Re: [iagi-net-l] overbalanced drilling, gimana hasil test nya?{ was Re: [iagi-net-l] Pressure data QC ...

2006-05-02 Terurut Topik Cikko . MAJESTA
Dari data yang diberikan, differensial pressurenya biasa saja / MW ok
(kalau memang benar 800psi), neutron-porosity disebutkan saling mendekati
(berarti tidak crossover ?), calcareous sand, kelihatannya hasil tight di
point tsb valid aja. Hanya build-up pressure nya yg gak tau,apakah ada
indikasi slow build up (low mobility) atau datar saja (dry test). Untuk QC
(drawdown, horner, move up or down untuk coba attempts selanjutnya,
korelasi,etc) saya sih percaya representative / wellsite geo di rig sudah
sangat familiar dengan hal tsb.

Jadi hasil pre-testnya tampak valid (tight), tetapi memang betul bahwa
hasil tight tidak selalu real formasinya tight. Tinggal sekarang pak Frank
diskusikan lagi dengan petrophysicist nya untuk mengetahui properti
reservoir tsb.

Hatur Nuhun,
Cikko Majesta



   
  Nataniel 
   
  Mangiwa To:   iagi-net@iagi.or.id
   
  nataniel.mangiwacc:  
   
  @gmail.com  Subject:  Re: [iagi-net-l] 
overbalanced drilling, gimana hasil test nya?{ was Re:   
[iagi-net-l] Pressure data QC 
...  
  05/02/2006 11:20  
   
  AM
   
  Please respond to 
   
  iagi-net  
   

   

   




bisa saja tight itu valid, bisa juga tidak valid.

yang bikin valid adalah QC kita, kalau kita yakin job RFT test tsb
sudah sesuai prosedur dan kita bisa melakukan drawdown (DD) tetapi
tidak ada pressure yang build-up secara significant maka itu tight.

tight yang tidak valid lebih kepada kondisi hole, misalnya MW yang
ketinggian, DD/pump rate yang kurang variatif, atau bisa juga
kesalahan prosedur korelasi (yg ditembak bukan reservoir a.k.a shale).

tight yang saya temui ada 2 kondisi:
1. baca Hydrostatic Pressure (HP) - DD - ada build up yg relatif
kecil..misalnya kita DD ke 3000psia pressure build upnya hanya akan
sekitar 3000psia juga (beda-beda 100psia +/-). lalu kita DD ke
2500psia begitu juga pressure build up sekitar 2500psia +/- 100psia.
jadi berapapun kita DD dia seolah-olah memberikan reading yg dekat
dengan DD kita. DD 3000psia, 'FP' akan sekitar 3000psia...DD 1000psia,
'FP' juga akan sekitar 1000psia. kondisi begini adalah TIGHT
formation.

2. baca HP- DD - lalu dia menunjukan slow-build up.
untuk beberapa kasus kadang saya yakin bahwa Tight adalah kelas
(kasta) terendah dari Slow Build Up (SBU). bedanya hanya in-term of
time.kalau SBU kita tunggu sekitar 2 jam mungkin kita akan bisa reach
FP, tetapi untuk tight kemungkinan kita akan bisa reach FP sangat
kecil karena waktu yang kita butuhkan untuk sampai ke FP bisa saja let
say 1 hari atau lebih. Tight di sini benar-benar dalam artian ada
mobility tetapi sangat kecil..jadi untuk sampai mampu reading FP yang
sesungguhnya dan meng-equalize FP formation dgn FP hasil reading di
tool akan sangat lama.
Good-Extrapolated-SBU-Tight adalah kedudukan berdasarkan peringkat
waktu kestabilan. Terkadang SBU ada yang bisa kita extrapolated (and
finally will be our valid FP) tetapi kadang SBU ada yang tidak bisa
kita extrapolated. Tight kadang bisa berubah menunjukan trend SBU,
tetapi kadang tight benar-benar tight.Pressure raise but we don't have
any idea at what value they will stop!

Sedangkan untuk pemikiran terhadap overpressure konteksnya adalah
mobility dari formasi.jadi bukan jenis litologi,litologi sand tidak
selalu memiliki mobility tinggi.kalau sand itu tight,walaupun FPnya
Overpressure tetap saja tidak akan terjadi apa-apa dengan well
tersebut asalkan tidak terlalu lama dibiarkan dalam kondisi Open Hole.

Jadi, kesimpulannya 'tight' dari RFT kasus Pak Franc bisa saja valid
dan bisa juga tidak valid.

Salam,
Natan

On 5/1/06, M. Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ikutan komen pak Franc,

 Mengenai analisa cutting itu beneran ada calcareous fragment 

Re: [iagi-net-l] Buku Membumikan Geologi (Jumlah tebatas, miliki segera)

2006-05-02 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Barangkali ada versi pdf dalam CD-Rom? Ruangan saya sdh terlalu penuh dengan 
hardcopy buku2 yg terkumpul selama 40 th.

PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]

- Original Message - 
From: benyamin sembiring [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 02, 2006 9:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Buku Membumikan Geologi (Jumlah tebatas, miliki 
segera)



Pak Soffian, sebagai penulis bapak dapat satu. Kemaren waktu launching
kelupaan. Kalau untuk Pengda Jatim udah saya kasih pak Arif.

Kemana saya kirim bukunya pak.
Mohon alamat yang jelas, atau mau diambil ke Jakarta? kapan ke jakarta?

Beberapa minggu yang lalu ADB ke Jatim, bawa 3 buku,katanya salah satu untuk
pak Ikhsyat, mungkin bapak juga kelupaan atau merasa sudah ambil.

begitu pak


God Bless You

benz

Pada tanggal 5/2/06, Posko Longsor [EMAIL PROTECTED] menulis:


gue pesen satu, mesti bayar berapa nih, mestinya
gratis ya he hehe
Soffian

--- benyamin sembiring [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Salam Sejahtera

 Anggota IAGI dan  Para Penggerak Aktivitas Kebumian
 Yang Terhormat

 Dengan jumlah yang sangat terbatas, IAGI
 mempersembahkan Buku MEMBUMIKAN
 GEOLOGI untuk semua anggota IAGI dan para penggerak
 aktivitas kebumian. Buku
 ini memuat berbagai tulisan dari para penggiat IAGI
 dalam periode 2000-2005
 yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada para
 aktivis, saintis,
 birokrat dll untuk lima tahun perjalanan IAGI.
 Tulisan yang disajikan apa
 adanya.

 Juga memuat berbagai laporan yang sangat fenomenal
 seperti Kasus Buyat, Blok
 Cepu, BGN dll. Buku ini layak anda miliki sebagai
 referensi kedepan untuk
 Membumikan Geologi di Indonesia.

 Keterangan buku :
 Jlh halaman : 444 hal
 Kertas : HVS
 Sampul : berwarna
 Isi bagian dalam : berwarna

 Jika bapak/ibu ingin memiliki buku tersebut bisa
 menghubungi
 Benyamin (08151612082)
 GDA Consultan, Jl Tebet Timur Dalam no 24
 Sutarjo (0811162476)
 IAGI Sekretariat, Jl. Prof Dr Supomo SH no. 10, GD
 Mineral dan Batubara Lt 6
 Jakarta

 Cukup menggantikan harga cetak sebesar Rp. 100.000,-
 + ongkos kirim.
 Untuk Jakarta, ongkos kirim sebesar Rp 20.000
 Untuk luar Jakarta disesuaikan dengan jaraknya

 Biaya cetak dan ongkos kirim bisa dikirim ke :
 No Rek 6000350395
 BCA Soepomo
 an. Benyamin


 Semoga bermanfaat

 Benyamin
 EDITOR

 note :
 Mohon konfirmasi apabila telah melakukan pembayaran
 melalui rekening


 Daftar Isi


 Kata Pengantar
 Dari Editorial
 Daftar Isi


 INDONESIA, GEOLOGI dan IAGI
 IAGI : Militansi, Prioritas dan Logistik (Andang
 Bachtiar)



 1
 IAGI, Bagian Kecil Masyarakat Madani Indonesia
 (Ariadi Subandrio)



 6
 Katak Dalam Tempurung (Rovicky Dwi Putrohari)


.
 10
 Upaya Membumikan Geologi (IAGI Nusra)


..
 13
 Memposisikan IAGI (Andang Bachtiar)



 17
 Sumatra Stratigraphy Workshop (IAGI Pengda Riau)


..
 24
 Sandi  Stratigrafi Indonesia (1999-2005) : Suatu
 Catatan Pendek (Djuhaeni)

..
 29
 Stratigrafi Sulawesi dan Permasalahannya : Diskusi
 Panel (IAGI Pengda
 Sulawesi)
 ...
 33
 Berkaca Cara Ilmiah Pada Majalah Geologi Indonesia
 2002-2005 (Hill Gendoet
 Hartono)
 ... 35
 Membumikan Peranan Geologi di Era Otonomi Daerah
 (Deni Rahayu)


...
 41
 Pembelajaran Geologi dan Presentasi ilmu Bumi (M.
 Syaiful)


..
 46
 IUGS/IGC ke-32 : Laporan Kongres Geologi (se) Dunia
 (Ariadi Subandrio dan
 Sukmandaru Prihatmoko) ... 50
 Sosialisasi bersama IAGI Student Chapter (Munasri)


..
 59
 IAGI  Stakeholder Meeting (Andang Bachtiar)


...
 62
 Menuai Hujatan di Bojonegoro (Ikhsyat Syukur)


..
 65
 Dari Manhattan untuk Indonesia (Ikhsyat Syukur)



Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata

Sedikit meluruskan dari saksi hidup:
TAC plus itu bukan saja boleh melakukan explorasi ke zona yang lebih dalam, 
tetapi juga di luar lapangan minyak (tua) yang sudah ada. Juga tidak bisa 
melakukan produksi EOR di lapangan yang ada (Kawengan, Ledok dsb), karena 
sudah di-carved-out dan tetap dikelola Pertamina.
Selain itu TAC-plus tidak melapor ke Pertamina EP tetapi melapor langsung ke 
BPPKA Pertamina, sama seperti PSC.
Dengan demikian Pertamina EP tidak bisa ikut bersalah dengan sunk cost USD 
400 juta, masalahnya apakah BPPKA pernah menyetujui permintaan cost recovery 
sebesar itu?
Jadi yang disebut TAC plus itu sama presis dengan PSC dengan perbedaan 
split yang berbeda.

Wassalam
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]

- Original Message - 
From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: 
FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...




Yan,

PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena:
1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam
2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing

Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan 
mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala 
macam kegiatan EP mereka.


Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, 
...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) 
sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, 
keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan 
kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias 
Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan 
hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri 
urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor.


Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC 
dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan 
bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, 
penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC 
masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari 
kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja 
kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, 
kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh 
BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel 
yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol 
lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive 
dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang 
meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari 
ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa 
sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat 
lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia.


Salam

ADB
ETTI



- Original Message - 
From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: 
FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...




Mas Andang,
Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina
disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit
untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL.

BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...???

Salam,
YI

On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote:

Pak Vicky,
aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2)
Cepu
karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada
di
industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's
in-charge (legally  operationally) dalam kasus-kasus penguasaan
blok/lapangan migas Indonesia.

Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum
melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa
yang
melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC
Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang

lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya
berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga
ada
wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon
Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.

Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun,
sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam
kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan
semata-mata EMOI.

Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu)
juga
mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik
yang
dikeluarkan untuk 

Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata

Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu:
Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual 
ke pihak asing.
Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil 
memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan 
operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan

Sekian koreksinya.
- Original Message - 
From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: 
FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...




Yan,

PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena:
1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam
2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing

Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan 
mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala 
macam kegiatan EP mereka.


Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb, 
...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?)) 
sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian, 
keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan 
kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias 
Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar akan 
hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri 
urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor.


Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC 
dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan 
bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol, 
penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu PSC-PSC 
masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari 
kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja 
kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb diatas, 
kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh 
BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan personnel 
yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol 
lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive 
dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang 
meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari 
ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa 
sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat 
lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia.


Salam

ADB
ETTI



- Original Message - 
From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: 
FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...




Mas Andang,
Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina
disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit
untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL.

BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...???

Salam,
YI

On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote:

Pak Vicky,
aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2)
Cepu
karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada
di
industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's
in-charge (legally  operationally) dalam kasus-kasus penguasaan
blok/lapangan migas Indonesia.

Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum
melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa
yang
melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC
Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang

lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya
berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga
ada
wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon
Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.

Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun,
sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam
kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan
semata-mata EMOI.

Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu)
juga
mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik
yang
dikeluarkan untuk AMDAL maupun untuk pendekatan-persuasi (ComDev) dll
yang
berkaitan dengan operasi blok tersebut.

Repotnya, kesatuan manajemen TAC yang seperti itu TIDAK DICERITAKAN ke
masyarakat, sehingga seolah-olah hanya EMCL saja yang bergerak di
lapangan,
Pertamina seolah-olah tidak melakukan apapun juga. Dan perkeliruan
persepsi
tersebut dibesar-besarkan sampai ke level politis shg kesannya jadi
lucu:
ada sekumpulan masyarakat yang menolak Pertamina karena selama ini
Pertamina
tidakmelakukan apapun disana, tapi EMCL-lah yang 

Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik yrsnki

  Rekans

  Supaya  tidak terlalu pusing , coba diingat kejadian kejadian yang
didongengkan itu terjadi tahun berapa.
Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi  bisa JADI , dan yang
harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI.

Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh MOI.

Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai
sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw).

 Si-Abah

__



  Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu:
 Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual
 ke pihak asing.
 Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil
 memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan
 operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan
 Sekian koreksinya.
 - Original Message -
 From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re:
 FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...


 Yan,

 PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena:
 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam
 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing

 Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan
 mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala
 macam kegiatan EP mereka.

 Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb,
 ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?))
 sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian,
 keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan
 kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias
 Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar
 akan
 hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri
 urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor.

 Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC
 dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan
 bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol,
 penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu
 PSC-PSC
 masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari
 kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja
 kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb
 diatas,
 kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh
 BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan
 personnel
 yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol
 lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive
 dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang
 meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari
 ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa
 sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat
 lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia.

 Salam

 ADB
 ETTI



 - Original Message -
 From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re:
 FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...


 Mas Andang,
 Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina
 disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit
 untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL.

 BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...???

 Salam,
 YI

 On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote:
 Pak Vicky,
 aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal
 (lagi2)
 Cepu
 karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang
 ada
 di
 industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's
 in-charge (legally  operationally) dalam kasus-kasus penguasaan
 blok/lapangan migas Indonesia.

 Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum
 melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa
 yang
 melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC
 Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun
 yang

 lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak
 hanya
 berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya
 juga
 ada
 wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan
 Exxon
 Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.

 Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun,
 sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam
 kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan
 semata-mata EMOI.

 Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu)
 juga
 mengakui COST yang dikeluarkan oleh management 

Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik Deni Rahayu
sekedar nimbrung
Beberapa bulan ke belakang pun saya sering di ributkan
oleh temen-temen di daerah(kepala daerah) mengenai
kenyataan persepsi bahwa pertamina tidak melakukan
apapun terutama menyangkut COMDEV (terutama
perusahaan2 TAC), padahal kenyataannya bahwa uang yang
digunakan untuk COMDEV tersebut ya uang
pertamina-pertamina jugasaya jadi bingung ada
salah dimana ya kalau ada perkeliruan persepsi di
masyarakat non migas, sementara di kalangan kita
sendiri pun masih ada perkeliruan tersebut, sehingga
sangat wajar apabila masyarakat awam pun melakukan
hal-hal yang menganggu kegiatan migas indonesia
(sosialisasi atau ada hal lain yang menyebab kan ini ?
)

ODEN/DNR
ETTI


--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
   Rekans
 
   Supaya  tidak terlalu pusing , coba diingat
 kejadian kejadian yang
 didongengkan itu terjadi tahun berapa.
 Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi  bisa
 JADI , dan yang
 harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI.
 
 Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara
 cerdik oleh MOI.
 
 Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa
 yang sudah tercapai
 sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi
 Bangsa (cwiiiw).
 
  Si-Abah
 

__
 
 
 
   Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu:
  Dalam kontrak aselinya participation interest
 (equity?) tidak boleh dijual
  ke pihak asing.
  Tetapi terjadi amandement dengan side-letter
 sehingga Ampolex/Mobil Oil
  memperoleh participating interest 49%, bahkan
 kemudian 100% dan
  operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan
 Menteri Pertambangan
  Sekian koreksinya.
  - Original Message -
  From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi?
 ==Re: [iagi-net-l] Re:
  FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...
 
 
  Yan,
 
  PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena:
  1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih
 dalam
  2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship)
 ke pihak asing
 
  Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC
 lain yang mengharuskan
  mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari
 Pertamina untuk segala
  macam kegiatan EP mereka.
 
  Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit
 meng-akses data dsb,
  ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa
 operasi saja tidak boleh(?))
  sebenarnya menurut saya itu adalah masalah
 ketidak-mengertian,
  keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi
 sebagian kalangan
  kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga
 merekla TAC alias
  Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina
 sebagai OWNER sadar
  akan
  hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses,
 memeriksa, dan mencampuri
  urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor.
 
  Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang
 berbeda untuk PSC-PSC
  dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS
 Pertamina). Masalah kelemahan
  bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai
 penguasa, pengontrol,
  penyetuju dan penolak program dan keuangan juga
 terjadi pada waktu
  PSC-PSC
  masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS.
 Hal ini tidak lepas dari
  kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel
 dan sistim kerja
  kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas
 dari kekurangan tsb
  diatas,
  kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang
 telah di-ukir oleh
  BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga
 walaupun dengan
  personnel
  yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?)
 GGER untuk mengontrol
  lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia
 masih terus survive
  dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru
 dan produksi yang
  meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas
 banyak belajar dari
  ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan
 personnel dari masa-masa
  sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol
 PSC kita sekarang dapat
  lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di
 Indonesia.
 
  Salam
 
  ADB
  ETTI
 
 
 
  - Original Message -
  From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi?
 ==Re: [iagi-net-l] Re:
  FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...
 
 
  Mas Andang,
  Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS
 sehingga peran Pertamina
  disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di
 Pertamina aja sangat sulit
  untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi
 oleh EMCL.
 
  BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...???
 
  Salam,
  YI
 
  On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar
 wrote:
  Pak Vicky,
  aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari
 posting sampeyan soal
  (lagi2)
  Cepu
  karena aku ingin menghighlight kenyataan
 bahwa diantara kita yang
  ada
  di
  industri migas Indonesia-pun seringkali salah
 persepsi tentang who's
  in-charge (legally  operationally) dalam
 kasus-kasus penguasaan
  blok/lapangan migas Indonesia.
 
  Ketika sampeyan 

Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik Liamsi
Kalau sair lagunya Titik Puspa   Oh Apa Yang Terjadi Terjadilah , Yang  Ia
Tahu Tuhan Menyayang Umatnya 

ISM


 Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi  bisa JADI , dan yang
 harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI.

 Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh MOI.

 Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai
 sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw).

  Si-Abah

 __



   Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu:
  Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh
dijual
  ke pihak asing.
  Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil
  memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan
  operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan
  Sekian koreksinya.
  - Original Message -
  From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re:
  FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...
 
 
  Yan,
 
  PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena:
  1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam
  2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing
 
  Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan
  mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala
  macam kegiatan EP mereka.
 
  Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb,
  ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?))
  sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian,
  keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan
  kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias
  Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar
  akan
  hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri
  urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor.
 
  Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC
  dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah
kelemahan
  bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai penguasa, pengontrol,
  penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu
  PSC-PSC
  masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari
  kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja
  kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb
  diatas,
  kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh
  BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan
  personnel
  yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) GGER untuk mengontrol
  lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive
  dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang
  meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari
  ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa
  sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat
  lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia.
 
  Salam
 
  ADB
  ETTI
 
 
 
  - Original Message -
  From: Yan Indryanto [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re:
  FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...
 
 
  Mas Andang,
  Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS sehingga peran Pertamina
  disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat
sulit
  untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL.
 
  BTW, ada ga ya contract term TAC PLUS...???
 
  Salam,
  YI
 
  On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote:
  Pak Vicky,
  aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal
  (lagi2)
  Cepu
  karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang
  ada
  di
  industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's
  in-charge (legally  operationally) dalam kasus-kasus penguasaan
  blok/lapangan migas Indonesia.
 
  Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum
  melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa
  yang
  melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC
  Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun
  yang
 
  lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak
  hanya
  berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya
  juga
  ada
  wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan
  Exxon
  Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.
 
  Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun,
  sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu
dalam
  kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan
  semata-mata EMOI.
 
  Implikasi 

[iagi-net-l] Fwd: Seismograph Developement

2006-05-02 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

-- Forwarded message --
From: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Apr 17, 2006 11:11 PM
Subject: Seismograph Developement

Yth IAGI

Saya berminat untuk mempelajari masalah seismograph untuk meriset
kemungkinan pembuatannya di Indonesia.

Untuk itu akan sangat menggembirakan apabila saya dapat kontak pada
personal yang dapat saya hubungi dan bisa memberikan informasi yang
terkait.

note : background saya electronic-engineering.

Terima kasih, bantuan anda sangat saya tunggu.

salam,

Josef B. Dwiyono
Quandra Labs. Indonesia

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik oki musakti
Mungkin karena event peresmian sekolah atau klinik oleh meneer-meneer bule 
(kalau PSC atau TAC) bisa lebih 'nancap' di benak penduduk dan pejabat  lokal 
ketimbang kalau yang melakukan orang-orang awak dari Pertamina.
   
  Saya pernah ikut acara presentasi daerah kerja bersama teman2 BPMigas DPRD 
salah satu kabupaten di Madura. Kebetulan waktu itu ada kontraktor bule yang 
sedang QC seismic, jadi diajak sekalian ke DPRD. Gampang ditebak yang disambut 
meriah dan pertama disalami oleh bapak-bapak pejabat ini ya si meneer ini. Kita 
yang employee cekakak-cekikik aja dibelakang
   
  Cheers
  Oki

Deni Rahayu [EMAIL PROTECTED] wrote:
  sekedar nimbrung
Beberapa bulan ke belakang pun saya sering di ributkan
oleh temen-temen di daerah(kepala daerah) mengenai
kenyataan persepsi bahwa pertamina tidak melakukan
apapun terutama menyangkut COMDEV (terutama
perusahaan2 TAC), padahal kenyataannya bahwa uang yang
digunakan untuk COMDEV tersebut ya uang
pertamina-pertamina jugasaya jadi bingung ada
salah dimana ya kalau ada perkeliruan persepsi di
masyarakat non migas, sementara di kalangan kita
sendiri pun masih ada perkeliruan tersebut, sehingga
sangat wajar apabila masyarakat awam pun melakukan
hal-hal yang menganggu kegiatan migas indonesia
(sosialisasi atau ada hal lain yang menyebab kan ini ?
)

ODEN/DNR
ETTI


--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Rekans
 
 Supaya tidak terlalu pusing , coba diingat
 kejadian kejadian yang
 didongengkan itu terjadi tahun berapa.
 Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi bisa
 JADI , dan yang
 harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI.
 
 Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara
 cerdik oleh MOI.
 
 Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa
 yang sudah tercapai
 sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi
 Bangsa (cwiiiw).
 
 Si-Abah
 

__
 
 
 
 Ada lagi tambahan perbedaan PLUS nya itu:
  Dalam kontrak aselinya participation interest
 (equity?) tidak boleh dijual
  ke pihak asing.
  Tetapi terjadi amandement dengan side-letter
 sehingga Ampolex/Mobil Oil
  memperoleh participating interest 49%, bahkan
 kemudian 100% dan
  operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan
 Menteri Pertambangan
  Sekian koreksinya.
  - Original Message -
  From: Andang Bachtiar 
  To: 
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi?
 ==Re: [iagi-net-l] Re:
  FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...
 
 
  Yan,
 
  PLUSnya waktu itu sebenarnya adalah karena:
  1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih
 dalam
  2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship)
 ke pihak asing
 
  Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC
 lain yang mengharuskan
  mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari
 Pertamina untuk segala
  macam kegiatan EP mereka.
 
  Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit
 meng-akses data dsb,
  ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa
 operasi saja tidak boleh(?))
  sebenarnya menurut saya itu adalah masalah
 ketidak-mengertian,
  keminderan, bahkan mungkin kekeliruan persepsi
 sebagian kalangan
  kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga
 merekla TAC alias
  Contractornya Pertamina, mustinya Pertamina
 sebagai OWNER sadar
  akan
  hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses,
 memeriksa, dan mencampuri
  urusan-urusan operasional EP-nya Kontraktor.
 
  Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang
 berbeda untuk PSC-PSC
  dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS
 Pertamina). Masalah kelemahan
  bargaining, kekurangsadaran atas hak sebagai
 penguasa, pengontrol,
  penyetuju dan penolak program dan keuangan juga
 terjadi pada waktu
  PSC-PSC
  masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS.
 Hal ini tidak lepas dari
  kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel
 dan sistim kerja
  kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas
 dari kekurangan tsb
  diatas,
  kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang
 telah di-ukir oleh
  BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga
 walaupun dengan
  personnel
  yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?)
 GGER untuk mengontrol
  lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia
 masih terus survive
  dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru
 dan produksi yang
  meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas
 banyak belajar dari
  ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan
 personnel dari masa-masa
  sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol
 PSC kita sekarang dapat
  lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di
 Indonesia.
 
  Salam
 
  ADB
  ETTI
 
 
 
  - Original Message -
  From: Yan Indryanto 
  To: 
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi?
 ==Re: [iagi-net-l] Re:
  FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...
 
 
  Mas Andang,
  Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC PLUS
 sehingga peran Pertamina
  disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di
 Pertamina 

[iagi-net-l] Manipulasi persepsi was:Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW: Antara Dr Rizal Mallarangeng Mr Rovicky,...

2006-05-02 Terurut Topik Noor Syarifuddin
Bukannya dulu ada aturan semua hal yang berkaitan dengan kegiatan humas
harus mencantumkan kedua nama dan logo tsb (KPS dan BP Migas)  seingat
saya aturan ini juga berlaku buat KPS...(coba deh liat badgenya aja wajib
pake dua logo khan ...)
Sepintas agak menyebalkan tapi ya gunanya di saat-saat seperti ini: semua
pihak disadarkan bahwa duit yang dipakai itu duit negara juga...

Pas dulu rame-rame pada nyumbang tsunami, dipertanyakan juga itu duitnya
cost recovery atau nggak kalau ternyata duitnya cost recovery juga, ya
alangkah malangnya Indonesia...sudah terkena bencana, nyumbang diri sendiri
dan yang dapat nama para meneer itu.

Jadi mungkin bukan perkeliruan persepsi, tapi sudah manipulasi persepsi yang
dilakukan oleh para meneer dengan bantuan dan fasilitas anak bangsa .:-)

salam,


- Original Message -
From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 02, 2006 5:29 AM
Subject: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==Re: [iagi-net-l] Re: FW:
Antara Dr Rizal Mallarangeng  Mr Rovicky,...


 Pak Vicky,
 aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2)
Cepu
 karena aku ingin menghighlight kenyataan bahwa diantara kita yang ada di
 industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang who's
 in-charge (legally  operationally) dalam kasus-kasus penguasaan
 blok/lapangan migas Indonesia.

 Ketika sampeyan katakan AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum
 melakukan apa-apa sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang
 melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC
 Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang
 lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya
 berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga
ada
 wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon
 Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.

 Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun,
 sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam
 kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan
 semata-mata EMOI.

 Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu) juga
 mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik
yang
 dikeluarkan untuk AMDAL maupun untuk pendekatan-persuasi (ComDev) dll yang
 berkaitan dengan operasi blok tersebut.

 Repotnya, kesatuan manajemen TAC yang seperti itu TIDAK DICERITAKAN ke
 masyarakat, sehingga seolah-olah hanya EMCL saja yang bergerak di
lapangan,
 Pertamina seolah-olah tidak melakukan apapun juga. Dan perkeliruan
persepsi
 tersebut dibesar-besarkan sampai ke level politis shg kesannya jadi lucu:
 ada sekumpulan masyarakat yang menolak Pertamina karena selama ini
Pertamina
 tidakmelakukan apapun disana, tapi EMCL-lah yang melakukannya, bahkan para
 anggota Dewan yang terhormat-pun terkecoh dengan hal tersebut (bahkan di
 kalangan petinggi Migas-pun juga ikut2an seperti itu)... lihat kembali
 rame-nya gonjang-ganjing komentar berbagai kalangan di koran-koran awal
 tahun ini,.. semunya berkomentar atas dasar persepsi yang ter/di-kelirukan
 seperti itu.

 Kalau memang EMOI atau EMCL melakukan semuanya SENDIRIAN, tidak seharusnya
 mereka meminta penggantian uang investasi (COST RECOVERY) yang bahkan
sampai
 300-400 jutaan dollar ke Pertamina (supaya ditanggung bareng atau nanti
 dipotongkan di split minyaknya),... ya sudah, tanggung aja sendiri
duitnya.
 Tapi buktinya!?? Khan mereka mengajukan cost-recovery juga??! Nantinya
 BPMigaslah yang akan jadi benteng terakhir persetujuan cost-recovery
 tersebut. Nah, dalam hal tersebut, nantinya nama entitas legal yang
bergerak
 di Blok Cepu tentunya bukan sekedar Pertamina-EMCL, tapi juga
 BPMigas-Pertamina-EMCL. Apakah pak Awang dkk di BPMigas terima saja kalau
 nanti dikatakan: Pemerintah tidak melakukan apapun juga di Blok Cepu, cuma
 Exxon Mobil-lah yang membangunkan jalan, jembatan, puskesmas, kperasi,
 sekolah dll disana,... tapi BPMigas?? Mana pernah mereka bangun sesuatu di
 sana?? Saya tidak yakin rekan-rekan di BPMigas akan diam saja dengan
 perkeliruan persepsi seperti itu.

 Mudah-mudahan sedikit uneg-uneg saya ini bisa kembali meluruskan kesalahan
 persepsi tersebut (terutama di kalangan kita yang bergerak di oil-gas
 sendiri).


 Salam

 ADB
 ETTI



 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
 =

 Pertamina sendiri mnurutku kalah karena tidak ada persiapan. Kalau
 dilihat di IPA paper tahun 2002 sudah ada tentang AMDAL yg dilakukan
 Mobil OIl, sedang Pertamina belum melakukan apa-apa. Sehingga dari
 sisi ini Pertamina menjadi kalah set dalam mencuri start. Sehingga
 seolah kalah persiapan, bukan kalah karena kurang kemampuan.

 Namun disisi lain EMOI-pun melakukan pendekatan persuasif yg mungkin
 saja tidak mendidik penduduk lokal. Saya mendengar ada pedagang yang
 menjadi malas 

[iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik Shofiyuddin

Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
beton cor
coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg
(from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya,
jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi
kondisi di bawah ini:
1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
invaded dan un-invaded zone?
2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan
mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
5-5/6 sampai 8.5
3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
tersebut?
4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar
bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log.

terima kasih sebelumnya


--
Salam hangat

Shofi


[iagi-net-l] Fwd: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller

2006-05-02 Terurut Topik Paulus Tangke Allo

siapa tahu ada yang bisa bantu?
mungkin bisa hubungi langsung email dibawah.


thanks.

paulus


-- Forwarded message --
From: Minarwan [EMAIL PROTECTED]
Date: 02-May-2006 19:20

-- Forwarded message --
From: Bud McCray [EMAIL PROTECTED]
Date: Apr 29, 2006 3:28 AM
Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller
To: Minarwan [EMAIL PROTECTED]


Minarwan,

Thank you for the reply.

Mr. David lives in Jakarta and had worked for Core Labs.
I know he sometimes works on assignment in the UAE etc.

Last time I spoke with him (4 years ago), he told by he had started work
with another company there.

Hope this is helpful.

Thank you,

Alan

- Original Message -
From: Minarwan [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, April 28, 2006 4:08 AM
Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller


Dear Alan,

I personally don't know David, but perhaps you can give me more
information such as where he worked in Indonesia (company, region, or
else?) and I am going to forward it a mailing list. Who knows if
someone out there knows him.

Regards,
Minarwan

On 26 Apr 2006 22:52:18 -, Mr. Alan McCray [EMAIL PROTECTED]
wrote:

Dear Mr. Minarwan,


Hello,

I am trying to reach Mr. David M. Schiller.

He was doing sedimentology work in Indonesia.

I have lost contact to him.

Can you get a message to him to contact me?

If possible, can you send me his contact details.

Terimakasi banyak


Best Regards,

Mr. Alan McCray


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] Update Merapi 2 Mei 2006 - Kegempaan Berfluktuasi Dalam Jumlah Tinggi

2006-05-02 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Selasa, 02 Mei 2006 - 14:19 WIB
Update Merapi 2 Mei 2006
Kegempaan Berfluktuasi Dalam Jumlah Tinggi

Perkembangan kegiatan G. Merapi hingga Pukul 12.00 siang ini
menunjukkan terjadinya gempa fase banyak (MP) 77 kali dan gempa
guguran terjadi sebanyak 2 kali. Kegempaan masih terus berfluktuasi
dalam jumlah yang tinggi.

Selain itu, kubah lava juga masih terus menunjukkan pengembangan yang
mengindikasikan aktivitas magma yang terus berlangsung. Sementara itu,
data kegempaan yang berhasil direkam pada Senin kemarin menunjukkan
terjadinya gempa vulkanik dangkal (VTB) sebanyak 1 kali, gempa MP 219
kali, gempa guguran 10 kali dan gempa tektonik 2 kali.

Sementara itu, perkembangan deformasi yang dipantau di Kaliurang R2K
tercatat 2,1 cm/hari, dan di R3K 1,0 cm/hari. Sedangkan dari arah
Selatan tidak mengalami pemekaran (R2K merupakan pengukuran dengan
menggunakan alat EDM (Electric Disctance Meter) dari titik reflektor
di lokasi R2 untuk mengetahui jarak pemendekan karena adanya proses
penggelembungan tubuh/lereng G. Merapi).


Masyarakat tetap dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan
bersiap-siap untuk melakukan evakuasi apabila status AWAS diberlakukan
setiap saat. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh dan
lengkap mengenai perkembangan kegiatan G. Merapi dapat melihat pada
situs www.vsi.esdm.go.id.

source: desdm

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Fwd: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller

2006-05-02 Terurut Topik edisonsirodj

Try to contact his email : [EMAIL PROTECTED]




|-+---
| |   Paulus Tangke  |
| |   Allo   |
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   com|
| |   |
| |   03/05/2006 07:46|
| |   AM  |
| |   Please respond  |
| |   to iagi-net |
| |   |
|-+---
  
---|
  | 
  |
  |To:  iagi-net@iagi.or.id 
  |
  |cc:  
  |
  |Subject: [iagi-net-l] Fwd: from Mr. Alan McCray about David M. 
Schiller|
  
---|



siapa tahu ada yang bisa bantu?
mungkin bisa hubungi langsung email dibawah.


thanks.

paulus


-- Forwarded message --
From: Minarwan [EMAIL PROTECTED]
Date: 02-May-2006 19:20

-- Forwarded message --
From: Bud McCray [EMAIL PROTECTED]
Date: Apr 29, 2006 3:28 AM
Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller
To: Minarwan [EMAIL PROTECTED]


Minarwan,

Thank you for the reply.

Mr. David lives in Jakarta and had worked for Core Labs.
I know he sometimes works on assignment in the UAE etc.

Last time I spoke with him (4 years ago), he told by he had started work
with another company there.

Hope this is helpful.

Thank you,

Alan

- Original Message -
From: Minarwan [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, April 28, 2006 4:08 AM
Subject: Re: from Mr. Alan McCray about David M. Schiller


Dear Alan,

I personally don't know David, but perhaps you can give me more
information such as where he worked in Indonesia (company, region, or
else?) and I am going to forward it a mailing list. Who knows if
someone out there knows him.

Regards,
Minarwan

On 26 Apr 2006 22:52:18 -, Mr. Alan McCray [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 Dear Mr. Minarwan,


 Hello,

 I am trying to reach Mr. David M. Schiller.

 He was doing sedimentology work in Indonesia.

 I have lost contact to him.

 Can you get a message to him to contact me?

 If possible, can you send me his contact details.

 Terimakasi banyak


 Best Regards,

 Mr. Alan McCray

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-







-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik Amir Al Amin

Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.

XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA.
Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
(XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)

Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.



On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
beton cor
coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg
(from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya,
jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi
kondisi di bawah ini:
1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
invaded dan un-invaded zone?
2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan
mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
5-5/6 sampai 8.5
3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
tersebut?
4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar
bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log.

terima kasih sebelumnya


--
Salam hangat

Shofi





--
***
Amir Al Amin
Operation/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik Amir Al Amin

sedikit tambahan, seingat saya saja,

Pernah drilling dg MW 2.15sg, formation press 1.30sg..(?).

PT dg MDT berkali-kali, tight terus, akhirnya dicoba digunakan CHDT,
dan setelah mata bornya mencapai 2 inch (tlg koreksi), pressurenya
build up.

Jadi CHDT bisa melewati formasi yang rusak (menjadi tight karena
barite menutupi porosity), akibat ekstrem overbalance. Sayangnya CHDT
mahal banget.



On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.

XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA.
Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
(XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)

Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.



On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
 Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
 beton cor
 coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
 XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
 sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19 ppg
 (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh ya,
 jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
 Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau mempengaruhi
 kondisi di bawah ini:
 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
 invaded dan un-invaded zone?
 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron dan
 mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
 menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
 5-5/6 sampai 8.5
 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
 pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
 adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
 tersebut?
 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya mendengar
 bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
 menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
 saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log.

 terima kasih sebelumnya


 --
 Salam hangat

 Shofi




--
***
Amir Al Amin
Operation/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com





--
***
Amir Al Amin
Operation/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik simonkurniawan

Pak Shofi,
Itu MW = 19 ppg di depth 3800 m mungkin sudah mendekati overburden
pressure.
Takutnya fract-leaking dan total mud loss tiba-tiba.




   
  Amir Al Amin
   
  [EMAIL PROTECTED] To:  iagi-net@iagi.or.id   
 
  ail.com cc:  
   
   Subject: Re: [iagi-net-l] 
Challenging! Drilling dengan  
  03/05/2006 09:49 mudweight tinggi 
   
  AM
   
  Please respond
   
  to iagi-net   
   

   

   



Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.

XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA.
Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
(XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)

Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.



On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
 Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
 beton cor
 coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
 XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
 sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19
ppg
 (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh
ya,
 jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
 Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau
mempengaruhi
 kondisi di bawah ini:
 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
 invaded dan un-invaded zone?
 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron
dan
 mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
 menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
 5-5/6 sampai 8.5
 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
 pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
 adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
 tersebut?
 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya
mendengar
 bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
 menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
 saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log.

 terima kasih sebelumnya


 --
 Salam hangat

 Shofi




--
***
Amir Al Amin
Operation/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-







-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: 

Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik antonprakoso

waahh... pake MW 19.2 ppg trus hasil LOT berapa pak Shofi..?? bakalan
lambat betul drilling-nya...
memang betul subject-nya : challenging!


Regards,


Anton PRAKOSO




  
  [EMAIL PROTECTED] 

  onas.com.my To:  
iagi-net@iagi.or.id  
  cc:   
  
  05/03/2006 10:48 AM Subject: Re: [iagi-net-l] 
Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi 
  Please respond to 
  
  iagi-net  
  

  

  




Pak Shofi,
Itu MW = 19 ppg di depth 3800 m mungkin sudah mendekati overburden
pressure.
Takutnya fract-leaking dan total mud loss tiba-tiba.




  Amir Al Amin

  [EMAIL PROTECTED] To:  iagi-net@iagi.or.id

  ail.com cc:

   Subject: Re: [iagi-net-l]
Challenging! Drilling dengan
  03/05/2006 09:49 mudweight tinggi

  AM

  Please respond

  to iagi-net






Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.

XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA.
Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
(XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)

Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.



On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
 Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
 beton cor
 coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
 XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
 sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19
ppg
 (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh
ya,
 jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
 Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau
mempengaruhi
 kondisi di bawah ini:
 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
 invaded dan un-invaded zone?
 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron
dan
 mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
 menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
 5-5/6 sampai 8.5
 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
 pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
 adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
 tersebut?
 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya
mendengar
 bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
 menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
 saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density log.

 terima kasih sebelumnya


 --
 Salam hangat

 Shofi




--
***
Amir Al Amin
Operation/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: 

Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik M Fakhrur Razi

Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight 
19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual,
rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha
dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation,
akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient.
tentunya drilling harus punya data LOT dulu sebelum drilling di section
high mudweight ini, biar tau batasan maksimumnya.

Saya pernah pakai XPT satu kali, hasilnya cukup bagus meskipun tidak semua
tight zone bisa dapat hasil yang valid (success ratio ~ 40% - 50%)tantangan
utama kalo pake tools ini (apalagi dilingkungan high MW) adalah membedakan
antara valid pressure dan supercharged pressure. sepertinya belum ada satu
metodepun yang bisa memberikan jawaban pasti ttg masalah ini.
satu hal lagi yang perlu diperhatikan, engineer schlumberger tidak semuanya
berpengalaman dengan XPT, karena ada beberapa hal yang secara teknis agak
berbeda dengan MDT, jadi dipastikan aja right man on the right place.
Mereka bisa juga sih diskusi dulu dengan XPT schlumberger champion, ahmed el
araby (dulu engineer di vico dan total, sekarang based di europe)

kalo CHDT punya resiko yang berbeda, mata bor yang kecil itu gampang patah
(betul begitu pak Amir?) dan alat ini kan sebenernya didesain untuk MDT di
cased hole



salam,
Razi



On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:


Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.

XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA.
Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
(XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)

Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.



On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
 Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
 19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
 beton cor
 coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
 XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
 sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19
ppg
 (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh
ya,
 jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
 Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau
mempengaruhi
 kondisi di bawah ini:
 1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
 invaded dan un-invaded zone?
 2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron
dan
 mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
 menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
 5-5/6 sampai 8.5
 3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
 pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
 adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
 tersebut?
 4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya
mendengar
 bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
 menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
 saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
 5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density
log.

 terima kasih sebelumnya


 --
 Salam hangat

 Shofi




--
***
Amir Al Amin
Operation/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik Amir Al Amin

Salah dua kelemahan XPT , nggak bisa untuk high temp (150degC).
Saya pernah combine dengan PEX nggak masalah, tapi lucunya
company man nya takut, karena pressure test berjam-jam
sambil bawa2 nuclear source.

Akhirnya cabut ke surface dulu untuk unload source.
ha..ha..ha..terus apa gunanya ditandem..?

betul margin antara LOT dan formation pressurenya tipis.
MW ketinggian loss, kerendahan kick.

masalah baloning, juga rumit, salah interpretasi
bisa berbahaya. tapi biar orang drilling saja yang pusing... :-)
kadang2 berhari-hari sirkulasi,baru berani cabut..
padahal masih gain, walaupun ratenya kecil..





On 5/3/06, M Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote:

Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight 
19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual,
rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha
dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation,
akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient.
tentunya drilling harus punya data LOT dulu sebelum drilling di section
high mudweight ini, biar tau batasan maksimumnya.

Saya pernah pakai XPT satu kali, hasilnya cukup bagus meskipun tidak semua
tight zone bisa dapat hasil yang valid (success ratio ~ 40% - 50%)tantangan
utama kalo pake tools ini (apalagi dilingkungan high MW) adalah membedakan
antara valid pressure dan supercharged pressure. sepertinya belum ada satu
metodepun yang bisa memberikan jawaban pasti ttg masalah ini.
satu hal lagi yang perlu diperhatikan, engineer schlumberger tidak semuanya
berpengalaman dengan XPT, karena ada beberapa hal yang secara teknis agak
berbeda dengan MDT, jadi dipastikan aja right man on the right place.
Mereka bisa juga sih diskusi dulu dengan XPT schlumberger champion, ahmed el
araby (dulu engineer di vico dan total, sekarang based di europe)

kalo CHDT punya resiko yang berbeda, mata bor yang kecil itu gampang patah
(betul begitu pak Amir?) dan alat ini kan sebenernya didesain untuk MDT di
cased hole



salam,
Razi



On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
 Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
 kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.

 XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan LFA.
 Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
 (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)

 Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
 berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
 Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.



 On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
  Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
  19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
  beton cor
  coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan menggunakan
  XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan angka
  sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19
 ppg
  (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja. Oh
 ya,
  jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
  Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau
 mempengaruhi
  kondisi di bawah ini:
  1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush zone,
  invaded dan un-invaded zone?
  2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density, Neutron
 dan
  mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi kalibrasinya
  menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya dari
  5-5/6 sampai 8.5
  3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
  pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain gauge)
  adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
  tersebut?
  4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya
 mendengar
  bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
  menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar 2cc
  saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
  5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density
 log.
 
  terima kasih sebelumnya
 
 
  --
  Salam hangat
 
  Shofi
 
 


 --
 ***
 Amir Al Amin
 Operation/ Wellsite Geologist
 (62)811592902
 amir13120[at]yahoo.com
 amir.al.amin[at]gmail.com
 

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan 

RE: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

2006-05-02 Terurut Topik Arief Budiman
Rada lupa nih mohon pencerahannya pak kumis,
Kalau gak salah Balloning itu kan pembesaran lobang bor karena MW tinggi yg
berakibat mud level drop, (seolah2) terjadi mud losses

Mohon dikonfirmasi

 
 
A R I E F   B U D I M A N
Pertamina - Eksplorasi Sumatra
Phone: (021) 350 2150 ext.1782
Mobile   : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63


-Original Message-
From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, May 03, 2006 11:49 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi

Salah dua kelemahan XPT , nggak bisa untuk high temp (150degC).
Saya pernah combine dengan PEX nggak masalah, tapi lucunya
company man nya takut, karena pressure test berjam-jam
sambil bawa2 nuclear source.

Akhirnya cabut ke surface dulu untuk unload source.
ha..ha..ha..terus apa gunanya ditandem..?

betul margin antara LOT dan formation pressurenya tipis.
MW ketinggian loss, kerendahan kick.

masalah baloning, juga rumit, salah interpretasi
bisa berbahaya. tapi biar orang drilling saja yang pusing... :-)
kadang2 berhari-hari sirkulasi,baru berani cabut..
padahal masih gain, walaupun ratenya kecil..





On 5/3/06, M Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight 
 19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual,
 rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha
 dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation,
 akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient.
 tentunya drilling harus punya data LOT dulu sebelum drilling di
section
 high mudweight ini, biar tau batasan maksimumnya.

 Saya pernah pakai XPT satu kali, hasilnya cukup bagus meskipun tidak semua
 tight zone bisa dapat hasil yang valid (success ratio ~ 40% -
50%)tantangan
 utama kalo pake tools ini (apalagi dilingkungan high MW) adalah membedakan
 antara valid pressure dan supercharged pressure. sepertinya belum ada satu
 metodepun yang bisa memberikan jawaban pasti ttg masalah ini.
 satu hal lagi yang perlu diperhatikan, engineer schlumberger tidak
semuanya
 berpengalaman dengan XPT, karena ada beberapa hal yang secara teknis agak
 berbeda dengan MDT, jadi dipastikan aja right man on the right place.
 Mereka bisa juga sih diskusi dulu dengan XPT schlumberger champion, ahmed
el
 araby (dulu engineer di vico dan total, sekarang based di europe)

 kalo CHDT punya resiko yang berbeda, mata bor yang kecil itu gampang patah
 (betul begitu pak Amir?) dan alat ini kan sebenernya didesain untuk MDT di
 cased hole



 salam,
 Razi



 On 5/3/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Drilling dg MW 2.0sg sudah dilakukoni Vico dan Total di Mahakam.
  Mudnya tidak 'seekstrim' yang dibayangkan. Memang kental tetapi secara
  kasat mata  tidak terlalu bisa dibedakan dengan mud 1.6sg misalnya.
 
  XPT bagus dan relatif lebih cepat tetapi tidak bisa dicombine dengan
LFA.
  Seingat saya sukses rationya lebih tinggi d/p MDT.
  (XPT pernah dibincangkan kira2 setahun yang lalu di milis ini.)
 
  Soal koreksi log, menggunakan chart yang sama. Problemnya , posisinya
  berada di limit MW nya / 2.0sg, jadi garis2 koreksinya musti dieksten.
  Kalau koreksi pakai komputer, sih nggak masalah toh equationnya sama.
 
 
 
  On 5/3/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan.
   Ada satu sumur yang di bor di Caspian sea yang menggunakan mud weight
   19.2ppg (gak kebayang gimana bentuk fisiknya, mungkin seperti semen
   beton cor
   coran yang masih cair ) dan pengukuran pressure data (dengan
menggunakan
   XPT) menunjukan bahwa formation pressure yang di sand menunjukkan
angka
   sekitar 8k - 11k psi yang kalao di convert ke gradient sekitar 17 - 19
  ppg
   (from mean sea level). Oh ya kedalaman sumur TVD sekitar 3800 m saja.
Oh
  ya,
   jenis mudnya sendiri adalah sintetik oil base mud.
   Nah pertanyaan saya, kira kira apa saja yang berpengaruh atau
  mempengaruhi
   kondisi di bawah ini:
   1. Invasion profile, apakah seperti biasa saja? artinya ada flush
zone,
   invaded dan un-invaded zone?
   2. Log log apa sajakah yang dipengaruhi: GR, Induction, Density,
Neutron
  dan
   mungkin log laen. GR jelas berpengaruh besar karena kondisi
kalibrasinya
   menggunakan mudweight 10 ppg di lubang 8. Oh ya, ukuran lubangnya
dari
   5-5/6 sampai 8.5
   3. Mengenai pressure test, saya lihat di buku panduan, batas maximum
   pembacaan pressure (untuk HP gauge dan mungkin juga untuk strain
gauge)
   adalah sekitar 11k psi. Nah bagaimana validitas pembacaan diatas spek
   tersebut?
   4. Adalah yang pengalaman dengan XPT (Express Pressure Test)? saya
  mendengar
   bahwa tool ini cukup baik untuk formasi formasi yang tight karena
   menggunakan volume drawdown yang lebih kecil, kalo gak salah sekitar
2cc
   saja. Saya coba cari di websitenya schlumberger, belum ketemu juga.
   5. Sekedar info, porositas sandstone sekitar 19 persent dari density
  log.