Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-12 Terurut Topik Funco Tanipu
) terbukti berakibat fatal. Sebagai bank
investasi terbesar nomor empat di AS, kebangkrutan Lehman tergolong too
big to fail (terlalu berisiko untuk dibangkrutkan). Akibatnya,
kepercayaan investor runtuh, yang terefleksikan dengan indeks Dow Jones
yang terperosok di bawah 10.000 (7/10/2008), amat jauh di bawah level
psikologisnya.Rupiah melemahKepanikan
kini telanjur menyebar ke mana-mana. Indeks saham di Jakarta
hancur-hancuran ke level amat rendah, sekitar 1.600-an. Rupiah juga
terpukul hingga menyentuh Rp 9.700/dollar AS. Akibatnya, Bank Indonesia
terpaksa menaikkan BI Rate menjadi 9,50 persen. Kebijakan ini memang
berbeda arah dibandingkan negara-negara maju. Kawasan Euro, Inggris,
dan Australia, misalnya, cenderung menurunkan suku bunga, sebagai
benteng pertahanan menghadapi imbas krisis finansial AS.Dasarnya,
dengan suku bunga rendah, mata uang mereka yang sebelumnya terlalu kuat
bisa terdepresiasi. Selanjutnya, hal ini akan menguntungkan
negara-negara itu untuk memperbaiki neraca perdagangannya yang selama
ini defisit. Suku bunga rendah juga memungkinkan masyarakat menambah
belanjanya serta menggairahkan investasi. Semua ini akan menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi.Hal yang sebaliknya terjadi di
Indonesia. Dengan rupiah yang terus melemah, pilihan kebijakan Bank
Indonesia cuma dua, yaitu melakukan intervensi pasar uang dengan
menggunakan cadangan devisa, atau menaikkan suku bunga? Namun,
intervensi pada saat pasar sedang panik, sepertinya sia-sia. Itu ibarat
menuang air di sumur yang tidak ada dasarnya. Jadi, pilihannya tinggal
menaikkan suku bunga. Hanya saja, tampaknya BI Rate 9,25 persen masih
terasa konservatif dan agak diragukan bisa menaikkan kurs rupiah ke
level di bawah Rp 9.400.Namun, saya masih mencoba berpikiran
positif bahwa pelemahan rupiah ini bersifat temporer. Ketika orang
mulai menyadari bahwa dana talangan 700 miliar dollar AS dan
pembentukan Troubled Asset Relief Programme (TARP)—semacam BPPN versi
AS—baru merupakan awal dari proses panjang penyembuhan ekonomi, amat
mungkin dollar AS akan kembali melemah. Sebaliknya, rupiah akan
menguat. Semoga demikian, karena kita tidak sedang ingin melakukan
perjalanan nostalgia ke krisis tahun 1998.
A Tony Prasetiantono Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Chief Economist 
BNI

--- Pada Sab, 11/10/08, Herwin Mopangga <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: Herwin Mopangga <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 3:23 PM











Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl 
Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa 
Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah 
kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali 
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" . 
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap 
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan 
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, 
"semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme 
"telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung
 dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist 
Manifesto, New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli  menulis:
Dari: ahmad fadhli 
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM








Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin
 atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya
 nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar)
 disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski

Re: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik Agus Lahinta
Didalam hidup kita ini disana sininya ada himbulo...white lies, nobody is
perfect.
Keberadaan FM di Gorontalo tidak akan selamanyakelak akan ada
putera-puteri Ayula, Bongomeme, Suwawa, Mongiilo...yang menduduki kursi
tertinggi di Provinsi Gorontalo. Barangkali juga anak Anda atau cucu
saya[OH]

Kalau anak gimana OH [Baca: SSU]

Salam,
AL

2008/10/12 R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>

>Pak AGA,
>
> Ukuran keberhasilan itu sangat sangat relatif. Kalau benar FM menyatakan
> bahwa program jagung itu berhasil di Gorontalo jika dibandingkan dengan
> Amrik yang gagal mengintervensi pasar, maka kita tentu bertanya seperti pak
> AGA : apakah ukuran "keberhasilannya" ?
>
> Ada satu pemeo yang dimasyarakatkan oleh sebuah film terkenal : NOT BY
> BREAD ALONE...manusia itu tidak hanya butuh makan secara fisik tetapi juga
> butuh makanan secara mental.
> Gorontalo jadi jauh lebih dikenal dengan ucapan orang banyak di tanah air
> bahkan oleh 2 Presiden negara di Afrika yang pernah berkunjung ke Gorontalo
> : "Oh, do I know Gorontalo? Oh jagung, oh Fadel Muhammad ?"
>
> FM telah memasarkan nama Gorontalo secepat api merambah ilalang kering.
> Apakah hal demikian ada manfaatnya bagi siapa saja yang menyebut dirinya
> orang kecil di Gorontalo? Nalar masing2 kita bisa menjawabnya sesuai
> dengan tingkat inteligensia dan tingkat emosi yang ada pada kita.
>
> Lihaaynya FM ada dimana ketika memasarkan nama Gorontalo, yang  ia
> gandengkan dengan produksi jagungnya yang TORNYATA BUKAN YANG PALING
> TOP.? Kok berani "berbohong" begicu?
> Karena apa?
>
> Karena FM dan  kita semua bisa melihat bahwa kendati ada yang masih
> berkekurangan di Gorontalo, tetapi tidak ada famine...mati lapar besar2an,
> ...buruh penggarap sawahpun punya 'wombohe' dan ada saja yang bisa dimakan
> di Gorontalo, ada tumbango dilahan tidak subur, ada wa'olo dihutan.
>
> Berpikir dalam skala kenegarawanan seperti yang dilakukan Tjokroaminoto,
> Soekarno, St. Syahrir, Tan Malaka dll. pejuang, hal2 begini bisa untuk
> sementara dilangkahi, di "posabaripu utiy" demi kedepan mendapat budget yang
> lebih besar dari Pusat.
> Dengan jalan 'himbulo' begitu? So what??
>
> Didalam hidup kita ini disana sininya ada himbulo...white lies, nobody is
> perfect.
> Keberadaan FM di Gorontalo tidak akan selamanyakelak akan ada
> putera-puteri Ayula, Bongomeme, Suwawa, Mongiilo...yang menduduki kursi
> tertinggi di Provinsi Gorontalo. Barangkali juga anak Anda atau cucu
> saya
>
> Wassalam,OH
>
>
>
>
>  ------
> *From:* gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:
> [EMAIL PROTECTED] *On Behalf Of *Rahman Dako
> *Sent:* Sunday, October 12, 2008 6:19 AM
> *To:* gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>
> *Subject:* RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
>
> Temans,
>
> Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa
> menggelar dialog di hotel Quality.  Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang
> pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha.  Temanya kalo ndak
> salah "dari Gorontalo menuju Indonesia".  Pada intinya Fadel menyatakan
> bahwa Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan
> di Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program
> jagung sekarang ini.
>
> Benarkah program jagung berhasil?  Apa saja "keberhasilannya"?
>
> Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat?  Apa Fadel bukan
> penganut kapitalist?
>
> Salam,
> AGA
>
>
>
>
> --- On *Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM
>
>   SERAKAH
>
> Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan
> yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan
> itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan
> rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan
> karena dorongan keserakahan.
> Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap
> ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh
> ketakutan kepada KPK. Kok?
>
> salam&sori,OH
>
>
>
>  --
> *From:* gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> ps.com] *On Behalf Of *Herwin Mopangga
> *Sent:* Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
> *To:* gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> *Subject:* Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
>
>B

RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik R. H. Uno
Pak AGA,
 
Ukuran keberhasilan itu sangat sangat relatif. Kalau benar FM menyatakan
bahwa program jagung itu berhasil di Gorontalo jika dibandingkan dengan
Amrik yang gagal mengintervensi pasar, maka kita tentu bertanya seperti pak
AGA : apakah ukuran "keberhasilannya" ?
 
Ada satu pemeo yang dimasyarakatkan oleh sebuah film terkenal : NOT BY BREAD
ALONE...manusia itu tidak hanya butuh makan secara fisik tetapi juga butuh
makanan secara mental.
Gorontalo jadi jauh lebih dikenal dengan ucapan orang banyak di tanah air
bahkan oleh 2 Presiden negara di Afrika yang pernah berkunjung ke Gorontalo
: "Oh, do I know Gorontalo? Oh jagung, oh Fadel Muhammad ?"
 
FM telah memasarkan nama Gorontalo secepat api merambah ilalang kering.
Apakah hal demikian ada manfaatnya bagi siapa saja yang menyebut dirinya
orang kecil di Gorontalo? Nalar masing2 kita bisa menjawabnya sesuai
dengan tingkat inteligensia dan tingkat emosi yang ada pada kita.
 
Lihaaynya FM ada dimana ketika memasarkan nama Gorontalo, yang  ia
gandengkan dengan produksi jagungnya yang TORNYATA BUKAN YANG PALING
TOP.? Kok berani "berbohong" begicu?
Karena apa? 
 
Karena FM dan  kita semua bisa melihat bahwa kendati ada yang masih
berkekurangan di Gorontalo, tetapi tidak ada famine...mati lapar besar2an,
...buruh penggarap sawahpun punya 'wombohe' dan ada saja yang bisa dimakan
di Gorontalo, ada tumbango dilahan tidak subur, ada wa'olo dihutan.
 
Berpikir dalam skala kenegarawanan seperti yang dilakukan Tjokroaminoto,
Soekarno, St. Syahrir, Tan Malaka dll. pejuang, hal2 begini bisa untuk
sementara dilangkahi, di "posabaripu utiy" demi kedepan mendapat budget yang
lebih besar dari Pusat. 
Dengan jalan 'himbulo' begitu? So what??
 
Didalam hidup kita ini disana sininya ada himbulo...white lies, nobody is
perfect. 
Keberadaan FM di Gorontalo tidak akan selamanyakelak akan ada
putera-puteri Ayula, Bongomeme, Suwawa, Mongiilo...yang menduduki kursi
tertinggi di Provinsi Gorontalo. Barangkali juga anak Anda atau cucu
saya
 
Wassalam,OH
  
 
 

  _  

From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Rahman Dako
Sent: Sunday, October 12, 2008 6:19 AM
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...





Temans,
 
Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa
menggelar dialog di hotel Quality.  Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang
pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha.  Temanya kalo ndak
salah "dari Gorontalo menuju Indonesia".  Pada intinya Fadel menyatakan
bahwa Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan
di Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program
jagung sekarang ini.
 
Benarkah program jagung berhasil?  Apa saja "keberhasilannya"?  
 
Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat?  Apa Fadel bukan
penganut kapitalist?
 
Salam,
AGA

 
 

--- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM


SERAKAH
 
Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang
disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu
saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa
takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena
dorongan keserakahan.
Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada.
Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan
kepada KPK. Kok?
 
salam&sori,OH
 
  

  _  

From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma
[EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...


Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa
Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah
kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" .
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih
jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan".
Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal,
langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], T

RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik iqbal makmur
Apa kabar bung Rahman? Ternyata masih tetap dengan ciri khasnya, suka 
melontarkan pertanyaan yang dia sendiri tau jawabannya (mode senyum ; On). 
Kalau saya singkat saja, Semua tindakan tindakan ekonomi baik yang dilakukan 
oleh perorangan maupun kelembagaan adalah kapitalis sejati. Intensitasnya dan 
kwalitasnya bervariasi tergantung ideologi, etika dan moral yang dianut yang 
bersangkutan. Mungkin Ustadz Mansur bisa memberikan pendapat tentang 
kapitalisme dalam Islam. Bagaimana para pedagang di jaman Rasulullah termasuk 
Sitti Khadijah (Radiallahu anh..) yang bermodalkan harta yang mereka miliki 
(saham)  menunggu dirumah sementara para pekerjanya bekerja mengusahakan 
keuntungan bagi mereka.
Kalau di Milis ini Om Hengki adalah 'kapitalis' sejati, dengan hanya 
bermodalkan kalimat2 pendek mengomentari argumen yang kakayimbulula.. 
hihihihi...
 
Bolo salamu,
Iqbal

--- On Sat, 10/11/08, Rahman Dako <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Rahman Dako <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 11, 2008, 4:19 PM











Temans,
 
Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa 
menggelar dialog di hotel Quality.  Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang 
pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha.  Temanya kalo ndak 
salah "dari Gorontalo menuju Indonesia".  Pada intinya Fadel menyatakan bahwa 
Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan di 
Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program jagung 
sekarang ini.
 
Benarkah program jagung berhasil?  Apa saja "keberhasilannya" ?  
 
Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat?  Apa Fadel bukan 
penganut kapitalist?
 
Salam,
AGA

 
 

--- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED] net.id> wrote:

From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED] net.id>
Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM





SERAKAH
 
Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang 
disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling 
mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan 
akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan 
keserakahan.
Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap 
ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan 
kepada KPK. Kok?
 
salam&sori,OH
 
  



From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] 
ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...








Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa 
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme 
merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari 
Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali 
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" .. 
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap 
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan 
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, 
"semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme 
"telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa 
malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, 
New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli  menulis:

Dari: ahmad fadhli 
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM








Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda sus

RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik Rahman Dako
Temans,
 
Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa 
menggelar dialog di hotel Quality.  Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang 
pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha.  Temanya kalo ndak 
salah "dari Gorontalo menuju Indonesia".  Pada intinya Fadel menyatakan bahwa 
Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan di 
Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program jagung 
sekarang ini.
 
Benarkah program jagung berhasil?  Apa saja "keberhasilannya"?  
 
Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat?  Apa Fadel bukan 
penganut kapitalist?
 
Salam,
AGA

 
 

--- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM







SERAKAH
 
Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang 
disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling 
mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan 
akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan 
keserakahan.
Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap 
ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan 
kepada KPK. Kok?
 
salam&sori,OH
 
  



From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] 
ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...








Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa 
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme 
merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari 
Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali 
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" . 
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap 
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan 
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, 
"semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme 
"telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa 
malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, 
New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli  menulis:

Dari: ahmad fadhli 
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM








Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio

RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... (Somna koto nai yo)

2008-10-11 Terurut Topik iqbal makmur
Assalamualaikum..
Hmm.. Tersenyum saya membaca komentar OH..
Diantara sekian banyak orang yang hanyut dengan pikiran emosional dan sepuluh 
jari yang mengarah ke Eagle Eyes, Om Hengki malah menunjuk ke dirinya sendiri, 
termasuk kita semua. Keserakahan bukan hanya milik Amerika, tapi bersemayam di 
dalam diri kita. 
Berbeda dengan sebagian besar pendapat umum, Amerika terlau besar untuk 
menyerah semudah ini, mereka terlanjur besar untuk jatuh, setidaknya bukan 
sekarang. Sentimen pasar akan kembali normal setelah 4 November atau mungkin 
sebelum itu. Kita lihat saja nanti.
 
Salam,
Iqbal Makmur

--- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 11, 2008, 8:39 AM







SERAKAH
 
Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang 
disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling 
mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan 
akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan 
keserakahan.
Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap 
ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan 
kepada KPK. Kok?
 
salam&sori,OH
 
  



From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] 
ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...








Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa 
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme 
merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari 
Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali 
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" .. 
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap 
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan 
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, 
"semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme 
"telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa 
malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, 
New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli  menulis:

Dari: ahmad fadhli 
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM








Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika
ini? Lohatlah: ke

RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik R. H. Uno
SERAKAH
 
Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang
disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu
saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa
takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena
dorongan keserakahan.
Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada.
Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan
kepada KPK. Kok?
 
salam&sori,OH
 
  

  _  

From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Herwin Mopangga
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...




Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa
Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah
kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan".
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih
jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan".
Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal,
langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The
Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> menulis:



Dari: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM





Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika
ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar
bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara
industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti
Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan
menghentikan sementara perdagangan sahamnya.

Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini?
Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang
minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. 
Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya
sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang
minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna
sifat serakah manusia. Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan
oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip perny

Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik Herwin Mopangga
Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa 
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme 
merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari 
Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali 
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan". 
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap 
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan 
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, 
"semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme 
"telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa 
malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, 
New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM











Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya
 nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar)
 disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan
 sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika
ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar
bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara
industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti
Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan
menghentikan sementara perdagangan sahamnya.

Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini?
Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang
minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. 
Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya
sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang
minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna
sifat serakah manusia.
 Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan
oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip pernyataan
pendukung liberalisme sendiri yakni mantan Direktur Pelaksana IMF
Michel Camdessus, `'Semua ini karena aturan yang minim." 

Lalu apakah ini akhir dari kapitalisme- liberalisme? Mungkin tidak.
Ideologi ini masih terlalu besar untuk tumbang, setidaknya untuk saat
ini. Tapi siapakah yang bisa menebak arah sejarah?

Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru  
 Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
br>
Cepat sebelum diambil orang lain!
  




 

















  Apakah wajar artis ikut Pemilu? Temukan jawabannya di Yahoo Answers!

[GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...

2008-10-11 Terurut Topik ahmad fadhli
Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar)
 disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan
 sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika
ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar
bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara
industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti
Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan
menghentikan sementara perdagangan sahamnya.

Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini?
Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang
minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. 
Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya
sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang
minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna
sifat serakah manusia.
 Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan
oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip pernyataan
pendukung liberalisme sendiri yakni mantan Direktur Pelaksana IMF
Michel Camdessus, `'Semua ini karena aturan yang minim." 

Lalu apakah ini akhir dari kapitalisme- liberalisme? Mungkin tidak.
Ideologi ini masih terlalu besar untuk tumbang, setidaknya untuk saat
ini. Tapi siapakah yang bisa menebak arah sejarah?


  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/