Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
) terbukti berakibat fatal. Sebagai bank investasi terbesar nomor empat di AS, kebangkrutan Lehman tergolong too big to fail (terlalu berisiko untuk dibangkrutkan). Akibatnya, kepercayaan investor runtuh, yang terefleksikan dengan indeks Dow Jones yang terperosok di bawah 10.000 (7/10/2008), amat jauh di bawah level psikologisnya.Rupiah melemahKepanikan kini telanjur menyebar ke mana-mana. Indeks saham di Jakarta hancur-hancuran ke level amat rendah, sekitar 1.600-an. Rupiah juga terpukul hingga menyentuh Rp 9.700/dollar AS. Akibatnya, Bank Indonesia terpaksa menaikkan BI Rate menjadi 9,50 persen. Kebijakan ini memang berbeda arah dibandingkan negara-negara maju. Kawasan Euro, Inggris, dan Australia, misalnya, cenderung menurunkan suku bunga, sebagai benteng pertahanan menghadapi imbas krisis finansial AS.Dasarnya, dengan suku bunga rendah, mata uang mereka yang sebelumnya terlalu kuat bisa terdepresiasi. Selanjutnya, hal ini akan menguntungkan negara-negara itu untuk memperbaiki neraca perdagangannya yang selama ini defisit. Suku bunga rendah juga memungkinkan masyarakat menambah belanjanya serta menggairahkan investasi. Semua ini akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.Hal yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Dengan rupiah yang terus melemah, pilihan kebijakan Bank Indonesia cuma dua, yaitu melakukan intervensi pasar uang dengan menggunakan cadangan devisa, atau menaikkan suku bunga? Namun, intervensi pada saat pasar sedang panik, sepertinya sia-sia. Itu ibarat menuang air di sumur yang tidak ada dasarnya. Jadi, pilihannya tinggal menaikkan suku bunga. Hanya saja, tampaknya BI Rate 9,25 persen masih terasa konservatif dan agak diragukan bisa menaikkan kurs rupiah ke level di bawah Rp 9.400.Namun, saya masih mencoba berpikiran positif bahwa pelemahan rupiah ini bersifat temporer. Ketika orang mulai menyadari bahwa dana talangan 700 miliar dollar AS dan pembentukan Troubled Asset Relief Programme (TARP)—semacam BPPN versi AS—baru merupakan awal dari proses panjang penyembuhan ekonomi, amat mungkin dollar AS akan kembali melemah. Sebaliknya, rupiah akan menguat. Semoga demikian, karena kita tidak sedang ingin melakukan perjalanan nostalgia ke krisis tahun 1998. A Tony Prasetiantono Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Chief Economist BNI --- Pada Sab, 11/10/08, Herwin Mopangga <[EMAIL PROTECTED]> menulis: Dari: Herwin Mopangga <[EMAIL PROTECTED]> Topik: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 3:23 PM Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" . Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press) Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya. --- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli menulis: Dari: ahmad fadhli Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga kemarin, meski
Re: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Didalam hidup kita ini disana sininya ada himbulo...white lies, nobody is perfect. Keberadaan FM di Gorontalo tidak akan selamanyakelak akan ada putera-puteri Ayula, Bongomeme, Suwawa, Mongiilo...yang menduduki kursi tertinggi di Provinsi Gorontalo. Barangkali juga anak Anda atau cucu saya[OH] Kalau anak gimana OH [Baca: SSU] Salam, AL 2008/10/12 R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> >Pak AGA, > > Ukuran keberhasilan itu sangat sangat relatif. Kalau benar FM menyatakan > bahwa program jagung itu berhasil di Gorontalo jika dibandingkan dengan > Amrik yang gagal mengintervensi pasar, maka kita tentu bertanya seperti pak > AGA : apakah ukuran "keberhasilannya" ? > > Ada satu pemeo yang dimasyarakatkan oleh sebuah film terkenal : NOT BY > BREAD ALONE...manusia itu tidak hanya butuh makan secara fisik tetapi juga > butuh makanan secara mental. > Gorontalo jadi jauh lebih dikenal dengan ucapan orang banyak di tanah air > bahkan oleh 2 Presiden negara di Afrika yang pernah berkunjung ke Gorontalo > : "Oh, do I know Gorontalo? Oh jagung, oh Fadel Muhammad ?" > > FM telah memasarkan nama Gorontalo secepat api merambah ilalang kering. > Apakah hal demikian ada manfaatnya bagi siapa saja yang menyebut dirinya > orang kecil di Gorontalo? Nalar masing2 kita bisa menjawabnya sesuai > dengan tingkat inteligensia dan tingkat emosi yang ada pada kita. > > Lihaaynya FM ada dimana ketika memasarkan nama Gorontalo, yang ia > gandengkan dengan produksi jagungnya yang TORNYATA BUKAN YANG PALING > TOP.? Kok berani "berbohong" begicu? > Karena apa? > > Karena FM dan kita semua bisa melihat bahwa kendati ada yang masih > berkekurangan di Gorontalo, tetapi tidak ada famine...mati lapar besar2an, > ...buruh penggarap sawahpun punya 'wombohe' dan ada saja yang bisa dimakan > di Gorontalo, ada tumbango dilahan tidak subur, ada wa'olo dihutan. > > Berpikir dalam skala kenegarawanan seperti yang dilakukan Tjokroaminoto, > Soekarno, St. Syahrir, Tan Malaka dll. pejuang, hal2 begini bisa untuk > sementara dilangkahi, di "posabaripu utiy" demi kedepan mendapat budget yang > lebih besar dari Pusat. > Dengan jalan 'himbulo' begitu? So what?? > > Didalam hidup kita ini disana sininya ada himbulo...white lies, nobody is > perfect. > Keberadaan FM di Gorontalo tidak akan selamanyakelak akan ada > putera-puteri Ayula, Bongomeme, Suwawa, Mongiilo...yang menduduki kursi > tertinggi di Provinsi Gorontalo. Barangkali juga anak Anda atau cucu > saya > > Wassalam,OH > > > > > ------ > *From:* gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto: > [EMAIL PROTECTED] *On Behalf Of *Rahman Dako > *Sent:* Sunday, October 12, 2008 6:19 AM > *To:* gorontalomaju2020@yahoogroups.com > > *Subject:* RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... > > Temans, > > Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa > menggelar dialog di hotel Quality. Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang > pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha. Temanya kalo ndak > salah "dari Gorontalo menuju Indonesia". Pada intinya Fadel menyatakan > bahwa Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan > di Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program > jagung sekarang ini. > > Benarkah program jagung berhasil? Apa saja "keberhasilannya"? > > Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat? Apa Fadel bukan > penganut kapitalist? > > Salam, > AGA > > > > > --- On *Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... > To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com > Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM > > SERAKAH > > Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan > yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan > itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan > rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan > karena dorongan keserakahan. > Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap > ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh > ketakutan kepada KPK. Kok? > > salam&sori,OH > > > > -- > *From:* gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:[EMAIL PROTECTED] > ps.com] *On Behalf Of *Herwin Mopangga > *Sent:* Saturday, October 11, 2008 10:23 PM > *To:* gorontalomaju2020@ yahoogroups. com > *Subject:* Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... > >B
RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Pak AGA, Ukuran keberhasilan itu sangat sangat relatif. Kalau benar FM menyatakan bahwa program jagung itu berhasil di Gorontalo jika dibandingkan dengan Amrik yang gagal mengintervensi pasar, maka kita tentu bertanya seperti pak AGA : apakah ukuran "keberhasilannya" ? Ada satu pemeo yang dimasyarakatkan oleh sebuah film terkenal : NOT BY BREAD ALONE...manusia itu tidak hanya butuh makan secara fisik tetapi juga butuh makanan secara mental. Gorontalo jadi jauh lebih dikenal dengan ucapan orang banyak di tanah air bahkan oleh 2 Presiden negara di Afrika yang pernah berkunjung ke Gorontalo : "Oh, do I know Gorontalo? Oh jagung, oh Fadel Muhammad ?" FM telah memasarkan nama Gorontalo secepat api merambah ilalang kering. Apakah hal demikian ada manfaatnya bagi siapa saja yang menyebut dirinya orang kecil di Gorontalo? Nalar masing2 kita bisa menjawabnya sesuai dengan tingkat inteligensia dan tingkat emosi yang ada pada kita. Lihaaynya FM ada dimana ketika memasarkan nama Gorontalo, yang ia gandengkan dengan produksi jagungnya yang TORNYATA BUKAN YANG PALING TOP.? Kok berani "berbohong" begicu? Karena apa? Karena FM dan kita semua bisa melihat bahwa kendati ada yang masih berkekurangan di Gorontalo, tetapi tidak ada famine...mati lapar besar2an, ...buruh penggarap sawahpun punya 'wombohe' dan ada saja yang bisa dimakan di Gorontalo, ada tumbango dilahan tidak subur, ada wa'olo dihutan. Berpikir dalam skala kenegarawanan seperti yang dilakukan Tjokroaminoto, Soekarno, St. Syahrir, Tan Malaka dll. pejuang, hal2 begini bisa untuk sementara dilangkahi, di "posabaripu utiy" demi kedepan mendapat budget yang lebih besar dari Pusat. Dengan jalan 'himbulo' begitu? So what?? Didalam hidup kita ini disana sininya ada himbulo...white lies, nobody is perfect. Keberadaan FM di Gorontalo tidak akan selamanyakelak akan ada putera-puteri Ayula, Bongomeme, Suwawa, Mongiilo...yang menduduki kursi tertinggi di Provinsi Gorontalo. Barangkali juga anak Anda atau cucu saya Wassalam,OH _ From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Rahman Dako Sent: Sunday, October 12, 2008 6:19 AM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Temans, Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa menggelar dialog di hotel Quality. Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha. Temanya kalo ndak salah "dari Gorontalo menuju Indonesia". Pada intinya Fadel menyatakan bahwa Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan di Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program jagung sekarang ini. Benarkah program jagung berhasil? Apa saja "keberhasilannya"? Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat? Apa Fadel bukan penganut kapitalist? Salam, AGA --- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM SERAKAH Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan keserakahan. Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan kepada KPK. Kok? salam&sori,OH _ From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" . Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], T
RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Apa kabar bung Rahman? Ternyata masih tetap dengan ciri khasnya, suka melontarkan pertanyaan yang dia sendiri tau jawabannya (mode senyum ; On). Kalau saya singkat saja, Semua tindakan tindakan ekonomi baik yang dilakukan oleh perorangan maupun kelembagaan adalah kapitalis sejati. Intensitasnya dan kwalitasnya bervariasi tergantung ideologi, etika dan moral yang dianut yang bersangkutan. Mungkin Ustadz Mansur bisa memberikan pendapat tentang kapitalisme dalam Islam. Bagaimana para pedagang di jaman Rasulullah termasuk Sitti Khadijah (Radiallahu anh..) yang bermodalkan harta yang mereka miliki (saham) menunggu dirumah sementara para pekerjanya bekerja mengusahakan keuntungan bagi mereka. Kalau di Milis ini Om Hengki adalah 'kapitalis' sejati, dengan hanya bermodalkan kalimat2 pendek mengomentari argumen yang kakayimbulula.. hihihihi... Bolo salamu, Iqbal --- On Sat, 10/11/08, Rahman Dako <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Rahman Dako <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Saturday, October 11, 2008, 4:19 PM Temans, Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa menggelar dialog di hotel Quality. Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha. Temanya kalo ndak salah "dari Gorontalo menuju Indonesia". Pada intinya Fadel menyatakan bahwa Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan di Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program jagung sekarang ini. Benarkah program jagung berhasil? Apa saja "keberhasilannya" ? Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat? Apa Fadel bukan penganut kapitalist? Salam, AGA --- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED] net.id> wrote: From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED] net.id> Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM SERAKAH Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan keserakahan. Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan kepada KPK. Kok? salam&sori,OH From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" .. Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press) Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya. --- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli menulis: Dari: ahmad fadhli Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda sus
RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Temans, Beberapa malam lalu, Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan media massa menggelar dialog di hotel Quality. Dialog ini dihadiri oleh beberapa orang pembicara dari pusat dan termasuk Fadel dan MArthen Taha. Temanya kalo ndak salah "dari Gorontalo menuju Indonesia". Pada intinya Fadel menyatakan bahwa Amerika Serikat gagal mengintervensi pasar dengan kebijakan sedangkan di Gorontalo sudah pemerintah melakukannya, misalnya dia dengan program jagung sekarang ini. Benarkah program jagung berhasil? Apa saja "keberhasilannya"? Apa benar pendekatan Fadel beda dengan Amerika Serikat? Apa Fadel bukan penganut kapitalist? Salam, AGA --- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Saturday, October 11, 2008, 5:39 AM SERAKAH Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan keserakahan. Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan kepada KPK. Kok? salam&sori,OH From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" . Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press) Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya. --- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli menulis: Dari: ahmad fadhli Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap panik dan menjual portofolio mereka. Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan, hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri. Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan? Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara maju dio
RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... (Somna koto nai yo)
Assalamualaikum.. Hmm.. Tersenyum saya membaca komentar OH.. Diantara sekian banyak orang yang hanyut dengan pikiran emosional dan sepuluh jari yang mengarah ke Eagle Eyes, Om Hengki malah menunjuk ke dirinya sendiri, termasuk kita semua. Keserakahan bukan hanya milik Amerika, tapi bersemayam di dalam diri kita. Berbeda dengan sebagian besar pendapat umum, Amerika terlau besar untuk menyerah semudah ini, mereka terlanjur besar untuk jatuh, setidaknya bukan sekarang. Sentimen pasar akan kembali normal setelah 4 November atau mungkin sebelum itu. Kita lihat saja nanti. Salam, Iqbal Makmur --- On Sat, 10/11/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Saturday, October 11, 2008, 8:39 AM SERAKAH Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan keserakahan. Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan kepada KPK. Kok? salam&sori,OH From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Herwin Mopangga Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" .. Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press) Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya. --- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli menulis: Dari: ahmad fadhli Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap panik dan menjual portofolio mereka. Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan, hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri. Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan? Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika ini? Lohatlah: ke
RE: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
SERAKAH Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa takut akan akibatnya danrasa takut itu bisa sementara terlupakan karena dorongan keserakahan. Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada. Hiduuup kapitalisme di Indonesia yang hanya bisa di rem oleh ketakutan kepada KPK. Kok? salam&sori,OH _ From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Herwin Mopangga Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan". Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press) Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya. --- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> menulis: Dari: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap panik dan menjual portofolio mereka. Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan, hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri. Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan? Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan menghentikan sementara perdagangan sahamnya. Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini? Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna sifat serakah manusia. Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip perny
Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. "Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan". Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press) Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya. --- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> menulis: Dari: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah... Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap panik dan menjual portofolio mereka. Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan, hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri. Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan? Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan menghentikan sementara perdagangan sahamnya. Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini? Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna sifat serakah manusia. Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip pernyataan pendukung liberalisme sendiri yakni mantan Direktur Pelaksana IMF Michel Camdessus, `'Semua ini karena aturan yang minim." Lalu apakah ini akhir dari kapitalisme- liberalisme? Mungkin tidak. Ideologi ini masih terlalu besar untuk tumbang, setidaknya untuk saat ini. Tapi siapakah yang bisa menebak arah sejarah? Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain! Apakah wajar artis ikut Pemilu? Temukan jawabannya di Yahoo Answers!
[GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Dan, Amerika pun Menyerah Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak, tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh "tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap panik dan menjual portofolio mereka. Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan, hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri. Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan? Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan menghentikan sementara perdagangan sahamnya. Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini? Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna sifat serakah manusia. Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip pernyataan pendukung liberalisme sendiri yakni mantan Direktur Pelaksana IMF Michel Camdessus, `'Semua ini karena aturan yang minim." Lalu apakah ini akhir dari kapitalisme- liberalisme? Mungkin tidak. Ideologi ini masih terlalu besar untuk tumbang, setidaknya untuk saat ini. Tapi siapakah yang bisa menebak arah sejarah? ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/