Re: [iagi-net-l] overbalanced drilling, gimana hasil test nya?{ was Re: [iagi-net-l] Pressure data QC ...
Dari data yang diberikan, differensial pressurenya biasa saja / MW ok (kalau memang benar 800psi), neutron-porosity disebutkan saling mendekati (berarti tidak crossover ?), calcareous sand, kelihatannya hasil tight di point tsb valid aja. Hanya build-up pressure nya yg gak tau,apakah ada indikasi slow build up (low mobility) atau datar saja (dry test). Untuk QC (drawdown, horner, move up or down untuk coba attempts selanjutnya, korelasi,etc) saya sih percaya representative / wellsite geo di rig sudah sangat familiar dengan hal tsb. Jadi hasil pre-testnya tampak valid (tight), tetapi memang betul bahwa hasil tight tidak selalu real formasinya tight. Tinggal sekarang pak Frank diskusikan lagi dengan petrophysicist nya untuk mengetahui properti reservoir tsb. Hatur Nuhun, Cikko Majesta Nataniel Mangiwa To: iagi-net@iagi.or.id nataniel.mangiwacc: @gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] overbalanced drilling, gimana hasil test nya?{ was Re: [iagi-net-l] Pressure data QC ... 05/02/2006 11:20 AM Please respond to iagi-net bisa saja tight itu valid, bisa juga tidak valid. yang bikin valid adalah QC kita, kalau kita yakin job RFT test tsb sudah sesuai prosedur dan kita bisa melakukan drawdown (DD) tetapi tidak ada pressure yang build-up secara significant maka itu tight. tight yang tidak valid lebih kepada kondisi hole, misalnya MW yang ketinggian, DD/pump rate yang kurang variatif, atau bisa juga kesalahan prosedur korelasi (yg ditembak bukan reservoir a.k.a shale). tight yang saya temui ada 2 kondisi: 1. baca Hydrostatic Pressure (HP) - DD - ada build up yg relatif kecil..misalnya kita DD ke 3000psia pressure build upnya hanya akan sekitar 3000psia juga (beda-beda 100psia +/-). lalu kita DD ke 2500psia begitu juga pressure build up sekitar 2500psia +/- 100psia. jadi berapapun kita DD dia seolah-olah memberikan reading yg dekat dengan DD kita. DD 3000psia, 'FP' akan sekitar 3000psia...DD 1000psia, 'FP' juga akan sekitar 1000psia. kondisi begini adalah TIGHT formation. 2. baca HP- DD - lalu dia menunjukan slow-build up. untuk beberapa kasus kadang saya yakin bahwa Tight adalah kelas (kasta) terendah dari Slow Build Up (SBU). bedanya hanya in-term of time.kalau SBU kita tunggu sekitar 2 jam mungkin kita akan bisa reach FP, tetapi untuk tight kemungkinan kita akan bisa reach FP sangat kecil karena waktu yang kita butuhkan untuk sampai ke FP bisa saja let say 1 hari atau lebih. Tight di sini benar-benar dalam artian ada mobility tetapi sangat kecil..jadi untuk sampai mampu reading FP yang sesungguhnya dan meng-equalize FP formation dgn FP hasil reading di tool akan sangat lama. Good-Extrapolated-SBU-Tight adalah kedudukan berdasarkan peringkat waktu kestabilan. Terkadang SBU ada yang bisa kita extrapolated (and finally will be our valid FP) tetapi kadang SBU ada yang tidak bisa kita extrapolated. Tight kadang bisa berubah menunjukan trend SBU, tetapi kadang tight benar-benar tight.Pressure raise but we don't have any idea at what value they will stop! Sedangkan untuk pemikiran terhadap overpressure konteksnya adalah mobility dari formasi.jadi bukan jenis litologi,litologi sand tidak selalu memiliki mobility tinggi.kalau sand itu tight,walaupun FPnya Overpressure tetap saja tidak akan terjadi apa-apa dengan well tersebut asalkan tidak terlalu lama dibiarkan dalam kondisi Open Hole. Jadi, kesimpulannya 'tight' dari RFT kasus Pak Franc bisa saja valid dan bisa juga tidak valid. Salam, Natan On 5/1/06, M. Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote: ikutan komen pak Franc, Mengenai analisa cutting itu beneran ada calcareous fragment
Re: [iagi-net-l] Buku Membumikan Geologi (Jumlah tebatas, miliki segera)
Barangkali ada versi pdf dalam CD-Rom? Ruangan saya sdh terlalu penuh dengan hardcopy buku2 yg terkumpul selama 40 th. PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: benyamin sembiring [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 9:54 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Buku Membumikan Geologi (Jumlah tebatas, miliki segera) Pak Soffian, sebagai penulis bapak dapat satu. Kemaren waktu launching kelupaan. Kalau untuk Pengda Jatim udah saya kasih pak Arif. Kemana saya kirim bukunya pak. Mohon alamat yang jelas, atau mau diambil ke Jakarta? kapan ke jakarta? Beberapa minggu yang lalu ADB ke Jatim, bawa 3 buku,katanya salah satu untuk pak Ikhsyat, mungkin bapak juga kelupaan atau merasa sudah ambil. begitu pak God Bless You benz Pada tanggal 5/2/06, Posko Longsor [EMAIL PROTECTED] menulis: gue pesen satu, mesti bayar berapa nih, mestinya gratis ya he hehe Soffian --- benyamin sembiring [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam Sejahtera Anggota IAGI dan Para Penggerak Aktivitas Kebumian Yang Terhormat Dengan jumlah yang sangat terbatas, IAGI mempersembahkan Buku MEMBUMIKAN GEOLOGI untuk semua anggota IAGI dan para penggerak aktivitas kebumian. Buku ini memuat berbagai tulisan dari para penggiat IAGI dalam periode 2000-2005 yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada para aktivis, saintis, birokrat dll untuk lima tahun perjalanan IAGI. Tulisan yang disajikan apa adanya. Juga memuat berbagai laporan yang sangat fenomenal seperti Kasus Buyat, Blok Cepu, BGN dll. Buku ini layak anda miliki sebagai referensi kedepan untuk Membumikan Geologi di Indonesia. Keterangan buku : Jlh halaman : 444 hal Kertas : HVS Sampul : berwarna Isi bagian dalam : berwarna Jika bapak/ibu ingin memiliki buku tersebut bisa menghubungi Benyamin (08151612082) GDA Consultan, Jl Tebet Timur Dalam no 24 Sutarjo (0811162476) IAGI Sekretariat, Jl. Prof Dr Supomo SH no. 10, GD Mineral dan Batubara Lt 6 Jakarta Cukup menggantikan harga cetak sebesar Rp. 100.000,- + ongkos kirim. Untuk Jakarta, ongkos kirim sebesar Rp 20.000 Untuk luar Jakarta disesuaikan dengan jaraknya Biaya cetak dan ongkos kirim bisa dikirim ke : No Rek 6000350395 BCA Soepomo an. Benyamin Semoga bermanfaat Benyamin EDITOR note : Mohon konfirmasi apabila telah melakukan pembayaran melalui rekening Daftar Isi Kata Pengantar Dari Editorial Daftar Isi INDONESIA, GEOLOGI dan IAGI IAGI : Militansi, Prioritas dan Logistik (Andang Bachtiar) 1 IAGI, Bagian Kecil Masyarakat Madani Indonesia (Ariadi Subandrio) 6 Katak Dalam Tempurung (Rovicky Dwi Putrohari) . 10 Upaya Membumikan Geologi (IAGI Nusra) .. 13 Memposisikan IAGI (Andang Bachtiar) 17 Sumatra Stratigraphy Workshop (IAGI Pengda Riau) .. 24 Sandi Stratigrafi Indonesia (1999-2005) : Suatu Catatan Pendek (Djuhaeni) .. 29 Stratigrafi Sulawesi dan Permasalahannya : Diskusi Panel (IAGI Pengda Sulawesi) ... 33 Berkaca Cara Ilmiah Pada Majalah Geologi Indonesia 2002-2005 (Hill Gendoet Hartono) ... 35 Membumikan Peranan Geologi di Era Otonomi Daerah (Deni Rahayu) ... 41 Pembelajaran Geologi dan Presentasi ilmu Bumi (M. Syaiful) .. 46 IUGS/IGC ke-32 : Laporan Kongres Geologi (se) Dunia (Ariadi Subandrio dan Sukmandaru Prihatmoko) ... 50 Sosialisasi bersama IAGI Student Chapter (Munasri) .. 59 IAGI Stakeholder Meeting (Andang Bachtiar) ... 62 Menuai Hujatan di Bojonegoro (Ikhsyat Syukur) .. 65 Dari Manhattan untuk Indonesia (Ikhsyat Syukur)
Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
Sedikit meluruskan dari saksi hidup: TAC plus itu bukan saja boleh melakukan explorasi ke zona yang lebih dalam, tetapi juga di luar lapangan minyak (tua) yang sudah ada. Juga tidak bisa melakukan produksi EOR di lapangan yang ada (Kawengan, Ledok dsb), karena sudah di-carved-out dan tetap dikelola Pertamina. Selain itu TAC-plus tidak melapor ke Pertamina EP tetapi melapor langsung ke BPPKA Pertamina, sama seperti PSC. Dengan demikian Pertamina EP tidak bisa ikut bersalah dengan sunk cost USD 400 juta, masalahnya apakah BPPKA pernah menyetujui permintaan cost recovery sebesar itu? Jadi yang disebut TAC plus itu sama presis dengan PSC dengan perbedaan split yang berbeda. Wassalam PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Yan, PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena: 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala macam kegiatan EP mereka. Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor. Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Salam ADB ETTI - Original Message - From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Mas Andang, Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL. BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...??? Salam, YI On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote: Pak Vicky, aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's in-charge (legally operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia. Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga ada wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL. Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun, sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan semata-mata EMOI. Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu) juga mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik yang dikeluarkan untuk
Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu: Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual ke pihak asing. Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan Sekian koreksinya. - Original Message - From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Yan, PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena: 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala macam kegiatan EP mereka. Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor. Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Salam ADB ETTI - Original Message - From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Mas Andang, Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL. BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...??? Salam, YI On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote: Pak Vicky, aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's in-charge (legally operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia. Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga ada wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL. Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun, sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan semata-mata EMOI. Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu) juga mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik yang dikeluarkan untuk AMDAL maupun untuk pendekatan-persuasi (ComDev) dll yang berkaitan dengan operasi blok tersebut. Repotnya, kesatuan manajemen TAC yang seperti itu TIDAK DICERITAKAN ke masyarakat, sehingga seolah-olah hanya EMCL saja yang bergerak di lapangan, Pertamina seolah-olah tidak melakukan apapun juga. Dan perkeliruan persepsi tersebut dibesar-besarkan sampai ke level politis shg kesannya jadi lucu: ada sekumpulan masyarakat yang menolak Pertamina karena selama ini Pertamina tidakmelakukan apapun disana, tapi EMCL-lah yang
Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
Rekans Supaya tidak terlalu pusing , coba diingat kejadian kejadian yang didongengkan itu terjadi tahun berapa. Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi bisa JADI , dan yang harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI. Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh MOI. Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw). Si-Abah __ Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu: Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual ke pihak asing. Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan Sekian koreksinya. - Original Message - From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Yan, PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena: 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala macam kegiatan EP mereka. Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor. Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Salam ADB ETTI - Original Message - From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Mas Andang, Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL. BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...??? Salam, YI On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote: Pak Vicky, aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's in-charge (legally operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia. Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga ada wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL. Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun, sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan semata-mata EMOI. Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu) juga mengakui COST yang dikeluarkan oleh management
Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
sekedar nimbrung Beberapa bulan ke belakang pun saya sering di ributkan oleh temen-temen di daerah(kepala daerah) mengenai kenyataan persepsi bahwa pertamina tidak melakukan apapun terutama menyangkut COMDEV (terutama perusahaan2 TAC), padahal kenyataannya bahwa uang yang digunakan untuk COMDEV tersebut ya uang pertamina-pertamina jugasaya jadi bingung ada salah dimana ya kalau ada perkeliruan persepsi di masyarakat non migas, sementara di kalangan kita sendiri pun masih ada perkeliruan tersebut, sehingga sangat wajar apabila masyarakat awam pun melakukan hal-hal yang menganggu kegiatan migas indonesia (sosialisasi atau ada hal lain yang menyebab kan ini ? ) ODEN/DNR ETTI --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans Supaya tidak terlalu pusing , coba diingat kejadian kejadian yang didongengkan itu terjadi tahun berapa. Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi bisa JADI , dan yang harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI. Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh MOI. Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw). Si-Abah __ Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu: Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual ke pihak asing. Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan Sekian koreksinya. - Original Message - From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Yan, PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena: 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala macam kegiatan EP mereka. Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor. Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Salam ADB ETTI - Original Message - From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Mas Andang, Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL. BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...??? Salam, YI On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote: Pak Vicky, aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's in-charge (legally operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia. Ketika sampeyan
Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
Kalau sair lagunya Titik Puspa Oh Apa Yang Terjadi Terjadilah , Yang Ia Tahu Tuhan Menyayang Umatnya ISM Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi bisa JADI , dan yang harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI. Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh MOI. Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw). Si-Abah __ Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu: Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual ke pihak asing. Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan Sekian koreksinya. - Original Message - From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Yan, PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena: 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala macam kegiatan EP mereka. Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor. Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Salam ADB ETTI - Original Message - From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Mas Andang, Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL. BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...??? Salam, YI On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote: Pak Vicky, aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's in-charge (legally operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia. Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga ada wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL. Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun, sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan semata-mata EMOI. Implikasi
[iagi-net-l] Fwd: Seismograph Developement
-- Forwarded message -- From: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Apr 17, 2006 11:11 PM Subject: Seismograph Developement Yth IAGI Saya berminat untuk mempelajari masalah seismograph untuk meriset kemungkinan pembuatannya di Indonesia. Untuk itu akan sangat menggembirakan apabila saya dapat kontak pada personal yang dapat saya hubungi dan bisa memberikan informasi yang terkait. note : background saya electronic-engineering. Terima kasih, bantuan anda sangat saya tunggu. salam, Josef B. Dwiyono Quandra Labs. Indonesia - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
Mungkin karena event peresmian sekolah atau klinik oleh meneer-meneer bule (kalau PSC atau TAC) bisa lebih 'nancap' di benak penduduk dan pejabat lokal ketimbang kalau yang melakukan orang-orang awak dari Pertamina. Saya pernah ikut acara presentasi daerah kerja bersama teman2 BPMigas DPRD salah satu kabupaten di Madura. Kebetulan waktu itu ada kontraktor bule yang sedang QC seismic, jadi diajak sekalian ke DPRD. Gampang ditebak yang disambut meriah dan pertama disalami oleh bapak-bapak pejabat ini ya si meneer ini. Kita yang employee cekakak-cekikik aja dibelakang Cheers Oki Deni Rahayu [EMAIL PROTECTED] wrote: sekedar nimbrung Beberapa bulan ke belakang pun saya sering di ributkan oleh temen-temen di daerah(kepala daerah) mengenai kenyataan persepsi bahwa pertamina tidak melakukan apapun terutama menyangkut COMDEV (terutama perusahaan2 TAC), padahal kenyataannya bahwa uang yang digunakan untuk COMDEV tersebut ya uang pertamina-pertamina jugasaya jadi bingung ada salah dimana ya kalau ada perkeliruan persepsi di masyarakat non migas, sementara di kalangan kita sendiri pun masih ada perkeliruan tersebut, sehingga sangat wajar apabila masyarakat awam pun melakukan hal-hal yang menganggu kegiatan migas indonesia (sosialisasi atau ada hal lain yang menyebab kan ini ? ) ODEN/DNR ETTI --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans Supaya tidak terlalu pusing , coba diingat kejadian kejadian yang didongengkan itu terjadi tahun berapa. Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi bisa JADI , dan yang harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI. Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh MOI. Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw). Si-Abah __ Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu: Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual ke pihak asing. Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan Sekian koreksinya. - Original Message - From: Andang Bachtiar To: Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Yan, PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena: 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala macam kegiatan EP mereka. Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor. Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Salam ADB ETTI - Original Message - From: Yan Indryanto To: Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Mas Andang, Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina
[iagi-net-l] Manipulasi persepsi was:Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW: Antara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...
Bukannya dulu ada aturan semua hal yang berkaitan dengan kegiatan humas harus mencantumkan kedua nama dan logo tsb (KPS dan BP Migas) seingat saya aturan ini juga berlaku buat KPS...(coba deh liat badgenya aja wajib pake dua logo khan ...) Sepintas agak menyebalkan tapi ya gunanya di saat-saat seperti ini: semua pihak disadarkan bahwa duit yang dipakai itu duit negara juga... Pas dulu rame-rame pada nyumbang tsunami, dipertanyakan juga itu duitnya cost recovery atau nggak kalau ternyata duitnya cost recovery juga, ya alangkah malangnya Indonesia...sudah terkena bencana, nyumbang diri sendiri dan yang dapat nama para meneer itu. Jadi mungkin bukan perkeliruan persepsi, tapi sudah manipulasi persepsi yang dilakukan oleh para meneer dengan bantuan dan fasilitas anak bangsa .:-) salam, - Original Message - From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 02, 2006 5:29 AM Subject: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW: Antara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,... Pak Vicky, aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's in-charge (legally operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia. Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga ada wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL. Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun, sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan semata-mata EMOI. Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu) juga mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik yang dikeluarkan untuk AMDAL maupun untuk pendekatan-persuasi (ComDev) dll yang berkaitan dengan operasi blok tersebut. Repotnya, kesatuan manajemen TAC yang seperti itu TIDAK DICERITAKAN ke masyarakat, sehingga seolah-olah hanya EMCL saja yang bergerak di lapangan, Pertamina seolah-olah tidak melakukan apapun juga. Dan perkeliruan persepsi tersebut dibesar-besarkan sampai ke level politis shg kesannya jadi lucu: ada sekumpulan masyarakat yang menolak Pertamina karena selama ini Pertamina tidakmelakukan apapun disana, tapi EMCL-lah yang melakukannya, bahkan para anggota Dewan yang terhormat-pun terkecoh dengan hal tersebut (bahkan di kalangan petinggi Migas-pun juga ikut2an seperti itu)... lihat kembali rame-nya gonjang-ganjing komentar berbagai kalangan di koran-koran awal tahun ini,.. semunya berkomentar atas dasar persepsi yang ter/di-kelirukan seperti itu. Kalau memang EMOI atau EMCL melakukan semuanya SENDIRIAN, tidak seharusnya mereka meminta penggantian uang investasi (COST RECOVERY) yang bahkan sampai 300-400 jutaan dollar ke Pertamina (supaya ditanggung bareng atau nanti dipotongkan di split minyaknya),... ya sudah, tanggung aja sendiri duitnya. Tapi buktinya!?? Khan mereka mengajukan cost-recovery juga??! Nantinya BPMigaslah yang akan jadi benteng terakhir persetujuan cost-recovery tersebut. Nah, dalam hal tersebut, nantinya nama entitas legal yang bergerak di Blok Cepu tentunya bukan sekedar Pertamina-EMCL, tapi juga BPMigas-Pertamina-EMCL. Apakah pak Awang dkk di BPMigas terima saja kalau nanti dikatakan: Pemerintah tidak melakukan apapun juga di Blok Cepu, cuma Exxon Mobil-lah yang membangunkan jalan, jembatan, puskesmas, kperasi, sekolah dll disana,... tapi BPMigas?? Mana pernah mereka bangun sesuatu di sana?? Saya tidak yakin rekan-rekan di BPMigas akan diam saja dengan perkeliruan persepsi seperti itu. Mudah-mudahan sedikit uneg-uneg saya ini bisa kembali meluruskan kesalahan persepsi tersebut (terutama di kalangan kita yang bergerak di oil-gas sendiri). Salam ADB ETTI - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] = Pertamina sendiri mnurutku kalah karena tidak ada persiapan. Kalau dilihat di IPA paper tahun 2002 sudah ada tentang AMDAL yg dilakukan Mobil OIl, sedang Pertamina belum melakukan apa-apa. Sehingga dari sisi ini Pertamina menjadi kalah set dalam mencuri start. Sehingga seolah kalah persiapan, bukan kalah karena kurang kemampuan. Namun disisi lain EMOI-pun melakukan pendekatan persuasif yg mungkin saja tidak mendidik penduduk lokal. Saya mendengar ada pedagang yang menjadi malas
[iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi
[iagi-net-l] Fwd: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller
siapa tahu ada yang bisa bantu? mungkin bisa hubungi langsung email dibawah. thanks. paulus -- Forwarded message -- From: Minarwan [EMAIL PROTECTED] Date: 02-May-2006 19:20 -- Forwarded message -- From: Bud McCray [EMAIL PROTECTED] Date: Apr 29, 2006 3:28 AM Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller To: Minarwan [EMAIL PROTECTED] Minarwan, Thank you for the reply. Mr. David lives in Jakarta and had worked for Core Labs. I know he sometimes works on assignment in the UAE etc. Last time I spoke with him (4 years ago), he told by he had started work with another company there. Hope this is helpful. Thank you, Alan - Original Message - From: Minarwan [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 28, 2006 4:08 AM Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller Dear Alan, I personally don't know David, but perhaps you can give me more information such as where he worked in Indonesia (company, region, or else?) and I am going to forward it a mailing list. Who knows if someone out there knows him. Regards, Minarwan On 26 Apr 2006 22:52:18 -, Mr. Alan McCray [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Mr. Minarwan, Hello, I am trying to reach Mr. David M. Schiller. He was doing sedimentology work in Indonesia. I have lost contact to him. Can you get a message to him to contact me? If possible, can you send me his contact details. Terimakasi banyak Best Regards, Mr. Alan McCray - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
[iagi-net-l] Update Merapi 2 Mei 2006 - Kegempaan Berfluktuasi Dalam Jumlah Tinggi
Selasa, 02 Mei 2006 - 14:19 WIB Update Merapi 2 Mei 2006 Kegempaan Berfluktuasi Dalam Jumlah Tinggi Perkembangan kegiatan G. Merapi hingga Pukul 12.00 siang ini menunjukkan terjadinya gempa fase banyak (MP) 77 kali dan gempa guguran terjadi sebanyak 2 kali. Kegempaan masih terus berfluktuasi dalam jumlah yang tinggi. Selain itu, kubah lava juga masih terus menunjukkan pengembangan yang mengindikasikan aktivitas magma yang terus berlangsung. Sementara itu, data kegempaan yang berhasil direkam pada Senin kemarin menunjukkan terjadinya gempa vulkanik dangkal (VTB) sebanyak 1 kali, gempa MP 219 kali, gempa guguran 10 kali dan gempa tektonik 2 kali. Sementara itu, perkembangan deformasi yang dipantau di Kaliurang R2K tercatat 2,1 cm/hari, dan di R3K 1,0 cm/hari. Sedangkan dari arah Selatan tidak mengalami pemekaran (R2K merupakan pengukuran dengan menggunakan alat EDM (Electric Disctance Meter) dari titik reflektor di lokasi R2 untuk mengetahui jarak pemendekan karena adanya proses penggelembungan tubuh/lereng G. Merapi). Masyarakat tetap dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan bersiap-siap untuk melakukan evakuasi apabila status AWAS diberlakukan setiap saat. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh dan lengkap mengenai perkembangan kegiatan G. Merapi dapat melihat pada situs www.vsi.esdm.go.id. source: desdm - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Fwd: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller
Try to contact his email : [EMAIL PROTECTED] |-+--- | | Paulus Tangke | | | Allo | | | [EMAIL PROTECTED]| | | com| | | | | | 03/05/2006 07:46| | | AM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+--- ---| | | |To: iagi-net@iagi.or.id | |cc: | |Subject: [iagi-net-l] Fwd: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller| ---| siapa tahu ada yang bisa bantu? mungkin bisa hubungi langsung email dibawah. thanks. paulus -- Forwarded message -- From: Minarwan [EMAIL PROTECTED] Date: 02-May-2006 19:20 -- Forwarded message -- From: Bud McCray [EMAIL PROTECTED] Date: Apr 29, 2006 3:28 AM Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller To: Minarwan [EMAIL PROTECTED] Minarwan, Thank you for the reply. Mr. David lives in Jakarta and had worked for Core Labs. I know he sometimes works on assignment in the UAE etc. Last time I spoke with him (4 years ago), he told by he had started work with another company there. Hope this is helpful. Thank you, Alan - Original Message - From: Minarwan [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 28, 2006 4:08 AM Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller Dear Alan, I personally don't know David, but perhaps you can give me more information such as where he worked in Indonesia (company, region, or else?) and I am going to forward it a mailing list. Who knows if someone out there knows him. Regards, Minarwan On 26 Apr 2006 22:52:18 -, Mr. Alan McCray [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Mr. Minarwan, Hello, I am trying to reach Mr. David M. Schiller. He was doing sedimentology work in Indonesia. I have lost contact to him. Can you get a message to him to contact me? If possible, can you send me his contact details. Terimakasi banyak Best Regards, Mr. Alan McCray - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
sedikit tambahan, seingat saya saja, Pernah drilling dg MW 2.15sg, formation press 1.30sg..(?). PT dg MDT berkali-kali, tight terus, akhirnya dicoba digunakan CHDT, dan setelah mata bornya mencapai 2 inch (tlg koreksi), pressurenya build up. Jadi CHDT bisa melewati formasi yang rusak (menjadi tight karena barite menutupi porosity), akibat ekstrem overbalance. Sayangnya CHDT mahal banget. On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Pak Shofi, Itu MW = 19 ppg di depth 3800 m mungkin sudah mendekati overburden pressure. Takutnya fract-leaking dan total mud loss tiba-tiba. Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id ail.com cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan 03/05/2006 09:49 mudweight tinggi AM Please respond to iagi-net Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1:
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
waahh... pake MW 19.2 ppg trus hasil LOT berapa pak Shofi..?? bakalan lambat betul drilling-nya... memang betul subject-nya : challenging! Regards, Anton PRAKOSO [EMAIL PROTECTED] onas.com.my To: iagi-net@iagi.or.id cc: 05/03/2006 10:48 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi Please respond to iagi-net Pak Shofi, Itu MW = 19 ppg di depth 3800 m mungkin sudah mendekati overburden pressure. Takutnya fract-leaking dan total mud loss tiba-tiba. Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id ail.com cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan 03/05/2006 09:49 mudweight tinggi AM Please respond to iagi-net Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1:
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight 19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual, rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation, akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient. tentunya drilling harus punya data LOT dulu sebelum drilling di section high mudweight ini, biar tau batasan maksimumnya. Saya pernah pakai XPT satu kali, hasilnya cukup bagus meskipun tidak semua tight zone bisa dapat hasil yang valid (success ratio ~ 40% - 50%)tantangan utama kalo pake tools ini (apalagi dilingkungan high MW) adalah membedakan antara valid pressure dan supercharged pressure. sepertinya belum ada satu metodepun yang bisa memberikan jawaban pasti ttg masalah ini. satu hal lagi yang perlu diperhatikan, engineer schlumberger tidak semuanya berpengalaman dengan XPT, karena ada beberapa hal yang secara teknis agak berbeda dengan MDT, jadi dipastikan aja right man on the right place. Mereka bisa juga sih diskusi dulu dengan XPT schlumberger champion, ahmed el araby (dulu engineer di vico dan total, sekarang based di europe) kalo CHDT punya resiko yang berbeda, mata bor yang kecil itu gampang patah (betul begitu pak Amir?) dan alat ini kan sebenernya didesain untuk MDT di cased hole salam, Razi On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Salah dua kelemahan XPT , nggak bisa untuk high temp (150degC). Saya pernah combine dengan PEX nggak masalah, tapi lucunya company man nya takut, karena pressure test berjam-jam sambil bawa2 nuclear source. Akhirnya cabut ke surface dulu untuk unload source. ha..ha..ha..terus apa gunanya ditandem..? betul margin antara LOT dan formation pressurenya tipis. MW ketinggian loss, kerendahan kick. masalah baloning, juga rumit, salah interpretasi bisa berbahaya. tapi biar orang drilling saja yang pusing... :-) kadang2 berhari-hari sirkulasi,baru berani cabut.. padahal masih gain, walaupun ratenya kecil.. On 5/3/06, M Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight 19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual, rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation, akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient. tentunya drilling harus punya data LOT dulu sebelum drilling di section high mudweight ini, biar tau batasan maksimumnya. Saya pernah pakai XPT satu kali, hasilnya cukup bagus meskipun tidak semua tight zone bisa dapat hasil yang valid (success ratio ~ 40% - 50%)tantangan utama kalo pake tools ini (apalagi dilingkungan high MW) adalah membedakan antara valid pressure dan supercharged pressure. sepertinya belum ada satu metodepun yang bisa memberikan jawaban pasti ttg masalah ini. satu hal lagi yang perlu diperhatikan, engineer schlumberger tidak semuanya berpengalaman dengan XPT, karena ada beberapa hal yang secara teknis agak berbeda dengan MDT, jadi dipastikan aja right man on the right place. Mereka bisa juga sih diskusi dulu dengan XPT schlumberger champion, ahmed el araby (dulu engineer di vico dan total, sekarang based di europe) kalo CHDT punya resiko yang berbeda, mata bor yang kecil itu gampang patah (betul begitu pak Amir?) dan alat ini kan sebenernya didesain untuk MDT di cased hole salam, Razi On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log. terima kasih sebelumnya -- Salam hangat Shofi -- *** Amir Al Amin Operation/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan
RE: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Rada lupa nih mohon pencerahannya pak kumis, Kalau gak salah Balloning itu kan pembesaran lobang bor karena MW tinggi yg berakibat mud level drop, (seolah2) terjadi mud losses Mohon dikonfirmasi A R I E F B U D I M A N Pertamina - Eksplorasi Sumatra Phone: (021) 350 2150 ext.1782 Mobile : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63 -Original Message- From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, May 03, 2006 11:49 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi Salah dua kelemahan XPT , nggak bisa untuk high temp (150degC). Saya pernah combine dengan PEX nggak masalah, tapi lucunya company man nya takut, karena pressure test berjam-jam sambil bawa2 nuclear source. Akhirnya cabut ke surface dulu untuk unload source. ha..ha..ha..terus apa gunanya ditandem..? betul margin antara LOT dan formation pressurenya tipis. MW ketinggian loss, kerendahan kick. masalah baloning, juga rumit, salah interpretasi bisa berbahaya. tapi biar orang drilling saja yang pusing... :-) kadang2 berhari-hari sirkulasi,baru berani cabut.. padahal masih gain, walaupun ratenya kecil.. On 5/3/06, M Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight 19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual, rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation, akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient. tentunya drilling harus punya data LOT dulu sebelum drilling di section high mudweight ini, biar tau batasan maksimumnya. Saya pernah pakai XPT satu kali, hasilnya cukup bagus meskipun tidak semua tight zone bisa dapat hasil yang valid (success ratio ~ 40% - 50%)tantangan utama kalo pake tools ini (apalagi dilingkungan high MW) adalah membedakan antara valid pressure dan supercharged pressure. sepertinya belum ada satu metodepun yang bisa memberikan jawaban pasti ttg masalah ini. satu hal lagi yang perlu diperhatikan, engineer schlumberger tidak semuanya berpengalaman dengan XPT, karena ada beberapa hal yang secara teknis agak berbeda dengan MDT, jadi dipastikan aja right man on the right place. Mereka bisa juga sih diskusi dulu dengan XPT schlumberger champion, ahmed el araby (dulu engineer di vico dan total, sekarang based di europe) kalo CHDT punya resiko yang berbeda, mata bor yang kecil itu gampang patah (betul begitu pak Amir?) dan alat ini kan sebenernya didesain untuk MDT di cased hole salam, Razi On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam. Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara kasat mata tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya. XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA. Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT. (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.) Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten. Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama. On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan. Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen beton cor coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya, jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud. Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi kondisi di bawah ini: 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone, invaded dan un-invaded zone? 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari 5-5/6 sampai 8.5 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge) adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek tersebut? 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga. 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log.