Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik noor syarifuddin
kalau baca ini:
.akan disponsori oleh IPA Student Program

artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


salam,


- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. 
Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam
Delta?

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kenapa Ombilin basin yah?



- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 12:05:42 PM
Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya.

Trims ya.



Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia





Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.



From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM
To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology
ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus
(Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad Agus Karmadi
(Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/ Agus Guntoro (Geology
Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang Triwibowo (Geology UPN
Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari Fithrah (Geology ITM)
Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1
Importance: High





Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir,



Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan geologi di seluruh
Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin, Central Sumatra, yang
akan disponsori oleh IPA Student Program.  Kegiatan ini akan berlangsung
sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di lapangan.  Thesis akan
menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi di wilayah Ombilin
Basin dengan melakukan banyak measuring section di outcrop2 Ombilin
Basin. 



Syarat:

- Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan geologi (surat
keterangan dari jurusan masing-masing)

- Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip Nilai Akademik yang
dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi dan sedimentologi
minimal B)

- Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta dalam project ini
(bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat yang dapat dikontak
oleh IPA.

- Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga mencakup
synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin lengkap dengan
referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4 (bahasa inggris)

- Membuat rencana/time table dari project (misalnya lamanya pengumpulan
data awal, studi literatur, studi regional-lapangan-penulisan
laporan-kolokium-sidang), dibuat di Microsoft Excel.  Mahasiswa
diharuskan untuk dapat menyelesaikan thesis ini selambat-lambatnya
pertengahan tahun 2008 dan tercantum di dalam time table project
(tentunya yang bisa lebih cepat akan mendapatkan point lebih dalam
seleksi!)

- Mencantumkan nama pembimbing yang bersedia membimbing dan berdedikasi
untuk selesainya thesis ini dalam waktu yang singkat.



KEKURANGAN PERSYARATAN AKAN LANGSUNG DIDISKWALIFIKASI



Para peserta yang lulus seleksi akan dilanjutkan dengan interview pada
minggu ke-2 April 2007.  



Pemenang akan mendapatkan:

- Kesempatan thesis dengan akomodasi dan transportasi ke Sumatra Tengah,
ditanggung sepenuhnya oleh IPA.

- Kesempatan untuk oral maupun poster session di IPA dan/atau SEAPEX
(Singapore)- biaya akomodasi, transportasi dan uang saku disponsor oleh
IPA/SEAPEX.



Persyaratan harap dikirimkan selambat-lambatnya hari Jum'at, 23 Maret
2007 (sampai di meja IPA) ke:



INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION

Wisma Kyoei Prince, 17th Floor, Suite 1701

Jln. Jendral Sudirman Kav. 3, 

RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Herman.Darman
Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. 
Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi.

Herman

-Original Message-
From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 15:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu
persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K)
sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal
penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah
dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan
ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak
sponsornya.

Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat
berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas
serta asosiasi profesi terkait.

Terima kasih dan salam

TAM

--- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya
 mahasiswa dari universitas tertentu saja yang
 mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? 
 
 Salam,
 Herry
 
 
 - Original Message 
 From: Parvita Siregar
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM
 Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study
 opportunity_v1
 
 
 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon
 geologist soalnya.
 
 Trims ya.
 
 
 
 Parvita H. Siregar
 
 Salamander Energy
 
 Jakarta-Indonesia
 
 
 
 
 
 Disclaimer:  This email (including any attachments
 to it) is
 confidential and is sent for the personal attention
 of the intended
 recipient only and may contain information that is
 privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have
 received this email
 in error, please advise us immediately and delete
 it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or
 taking any action in
 reliance on the contents of this information is
 strictly prohibited.
 
 
 
 From: Audrey Sahertian
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM
 To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto;
 Dardji Noeradi (Geology
 ITB); A.M. Imran (Geology Un Has);
 [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus
 (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad
 Agus Karmadi
 (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/
 Agus Guntoro (Geology
 Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang
 Triwibowo (Geology UPN
 Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari
 Fithrah (Geology ITM)
 Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1
 Importance: High
 
 
 
 
 
 Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir,
 
 
 
 Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan
 geologi di seluruh
 Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin,
 Central Sumatra, yang
 akan disponsori oleh IPA Student Program.  Kegiatan
 ini akan berlangsung
 sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di
 lapangan.  Thesis akan
 menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi
 di wilayah Ombilin
 Basin dengan melakukan banyak measuring section di
 outcrop2 Ombilin
 Basin. 
 
 
 
 Syarat:
 
 - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan
 geologi (surat
 keterangan dari jurusan masing-masing)
 
 - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip
 Nilai Akademik yang
 dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi
 dan sedimentologi
 minimal B)
 
 - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta
 dalam project ini
 (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat
 yang dapat dikontak
 oleh IPA.
 
 - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga
 mencakup
 synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin
 lengkap dengan
 referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4
 (bahasa inggris)
 
 - Membuat rencana/time table dari project (misalnya
 lamanya pengumpulan
 data awal, studi literatur, studi
 regional-lapangan-penulisan
 laporan-kolokium-sidang), dibuat di Microsoft Excel.
  Mahasiswa
 diharuskan untuk dapat menyelesaikan thesis ini
 selambat-lambatnya
 pertengahan tahun 2008 dan tercantum di dalam time
 table project
 (tentunya yang bisa lebih cepat akan mendapatkan
 point lebih dalam
 seleksi!)
 
 - Mencantumkan nama pembimbing yang bersedia
 membimbing dan berdedikasi
 untuk selesainya thesis ini dalam waktu yang
 singkat.
 
 
 
 KEKURANGAN PERSYARATAN AKAN LANGSUNG
 DIDISKWALIFIKASI
 
 
 
 Para peserta yang lulus seleksi akan dilanjutkan
 dengan interview pada
 minggu ke-2 April 2007.  
 
 
 
 Pemenang akan mendapatkan:
 
 - Kesempatan thesis dengan akomodasi dan
 transportasi ke Sumatra Tengah,
 ditanggung sepenuhnya oleh IPA.
 
 - Kesempatan untuk oral maupun poster session di IPA
 dan/atau SEAPEX
 (Singapore)- biaya akomodasi, transportasi dan uang
 saku disponsor oleh
 IPA/SEAPEX.
 
 
 
 Persyaratan harap dikirimkan selambat-lambatnya hari
 Jum'at, 23 Maret
 2007 (sampai di meja IPA) ke:
 
 
 
 INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION
 
 Wisma Kyoei Prince, 17th Floor, Suite 1701
 
 Jln. Jendral Sudirman Kav. 3, Jakarta 10220 -
 Indonesia
 
 PO. Box 1275/JKP/10012
 
 
 
 Di ujung diri atas 

[iagi-net-l] Mudvocano di Brunei karena kesalahan Pemboran Shell?

2007-02-26 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan 
sebagai berikut:


Mark Tingay, a geologist at the University
of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
has a striking similarity to drilling-induced
eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
(M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
2005). There, deeply buried fluids under high
pressure rose to a shallower rock formation that
they then fractured, thus eventually reaching the
surface. The event also showed the pattern of
loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
of which were kilometres from the drilling site.
In the Brunei case, Shell, the company responsible
for the drilling, has documented the expulsion
and its efforts to alleviate the situation. The
flow took more than 20 years and more than 20
relief wells to quell, says Tingay. The similarities
all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus 
pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per 
e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 
500 KB

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007


To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Herman.Darman
Pak Koesoema,

Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria 
field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk 
mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi 
ke beberapa sumur. 
Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 
162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot 
of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.

Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan 
papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.

Salam,

Herman


-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 10:32
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan 
sebagai berikut:

Mark Tingay, a geologist at the University
of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
has a striking similarity to drilling-induced
eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
(M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
2005). There, deeply buried fluids under high
pressure rose to a shallower rock formation that
they then fractured, thus eventually reaching the
surface. The event also showed the pattern of
loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
of which were kilometres from the drilling site.
In the Brunei case, Shell, the company responsible
for the drilling, has documented the expulsion
and its efforts to alleviate the situation. The
flow took more than 20 years and more than 20
relief wells to quell, says Tingay. The similarities
all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus 
pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per 
e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 
KB
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition,
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] HP/HT drilling di deltaic system

2007-02-26 Terurut Topik Herman.Darman
Rekan-rekan,

Saya ingin tanya apakah ada yang punya pengalaman dengan High Pressure / High 
Temperature drilling di Kalimantan Timur?
boleh tanya maximum depth yang pernah di bor di sana, maximum pressure yang 
pernah diukur, dan kalau ada berapa drilling cost untuk sumur-sumur baru.
Salam,

Herman Darman



[iagi-net-l] Selamat dan Sukses Pekan PERHIMAGI di JOGJA

2007-02-26 Terurut Topik Agus Hendratno
Informasi saja...

Mulai hari ini tadi ada event kegeologian di Jogjakarta bagi mahasiswa geologi 
se Indonesia melalui perwakilan himpunannya. Total mahasiswa geologi yang 
terlibat dalam pekan Perhimagi tersebut mencapai 100 mahasiswa yang mewakili 15 
HM dari kampus-kampus yang ada Prodi Geologi-nya (Jogja, Bandung, Bogor, 
Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar). 
Hari pertama ada pencerahan geologi masa depan bagi rakyat Indonesia dari 
Pengda IAGI Yogyakarta di Aula Kampus FTM UPN Veteran, oleh : Ibu Sari 
Bahagiarti, Ibu Amara, Ibu Sri Mulyaningsih dan Bp. Arifudin Idrus. Acara 
tersebut dibuka oleh Wakil Gubernur DIY : Sri Paku Alam IX. Kawan-kawan yang 
geologist tadi telah memberikan dorongan kepada mahasiswa geologi melalui hm-hm 
untuk aktif dalam menyebar-luaskan pengetahuan umum kegeologian  bagi 
masyarakat dimana saja berkiprah sebagai bentuk sosialisasi geologi, juga 
terkait dengan mitigasi bencana geologi yang melibatkan semua unsur elemen 
masyarakat, (termasuk hm-hm).
Sorenya : kunjungan ke kampus Geologi UPN, STTNAS, Akprind, dan UGM. 
Besok, dilanjutkan acaranya di Wisma Gadjah Mada, Kaliurang untuk Munas 
organisasi, presentasi karya ilmiah, dan juga bergeowisata. Besoknya lagi, akan 
fieldtrip geologi ke Cepu, yang akan dipandu oleh Bp. Yohanes dari PPT Migas 
Cepu. 
Saya kira ini salah satu event kegeologian (walaupun di-create oleh hm-hm) 
melalui Perhimagi yang sangat potensial mengembangan bentuk-bentuk networking 
dan komunikasi diantara mereka. 
Dukungan kegiatan ini mengalir dari berbagai pihak, khususnya dari PP-IAGI, 
Pengda IAGI, juga disponsori oleh : BPC, Vico, Arutmin, Toyota Astra, EMP 
Malaka, CNOOC dan PetroChina. 
Selamat dan sukses untuk Perhimagi..., terima kasih PP-IAGI dll...yang 
mendukung...

Mas Benz, silahkan kalau mau dipublish di Berita IAGI.

Salam, 
Agus Hendratno / pengda iagi yogyakarta





 

Get your own web address.  
Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.
http://smallbusiness.yahoo.com/domains/?p=BESTDEAL

Re: [iagi-net-l] Fwd: Press release T. Geologi UGM mengenai penelitian gempa Bantul

2007-02-26 Terurut Topik Agus Hendratno
wah, kita terus berkampanye untuk apapun medianya. Kita di jogja sudah melatih 
beberapa mahasiswa untuk menjadi penyuluh-penyuluh bencana secara umum. 
Beberapa poster juga sudah ada dan distribusikan ke kampung-kampung. Cuma, ada 
plus dan minusnya. Kita terus mencari format-format pembelajaran masyarakat 
yang di daerah rawan bencana. 
Mengkampanyekan geologi bagi wong cilik di daerah rawan bencana itu sungguh 
berat, kita ibarat bilangan 1 dibagi 0 atau 1/0 = tak terhingga. 1 (satu) 
adalah Tuhan, sebagai bentuk sumber ilmu dan pengetahuan (termasuk ilmu geologi 
yang belajar di atas bumi ini), sumbernya 1. Nol (0) adalah niatan kita harus 
bersih, jujur, saintifik, tanpa pamrih, untuk menceritakan pengetahuan 
kegeologian kita secara populer kepada wong-wong cilik (yang miskin karena 
ekonomi terus ditimpa bencana alam lagi..)
Kalau saja, industri-industri yang berbasis pada ekstraksi kebumian ini 
mengembangkan comdev-nya pada edukasi kebencanaan kepada publik dan masyarakat 
di wilayah ancaman bencana, betapa besar dana yang bisa dihimpun, dan bisa 
dibuatkan berbagai bentuk publikasi yang memuat edukasi bencana kebumian. Siapa 
pun yang membuat, saya kira ndak masalah. Tapi penggalangan dana-dana comdev 
dari berbagai industri seandainya bisa dihimpun dan dimanfaatkan / dioptimasi 
yang lebih luas, diluar kawasan industri tersebut; maka sungguh akan turun 
membantu pemerintah dalam kampanye SADAR BENCANA, apa saja dan akhirnya 
berujung pada penekanan RESIKO bencana. 
Yang saintifik-saintifik di simposium, workshop, seminar, di publikasi yang lux 
dan elite pun, tetaplah berjalan sebagai bentuk berkembangnya iptek; tapi 
bentuk pendistribusian iptek ke wong cilik yang tepat sasaran, rasanya akan 
tiada putus amal dan ilmu itu, sampai masuk kubur/ atau amal ilmu yang 
berkelanjutan..., diperhitungkan geostatistika-nya di akhirat. 
whalah..opo maneh kiye..

salam
agus hendratno

- Original Message 
From: Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, February 23, 2007 6:45:48 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Press release T. Geologi UGM mengenai penelitian 
gempa Bantul

Bravo T. Geologi UGM!! Menyambut gembira terbitnya peta ini.
Kabarnya UPN juga sedang membuat hal yang serupa...baik gempa dan 
vulkano...ataupun tsunami.
Peta dan pemahaman situasi ini sangat penting bagi rakyat..bagi pak Sastro, 
mbok Jumini, Yu Minah, Mas Parjo yang di desa-desa itu...
Nah, kemarin waktu IAGI juga UGM sudah membuat poster tentang gempa.
Tinggal sosialisai lebih kebawah..ke kelurahan, balai desa, dukuh dan bila 
perlu RT/RW.
Jangan hanya sampai di simposium kebumian thok...tapi rakyat yang hidup 
diatas zona rentan dan bergoyang itu cuma melongo jadi korban lagi.

Salah satu dermawan mau membiayai sosialisasi peta rawan bencana ini ke 
desa-desa tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh rakyat bawah.( 
Mungkin kayak bahasanya Kang Rovicky di weblognya itu ngkali ya..)

Kita menunggu dari ITB/ UPN/Trisakti /UnPad dll dengan peta-peta serupa di 
daerah lainnya yang rawanAceh, Sumut, Bukit Barisan, Selat Sunda,Jawa 
Bali, Maluku, Nusatenggara, dll. Tidak hanya Bantul sajaIngat saja 
gambar simbol IAGI kita, nah jalur yang diwarnai biru itu paling tidak ada 
peta rawannya.
Saya belum pernah lihat peta-peta rawan ini tertempel di tembok balai desa, 
bahkan di Bantul sekalipun.
Jangan kita seperti keledai terperosok di lubang yang sama. Maksudnya, tahu 
persis dimana rawan bencana gempa dan longsor, tapi membiarkan rakyat 
menjadi korban-korban berikutnya tanpa tahu apapun dan harus berbuat apa. 
Inilah kesempatan geologiawan/wati menyumbangkan ilmu untuk sosial dan 
keselamatan bersama.

Saya sudah membuat draft Disaster Alert booklet, inginnya masuk peta rawan 
bencana itu juga. tapi, kendala waktu biaya saja yang sampai sekarang belum 
tuntas.Diantaranya mengutip dari weblognya Kang Rovicky, tentunya atas ijin 
beliau

Salam,
KA
- Original Message - 
From: Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, February 23, 2007 3:53 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Press release T. Geologi UGM mengenai 
penelitian gempa Bantul


 Matur nuwun Mas,
 menarik melihat respon postingan tersebut dari komentar-komantar yang 
 penuh
 keingintahuan.

 salam
 udin


 On 2/23/07, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:

 kalau ada yag pingin lihat petanya, seperti biasa silahkan ke sini :
 http://rovicky.wordpress.com/

 Suwun mas salahudin.

 rdp

 




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: 

Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik Agus Hendratno
kawasan wisata di selatan Jatim dan ujung Jatim bagian timur, ambruk, termasuk 
di Bromo dan pantai selatan Jatim. yang perlu diteliti lebih lanjut adalah 
mutiplier effect dari semburan lumpur. Kelihatannya belum ada organisasi ilmiah 
atau lembaga pemerintah tentang analisis dampak ganda dari bencana yang 
berkelanjutan itu. Ada dampak ekologis, dampak infrastruktur, dampak sosial 
ekonomi dan budaya, dampak psikologis dan kejiwaan bagi korban langsung maupun 
korban LUSI yang 'tidak langsung' terutama masyarakat Jatim di luar wilayah 
Porong; dampak investasi dan moneter; dampak perpajakan barang-barang ekspor 
jatim, dll...buanyak sekali. sampai susah dideskripsi...

AGUS

- Original Message 
From: Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Saturday, February 24, 2007 7:46:17 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

Yang jelas sejak kemarin jalan raya Porong diduduki warga dan sudah mulai 
berkemah, bahkan kemarin ada kereta disandera , dan siang tadi sudah mau 
terjadi adu jotos antara warga dan ratusan sopir truk yang sejak kemarin tdk 
bisa lewat  , padahal tuntutannya cuma sepele minta ganti rugi tanahnya 
dibayarkan, yang memang sudah hancur minah...apa masih berkesimpulan 
Perlu diteliti lebih lanjut

ISM


- Original Message - 
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, February 23, 2007 12:51 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not 
natural !


 Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau
 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga
 bermain-main di penyebab terjadinya.

 Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul.

 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng
 tersenggol kemudian  dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan 
 Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya
 mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada
 potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada
 tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung
 Anyar. :)

 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah
 ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini.
 Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul
 yang sudah mateng ?
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya.

 Duh !

 Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah
 mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati.

 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau
 keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !!
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat
 parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !!

 Duh
 Kesian si sakit ini  :(

  - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ?
  + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!!

 GUBRAKKK 

 RDP

 On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini
 kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the
 email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop
 tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang
 ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan.

 Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti dan
 masyarakat. Kalau ini memang ini benar, RUGI betull bangsa kita..Uang
 3.8 Trilyun memang banyak, tapi kalau benar ini disebabkan karena
 prosedur drilling yang salah, kan bisa dirunut salahnya di mana dan
 gimana SEHARUSNYA prosedur drilling di lingkungan serupa
 Lapindo.Bukankah mud volcano umumnya berasosiasi dengan akumulasi HC?

 Apa sebegitu hebatnya pengaruh orang2 yang di belakang Lapindo sampai
 bisa maksain pendapat kayak gitu, wong tiap hari presiden dan mantan
 presiden dijadikan bahan guyonan di tipi kok?

 ATAU argumentasi bahwa Lusi disebabkan oleh drilling memang lemah ya?

 Mohon maaf sebelumnya kalau kalimat saya kurang berkenan.

 Best regards,
 

Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Terima kasih sekali kalau bisa dikirimkan. Kalau masih kurang dari 1 MB bisa 
juga dikirimkan via melsa

Wassalam
RPL
- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei



Pak Koesoema,

Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria 
field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk 
mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya 
dibagi-bagi ke beberapa sumur.
Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, 
Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A 
snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.


Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan 
papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.


Salam,

Herman


-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 10:32
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada 
kutipan sebagai berikut:


Mark Tingay, a geologist at the University
of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
has a striking similarity to drilling-induced
eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
(M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
2005). There, deeply buried fluids under high
pressure rose to a shallower rock formation that
they then fractured, thus eventually reaching the
surface. The event also showed the pattern of
loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
of which were kilometres from the drilling site.
In the Brunei case, Shell, the company responsible
for the drilling, has documented the expulsion
and its efforts to alleviate the situation. The
flow took more than 20 years and more than 20
relief wells to quell, says Tingay. The similarities
all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya 
kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per 
e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 
500 KB

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual 
Convention and Exhibition,

Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-






Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007


To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 
relief well untuk menghentikannya?

Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
RPK
- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei



Pak Koesoema,

Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria 
field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk 
mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya 
dibagi-bagi ke beberapa sumur.
Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, 
Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A 
snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.


Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan 
papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.


Salam,

Herman


-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 10:32
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada 
kutipan sebagai berikut:


Mark Tingay, a geologist at the University
of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
has a striking similarity to drilling-induced
eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
(M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
2005). There, deeply buried fluids under high
pressure rose to a shallower rock formation that
they then fractured, thus eventually reaching the
surface. The event also showed the pattern of
loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
of which were kilometres from the drilling site.
In the Brunei case, Shell, the company responsible
for the drilling, has documented the expulsion
and its efforts to alleviate the situation. The
flow took more than 20 years and more than 20
relief wells to quell, says Tingay. The similarities
all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya 
kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per 
e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 
500 KB

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual 
Convention and Exhibition,

Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-






Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007


To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik ET Paripurno

hm begitu senangnya kita meneliti. sampai kita melupakan, ada yang
lebih penting harus kita lakukan dari sekedar meneliti..

et


Pada tanggal 07/02/26, Agus Hendratno [EMAIL PROTECTED] menulis:


kawasan wisata di selatan Jatim dan ujung Jatim bagian timur, ambruk,
termasuk di Bromo dan pantai selatan Jatim. yang perlu diteliti lebih
lanjut adalah mutiplier effect dari semburan lumpur. Kelihatannya belum ada
organisasi ilmiah atau lembaga pemerintah tentang analisis dampak ganda dari
bencana yang berkelanjutan itu. Ada dampak ekologis, dampak infrastruktur,
dampak sosial ekonomi dan budaya, dampak psikologis dan kejiwaan bagi korban
langsung maupun korban LUSI yang 'tidak langsung' terutama masyarakat Jatim
di luar wilayah Porong; dampak investasi dan moneter; dampak perpajakan
barang-barang ekspor jatim, dll...buanyak sekali. sampai
susah dideskripsi...

AGUS

- Original Message 
From: Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Saturday, February 24, 2007 7:46:17 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not
natural !

Yang jelas sejak kemarin jalan raya Porong diduduki warga dan sudah mulai
berkemah, bahkan kemarin ada kereta disandera , dan siang tadi sudah mau
terjadi adu jotos antara warga dan ratusan sopir truk yang sejak kemarin
tdk
bisa lewat  , padahal tuntutannya cuma sepele minta ganti rugi tanahnya
dibayarkan, yang memang sudah hancur minah...apa masih
berkesimpulan
Perlu diteliti lebih lanjut

ISM


- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, February 23, 2007 12:51 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not
natural !


 Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau
 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga
 bermain-main di penyebab terjadinya.

 Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul.

 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng
 tersenggol kemudian  dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan 
 Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya
 mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada
 potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada
 tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung
 Anyar. :)

 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah
 ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini.
 Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul
 yang sudah mateng ?
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya.

 Duh !

 Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah
 mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati.

 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau
 keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !!
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat
 parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !!

 Duh
 Kesian si sakit ini  :(

  - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ?
  + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!!

 GUBRAKKK 

 RDP

 On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini
 kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the
 email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop
 tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang
 ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan.

 Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti
dan
 masyarakat. Kalau ini memang ini benar, RUGI betull bangsa kita..Uang
 3.8 Trilyun memang banyak, tapi kalau benar ini disebabkan karena
 prosedur drilling yang salah, kan bisa dirunut salahnya di mana dan
 gimana SEHARUSNYA prosedur drilling di lingkungan serupa
 Lapindo.Bukankah mud volcano umumnya berasosiasi dengan akumulasi HC?

 Apa sebegitu hebatnya pengaruh orang2 yang di belakang Lapindo sampai
 bisa maksain pendapat kayak gitu, wong tiap hari presiden dan mantan
 

Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Ismail Zaini
Bisa bisa  Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian Lusi 
ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan  ,ada gempa 
, ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu 
penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah  ada dampak sosial 
ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres 
dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun.

Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur.
Mungkin paradigma wisata  mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis dg 
menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami , Wisata 
Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll


ISM

Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 
relief well untuk menghentikannya?

Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
RPK
- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei



Pak Koesoema,

Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di 
Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang 
untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya 
dibagi-bagi ke beberapa sumur.
Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, 
Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A 
snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.


Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan 
papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.


Salam,

Herman


-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 10:32
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada 
kutipan sebagai berikut:


Mark Tingay, a geologist at the University
of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
has a striking similarity to drilling-induced
eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
(M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
2005). There, deeply buried fluids under high
pressure rose to a shallower rock formation that
they then fractured, thus eventually reaching the
surface. The event also showed the pattern of
loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
of which were kilometres from the drilling site.
In the Brunei case, Shell, the company responsible
for the drilling, has documented the expulsion
and its efforts to alleviate the situation. The
flow took more than 20 years and more than 20
relief wells to quell, says Tingay. The similarities
all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya 
kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per 
e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih 
dari 500 KB

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual 
Convention and Exhibition,

Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-






Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual 
Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007


To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

[iagi-net-l] Nara sumber: Kasus Erupsi lumpur

2007-02-26 Terurut Topik Yo Sumartojo
Rekan-rekan geologiawan,

1. Kalau ingin membaca lebih lanjut tentang Lusi, cobalah lihat situs dibawah 
in, makalah oleh Dr. Richard Davies dkk. dalam Geological Society of America 
Online-Journal berjudul: 

Birth of a mud volcano:  East Java, 29 May 2006

http://www.gsajournals.org/perlserv/?request=get-documentdoi=10.1130%2FGSAT01702A.1

2. Tentang makalah oleh Dr. Peter Tingate (kasus di Brunei) dosen di Australian 
Petroleum School, Universitas Adelaide di Australia Selatan, hubungi dia 
langsung dan minta turunan foto makalah dia. Alamatnya: 

Peter. [EMAIL PROTECTED]


Semoga ada gunanya.

Jojok (Yo) Sumartojo
Marietta, Georgia, USA

 



Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Nara sumber: Kasus Erupsi lumpur

2007-02-26 Terurut Topik Yo Sumartojo
Rekan-rekan geologiawan,

alamat Dr. Tingate yalah:

[EMAIL PROTECTED]

Maaf, tidak ada ruang antara Peter dan Tingate.

salam,

Sumartojo
 
 From: Yo Sumartojo [EMAIL PROTECTED]
 Date: 2007/02/26 Mon AM 11:59:46 EST
 To: iagi-net@iagi.or.id
 CC: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [iagi-net-l] Nara sumber:  Kasus Erupsi lumpur
 
 Rekan-rekan geologiawan,
 
 1. Kalau ingin membaca lebih lanjut tentang Lusi, cobalah lihat situs dibawah 
 in, makalah oleh Dr. Richard Davies dkk. dalam Geological Society of America 
 Online-Journal berjudul: 
 
 Birth of a mud volcano:  East Java, 29 May 2006
 
 http://www.gsajournals.org/perlserv/?request=get-documentdoi=10.1130%2FGSAT01702A.1
 
 2. Tentang makalah oleh Dr. Peter Tingate (kasus di Brunei) dosen di 
 Australian Petroleum School, Universitas Adelaide di Australia Selatan, 
 hubungi dia langsung dan minta turunan foto makalah dia. Alamatnya: 
 
 Peter. [EMAIL PROTECTED]
 
 
 Semoga ada gunanya.
 
 Jojok (Yo) Sumartojo
 Marietta, Georgia, USA
 
  
 
 
 
 Hot News!!!
 CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
 Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
 and Exhibition, 
 Patra Bali, 19 - 22 November 2007
 
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 



Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Parvita Siregar
Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...

Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
organize. 

Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
Pertamina???).  

Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
banyak C, dan beberapa B kan).   

Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.  

Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
ngerjain ini di luar jam kantor.

Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
that it is beyond our ability to know that.  

Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.

Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.

Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!

Wassalam,

Parvita H. Siregar
Chief Geologist
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia
 
 
Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kalau baca ini:
.akan disponsori oleh IPA Student Program

artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


salam,


- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. 
Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam
Delta?

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kenapa Ombilin basin yah?



- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 12:05:42 PM
Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya.

Trims ya.



Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia





Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are 

RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Siagian, Hendra Benny
kalau mau menyaring yang benar2 berkualitas, dites aja ntar...
proses test nya terserah IPA dan company yang bakal mendanai mahasiswa2
ini...interview,test tertulis,deskripsi batuan,etc...
persis seperti proses perekrutan karyawan aja...

eh,btw,kasihan juga yang punya IP 2.99

Regards,
Benny

-Original Message-
From: Hasan Sidi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 7:37 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal.
Mencurigai
IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang
benar-2
berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya.

Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah
dilakukan? 
Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3
sebagai
salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk
menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman? 


F. Hasan Sidi
Fugro-Jason Australia Pty Ltd 
Phone: +61 8 9420.6056
Fax: +61 8 9420.6060 


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. 
Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk
kalibrasi.

Herman

-Original Message-
From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 15:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu
persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K)
sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal
penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah
dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan
ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak
sponsornya.

Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat
berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas
serta asosiasi profesi terkait.

Terima kasih dan salam

TAM

--- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya
 mahasiswa dari universitas tertentu saja yang
 mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? 
 
 Salam,
 Herry
 
 
 - Original Message 
 From: Parvita Siregar
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM
 Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study
 opportunity_v1
 
 
 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon
 geologist soalnya.
 
 Trims ya.
 
 
 
 Parvita H. Siregar
 
 Salamander Energy
 
 Jakarta-Indonesia
 
 
 
 
 
 Disclaimer:  This email (including any attachments
 to it) is
 confidential and is sent for the personal attention
 of the intended
 recipient only and may contain information that is
 privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have
 received this email
 in error, please advise us immediately and delete
 it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or
 taking any action in
 reliance on the contents of this information is
 strictly prohibited.
 
 
 
 From: Audrey Sahertian
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM
 To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto;
 Dardji Noeradi (Geology
 ITB); A.M. Imran (Geology Un Has);
 [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus
 (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad
 Agus Karmadi
 (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/
 Agus Guntoro (Geology
 Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang
 Triwibowo (Geology UPN
 Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari
 Fithrah (Geology ITM)
 Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1
 Importance: High
 
 
 
 
 
 Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir,
 
 
 
 Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan
 geologi di seluruh
 Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin,
 Central Sumatra, yang
 akan disponsori oleh IPA Student Program.  Kegiatan
 ini akan berlangsung
 sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di
 lapangan.  Thesis akan
 menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi
 di wilayah Ombilin
 Basin dengan melakukan banyak measuring section di
 outcrop2 Ombilin
 Basin. 
 
 
 
 Syarat:
 
 - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan
 geologi (surat
 keterangan dari jurusan masing-masing)
 
 - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip
 Nilai Akademik yang
 dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi
 dan sedimentologi
 minimal B)
 
 - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta
 dalam project ini
 (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat
 yang dapat dikontak
 oleh IPA.
 
 - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga
 mencakup
 synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin
 lengkap dengan
 referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4
 (bahasa inggris)
 
 - Membuat 

RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Leonard Lisapaly


Jadi kasihan juga sama mahasiswa yang nilainya gak sampai 3. Mau kerja
praktek dimana dia?

Padahal, banyak mahasiswa yang IP-nya di bawah 3 sebenarnya lebih senang
belajar praktek daripada teori 

LL

-Original Message-
From: Hasan Sidi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 7:37 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai
IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2
berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya.

Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah
dilakukan? 
Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai
salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk
menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman? 


F. Hasan Sidi
Fugro-Jason Australia Pty Ltd 
Phone: +61 8 9420.6056
Fax: +61 8 9420.6060 


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. 
Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi.

Herman

-Original Message-
From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 15:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu
persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K)
sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal
penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah
dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan
ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak
sponsornya.

Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat
berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas
serta asosiasi profesi terkait.

Terima kasih dan salam

TAM

--- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya
 mahasiswa dari universitas tertentu saja yang
 mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? 
 
 Salam,
 Herry
 
 
 - Original Message 
 From: Parvita Siregar
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM
 Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study
 opportunity_v1
 
 
 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon
 geologist soalnya.
 
 Trims ya.
 
 
 
 Parvita H. Siregar
 
 Salamander Energy
 
 Jakarta-Indonesia
 
 
 
 
 
 Disclaimer:  This email (including any attachments
 to it) is
 confidential and is sent for the personal attention
 of the intended
 recipient only and may contain information that is
 privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have
 received this email
 in error, please advise us immediately and delete
 it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or
 taking any action in
 reliance on the contents of this information is
 strictly prohibited.
 
 
 
 From: Audrey Sahertian
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM
 To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto;
 Dardji Noeradi (Geology
 ITB); A.M. Imran (Geology Un Has);
 [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus
 (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad
 Agus Karmadi
 (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/
 Agus Guntoro (Geology
 Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang
 Triwibowo (Geology UPN
 Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari
 Fithrah (Geology ITM)
 Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1
 Importance: High
 
 
 
 
 
 Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir,
 
 
 
 Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan
 geologi di seluruh
 Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin,
 Central Sumatra, yang
 akan disponsori oleh IPA Student Program.  Kegiatan
 ini akan berlangsung
 sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di
 lapangan.  Thesis akan
 menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi
 di wilayah Ombilin
 Basin dengan melakukan banyak measuring section di
 outcrop2 Ombilin
 Basin. 
 
 
 
 Syarat:
 
 - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan
 geologi (surat
 keterangan dari jurusan masing-masing)
 
 - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip
 Nilai Akademik yang
 dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi
 dan sedimentologi
 minimal B)
 
 - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta
 dalam project ini
 (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat
 yang dapat dikontak
 oleh IPA.
 
 - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga
 mencakup
 synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin
 lengkap dengan
 referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4
 (bahasa inggris)
 
 - Membuat rencana/time table dari project (misalnya
 lamanya pengumpulan
 data awal, studi literatur, 

Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Nataniel Mangiwa

Kalau saya memang kadang 'sakit' kalau lihat persyaratan untuk masuk
industri yang menaruh IPK sebagai syarat. Bahkan ada beberapa
perusahaan yang memasang IPK 3.50 sebagai syarat masuk. Saya yang
termasuk kaum IPK di bawah 3.00, kadang memang harus berpikir keras,
strategi apa supaya bisa joint company yang mempersyaratkan IPK 3.00.
Atau mungkin yah cari company yang tidak pasang syarat IPK 3.00.

Kadang berpikir, kok sepertinya dengan kita tidak ber-IPK 3.00 kita
tidak layak bersaing dengan yang IPK 3.00. Kalau ditanya syarat apa
selain IPK yang lebih representative, memang sulit untuk menjawabnya.

Tapi yang saya takutkan, mahasiswa/wi sudah terdoktrin dan 'gelap
mata' untuk mengejar IPK 3.00 dengan cara apapun. Karena perusahaan
hanya mau tahu Hasil (IPK) bagaimanapun caranya yang penting hasil.
Dan mahasiswa/wi merespond ini dengan menjadikan hasil adalah yang
utama, jangan perdulikan cara. Sama seperti kenapa banyak orang korup,
karena mereka ingin terlihat kaya. Karena kebanyakan yang dihargai di
masyarakat adalah orang yang kaya, maka semua orang mengejar 'kaya'
itu sebagai tujuan, mau caranya makan dana Sumbangan pedesaan atau
apapun yang penting kaya. Mau cara apapun yang penting IPK 3.00,
karena itulah yang industri minta.

::natan::

On 2/27/07, Hasan Sidi [EMAIL PROTECTED] wrote:

Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai
IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2
berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya.

Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah
dilakukan?
Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai
salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk
menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman?


F. Hasan Sidi
Fugro-Jason Australia Pty Ltd
Phone: +61 8 9420.6056
Fax: +61 8 9420.6060


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek.
Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi.

Herman

-Original Message-
From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 15:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu
persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K)
sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal
penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah
dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan
ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak
sponsornya.

Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat
berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas
serta asosiasi profesi terkait.

Terima kasih dan salam

TAM

--- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya
 mahasiswa dari universitas tertentu saja yang
 mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota?

 Salam,
 Herry


 - Original Message 
 From: Parvita Siregar
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM
 Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study
 opportunity_v1


 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon
 geologist soalnya.

 Trims ya.



 Parvita H. Siregar

 Salamander Energy

 Jakarta-Indonesia





 Disclaimer:  This email (including any attachments
 to it) is
 confidential and is sent for the personal attention
 of the intended
 recipient only and may contain information that is
 privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have
 received this email
 in error, please advise us immediately and delete
 it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or
 taking any action in
 reliance on the contents of this information is
 strictly prohibited.

 

 From: Audrey Sahertian
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM
 To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto;
 Dardji Noeradi (Geology
 ITB); A.M. Imran (Geology Un Has);
 [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus
 (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad
 Agus Karmadi
 (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/
 Agus Guntoro (Geology
 Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang
 Triwibowo (Geology UPN
 Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari
 Fithrah (Geology ITM)
 Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1
 Importance: High





 Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir,



 Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan
 geologi di seluruh
 Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin,
 Central Sumatra, yang
 akan disponsori oleh IPA Student Program.  Kegiatan
 ini akan berlangsung
 sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di
 lapangan.  Thesis akan
 menekankan ke arah 

Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Shofiyuddin

Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di
negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen
dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap.

Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana
memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology,
saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk
menghasilkan karya yang bagus.



Shofi



On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:


Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...

Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
organize.

Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
Pertamina???).

Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
banyak C, dan beberapa B kan).

Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.

Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
ngerjain ini di luar jam kantor.

Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
that it is beyond our ability to know that.

Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.

Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.

Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!

Wassalam,

Parvita H. Siregar
Chief Geologist
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kalau baca ini:
.akan disponsori oleh IPA Student Program

artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


salam,


- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor.
Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam
Delta?

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kenapa Ombilin basin yah?



- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 12:05:42 PM
Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored 

[iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)

2007-02-26 Terurut Topik mohammad syaiful

wah, ternyata subyek sudah bergeser. jadi perkenankan saya utk
menggantinya. subyek ini, termasuk ipk dll, pernah beberapa kali kita
diskusikan. dan selalu, terbentur dengan cara apa selain ipk sbg
langkah awal yg efektif utk menyaring alias seleksi dalam perekrutan
karyawan sebuah kumpeni.

jadi, tidak usah berpanjang-lebar dg rencana ipa utk merekrut mhs di
cekungan ombilin. seperti kata hasan, berpikir positiplah.

kalo mau meneruskan diskusi soal ipk dll ini, ayo kita lanjutkan tanpa
mengikutkan subyek ipa lagi.

semoga bermanfaat dan tidak menyinggung pihak mana pun.

salam,
syaiful

On 2/27/07, Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote:

Kalau saya memang kadang 'sakit' kalau lihat persyaratan untuk masuk
industri yang menaruh IPK sebagai syarat. Bahkan ada beberapa
perusahaan yang memasang IPK 3.50 sebagai syarat masuk. Saya yang
termasuk kaum IPK di bawah 3.00, kadang memang harus berpikir keras,
strategi apa supaya bisa joint company yang mempersyaratkan IPK 3.00.
Atau mungkin yah cari company yang tidak pasang syarat IPK 3.00.

Kadang berpikir, kok sepertinya dengan kita tidak ber-IPK 3.00 kita
tidak layak bersaing dengan yang IPK 3.00. Kalau ditanya syarat apa
selain IPK yang lebih representative, memang sulit untuk menjawabnya.

Tapi yang saya takutkan, mahasiswa/wi sudah terdoktrin dan 'gelap
mata' untuk mengejar IPK 3.00 dengan cara apapun. Karena perusahaan
hanya mau tahu Hasil (IPK) bagaimanapun caranya yang penting hasil.
Dan mahasiswa/wi merespond ini dengan menjadikan hasil adalah yang
utama, jangan perdulikan cara. Sama seperti kenapa banyak orang korup,
karena mereka ingin terlihat kaya. Karena kebanyakan yang dihargai di
masyarakat adalah orang yang kaya, maka semua orang mengejar 'kaya'
itu sebagai tujuan, mau caranya makan dana Sumbangan pedesaan atau
apapun yang penting kaya. Mau cara apapun yang penting IPK 3.00,
karena itulah yang industri minta.

::natan::

On 2/27/07, Hasan Sidi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai
 IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2
 berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya.

 Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah
 dilakukan?
 Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai
 salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk
 menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman?


 F. Hasan Sidi
 Fugro-Jason Australia Pty Ltd
 Phone: +61 8 9420.6056
 Fax: +61 8 9420.6060


 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

 Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek.
 Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi.

 Herman

 -Original Message-
 From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: 26 February 2007 15:44
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


 Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu
 persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K)
 sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal
 penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah
 dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan
 ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak
 sponsornya.

 Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat
 berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas
 serta asosiasi profesi terkait.

 Terima kasih dan salam

 TAM

 --- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya
  mahasiswa dari universitas tertentu saja yang
  mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota?
 
  Salam,
  Herry
 
 
  - Original Message 
  From: Parvita Siregar
  [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM
  Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study
  opportunity_v1
 
 
  Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon
  geologist soalnya.
 
  Trims ya.
 
 
 
  Parvita H. Siregar
 
  Salamander Energy
 
  Jakarta-Indonesia
 
 
 
 
 
  Disclaimer:  This email (including any attachments
  to it) is
  confidential and is sent for the personal attention
  of the intended
  recipient only and may contain information that is
  privileded,
  confidential or exempt from disclosure.  If you have
  received this email
  in error, please advise us immediately and delete
  it.  You are notified
  that using, disclosing, copying, distributing or
  taking any action in
  reliance on the contents of this information is
  strictly prohibited.
 
  
 
  From: Audrey Sahertian
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM
  To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto;
  Dardji Noeradi (Geology
  ITB); A.M. Imran (Geology Un Has);
  [EMAIL 

[iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)

2007-02-26 Terurut Topik mohammad syaiful

ini kang shofi juga mesti ganti subyek dong.

kita bisa berdebat, kesuksesan apa yg dimaksud? 'kaya' (materi alias
uang) seperti yg dimaksud om natan? kalo ya, maka skripsi yg dimaksud
tentunya benar.

'sukses' adalah sesuatu yg relatif bin

semoga bermanfaat.

salam,
syaiful



On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di
negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen
dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap.

Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana
memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology,
saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk
menghasilkan karya yang bagus.



Shofi



On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...

 Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
 Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
 samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
 other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
 ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
 hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
 organize.

 Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
 tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
 Pertamina???).

 Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
 Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
 banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
 apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
 banyak C, dan beberapa B kan).

 Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
 umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
 banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
 usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
 Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.

 Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
 itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
 ngerjain ini di luar jam kantor.

 Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
 that it is beyond our ability to know that.

 Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
 business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
 para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
 adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
 ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
 Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
 sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.

 Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.

 Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!

 Wassalam,

 Parvita H. Siregar
 Chief Geologist
 Salamander Energy
 Jakarta-Indonesia


 Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
 confidential and is sent for the personal attention of the intended
 recipient only and may contain information that is privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
 in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
 reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
 -Original Message-
 From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

 kalau baca ini:
 .akan disponsori oleh IPA Student Program

 artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


 salam,


 - Original Message 
 From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor.
 Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam
 Delta?

 Parvita H. Siregar
 Salamander Energy
 Jakarta-Indonesia


 Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
 confidential and is sent for the personal attention of the intended
 recipient only and may contain information that is privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
 in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
 reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
 -Original 

RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Kurnia Chalik
test

-Original Message-
From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 27, 2007 7:56 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di
negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen
dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap.

Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana
memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology,
saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk
menghasilkan karya yang bagus.



Shofi



On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...

 Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
 Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
 samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
 other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
 ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
 hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
 organize.

 Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
 tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
 Pertamina???).

 Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
 Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
 banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
 apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
 banyak C, dan beberapa B kan).

 Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
 umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
 banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
 usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
 Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.

 Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
 itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
 ngerjain ini di luar jam kantor.

 Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
 that it is beyond our ability to know that.

 Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
 business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
 para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
 adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
 ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
 Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
 sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.

 Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.

 Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!

 Wassalam,

 Parvita H. Siregar
 Chief Geologist
 Salamander Energy
 Jakarta-Indonesia


 Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
 confidential and is sent for the personal attention of the intended
 recipient only and may contain information that is privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
 in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
 reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
 -Original Message-
 From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

 kalau baca ini:
 .akan disponsori oleh IPA Student Program

 artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


 salam,


 - Original Message 
 From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor.
 Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam
 Delta?

 Parvita H. Siregar
 Salamander Energy
 Jakarta-Indonesia


 Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
 confidential and is sent for the personal attention of the intended
 recipient only and may contain information that is privileded,
 confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
 in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
 that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
 reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
 -Original Message-
 From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM
 To: 

Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Fajar Surahmad
Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut
saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA.
Memang kalau sepintas kita berpikiran:
kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?.
Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum
beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya
sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2
nya.
Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya
(Rig visit). Seneng buange..
Thanks to IPA and IAGI

Jar

- Original Message -
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, 27 February, 2007 07:20
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...

Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
organize.

Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
Pertamina???).

Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
banyak C, dan beberapa B kan).

Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.

Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
ngerjain ini di luar jam kantor.

Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
that it is beyond our ability to know that.

Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.

Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.

Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!

Wassalam,

Parvita H. Siregar
Chief Geologist
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kalau baca ini:
.akan disponsori oleh IPA Student Program

artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


salam,


- Original Message 
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor.
Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam
Delta?

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM
To: 

[iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Shofiyuddin

Jadi inget rig visit.

Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di mana
aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day class
biar gak tergesa gesa.

Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap?




On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote:


Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut
saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain
TA.
Memang kalau sepintas kita berpikiran:
kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?.
Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum
beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya
sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan
syarat2
nya.
Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya
(Rig visit). Seneng buange..
Thanks to IPA and IAGI

Jar



Re: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik mohammad syaiful

shof, bisa diatur. tetap dg acara rig visit saja, jadi setelah teori,
mhs bisa langsung praktek. kalo tiga tahun terakhir dg formasi: satu
hari teori di kelas (ingat, gambaran umum pekerjaan di rig, bukan
hanya sbg wellsite geologist lho), satu hari lagi penuh di rig.

mungkin bisa diatur sbb: dua hari teori (1,5 hari khusus sbg wellsite
geologist setelah setengah hari yg umum), dilanjutkan dg seharian di
rig. ini utk menampung emosi kamu yg menggebu guna menyalurkan hasrat
eh ilmumu, he..he.. tentu saja kalo formatnya seperti itu, maka hanya
mhs geologi saja.

sbg info, kalo yg format 1+1 hari, selain mhs geologi, mhs geofisika
juga bisa ikutan.

nah, tinggal penyandang dana saja dinego agar mau nambah biaya yg
sehari tambahan. tahun baru ini mestinya kita sudah nge-rig, tapi
sayang di pertamina juga ada formasi baru sehingga mesti pdkt terlebih
dahulu (dan, sumur eksplorasinya wis bubar). nanti kita cari lagi
kesempatan (siapa tahu selain pertamina juga ada kumpeni yg mau
memberikan kesempatan mhs berkunjung ke rig-nya).

salam,
syaiful
*koordinator (sekaligus instruktur, kalo yg lain nggak ada)
(tentu saja basamo neng varpita, he..he..)


On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Jadi inget rig visit.

Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di mana
aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day class
biar gak tergesa gesa.

Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap?




On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut
 saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain
 TA.
 Memang kalau sepintas kita berpikiran:
 kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?.
 Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum
 beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya
 sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan
 syarat2
 nya.
 Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya
 (Rig visit). Seneng buange..
 Thanks to IPA and IAGI

 Jar





--
Mohammad Syaiful - Explorationist
Mobile: 62-812-9372808
Email: [EMAIL PROTECTED]

Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
Head Office:
Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia
Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140
Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007


To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Herman.Darman
Pak Koesoema,

Saya kirim referensi melalui e-mail terpisah.
Mud volcano sudah tidak ada lagi, tinggal crater. Mud Volcano yang ada di Sabah 
terjadi secara alamiah, sampai membentuk pulau. Namanya Pulau Tiga, terbentuk 
oleh 3 mud volcano, bisa dicari di website, karena merupakan object turis.

Saya tanya ke sumber internal, mereka mengatakan blow-out itu hanya terjadi 
sesaat, kemudian collapse. Tinggal crater yang ada. Tapi secara internal blow 
out itu memang terjadi sangat lama seperti Mark Tingay sebutkan. Jadi mereka 
monitor terus temperatur dan pressure di reservoir sekelilingnya. Jumlah relief 
well-nya saya tidak tau dengan pasti, perlu saya selidiki lebih lanjut.

Herman




-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 19:43
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 
relief well untuk menghentikannya?
Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
RPK
- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


 Pak Koesoema,

 Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria 
 field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk 
 mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya 
 dibagi-bagi ke beberapa sumur.
 Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, 
 Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A 
 snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.

 Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan 
 papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.

 Salam,

 Herman


 -Original Message-
 From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: 26 February 2007 10:32
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


 Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada 
 kutipan sebagai berikut:

 Mark Tingay, a geologist at the University
 of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
 has a striking similarity to drilling-induced
 eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
 2005). There, deeply buried fluids under high
 pressure rose to a shallower rock formation that
 they then fractured, thus eventually reaching the
 surface. The event also showed the pattern of
 loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
 of which were kilometres from the drilling site.
 In the Brunei case, Shell, the company responsible
 for the drilling, has documented the expulsion
 and its efforts to alleviate the situation. The
 flow took more than 20 years and more than 20
 relief wells to quell, says Tingay. The similarities
 all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

 Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
 Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya 
 kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
 Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per 
 e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
 mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 
 500 KB
 Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
 PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
 R.P.Koesoemadinata
 Jl. Sangkuriang G-1
 Bandung 40135
 Telp: 022-250-3995
 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
 e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 [EMAIL PROTECTED]



 
 Hot News!!!
 CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
 [EMAIL PROTECTED]
 Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual 
 Convention and Exhibition,
 Patra Bali, 19 - 22 November 2007
 
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -

 



Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

Re: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Fajar Surahmad
Asyik sekali Pak Shofi, tapi sayangnya status ane sudah bukan mahasiswa lagi
tuh?
Dulu2 udah pernah sih ikut seminar Wellsite Geologist di kampus. Tapi
sebatas seminar, jadi gak praktek langsung di lapangan. Mungkin kalau ada
session simulasi wellsite nya lebih keren lagi tuh.


- Original Message -
From: Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, 27 February, 2007 09:25
Subject: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored
field study opportunity_v1


 Jadi inget rig visit.

 Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di
mana
 aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day
class
 biar gak tergesa gesa.

 Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap?




 On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu,
menurut
  saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain
  TA.
  Memang kalau sepintas kita berpikiran:
  kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?.
  Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum
  beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya
  sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan
  syarat2
  nya.
  Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA
sebelumnya
  (Rig visit). Seneng buange..
  Thanks to IPA and IAGI
 
  Jar
 







Internal Virus Database is out-of-date.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.432 / Virus Database: 268.17.21/665 - Release Date: 02/02/07
23:39

__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)

2007-02-26 Terurut Topik Wayan Ismara Heru Young

saya tertarik dengan kalimat bapak shofi : Butuh kecerdasan yang tinggi untuk 
menghasilkan karya yang bagus.
tapi apa kecerdasan selalu tercermin pada IP pak?

saya rasa IP itu gabungan antara kecerdasan dan keseriusan (seberapa banyak 
waktu yg dipakai untuk belajar,
IP tinggi, bisa jadi sangat cerdas dan cukup rajin, atau kurang cerdas tapi 
sangat rajin.
IP rendah, bisa jadi kurang cerdas dan kurang rajin, atau sangat cerdas tapi 
samasekali tidak rajin.

selama menjadi asisten dosen, kasus2 yang saya amati sering terjadi adalah sbb:
anak cerdas sering merasa bosan dengan pengajaran yang lambat, atau sering juga 
jadi merasa terlalu meremehkan pelajaran, berakhir dengan nilai  rendah, atau 
sedang.
anak yang kurang cerdas, merasa diri kurang mampu, jadi berambisi untuk 
mengejar teman-temannya, dia rajin mengerjakan tugas, pr, belajar dsb, berakhir 
dengan nilai tinggi.

saya sendiri beberapa kali melihat kasus dimana mahasiswa berIP tinggi malah 
kurang bisa berkomunikasi, karena jarang bergaul di kampusnya.. 
mungkin ini kasus2 untuk dari kelompok kurang cerdas tapi sangat rajin..

semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing2... 
yang paling bagus? menurut saya yang bisa berdiri diantara.. punya kecerdasan 
lumayan, rajin, dan bisa berkomunikasi (bersosialisasi)

kalau mau filter yang cukup mudah, cepat, dan efisien, mungkinbisa lihat IP per 
semester, disamping IPK..
dalam IP semester itu bisa dilihat kemajuan/kemunduran atau anomali IP selama 
kuliah, yang mungkin bisa memberi bayangan penyebab nilai IPK.

salam,
Wayan Young


On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di
 negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen
 dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap.

 Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana
 memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology,
 saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk
 menghasilkan karya yang bagus.



 Shofi



 On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...
 
  Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
  Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
  samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
  other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
  ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
  hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
  organize.
 
  Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
  tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
  yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
  Pertamina???).
 
  Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
  Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
  banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
  apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
  banyak C, dan beberapa B kan).
 
  Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
  umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
  banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
  usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
  Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.
 
  Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
  itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
  ngerjain ini di luar jam kantor.
 
  Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
  that it is beyond our ability to know that.
 
  Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
  business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
  para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
  adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
  ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
  Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
  sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.
 
  Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.
 
  Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!
 
  Wassalam,
 
  Parvita H. Siregar
  Chief Geologist
  Salamander Energy
  Jakarta-Indonesia
 
 
  Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
  confidential and is sent for the personal attention of the intended
  recipient only and may contain information that is privileded,
  confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
  in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
  that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
  reliance 

Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Supardan

Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan
lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/
pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol juga
masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga
menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol
Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI melalui
jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa
parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para wisatawan
tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik tanggul
LUSI.

Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya (menghentikan
semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah
memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di balik
bencana, ada karunia*.


On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:


Bisa bisa  Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian
Lusi
ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan  ,ada
gempa
, ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu
penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah  ada dampak
sosial
ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres
dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun.
Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur.
Mungkin paradigma wisata  mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis
dg
menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami ,
Wisata
Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll

ISM

Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


 Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan
20
 relief well untuk menghentikannya?
 Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
 RPK
 - Original Message -
 From: [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


 Pak Koesoema,

 Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di
 Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama
memang
 untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi
tekanannya
 dibagi-bagi ke beberapa sumur.
 Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London,
 Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei:
A
 snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.

 Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan
 papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.

 Salam,

 Herman


 -Original Message-
 From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: 26 February 2007 10:32
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


 Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada
 kutipan sebagai berikut:

 Mark Tingay, a geologist at the University
 of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
 has a striking similarity to drilling-induced
 eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
 2005). There, deeply buried fluids under high
 pressure rose to a shallower rock formation that
 they then fractured, thus eventually reaching the
 surface. The event also showed the pattern of
 loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
 of which were kilometres from the drilling site.
 In the Brunei case, Shell, the company responsible
 for the drilling, has documented the expulsion
 and its efforts to alleviate the situation. The
 flow took more than 20 years and more than 20
 relief wells to quell, says Tingay. The similarities
 all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

 Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
 Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya
 kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
 Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan
per
 e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
 mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih
 dari 500 KB
 Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
 PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
 R.P.Koesoemadinata
 Jl. Sangkuriang G-1
 Bandung 40135
 Telp: 022-250-3995
 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
 e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 [EMAIL PROTECTED]





 Hot News!!!
 CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
 [EMAIL PROTECTED]
 Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual
 Convention and Exhibition,
 Patra Bali, 19 - 22 November 2007


 To unsubscribe, send email to: 

RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Budiarto, Budiman
Barangkali perlu dipikirkan untuk membangun Cleopatra Care Center.
Mandi lumpur biar cakep seperti Cleopatra.

Budiman Budiarto

CONOCOPHILLIPS
Gedung Menara Mulia 
JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11
JAKARTA 12930

Phone  524-1631
Mobile  0811-8--1  


-Original Message-
From: Supardan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:04 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan
lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/
pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol
juga
masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga
menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol
Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI
melalui
jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa
parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para
wisatawan
tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik
tanggul
LUSI.

Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya
(menghentikan
semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah
memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di
balik
bencana, ada karunia*.


On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bisa bisa  Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia ,
kejadian
 Lusi
 ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan  ,ada
 gempa
 , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak
tahu
 penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah  ada dampak
 sosial
 ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai
presiden,wapres
 dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun.
 Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur.
 Mungkin paradigma wisata  mulai dirubah dg memperhatikan kondisi
geologis
 dg
 menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami ,
 Wisata
 Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll

 ISM

 Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


  Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun
dengan
 20
  relief well untuk menghentikannya?
  Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
  RPK
  - Original Message -
  From: [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
 
 
  Pak Koesoema,
 
  Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga
di
  Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama
 memang
  untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi
 tekanannya
  dibagi-bagi ke beberapa sumur.
  Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society,
London,
  Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in
Brunei:
 A
  snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.
 
  Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa
mendapatkan
  papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.
 
  Salam,
 
  Herman
 
 
  -Original Message-
  From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: 26 February 2007 10:32
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
 
 
  Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada
  kutipan sebagai berikut:
 
  Mark Tingay, a geologist at the University
  of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
  has a striking similarity to drilling-induced
  eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
  (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
  2005). There, deeply buried fluids under high
  pressure rose to a shallower rock formation that
  they then fractured, thus eventually reaching the
  surface. The event also showed the pattern of
  loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
  of which were kilometres from the drilling site.
  In the Brunei case, Shell, the company responsible
  for the drilling, has documented the expulsion
  and its efforts to alleviate the situation. The
  flow took more than 20 years and more than 20
  relief wells to quell, says Tingay. The similarities
  all suggest a man-made cause for Lusi, he says.
 
  Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
  Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract'
nya
  kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
  Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon
dikirimkan
 per
  e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
  mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment
lebih
  dari 500 KB
  Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
  PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
  R.P.Koesoemadinata
  Jl. Sangkuriang G-1
  Bandung 40135

Re: [iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)

2007-02-26 Terurut Topik benyamin sembiring

Belum lagi kalau standar nilai (IP) dari setiap perguruan tinggi yang
(dianggap) berbeda. Gak jarang kita melihat publikasi/iklan seperti ini ; IP
2.7 untuk Univ Negri dan 3.0 untuk Univ swasta. sangat rasial tapi ini
fakta.

benz



Pada tanggal 07/02/27, Wayan Ismara Heru Young [EMAIL PROTECTED]
menulis:



saya tertarik dengan kalimat bapak shofi : Butuh kecerdasan yang tinggi
untuk menghasilkan karya yang bagus.
tapi apa kecerdasan selalu tercermin pada IP pak?

saya rasa IP itu gabungan antara kecerdasan dan keseriusan (seberapa
banyak waktu yg dipakai untuk belajar,
IP tinggi, bisa jadi sangat cerdas dan cukup rajin, atau kurang cerdas
tapi sangat rajin.
IP rendah, bisa jadi kurang cerdas dan kurang rajin, atau sangat cerdas
tapi samasekali tidak rajin.

selama menjadi asisten dosen, kasus2 yang saya amati sering terjadi adalah
sbb:
anak cerdas sering merasa bosan dengan pengajaran yang lambat, atau sering
juga jadi merasa terlalu meremehkan pelajaran, berakhir dengan
nilai  rendah, atau sedang.
anak yang kurang cerdas, merasa diri kurang mampu, jadi berambisi untuk
mengejar teman-temannya, dia rajin mengerjakan tugas, pr, belajar dsb,
berakhir dengan nilai tinggi.

saya sendiri beberapa kali melihat kasus dimana mahasiswa berIP tinggi
malah kurang bisa berkomunikasi, karena jarang bergaul di kampusnya..
mungkin ini kasus2 untuk dari kelompok kurang cerdas tapi sangat rajin..

semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing2...
yang paling bagus? menurut saya yang bisa berdiri diantara.. punya
kecerdasan lumayan, rajin, dan bisa berkomunikasi (bersosialisasi)

kalau mau filter yang cukup mudah, cepat, dan efisien, mungkinbisa lihat
IP per semester, disamping IPK..
dalam IP semester itu bisa dilihat kemajuan/kemunduran atau anomali IP
selama kuliah, yang mungkin bisa memberi bayangan penyebab nilai IPK.

salam,
Wayan Young


On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di
 negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh
persen
 dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap.

 Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana
 memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep
geology,
 saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi
untuk
 menghasilkan karya yang bagus.



 Shofi



 On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 
  Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...
 
  Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
  Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
  samenwerken between IPA and the company, where the money comes from
the
  other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
  ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
  hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA
yang
  organize.
 
  Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA,
tetapi
  tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
  yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
  Pertamina???).
 
  Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
  Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
  banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
  apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus
(artinya
  banyak C, dan beberapa B kan).
 
  Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
  umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
  banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
  usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
  Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.
 
  Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin
program
  itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
  ngerjain ini di luar jam kantor.
 
  Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you
know
  that it is beyond our ability to know that.
 
  Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak
melanggar
  business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
  para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
  adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program
seperti
  ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
  Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro 
kontra,
  sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap
tahun.
 
  Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.
 
  Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!
 
  Wassalam,
 
  Parvita H. Siregar
  Chief Geologist
  Salamander Energy
  Jakarta-Indonesia
 
 
  Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
  confidential and is sent for the personal attention of the intended

Re: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik benyamin sembiring

pak,
bisa dimasukkan ke program fieldtrip JCB 2007.
Tinggal kita buat formatnya, dan cari rig yang akan dikunjungi.
Adakah sekitar Bali yang lagi ngebor?

benz
(koordinator fieldtrip JCB 2007)

Pada tanggal 07/02/27, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] menulis:


Jadi inget rig visit.

Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di
mana
aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day
class
biar gak tergesa gesa.

Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap?




On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu,
menurut
 saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain
 TA.
 Memang kalau sepintas kita berpikiran:
 kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?.
 Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum
 beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya
 sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan
 syarat2
 nya.
 Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA
sebelumnya
 (Rig visit). Seneng buange..
 Thanks to IPA and IAGI

 Jar




RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Leonard Lisapaly


Beberapa hari lalu di Kompas ada foto persiapan peluncuran bola beton untuk
menghambat laju lumpur. Barangkali ada yang tahu update terakhir?

LL

-Original Message-
From: Budiarto, Budiman [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:28 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

Barangkali perlu dipikirkan untuk membangun Cleopatra Care Center.
Mandi lumpur biar cakep seperti Cleopatra.

Budiman Budiarto

CONOCOPHILLIPS
Gedung Menara Mulia 
JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11
JAKARTA 12930

Phone  524-1631
Mobile  0811-8--1  


-Original Message-
From: Supardan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:04 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan
lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/
pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol
juga
masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga
menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol
Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI
melalui
jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa
parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para
wisatawan
tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik
tanggul
LUSI.

Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya
(menghentikan
semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah
memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di
balik
bencana, ada karunia*.


On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bisa bisa  Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia ,
kejadian
 Lusi
 ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan  ,ada
 gempa
 , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak
tahu
 penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah  ada dampak
 sosial
 ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai
presiden,wapres
 dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun.
 Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur.
 Mungkin paradigma wisata  mulai dirubah dg memperhatikan kondisi
geologis
 dg
 menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami ,
 Wisata
 Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll

 ISM

 Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


  Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun
dengan
 20
  relief well untuk menghentikannya?
  Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
  RPK
  - Original Message -
  From: [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
 
 
  Pak Koesoema,
 
  Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga
di
  Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama
 memang
  untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi
 tekanannya
  dibagi-bagi ke beberapa sumur.
  Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society,
London,
  Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in
Brunei:
 A
  snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.
 
  Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa
mendapatkan
  papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.
 
  Salam,
 
  Herman
 
 
  -Original Message-
  From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: 26 February 2007 10:32
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
 
 
  Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada
  kutipan sebagai berikut:
 
  Mark Tingay, a geologist at the University
  of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
  has a striking similarity to drilling-induced
  eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
  (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
  2005). There, deeply buried fluids under high
  pressure rose to a shallower rock formation that
  they then fractured, thus eventually reaching the
  surface. The event also showed the pattern of
  loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
  of which were kilometres from the drilling site.
  In the Brunei case, Shell, the company responsible
  for the drilling, has documented the expulsion
  and its efforts to alleviate the situation. The
  flow took more than 20 years and more than 20
  relief wells to quell, says Tingay. The similarities
  all suggest a man-made cause for Lusi, he says.
 
  Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
  Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract'
nya
  kasus pemboran Shell ini tidak 

RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik Herman.Darman
Menambahkan info usulan Budiman,
silahkan coba browsing resort Pulau Tiga di Sabah. ... 
Salah satu object menarik yang dikunjungi wisatawan.


-Original Message-
From: Budiarto, Budiman [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 27 February 2007 12:28
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Barangkali perlu dipikirkan untuk membangun Cleopatra Care Center.
Mandi lumpur biar cakep seperti Cleopatra.

Budiman Budiarto

CONOCOPHILLIPS
Gedung Menara Mulia 
JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11
JAKARTA 12930

Phone  524-1631
Mobile  0811-8--1  


-Original Message-
From: Supardan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:04 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan
lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/
pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol
juga
masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga
menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol
Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI
melalui
jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa
parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para
wisatawan
tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik
tanggul
LUSI.

Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya
(menghentikan
semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah
memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di
balik
bencana, ada karunia*.


On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bisa bisa  Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia ,
kejadian
 Lusi
 ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan  ,ada
 gempa
 , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak
tahu
 penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah  ada dampak
 sosial
 ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai
presiden,wapres
 dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun.
 Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur.
 Mungkin paradigma wisata  mulai dirubah dg memperhatikan kondisi
geologis
 dg
 menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami ,
 Wisata
 Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll

 ISM

 Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


  Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun
dengan
 20
  relief well untuk menghentikannya?
  Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
  RPK
  - Original Message -
  From: [EMAIL PROTECTED]
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
 
 
  Pak Koesoema,
 
  Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga
di
  Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama
 memang
  untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi
 tekanannya
  dibagi-bagi ke beberapa sumur.
  Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society,
London,
  Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in
Brunei:
 A
  snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.
 
  Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa
mendapatkan
  papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.
 
  Salam,
 
  Herman
 
 
  -Original Message-
  From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: 26 February 2007 10:32
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
 
 
  Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada
  kutipan sebagai berikut:
 
  Mark Tingay, a geologist at the University
  of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
  has a striking similarity to drilling-induced
  eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
  (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
  2005). There, deeply buried fluids under high
  pressure rose to a shallower rock formation that
  they then fractured, thus eventually reaching the
  surface. The event also showed the pattern of
  loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
  of which were kilometres from the drilling site.
  In the Brunei case, Shell, the company responsible
  for the drilling, has documented the expulsion
  and its efforts to alleviate the situation. The
  flow took more than 20 years and more than 20
  relief wells to quell, says Tingay. The similarities
  all suggest a man-made cause for Lusi, he says.
 
  Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
  Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract'
nya
  kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
  

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah 


   Vick, 
 Untuk suatu statement yg bersekala
nasional memang bawah permukaan 
 adalah kompetensi IAGI, jadi
diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 
 volcano tadi. Kalau
sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu 
 memberi masukan
ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk 
 membuat
metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. 
 

Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia

 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil,
jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara
penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis kulit mau
coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya hanya ikuti
workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan
santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak

 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/

 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau
ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan
di forum IATMI 
 atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain.
Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan

 ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia
tanpa teks... 
 Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar
negeri lho. 
 
 Witan 
 

-Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52
PM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l]
Scientists: Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 
 Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa
ndak ada masalah mau 
 digiring kemanapun. Tetapi
yang aku sangat sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di
penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga 

bermain-main di penyebab terjadinya. 
 
 Aku
sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. 
 

Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan
 
 Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan
nanah  ya 
 mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda
sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri
kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul korengan sebelumnya
termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah
sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka 

baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah

 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati.
Lah 
 ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti
sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa
malah beneran bisul 
 yang sudah mateng ? 
 Si sakit
sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ?
Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. 


 Duh ! 
 
 Kesiannya luka baru tadi sudah
menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 
 mulai bernanah.
Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah 

mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi
dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !!

 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah
seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan
kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ...
!! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut
!!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP

 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat pada asosiasi peneliti 
 dan 
 masyarakat.

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan 


   Vick, 
 Untuk suatu statement yg bersekala
nasional memang bawah permukaan 
 adalah kompetensi IAGI, jadi
diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 
 volcano tadi. Kalau
sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu 
 memberi masukan
ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk 
 membuat
metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. 
 

Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia

 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil,
jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara
penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis kulit mau
coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya hanya ikuti
workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan
santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak

 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/

 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau
ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan
di forum IATMI 
 atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain.
Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan

 ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia
tanpa teks... 
 Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar
negeri lho. 
 
 Witan 
 

-Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52
PM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l]
Scientists: Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 
 Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa
ndak ada masalah mau 
 digiring kemanapun. Tetapi
yang aku sangat sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di
penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga 

bermain-main di penyebab terjadinya. 
 
 Aku
sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. 
 

Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan
 
 Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan
nanah  ya 
 mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda
sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri
kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul korengan sebelumnya
termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah
sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka 

baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah

 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati.
Lah 
 ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti
sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa
malah beneran bisul 
 yang sudah mateng ? 
 Si sakit
sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ?
Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. 


 Duh ! 
 
 Kesiannya luka baru tadi sudah
menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 
 mulai bernanah.
Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah 

mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi
dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !!

 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah
seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan
kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ...
!! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut
!!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP

 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat pada asosiasi peneliti 
 dan 
 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan 


   Vick, 
 Untuk suatu statement yg
bersekala nasional memang bawah permukaan 
 adalah kompetensi
IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 
 volcano
tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu 

memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk 
 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. 
 
 Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal
bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa
dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian
tahu cara penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis
kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya
hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang
berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan
ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak
tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani
lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri
puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa
sih sebabnya ? Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng
sebelahnya. 
 
 Duh ! 
 
 Kesiannya
luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 

mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun
sudah 
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum
terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan
menjadi infeksi dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker
... waddduh !! 
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan
obat merah seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti
dioperasi, bahkan kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa
harus amputasi ... !! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit
ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki
saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian
lebih lanjut !!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP 
 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat pada asosiasi peneliti 
 dan 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan tersebut
diatas masih 


   Vick, 
 Untuk suatu
statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan 
 adalah
kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 

volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu 
 memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk

 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan.

 
 Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal
bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa
dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian
tahu cara penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis
kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya
hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang
berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan
ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak
tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani
lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri
puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa
sih sebabnya ? Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng
sebelahnya. 
 
 Duh ! 
 
 Kesiannya
luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 

mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun
sudah 
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum
terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan
menjadi infeksi dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker
... waddduh !! 
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan
obat merah seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti
dioperasi, bahkan kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa
harus amputasi ... !! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit
ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki
saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian
lebih lanjut !!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP 
 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat pada 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan tersebut



   Vick, 
 Untuk suatu statement yg
bersekala nasional memang bawah permukaan 
 adalah kompetensi
IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 
 volcano
tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu 

memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk 
 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. 
 
 Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal
bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa
dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian
tahu cara penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis
kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya
hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang
berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan
ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak
tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani
lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri
puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa
sih sebabnya ? Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng
sebelahnya. 
 
 Duh ! 
 
 Kesiannya
luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 

mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun
sudah 
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum
terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan
menjadi infeksi dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker
... waddduh !! 
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan
obat merah seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti
dioperasi, bahkan kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa
harus amputasi ... !! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit
ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki
saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian
lebih lanjut !!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP 
 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat pada asosiasi 

RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

2007-02-26 Terurut Topik Parvita Siregar
Aduh Fajar, makasiih.saya juga kasihan, kalau di nilai, tampang
saya sebenernya nilainya 7.9 buat jadi cover girl, Cuma batasan nilainya
8.0 jadi ngga lolos seleksi deh.  Makanya jadi geologist, ngga jadi
model.  :-)

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia
 
 
Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

-Original Message-
From: Fajar Surahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 27, 2007 8:50 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu,
menurut
saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain
TA.
Memang kalau sepintas kita berpikiran:
kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?.
Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum
beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya
sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan
syarat2
nya.
Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA
sebelumnya
(Rig visit). Seneng buange..
Thanks to IPA and IAGI

Jar

- Original Message -
From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, 27 February, 2007 07:20
Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1


Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya...

Cak Noor:  Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di
Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini.  Jadi ini
samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the
other company.  Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project
ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka
hire bule2 maupun mahasiswa bule.  Maka setujulah mereka, asal IPA yang
organize.

Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi
tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2
yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya
Pertamina???).

Mas Herman:  Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview.
Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang
banyak yang IPKnya di atas 3.0.  Ndak seperti jamannya kita dulu,
apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya
banyak C, dan beberapa B kan).

Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya
umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah.  Saya mikir, teman2 saya
banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih
usianya.  Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk.
Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho.

Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program
itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita
ngerjain ini di luar jam kantor.

Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know
that it is beyond our ability to know that.

Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar
business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi
para mahasiswa (amiiin).  Berhubung program ini baru pertama kali kita
adakan, jadi musti agak ketat seleksinya.  Dan mudah2an program seperti
ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral 
Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro  kontra,
sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun.

Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan.

Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu!

Wassalam,

Parvita H. Siregar
Chief Geologist
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1

kalau baca ini:
.akan disponsori oleh IPA Student Program

artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...?


salam,


- Original Message 
From: 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan tersebut
diatas masih kurang untuk menyatakan 


   Vick,

 Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah
permukaan 
 adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang
asal-usul nya mud 
 volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya
mungkin kita bisa bantu 
 memberi masukan ke asosiasi
professional yang lebih kompeten untuk 
 membuat metoda
pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. 
 
 Sama
dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat,
bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara
penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis kulit mau
coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya hanya ikuti
workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan
santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak

 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/

 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau
ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan
di forum IATMI 
 atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain.
Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan

 ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia
tanpa teks... 
 Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar
negeri lho. 
 
 Witan 
 

-Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52
PM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l]
Scientists: Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 
 Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa
ndak ada masalah mau 
 digiring kemanapun. Tetapi
yang aku sangat sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di
penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga 

bermain-main di penyebab terjadinya. 
 
 Aku
sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. 
 

Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan
 
 Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan
nanah  ya 
 mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda
sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri
kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul korengan sebelumnya
termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah
sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka 

baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah

 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati.
Lah 
 ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti
sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa
malah beneran bisul 
 yang sudah mateng ? 
 Si sakit
sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ?
Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. 


 Duh ! 
 
 Kesiannya luka baru tadi sudah
menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 
 mulai bernanah.
Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah 

mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi
dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !!

 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah
seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan
kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ...
!! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut
!!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP

 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan tersebut
diatas 


   Vick, 
 Untuk suatu
statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan 
 adalah
kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 

volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu 
 memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk

 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan.

 
 Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal
bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa
dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru kemudian
tahu cara penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter spesialis
kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya
hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang
berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan
ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak
tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani
lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri
puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa
sih sebabnya ? Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng
sebelahnya. 
 
 Duh ! 
 
 Kesiannya
luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 

mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun
sudah 
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum
terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan
menjadi infeksi dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker
... waddduh !! 
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan
obat merah seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti
dioperasi, bahkan kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa
harus amputasi ... !! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit
ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki
saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian
lebih lanjut !!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP 
 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat pada asosiasi 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan tersebut
diatas masih kurang 


   Vick, 
 Untuk
suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan 

adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 
 volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu

 memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten
untuk 
 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas
permukaan. 
 
 Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak
hanya asal bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul
itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru
kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter
spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup
tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge
yang berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan
penggiringan ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup
banyak tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti
berani lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri
puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa
sih sebabnya ? Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng
sebelahnya. 
 
 Duh ! 
 
 Kesiannya
luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 

mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun
sudah 
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum
terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan
menjadi infeksi dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker
... waddduh !! 
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan
obat merah seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti
dioperasi, bahkan kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa
harus amputasi ... !! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit
ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki
saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian
lebih lanjut !!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP 
 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan
pendapat 

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.

   Apakah dengan alasan tersebut
diatas masih kurang untuk 


   Vick, 

Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan 
 adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya
mud 
 volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita
bisa bantu 
 memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih
kompeten untuk 
 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di
atas permukaan. 
 
 Sama dengan contoh bisul tadi,
dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu
asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor,
atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak 

nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana
nya cukup tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and
challenge yang berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan
penggiringan ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup
banyak tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti
berani lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri
puskesnya masih 
 melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa
sih sebabnya ? Malah 
 melihat-lihgat bekas-bekas koreng
sebelahnya. 
 
 Duh ! 
 
 Kesiannya
luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah 

mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun
sudah 
 mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum
terobati. 
 
 Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan
menjadi infeksi dan kalau 
 keterusan salah-salah menjadi kangker
... waddduh !! 
 Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan
obat merah seperti 
 kalau sakit luka baru, tetapi mesti
dioperasi, bahkan kalau sangat 
 parah menjadi kangker terpaksa
harus amputasi ... !! 
 
 Duh 
 Kesian si sakit
ini  :( 
 
 - :( Pak Mantri, gimana nih kaki
saya ? 
 + :p  Sabar . Masih menunggu penelitian
lebih lanjut !!! 
 
 GUBRAKKK  
 
 RDP 
 
 On 2/23/07, Arya Nuhan
[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh sayang banget
di international workshop on Lusi kemarin topik ini 

kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak 
 anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya
(as the 
 email subject indicated). Saya datang dengan
antusias ke workshop 
 tersebut berharap adanya perdebatan
yang sengit (dengan argumen yang 
 ilmiah tentunya!) mengenai
penyebab naiknya lumpur ke permukaan. 
 
 Yang
sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview 
 secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong
ke satu 
 sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok
hampir gak percaya 
 kalo satu perusahaan bisa memaksakan

RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !

2007-02-26 Terurut Topik yrsnki


 
    Rekan rekan

    Saya  sependapat dengan Vicky bahwa kita masih
berkutat dengan apa 
    penyebab-nya LUSI ini.
Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan
   
dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI.
    Akan
tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian
khususnya 
   Indonesia ,sebagian terbesar berpendapat
bahwa  LUSI tejadi karena kondisi 
   geologi
bawah permukaan-nya.
   Dalam berbagai diskusi dan workshop
maupun intern para ahli kebumian 
   hal ini 
sepertinya sudah menjadi semacam KONSENSUS.

   Apakah
dengan alasan tersebut diatas masih kurang untuk menyatakan LUSI
   sebagai Bencanal Alam ( bisa ditambahkan Nasional
kalau mengingat dampak-
   sosial ekonomis yang sangat
besar).

   Dalam salah satu diskusi Int'l workshop
minggu lalu saya menyatakan bahwa per-
   soalan-nya adalah
bagaimana meng-kwantifikasikan  data geologi bawah permukaan
   dengan memakai data dan asumsi geologi yang
benar.

    Prihadi telah mencoba
membuat asusmsi lamanya luapan lumpur berdasarkan 
    beberapa asumsi , awal yang
menggembirakan.

Kearah
kwantifikasi data geologi dan geofisika inilah seharusnya usaha kita
arahkan
    apakah kebenaran akan mutlak ?
Tidak ada yang menjamin , akan tetapi dengan \  
 data / informasi serta didasarkan kepada asumsi
geologi yang paling disepakati,

kita semestinya dapat melakukan hal itu .

Hai inlah yang akan memberikan
arahan kepada ahli ahli lain dan pemegang kewenangan
    /pemerintah untuk membuata rencana mitigasi yang
lebih dapat diterima masyarakat 
    yang terkena
dampak.

   Apakah ini se-olah2 memihak ? Saya kira
tidak dapat dikatakan demikian. 
   Saya kira
disinilah keteguhan kita sebagai ahli kebumian
   akan
diuji, yi. apakah kita berani menyatakn kebenaran ilmiah walaupun
itu bertentangan
   dengan opini umum?.

   Pak Eddy Sunardi cs, marilah nyatakan apa yang
menurut  Anda paling benar berdasarkan
  
kaidah keilmuan.
   Semoga Allah SWT memberikan kekuatan
untuk itu .


   Si-Abah

  
__


   Vick, 
 Untuk
suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan 

adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud 
 volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu

 memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten
untuk 
 membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas
permukaan. 
 
 Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak
hanya asal bedah saja tapi dia 
 musti tahu dulu asal-usul bisul
itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, 
 tumor, atau kanker baru
kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak 
 nanti dokter
spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. 
 
 Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup
tertib 
 dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge
yang berarti. 
 Namun saya tak melihat/merasa ada kesan
penggiringan ke satu pihak 
 tertentu, mengingat yang hadir cukup
banyak tokoh2 senior IAGI/ 
 pendidikan ilmu kebumian yang pasti
berani lantang bicara kalau ada 
 sesuatu yg tak sesuai dengan
pendapatnya. Siapa takut? 
 
 Kalau saja session
drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI 
 atau
asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest 
 dan kompetensi tadi. 
 
 Yang sangat saya
sayangkan kenapa seminar international tapi 
 presentasinya kok
hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan 
 ahli-ahli
asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... 

Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. 


 Witan 
 
 -Original Message- 
 
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM 
 To:
iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists:
Mudflow caused by drilling, not 
 natural ! 
 

Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau

 digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat
sayangkan kenapa masih 
 juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan
Tim IAGI masih juga 
 bermain-main di penyebab
terjadinya. 
 
 Aku sendiri sering menganalogikan dengan
penyakit bisul. 
 
 Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi
bisul yang belum cukup mateng 
 tersenggol kemudian dicucuk pakai
paku payung yang sudah jaratan  
 Nah jadinya sebentuk luka
baru tetapi juga mengeluarkan nanah  ya 
 mengeluarkan nanah
yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada 
 potensi menjadi
sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada 
 tanda-tanda muncul
korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung 
 Anyar. :) 
 
 Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau
saja luka 
 baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti
kalau di film 
 perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena
digigit ular malah 
 dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka
bakar yg bisa diobati. Lah 
 ini korengan bisul yang sudah
tercucuk malah diteliti sana-sini. 
 Sambil eyel-eyelan akibat
tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul 
 yang sudah mateng
? 
 Si 

Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei

2007-02-26 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
TErima kasih atas kiriman tulisan Tingay. TErnyata tidak banyak juga 
diceritakan apakah memang membentuk mudvolcano atau tidak, terutama yang di 
Seria. Kalau yang di Champion ternyata di bawah laut.
Mungkin di buku oleh Koopman et al mengenai Petroleum Resources of Brunei 
Darusalam sebagaimana di sitir oleh Tingay ada pembahasan lebih detail, 
paling tidak ada gambarnya. Atau mungkin juga di Ph.D. thesinya Tingay.

Sekali lagi terima kasih atas kirimannya
Wassalam
RPK
- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, February 27, 2007 10:22 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei



Pak Koesoema,

Saya kirim referensi melalui e-mail terpisah.
Mud volcano sudah tidak ada lagi, tinggal crater. Mud Volcano yang ada di 
Sabah terjadi secara alamiah, sampai membentuk pulau. Namanya Pulau Tiga, 
terbentuk oleh 3 mud volcano, bisa dicari di website, karena merupakan 
object turis.


Saya tanya ke sumber internal, mereka mengatakan blow-out itu hanya 
terjadi sesaat, kemudian collapse. Tinggal crater yang ada. Tapi secara 
internal blow out itu memang terjadi sangat lama seperti Mark Tingay 
sebutkan. Jadi mereka monitor terus temperatur dan pressure di reservoir 
sekelilingnya. Jumlah relief well-nya saya tidak tau dengan pasti, perlu 
saya selidiki lebih lanjut.


Herman




-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 19:43
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20
relief well untuk menghentikannya?
Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi?
RPK
- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei



Pak Koesoema,

Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di 
Seria

field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk
mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya
dibagi-bagi ke beberapa sumur.
Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London,
Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A
snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta.

Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan
papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB.

Salam,

Herman


-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 February 2007 10:32
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei


Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada
kutipan sebagai berikut:

Mark Tingay, a geologist at the University
of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano
has a striking similarity to drilling-induced
eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979
(M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49;
2005). There, deeply buried fluids under high
pressure rose to a shallower rock formation that
they then fractured, thus eventually reaching the
surface. The event also showed the pattern of
loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some
of which were kilometres from the drilling site.
In the Brunei case, Shell, the company responsible
for the drilling, has documented the expulsion
and its efforts to alleviate the situation. The
flow took more than 20 years and more than 20
relief wells to quell, says Tingay. The similarities
all suggest a man-made cause for Lusi, he says.

Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell?
Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya
kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per
e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih 
dari

500 KB
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI  the 36th IAGI Annual
Convention and Exhibition,
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: