap anjing saya di rumah. Berguru pada Komputer... Untuk belajar logika yang sistematis perlu mempelajari fungsi kerja komputer. Komputer itu memiliki fungsi yang bersifat hardware yang terpenting yaitu harddisk. Harddisk itu sebenarnya hanyalah piringan yang menyimpan random sample binair (nol atau 1), pengalaman up or down (binair) yang disimpan secara random, dan bisa diulangi untuk dialami oleh alat sampling ketika data dibaca. Pada komputer ada fungsi yang bersifat software seperti misalnya operating sistem, program-program yang berfungsi sebagai sistem birokrasi pemerosesan dan penerjemahan pengalaman binair (nol atau 1) menjadi hal yang lebih kongkrit sehingga berguna. Berguru pada Mobil... Mobil itu memiliki alat ukur petunjuk kecepatan, putaran mesin, jumlah isi tangki bensin, panas mesin, dlsb. Alat petunjuk itu bentuknya hampir sama yaitu jarum yang bisa bergerak dalam dua arah yaitu naik atau turun pada range yang berisi skala-skala untuk menandakan bagian-bagian range tsb. Alat petunjuk itu baru berfungsi bila diberi bahasa kontekstualnya (fungsi translaternya) yaitu: petunjuk kecepatan, putaran mesin, jumlah isi tangki bensin, panas mesin, dlsb. Tanpa keterangan tsb maka alat ukur tsb tidak memiliki nilai guna. Berguru pada Mata... Mata itu memiliki alat sampler yang sifatnya dua dimensi (seperti sebelumnya saya menceritakan sistem pengambilan keputusan pada hewan) yaitu: terang >< dekat. Mata baru bisa berfungsi bilamana data-data intensitas cahaya ditranslate dengan membandingkan: birokrasi pendefinisian / pengelompokkan warna di otak dan kerja sama antara pengelihatan tentang jarak benda ke mata dan penyesuaian cembung >< cekung nya lensa mata. Berguru pada Manusia Primitif... Manusia primitif (non sekolahan) menjalankan hidupnya dengan secara otomatis mengukur kondisi lingkungan sekitar (sampling), dengan jumlah alat ukur pararel sebanyak dan serumit penerjemah data yang dikuasainya, dan mentranslatenya dengan bahasa seadanya untuk bisa berkomunikasi dengan manusia lain dan berusaha ber-bargain dalam mendapatkan pemenuhan kebutuhan masing-masing. Manusia moderen belajar birokrasi atas ilmu (penerjemah). Tetapi ilmunya sendiri ketika berhadapan langsung sebagai pelaku hanyalah ilmu kira-kira seperti mata berusaha mengkorelasikan antara jarak benda ke mata dan cembung >< cekung nya lensa mata. Hal ini sifatnya adalah keterampilan alamiah bukan menguasai birokrasi tertentu atau tidak. Pada akhirnya manusia tidak bisa menggantungkan dirinya pada satu bidang spesialisasi saja yang dipelajari birokrasi ilmunya, melainkan menjalankan kehidupannya sendiri dengan berhadapan berbagai macam bidang yang tidak bisa diambil ijasahnya dengan cara sekolah satu demi satu. Dalam hal ini akhirnya manusia itu kembali ke ilmu kira-kira. Berguru pada ilmu Kompatiologi... Kompatiologi mengajari manusia untuk mensistematisasi fungsi tekhnis alat ukur (sampler) dan translaternya (birokrasi atas ilmu) sehingga si manusia tidak terikat pada satu jenis alat translater (birokrasi atas ilmu) saja, sehingga bisa berpindah-pindah alat translater sesuai kebutuhan dan kepentingannya di bidang tertentu saat itu yang bisa berbeda di waktu yang lain. Pada akhirnya sebuah birokrasi ilmu hanyalah satu titik diantara tabel alat ukur yang memiliki posisi tertentu terhadap birokrasi ilmu yang lain. Dengan mengetahui posisi tsb maka anda tahu ilmunya, karena anda bisa mengkondisikan diri anda di posisi tsb tanpa perlu sekolah di bidang tertentu tsb hingga mendapat ijasah, asal tahu variabel, kepentingan, dlsb dan hubungannya satu sama lain.
CiKEAS> UNDANGAN DISKUSI Pencerahan Matematika dan Pencerahan Kompatiologi
UNDANGAN DISKUSI Pencerahan Matematika dan Pencerahan Kompatiologi. Mungkin Peradaban binatang menjadi manusia dimulai dengan suatu pencerahan yang bernama matematika. Matematika sebagai sebuah pencerahan tidaklah begitu rumit seperti matematika yang membuat saya tidak naik kelas ketika kelas 4 SD. Matematika awal hanya terdiri dari penambahan dan pengurangan yang kemudian berlanjut ke perkalian dan pembagian (penambahan atau pengurangan dalam jumlah yang sama), dan seterusnya, dan seterusnya. Sama halnya dengan pencerahan bernama matematika, kompatiologi bukanlah pencerahan dengan bahasa yang rumit seperti berbagai berbagai produk dan komoditas keilmuan yang dijual di pasaran. Kompatiologi hanyalah sebuah pencerahan yang berisi penguasaan tentang: * Kegiatan random sampling pada setiap alat pengindraan (alat pengukuran) yang menerima data satu dimensi (naik atau turun) dalam pararel sebanyak kompleksitas proses pengambilan keputusan si manusia, makin moderen si manusia maka makin kompels proses berpikirnya. * Bahasa Kontekstual / translater yang memberi makna pada setiap alat pengindraan (alat pengukuran) dengan temanya, bidangnya, namanya masing-masing seperti: alat penindraan kecepatan mengukur grafik kecepatan, alat pengindraan putaran mesin mengukur kecepatan putaran mesin, dlsb meski semuanya sama-sama hanya sebuah grafik naik atau turun dengan skala-skala sebagai alat pembanding yang menetukan nilai keadaan (pembanding untuk mementukan nilai tiap sample). Pencerahan matematika membuat manusia semakin canggih, rumit, kompleks, dlsb jauh meninggalkan binatang karena sepasang rumus dasar yaitu penambahan dan pengurangan telah berefolusi dalam pikiran manusia yang terus bergerak dan berkembang untuk mencari bentuk-bentuk baru, penerapan-penerapan baru, produk dan komoditas konsep birokrasi baru ;untuk membantu memudahkan si manusia dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan pencerahan kompatiologi yang bermula dari sepasang kegiatan: sampler (random sampling) dan translater yang ketika sudah terinstalasi pada manusia, rumusnya terus berefolusi menjadi semakin canggih dan kompleks berdasarkan kreatifitas si manusia itu sendiri. Seperti petualangan yang ditempuh manusia setelah mendapat pencerahan matematika, maka bagaimana cerita pasca pencerahan kompatiologi? Bagi yang mantan terdekon-kompatiologi diharapkan turut bergabung dalam diskusi ini. Mari bergabung dalam diskusi di [EMAIL PROTECTED] , klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join . Ttd, Vincent Liong (CDMA Fren: 08881333410, Flexi: 021-70006775, Esia: 021-98806892, Telp: 021-5482193, 5348567, Fax: 021-5348546. Yahoo ID: vincentliong.) Jakarta, Minggu, 16 September 2007 Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
CiKEAS> Kompatiologi dan Mekanisme Kebutuhan
Kompatiologi dan Mekanisme Kebutuhan Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong Dibahas bersama: Adhi Purwono Ingin ikut dalam diskusi? Klik:: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1711 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20964 Manusia dan hewan adalah makhluk hidup yang mampu bergerak dan berpindah tempat dengan bebas, sifat ini yang membedakan dua kelompok makhluk hidup ini dengan tumbuhan. Manusia dibedakan dengan binatang karena binatang tidak terlalu mempunyai keinginan untuk melenceng dari penemuhan kebutuhan dasar saja, sedangkan manusia merasa kurang bilamana hanya terpenuhi kebutuhan dasarnya saja. Dalam pemahaman tentang kebutuhan dasar, biasanya dianggap bahwa setelah manusia terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka manusia tetap merasa mempunyai keinginan lebih untuk terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lain di luar kebutuhan dasar. Mengapa manusia tidak hanya puas dengan terpenuhinya kebutuhan dasar, sedangkan pada binatang mereka cukup puas bila terpenuhi kebutuhan dasarnya? Jika seorang Tarzan yang hidup di tengah-tengah budaya Simpanse tumbuh sebagai manusia yang cukup puas bilaman kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Namun, jika seekor Blacky hidup di tengah-tengah budaya Manusia, maka terpenuhi kebutuhan dasar saja tidak cukup, karena Blacky terpengaruh dengan konsep kenyamanan manusia; sofa yang empuk dengan berlapis kulit yang hangat, makanan yang tidak hanya mengkenyangkan tetapi memenuhi selera, kamar yang ber-AC, dlsb meskipun tidak tidak sejauh manusia dalam mengejar konsep kebutuhan akan kenyamanan moderen. Mengapa Blacky tidak terbawa konsep kenyamanan moderen sejauh Manusia? Ini disebabkan karena manusia tidak sanggup mempengaruhi Blacky seperti manusia mempengaruhi manusia lain. Tao mengatakan; Manusia mengikuti aturan bumi, Bumi mengikuti aturan Langit. Sementara langit itu mengikuti aturan Tao. Dalam kutipan di atas ada dua aturan yang dihadapi oleh manusia yaitu aturan bumi dan aturan langit. Bicara tentang kebutuhan; Aturan Bumi adalah segala yang sifatnya mekanis biologis atau pada proses pengambilan keputusannya dikatakan instingtif, misalnya: Makhluk hidup makan untuk mempertahankan eksistensi dirinya secara fisik (tetap hidup), membutuhkan rasa aman untuk menjauhkan diri dari bahaya yang bisa melenyapkan eksistensi dia secara fisik, membutuhkan kegiatan sex untuk menggandakan sebagian dirinya sehingga sebagian dirinya tetap eksis secara fisik. Jadi intinya saya eksis secara fisik. Itulah aturan bumi. Aturan Langit adalah penciptaan konsep oleh manusia dengan tujuan munculnya anggapan bahwa hidupnya aman dan dapat diramalkan prosesnya, di tengah ketidakpastian dan konflik antar kepentingan individu yang berusaha untuk terus eksis, misalnya: perlu konsep, paradigma, sudutpandang, referensi, acuan, sehingga perlu sekolah, agar dapat meramalkan setiap tahap proses hidupnya, misalnya setelah lulus bekerja, lalu menikah, lalu membesarkan anak, mendapatkan pensiun, hingga mendapatkan pemakaman yang layak, lalu butuh agama agar dapat tetap memprediksi eksistensi diri setelah mati. Manusia tidak sanggup mengajarkan hewan untuk menciptakan aturan langitnya sendiri yang terus berkembang, sehingga manusia berasumsi bahwa dia berbeda dengan hewan hanya karena hewan tidak bisa diajarkan untuk menciptakan dan mengembangkan aturan langitnya secara mandiri (akal budi). Kompatiologi dalam hal ini berperan untuk mengurangi tekanan keinginan yang dialami oleh manusia dalam kebutuhannya berkonsep untuk mengikuti dan mengembangkan aturan langit. Bagaimana cara kompatiologi bekerja? Aturan langit bekerja dengan kebutuhan untuk membuat & mengembangkan konsep-konsep dalam hal eksistensi diri (berfilsafat). Aturan bumi adalah mekanisme dasar dalam eksistensi diri secara fisik yang bekerja secara mekanis ragawi (instingtif). Oleh karena itu kompatiologi bekerja dengan sampling data sensor ragawi tanpa ceramah, pengarahan konsep, dogma, dlsb sehingga untuk sesaat pengguna kompatiologi sempat mengalami pengalaman untuk hidup pada aturan bumi tanpa terpengaruh tekanan-tekanan aturan langit. Sehingga tekanan dari aturan langit bisa dikurangi dengan menyadari adanya aturan bumi dengan melalui pengalaman dekonstruksi tsb, karena setelah mengalami dekonstruksi manusia tsb menyadari bahwa adaptasi pemposisisan diri manusia bisa dilakukan menggunakan baik aturan bumi maupun aturan langit, tidak ada yang lebih penting / berkuasa satu terhadap yang lain. Ttd, Vincent Liong Jakarta, Selasa, 22 Mei 2007 Note: balasan atas tulisan ini harap di Cc ke email: <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]> supaya dapat kami baca dan balas (jika perlu) dengan cepat. LAMPIRAN Info 'Pendekon' (Pengajar) Kompatiologi Last update: 30 April 2007 (berlaku sampai update berikutnya) ISI LAMPIRAN * Daftar pengajar Kompatiologi cabang Jakarta. * Daftar penasehat Kompatiologi cabang Jakarta. * Daftar pengajar Kompatiologi caba
CiKEAS> Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya"
Subject: Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya, jadi tidak aneh lagi. (Kutipan dari pernyataan lisan Vincent Liong dalam talkshow bertema Fenomena Indigo di program K!ck Andy Show di Metro TV. Telah ditayangkan pada Kamis, 8 Maret 2007 jam 22.30 WIB dan tayang ulang pada Minggu, 11 Maret 2007 jam 15.05 WIB.) Tanya jawab di bawah ini adalah balasan dari email: Subject: Fwd: Indigo or gifted? From: Yoga Prio <[EMAIL PROTECTED]> http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1309 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20189 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/17495 (Note: Email asli terlampir, baca LAMPIRAN.) "Yoga Prio" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Entah apapun teori tentang sebuah indigo person, gue sungguh tertarik sama gaya berpikir seorang Vincent Liong. Kenapa? Lu ditanya apa yang akan lu lakukan ketika lu dianggap aneh? Lu menjawab, "gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya". Vincent Liong answer: Di faktanya, mayoritas orang memiliki hardware fisikal yang sama. Yang membedakan manusia adalah pengalaman, posisinya dalam komunitas, misalnya ada yang baru kelas office boy dan ada yang seorang konglomerat dengan banyak pegawai bekerja melayaninya. Pada komputer dan mesin mekanis lainnya, segala hal yang memiliki hardware fisikal yang sama maka akan memiliki tingkat kemampuan yang sama ;asalkan memiliki software yang sama. Yang membedakan adalah nilai benda terhadap produk, tempat, harga dan waktu. Mengapa ilmupengetahuan sosial saat ini hanya fit untuk kaum ordinary lalu membuat penggolongan yang sifatnya wah, ajaib untuk mengasingkan kaum extraordinary?! Sebab-musebabnya adalah: bilamana dalam ilmu eksakta seperti matematika seseorang membuat rumusan yang lebih spesifik, misalnya: Sin, Cos, Tan, dlsb; maka semua rumus tsb harus mampu terjelaskan hubungan mekanisnya dengan rumus yang paling sederhana misalnya: 1 + 1 = 2 , 2 1 = 1 , 2 x 1 = 2 dan 2 : 2 = 1 . Tetapi dalam ilmupengetahuan sosial resmi, suatu ilmu sudah dianggap ilmiah tanpa perlu mencapai rumus mekanis paling dasar / sederhananya (seperti pada matematika 1 + 1 = 2). Cukup sampai membuat daftar ciri-ciri, daftar cara yang dianggap benar dengan syarat kondisional ideal tertentu, dlsb ;maka sudah dapat dinyatakan ilmupengetahuan ilmiah dan sudah berhak mendapat pengakuan, bahkan mencetak ijasah, yang katanya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan. Maka dari itu jangan heran kalau lulusan S1 di fakultas tempat saya kuliah mendapat income bersih antara 1 juta sampai 1.5 juta rupiah untuk bekerja fulltime karena skillnya hanya sampai mencocokkan data, memiliah-milah data berdasarkan sama atau tidak sama sifatnya, tetapi tidak mampu sebagai pengambil keputusan yang harus melakukan analisa dan mengambil keputusan yang tepat di kondisi yang tidak pernah ideal seperti di buku. Lulusan dengan skill / kemampuan kerja standart semacam ini dihasilkan dari banyak fakultas berbeda namanya, tetapi hampir sama kemampuannya; yang beda hanyalah jenis bahasa dan nama produk yang digunakan. Sedangkan saya dan para pendidik kompatiologi saya mendapat income bersih minimum 2 juta rupiah per bulan hanya untuk bekerja enam jam dalam seminggu sebagai programmer (pendekon) kompatiologi tanpa memerlukan ijasah selain nama sendiri, yang dijaga sendiri popularitas dan nama baiknya di mata konsumen, menyebar dari mulut ke mulut. (Note: Pendekon dapat income bersih tiga ratus ribu rupiah per peserta. Rata-rata membatasi diri untuk hanya mendekon 2x seminggu baik secara group atau individu, lalu sisa waktu digunakan untuk ngeluyur di mall atau makan-makan di resto.) Saya menjawab "gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya", sebab: Bila seseorang belajar atau menguasai ilmu yang memposisikan manusia sebagai mesin mekanis, maka dia tidak perlu bercapek-capek membuang waktu mengaplikasikan ilmu dengan menjadi penasehat normatif yang mempengaruhi local wisdom dan bertanggungjawab pada keputusan orang lain, atau mengajar dengan metode ceramah seperti dosen di kelas. Cukup diinstall saja seperti anda membeli cd rom windows bajakan, dan melakukan instalasi di komputer anda dengan hasil instalasi yang standart sesuai konfigurasi program / operating sistem yang diinstall dan hardware fisikal komputer anda. Lalu tugas programmer selanjutnya adalah buang waktu untuk menemani & mengawasi peserta / user kompatiologi saat bekerja, makan, jalan-jalan, shooping, melakukan hobi-hobinya ;sekedar sebagai pengawas, yang tugasnya untuk membimbing cara menggunakan aplikasi-aplikasi windows-nya ala kompatiologi, yang telah terinstall di manusia tsb, dengan segala kemampuan analisa untung-rugi / sebab-akibat (if, or, then-nya). Urusan keputusan-keputusan semacam apa yang diambil bukan urusan programmer asalkan si orang tsb sadar sendiri (tanpa diberitahu) konsekwensi dua arah (ke diri sendiri at
CiKEAS> Paradigma Hirarkis dalam Pendidikan di Indonesia ; ditulis oleh: Audifax <[EMAIL PROTECTED]>
dari milis Psikologi Transformatif ke milis anda semula, kalau anda rasa itu perlu. Pengkonsentrasian di milis Psikologi Transformatif semata hanya agar semua pendapat, baik yang pro maupun kontra berada di ruang yang sama. Sama-sama dari member Psikologi Transformatif. Walau kita berbeda, kita berada di ruang yang sama tanpa sekat dan hirarki. Mungkin dari sinilah kita bisa belajar lebih jauh apa itu pendidikan dan pluralitas © Audifax 8 April 2007 Jika anda berminat untuk bergabung dengan milis Psikologi Transformatif untuk berdiskusi, klik: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member telah melebihi 1800, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi Di mana ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan di sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia. Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia Lia Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com