CiKEAS> Re: “Semua adalah relatif” Re: Kebenaran "

2008-12-16 Terurut Topik Vincent Liong




Suatu pernyataan yang sifatnya dikatakan atau ditulis mau
tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak relatif. Tidak akan mungkin
sesuatu yang sifatnya sudah dikatakan atau ditulis bersifat tidak mengikat dan
relatif karena mau tidak mau sudah mengandung judgement (penghakiman) di
dalamnya. Mau kumpulan perkataan apapun itu dinamakan relatif, liberal, dlsb
sekalipun tetap tidak bisa lepas dari kondisi bahwa; Suatu pernyataan yang
sifatnya dikatakan atau ditulis mau tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak
relatif.

 

Suatu hal masih bisa bersifat tidak mengikat dan relatif
bilamana masih bersifat pengalaman yang sifatnya random sampling yang belum
diberi kesimpulan.  

 

Seperti dalam tulisan saya;…

 

 

 

Titik Awal dan Titik Akhir



Ditulis oleh : Vincent Liong dan Anton Widjojo

Tempat, Hari, dan Tanggal : Jakarta, Selasa, 4 November 2008



Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa

membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan
membuat

tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal yang dia

kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa

merencanakan untuk membangun

bangunan ruang.



Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas

pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu

yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum

kekekalan energi.



Setelah adanya pemahaman ‘kompatiologi’ bahwa yang tadinya titik tanpa

dimensi itu, ketika dia memiliki ‘range’(jangkauan dan skala) maka dia

menjadi berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu

adalah satu dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi

dimensi-dimensi selanjutnya.



Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita

melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti
kita

melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, atau

tepat jam berapakah detik ini…



Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang

berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari

suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau

bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanya… Apa yang akan

terjadi ?





 

 

Lalu mengenai point agama… 

 

Manusia memiliki kemampuan mengukur hal-hal di sekitarnya, lalu
mengambil pilihan yang tidak terbatas hanya untuk sekedar ikut arus adalah
seperti kemampuan pencipta yang maha tahu, maha bisa, dlsb.

 

Masalahnya manusia itu makhluk yang bisa dikatakan mendekati
100% Allah tetapi tetap terikat pada keterbatasan 100% Manusia. Ketika seorang
manusia menentukan suatu keinginan dan berusaha mencapainya dengan segala
kemahaannya maka keinginan itu akan tercapai tetapi selalu saja ada yang kurang
sempurna sehingga pilihan apapun yang terkabul tidak akan pernah bisa memuaskan.

 

Agama (yang sang Penciptanya bukan buatan manusia)
dibutuhkan manusia agar dalam menjalani hidupnya manusia bisa selalu menyadari
bahwa selama dirinya masih hidup dalam ruang dan waktu maka manusia itu tidak
akan bisa lepas dari distorsi keterbatasan manusiawinya. Distorsi kemanusiaan
itu tidak bisa dihilangkan, atau dilepaskan; yang bisa dilakukan adalah
disadari bahwa distorsi kemanusiaan itu akan tetap melekat selama manusia itu
masih hidup. 

 

Terjadi penyelewengan-penyelewengan dimana manusia membuat
konsep penciptanya sendiri yang selalu sesuai dengan keinginan manusiawinya,
hingga akhirnya pencipta yang ditemukannya adalah berhala ciptaan dirinya
sendiri yang memiliki sifat dan kemampuan yang setara dengan manusia. Pencipta
yang sekedar berhala ciptaan seorang manusia tentu akan mengecewakan si manusia
karena tidak lebih dari manusia itu sendiri, hingga akhirnya penyembah berhala
itu kecewa dan setelah itu mulai membenci konsep-konsep keTuhanan karena tidak
menemukan Tuhan yang Esa. Kemudian ia menyamakan berbagai agama yang
penciptanya bisa buatan manusia atau bukan buatan manusia bahwa semuanya sama
saja…

 

Tentunya seorang manusia yang berotak kecil ini tidak akan
mungkin memahami pikiran sang pencipta.

 
Ttd,Vincent Liong




--- On Sun, 14/12/08, Deby Sartika  wrote:
From: Deby Sartika 
Subject: “Semua adalah relatif”  Re: Kebenaran"
To: cikeas@yahoogroups.com
Cc: "Ahmadi Agung" 
Received: Sunday, 14 December, 2008, 6:52 AM

Mari kita disuksikan di milis Cikeas 

Ahmadi Agung  wrote: Oleh : Redaksi 14 Oct 2008 - 6:30 
pm  
oleh: Hamid Fahmi Zarkasy * 
Untuk menguasai agama tidak perlu  beragama, demikian kata kaum liberal. Itulah 
sebabnya mereka membuat 
 “teologi-teologi” baru. “Untuk menjadi wasit tidak perlu menjadi pemain” itu  
logikanya

“Semua adalah relatif” (All is relative) merupakan  slogan generasi zaman 
post

CiKEAS> Re: “Semua adalah relatif” Re: Kebenaran "

2008-12-15 Terurut Topik Vincent Liong




Suatu pernyataan yang sifatnya dikatakan atau ditulis mau
tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak relatif. Tidak akan mungkin
sesuatu yang sifatnya sudah dikatakan atau ditulis bersifat tidak mengikat dan
relatif karena mau tidak mau sudah mengandung judgement (penghakiman) di
dalamnya. Mau kumpulan perkataan apapun itu dinamakan relatif, liberal, dlsb
sekalipun tetap tidak bisa lepas dari kondisi bahwa; Suatu pernyataan yang
sifatnya dikatakan atau ditulis mau tidak mau bersifat mengikat, pasti dan tidak
relatif.

 

Suatu hal masih bisa bersifat tidak mengikat dan relatif
bilamana masih bersifat pengalaman yang sifatnya random sampling yang belum
diberi kesimpulan.  

 

Seperti dalam tulisan saya;…

 

 

 

Titik Awal dan Titik Akhir



Ditulis oleh : Vincent Liong dan Anton Widjojo

Tempat, Hari, dan Tanggal : Jakarta, Selasa, 4 November 2008



Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa

membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan
membuat

tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal yang dia

kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa

merencanakan untuk membangun

bangunan ruang.



Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas

pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu

yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum

kekekalan energi.



Setelah adanya pemahaman ‘kompatiologi’ bahwa yang tadinya titik tanpa

dimensi itu, ketika dia memiliki ‘range’(jangkauan dan skala) maka dia

menjadi berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu

adalah satu dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi

dimensi-dimensi selanjutnya.



Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita

melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti
kita

melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, atau

tepat jam berapakah detik ini…



Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang

berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari

suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau

bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanya… Apa yang akan

terjadi ?





 

 

Lalu mengenai point agama… 

 

Manusia memiliki kemampuan mengukur hal-hal di sekitarnya, lalu
mengambil pilihan yang tidak terbatas hanya untuk sekedar ikut arus adalah
seperti kemampuan pencipta yang maha tahu, maha bisa, dlsb.

 

Masalahnya manusia itu makhluk yang bisa dikatakan mendekati
100% Allah tetapi tetap terikat pada keterbatasan 100% Manusia. Ketika seorang
manusia menentukan suatu keinginan dan berusaha mencapainya dengan segala
kemahaannya maka keinginan itu akan tercapai tetapi selalu saja ada yang kurang
sempurna sehingga pilihan apapun yang terkabul tidak akan pernah bisa memuaskan.

 

Agama (yang sang Penciptanya bukan buatan manusia)
dibutuhkan manusia agar dalam menjalani hidupnya manusia bisa selalu menyadari
bahwa selama dirinya masih hidup dalam ruang dan waktu maka manusia itu tidak
akan bisa lepas dari distorsi keterbatasan manusiawinya. Distorsi kemanusiaan
itu tidak bisa dihilangkan, atau dilepaskan; yang bisa dilakukan adalah
disadari bahwa distorsi kemanusiaan itu akan tetap melekat selama manusia itu
masih hidup. 

 

Terjadi penyelewengan-penyelewengan dimana manusia membuat
konsep penciptanya sendiri yang selalu sesuai dengan keinginan manusiawinya,
hingga akhirnya pencipta yang ditemukannya adalah berhala ciptaan dirinya
sendiri yang memiliki sifat dan kemampuan yang setara dengan manusia. Pencipta
yang sekedar berhala ciptaan seorang manusia tentu akan mengecewakan si manusia
karena tidak lebih dari manusia itu sendiri, hingga akhirnya penyembah berhala
itu kecewa dan setelah itu mulai membenci konsep-konsep keTuhanan karena tidak
menemukan Tuhan yang Esa. Kemudian ia menyamakan berbagai agama yang
penciptanya bisa buatan manusia atau bukan buatan manusia bahwa semuanya sama
saja…

 

Tentunya seorang manusia yang berotak kecil ini tidak akan
mungkin memahami pikiran sang pencipta.

 
Ttd,Vincent Liong




--- On Sun, 14/12/08, Deby Sartika  wrote:
From: Deby Sartika 
Subject: “Semua adalah relatif”  Re: Kebenaran"
To: cikeas@yahoogroups.com
Cc: "Ahmadi Agung" 
Received: Sunday, 14 December, 2008, 6:52 AM

Mari kita disuksikan di milis Cikeas 

Ahmadi Agung  wrote: Oleh : Redaksi 14 Oct 2008 - 6:30 
pm  
oleh: Hamid Fahmi Zarkasy * 
Untuk menguasai agama tidak perlu  beragama, demikian kata kaum liberal. Itulah 
sebabnya mereka membuat 
 “teologi-teologi” baru. “Untuk menjadi wasit tidak perlu menjadi pemain” itu  
logikanya

“Semua adalah relatif” (All is relative) merupakan  slogan generasi zaman 
post

CiKEAS> Titik Awal dan Titik Akhir

2008-11-03 Terurut Topik Vincent Liong
Titik Awal dan Titik Akhir

Ditulis oleh :  Vincent Liong dan Anton Widjojo 
Tempat, Hari, dan Tanggal :  Jakarta, Selasa, 4 November 2008

e-link tempat diskusi:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/4128 
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24828 
http://groups.yahoo.com/group/kompatiologi/message/83 
(balasan untuk email ini harap di cc ke email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL 
PROTECTED] )



Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa 
membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan 
membuat tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal 
yang dia kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa 
merencanakan untuk membangun
bangunan ruang.

Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas 
pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu 
yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum 
kekekalan energi.

Setelah adanya pemahaman ‘kompatiologi’ bahwa yang tadinya titik tanpa dimensi 
itu, ketika dia memiliki ‘range’(jangkauan dan skala) maka dia menjadi 
berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu adalah satu 
dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi dimensi-dimensi 
selanjutnya.

---

Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita 
melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti 
kita melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, 
atau tepat jam berapakah detik ini… 

Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang 
berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari 
suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau 
bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanya… Apa yang akan 
terjadi ?





Download e-book Kompatiologi :
* Kompatiologi Logika Komunikasi Empati 
http://rapidshare.com/files/137418283/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.pdf.html
 
http://rapidshare.com/files/137418284/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.rtf.html
* Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi Andy Ferdiansyah
http://rapidshare.com/files/137418285/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.pdf.html
http://rapidshare.com/files/137418286/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.rtf.html
* Kitab Angin Kompatiologi
http://rapidshare.com/files/137418287/Kitab_Angin_Kompatiologi_Juswan_Setyawan.rar.html



Perkembangan terakhir Kompatiologi ke ranah Tekhnik Audio Video Profesional

Per tgl 1 November 2008 Vincent Liong (pendiri Kompatiologi) tidak terasa masuk 
ke penerapan kompatiologi di bidang tekhnik audio dan video (berbagai tekhnik 
yang berkaitan dengan 5 panca indra). Sejak awal disebarluaskan di tahun 2006an 
kompatiologi dikembangkan di bidang-bidang non-tekhnik seperti metafisika, 
psikologi, kedokteran alternatif, dlsb.

Mulai dengan pengumuman ini kompatiologi akan dikembangkan di bidang
'tekhnik'(berhubungan dengan alat/mesin, dlsb) untuk membantu 
pekerjaan-pekerjaan tekhnik. Untuk sementara Vincent Liong akan fokus ke 
hal-hal penerapan tekhnik daripada kompatiologi.

Bilamana ada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jasa audio dan video
profesional dari sekala kecil sampai besar yang bisa saja kami kerjakan dapat 
contact langsung dengan Vincent Liong dan 'Anton Widjojo' (mentor tekhnik 
Vincent Liong).

Contact Person:
* Anton Widjojo (sms ke 08164827424)
* Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi)
021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren)


  Get the latest headlines with Yahoo!Xtra News - http://nz.news.yahoo.com


CiKEAS> Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan

2008-09-28 Terurut Topik Vincent Liong
Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan 

Ditulis oleh: Vincent Liong 
Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Senin, 29 September 2008 



Tujuan dibuatnya agama-agama dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan 
dengan ranah kemanusiaan adalah; untuk membebaskan manusia dari 
gangguan-gangguan manusiawi manusia, baik yang dibawa sejak lahir dan yang 
tumbuh dalam perjalanan hidup si manusia. 

Yang dibawa sejak lahir misalnya iri dan dengki Yang tumbuh dalam perjalanan 
hidup si manusia misalnya trauma dan berbagai kemelekatan pada hal-hal di 
sekitar dirinya. 

Sayangnya dalam mempelajari agama dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan 
ranah kemanusiaan, manusia menyalahartikan tujuan tersebut dengan menganggap 
bahwa; bilamana telah mengerti dan menguasai agama dan berbagai ilmupengetahuan 
tersebut, maka ada suatu kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari 
gangguan-gangguan manusiawi manusia. 

Kondisi merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari 
gangguan-gangguan manusiawi manusia, membuat manusia merasa memiliki hak untuk 
memenuhi dorongan rasa keadilan dengan menghakimi pihak lain; sebagai yang 
benar terhadap pihak yang salah, sebagai yang sadar terhadap yang belum sadar. 
Masalah yang serupa, yaitu ‘merasa diperlakukan tidak adil’ (dorongan keadilan) 
juga tumbuh di pihak yang merasa diperlakukan tidak adil, oleh mereka yang 
merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan 
manusiawi manusia. Baik di pihak pelaku maupun penderita mengalami kondisi yang 
sama. 

Dulu saya sendiri selalu menuntut keadilan karena merasa diri saya diperlakukan 
tidak adil, saya bisa melihat kekurangan di pihak yang telah memperlakukan saya 
tidak adil tanpa bisa melihat ke diri saya sendiri.

Sesuatu dapat disebut adil bilamana; siapa yang diberi kebebasan lebih dituntut 
lebih dan siapa yang diberi kebebasan kurang dituntut kurang, keadilan juga 
dihubungkan dengan prilaku yang sama di hadapan hukum yang adalah kesepakatan 
yang dibuat bersama. Bilamana Tuhan Yang Esa itu adil kepada saya dengan 
menimbang segala baik dan buruk saya tentunya saya hanya pantas terbuang dengan 
tinggal di kolong jembatan. Untungnya Tuhan Yang Esa itu maha pengasih.

Orang menuntut keadilan dan diberi keadilan akan menemukan bahwa menurut 
takaran yang adil dirinya hanya pantas terbuang dengan tinggal di kolong 
jembatan. Orang yang menyadari bahwa dirinya masih terikat dengan 
gangguan-gangguan manusiawi manusia dan merasa tidak memiliki nilai apa-apa 
bilamana dinilai dengan aturan keadilan, maka dia bisa menikmati dan mensyukuri 
kasih Tuhan Yang Esa, yang tidak mengadili tetapi mengasihi. Kita sebagai 
manusia hanya hidup berdasarkan belas kasihan Tuhan tanpa memiliki nilai atas 
hak keadilan apa-apa. 

Tuhan Yang Esa itu seorang tuan yang bijaksana. Seorang yang bijaksana tahu 
kapan harus berlaku kasih dan kapan harus berlaku adil. 


  Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/


CiKEAS> Renungan Seputar Nasib

2008-09-13 Terurut Topik Vincent Liong
Renungan Seputar Nasib

Ditulis oleh: Vincent Liong dan Anton Widjojo
Tempat, Hari dan Tanggal: Jakarta, Sabtu, 13 September 2008
e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3999 
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24679 …

Daftar Isi Artikel: “Orang yang berNasib Baik” dan “Kebijaksanaan Seorang Tuan”.



Orang yang berNasib Baik

Di suatu pedesaan di sebuah pegunungan yang tentram-damai, ada seorang yang 
selalu bernasib baik yang dikasihi oleh banyak orang. Meski memiliki 
keterampilan yang sedikit, kelihatannya hidup santai tidak mempunyai niat 
apa-apa; tetapi tetap saja selalu ada orang yang bersimpati dan mengasihinya 
sehingga hidupnya tidak pernah berkekurangan teman maupun harta-benda. 

Tidak jauh dari tempat tinggal orang yang bernasib baik tersebut tinggal 
seorang yang lain yang setiap hari; pagi hingga petang rajin bekerja keras 
membanting tulang di sawah. Setiap hari ia sering melewati rumah orang bernasib 
baik tersebut; setiap pergi berjalan ke sawah untuk bekerja dan sepulang kerja. 
Setiap pagi melewati rumah orang bernasib baik tersebut tampak rumahnya masih 
sepi karena penghuninya belum bangun, setiap pulang kerja melewati rumah orang 
bernasib baik tersebut tampak orang-orang yang bersimpati dan mengasihi orang 
bernasib baik tersebut sedang berkumpul ngobrol sambil minum teh atau kopi, 
beberapa kali tampak membawakan kado… Sehingga timbul rasa iri di hati orang 
itu. 

Mengapa orang yang memiliki keterampilan yang sedikit, hidup bermalas-malasan; 
masih saja dikasihi oleh banyak orang. Sedangkan dirinya yang telah bekerja 
keras membanting tulang di sawah dari pagi hingga petang setiap hari; tetapi 
tidak banyak orang yang memberikan perhatian kepadanya…
 
Suatu hari orang itu melihat orang bernasib baik tersebut berdiri di pinggir 
sungai yang terjal dan berarus deras sendirian. Terdorong oleh rasa irinya, 
orang itu mendapat ide untuk mendorong orang yang bernasib baik itu agar jatuh 
ke sungai dan mati tenggelam terbawa arus yang deras. Ia mendekati orang 
tersebut dan mendorongnya hingga jatuh ke dalam sungai.

Tiba-tiba sebuah kelapa jatuh dari pohonnya, tepat di tempat sebelumnya orang 
yang bernasib baik itu berdiri. Teman-teman dari orang yang bernasib baik itu 
melihat kejadian tersebut datang mendekat, mengucapkan terimakasih karena telah 
menyelamatkan nyawa orang yang bernasib baik tersebut, yang nyaris kepalanya 
tertimpa buah kelapa yang besar dan keras. Setelah berhasil keluar dari sungai 
orang yang bernasib baik tersebut, turut mengucapkan terimakasih kepada orang 
yang mendorongnya karena telah diselamatkan nyawanya. 



Kebijaksanaan Seorang Tuan

Andaikan seorang tuan yang sangat kaya lalu pergi ke kebun raya bogor. Di depan 
sana ada 1000 pengemis berderet menunggu sedekah. Lalu tuan itu memberikan 
sedekah ke beberapa pengemis diantara 1000 pengemis. Biarpun tuan itu membawa 
uang yang lebih dari cukup untuk memberikan uang kepada 1000 pengemis itu, 
pasti ia tidak akan memberikan uang itu pada setiap pengemis. Tentu dia 
memiliki kebijaksanaan terhadap siapa pengemis yang akan diberi dan yang tidak 
perlu diberi.

Ketika tuan itu tiba memberi uang kepada seorang pengemis yang muda, pengemis 
yang muda itu berdiri dan berkata;"Mengapa tuan tidak memberikan uang itu ke 
pengemis yang duduk disamping saya?" Ada tiga kemungkinan yang tuan tsb akan 
lakukan:
1. Mungkin tuan tersebut tidak menghiraukan omongan anak muda ini dan 
melanjutkan membagi uang.
2. Bisa saja tidak jadi memberikan uang tsb kepada yang muda tadi, tetapi 
memberikannya kepada yang duduk disamping si pemuda itu.
3. Bisa saja tuan itu bertanya;"Apa hak kamu mempertanyakan kebijaksanaan saya, 
coba tanya ke pengemis tua yang buta itu, apakah saya tidak adil?" 
4. Bisa saja tuan itu berkata;"Mengapa kamu sendiri yang sudah saya beri uang 
tidak rela membagikan uang yang sudah saya berikan kepada kamu kepada pengemis 
yang duduk disamping kamu yang tidak saya beri?"

Kita sebagai ciptaan tidak akan mampu mengerti kebijaksanaan dari sang 
pencipta. Tetapi yang kita tahu bahwa kalau kita diberi sesuatu yang lebih oleh 
pencipta maka tugas kita membagikan kepada yang kekurangan.

Jika kita mampu mengerti dengan otak kita yang kecil ini tentang kebijaksanaan 
dari sang pencipta, maka sang pencipta tidaklah lebih besar dari otak kita yang 
kecil ini.

---

Kasih itu tidak membicarakan keadilan.
Kasih adalah bagian dari kebijaksanaan. Seseorang yang bijaksana tahu kapan 
harus berlaku adil dan kapan harus berlaku kasih. 
Keadilan yang dilakukan tanpa pertimbangan kasih, atau dengan kata lain 
keadilan maksimal, akan menghasilkan kekejaman.
Kasih yang dilakukan tanpa pertimbangan keadilan, akan menghasilkan kelembekan.


  Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/


CiKEAS> Kesadaran dan Kepastian Tidak Ada Hubungannya

2008-09-07 Terurut Topik Vincent Liong
Kesadaran dan Kepastian Tidak Ada Hubungannya

Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong dan Anton Widjojo
Tempat, Hari dan Tanggal: Jakarta, Sabtu, 6 September 2008

e-link tempat diskusi: 
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3965 
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24648 balasan harap di cc ke 
alamat email [EMAIL PROTECTED] agar dapat cepat kami baca.

>+==+<
note: artikel ini adalah rangkuman hasil kutip-mengkutip dari banyak artikel 
kompatiologi berbeda, yang diurutkan ditambahkan dan disesuaikan sesuai tema 
yang ingin disajikan penulis. 
>+==+<



“Semenjak manusia sadar bahwa dia memiliki kesadaran diri, dan 
kesadaran diri adalah sesuatu yang pasti, maka manusia menganggap semua ilmu 
pengetahuan harus dibangun atas dasar kepastian. Sehingga semua pengetahuan 
yang didapat dari pengalaman dan dan ketidak pastian tidak dapat dipandang 
sebagai ilmu. 
Tetapi jangan lupa kesadaran diri dan pengalaman tidaklah ada 
hubungannya. Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap 
individu. Jadi pengetahuan yang didapat dari pengalaman tidak dapat dengan 
begitu saja dikatakan benar atau salah dengan memakai metode kepastian.”
(dikutip dari bagian Pendahuluan dari e-book “Kompatiologi Logika Komunikasi 
Empati”)

-

Orang yang memilih jalan hidup sebagai orang kebanyakan (95%) tidak secara 
otomatis dapat dipastikan memiliki kewarasan, mengikuti norma dan peraturan 
yang berlaku. 
Menjadi orang yang memilih jalan hidup yang berbeda dari kebanyakan orang (5%) 
tidak secara otomatis bisa dipastikan tidak memiliki kewarasan, tidak mengikuti 
norma dan peraturan yang berlaku. 

Orang gila adalah orang yang tidak menyadari kegilaannya, sehingga kegilaan 
tersebut dapat muncul dengan tidak terkontrol; Kalau seseorang telah mampu 
menyadari adanya kegilaan-kegilaan yang dimilikinya, maka tentunya orang 
tersebut tidak akan melampiaskan kegilaannya di sembarang waktu dan tempat. Dia 
hanya melampiaskannya pada tempat-tempat tertentu, di mana suatu kegilaan dapat 
dilampiaskan tanpa merugikan pihak lain di luar diri kita. Sebab jika 
pelampiasan kegilaan dilakukan pada waktu dan tempat yang salah, maka dapat 
merugikan pihak lain, yang menimbulkan konsekwensi; orang lain tersebut akan 
merespon dengan membalas merugikan diri kita. 

-

Umpamanya pada sebuah kehidupan di dunia malam dimana aturan budaya yang 
berlaku melekat pada peran masing-masing individu di dalamnya; 
Seorang konsumen mempunyai Hak dapat bertingkah sesuai dengan kemauannya, yang 
jika dilakukan di luar wilayah kehidupan malam, tindakan itu dapat disebut 
melecehkan, pada para wanita/pria penghibur di dalam ruangan tsb; dengan 
Kewajiban membayar sesuai tarif yang berlaku. 
Seorang wanita/pria penghibur memiliki Kewajiban untuk menerima perlakuan 
konsumen Tanpa Memiliki Hak untuk menolak atau menunjukkan ketidaksenangannya; 
dengan konsekwensi positifnya wanita/pria penghibur tsb memiliki Hak atas 
bayaran uang dari konsumen sesuai tariff yang berlaku. 
Dan para pelayan yang bekerja di dunia malam berKewajiban menghidangkan minuman 
dan membersihkan sisa-sisa minuman tamu, tetap bertingkahlaku selayaknya orang 
yang bekerja di wilayah 95% seperti layaknya sopan-santun pegawai; para pelayan 
Tidak berHak untuk marah terhadap resiko bila terlecehkan oleh orang mabuk, 
keuntungannya mereka berHak mendapatkan upah yang lebih dibandingkan mereka 
menjadi pelayan di wilayah 95%.

Pelanggaran aturan terjadi bilamana; Seorang konsumen tidak melaksanakan 
Kewajibannya membayar sesuai tarif yang berlaku, Seorang wanita/pria penghibur 
dan pelayan marah karena dilecehkan konsumen. Seorang wanita/pria penghibur 
menghalangi konsumen dalam memaksimalkan Hak-nya untuk melecehkan si 
wanita/pria penghibur. 

Aturan budaya yang melekat pada masing-masing peran di kehidupan dunia malam 
baik kepada; si konsumen, si wanita/pria penghibur maupun si pelayan 
menginjinkan setiap individu untuk memaksimalkan Hak-nya selama masih melunasi 
Kewajibannya masing-masing. Si konsumen boleh merayu si wanita/pria penghibur 
dan membuatnya mabuk agar kehilangan kontrol dan bisa dimaksimalkan untuk 
dipermainkan lebih jauh. Si wanita/pria penghibur bisa berusaha merayu si 
konsumen agar membeli service yang lebih sehingga mendapatkan uang tips dan 
uang jasa yang lebih dari kesepakatan sebelumnya. Si pelayan bisa memberikan 
pelayanan misalnya; pemesanan minuman yang cepat, membersihkan meja dari sampah 
atau berprilaku lebih ramah dan ‘ringan tangan’ (suka membantu) agar 
mendapatkan uang tips yang lebih. 

Peraturan yang sama dari semuanya adalah aturan tentang fairness. Siapa yang 
mendapatkan lebih dituntut lebih dan siapa yang mendapatkan kurang dituntut 
kurang, itulah yang disebut kesepakatan yang fair. Untuk mendapatkan Hak-nya 
seseorang harus melakukan Kewajiban-nya. 

Segala kesepakatan antar peran masing-masing

CiKEAS> Tehnik Kepemimpinan Jawa dalam Pribadi Barack Obama

2008-09-03 Terurut Topik Vincent Liong
Tehnik Kepemimpinan Jawa dalam Pribadi Barack Obama

Ditulis oleh: Vincent Liong dan Anton Widjojo
Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Kamis, 4 September 2008

e-link tempat diskusi: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24628 
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3945



Dalam budaya Jawa, pemimpin itu adalah karena suratan nasib, dan didukung oleh 
orang-orang yang ingin dipimpin oleh dirinya. Seorang pemimpin dari dalam lubuk 
hatinya tidak pernah ingin dan merasa layak untuk menjadi pemimpin. Bahkan 
untuk menghindari bahwa ia diharuskan memimpin, ia akan menceritakan segala 
kekurangannya, keterbatasannya, dengan harapan tidak dituntut untuk memimpin. 
Bilamana masyarakat tetap berkehendak agar dia yang memimpin, maka ia akan 
meminta bantuan dari rakyat agar dirinya dapat memimpin dengan benar. 

Dalam kasus calon presiden Amerika yang bernama Barack Obama, yang pernah 
mengalami sebagian masa kecil di Jakarta dan memiliki ayah tiri yang adalah 
orang Indonesia; tampak sekali pengaruh pola kepemimpinan budaya Jawa.


Bila dijabarkan lebih jauh, point-pointnya sbb:  

* Kedaulatan Rakyat; Dalam sistem ini bagaimana rakyat itu mendaulatkan 
kekuasaan kepada pemimpin dengan rasa percaya, rasa kerjasama dan kompromi. 
Sehingga pemimpin itu bisa membawa negara bersama-sama rakyat, untuk bergerak 
secara terorganisasi demi mencapai cita-cita bersama.

* Pemimpin itu tidak perlu menonjolkan ambisi dan kelebihannya walaupun dirinya 
memiliki sekian banyak kelebihan. Melainkan hanya menjalankan keinginan rakyat 
bukan keinginannya sendiri. 

* Tanggungjawab kemajuan dan keutuhan negara bukan sekedar tanggungjawab 
pemimpin, melainkan tanggungjawab bersama; pemimpin dan masyarakatnya. 

* Pemimpin juga ikut mengajak rakyat untuk memikirkan bagaimana sulitnya 
mengambil suatu kebijaksanaan, sehingga dengan cara demikian tidak akan pernah 
ada janji-janji kosong. 

* Pemimpin memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memberikan ide, input; 
untuk pembaharuan demi kemajuan bersama. Sehingga lebih cepat terjadi 
pembaharuan.

* Pemimpin bisa memberikan kepada rakyatnya suatu pengharapan akan masa depan 
yang lebih baik, dengan adanya pengharapan maka semangat orang akan terbangun.


Sistem ini membuat perjalanan seorang pemimpin dalam memimpin negara menjadi 
lebih mudah, persatuan kesatuan, rasa kebersamaan dan tanggungjawab dipikul 
bersama sehingga tidak ada saling menyalahkan lagi. Semangat berjuang membangun 
untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. 


  Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/


CiKEAS> alternatif kasus Ryan: Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat

2008-08-10 Terurut Topik Vincent Liong
alternatif kasus Ryan: Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat
e-link diskusi: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3870 
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24565 




Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat
-alternatif pembahasan kasus Ryan / Verry Idam Henyansyah-

Ditulis oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian
Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Senin, 11 Agustus 2008



Ketika lahir, seekor singa memiliki dorongan untuk tumbuh dan memperjuangkan 
kelangsungan hidupnya (eros), untuk bisa tetap hidup ia perlu membunuh hewan 
lain (pathos), kegiatan membunuh memiliki konsenkwensi dirinya tetap hidup 
karena masih tercukupi kebutuhan makanannya dengan memakan daging hewan 
tersebut, hewan lain mengalami kematian (tanatos) dan pada akhir hidupnya 
seekor singa tesebut pun akan mengalami kematian. Tiap dorongan baik eros, 
pathos maupun tanatos memiliki klimaks orgasmenya sendiri-sendiri seperti 
kenikmatan dalam hubungan seksual. 

Sebagai makhluk hidup pemakan segala; pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan 
manusia juga turut mewarisi insting yang dimiliki oleh hewan pemakan daging. 
Jadi ada tiga macam dorongan yang sifatnya tidak disadari, yang mempengaruhi 
segala tindakan yang dilakukan manusia, yaitu: Eros(dorongan untuk hidup), 
Pathos(dorongan untuk membunuh) dan Tanatos(dorongan untuk mati). 


Di zaman ini banyak sekali penelitian mengenai ranah eros pada manusia, tetapi 
penelitian tentang pathos dan tanatos sangat jarang, karena meneliti dan 
membahas dorongan membunuh dan dorongan kematian dianggap kejam, tidak 
manusiawi dan tidak beradab. 

Banyak usaha dilakukan untuk mengabaikan, meniadakan dan menekan dorongan 
membunuh dan dorongan kematian ini, misalnya dengan pendidikan agama dan nilai 
moral tentang apa yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Dalam pendidikan 
ini diasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, dan memiliki derajat 
yang lebih tinggi daripada binatang, sehingga diharapkan dapat meniadakan 
prilaku kebinatangan tersebut. Permasalahannya: Apakah dorongan naluriah 
tersebut bisa diabaikan atau ditiadakan? Atau yang terjadi adalah dorongan 
naluriah tersebut hanya ditekan saja? 

Bilamana dorongan membunuh dan dorongan kematian tersebut hanya dapat ditekan, 
tidak dapat dihilangkan atau ditiadakan; maka ada resiko bila tumpukan dorongan 
yang ditahan tersebut telah mencapai tingkat tertentu, maka seperti ember yang 
terus-menerus diisi air lama-lama akan luber tidak terkontrol. 


Orang gila adalah orang yang tidak menyadari kegilaannya, sehingga kegilaan 
tersebut dapat muncul tiba-tiba dengan tidak terkontrol; Kalau seseorang telah 
mampu menyadari kegilaan-kegilaan yang dimilikinya, maka tentunya orang 
tersebut tidak akan kelepasan melampiaskan kegilaannya di tempat yang tidak 
semestinya. Pada tempat-tempat tertentu suatu kegilaan bisa dilampiaskan tanpa 
merugikan pihak lain di luar diri kita. Dan pada tempat yang lain pelampiasan 
kegilaan dapat merugikan pihak lain, yang menimbulkan konsekwensi; orang lain 
tersebut merespon dengan membalas merugikan diri kita. 

“Kesadaran” itu; Seperti tuntutan akan keadilan yang selalu terbatasi oleh 
perhitungan manfaat (untung-rugi); Seperti kebebasan yang semakin bebas maka 
tuntutan tanggungjawab juga semakin besar; Seperti manusia membuat 
sistem-sistem untuk menguntungkan dirinya, pada akhirnya diperbudak oleh 
sisitem-sistem yang diciptakannya sendiri. 


Ketika saya memiliki suatu dendam, karena di masa lalu seseorang pernah 
merugikan saya, bahkan sampai mengancam keselamatan nyawa anggota keluarga 
saya. Dalam hati tentunya saya ingin membalas dendam untuk menuntut keadilan. 
Bila saya tidak memiliki kesadaran, tentunya saya saat ini telah melakukan 
pembalasan dendam karena saya memiliki kemampuan untuk melakukannya. Tetapi 
nyatanya, sampai hari ini saya belum melakukan pembalasan dendam. Mengapa saya 
belum melakukan pembalasan dendam?! Kata Kong Hu Cu; “Manusia melakukan apa 
yang menguntungkan dirinya.” 

Pembalasan dendam belum tentu menguntungkan diri saya. Memang, kalau saya 
membalas dendam maka ada perasaan puas yang saya dapatkan, karena saya merasa 
telah mendapatkan keadilan. Tetapi konsekwensinya, saya bisa saja mendapatkan 
hukuman baik secara fisik (dipenjara), materi (waktu, pikiran dan tenaga 
terbuang ke semangat membalas dendam dan melupakan urusan yang lain), maupun 
moril (bisa terjadi balas berbalas dendam tidak berujung). 

Kalau saya tidak membalas dendam, maka konsekwensinya perasaan puas karena 
keinginan mendapatkan keadilan tidak terpenuhi. 

Atau ada cara lain agar perasaan keadilan tetap terpenuhi dan pembalasan dendam 
tidak perlu dilakukan? Caranya adalah dengan mengkondisikan situasi, agar musuh 
saya (orang yang pernah merugikan saya tersebut) terpancing untuk terus 
berusaha mencari kebenaran dan keadilan bagi dirinya, tanpa memperhitungkan 
perhitungan manfaat (untung-rugi) dalam hubungannya dengan p

CiKEAS> Balasan: Tragedi akademis di dunia Barat (kasus teori evolusi)

2008-05-28 Terurut Topik Vincent Liong
Balasan: Tragedi akademis di dunia Barat (kasus teori
evolusi)



Vincent Liong answer:

Ketika mulai manusia bisa ngomong dengan bahasa yang
baku maka muncullah kebiasaan mengkutip kata2 orang
lain sehingga ada sistem benar atau salah. 

Kelemahan utama sistem benar atau salah yaitu kalau
sesuatu dibenarkan maka diabaikan salahnya atau
sesuatu yang disalahkan diabaikan benarnya. 

Sistem selanjutnya yang muncul adalah generalisasi
yang menganggap bahwa semua bisa dipikirkan secara
lengkap tidak benarnya atau salahnya saja, efek
sampinya adalah muncul dunia imajinasi yang terlalu
amat sempurna sehingga dianggap lebih penting, pasti
dan dapat menjadi acuan daripada dunia fisikal di luar
imajinasi tsb. 

Lalu muncul kebiasaan membandingkan. Derrida
membandingkan dengan menggunakan kata-kata
(dekonstruksi derrida) hal ini tidak menyelesaikan
masalah karena system perbandingan yang dibutuhkan
adalah perbandingan sebelum kata-kata (before
judgement). Perbandingan kata-kata mengakibatkan
proses pikiran yang membuat asumsi-asumsi perbandingan
yang tetap saja terjadi di wilayah imajinasi.

Ada pengalaman perbandingan lain yang sifatnya
pengalaman fisikal (5 indra) atau malah lebih sulit
lagi terdefinisikan (lebih dari 5 indra). Masalah
selanjutnya adalah sistem perbandingan ini membuat
kondisi anomali terhadap sistem benar salah dan
generalisasi karena banyak pengalaman yang tidak
memiliki sebab akibat yang runtut logikanya karena
bersifat random sampling bukan sample urut yang sangat
mudah dikira-kira polanya. 

Sistem benar salah, generalisasi dan perbandingan
kata-kata sangat mendukung usaha manusia untuk
meninggikan kegiatan berimajinasi. Sistem perbandingan
pengalaman fisikal yang sifatnya jembatan bagi teori
dan praktik menjadi masalah karena menimbulkan
kekahwatiran akan menurunkan tingkat pengkultusan
orang kebanyakan terhadap kegiatan berimajinasi
sehingga penghormatan dan ketergantungan orang akan
berkurang, kalau pendukung berkurang, maka uang juga
berkurang. 

Sementara itu pertanyaan-pertanyaan masyarakat soal
kekurangan system pendidikan berbasis kegiatan
berpikir dan berimajinasi yaitu ketika
mengadaptasikannya ke permasalahan di dunia fisikal
makin hari makin ramai…  

Di hidup ini semua soal dagang, duit. Kalau beresiko
membuat ‘kekuasaan dan uang berkurang’ (pengurangan
kekuasaan dan pendapatan) di masa depan ya harus
dibasmi sebelum terlambat. Setiap sistem akan selalu
berusaha mempertahankan diri agar orang merasa
membutuhkannya sebagai prasyarat untuk dapat bertahan
hidup. Semua orang tahu bahwa meski ikut system tidak
ada jaminan masa depan akan gemilang, tetapi memang
lebih nyaman hidup dengan angan-angan soal masa depan
yang masih bersifat tidak pasti. Dengan orang takut
untuk tidak ikut system, maka tidak perlu sebab yang
kongkrit untuk membuat orang bisa disuruh nurut, cukup
logika saja, tidak perlu ada reward yang seimbang.

Memang sekarang ilmu yang seolah-olah sudah terlalu
lengkap membuat mode baru dimana orang beramai-ramai
back to basic. Jaman sebelum semua sibuk berpikir dan
berimajinasi, dimana kehidupan dan permasalahannya
bisa diselesaikan dengan cara yang lebih sederhana…

Orang boleh-boleh saja Pintar, tetapi jangan sampai
Berpikir Kritis.

 
Ttd,
Vincent Liong
(Founder of Kompatiologi) 

Download Free (tidak perlu membership) Update Terbaru
E-Book “Kompatiologi : Logika Komunikasi Empati”
e-link: http://antonwid.gilaupload.com
* file PDF:
http://antonwid.gilaupload.com/Kompati_LKE.pdf
* file Ms.Word:
http://antonwid.gilaupload.com/Kompati_LKE.rtf
File PDF dan RTF(Ms.Word) bebas virus sehingga aman
untuk didownload.





Email sebelumnya…
Subject: Tragedi akademis di dunia Barat (kasus teori
evolusi)
From: Satrio Arismunandar
DDT: Tue May 27, 2008 7:43 pm
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/DikBud/message/2785 

Pengajaran Seimbang Teori Evolusi Diperjuangkan di AS

Senin, 26 Mei 2008

Evolusionis Amerika Serikat (AS) dan negara-negara
Barat mulai cemas. “Dogma suci” evolusi semakin
dibeberkan dan terus digoyang
Hidayatullah.com--Evolusionis Amerika Serikat (AS) dan
negara-negara lain patut cemas. Pasalnya, kejahatan
diktatorisme mereka yang selama ini mengangkangi dunia
ilmu pengetahuan dan menindas mereka yang berani
mempertanyakan “dogma suci” evolusi semakin dibeberkan
dan digoyang.

Film dokumenter fakta nyata “Expelled: No Intelligence
Allowed” sudah sejak 18 April 2008 lalu diputar di
sekitar 1000 gedung bioskop di seantero AS dan
mendapat sambutan luar biasa. Film yang bersitus di
www.expelledthemovie.com tersebut mengungkap fakta
masa kini tentang derita korban-korban kebiadaban
penindasan evolusionis itu.

Dampaknya, kini masyarakat luas AS menjadi
tersadarkan, bahwa ada sesuatu yang salah di negeri
mereka: kebebasan akademis yang dijunjung tinggi di AS
diinjak-injak oleh para ilmuwan evolusionis. Di sisi
lain, media massa, lembaga dan para ilmuwan Darwinis
termasuk yang paling lantang mencemooh dan
memburuk-burukkan film tersebut. Namun cercaan ini
menjadi bukti

CiKEAS> UNDANGAN Mastering The Art of Persuasion (pembicara: Deddy Corbuzier & Purnawan EA )

2008-01-19 Terurut Topik Vincent Liong
Mastering The Art of Persuasion
- Cara Ajaib  Mempengaruhi Orang Lain -
 

Apakah Anda pernah memperhatikan ada orang yang
sungguh-sungguh persuasif 
dan punya daya pengaruh sangat besar? 
Tahukah Anda bagaimana itu bisa terbentuk?
 
Sekarang Anda bisa temukan dan pelajari melalui
workshop ini 
bagaimana merubah diri Anda menjadi seseorang 
yang mempunyai  kemampuan ajaib dan alami 
untuk mempengaruhi orang lain!!
 
Think about That !!
 
You're going to learn to persuade in
a way you never imagined possible……
 
Learning From :

Purnawan EA 
Hypnotherapist & Life strategist

Deddy Corbuzier
Mentalist & Mind Reader
 
Yang Anda dapatkan dengan mengikuti Workshop ini:
· Cara menciptakan aura of influence dalam diri anda
· Cara menerapkan hypnotic persuasion skills dalam
percakapan sehari-hari.
· Cara membaca pikiran orang lain dengan membongkar
pola kerja pikiran manusia.
· Menerapkan psychological tricks dalam strategi
mempengaruhi orang lain
· Menerapkan kekuatan metafora dalam teknik
mempengaruhi orang lain.
 
Spesial Workshop Satu Hari 
Hotel Grand Kemang
Sabtu, 2 Februari 2008, Pukul  08.00-17.00
 
Info & Registrasi:
(021) 7919 6908 , 7093 0561 , 9221 7939 , 0816 907 806

Email: [EMAIL PROTECTED]
 
Investasi: Rp. 1.200.000
Early Bird: Rp. 990.000
 
Spesial khusus Wanita:
Investasi 1.050.000
Early Bird : Rp. 850.000
 
*Early Bird berlaku sampai tanggal 26 Februari 2008
 
Transfer ke : 
BCA Cabang Mampang
No.Rek:  5520 3110 51  a/n  Patricia Maylana


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


CiKEAS> Kompatiologi: Sukses itu Hak Milik Setiap Orang

2007-10-22 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi: Sukses itu Hak Milik Setiap Orang

Ditulis oleh: Liong Vincent Christian 
Tempat, Hari& Tanggal: Jakarta, Sabtu, 13 Oktober 2007



“... Kelulusan dari jenjang pendidikan hanyalah
sepuluh persen dari tiket jaminan kesuksesan hidup,
sisanya yang sembilan puluh persen adalah tergantung
pada masing-masing individu pelaku. ...“

Kurang lebih kalimat ini yang didengar seorang sahabat
saya saat seorang profesor di sebuah fakultas di
Universitas Indonesia membuka sebuah acara penerimaan
mahasiswa baru (jenjang pendidikan S1) sekian puluh
tahun silam. 


Paragraf tsb di atas menjadi paragraf pembuka dari
tulisan saya kali ini “ Sukses itu Hak Milik Setiap
Orang“. Tujuannya adalah untuk membahas segala
tekan-menekan mulai dari cacimaki, teror pribadi dan
keluarga dengan sita jaminan, manipulasi data untuk
perusakan nama baik, hingga gertakan tertulis tentang
penangkapan dan pemenjaraan terhadap diri Vincent
Liong dengan membuat korban palsu melalui jalur
kepolisian, dari pihak-pihak berlatarbelakang
pendidikan di universitas ’menara gading’ mulai dari
yang S1, S2, S3, dlsb. Semua ini dilakukan ’tanpa ada
istirahat sejenak’(sepanjang tahun) sejak Vincent
Liong lulus SMU dan memutuskan masuk ke ’their private
club’ (sebuah member only club bernama menara gading
pendidikan). Di luar masalah dengan oknum-oknum
berlatarbelakang pendidikan resmi menara gading
kompatiologi samasekali tidak ada masalah.

Semua tindakan dan rencana ini dibahas secara terbuka
oleh-masing-masing oknum lulusan menara gading
pendidikan dengan mencantumkan nama asli mulai dari
bulan April 2007 – saat ini masih berjalan di
maillist: [EMAIL PROTECTED]
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/messages
.


Hal ini dilakukan demi meluruskan (membenarkan)
keyakinan mereka tentang ’hukum kesuksesan’ yang hanya
menjadi hak bagi mereka yang menempuh ‚jalur
pendidikan resmi’ (S1, S2, S3, Profesor). Dimulai dari
tertarik pada sebuah jurusan di sebuah universitas,
mendaftar sebagai mahasiswa baru dengan membayar uang
pangkalnya yang mahal, hingga jadi mahasiswa, hingga
lulus menerima ijasah dan mulai masuk pada realita
dunia kerja yang tidak seideal janji-janji tiket
jaminan kesuksesan hidup, yang didalaminya dan
diamininya selama sekian tahun menempuh jenjang
pendidikan. 

Sebelum lulus SMU dan masuk ke private club bernama
universitas resmi, Vincent Liong yang memang hobi
melakukan penelitian sendiri lepas dari keterlibatan
lembaga resmi apapun tidak pernah mendapat konflik
begitu berkelanjutan dan begitu serius mau menghabisi
masa depan pribadi Vincent Liong, bukan menghabisi
ilmu kompatiologi-nya. Paling-paling sebagai penulis
ada diskusi, tetapi ya bukan pribadi. Tidak ada
konflik yang bertahan lama lebih dari seminggu, itu
pun paling-paling hanya konflik perbedaan pendapat
setahun sekali. 


Pertanyaan dalam hati mereka para lulusan menara
gading ini adalah:

“Mengapa Vincent Liong yang tidak lulus S1 (hanya
lulusan SMU dan mengundurkan diri dari fak Psikologi
Unika Atmajaya di semester empat) boleh bernasib
sukses?” Misalnya:

1. Sukses mendapat pengakuan, perhatian dan
kepercayaan masyarakat awam dari mulai proses
penelitian ilmu kompatiologi (tanpa cap ilmiah dari
universitas sebagai pemilik resmi hak label keilmiahan
yang boleh dipakai oleh yang member of the private
club saja) hingga berhasil dan mulai memasarkan
kompatiologi.  

2. Sukses mendapat uang untuk diri sendiri dan membuka
lapangan pekerjaan dari menjual kompatiologi yang
dikembangkannya melalui penelitian dari nol bukan dari
literatur yang adalah hak milik lembaga pendidikan.


Atas dasar pelanggaran terhadap ‘hukum kesuksesan’
yang ‘mereka’ yakini (para oknum dari lembaga
pendidikan menara gading) maka segala tindakan
merugikan pribadi Vincent Liong dianggap sebagai
tindakan untuk “mendidik dan memperbaiki” Vincent
Liong dari pelanggarannya terhadap hukum kesuksesan
ala menara gading pendidikan. 

Dalam pola pikir mereka; sesuatu yang ‘baik dan
benar’, haruslah sesuatu yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, kepercayaan
masyarakat tidak dihitung di sini. Masalahnya, cap
ilmiah sendiri hanyalah hak milik eksklusif lembaga
pendidikan ‘menara gading’. Tidak ada orang di luar
private club yang member only ini yang boleh memiliki
hak ilmiah. Jadi masalah bukan ada pada Vincent Liong
atau mereka. Masalah ada pada perbedaan pola pikir
tentang hak atas suatu karya dianggap baik dan benar. 

Dalam penelitian ilmiah sendiri, kebanyakan penelitian
dalam lembaga pendidikan dilakukan sekedar untuk
memenuhi syarat kelulusan atau prosedural pendidikan
di lembaga pendidikan menara gading saja, sehingga
tetap saja tidak sampai pada penggunaan secara luas di
masyarakat. Jadi apakah suatu hasil karya penelitian
mau sekedar dianggap baik dan benar, atau mau berguna
bagi orang banyak ;adalah dua hal yang sangat berbeda.
 

Para pembaca dan pemerhati penelitian kompatiologi,
dengan membaca tulisan singkat saya ini saya
mengharapkan saudara-saudara sek

CiKEAS> Kompatiologi dan Grounded Theory

2007-09-18 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi dan Grounded Theory


Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong.
Tempat, hari & tanggal: Jakarta, Senin 17 September
2007.

Ingin bergabung dalam diskusi? Klik aja e-link:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2595

http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22573

Balasan atas tulisan ini harap di Cc ke email:
<[EMAIL PROTECTED]> .



Sekitar setengah tahun yang lalu Cornelia Istiani
penanggungjawab penelitian kompatiologi yang
berbackground Matematika dan Psikometri sempat mau
meneliti kompatiologi dengan pendekatan penelitian
kwantitatif, lalu tiba-tiba berubah arah ingin
menelitinya dengan Grounded Theory. 

Mengapa kompatiologi tidak bisa diteliti dengan metode
ilmiah yang umum seperti misalnya kwantitatif dan
kwantitatif yang umum, lalu harus dengan dan Grounded
Theory yang bersifat agak kwalitatif tetapi masih
menjadi persengketaan apakah ini pendekatan penelitian
kwalitatif atau model baru… Kita perlu membahas dulu
apa perbedaan antara kwantitatif dan kwalitatif, baru
memudian kita membahas Grounded Theory.


METODE  PENELITIAN  KWANTITATIF  DAN  KWALITATIF

Kalau kita membahas metode penelitian ilmiah dengan
metode KWANTITATIF maka ada urutan tahapan penelitian
sbb: 1*Memformulasikan permasalahan yang akan
diteliti. 2* Membuat konsep disain penelitian.
3*Membuat instrumen untuk mengumpulkan data. 4*Memilih
/ menentukan sample. 5*Menulis proposal penelitian.
6*Mengumpulkan data. 7*Memproses data. 8*Menulis
laporan penelitian. 
Proses ini memiliki informasi yang pasti; mulai dari
memformulasikan permasalahan sampai menulis laporan
penelitian dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
setiap tahapan penelitian ; semua sudah bisa
dikonsepkan sejak awal sebelum penelitian dimulai.
Seorang peneliti kwantitative bisa membuat banyak
sekali penelitian dalam seumur hidupnya, penelitian
ini membutuhkan peneliti yang benar-benar mengerti
aturan birokrasi tentang metodologi semacam apa yang
berlaku dan hasil apa yang diharapkan. Jadi kerja
peneliti sama seperti kerja tukang atau robot yang
sekedar mengikuti prosedur yang berlaku sesuai aturan
yang sudah dibakukan. 

Lain lagi pada penelitian ilmiah dengan metode
KWALITATIF yang umum. Pada metode kwalitatif yang
umum, yang dipastikan sejak awal sebelum penelitian
hanya tahapan penelitian: 1*Memformulasikan
permasalahan yang akan diteliti. dan 8*Menulis laporan
penelitian. Tahap lainnya (tahap 2-7) bisa disesuaikan
sendiri oleh penelitinya, tergantung pada subject atau
object yang diamati. Sama seperti metode kwantitatif,
penelitian kwalitatif yang umum juga berpedoman pada
teori yang sudah ada di buku literature, hanya
prosedural dalam melaksanakannya-nya lebih bebas
daripada penelitian kwantitatif. 

Penelitian baik bersifat kwantitatif maupun kwalitatif
memiliki tujuannya masing-masing: Kwantitatif
bertujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Kwalitatif secara umum bertujuan untuk membuat
kesimpulan yang berlaku spesifik. Keduanya memiliki
persamaan yaitu bertujuan mengakhiri penelitian dengan
kesimpulan.


KOMPATIOLOGI  DAN  GROUNDED THEORY 

Bagaimana dengan Kompatiologi yang menurut Cornelia
Istiani lebih mirip dengan Grounded Theory? Pada
Grounded Theory masalah, teori dan eksperimen
diformulasikan secara berkala, tergantung pada jumlah
data yang terkumpul. Penelitian dengan metode Grounded
Theory tidak memiliki kepastian tentang jumlah waktu
yang dibutuhkan, arah perkembangan teori di masa yang
akan datang, bahkan tujuan akhir dari penelitian itu
sendiri tidak diketahui. 

Seperti metode penelitian Grounded Theory, yang ada
pada seorang peneliti dengan kompatiologi hanyalah
semangat, konsistensi yang tinggi, tidak perlu orang
pintar. Peneliti tidak mengharapkan penelitiannya
berakhir dengan kesimpulan yang dibakukan. Penelitian
dijalankan seumur hidup si peneliti, kalau belum
selesai maka dilanjutkan oleh penerus yang biasanya
murid pewaris si peneliti, inipun bisa berlangsung
sekian turunan.

Penelitian kompatiologi yang mirip dengan metode
Grounded Theory itu seperti seorang nabi dengan kitab
sucinya. Anda tidak akan memahami ilmu hanya dengan
membaca salahsatu tulisan atau karya warisan si
peneliti, atau membaca definisi seperti yang dilakukan
ilmu kwalitatif dan kwantitatife yang begitu terobsesi
untuk mengakhiri penelitian dan memberi kesimpulan
atau definisi akhir yang berlaku mutlak pada
penelitiannya. Kalau anda mau memahami ilmu yang
dibuat dengan penelitian dengan metode Grounded Theory
maka anda harus mengikuti perkembangan penelitian si
peneliti seumur hidup atau membaca riwayat karya si
peneliti mulai dari awal perjalanan kariernya hingga
update terakhir, atau minimal membaca riwayatnya dua
sampai tiga tahun terakhir. Grounded Theory lebih
mirip dengan pencarian jatidiri bagi tiap penelitinya
sendiri. 

Dalam Grounded Theory karena bersifat seperti
pencarian jatidiri, maka tidak ada jarak antara
peneliti dan yang diteliti. Bahkan pihak yang diteliti
turut menjadi pene

CiKEAS> Berguru pada Anjing, Komputer, Mobil, Manusia & Kompatiologi

2007-09-18 Terurut Topik Vincent Liong
Berguru pada Anjing, Komputer, Mobil, Manusia &
Kompatiologi


Ditulis oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian 
Tempat,Hari&Tanggal: Jakarta, Minggu, 2 September 2007


Ingin ikut diskusi tulisan ini, klik e-link: 
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2525
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22464

Balasan / Reply atas tulisan ini harap di Cc ke email
<[EMAIL PROTECTED]> agar bisa saya baca lebih
cepat. Informasi soal ilmu Kompatiologi hubungi:
Vincent Liong di Flexi:021-70006775 Esia:021-98806892
Fren:08881333410




Berguru pada Anjing... 

Anjing. Binatang itu bagi saya memiliki sistem
pengambilan keputusan yang sederhana tetapi
menyeluruh. Sejak menulis buku saya pertama berjudul
'Berlindung di Bawah Payung' (Penerbit Grasindo 2001)
saya suka mempelajari dan menulis tentang Anjing Tekel
peliharaan saya 'Blacky' yang tinggal bersama saya
sekamar hingga sekarang. 

Hal yang menarik dari Anjing adalah anjing itu pola
komunikasinya lebih sederhana yaitu komunikasi yang
sifatnya dua dimensi: Approve >< Reject dan Aktif ><
Passive. Jadi bila kita analogikan dalam fungsi
sampler (alat pengambil sample) dan translater (alat
penerjemah) maka hanya ada dua dimensi sampler yang
pararel, yang kemudian ditranslate ke dalam interaksi
dengan birokrasi aturan yang saya terapkan terhadap
anjing saya di rumah.

Berguru pada Komputer...

Untuk belajar logika yang sistematis perlu mempelajari
fungsi kerja komputer. Komputer itu memiliki fungsi
yang bersifat hardware yang terpenting yaitu harddisk.
Harddisk itu sebenarnya hanyalah piringan yang
menyimpan random sample binair (nol atau 1),
pengalaman up or down (binair) yang disimpan secara
random, dan bisa diulangi untuk dialami oleh alat
sampling ketika data dibaca.

Pada komputer ada fungsi yang bersifat software
seperti misalnya operating sistem, program-program
yang berfungsi sebagai sistem birokrasi pemerosesan
dan penerjemahan pengalaman binair (nol atau 1)
menjadi hal yang lebih kongkrit sehingga berguna. 

Berguru pada Mobil...

Mobil itu memiliki alat ukur petunjuk kecepatan,
putaran mesin, jumlah isi tangki bensin, panas mesin,
dlsb. Alat petunjuk itu bentuknya hampir sama yaitu
jarum yang bisa bergerak dalam dua arah yaitu naik
atau turun pada range yang berisi skala-skala untuk
menandakan bagian-bagian range tsb. Alat petunjuk itu
baru berfungsi bila diberi bahasa kontekstualnya
(fungsi translaternya) yaitu: petunjuk kecepatan,
putaran mesin, jumlah isi tangki bensin, panas mesin,
dlsb. Tanpa keterangan tsb maka alat ukur tsb tidak
memiliki nilai guna.

Berguru pada Mata...

Mata itu memiliki alat sampler yang sifatnya dua
dimensi (seperti sebelumnya saya menceritakan sistem
pengambilan keputusan pada hewan) yaitu: terang
>< dekat. Mata baru bisa berfungsi
bilamana data-data intensitas cahaya ditranslate
dengan membandingkan: birokrasi pendefinisian /
pengelompokkan warna di otak dan kerja sama antara
pengelihatan tentang jarak benda ke mata dan
penyesuaian cembung >< cekung –nya lensa mata.

Berguru pada Manusia Primitif...

Manusia primitif (non sekolahan) menjalankan hidupnya
dengan secara otomatis mengukur kondisi lingkungan
sekitar (sampling), dengan jumlah alat ukur pararel
sebanyak dan serumit penerjemah data yang dikuasainya,
dan mentranslatenya dengan bahasa seadanya untuk bisa
berkomunikasi dengan manusia lain dan berusaha
ber-bargain dalam mendapatkan pemenuhan kebutuhan
masing-masing. 

Manusia moderen belajar birokrasi atas ilmu
(penerjemah). Tetapi ilmunya sendiri ketika berhadapan
langsung sebagai pelaku hanyalah ilmu kira-kira
seperti mata berusaha mengkorelasikan antara jarak
benda ke mata dan cembung >< cekung –nya lensa mata.
Hal ini sifatnya adalah keterampilan alamiah bukan
menguasai birokrasi tertentu atau tidak. Pada akhirnya
manusia tidak bisa menggantungkan dirinya pada satu
bidang spesialisasi saja yang dipelajari birokrasi
ilmunya, melainkan menjalankan kehidupannya sendiri
dengan berhadapan berbagai macam bidang yang tidak
bisa diambil ijasahnya dengan cara sekolah satu demi
satu. Dalam hal ini akhirnya manusia itu kembali ke
ilmu kira-kira.

Berguru pada ilmu Kompatiologi...

Kompatiologi mengajari manusia untuk mensistematisasi
fungsi tekhnis alat ukur (sampler) dan translaternya
(birokrasi atas ilmu) sehingga si manusia tidak
terikat pada satu jenis alat translater (birokrasi
atas ilmu) saja, sehingga bisa berpindah-pindah alat
translater sesuai kebutuhan dan kepentingannya di
bidang tertentu saat itu yang bisa berbeda di waktu
yang lain. Pada akhirnya sebuah birokrasi ilmu
hanyalah satu titik diantara tabel alat ukur yang
memiliki posisi tertentu terhadap birokrasi ilmu yang
lain. Dengan mengetahui posisi tsb maka anda tahu
ilmunya, karena anda bisa mengkondisikan diri anda di
posisi tsb tanpa perlu sekolah di bidang tertentu tsb
hingga mendapat ijasah, asal tahu variabel,
kepentingan, dlsb dan hubungannya satu sama lain. 

CiKEAS> UNDANGAN DISKUSI Pencerahan Matematika dan Pencerahan Kompatiologi

2007-09-18 Terurut Topik Vincent Liong
UNDANGAN DISKUSI Pencerahan Matematika dan Pencerahan
Kompatiologi.

Mungkin… Peradaban binatang menjadi manusia dimulai
dengan suatu pencerahan yang bernama matematika.
Matematika sebagai sebuah pencerahan tidaklah begitu
rumit seperti matematika yang membuat saya tidak naik
kelas ketika kelas 4 SD. Matematika awal hanya terdiri
dari penambahan dan pengurangan yang kemudian
berlanjut ke perkalian dan pembagian (penambahan atau
pengurangan dalam jumlah yang sama), dan seterusnya,
dan seterusnya.

Sama halnya dengan pencerahan bernama matematika,
kompatiologi bukanlah pencerahan dengan bahasa yang
rumit seperti berbagai berbagai produk dan komoditas
keilmuan yang dijual di pasaran. Kompatiologi hanyalah
sebuah pencerahan yang berisi penguasaan tentang: 
* Kegiatan random sampling pada setiap alat
pengindraan (alat pengukuran) yang menerima data satu
dimensi (naik atau turun) dalam pararel sebanyak
kompleksitas proses pengambilan keputusan si manusia,
makin moderen si manusia maka makin kompels proses
berpikirnya.   
* Bahasa Kontekstual / translater yang memberi makna
pada setiap alat pengindraan (alat pengukuran) dengan
temanya, bidangnya, namanya masing-masing seperti:
alat penindraan kecepatan mengukur grafik kecepatan,
alat pengindraan putaran mesin mengukur kecepatan
putaran mesin, dlsb meski semuanya sama-sama hanya
sebuah grafik naik atau turun dengan skala-skala
sebagai alat pembanding yang menetukan nilai keadaan
(pembanding untuk mementukan nilai tiap sample).

Pencerahan matematika membuat manusia semakin canggih,
rumit, kompleks, dlsb jauh meninggalkan binatang
karena sepasang rumus dasar yaitu penambahan dan
pengurangan telah berefolusi dalam pikiran manusia
yang terus bergerak dan berkembang untuk mencari
bentuk-bentuk baru, penerapan-penerapan baru, produk
dan komoditas konsep birokrasi baru ;untuk membantu
memudahkan si manusia dalam pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sama
halnya dengan pencerahan kompatiologi yang bermula
dari sepasang kegiatan: sampler (random sampling) dan
translater yang ketika sudah terinstalasi pada
manusia, rumusnya terus berefolusi menjadi semakin
canggih dan kompleks berdasarkan kreatifitas si
manusia itu sendiri.

Seperti petualangan yang ditempuh manusia setelah
mendapat pencerahan matematika, maka bagaimana cerita
pasca pencerahan kompatiologi? Bagi yang mantan
terdekon-kompatiologi diharapkan turut bergabung dalam
diskusi ini.

Mari bergabung dalam diskusi di
[EMAIL PROTECTED] , klik e-link:
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join .


Ttd,
Vincent Liong
(CDMA Fren: 08881333410, Flexi: 021-70006775, Esia:
021-98806892, Telp: 021-5482193, 5348567, Fax:
021-5348546. Yahoo ID: vincentliong.)  
Jakarta, Minggu, 16 September 2007



Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


CiKEAS> Kompatiologi dan Mekanisme Kebutuhan

2007-05-31 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi dan Mekanisme Kebutuhan


Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong
Dibahas bersama: Adhi Purwono 

Ingin ikut dalam diskusi? Klik:: 
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1711
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20964



Manusia dan hewan adalah makhluk hidup yang mampu
bergerak dan berpindah tempat dengan bebas, sifat ini
yang membedakan dua kelompok makhluk hidup ini dengan
tumbuhan. Manusia dibedakan dengan binatang karena
binatang tidak terlalu mempunyai keinginan untuk
melenceng dari penemuhan kebutuhan dasar saja,
sedangkan manusia merasa kurang bilamana hanya
terpenuhi kebutuhan dasarnya saja. Dalam pemahaman
tentang kebutuhan dasar, biasanya dianggap bahwa
setelah manusia terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka
manusia tetap merasa mempunyai keinginan lebih untuk
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lain di luar
kebutuhan dasar. 

Mengapa manusia tidak hanya puas dengan terpenuhinya
kebutuhan dasar, sedangkan pada binatang mereka cukup
puas bila terpenuhi kebutuhan dasarnya? 

Jika seorang Tarzan yang hidup di tengah-tengah budaya
Simpanse tumbuh sebagai manusia yang cukup puas
bilaman kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Namun,
jika seekor Blacky hidup di tengah-tengah budaya
Manusia, maka terpenuhi kebutuhan dasar saja tidak
cukup, karena Blacky terpengaruh dengan konsep
kenyamanan manusia; sofa yang empuk dengan berlapis
kulit yang hangat, makanan yang tidak hanya
mengkenyangkan tetapi memenuhi selera, kamar yang
ber-AC, dlsb meskipun tidak tidak sejauh manusia dalam
mengejar konsep kebutuhan akan kenyamanan moderen.
Mengapa Blacky tidak terbawa konsep kenyamanan moderen
sejauh Manusia? Ini disebabkan karena manusia tidak
sanggup mempengaruhi Blacky seperti manusia
mempengaruhi manusia lain.

Tao mengatakan; “Manusia mengikuti aturan bumi, Bumi
mengikuti aturan Langit. Sementara langit itu
mengikuti aturan Tao.”

Dalam kutipan di atas ada dua aturan yang dihadapi
oleh manusia yaitu aturan bumi dan aturan langit. 

Bicara tentang kebutuhan; 
Aturan Bumi adalah segala yang sifatnya mekanis
biologis atau pada proses pengambilan keputusannya
dikatakan instingtif, misalnya: Makhluk hidup makan
untuk mempertahankan eksistensi dirinya secara fisik
(tetap hidup), membutuhkan rasa aman untuk menjauhkan
diri dari bahaya yang bisa melenyapkan eksistensi dia
secara fisik, membutuhkan kegiatan sex untuk
menggandakan sebagian dirinya sehingga sebagian
dirinya tetap eksis secara fisik. Jadi intinya saya
eksis secara fisik. Itulah aturan bumi.
Aturan Langit adalah penciptaan konsep oleh manusia
dengan tujuan munculnya anggapan bahwa hidupnya aman
dan dapat diramalkan prosesnya, di tengah
ketidakpastian dan konflik antar kepentingan individu
yang berusaha untuk terus eksis, misalnya: perlu
konsep, paradigma, sudutpandang, referensi, acuan,
sehingga perlu sekolah, agar dapat meramalkan setiap
tahap proses hidupnya, misalnya setelah lulus bekerja,
lalu menikah, lalu membesarkan anak, mendapatkan
pensiun, hingga mendapatkan pemakaman yang layak, lalu
butuh agama agar dapat tetap memprediksi eksistensi
diri setelah mati. 

Manusia tidak sanggup mengajarkan hewan untuk
menciptakan aturan langitnya sendiri yang terus
berkembang, sehingga manusia berasumsi bahwa dia
berbeda dengan hewan hanya karena hewan tidak bisa
diajarkan untuk menciptakan dan mengembangkan aturan
langitnya secara mandiri (akal budi).

Kompatiologi dalam hal ini berperan untuk mengurangi
tekanan keinginan yang dialami oleh manusia dalam
kebutuhannya berkonsep untuk mengikuti dan
mengembangkan aturan langit. 

Bagaimana cara kompatiologi bekerja? 
Aturan langit bekerja dengan kebutuhan untuk membuat &
mengembangkan konsep-konsep dalam hal eksistensi diri
(berfilsafat).
Aturan bumi adalah mekanisme dasar dalam eksistensi
diri secara fisik yang bekerja secara mekanis ragawi
(instingtif).

Oleh karena itu kompatiologi bekerja dengan sampling
data sensor ragawi tanpa ceramah, pengarahan konsep,
dogma, dlsb sehingga untuk sesaat pengguna
kompatiologi sempat mengalami pengalaman untuk hidup
pada aturan bumi tanpa terpengaruh tekanan-tekanan
aturan langit. Sehingga tekanan dari aturan langit
bisa dikurangi dengan menyadari adanya aturan bumi
dengan melalui pengalaman dekonstruksi tsb, karena
setelah mengalami dekonstruksi manusia tsb menyadari
bahwa adaptasi pemposisisan diri manusia bisa
dilakukan menggunakan baik aturan bumi maupun aturan
langit, tidak ada yang lebih penting / berkuasa satu
terhadap yang lain.


Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Selasa, 22 Mei 2007


Note: balasan atas tulisan ini harap di Cc ke email:
<[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]> supaya
dapat kami baca dan balas (jika perlu) dengan cepat.







LAMPIRAN Info 'Pendekon' (Pengajar) Kompatiologi
Last update: 30 April 2007 (berlaku sampai update
berikutnya)



ISI LAMPIRAN 
* Daftar pengajar Kompatiologi cabang Jakarta. 
* Daftar penasehat Kompatiologi cabang Jakarta. 
* Daftar pengajar Kompatiologi caba

CiKEAS> “Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya"

2007-04-12 Terurut Topik Vincent Liong
Subject: 
“Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi
bosnya, jadi tidak aneh lagi.”
(Kutipan dari pernyataan lisan Vincent Liong dalam
talkshow bertema Fenomena Indigo di program K!ck Andy
Show di Metro TV. Telah ditayangkan pada Kamis, 8
Maret 2007 jam 22.30 WIB dan tayang ulang pada Minggu,
11 Maret 2007 jam 15.05 WIB.)


Tanya jawab di bawah ini adalah balasan dari email:
Subject: Fwd: Indigo or gifted?
From: Yoga Prio <[EMAIL PROTECTED]>  
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1309
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20189

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/17495
(Note: Email asli terlampir, baca LAMPIRAN.)






"Yoga Prio" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 
Entah apapun teori tentang sebuah indigo person, gue
sungguh tertarik sama gaya berpikir seorang Vincent
Liong. Kenapa? Lu ditanya apa yang akan lu lakukan
ketika lu dianggap aneh? Lu menjawab, "gampang, gue
bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya".



Vincent Liong answer:

Di faktanya, mayoritas orang memiliki hardware fisikal
yang sama. Yang membedakan manusia adalah pengalaman,
posisinya dalam komunitas, misalnya ada yang baru
kelas office boy dan ada yang seorang konglomerat
dengan banyak pegawai bekerja melayaninya. 

Pada komputer dan mesin mekanis lainnya, segala hal
yang memiliki hardware fisikal yang sama maka akan
memiliki tingkat kemampuan yang sama ;asalkan memiliki
software yang sama. Yang membedakan adalah nilai benda
terhadap produk, tempat, harga dan waktu. 


Mengapa ilmupengetahuan sosial saat ini hanya fit
untuk kaum ordinary lalu membuat penggolongan yang
sifatnya wah, ajaib untuk mengasingkan kaum
extraordinary?! 

Sebab-musebabnya adalah: bilamana dalam ilmu eksakta
seperti matematika seseorang membuat rumusan yang
lebih spesifik, misalnya: Sin, Cos, Tan, dlsb; maka
semua rumus tsb harus mampu terjelaskan hubungan
mekanisnya dengan rumus yang paling sederhana
misalnya: 1 + 1 = 2  ,  2 – 1 = 1  ,  2 x 1 = 2  dan 
2 : 2 = 1 . 

Tetapi dalam ilmupengetahuan sosial resmi, suatu ilmu
sudah dianggap ilmiah tanpa perlu mencapai ‘rumus
mekanis paling dasar / sederhananya’ (seperti pada
matematika 1 + 1 = 2). Cukup sampai membuat daftar
ciri-ciri, daftar cara yang dianggap benar dengan
syarat kondisional ideal tertentu, dlsb ;maka sudah
dapat dinyatakan ilmupengetahuan ilmiah dan sudah
berhak mendapat pengakuan, bahkan mencetak ijasah,
yang katanya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan. 


Maka dari itu jangan heran kalau lulusan S1 di
fakultas tempat saya kuliah mendapat income bersih
antara 1 juta sampai 1.5 juta rupiah untuk bekerja
fulltime karena skillnya hanya sampai mencocokkan
data, memiliah-milah data berdasarkan sama atau tidak
sama sifatnya, tetapi tidak mampu sebagai pengambil
keputusan yang harus melakukan analisa dan mengambil
keputusan yang tepat di kondisi yang tidak pernah
ideal seperti di buku. Lulusan dengan skill /
kemampuan kerja standart semacam ini dihasilkan dari
banyak fakultas berbeda namanya, tetapi hampir sama
kemampuannya; yang beda hanyalah jenis bahasa dan nama
produk yang digunakan. Sedangkan saya dan para
pendidik kompatiologi saya mendapat income bersih
minimum 2 juta rupiah per bulan hanya untuk bekerja
enam jam dalam seminggu sebagai programmer (pendekon)
kompatiologi tanpa memerlukan ijasah selain nama
sendiri, yang dijaga sendiri popularitas dan nama
baiknya di mata konsumen, menyebar dari mulut ke
mulut. 

(Note: Pendekon dapat income bersih tiga ratus ribu
rupiah per peserta. Rata-rata membatasi diri untuk
hanya mendekon 2x seminggu baik secara group atau
individu, lalu sisa waktu digunakan untuk ngeluyur di
mall atau makan-makan di resto.) 


Saya menjawab "gampang, gue bikin banyak orang aneh
dan gue jadi bosnya", sebab: 

Bila seseorang belajar atau menguasai ilmu yang
memposisikan manusia sebagai mesin mekanis, maka dia
tidak perlu bercapek-capek membuang waktu
mengaplikasikan ilmu dengan menjadi penasehat normatif
yang mempengaruhi local wisdom dan bertanggungjawab
pada keputusan orang lain, atau mengajar dengan metode
ceramah seperti dosen di kelas. Cukup diinstall saja
seperti anda membeli cd rom windows bajakan, dan
melakukan instalasi di komputer anda dengan hasil
instalasi yang standart sesuai konfigurasi program /
operating sistem yang diinstall dan hardware fisikal
komputer anda. Lalu tugas programmer selanjutnya
adalah buang waktu untuk menemani & mengawasi peserta
/ user kompatiologi saat bekerja, makan, jalan-jalan,
shooping, melakukan hobi-hobinya ;sekedar sebagai
pengawas, yang tugasnya untuk membimbing cara
menggunakan aplikasi-aplikasi windows-nya ala
kompatiologi, yang telah terinstall di manusia tsb,
dengan segala kemampuan analisa ‘untung-rugi /
sebab-akibat’ (if, or, then-nya). 

Urusan keputusan-keputusan semacam apa yang diambil
bukan urusan programmer asalkan si orang tsb sadar
sendiri (tanpa diberitahu) konsekwensi dua arah (ke
diri sendiri at

CiKEAS> Paradigma Hirarkis dalam Pendidikan di Indonesia ; ditulis oleh: Audifax <[EMAIL PROTECTED]>

2007-04-09 Terurut Topik Vincent Liong
dari milis Psikologi
Transformatif ke milis anda semula, kalau anda rasa
itu perlu. Pengkonsentrasian di milis Psikologi
Transformatif semata hanya agar semua pendapat, baik
yang pro maupun kontra berada di ruang yang sama.
Sama-sama dari member Psikologi Transformatif. Walau
kita berbeda, kita berada di ruang yang sama tanpa
sekat dan hirarki. Mungkin dari sinilah kita bisa
belajar lebih jauh apa itu pendidikan dan pluralitas
 
 © Audifax – 8 April 2007



Jika anda berminat untuk bergabung dengan milis
Psikologi Transformatif untuk berdiskusi, klik:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
 
Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang
diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan
yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi
Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat
ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat
sehingga menjadi milis psikologi terbesar di
Indonesia. Total member telah melebihi 1800, sehingga
wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun
memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang
sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda
bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting
sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini.
Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi ”Di mana
ada manusia,  di situ psikologi bisa diterapkan” di
sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan
menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam
membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di
Fakultas Psikologi Indonesia.
 
Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa
saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list
ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi
pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang
tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak
harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi
untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini.
Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari
simposium psikologi transformatif, melalui mailing
list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai
transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan.
Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara
lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi
Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry
Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung
Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam
milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Vincent
Liong, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo,
Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia”
Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong,
Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni
Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo
Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid,
Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad,  J. Sumardianta,
Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com