Re: [iagi-net-l] FW: Sekedar Informasi, mengenali gejala n sifat alam - bumi
Ada banyak laporan mengenai perubahan muka airtanah sebelum dan sesudah gempa.. - Gempa California (Oct-1989, Jun-1992, Nov-1993, Jan-1994, 1995) : fluktuasi muka airtanah hingga 3.2 m. - Gempa di Taiwan 1999 (Chelungpu Fault) : fluktuasi muka airtanah berkurang/bertambah 1 - 11.1 m - Gempa di Kobe, Jepang (Iwajima Island) 1995 : fluktuasi muka airtanah 1- 8 meter, banyak sumur pantau yang menjadi kering. Fenomena ini memang menarik untuk diamati ; Di daerah Teluk Tokyo, disetiap komplek perumahan dipasang satu sumur pantau, sumur ini dilengkapi sensor..apabila terjadi fluktuasi muka airtanah yang `tidak normal` akan membunyikan alarm peringatan untuk segera evakuasi. karena adanya kemungkinan Tsunami datang. Pengamatan data muka airtanah di sumur pantau tepi laut daerah Kamal Muara-Indonesia juga menunjukkan pola fluktuasi muka airtanah yang seirama dengan pola gelombang air laut (tidal wave). Kalau boleh tahu .. berapa kedalaman rata-rata muka airtanah di daerah bapak sebelum gempa? Salam, Fajar (1841) Every nature outcroop..was some clue... Pak Yogi sudah menulis: begini ceritanya, malam sebelum kejadian gempa besar di jogja, di rumah tetangga saya...tepatnya di halamannya, keluar mata air secara tiba2 (bukan pipa pam bocor loh), kalo kejadiannya setelah gempa mungkin ga terlalu aneh, karena beberapa menit setelah gempa, di lantai rumah saya yg retak, keluar mata air (bercampur lumpur) selama 20 menit, kebetulan komplek perumahan saya di daerah baturetno, hanya beberapa kilometer dari sesar opak, mungkin ga mata air tersebut merupakan salah satu tanda? Regards, YOGI PRIYADI Jr. Geologist Handil - Tambora Asset DKS/HTI/GG ext. 2621 __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!) Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak. Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda. Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri tersambung ke Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke Pamanukan, dari Pamanukan ke utara Kep Seribu via NST (North Seribu Trough). Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi Jakarta via splay faults-nya. Artinya, kecil kemungkinan Ciputat-Kota dirambati gempa dari Cimandiri dan Baribis. Andai dirambati pun energinya akan jauh melemah karena selama perambatan itu melalui kerak2 masif yang bisa meredam propagasi energi. Justru Citanduy-Kroya yang harus diwaspadai sejak sekarang, ia adalah pasangan sesar Opak di batas barat indentasi Jawa Tengah. Kalau ada kerak overriding plate di selatan Nusa Kambangan yang sedang dalam stress tinggi dan siap pecah, gayanya bisa terpropagasi ke baratlaut via Citanduy-Kroya Fault yang dextral. Patahan Ciputat-Kota memang perlu diindahkan, tetapi jangan berlebihan. Kita lihat dulu dengan benar peta seismotektonik dan geologi Kuarter wilayah Jakarta, dan kumpulkan data histori gempa di Jakarta. Salam, awang -Original Message- From: Bowo Pangarso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 8:10 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta Rekans, Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam. Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid yang bisa diberikan ke misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang bertanya bakalan ada gempa merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya saya liat diberita ada air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya mirip kayak pertanyaannya pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada? Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar perlu diedukasi (dan perasaan saya kok mengatakan ini salah satu bentuk bakti geologist ke masyarakat ya?), dan kelihatannya geologist kecepatan mengedukasinya kalah sama media massa... soalnya berita di media itu selalu bad news is good news lam salam, Bowo Pada tanggal 6/9/06, Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] menulis: Ass.W.W., Pak Aziz Rifai (AR) dan Rekans Yth., Sebenarnya dalam Newsticker Metro TV nama Geologist-nya disebutkan, yaitu Prof. Dr. SUPARKAH, mestinya yang benar adalah Prof.Dr. SUPARKA (tanpa huruf akhir H), suami ibu yang juga geologist, Prof.Dr. Emmy SUPARKA, Guru Besar dan Dosen di Program Studi Teknik Geologi FIKTM - ITB, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Kemitraan dan Ketua Lembaga
Re: [iagi-net-l] FW: Sekedar Informasi, mengenali gejala n sifat alam - bumi
kemarin saya pagi saya lihat awan seperti itu di balikpapan agak aneh karena cuma ada satu yang menjulang tinggi seperti cendawan sementara di sekitarnya awan tipis dan datar... Dari kemarin sampai siang ini hujan terus di seluruh balikpapan, tidak ada matahari sama sekali semoga saja tidak diikuti gempa.. Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Paulus Tangke | | | Allo| | | [EMAIL PROTECTED]| | | om | | || | | 09/06/2006 08:31 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: [iagi-net-l] FW: Sekedar Informasi, mengenali gejala n sifat alam - bumi| -| ada forward-an dari teman. komentar? --pta -- Forwarded message -- From: Bowo Pangarso [EMAIL PROTECTED] --- Dear All, Hanya sekedar informasi saja, bukan utk membuat issue atau resah loh... :) Khan kita juga perlu tau n belajar ilmu alam / bumi atau belajar akan sifat2 alam dan bumi nya, selain itu juga bagaimana cara utk survive dan mengenali lebih dalam tanda2 gejala alam Ambil info positifnya dari bacaan seorang teman dari milis tetangga ini... Selamat belajar... :) -ika- kemaren pagi tanggal 3 mei jam +/- 6 - 6.30 AM gue ngeliat bentuk awan berdiri tegak lurus vertikal membelah langit...gue pernah baca kalo itu tanda2 dari akan timbulnya gempa bumi...krn gue gak ada camera atau hp camera jadi gue gak bisa mengabadikan bentuk awannya, tapi untung ada salah satu orang dari milist yg gue ikut ngeliat juga dan dia sempet memfoto bentuk awan tersebut...so, ini email salah satu milist-nya...swear gue gak boong, dan bentuk awan yg gue liat sama persis sama orang yg memfoto dari milist tetangga tersebut, dan posisinya juga sama persis yg dia bilang yaitu, dari arah timur...jadi gue cuma ingin menyampaikan aja informasi ini, ya kalo emang ternyata bener2 akan ada gempa setidaknya dengan adanya email ini gue berharap kita semua udah siap2 dan berdoa, dan mempasrahkan diri sama ALLAH SWT...so secepatnya kalo bisa kirim atau beritahu informasi ini ke semua orang yg lo kenal..thanks..mudah2an bermanfaat, kalo ternyata salah gue minta maaf... Keterangan... 1. Gambar yg berwarna adalah awan yg diambil sama orang milist kemaren, dan bentuknya sama persis dengan bentuk awan yg gue liat kemaren pagi. 2. gambar yg Tidak berwarna itu contoh foto awan di jepang sebelum terjadinya gempa bbrp tahun yg lalu. Selasa pagi, 3 Mei 2005 pukul 06.05 WIB Guys, ada fenomena menarik pagi ini, awan tipis dengan posisi hampir tegak lurus di langit arah timur laut. Ada yg sempat memperhatikan gak tadi pagi? ini picnya (See attached file: IMAGE_087.jpg) Kira kira mirip dengan awan yang ada kalau mau ada gempa... Seperti email berikut ini.. CIRI CIRI GEMPA Kemarin di Fuji TV ada acara yang bagus banget tentang gempa. Disitu dijelasin apa penyebab gempa dan apa impact-nya. Bagi yang belum tau, kayaknya informasi kayak gini penting juga untuk diketahui... Gunung mau meletus masih relatif memungkinkan diketahui dari awal Lewat pemantauan aktivitas perut gunung. Angin typhoon mau dateng juga Masih memungkinkan dibaca arahnya dan diukur kecepatannya. Tapi kalo gempa sama sekali nggak bisa diprediksi kapan akan terjadi... Nggak ada penelitian yang bisa sama sekali tepat memprediksi gempa. Itulah makanya gempa itu sangat berbahaya. Tapii biarpun susah diprediksi, ada beberapa fenomena alam yang patut dicermati dan bisa dianggap alert sebagai tanda akan adanya gempa. Niih tanda-tandanya : 1.Mulai sekarang kalo jalan jangan suka nunduk. Liat-liat deh ke langit... Kalau di langit keliatan ada awan yang bentuknya seperti angin tornado atau seperti pohon atau seperti batang.. pokoknya bentuknya berdiri... bisa dibilang itu adalah awan gempa yang biasanya muncul sebelum gempa terjadi. Liat deh gambar yang ada di attachment. Itu foto awan yang muncul di Kobe, Jepang sebelum tragedi gempa besar Kobe 17 Januari '95. Awan yang bentuknya aneh itu
RE: [iagi-net-l] Adakah geoscientist yg tertarik menjadi wartawan metro TV ?
Soal wartawan di metro TV, sebenarnya sudah ada reporter dari Geologi ITB, angkatan 1988 namanya Rully. Parvita H. Siregar DPT-ILX Team Coordinator Vico Indonesia-Jakarta -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 12:33 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Adakah geoscientist yg tertarik menjadi wartawan metro TV ? IPK 'kali ya, bukan IP ? Kalau ujiannya ketat dan sistem penilaiannya benar, IPK 3.0 pun bukan gampang mendapatkannya. Tetapi, anak2 lulusan geologi sekarang ini memang besar2 nilai IPK-nya (umumnya di atas 3.0). Semoga memang ada perbaikan mutu, bukan karena ujian dan penilaiannya yang kurang ketat. Soalnya, banyak kandidat yang pernah saya wawancarai, IPK-nya tinggi2, tetapi sayang tak berkorelasi dengan kemampuannya. Zaman saya mencari lowongan kerja 17 tahun yang lalu, IPK minimal umumnya mesti 2.75. Sekarang sudah naik kan ke 3.00. Bahkan, ada satu company yang minta di atas 3.50. Kalau saya sih tak terlalu percaya dengan nilai berapapun, IPK hanya berguna untuk saringan pertama (untuk membatasi jumlah pelamar), bukan jaminan bahwa ini anak pintar/tidak pintar. Lagipula, IPK rendah bukan harga mati, itu hanya sebatas masa sekolah. Selulus sekolah, terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk belajar - tanpa batas waktu dan nilai2. Kalau IPK-nya 3.75 lalu dia sehabis itu malas gak belajar lagi ? Learn or perish ! Salam, awang -Original Message- From: Arief Budiman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 10:10 AM To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net; [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Adakah geoscientist yg tertarik menjadi wartawan metro TV ? Kaget banget kang, kok Cuma 3.00 minimum IP yg mereka minta? :) A R I E F B U D I M A N Pertamina - Eksplorasi Sumatra Phone: (021) 350 2150 ext.1782 Mobile : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63 -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 7:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Adakah geoscientist yg tertarik menjadi wartawan metro TV ? Saat ini kebutuhan masyarakat akan informasi terus meningkat. Seandainya saja ada lulusan geologi-geofisika yg tertarik menjadi presenter berita di Media ini aku rasa akan bagus utk menyampaikan berita kebumian dengan baik dan benar. Jangan kaget IP min 3.00 RDP INFO LOWONGAN METROTV BERGABUNGLAH UNTUK MENJADI UJUNG TOMBAK PENYAMPAIAN BERITA, DENGAN MENJADI : * PRESENTER BERITA (PB) * PRESENTER PETUALANGAN (PP) * PRESENTER OLAHRAGA (PG) Kualifikasi : * Pendidikan min. S-1 dengan IPK min 3,00 * Usia max. 28 tahun * Mampu berbahasa Inggris lisan/tulisan * Pekerja keras * Untuk presenter Olahraga diutamakan wanita Sertakan : * Surat lamaran dan CV dengan mencantumkan nama dan kode jabatan * Lampirkan foto copy identitas diri dan foto copy ijazah beserta transkip terakhir * Lampirkan foto diri (terbaru) ukuran postcard Berkas lamaran dikirimkan ke : [EMAIL PROTECTED] Paling lambat kami terima tgl 17 Juni 2006. -- How to win the game without breaking the rule -- make the new one ! - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - -- No virus found in this incoming
Re: [iagi-net-l] Tipe merapi meletus: breaking-news
Pak Bpriadi Apa Tipe Gunung Api kita dapat dikelompokan berdasarkan budaya : Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi ... 1. Tipe Macan didalam, wedhus keluar, cocok ya... Marapi diluar Jawa tanpa basi-basi kali yaa, langsung jger 2. Tipe Harimau didalam, harimau keluar Apa alam menyesuaikan dengan budaya manusia atau sebaliknya Heri F Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk -batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi . Macan didalam, wedhus keluar, cocok a... bpriadi yg juga jawa - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, June 08, 2006 3:58 PM Subject: Re: [iagi-net-l] merapi meletus: breaking-news on metro-tv Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk -batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi . bpriadi yg juga jawa __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Benar, lebih baik lagi kalau sebelum memberikan komentar, kita periksa dahulu kondisi sebenarnya di lokasi mata air. Saya punya pengalaman dengan kejadian seperti ini. Ketika itu di Ambon, di rawa-rawa sagu di dalam Kampus Universitas Pattimura, tahun 1993 (?). Saya diberitahu bahwa ada mata air panas di dalam kampus. Pengamatan sekilas memang tampak ada uap putih yang keluar dari rawa . Setelah saya periksa bersama pegawai PLN, ternyata sumber panasnya adalah dari kabel PLN yang tertanam di dalam rawa yang rusak pembungkusnya. Salam, WBS --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!) Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak. Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda. Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri tersambung ke Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke Pamanukan, dari Pamanukan ke utara Kep Seribu via NST (North Seribu Trough). Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi Jakarta via splay faults-nya. Artinya, kecil kemungkinan Ciputat-Kota dirambati gempa dari Cimandiri dan Baribis. Andai dirambati pun energinya akan jauh melemah karena selama perambatan itu melalui kerak2 masif yang bisa meredam propagasi energi. Justru Citanduy-Kroya yang harus diwaspadai sejak sekarang, ia adalah pasangan sesar Opak di batas barat indentasi Jawa Tengah. Kalau ada kerak overriding plate di selatan Nusa Kambangan yang sedang dalam stress tinggi dan siap pecah, gayanya bisa terpropagasi ke baratlaut via Citanduy-Kroya Fault yang dextral. Patahan Ciputat-Kota memang perlu diindahkan, tetapi jangan berlebihan. Kita lihat dulu dengan benar peta seismotektonik dan geologi Kuarter wilayah Jakarta, dan kumpulkan data histori gempa di Jakarta. Salam, awang -Original Message- From: Bowo Pangarso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 8:10 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta Rekans, Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam. Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid yang bisa diberikan ke misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang bertanya bakalan ada gempa merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya saya liat diberita ada air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya mirip kayak pertanyaannya pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada? Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar perlu diedukasi (dan perasaan saya kok mengatakan ini salah satu
RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Pak Awang, Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media. MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih wass, edisonsirodj |-+--- | | Awang Harun| | | Satyana| | | [EMAIL PROTECTED]| | | com| | | | | | 09/06/2006 02:34| | | PM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+--- ---| | | |To: iagi-net@iagi.or.id | |cc: | |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta | ---| Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!) Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak. Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda. Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri tersambung ke Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke Pamanukan, dari Pamanukan ke utara Kep Seribu via NST (North Seribu Trough). Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi Jakarta via splay faults-nya. Artinya, kecil kemungkinan Ciputat-Kota dirambati gempa dari Cimandiri dan Baribis. Andai dirambati pun energinya akan jauh melemah karena selama perambatan itu melalui kerak2 masif yang bisa meredam propagasi energi. Justru Citanduy-Kroya yang harus diwaspadai sejak sekarang, ia adalah pasangan sesar Opak di batas barat indentasi Jawa Tengah. Kalau ada kerak overriding plate di selatan Nusa Kambangan yang sedang dalam stress tinggi dan siap pecah, gayanya bisa terpropagasi
RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Pak Edison, Kalau secara pribadi, saya mengizinkan, sebatas bahwa itu pendapat pribadi. Saya hanya ingin menghimbau kepada para ahli, berhati-hatilah berpendapat tentang sesuatu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Terima kasih. Salam, awang -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Cc: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta Pak Awang, Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media. MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih wass, edisonsirodj |-+--- | | Awang Harun| | | Satyana| | | [EMAIL PROTECTED]| | | com| | | | | | 09/06/2006 02:34| | | PM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+--- ---| | | |To: iagi-net@iagi.or.id | |cc: | |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta | ---| Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!) Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak. Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda. Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri tersambung ke Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke Pamanukan, dari Pamanukan ke utara Kep Seribu via NST (North Seribu Trough). Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi
[iagi-net-l] Fwd: Permintaan peta sesar sekitar Semarang dan Yogya
Ada yg punya lembar peta yg dimaksud nggak ? RDP -- Forwarded message -- From: abdul rochim [EMAIL PROTECTED] Date: Jun 9, 2006 2:54 PM Subject: Permintaan peta sesar sekitar Semarang dan Yogya To: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Yth. Pak Rovicky, Pertama sekali perkenalkan nama saya Abdul Rochim. Saat ini saya sedang meneliti seismisitas di daerah Semarang dan Yogyakarta. Kendala yang ada saya kesulitan mendapatkan gambar peta sesar-sesar di sekitar Semarang dan Yogyakarta. Bersama ini mohon kiranya bapak tidak keberatan untuk memberikan kepada saya, gambar peta sesar-sesar di 2 kota tersebut beserta infonya (dalam bentuk file). Demikian permohonan saya, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Hormat Saya, Abdul Rochim __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com -- How to win the game without breaking the rule -- make the new one ! - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Fwd: Permintaan peta sesar sekitar Semarang dan Yogya
Yang pdf tidak punya, itu lembar peta besar hasil pemetaan bersistem 1 : 100.000 terbitan P3G. Mungkin lebih baik menggunakan peta seismotektonik saja. Coba diminta menghubungi P3G, Bandung. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 2:30 PM To: HAGI-Net; iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Fwd: Permintaan peta sesar sekitar Semarang dan Yogya Ada yg punya lembar peta yg dimaksud nggak ? RDP -- Forwarded message -- From: abdul rochim [EMAIL PROTECTED] Date: Jun 9, 2006 2:54 PM Subject: Permintaan peta sesar sekitar Semarang dan Yogya To: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Yth. Pak Rovicky, Pertama sekali perkenalkan nama saya Abdul Rochim. Saat ini saya sedang meneliti seismisitas di daerah Semarang dan Yogyakarta. Kendala yang ada saya kesulitan mendapatkan gambar peta sesar-sesar di sekitar Semarang dan Yogyakarta. Bersama ini mohon kiranya bapak tidak keberatan untuk memberikan kepada saya, gambar peta sesar-sesar di 2 kota tersebut beserta infonya (dalam bentuk file). Demikian permohonan saya, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Hormat Saya, Abdul Rochim __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com -- How to win the game without breaking the rule -- make the new one ! - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.394 / Virus Database: 268.8.3/359 - Release Date: 6/8/2006 -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.394 / Virus Database: 268.8.3/359 - Release Date: 6/8/2006 - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Lho kan memang jakarta sering gempa..? sebelum gempa jogya kan didahului oleh gempa jakarta..kalau gampangnya berarti memang ada resiko. masalah kuantifikasi resiko...? Kan jogya juga tidak ada yang tahu akan terjadi gempa... yang sempat terlintas..kan jakarta itu sebagian besar berada di atas tanah yang lunak (bukan batuan masif)...apa kerusakan bangunannya makin besar apa makin kecil ya kalau terjadi gempa..? Kalau data harusnya untuk jakarta cukup lengkap karena jakarta kan sudah dari zaman voc terkenal, jadi kalau kejadian luar biasa pasti tercatat.. Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Bowo Pangarso | | | [EMAIL PROTECTED]| | | | | || | | 09/06/2006 09:09 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta| -| Rekans, Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam. Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid yang bisa diberikan ke misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang bertanya bakalan ada gempa merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya saya liat diberita ada air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya mirip kayak pertanyaannya pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada? Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar perlu diedukasi (dan perasaan saya kok mengatakan ini salah satu bentuk bakti geologist ke masyarakat ya?), dan kelihatannya geologist kecepatan mengedukasinya kalah sama media massa... soalnya berita di media itu selalu bad news is good news lam salam, Bowo Pada tanggal 6/9/06, Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] menulis: Ass.W.W., Pak Aziz Rifai (AR) dan Rekans Yth., Sebenarnya dalam Newsticker Metro TV nama Geologist-nya disebutkan, yaitu Prof. Dr. SUPARKAH, mestinya yang benar adalah Prof.Dr. SUPARKA (tanpa huruf akhir H), suami ibu yang juga geologist, Prof.Dr. Emmy SUPARKA, Guru Besar dan Dosen di Program Studi Teknik Geologi FIKTM - ITB, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Kemitraan dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) - ITB. Tentang mataair panas di Gedung Arsip Nasional Jakarta, rasanya saya juga baru dengar. Bagaimana nih, Pak Lambok M. Hutasoit (GL-ITB)dan Pak Abdurrahman Assegaf (GL-USAKTI) yang sering ngubek2 masalah air DKI ?. Wassalam, Yahdi Zaim, Anggota KK Geologi dan Paleontologi Program Studi Teknik Geologi FIKTM - ITB - Original Message - From: Aziz Rifai [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 09, 2006 6:49 AM Subject: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta Semalam baca newsticker di metrotv, Menurut Geolog LIPI (tidak disebutkan namanya), mata air panas tersebut berasosiasi dengan patahan gempa, Mungkin ada diantara iagi-netters yang tahu lebih banyak tentang mata air panas tsb, mohon pencerahannya, Apabila benar berhubungan dengan patahan gempa, sebesar apakah potensi gempa yang ada? Terima kasih sebelumnya dan have a nice weekend Regards, Aziz Rifai - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Mata air panas.. ada yang mendefinisikan sebagai mata air dengan temperatur minimal 15 derajat lebih tinggi dari rata-rata temperatur udara di sekitarnya dan banyak lagi. Tapi saya lebih senang untuk mendefinisikannya dengan menyimpan data temperatur mata air tersebut pada kurva hubungan temperatur udara dengan ketinggian, ketika dia diatas rata-rata maka pastilah mata air ini mendapat pengaruh panas yang bukan hanya dari permukaan saja. Kemunculan `air panas` di Jakarta ini cukup banyak. Yang paling populer mungkin mataair Ciseeng- Parung (selatan Jakarta). Kemunculan yang lain adalah di sumur bor sedalam 250 meter di daerah Tongkol dan Marunda, Jakarta Utara..dan hingga saat ini masih dalam kondisi artesis positif (flowing). Ke arah Selatan..sumur produksi kota Wisata Cibubur pada kisaran kedalaman yang sama mendapatkan airtanah yang sejenis...dan juga masih dalam kondisi artesis positif hingga saat ini. Apakah ini berhubungan dengan mataair panas gedung arsip nasional Jakarta? Hanya data kimia dan pengamatan yang `kontinyu` yang bisa menjawabnya :p Jakarta zona patahan? kalau kita gali archive dari millis ini..sudah banyak bukti mengenai hal ini (bahkan salahsatu anggota millis pernah `memprediksikan` sebagai suatu `oil trap`). Peta publikasi sebaran patahan inipun sudah pernah dipublikasikan oleh Dr. Agus Handoyo dari ITB. Pertanyaannya...seberapa `dekatkah` patahan-patahan ini dari sumber potensial gempa? Mohon pencerahannya... Salam, Fajar (1841) Sedang main-main dengan temperatur bawah permukaan Jakarta __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
RE: [iagi-net-l] wawancara Gatra dg Dr. Nanang T. Puspito
Beberapa klarifikasi/pendapat. Lempeng Indo-Australia tidak seluruhnya lempeng samudra, bisa dibilang samudranya hanya 60 %, 40 %-nya mengusung benua (India, Australia, Papua). Kebetulan saja yang 60 % itu hampir seluruhnya ada di selatan India dan BD Indonesia. Yang selama ini mengganggu kegempaan Sumatra-Jawa memang bagian samudranya ini. Dan, gempa Alor atau Flores bukan akibat lempeng samudra Indian Ocean yang masuk menyusup ke bawah dua pulau ini, tetapi justru akibat Banda oceanic crust yang menyusup di bawah Alor dari sisi utara, atau Flores oceanic crust yang masuk menyusup di bawah Flores dari sisi utara. Saya pikir semua gempa punya prima causa konvergensi lempeng, bukan hanya akibat patahan. Patahan hanya penerus dan penebar gaya saja. Kasus Yogya pun bukan hanya karena Sesar Opak yang tiba2 bergerak. Bagaimana sesar tua seperti Opak tiba2 bergerak kalau tak ada pemicunya. Pemicunya adalah rupture di overriding plate di selatan Yogya akibat konvergensi lempeng Eurasia (prisma akresinya, bukan core-nya lempeng) vs. Indian oceanic plate. Karena rupture terjadi di dekat trace Opak Fault, maka Opak teraktifkan ulang. Saya pikir, sisi selatan Jawa Tengah justru lebih rentan terhadap gempa2 (dangkal) dibandingkan sisi utaranya. Coba dicek histori gempa wilayah Jawa Tengah, saya pikir paruh selatan lebih parah. Kita baru saja melihatnya di Yogya. Dan apa yang terjadi di Yogya bisa terjadi di seluruh wilayah terbuka di Jawa Tengah sejak dari Yogya sampai Cilacap. Kita juga punya pasangan Sesar Opak di barat, yaitu Sesar Citanduy-Kroya, yang tak mustahil akan teraktifkan ulang kalau ada rupture overriding plate di selatan Nusa Kambangan. Jawa Tengah utara hanya ada di ujung barat sesar mendatar besar lainnya (RMKS - Rembang Madura Kangean Sakala Fault). Ini sesar sinistral yang kejadiannya bisa berhubungan dengan collison Australia vs. Timor dan benturan beberapa mikrokontinen di timur Sulawesi. Tetapi collision Australia ke Timor tak banyak menimbulkan rupture saat ini, karena mengikuti efek plumbing, justru gaya equilibrium collision Australia ke Timor sedang diikuti dengan uplift Timor yang terus-menerus. Dengan kata lain, propagasi gaya ke barat ke Jawa Tengah sepanjang RMKS bisa dibilang minimal. Sesar Baribis, dan semua sesar besar lainnya kalau mereka intraplate dan bukan interplate, bergantung kepada posisinya terhadap tepi lempeng terdekat belum tentu teraktifkan ulang. Baribis secara regional memang bisa terhubung ke Kroya-Citanduy, tetapi itu bukan trace sesar yang tegas. Memang membentuk kelurusan, tetapi di beberapa tempa ia mengalami beberapa kali overstep (pindah jalur) dan slip perpindahannya bisa membuka (releasing duplex) atau menutup (restraining duplex). Saya pikir propagasi gaya gempa akan kompleks dalam suatu kompleks sesar yang sering over-step. Sesar Lupar-Adang yang membelah Kalimantan tak kalah besarnya dengan Sumatran Fault, kalau mau diluruskan, ia akan menerus ke Paternoster-Walanae-Sumba Fracture, jelas ia lebih panjang dari Sumatran Fault. Tetapi kita tahu wilayah2 yang dilaluinya relatif sangat stabil jauh dari gempa. Mengapa Lupar-Adang aman, bukan garis kematian ?, karena saat ini ia intra-pate yang juah dari tepi-tepi lempeng aktif. Jadi : garis2 sesar itu tak bisa aktif sendiri tanpa gangguan konvergensi lempeng. Salam, awang -Original Message- From: Prasiddha Hestu Narendra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 1:15 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] wawancara Gatra dg Dr. Nanang T. Puspito Bencana di Sepanjang Garis KETIGANYA tidak terpisahkan. Setiap saat selalu bersentuhan. Dari waktu ke waktu begitu adanya, bahkan sejak bermilyar tahun silam. Harmoni ada di tangan mereka. Begitu gesekan mereka mengeras dan menimbulkan patahan, porak-porandalah permukaan bumi ini. Begitulah perilaku tiga lempeng bumi dunia yang bertautan di sekitar kepulauan Indonesia. Lempeng Indo-Australia membentang di belahan selatan hingga timur berimpitan di Samudra Indonesia dengan Lempeng Eurasia di belahan utara. Masih Indo-Australia, di atas Pulau Papua ia bergesekan dengan Lempeng Pasifik. Sedangkan Eurasia baku sodok dengan Pasifik di utara Halmahera. Ketiganya merupakan bagian dari delapan lempeng utama bumi. Lempeng Indo-Australia dan Pasifik adalah jenis lempeng samudra yang bersifat lentur. Sebaliknya dengan Eurasia. Sebagai lempeng benua, ia kaku. Itu pula yang membuat Indo-Australia dan Pasifik agresif. Keduanya marangsek dan menghunjam masuk ke bawah Eurasia. Istilah geologinya mengalami subsdusi. Gesekan antarlempeng ini berlangsung tanpa jeda. Pergeserannya 3 hingga 7 sentimeter per tahun. Jika ketegangan dan energi keduanya mencapai titik puncak, kata Dr. Ir. Surono, Kepala Sub-Direktorat Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jenderal Geologi-Sumber Daya Mineral, terjadilah patahan lempeng. Itu berarti pelepasan energi. Setelah itu, terjadilah gempa tektonik. Sepanjang
[iagi-net-l] Hubungan sesar dengan kerusakan akibat gempa
Kalau kita punya sesar, apakah jenis sesar dan orientasi strikenya bisa menyebabkan perbedaan efek kerusakan yang berbeda ..? mis : kalau kasus jogya ada sesar mendatar yang kebetulan (agak) tegak lurus Ne-SW dengan kompresi utama (dari selatan ) maka menyebabkan kerusakan yang besar. Bagaimana misalnya sesar mendatar tapi strikenya sejajar dengan arah compresi sekarang ( sesar tua misalnya) , apa akan memberikan tingkat kerusakan yang sama...? misalnya di sumatera..apakah kalau ada gaya dari barat akan memberikan efek yang sama bila gayanya dari utara mengingat strike dari faults sumatera berarah NW-SE. Apa memang yang harus lebih diwaspadai adalah sesar - sesar geser yang tegak lurus dengan arah kompresi /subduksi...? Lalu bagaimana dengan sesar naik / turun dan berbagai orientasi strikenya terhadap gaya kompresi utama yang berlaku, dalam memberikan efek kerusakan...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Prasiddha Hestu | | | Narendra | | | [EMAIL PROTECTED]| | | nusa.com| | || | | 09/06/2006 02:15 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: [iagi-net-l] wawancara Gatra dg Dr. Nanang T. Puspito | -| Bencana di Sepanjang Garis KETIGANYA tidak terpisahkan. Setiap saat selalu bersentuhan. Dari waktu ke waktu begitu adanya, bahkan sejak bermilyar tahun silam. Harmoni ada di tangan mereka. Begitu gesekan mereka mengeras dan menimbulkan patahan, porak-porandalah permukaan bumi ini. Begitulah perilaku tiga lempeng bumi dunia yang bertautan di sekitar kepulauan Indonesia. Lempeng Indo-Australia membentang di belahan selatan hingga timur berimpitan di Samudra Indonesia dengan Lempeng Eurasia di belahan utara. Masih Indo-Australia, di atas Pulau Papua ia bergesekan dengan Lempeng Pasifik. Sedangkan Eurasia baku sodok dengan Pasifik di utara Halmahera. Ketiganya merupakan bagian dari delapan lempeng utama bumi. Lempeng Indo-Australia dan Pasifik adalah jenis lempeng samudra yang bersifat lentur. Sebaliknya dengan Eurasia. Sebagai lempeng benua, ia kaku. Itu pula yang membuat Indo-Australia dan Pasifik agresif. Keduanya marangsek dan menghunjam masuk ke bawah Eurasia. Istilah geologinya mengalami subsdusi. Gesekan antarlempeng ini berlangsung tanpa jeda. Pergeserannya 3 hingga 7 sentimeter per tahun. Jika ketegangan dan energi keduanya mencapai titik puncak, kata Dr. Ir. Surono, Kepala Sub-Direktorat Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jenderal Geologi-Sumber Daya Mineral, terjadilah patahan lempeng. Itu berarti pelepasan energi. Setelah itu, terjadilah gempa tektonik. Sepanjang sejarah, yang paling dahsyat adalah gempa Aceh pada 26 Desember 2004: berkekuatan 9,2 skala Richter. Energi yang dilepaskannya setara 32 gigaton bahan peledak. ''Setara dengan konsumsi energi Amerika Serikat dalam setahun, ujar Dr. Nanang T. Puspito, pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (lihat: Kesetaraan Energi Kekuatan Gempa dengan Kekuatan Bahan Peledak). Karena pusat gempa berada di lautan, daya rusak gempa Aceh makin mengerikan dengan munculnya tsunami. Gelombang raksasa itu tidak hanya melumatkan daratan Nanggroe Aceh Darussalam, dan Nias, juga menyapu pantai di Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India, bahkan di Afrika Timur. Tak kurang dari 300.000 jiwa terenggut. Masih di tahun yang sama, beberapa bulan sebelumnya gempa cukup dahsyat juga melanda Alor, Nusa Tenggara Barat, pada 12 Oktober, dan Nabire, Papua, 6 Februari. Pada gempa berskala 7,5 dan 7 skala Richter ini, tercatat 33 korban jiwa di masing-masing daerah. Adapun gempa sebelumnya yang tak kalah ''greng'' terjadi di Mangole, Maluku Selatan, dengan kekuatan 8,3 skala Richter. Yang terbaru di laut sebelah utara Jayapura, Selasa lalu, dengan kekuatan 5,6 skala Richter. Itu baru gempa akibat lempeng. Ancaman lain muncul dari sesar atau patahan tanah. Kalau lempeng berada di laut dan kedalaman di atas 600 kilometer, maka sesar berada di daratan pada kedalaman kurang dari 20 kilometer. Ada dua
RE: [iagi-net-l] Hubungan sesar dengan kerusakan akibat gempa
Efek merusak karena sesar bergerak. Sesar Opak semula ia normal fault dengan blok turun Bantul dan blok naik Wonosari (lihat lembar peta Yogyakarta susunan Pak Wartono UGM dkk., dan lembar Surakarta susunan Pak Budianto Toha dkk.). Saat gempa Yogya terjadi, focal mechanism di episentrum menunjukkan mekanisme strike-slip. Ia teraktifkan ulang sebagai sesar mendatar yang bergerak dari Jetis-ujung Klaten. Gerakannya ini yang merusak. Andai sesar Opak B-T saya pikir ia tak akan teraktifkan sebagai strike-slip, mungkin malah sesar naik, bergantung kepada vector slip rupture gempa. Begitu pun untuk sesar naik dan normal, jelas strike sesar akan berpengaruh ke mekanisme dan hasil reaktivasinya. Untuk selatan Jawa, saya pikir semua sesar yang utara-selatan/BD-TL/BL-tenggara harus lebih diwaspadai. Salam, awang -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 3:06 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Hubungan sesar dengan kerusakan akibat gempa Kalau kita punya sesar, apakah jenis sesar dan orientasi strikenya bisa menyebabkan perbedaan efek kerusakan yang berbeda ..? mis : kalau kasus jogya ada sesar mendatar yang kebetulan (agak) tegak lurus Ne-SW dengan kompresi utama (dari selatan ) maka menyebabkan kerusakan yang besar. Bagaimana misalnya sesar mendatar tapi strikenya sejajar dengan arah compresi sekarang ( sesar tua misalnya) , apa akan memberikan tingkat kerusakan yang sama...? misalnya di sumatera..apakah kalau ada gaya dari barat akan memberikan efek yang sama bila gayanya dari utara mengingat strike dari faults sumatera berarah NW-SE. Apa memang yang harus lebih diwaspadai adalah sesar - sesar geser yang tegak lurus dengan arah kompresi /subduksi...? Lalu bagaimana dengan sesar naik / turun dan berbagai orientasi strikenya terhadap gaya kompresi utama yang berlaku, dalam memberikan efek kerusakan...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Prasiddha Hestu | | | Narendra | | | [EMAIL PROTECTED]| | | nusa.com| | || | | 09/06/2006 02:15 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: [iagi-net-l] wawancara Gatra dg Dr. Nanang T. Puspito | -| Bencana di Sepanjang Garis KETIGANYA tidak terpisahkan. Setiap saat selalu bersentuhan. Dari waktu ke waktu begitu adanya, bahkan sejak bermilyar tahun silam. Harmoni ada di tangan mereka. Begitu gesekan mereka mengeras dan menimbulkan patahan, porak-porandalah permukaan bumi ini. Begitulah perilaku tiga lempeng bumi dunia yang bertautan di sekitar kepulauan Indonesia. Lempeng Indo-Australia membentang di belahan selatan hingga timur berimpitan di Samudra Indonesia dengan Lempeng Eurasia di belahan utara. Masih Indo-Australia, di atas Pulau Papua ia bergesekan dengan Lempeng Pasifik. Sedangkan Eurasia baku sodok dengan Pasifik di utara Halmahera. Ketiganya merupakan bagian dari delapan lempeng utama bumi. Lempeng Indo-Australia dan Pasifik adalah jenis lempeng samudra yang bersifat lentur. Sebaliknya dengan Eurasia. Sebagai lempeng benua, ia kaku. Itu pula yang membuat Indo-Australia dan Pasifik agresif. Keduanya marangsek dan menghunjam masuk ke bawah Eurasia. Istilah geologinya mengalami subsdusi. Gesekan antarlempeng ini berlangsung tanpa jeda. Pergeserannya 3 hingga 7 sentimeter per tahun. Jika ketegangan dan energi keduanya mencapai titik puncak, kata Dr. Ir. Surono, Kepala Sub-Direktorat Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jenderal Geologi-Sumber Daya Mineral, terjadilah patahan lempeng. Itu berarti pelepasan energi. Setelah itu, terjadilah gempa tektonik. Sepanjang sejarah, yang paling dahsyat adalah gempa Aceh pada 26 Desember 2004: berkekuatan 9,2 skala Richter. Energi yang dilepaskannya setara 32 gigaton bahan peledak. ''Setara dengan konsumsi energi Amerika Serikat dalam setahun, ujar Dr. Nanang T. Puspito, pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (lihat: Kesetaraan Energi Kekuatan Gempa dengan Kekuatan Bahan
Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Maaf mungkin saya tertinggal, sejauh ini yang mengkoordinir berita -berita penyebab bencana geologi siapa ya? Biar jelas sumber alurnya. |-+--- | | OK Taufik | | | [EMAIL PROTECTED]| | | .com | | | | | | 09/06/2006 04:16| | | PM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+--- ---| | | |To: iagi-net@iagi.or.id | |cc: | |Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta | ---| dalam situasi begini, sebaiknya biar saja yg berwenang memberikan klarifikasi..iagi ataupun pribadi bisa memberikan masukan kepada badan geologi setempat, supaya ada koordinasi On 6/9/06, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media. MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih wass, edisonsirodj |-+--- | | Awang Harun| | | Satyana| | | [EMAIL PROTECTED]| | | com| | | | | | 09/06/2006 02:34| | | PM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+--- ---| | | |To: iagi-net@iagi.or.id | |cc: | |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta | ---| Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!) Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak. Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan
RE: [iagi-net-l] wawancara Gatra dg Dr. Nanang T. Puspito
sekedar berandai-andai Yogya ratusan juta tahun yg akan datang... saat ini Yogya berada diatas lapisan erupsi Merapi masa lampau, dimana lapisan tersebut merupakan material Merapi yang halus. Sementara itu terdapat sesar Opak yang berada di dataran rendah di antara dua dataran tinggi Merapi dan Gunung kidul. Sesar ini terus aktif sehingga ikut menggerus lapisan material Merapi tersebut. Penurunan cekunganpun menjadi terus terjadi, sehingga air laut mulai masuk ke cekungan tersebut. Lama-lama teluk terjadi dan semakin luas masuk ke daratan karena adanya penurunan cekungan tersebut. Penurunan cekungan tersebut juga ditunjang adanya lapisan lithosphere dari Indian oceanic crust yg bersubduksi makin steep, sehingga terjadi trench rollback yg menggeser trench ke arah selatan, fore-arc makin turun dan lebar mengakibatkan meluasnya teluk di Yogya. ahhh...maaf ini hanya berandai-andai ratusan juta tahun yang akan datang..tapi bukannya model seperti ini pernah ada ratusan juta tahun yang lalu salam, pr At 03:01 PM 6/9/2006 +0700, you wrote: Beberapa klarifikasi/pendapat. Lempeng Indo-Australia tidak seluruhnya lempeng samudra, bisa dibilang samudranya hanya 60 %, 40 %-nya mengusung benua (India, Australia, Papua). Kebetulan saja yang 60 % itu hampir seluruhnya ada di selatan India dan BD Indonesia. Yang selama ini mengganggu kegempaan Sumatra-Jawa memang bagian samudranya ini. Dan, gempa Alor atau Flores bukan akibat lempeng samudra Indian Ocean yang masuk menyusup ke bawah dua pulau ini, tetapi justru akibat Banda oceanic crust yang menyusup di bawah Alor dari sisi utara, atau Flores oceanic crust yang masuk menyusup di bawah Flores dari sisi utara. Saya pikir semua gempa punya prima causa konvergensi lempeng, bukan hanya akibat patahan. Patahan hanya penerus dan penebar gaya saja. Kasus Yogya pun bukan hanya karena Sesar Opak yang tiba2 bergerak. Bagaimana sesar tua seperti Opak tiba2 bergerak kalau tak ada pemicunya. Pemicunya adalah rupture di overriding plate di selatan Yogya akibat konvergensi lempeng Eurasia (prisma akresinya, bukan core-nya lempeng) vs. Indian oceanic plate. Karena rupture terjadi di dekat trace Opak Fault, maka Opak teraktifkan ulang. Saya pikir, sisi selatan Jawa Tengah justru lebih rentan terhadap gempa2 (dangkal) dibandingkan sisi utaranya. Coba dicek histori gempa wilayah Jawa Tengah, saya pikir paruh selatan lebih parah. Kita baru saja melihatnya di Yogya. Dan apa yang terjadi di Yogya bisa terjadi di seluruh wilayah terbuka di Jawa Tengah sejak dari Yogya sampai Cilacap. Kita juga punya pasangan Sesar Opak di barat, yaitu Sesar Citanduy-Kroya, yang tak mustahil akan teraktifkan ulang kalau ada rupture overriding plate di selatan Nusa Kambangan. Jawa Tengah utara hanya ada di ujung barat sesar mendatar besar lainnya (RMKS - Rembang Madura Kangean Sakala Fault). Ini sesar sinistral yang kejadiannya bisa berhubungan dengan collison Australia vs. Timor dan benturan beberapa mikrokontinen di timur Sulawesi. Tetapi collision Australia ke Timor tak banyak menimbulkan rupture saat ini, karena mengikuti efek plumbing, justru gaya equilibrium collision Australia ke Timor sedang diikuti dengan uplift Timor yang terus-menerus. Dengan kata lain, propagasi gaya ke barat ke Jawa Tengah sepanjang RMKS bisa dibilang minimal. Sesar Baribis, dan semua sesar besar lainnya kalau mereka intraplate dan bukan interplate, bergantung kepada posisinya terhadap tepi lempeng terdekat belum tentu teraktifkan ulang. Baribis secara regional memang bisa terhubung ke Kroya-Citanduy, tetapi itu bukan trace sesar yang tegas. Memang membentuk kelurusan, tetapi di beberapa tempa ia mengalami beberapa kali overstep (pindah jalur) dan slip perpindahannya bisa membuka (releasing duplex) atau menutup (restraining duplex). Saya pikir propagasi gaya gempa akan kompleks dalam suatu kompleks sesar yang sering over-step. Sesar Lupar-Adang yang membelah Kalimantan tak kalah besarnya dengan Sumatran Fault, kalau mau diluruskan, ia akan menerus ke Paternoster-Walanae-Sumba Fracture, jelas ia lebih panjang dari Sumatran Fault. Tetapi kita tahu wilayah2 yang dilaluinya relatif sangat stabil jauh dari gempa. Mengapa Lupar-Adang aman, bukan garis kematian ?, karena saat ini ia intra-pate yang juah dari tepi-tepi lempeng aktif. Jadi : garis2 sesar itu tak bisa aktif sendiri tanpa gangguan konvergensi lempeng. Salam, awang -Original Message- From: Prasiddha Hestu Narendra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 1:15 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] wawancara Gatra dg Dr. Nanang T. Puspito Bencana di Sepanjang Garis KETIGANYA tidak terpisahkan. Setiap saat selalu bersentuhan. Dari waktu ke waktu begitu adanya, bahkan sejak bermilyar tahun silam. Harmoni ada di tangan mereka. Begitu gesekan mereka mengeras dan menimbulkan patahan, porak-porandalah permukaan bumi ini. Begitulah perilaku tiga lempeng bumi
[iagi-net-l] Fwd: Apa peranan ahli kebumian
Ada yg dapat membantu saya menjawab yg ini ? Pertanyaan senada dengan hal ini sering sekali saya terima semenjak gempa-tsunami aceh tahun 2004. Aku rasa IAGI-HAGI sudah saatnya untuk kembali mendekati masyarakat awam. tantangannya tidak mudah dan saya yakin tidak mungkin sendiri-sendiri hanya dengan bersama kita bisa Ya bersama kita bisa RDP -- Forwarded message -- From: Hendra Wahyudi [EMAIL PROTECTED] Date: Jun 9, 2006 11:32 PM Subject: Apa peranan ahli kebumian To: rovicky dwi putrohari [EMAIL PROTECTED] Salam Pak, Gempa bumi sekarang kan lagi naik daun Pak, mulai dari kalangan ahli sampai awam sekalipun banyak memberikan opini tentang gempa. Tapi, yang jadi pertanyaan saya sampai saat ini adalah bagaimana sebenarnya peran ahli kebumian (khususnya ahli tektonik) dalam meminimalisir korban gempa ? selama ini kok kesannya, ahli2 tersebut angkat bicara kalau bencananya sendiri sudah terjadi. Memang di satu sisi apa yang mereka sampaikan adalah usaha untuk memberikan informasi tentang bagaimana kejadian dan mekanisme sebuah gempa. Tapi hanya sebatas itu. Belum ada langkah riil bagaiman untuk meminimalkan angka korbannya, jadi kesannya sia-sia. Semua orang sudah mengetahui kalau gempa bumi merupakan bencana yang sampai saat ini belum dapat diprediksi waktu kejadiannya. Jadi, cuma usaha - usaha peminimalisiran korban saja yang dapat dilakukan. Informasi kalau Indonesia merupakan jalur ring of fire (kecuali, Kalimantan) hanya sekadar opini yang tidak ditindaklanjuti maknanya. Menurut Pak Rovicky, apakah sebenarnya peran atau tugas yang harus dilakukan oleh seorang ahli kebumian dalam kaitan dengan pengabdian kepada masyarakat? Mohon pendapatnya Pak Salam Hendra __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com -- How to win the game without breaking the rule -- make the new one ! - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
[iagi-net-l] Tides, Earthquakes, and Volcanoes
Dibawah sana penelitian pengaruh bulan yg sudah dimulai sejak lama dipublikasikan di majalah Science 2002. Saya rasa memang tidak salah kalau kita harus hari-hati pada saat-saat bulan purnama ataupun bulan mati. Dan saya sudah percaya sejak lama, cuman baru ketemu artikelnya. Pengetahuan ttg pengaruh bulan ini bukan hal yg baru tentunya. Mas Tujuh bisa meneruskannya pula tentunya. RDP Science 19 July 2002: Vol. 297. no. 5580, pp. 348 - 349 Perspectives GEOPHYSICS: Tides, Earthquakes, and Volcanoes Junzo Kasahara* Large earthquakes and volcanic eruptions occur at subduction zones, major faults, volcanoes, and oceanic ridges. They are driven mainly by plate motion, but other factors can also trigger earthquakes and volcanism. For example, tides have long been implicated in their generation, although evidence has been sparse. A recent paper in Geology (1) makes the strongest case yet for tidal forcing of earthquakes and volcanism at mid-ocean ridges. Gravitational forces exerted by the Moon and the Sun cause ocean tides in the ocean and Earth tides in the solid Earth, with diurnal and semidiurnal periods. In and near the ocean, Earth tides and ocean tides are tightly coupled. The elastic strain resulting from Earth tides is extremely small, on the order of 10-8, which seems too small to trigger earthquakes and volcanism (2). Nevertheless, the idea that tides may influence these geophysical events has been discussed since 1930, when an interesting earthquake sequence was observed during an earthquake swarm east of Ito on the Izu Peninsula, central Japan. The Ito swarm was thought to be related to volcanism, although magma was not identified at the time. Nasu et al. (3) observed that for several days, the hourly numbers of earthquakes were higher during low tide than during high tide. They suggested that the swarm was triggered by the ocean tide, but did not offer a convincing triggering mechanism. Very few diurnal or semidiurnal earthquake activities of this kind have been observed during the Ito swarms, although month-long swarms have occurred frequently since 1930. But at least one other example of semidiurnal variation in earthquake swarm activity was detected near Ito in 1978 (4). Analysis of stress due to ocean loading effects suggested a strong influence of ocean tides. A statistical examination of the correlation between tidal force and earthquake activity has shown a slightly higher probability of earthquake occurrence for a normal fault source mechanism (5). The probability is highest for mid-ocean ridge earthquakes. But because of the dearth of examples of diurnal and/or semidiurnal earthquake sequences, tidal effects on earthquakes were not accepted until recently. The eruptions of Miyake-jima, ~180 km south of Tokyo, in 1983 and 2000 proved to be a turning point. In October 1983, earthquake activity started 1.5 hours before a huge eruption, and massive lava flows occurred at Miyake-jima. An ocean bottom seismometer (OBS) deployed nearby on the sea floor recorded numerous earthquakes (2). The eruption began at low tide. For the next 2 weeks, the hourly number of earthquakes showed maxima at either high tide or low tide. Earthquakes activity was strongly correlated with low tide or high tide for several days. Miyake-jima erupted again on 8 July 2000. During this event, the 1.6-km-wide summit region collapsed and subsided to a depth of 500 m. After the summit collapse, five tiltmeters recorded 46 steplike changes accompanying intensive earthquakes; diurnal and/or semidiurnal periodicities were observed in the data (6). Thirty-three of the 46 tilt-steps coincided with maximum or minimum shear strain, which is strongly influenced by ocean tides. Tidal effects on volcanism were also proposed for the Pavlof volcano in Alaska (7), several Hawaiian volcanoes (8), Mount St. Helens (9), and the Mayon volcano (10). The effects of tides on submarine volcanism were not observed until the summer of 1994, when the U.S. Navy Sound Surveillance System (SOSUS) array identified intense earthquake activity around Axial Volcano on the Juan de Fuca Ridge (11). The ridge is located about 400 to 800 km west to southwest off the western coast of North America. The data showed a clear correlation between tidal change and earthquake activities on two occasions (1, 12). Shortly after the beginning of the earthquake activity, an OBS array was deployed at Axial Volcano at 130ºW and 46ºN. On the basis of 402 earthquakes observed over a 2-month period, Tolstoy et al. (1) found a strong correlation between earthquake activity and ocean tides. The correlation between pressure change at the ocean floor caused by the ocean tide and the peaks of seismic activity is extremely good at low tide (see panel A in the figure). Spectral analysis of earthquake activity shows a semidiurnal peak (panel B). Harmonic tremors observed by the OBSs at Axial Volcano also showed semidiurnal
[iagi-net-l] Strong Earth tides can trigger earthquakes, UCLA scientists report
Tulisan ini malah hanya beberap bulan sebelum gempa-tsunami besar Aceh = Strong Earth tides can trigger earthquakes, UCLA scientists report October 22, 2004 - Earthquakes can be triggered by the Earth's tides, UCLA scientists confirmed Oct. 21 in Science Express, the online journal of Science. Earth tides are produced by the gravitational pull of the moon and the sun on the Earth, causing the ocean's waters to slosh, which in turn raise and lower stress on faults roughly twice a day. Scientists have wondered about the effects of Earth tides for more than 100 years. (The research will be published in the print version of Science in November.) Large tides have a significant effect in triggering earthquakes, said Elizabeth Cochran, a UCLA graduate student in Earth and space sciences and lead author of the Science paper. The earthquakes would have happened anyway, but they can be pushed sooner or later by the stress fluctuations of the tides. Scientists have long suspected the tides played a role, but no one has been able to prove that for earthquakes worldwide until now, said John Vidale, UCLA professor of Earth and space sciences, interim director of UCLA's Institute of Geophysics and Planetary Physics, and co-author of the paper. Earthquakes have shown such clear correlations in only a few special settings, such as just below the sea-floor or near volcanoes. There are many mysteries about how earthquakes occur, and this clears up one of them, Vidale said. We find that it takes about the force arising from changing the sea level by a couple of meters of water to noticeably affect the rate of earthquakes. This is a concrete step in understanding what it takes to set off an earthquake. Cochran, Vidale and co-author Sachiko Tanaka are the first researchers to factor in both the phase of the tides and the size of the tides, and are using calculations of the effects of the tides more accurate than were available just three years ago. Tanaka is a seismologist with Japan's National Research Institute for Earth Science and Disaster Prevention. Cochran and Vidale analyzed more than 2,000 earthquakes worldwide, magnitude 5.5 and higher, which struck from 1977 to 2000. They studied earthquakes in subduction zones where one tectonic plate dives under another, such as near the coasts of Alaska, Japan, New Zealand and western South America. These earthquakes show a correlation with tides because along continent edges ocean tides are strong, Vidale said, and the orientation of the fault plane is better known than for faults elsewhere. Cochran conducted a statistical analysis of the earthquakes and tidal stress data, using state-of-the-science tide calculations from Tanaka and the best global earthquake data, which came from Harvard seismologists. This research follows up on a 2002 study by Tanaka. The current research was funded by the National Science Foundation and the Laurence Livermore National Laboratory. Cochran and Vidale found a strong correlation between when earthquakes strike and when tidal stress on fault planes is high, and the likelihood of these results occurring by chance is less than one in 10,000, Cochran said. They found that strong tides impose enough stress on shallow faults to trigger earthquakes. If the tides are very large, more than two meters, three?quarters of the earthquakes occur when tidal stress acts to encourage triggering, she found. Fewer earthquakes are triggered when the tides are smaller. In California, and in fact in most places in the world, the correlation between earthquakes and tides is considerably smaller, Vidale said. In California, tides may vary the rate of earthquakes at most one or two percent; the overall effect of the tides is smaller, he said, because the faults studied are many miles inland from the coast and the tides are not particularly large. University of California - Los Angeles -- How to win the game without breaking the rule -- make the new one ! - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta
Setuju pak Awang... Kita itu selagi belum ada kejadian tidak ada satupun yang omong tapi begitu ada kejadian kesannya kok terus jadi banyak ahli Membaca artikel air panas di gedung arsip itu saya juga ikut menyayangkan kalau memang benar ybs memberikan penjelasan seperti itu. Lho wong bentuk awan saja sekarang bisa bikin panik orang he he he sampai Ferdi yang di Balikpapan juga ikut takut. salam, - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 09, 2006 9:22 AM Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta Pak Edison, Kalau secara pribadi, saya mengizinkan, sebatas bahwa itu pendapat pribadi. Saya hanya ingin menghimbau kepada para ahli, berhati-hatilah berpendapat tentang sesuatu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Terima kasih. Salam, awang -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Cc: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta Pak Awang, Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media. MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih wass, edisonsirodj |-+--- | | Awang Harun| | | Satyana| | | [EMAIL PROTECTED]| | | com| | | | | | 09/06/2006 02:34| | | PM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+--- --- | | | |To: iagi-net@iagi.or.id | |cc: | |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta | --- | Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!) Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak. Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda. Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir
Re: [iagi-net-l] Strong Earth tides can trigger earthquakes, UCLA scientists report
Quote: ... the overall effect of the tides is smaller, he said, because the faults studied are many miles inland from the coast and the tides are not particularly large Di sepanjang Java trench, tidal range tampaknya cukup kecil, di barat Sumatera 1 m, dan semakin membesar ke arah timur. Di selatan Jawa sekitar 1 m, dan di selatan Nusa Tenggara 2 m (tampaknya geomteris benua Australia sangat mempengaruhi ketinggian pasang-surut di kawasan ini). Meskipun kisaran pasang-surut tersebut kecil hingga menengah, namun ditakdirkan sebagai negara kepulauan, apa boleh buat bisa jadi akhirnya memang punya pengaruh besar terhadap kegempaan. Saya bayangkan, mestinya bisa dilakukan pengukuran/eksperimen untuk menghitung efek pasang-surut tersebut terhadap dinamika sesar. Karena pasang-surut adalah sesuatu yang reguler, di Indonesia terjadi 2 kali sehari, jadi mungkin bisa dihitung respon blok sesar terhadapnya dan berapa lama akumulasi gaya tersebut disimpan sebelum mencapai titik rupture-nya. Nanti tinggal ditambahkan saja gaya kompresi akibat subduksi lempeng.. Mudah-mudahan bisa dilakukan prediksi kegempaan dari situ. udin,- Rovicky Dwi Putrohari wrote: Tulisan ini malah hanya beberap bulan sebelum gempa-tsunami besar Aceh = Strong Earth tides can trigger earthquakes, UCLA scientists report October 22, 2004 - Earthquakes can be triggered by the Earth's tides, UCLA scientists confirmed Oct. 21 in Science Express, the online journal of Science. Earth tides are produced by the gravitational pull of the moon and the sun on the Earth, causing the ocean's waters to slosh, which in turn raise and lower stress on faults roughly twice a day. Scientists have wondered about the effects of Earth tides for more than 100 years. (The research will be published in the print version of Science in November.) Large tides have a significant effect in triggering earthquakes, said Elizabeth Cochran, a UCLA graduate student in Earth and space sciences and lead author of the Science paper. The earthquakes would have happened anyway, but they can be pushed sooner or later by the stress fluctuations of the tides. Scientists have long suspected the tides played a role, but no one has been able to prove that for earthquakes worldwide until now, said John Vidale, UCLA professor of Earth and space sciences, interim director of UCLA's Institute of Geophysics and Planetary Physics, and co-author of the paper. Earthquakes have shown such clear correlations in only a few special settings, such as just below the sea-floor or near volcanoes. There are many mysteries about how earthquakes occur, and this clears up one of them, Vidale said. We find that it takes about the force arising from changing the sea level by a couple of meters of water to noticeably affect the rate of earthquakes. This is a concrete step in understanding what it takes to set off an earthquake. Cochran, Vidale and co-author Sachiko Tanaka are the first researchers to factor in both the phase of the tides and the size of the tides, and are using calculations of the effects of the tides more accurate than were available just three years ago. Tanaka is a seismologist with Japan's National Research Institute for Earth Science and Disaster Prevention. Cochran and Vidale analyzed more than 2,000 earthquakes worldwide, magnitude 5.5 and higher, which struck from 1977 to 2000. They studied earthquakes in subduction zones where one tectonic plate dives under another, such as near the coasts of Alaska, Japan, New Zealand and western South America. These earthquakes show a correlation with tides because along continent edges ocean tides are strong, Vidale said, and the orientation of the fault plane is better known than for faults elsewhere. Cochran conducted a statistical analysis of the earthquakes and tidal stress data, using state-of-the-science tide calculations from Tanaka and the best global earthquake data, which came from Harvard seismologists. This research follows up on a 2002 study by Tanaka. The current research was funded by the National Science Foundation and the Laurence Livermore National Laboratory. Cochran and Vidale found a strong correlation between when earthquakes strike and when tidal stress on fault planes is high, and the likelihood of these results occurring by chance is less than one in 10,000, Cochran said. They found that strong tides impose enough stress on shallow faults to trigger earthquakes. If the tides are very large, more than two meters, three?quarters of the earthquakes occur when tidal stress acts to encourage triggering, she found. Fewer earthquakes are triggered when the tides are smaller. In California, and in fact in most places in the world, the correlation between earthquakes and tides is considerably smaller, Vidale said. In California, tides may vary the rate of earthquakes at most one or two percent; the overall effect of the tides is smaller, he said, because the faults studied are many miles inland
Re: [iagi-net-l] merapi meletus: breaking-news on metro-tv
Ass.W.w., Hilman dan Rekans, Saya mau menambah ludrukannya BPriadi (Pempem), sekalian ramalannya paranormal Permadi tentang hiruk-pikuk Gempa Yogya, Merapi yang alon2 asal kelakon dan ramainya tentang betapa hebatnya apa yang akan terjadi jika Jakarta terkena bencana gempa plus tsunami, atau kalemnya mBah Marijan yang sukup sakti (?). Begini ceritanya (tentunya jangan gunakan pikiran naluri geologist dan geophisist lho membaca uraian saya ini, lha wong ini juga untuk ludrukan kok). Di Indonesia ini, hanya ada tiga wilayah dengan status pemerintah daerah sebagai daerah khusus dan istimewa, yaitu (dari ujung utara-barat ke timut) : Daerah Istimewa Nangro Aceh Darussalam (DINAD), Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jaya) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) . Dari urutan peristiwa alam yang telah dan sedang berlangsung, diawali dari DINAD (gempa dan tsunami-sudah terjadi), kemudian kini giliran DIY, yang sedang berlangsung Merapi dan gempa. Lha, ini rasanya menyalahi kaidah keselarasan, kok ya DKI Jaya dilewati begitu saja, dari DINAD langsung ke DIY ? Lha kalau memang peristiwa alam ini sejatinya ditujukan pada daerah yang berpemerintahan khusus dan istimewa, ya DKI Jaya sedang menunggu giliran. Wassalam, Yahdi Zaim - Original Message - From: hilman sobir [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, June 08, 2006 6:26 PM Subject: Re: [iagi-net-l] merapi meletus: breaking-news on metro-tv hehe..alon alon asal kelakon..kali yah..tapi nakutin juga.. hilman --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk -batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi . bpriadi yg juga jawa Hati-hati dalam me-release berita. Yang terjadi adalah luncuran awan panas dari guguran lava pijar, bukan letusan dalam arti yang sesungguhnya, dan pagi ini (sekitar jam 9.00) memang mencapai jarak lebih 4 km berarti guguran lava pijarnya cukup besar. Sekali lagi Merapi BELUM MELETUS. Salam, Yatno - Original Message - From: mohammad syaiful [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, June 07, 2006 7:43 PM Subject: [iagi-net-l] merapi meletus: breaking-news on metro-tv monitor metro-tv, merapi sedang meletus. wartawan metro-tv (edward ar) sambil terengah-engah, berkomunikasi dg penyiar dlm breaking-news. sekarang! salam, syaiful -- Mohammad Syaiful - Explorationist Mobile: 62-812-9372808 Email: [EMAIL PROTECTED] Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Head Office: Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140 Email: [EMAIL PROTECTED] No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.394 / Virus Database: 268.8.3/358 - Release Date: 6/7/2006 - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL
RE: [iagi-net-l] Tipe merapi meletus: breaking-news
Lho, kenyataannya mentang2 di Tasik waktu Galunggung meletus juga di kredit sampai 6 bulan. Ha... ha.. ha.. Regards/Salam, Md Johaness Djuharlan PT Freeport Indonesia Tembagapura 99930 Phone: +62-901-417491, +62-901-352-090 Mobile: +62-812-338-7176 -Original Message- From: heri ferius [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 09, 2006 4:01 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Tipe merapi meletus: breaking-news Pak Bpriadi Apa Tipe Gunung Api kita dapat dikelompokan berdasarkan budaya : Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi ... 1. Tipe Macan didalam, wedhus keluar, cocok ya... Marapi diluar Jawa tanpa basi-basi kali yaa, langsung jger 2. Tipe Harimau didalam, harimau keluar Apa alam menyesuaikan dengan budaya manusia atau sebaliknya Heri F Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk -batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi . Macan didalam, wedhus keluar, cocok a... bpriadi yg juga jawa - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, June 08, 2006 3:58 PM Subject: Re: [iagi-net-l] merapi meletus: breaking-news on metro-tv Merapi ini sepertinya punya karakter orang Jawa ya? Mau meletus saja ndak langsung jlegerrr, tapi kalem, slow, tidak buru-buru. Batuk-batuk dikit, tlelar-tleler lavanya lalu diem,... batuk -batuk lagi, tlelar-tleler diem lagi . bpriadi yg juga jawa __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -