Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam Delta? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kenapa Ombilin basin yah? - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad Agus Karmadi (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/ Agus Guntoro (Geology Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang Triwibowo (Geology UPN Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari Fithrah (Geology ITM) Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1 Importance: High Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir, Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan geologi di seluruh Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin, Central Sumatra, yang akan disponsori oleh IPA Student Program. Kegiatan ini akan berlangsung sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di lapangan. Thesis akan menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi di wilayah Ombilin Basin dengan melakukan banyak measuring section di outcrop2 Ombilin Basin. Syarat: - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan geologi (surat keterangan dari jurusan masing-masing) - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip Nilai Akademik yang dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi dan sedimentologi minimal B) - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta dalam project ini (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat yang dapat dikontak oleh IPA. - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga mencakup synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin lengkap dengan referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4 (bahasa inggris) - Membuat rencana/time table dari project (misalnya lamanya pengumpulan data awal, studi literatur, studi regional-lapangan-penulisan laporan-kolokium-sidang), dibuat di Microsoft Excel. Mahasiswa diharuskan untuk dapat menyelesaikan thesis ini selambat-lambatnya pertengahan tahun 2008 dan tercantum di dalam time table project (tentunya yang bisa lebih cepat akan mendapatkan point lebih dalam seleksi!) - Mencantumkan nama pembimbing yang bersedia membimbing dan berdedikasi untuk selesainya thesis ini dalam waktu yang singkat. KEKURANGAN PERSYARATAN AKAN LANGSUNG DIDISKWALIFIKASI Para peserta yang lulus seleksi akan dilanjutkan dengan interview pada minggu ke-2 April 2007. Pemenang akan mendapatkan: - Kesempatan thesis dengan akomodasi dan transportasi ke Sumatra Tengah, ditanggung sepenuhnya oleh IPA. - Kesempatan untuk oral maupun poster session di IPA dan/atau SEAPEX (Singapore)- biaya akomodasi, transportasi dan uang saku disponsor oleh IPA/SEAPEX. Persyaratan harap dikirimkan selambat-lambatnya hari Jum'at, 23 Maret 2007 (sampai di meja IPA) ke: INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Wisma Kyoei Prince, 17th Floor, Suite 1701 Jln. Jendral Sudirman Kav. 3,
RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi. Herman -Original Message- From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 15:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K) sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak sponsornya. Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas serta asosiasi profesi terkait. Terima kasih dan salam TAM --- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya mahasiswa dari universitas tertentu saja yang mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? Salam, Herry - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad Agus Karmadi (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/ Agus Guntoro (Geology Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang Triwibowo (Geology UPN Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari Fithrah (Geology ITM) Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1 Importance: High Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir, Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan geologi di seluruh Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin, Central Sumatra, yang akan disponsori oleh IPA Student Program. Kegiatan ini akan berlangsung sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di lapangan. Thesis akan menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi di wilayah Ombilin Basin dengan melakukan banyak measuring section di outcrop2 Ombilin Basin. Syarat: - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan geologi (surat keterangan dari jurusan masing-masing) - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip Nilai Akademik yang dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi dan sedimentologi minimal B) - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta dalam project ini (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat yang dapat dikontak oleh IPA. - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga mencakup synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin lengkap dengan referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4 (bahasa inggris) - Membuat rencana/time table dari project (misalnya lamanya pengumpulan data awal, studi literatur, studi regional-lapangan-penulisan laporan-kolokium-sidang), dibuat di Microsoft Excel. Mahasiswa diharuskan untuk dapat menyelesaikan thesis ini selambat-lambatnya pertengahan tahun 2008 dan tercantum di dalam time table project (tentunya yang bisa lebih cepat akan mendapatkan point lebih dalam seleksi!) - Mencantumkan nama pembimbing yang bersedia membimbing dan berdedikasi untuk selesainya thesis ini dalam waktu yang singkat. KEKURANGAN PERSYARATAN AKAN LANGSUNG DIDISKWALIFIKASI Para peserta yang lulus seleksi akan dilanjutkan dengan interview pada minggu ke-2 April 2007. Pemenang akan mendapatkan: - Kesempatan thesis dengan akomodasi dan transportasi ke Sumatra Tengah, ditanggung sepenuhnya oleh IPA. - Kesempatan untuk oral maupun poster session di IPA dan/atau SEAPEX (Singapore)- biaya akomodasi, transportasi dan uang saku disponsor oleh IPA/SEAPEX. Persyaratan harap dikirimkan selambat-lambatnya hari Jum'at, 23 Maret 2007 (sampai di meja IPA) ke: INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Wisma Kyoei Prince, 17th Floor, Suite 1701 Jln. Jendral Sudirman Kav. 3, Jakarta 10220 - Indonesia PO. Box 1275/JKP/10012 Di ujung diri atas
[iagi-net-l] Mudvocano di Brunei karena kesalahan Pemboran Shell?
Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
[iagi-net-l] HP/HT drilling di deltaic system
Rekan-rekan, Saya ingin tanya apakah ada yang punya pengalaman dengan High Pressure / High Temperature drilling di Kalimantan Timur? boleh tanya maximum depth yang pernah di bor di sana, maximum pressure yang pernah diukur, dan kalau ada berapa drilling cost untuk sumur-sumur baru. Salam, Herman Darman
[iagi-net-l] Selamat dan Sukses Pekan PERHIMAGI di JOGJA
Informasi saja... Mulai hari ini tadi ada event kegeologian di Jogjakarta bagi mahasiswa geologi se Indonesia melalui perwakilan himpunannya. Total mahasiswa geologi yang terlibat dalam pekan Perhimagi tersebut mencapai 100 mahasiswa yang mewakili 15 HM dari kampus-kampus yang ada Prodi Geologi-nya (Jogja, Bandung, Bogor, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar). Hari pertama ada pencerahan geologi masa depan bagi rakyat Indonesia dari Pengda IAGI Yogyakarta di Aula Kampus FTM UPN Veteran, oleh : Ibu Sari Bahagiarti, Ibu Amara, Ibu Sri Mulyaningsih dan Bp. Arifudin Idrus. Acara tersebut dibuka oleh Wakil Gubernur DIY : Sri Paku Alam IX. Kawan-kawan yang geologist tadi telah memberikan dorongan kepada mahasiswa geologi melalui hm-hm untuk aktif dalam menyebar-luaskan pengetahuan umum kegeologian bagi masyarakat dimana saja berkiprah sebagai bentuk sosialisasi geologi, juga terkait dengan mitigasi bencana geologi yang melibatkan semua unsur elemen masyarakat, (termasuk hm-hm). Sorenya : kunjungan ke kampus Geologi UPN, STTNAS, Akprind, dan UGM. Besok, dilanjutkan acaranya di Wisma Gadjah Mada, Kaliurang untuk Munas organisasi, presentasi karya ilmiah, dan juga bergeowisata. Besoknya lagi, akan fieldtrip geologi ke Cepu, yang akan dipandu oleh Bp. Yohanes dari PPT Migas Cepu. Saya kira ini salah satu event kegeologian (walaupun di-create oleh hm-hm) melalui Perhimagi yang sangat potensial mengembangan bentuk-bentuk networking dan komunikasi diantara mereka. Dukungan kegiatan ini mengalir dari berbagai pihak, khususnya dari PP-IAGI, Pengda IAGI, juga disponsori oleh : BPC, Vico, Arutmin, Toyota Astra, EMP Malaka, CNOOC dan PetroChina. Selamat dan sukses untuk Perhimagi..., terima kasih PP-IAGI dll...yang mendukung... Mas Benz, silahkan kalau mau dipublish di Berita IAGI. Salam, Agus Hendratno / pengda iagi yogyakarta Get your own web address. Have a HUGE year through Yahoo! Small Business. http://smallbusiness.yahoo.com/domains/?p=BESTDEAL
Re: [iagi-net-l] Fwd: Press release T. Geologi UGM mengenai penelitian gempa Bantul
wah, kita terus berkampanye untuk apapun medianya. Kita di jogja sudah melatih beberapa mahasiswa untuk menjadi penyuluh-penyuluh bencana secara umum. Beberapa poster juga sudah ada dan distribusikan ke kampung-kampung. Cuma, ada plus dan minusnya. Kita terus mencari format-format pembelajaran masyarakat yang di daerah rawan bencana. Mengkampanyekan geologi bagi wong cilik di daerah rawan bencana itu sungguh berat, kita ibarat bilangan 1 dibagi 0 atau 1/0 = tak terhingga. 1 (satu) adalah Tuhan, sebagai bentuk sumber ilmu dan pengetahuan (termasuk ilmu geologi yang belajar di atas bumi ini), sumbernya 1. Nol (0) adalah niatan kita harus bersih, jujur, saintifik, tanpa pamrih, untuk menceritakan pengetahuan kegeologian kita secara populer kepada wong-wong cilik (yang miskin karena ekonomi terus ditimpa bencana alam lagi..) Kalau saja, industri-industri yang berbasis pada ekstraksi kebumian ini mengembangkan comdev-nya pada edukasi kebencanaan kepada publik dan masyarakat di wilayah ancaman bencana, betapa besar dana yang bisa dihimpun, dan bisa dibuatkan berbagai bentuk publikasi yang memuat edukasi bencana kebumian. Siapa pun yang membuat, saya kira ndak masalah. Tapi penggalangan dana-dana comdev dari berbagai industri seandainya bisa dihimpun dan dimanfaatkan / dioptimasi yang lebih luas, diluar kawasan industri tersebut; maka sungguh akan turun membantu pemerintah dalam kampanye SADAR BENCANA, apa saja dan akhirnya berujung pada penekanan RESIKO bencana. Yang saintifik-saintifik di simposium, workshop, seminar, di publikasi yang lux dan elite pun, tetaplah berjalan sebagai bentuk berkembangnya iptek; tapi bentuk pendistribusian iptek ke wong cilik yang tepat sasaran, rasanya akan tiada putus amal dan ilmu itu, sampai masuk kubur/ atau amal ilmu yang berkelanjutan..., diperhitungkan geostatistika-nya di akhirat. whalah..opo maneh kiye.. salam agus hendratno - Original Message From: Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, February 23, 2007 6:45:48 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Press release T. Geologi UGM mengenai penelitian gempa Bantul Bravo T. Geologi UGM!! Menyambut gembira terbitnya peta ini. Kabarnya UPN juga sedang membuat hal yang serupa...baik gempa dan vulkano...ataupun tsunami. Peta dan pemahaman situasi ini sangat penting bagi rakyat..bagi pak Sastro, mbok Jumini, Yu Minah, Mas Parjo yang di desa-desa itu... Nah, kemarin waktu IAGI juga UGM sudah membuat poster tentang gempa. Tinggal sosialisai lebih kebawah..ke kelurahan, balai desa, dukuh dan bila perlu RT/RW. Jangan hanya sampai di simposium kebumian thok...tapi rakyat yang hidup diatas zona rentan dan bergoyang itu cuma melongo jadi korban lagi. Salah satu dermawan mau membiayai sosialisasi peta rawan bencana ini ke desa-desa tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh rakyat bawah.( Mungkin kayak bahasanya Kang Rovicky di weblognya itu ngkali ya..) Kita menunggu dari ITB/ UPN/Trisakti /UnPad dll dengan peta-peta serupa di daerah lainnya yang rawanAceh, Sumut, Bukit Barisan, Selat Sunda,Jawa Bali, Maluku, Nusatenggara, dll. Tidak hanya Bantul sajaIngat saja gambar simbol IAGI kita, nah jalur yang diwarnai biru itu paling tidak ada peta rawannya. Saya belum pernah lihat peta-peta rawan ini tertempel di tembok balai desa, bahkan di Bantul sekalipun. Jangan kita seperti keledai terperosok di lubang yang sama. Maksudnya, tahu persis dimana rawan bencana gempa dan longsor, tapi membiarkan rakyat menjadi korban-korban berikutnya tanpa tahu apapun dan harus berbuat apa. Inilah kesempatan geologiawan/wati menyumbangkan ilmu untuk sosial dan keselamatan bersama. Saya sudah membuat draft Disaster Alert booklet, inginnya masuk peta rawan bencana itu juga. tapi, kendala waktu biaya saja yang sampai sekarang belum tuntas.Diantaranya mengutip dari weblognya Kang Rovicky, tentunya atas ijin beliau Salam, KA - Original Message - From: Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, February 23, 2007 3:53 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Press release T. Geologi UGM mengenai penelitian gempa Bantul Matur nuwun Mas, menarik melihat respon postingan tersebut dari komentar-komantar yang penuh keingintahuan. salam udin On 2/23/07, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau ada yag pingin lihat petanya, seperti biasa silahkan ke sini : http://rovicky.wordpress.com/ Suwun mas salahudin. rdp Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to:
Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
kawasan wisata di selatan Jatim dan ujung Jatim bagian timur, ambruk, termasuk di Bromo dan pantai selatan Jatim. yang perlu diteliti lebih lanjut adalah mutiplier effect dari semburan lumpur. Kelihatannya belum ada organisasi ilmiah atau lembaga pemerintah tentang analisis dampak ganda dari bencana yang berkelanjutan itu. Ada dampak ekologis, dampak infrastruktur, dampak sosial ekonomi dan budaya, dampak psikologis dan kejiwaan bagi korban langsung maupun korban LUSI yang 'tidak langsung' terutama masyarakat Jatim di luar wilayah Porong; dampak investasi dan moneter; dampak perpajakan barang-barang ekspor jatim, dll...buanyak sekali. sampai susah dideskripsi... AGUS - Original Message From: Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 24, 2007 7:46:17 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Yang jelas sejak kemarin jalan raya Porong diduduki warga dan sudah mulai berkemah, bahkan kemarin ada kereta disandera , dan siang tadi sudah mau terjadi adu jotos antara warga dan ratusan sopir truk yang sejak kemarin tdk bisa lewat , padahal tuntutannya cuma sepele minta ganti rugi tanahnya dibayarkan, yang memang sudah hancur minah...apa masih berkesimpulan Perlu diteliti lebih lanjut ISM - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, February 23, 2007 12:51 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti dan masyarakat. Kalau ini memang ini benar, RUGI betull bangsa kita..Uang 3.8 Trilyun memang banyak, tapi kalau benar ini disebabkan karena prosedur drilling yang salah, kan bisa dirunut salahnya di mana dan gimana SEHARUSNYA prosedur drilling di lingkungan serupa Lapindo.Bukankah mud volcano umumnya berasosiasi dengan akumulasi HC? Apa sebegitu hebatnya pengaruh orang2 yang di belakang Lapindo sampai bisa maksain pendapat kayak gitu, wong tiap hari presiden dan mantan presiden dijadikan bahan guyonan di tipi kok? ATAU argumentasi bahwa Lusi disebabkan oleh drilling memang lemah ya? Mohon maaf sebelumnya kalau kalimat saya kurang berkenan. Best regards,
Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Terima kasih sekali kalau bisa dikirimkan. Kalau masih kurang dari 1 MB bisa juga dikirimkan via melsa Wassalam RPL - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
hm begitu senangnya kita meneliti. sampai kita melupakan, ada yang lebih penting harus kita lakukan dari sekedar meneliti.. et Pada tanggal 07/02/26, Agus Hendratno [EMAIL PROTECTED] menulis: kawasan wisata di selatan Jatim dan ujung Jatim bagian timur, ambruk, termasuk di Bromo dan pantai selatan Jatim. yang perlu diteliti lebih lanjut adalah mutiplier effect dari semburan lumpur. Kelihatannya belum ada organisasi ilmiah atau lembaga pemerintah tentang analisis dampak ganda dari bencana yang berkelanjutan itu. Ada dampak ekologis, dampak infrastruktur, dampak sosial ekonomi dan budaya, dampak psikologis dan kejiwaan bagi korban langsung maupun korban LUSI yang 'tidak langsung' terutama masyarakat Jatim di luar wilayah Porong; dampak investasi dan moneter; dampak perpajakan barang-barang ekspor jatim, dll...buanyak sekali. sampai susah dideskripsi... AGUS - Original Message From: Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 24, 2007 7:46:17 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Yang jelas sejak kemarin jalan raya Porong diduduki warga dan sudah mulai berkemah, bahkan kemarin ada kereta disandera , dan siang tadi sudah mau terjadi adu jotos antara warga dan ratusan sopir truk yang sejak kemarin tdk bisa lewat , padahal tuntutannya cuma sepele minta ganti rugi tanahnya dibayarkan, yang memang sudah hancur minah...apa masih berkesimpulan Perlu diteliti lebih lanjut ISM - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, February 23, 2007 12:51 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti dan masyarakat. Kalau ini memang ini benar, RUGI betull bangsa kita..Uang 3.8 Trilyun memang banyak, tapi kalau benar ini disebabkan karena prosedur drilling yang salah, kan bisa dirunut salahnya di mana dan gimana SEHARUSNYA prosedur drilling di lingkungan serupa Lapindo.Bukankah mud volcano umumnya berasosiasi dengan akumulasi HC? Apa sebegitu hebatnya pengaruh orang2 yang di belakang Lapindo sampai bisa maksain pendapat kayak gitu, wong tiap hari presiden dan mantan
Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Bisa bisa Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian Lusi ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan ,ada gempa , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah ada dampak sosial ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun. Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur. Mungkin paradigma wisata mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis dg menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami , Wisata Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll ISM Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
[iagi-net-l] Nara sumber: Kasus Erupsi lumpur
Rekan-rekan geologiawan, 1. Kalau ingin membaca lebih lanjut tentang Lusi, cobalah lihat situs dibawah in, makalah oleh Dr. Richard Davies dkk. dalam Geological Society of America Online-Journal berjudul: Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006 http://www.gsajournals.org/perlserv/?request=get-documentdoi=10.1130%2FGSAT01702A.1 2. Tentang makalah oleh Dr. Peter Tingate (kasus di Brunei) dosen di Australian Petroleum School, Universitas Adelaide di Australia Selatan, hubungi dia langsung dan minta turunan foto makalah dia. Alamatnya: Peter. [EMAIL PROTECTED] Semoga ada gunanya. Jojok (Yo) Sumartojo Marietta, Georgia, USA Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Nara sumber: Kasus Erupsi lumpur
Rekan-rekan geologiawan, alamat Dr. Tingate yalah: [EMAIL PROTECTED] Maaf, tidak ada ruang antara Peter dan Tingate. salam, Sumartojo From: Yo Sumartojo [EMAIL PROTECTED] Date: 2007/02/26 Mon AM 11:59:46 EST To: iagi-net@iagi.or.id CC: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Nara sumber: Kasus Erupsi lumpur Rekan-rekan geologiawan, 1. Kalau ingin membaca lebih lanjut tentang Lusi, cobalah lihat situs dibawah in, makalah oleh Dr. Richard Davies dkk. dalam Geological Society of America Online-Journal berjudul: Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006 http://www.gsajournals.org/perlserv/?request=get-documentdoi=10.1130%2FGSAT01702A.1 2. Tentang makalah oleh Dr. Peter Tingate (kasus di Brunei) dosen di Australian Petroleum School, Universitas Adelaide di Australia Selatan, hubungi dia langsung dan minta turunan foto makalah dia. Alamatnya: Peter. [EMAIL PROTECTED] Semoga ada gunanya. Jojok (Yo) Sumartojo Marietta, Georgia, USA Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam Delta? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kenapa Ombilin basin yah? - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are
RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
kalau mau menyaring yang benar2 berkualitas, dites aja ntar... proses test nya terserah IPA dan company yang bakal mendanai mahasiswa2 ini...interview,test tertulis,deskripsi batuan,etc... persis seperti proses perekrutan karyawan aja... eh,btw,kasihan juga yang punya IP 2.99 Regards, Benny -Original Message- From: Hasan Sidi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 7:37 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2 berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya. Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah dilakukan? Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman? F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia Pty Ltd Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi. Herman -Original Message- From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 15:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K) sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak sponsornya. Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas serta asosiasi profesi terkait. Terima kasih dan salam TAM --- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya mahasiswa dari universitas tertentu saja yang mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? Salam, Herry - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad Agus Karmadi (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/ Agus Guntoro (Geology Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang Triwibowo (Geology UPN Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari Fithrah (Geology ITM) Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1 Importance: High Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir, Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan geologi di seluruh Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin, Central Sumatra, yang akan disponsori oleh IPA Student Program. Kegiatan ini akan berlangsung sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di lapangan. Thesis akan menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi di wilayah Ombilin Basin dengan melakukan banyak measuring section di outcrop2 Ombilin Basin. Syarat: - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan geologi (surat keterangan dari jurusan masing-masing) - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip Nilai Akademik yang dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi dan sedimentologi minimal B) - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta dalam project ini (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat yang dapat dikontak oleh IPA. - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga mencakup synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin lengkap dengan referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4 (bahasa inggris) - Membuat
RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Jadi kasihan juga sama mahasiswa yang nilainya gak sampai 3. Mau kerja praktek dimana dia? Padahal, banyak mahasiswa yang IP-nya di bawah 3 sebenarnya lebih senang belajar praktek daripada teori LL -Original Message- From: Hasan Sidi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 7:37 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2 berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya. Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah dilakukan? Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman? F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia Pty Ltd Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi. Herman -Original Message- From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 15:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K) sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak sponsornya. Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas serta asosiasi profesi terkait. Terima kasih dan salam TAM --- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya mahasiswa dari universitas tertentu saja yang mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? Salam, Herry - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad Agus Karmadi (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/ Agus Guntoro (Geology Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang Triwibowo (Geology UPN Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari Fithrah (Geology ITM) Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1 Importance: High Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir, Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan geologi di seluruh Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin, Central Sumatra, yang akan disponsori oleh IPA Student Program. Kegiatan ini akan berlangsung sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di lapangan. Thesis akan menekankan ke arah studi stratigrafi-sedimentologi di wilayah Ombilin Basin dengan melakukan banyak measuring section di outcrop2 Ombilin Basin. Syarat: - Mahasiswa tahun terakhir dan 0 kredit dari jurusan geologi (surat keterangan dari jurusan masing-masing) - Mempunyai IPK 3.00 dan melampirkan Transkrip Nilai Akademik yang dilegalisir oleh jurusan (mata kuliah stratigrafi dan sedimentologi minimal B) - Surat pengantar yang menyatakan ingin ikut serta dalam project ini (bahasa inggris), mencantumkan nomor telepon/alamat yang dapat dikontak oleh IPA. - Membuat proposal untuk tugas akhir yang juga mencakup synopsis/ringkasan/paper mengenai Ombilin Basin lengkap dengan referensinya, paling banyak 10 lembar halaman A4 (bahasa inggris) - Membuat rencana/time table dari project (misalnya lamanya pengumpulan data awal, studi literatur,
Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Kalau saya memang kadang 'sakit' kalau lihat persyaratan untuk masuk industri yang menaruh IPK sebagai syarat. Bahkan ada beberapa perusahaan yang memasang IPK 3.50 sebagai syarat masuk. Saya yang termasuk kaum IPK di bawah 3.00, kadang memang harus berpikir keras, strategi apa supaya bisa joint company yang mempersyaratkan IPK 3.00. Atau mungkin yah cari company yang tidak pasang syarat IPK 3.00. Kadang berpikir, kok sepertinya dengan kita tidak ber-IPK 3.00 kita tidak layak bersaing dengan yang IPK 3.00. Kalau ditanya syarat apa selain IPK yang lebih representative, memang sulit untuk menjawabnya. Tapi yang saya takutkan, mahasiswa/wi sudah terdoktrin dan 'gelap mata' untuk mengejar IPK 3.00 dengan cara apapun. Karena perusahaan hanya mau tahu Hasil (IPK) bagaimanapun caranya yang penting hasil. Dan mahasiswa/wi merespond ini dengan menjadikan hasil adalah yang utama, jangan perdulikan cara. Sama seperti kenapa banyak orang korup, karena mereka ingin terlihat kaya. Karena kebanyakan yang dihargai di masyarakat adalah orang yang kaya, maka semua orang mengejar 'kaya' itu sebagai tujuan, mau caranya makan dana Sumbangan pedesaan atau apapun yang penting kaya. Mau cara apapun yang penting IPK 3.00, karena itulah yang industri minta. ::natan:: On 2/27/07, Hasan Sidi [EMAIL PROTECTED] wrote: Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2 berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya. Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah dilakukan? Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman? F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia Pty Ltd Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi. Herman -Original Message- From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 15:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K) sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak sponsornya. Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas serta asosiasi profesi terkait. Terima kasih dan salam TAM --- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya mahasiswa dari universitas tertentu saja yang mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? Salam, Herry - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL PROTECTED]; Arifudin Idrus (Geology UGM); Budianto Toha (Geology UGM); Muhammad Agus Karmadi (Geology Un Pak); Pusdiklat Migas Cepu; Hidartan/ Agus Guntoro (Geology Un Trisakti); Nurdrajat (Geology Un Pad); Bambang Triwibowo (Geology UPN Veteran); Ev. Budiadi (Geologi STTNAS); Azhari Fithrah (Geology ITM) Subject: IPA sponsored field study opportunity_v1 Importance: High Kepada mahasiswa geologi tahun terakhir, Dibuka kesempatan untuk 8-10 mahasiswa jurusan geologi di seluruh Indonesia untuk melakukan thesis di Ombilin Basin, Central Sumatra, yang akan disponsori oleh IPA Student Program. Kegiatan ini akan berlangsung sekitar bulan Juli-Agustus dan selama 3 minggu di lapangan. Thesis akan menekankan ke arah
Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap. Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology, saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. Shofi On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam Delta? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kenapa Ombilin basin yah? - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored
[iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)
wah, ternyata subyek sudah bergeser. jadi perkenankan saya utk menggantinya. subyek ini, termasuk ipk dll, pernah beberapa kali kita diskusikan. dan selalu, terbentur dengan cara apa selain ipk sbg langkah awal yg efektif utk menyaring alias seleksi dalam perekrutan karyawan sebuah kumpeni. jadi, tidak usah berpanjang-lebar dg rencana ipa utk merekrut mhs di cekungan ombilin. seperti kata hasan, berpikir positiplah. kalo mau meneruskan diskusi soal ipk dll ini, ayo kita lanjutkan tanpa mengikutkan subyek ipa lagi. semoga bermanfaat dan tidak menyinggung pihak mana pun. salam, syaiful On 2/27/07, Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau saya memang kadang 'sakit' kalau lihat persyaratan untuk masuk industri yang menaruh IPK sebagai syarat. Bahkan ada beberapa perusahaan yang memasang IPK 3.50 sebagai syarat masuk. Saya yang termasuk kaum IPK di bawah 3.00, kadang memang harus berpikir keras, strategi apa supaya bisa joint company yang mempersyaratkan IPK 3.00. Atau mungkin yah cari company yang tidak pasang syarat IPK 3.00. Kadang berpikir, kok sepertinya dengan kita tidak ber-IPK 3.00 kita tidak layak bersaing dengan yang IPK 3.00. Kalau ditanya syarat apa selain IPK yang lebih representative, memang sulit untuk menjawabnya. Tapi yang saya takutkan, mahasiswa/wi sudah terdoktrin dan 'gelap mata' untuk mengejar IPK 3.00 dengan cara apapun. Karena perusahaan hanya mau tahu Hasil (IPK) bagaimanapun caranya yang penting hasil. Dan mahasiswa/wi merespond ini dengan menjadikan hasil adalah yang utama, jangan perdulikan cara. Sama seperti kenapa banyak orang korup, karena mereka ingin terlihat kaya. Karena kebanyakan yang dihargai di masyarakat adalah orang yang kaya, maka semua orang mengejar 'kaya' itu sebagai tujuan, mau caranya makan dana Sumbangan pedesaan atau apapun yang penting kaya. Mau cara apapun yang penting IPK 3.00, karena itulah yang industri minta. ::natan:: On 2/27/07, Hasan Sidi [EMAIL PROTECTED] wrote: Oops, koq jadi berpandangan negative dan mencurigai berbagai hal. Mencurigai IP tinggi sebagai hasil contekan, disamping melecehkan mahasiswa yang benar-2 berusaha, juga secara tidak langsung melecehkan institusi asalnya. Mengapa kita tidak melihat segi positifnya dari terobosan yang sudah dilakukan? Mestinya Vita juga tidak sembarangan keluar dengan IP dan angka 3 sebagai salah satu filter awal. Apa ada usulan lain yang lebih efisien untuk menyaring mahasiswa yang notabene belum punya pengalaman? F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia Pty Ltd Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 5:05 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Mudah-mudahan IP yang tinggi-tinggi ini bukan hasil nyontek. Selain IP mungkin rekomendasi dan interview bisa dipakai untuk kalibrasi. Herman -Original Message- From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 15:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Menurut saya IP(K) boleh menjadi salah satu persyaratan. Namun bila ada yang memiliki IPK (K) sedikit di bawah itu tetapi memiliki proposal penelitian yang baik dan orisinil serta belum pernah dianalisis perlu dipertimbangkan juga. Mudah-mudahan ini mendapat perhatian dan kebijaksanaan dari pihak sponsornya. Mudah-mudahan sponsor penelitian seperti ini dapat berkesinambungan dan ditambah dari perusahaan migas serta asosiasi profesi terkait. Terima kasih dan salam TAM --- Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau IP cut-off cukup tinggi, dikhawatirkan hanya mahasiswa dari universitas tertentu saja yang mendominasi. Apa tidak sebaiknya diberikan kuota? Salam, Herry - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, 26 February, 2007 12:05:42 PM Subject: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Pak, numpang lewat ya, kesempatan buat calon geologist soalnya. Trims ya. Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Audrey Sahertian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 10:17 AM To: Benyamin Sapiie (Geology ITB); Eddy Subroto; Dardji Noeradi (Geology ITB); A.M. Imran (Geology Un Has); [EMAIL
[iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)
ini kang shofi juga mesti ganti subyek dong. kita bisa berdebat, kesuksesan apa yg dimaksud? 'kaya' (materi alias uang) seperti yg dimaksud om natan? kalo ya, maka skripsi yg dimaksud tentunya benar. 'sukses' adalah sesuatu yg relatif bin semoga bermanfaat. salam, syaiful On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap. Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology, saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. Shofi On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam Delta? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original
RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
test -Original Message- From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 7:56 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap. Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology, saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. Shofi On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam Delta? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM To:
Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA. Memang kalau sepintas kita berpikiran: kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?. Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2 nya. Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya (Rig visit). Seneng buange.. Thanks to IPA and IAGI Jar - Original Message - From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, 27 February, 2007 07:20 Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 3:45:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Karena yang mau sponsor punya project di Ombilin basin, Noor. Total mau ndak kasih sponsor buat student yang mau thesis di Mahakam Delta? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 11:28 AM To:
[iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Jadi inget rig visit. Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di mana aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day class biar gak tergesa gesa. Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap? On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA. Memang kalau sepintas kita berpikiran: kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?. Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2 nya. Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya (Rig visit). Seneng buange.. Thanks to IPA and IAGI Jar
Re: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
shof, bisa diatur. tetap dg acara rig visit saja, jadi setelah teori, mhs bisa langsung praktek. kalo tiga tahun terakhir dg formasi: satu hari teori di kelas (ingat, gambaran umum pekerjaan di rig, bukan hanya sbg wellsite geologist lho), satu hari lagi penuh di rig. mungkin bisa diatur sbb: dua hari teori (1,5 hari khusus sbg wellsite geologist setelah setengah hari yg umum), dilanjutkan dg seharian di rig. ini utk menampung emosi kamu yg menggebu guna menyalurkan hasrat eh ilmumu, he..he.. tentu saja kalo formatnya seperti itu, maka hanya mhs geologi saja. sbg info, kalo yg format 1+1 hari, selain mhs geologi, mhs geofisika juga bisa ikutan. nah, tinggal penyandang dana saja dinego agar mau nambah biaya yg sehari tambahan. tahun baru ini mestinya kita sudah nge-rig, tapi sayang di pertamina juga ada formasi baru sehingga mesti pdkt terlebih dahulu (dan, sumur eksplorasinya wis bubar). nanti kita cari lagi kesempatan (siapa tahu selain pertamina juga ada kumpeni yg mau memberikan kesempatan mhs berkunjung ke rig-nya). salam, syaiful *koordinator (sekaligus instruktur, kalo yg lain nggak ada) (tentu saja basamo neng varpita, he..he..) On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi inget rig visit. Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di mana aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day class biar gak tergesa gesa. Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap? On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA. Memang kalau sepintas kita berpikiran: kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?. Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2 nya. Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya (Rig visit). Seneng buange.. Thanks to IPA and IAGI Jar -- Mohammad Syaiful - Explorationist Mobile: 62-812-9372808 Email: [EMAIL PROTECTED] Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Head Office: Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140 Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Pak Koesoema, Saya kirim referensi melalui e-mail terpisah. Mud volcano sudah tidak ada lagi, tinggal crater. Mud Volcano yang ada di Sabah terjadi secara alamiah, sampai membentuk pulau. Namanya Pulau Tiga, terbentuk oleh 3 mud volcano, bisa dicari di website, karena merupakan object turis. Saya tanya ke sumber internal, mereka mengatakan blow-out itu hanya terjadi sesaat, kemudian collapse. Tinggal crater yang ada. Tapi secara internal blow out itu memang terjadi sangat lama seperti Mark Tingay sebutkan. Jadi mereka monitor terus temperatur dan pressure di reservoir sekelilingnya. Jumlah relief well-nya saya tidak tau dengan pasti, perlu saya selidiki lebih lanjut. Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 19:43 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007
Re: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Asyik sekali Pak Shofi, tapi sayangnya status ane sudah bukan mahasiswa lagi tuh? Dulu2 udah pernah sih ikut seminar Wellsite Geologist di kampus. Tapi sebatas seminar, jadi gak praktek langsung di lapangan. Mungkin kalau ada session simulasi wellsite nya lebih keren lagi tuh. - Original Message - From: Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, 27 February, 2007 09:25 Subject: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Jadi inget rig visit. Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di mana aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day class biar gak tergesa gesa. Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap? On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA. Memang kalau sepintas kita berpikiran: kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?. Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2 nya. Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya (Rig visit). Seneng buange.. Thanks to IPA and IAGI Jar Internal Virus Database is out-of-date. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.432 / Virus Database: 268.17.21/665 - Release Date: 02/02/07 23:39 __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)
saya tertarik dengan kalimat bapak shofi : Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. tapi apa kecerdasan selalu tercermin pada IP pak? saya rasa IP itu gabungan antara kecerdasan dan keseriusan (seberapa banyak waktu yg dipakai untuk belajar, IP tinggi, bisa jadi sangat cerdas dan cukup rajin, atau kurang cerdas tapi sangat rajin. IP rendah, bisa jadi kurang cerdas dan kurang rajin, atau sangat cerdas tapi samasekali tidak rajin. selama menjadi asisten dosen, kasus2 yang saya amati sering terjadi adalah sbb: anak cerdas sering merasa bosan dengan pengajaran yang lambat, atau sering juga jadi merasa terlalu meremehkan pelajaran, berakhir dengan nilai rendah, atau sedang. anak yang kurang cerdas, merasa diri kurang mampu, jadi berambisi untuk mengejar teman-temannya, dia rajin mengerjakan tugas, pr, belajar dsb, berakhir dengan nilai tinggi. saya sendiri beberapa kali melihat kasus dimana mahasiswa berIP tinggi malah kurang bisa berkomunikasi, karena jarang bergaul di kampusnya.. mungkin ini kasus2 untuk dari kelompok kurang cerdas tapi sangat rajin.. semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing2... yang paling bagus? menurut saya yang bisa berdiri diantara.. punya kecerdasan lumayan, rajin, dan bisa berkomunikasi (bersosialisasi) kalau mau filter yang cukup mudah, cepat, dan efisien, mungkinbisa lihat IP per semester, disamping IPK.. dalam IP semester itu bisa dilihat kemajuan/kemunduran atau anomali IP selama kuliah, yang mungkin bisa memberi bayangan penyebab nilai IPK. salam, Wayan Young On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap. Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology, saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. Shofi On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance
Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/ pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol juga masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI melalui jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para wisatawan tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik tanggul LUSI. Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya (menghentikan semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di balik bencana, ada karunia*. On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa bisa Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian Lusi ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan ,ada gempa , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah ada dampak sosial ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun. Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur. Mungkin paradigma wisata mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis dg menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami , Wisata Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll ISM Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to:
RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Barangkali perlu dipikirkan untuk membangun Cleopatra Care Center. Mandi lumpur biar cakep seperti Cleopatra. Budiman Budiarto CONOCOPHILLIPS Gedung Menara Mulia JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11 JAKARTA 12930 Phone 524-1631 Mobile 0811-8--1 -Original Message- From: Supardan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:04 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/ pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol juga masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI melalui jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para wisatawan tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik tanggul LUSI. Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya (menghentikan semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di balik bencana, ada karunia*. On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa bisa Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian Lusi ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan ,ada gempa , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah ada dampak sosial ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun. Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur. Mungkin paradigma wisata mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis dg menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami , Wisata Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll ISM Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135
Re: [iagi-net-l] seleksi (Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1)
Belum lagi kalau standar nilai (IP) dari setiap perguruan tinggi yang (dianggap) berbeda. Gak jarang kita melihat publikasi/iklan seperti ini ; IP 2.7 untuk Univ Negri dan 3.0 untuk Univ swasta. sangat rasial tapi ini fakta. benz Pada tanggal 07/02/27, Wayan Ismara Heru Young [EMAIL PROTECTED] menulis: saya tertarik dengan kalimat bapak shofi : Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. tapi apa kecerdasan selalu tercermin pada IP pak? saya rasa IP itu gabungan antara kecerdasan dan keseriusan (seberapa banyak waktu yg dipakai untuk belajar, IP tinggi, bisa jadi sangat cerdas dan cukup rajin, atau kurang cerdas tapi sangat rajin. IP rendah, bisa jadi kurang cerdas dan kurang rajin, atau sangat cerdas tapi samasekali tidak rajin. selama menjadi asisten dosen, kasus2 yang saya amati sering terjadi adalah sbb: anak cerdas sering merasa bosan dengan pengajaran yang lambat, atau sering juga jadi merasa terlalu meremehkan pelajaran, berakhir dengan nilai rendah, atau sedang. anak yang kurang cerdas, merasa diri kurang mampu, jadi berambisi untuk mengejar teman-temannya, dia rajin mengerjakan tugas, pr, belajar dsb, berakhir dengan nilai tinggi. saya sendiri beberapa kali melihat kasus dimana mahasiswa berIP tinggi malah kurang bisa berkomunikasi, karena jarang bergaul di kampusnya.. mungkin ini kasus2 untuk dari kelompok kurang cerdas tapi sangat rajin.. semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing2... yang paling bagus? menurut saya yang bisa berdiri diantara.. punya kecerdasan lumayan, rajin, dan bisa berkomunikasi (bersosialisasi) kalau mau filter yang cukup mudah, cepat, dan efisien, mungkinbisa lihat IP per semester, disamping IPK.. dalam IP semester itu bisa dilihat kemajuan/kemunduran atau anomali IP selama kuliah, yang mungkin bisa memberi bayangan penyebab nilai IPK. salam, Wayan Young On 2/27/07, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam suatu ceramah tentang kecerdasan diperoleh bukti empiris bahwa di negara negara maju, kecerdasan otak hanya menyumbang sekitar sepuluh persen dari kesuksesan, sisanya adalah masalah sikap. Tapi kalo skripsi ini dianggap masalah kecerdasan semata bagaimana memetakkan singkapan yang kemudian diterjemahkan ke dalam konsep geology, saya pikir filter IP sih oke oke saja. Butuh kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan karya yang bagus. Shofi On 2/27/07, Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended
Re: [iagi-net-l] Tawaran Lagi ... Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
pak, bisa dimasukkan ke program fieldtrip JCB 2007. Tinggal kita buat formatnya, dan cari rig yang akan dikunjungi. Adakah sekitar Bali yang lagi ngebor? benz (koordinator fieldtrip JCB 2007) Pada tanggal 07/02/27, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] menulis: Jadi inget rig visit. Masih berminat untuk kursus Wellsite Geologist nya untuk Mahasiswa? di mana aja boleh, ikutan acara di Bali juga oke, kalo bisa dua hari full day class biar gak tergesa gesa. Instrukturnya gratis. Ada yang mau nangkap? On 2/27/07, Fajar Surahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA. Memang kalau sepintas kita berpikiran: kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?. Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2 nya. Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya (Rig visit). Seneng buange.. Thanks to IPA and IAGI Jar
RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Beberapa hari lalu di Kompas ada foto persiapan peluncuran bola beton untuk menghambat laju lumpur. Barangkali ada yang tahu update terakhir? LL -Original Message- From: Budiarto, Budiman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:28 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Barangkali perlu dipikirkan untuk membangun Cleopatra Care Center. Mandi lumpur biar cakep seperti Cleopatra. Budiman Budiarto CONOCOPHILLIPS Gedung Menara Mulia JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11 JAKARTA 12930 Phone 524-1631 Mobile 0811-8--1 -Original Message- From: Supardan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:04 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/ pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol juga masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI melalui jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para wisatawan tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik tanggul LUSI. Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya (menghentikan semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di balik bencana, ada karunia*. On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa bisa Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian Lusi ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan ,ada gempa , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah ada dampak sosial ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun. Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur. Mungkin paradigma wisata mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis dg menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami , Wisata Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll ISM Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak
RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
Menambahkan info usulan Budiman, silahkan coba browsing resort Pulau Tiga di Sabah. ... Salah satu object menarik yang dikunjungi wisatawan. -Original Message- From: Budiarto, Budiman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 27 February 2007 12:28 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Barangkali perlu dipikirkan untuk membangun Cleopatra Care Center. Mandi lumpur biar cakep seperti Cleopatra. Budiman Budiarto CONOCOPHILLIPS Gedung Menara Mulia JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11 JAKARTA 12930 Phone 524-1631 Mobile 0811-8--1 -Original Message- From: Supardan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 11:04 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Saat ini wisata LUSI memang sudah berjalan, bahkan pada waktu liburan lebaran lalu sempat membuat repot aparat keamanan. Aparat khawatir kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya wisatawan/ pemudik yang melihat-lihat di sana, saat itu jalan tol Porong - Gempol juga masih berfungsi. Bahkan teman saya dari Exxon Mobil, saat itu juga menyempatkan negok LUSI di sela-sela liburan mudiknya. Setelah jalan tol Porong - Gempol tidak berfungi, para wisatawan melihat si genit LUSI melalui jalan raya Porong, di sekitar Pasar Porong. Di sana banyak penyedia jasa parkir bagi wisatawan yang letaknya di sebelah barat jalan. Para wisatawan tinggal nyebrang jalan raya Porong dan rel KA, bisa langsung naik tanggul LUSI. Saya setuju sekali, sembari kita mengelola potensi bencananya (menghentikan semburan LUSI dan menyelesaikan dampak sosialnya), seharusnya kita sudah memulai menggali potensi sumberdayanya termasuk potensi wisatanya. *Di balik bencana, ada karunia*. On 2/26/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa bisa Lumpur lapindo masuk salah satu Keajaiban Dunia , kejadian Lusi ini ( Dimana ada satu rangkainan peristiwa dalam waktu bersamaan ,ada gempa , ada Mudvolcano,ada blowout, ada debit air yang besar,dst ) yg tidak tahu penyebabnya dan penaggulangannya dan berakhirnya ditambah ada dampak sosial ekonomi yang besar, ada semua pimpinan negara datang mulai presiden,wapres dst , Dll..Dan ini belum pernah terjadi dinegara manapun. Siapa tahu nantinya menjadi komoditi wisata selain Borobudur. Mungkin paradigma wisata mulai dirubah dg memperhatikan kondisi geologis dg menampilkan kemasan wisata wisata Bencana Alam' spt Wisata Tsunami , Wisata Merapi , Wisata Gempa , Wisata Lusi., dll ISM Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti dan masyarakat.
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti dan
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi peneliti dan
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan tersebut diatas masih Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan tersebut Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi
RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1
Aduh Fajar, makasiih.saya juga kasihan, kalau di nilai, tampang saya sebenernya nilainya 7.9 buat jadi cover girl, Cuma batasan nilainya 8.0 jadi ngga lolos seleksi deh. Makanya jadi geologist, ngga jadi model. :-) Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: Fajar Surahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 27, 2007 8:50 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Terlepas dari masalah syarat yang mengharuskan IPK segini-segitu, menurut saya program ini sangat bagus ya. Jarang2 gitu loh ada yang mau biayain TA. Memang kalau sepintas kita berpikiran: kasihan juga ya yang punya IPK di bawah 3.00?. Kesimpulannya ya, yang memiliki IPK di bawah 3.00 memang kebetulan belum beruntung saja. Mungkin di lain kesempatan dia akan memperbaiki IPK nya sehingga sewaktu2 ada program seperti ini lagi dia sudah siap dengan syarat2 nya. Terus terang saya adalah salah seorang peserta pada program IPA sebelumnya (Rig visit). Seneng buange.. Thanks to IPA and IAGI Jar - Original Message - From: Parvita Siregar [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, 27 February, 2007 07:20 Subject: RE: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 Bapak2 yang tertarik dengan program IPA, ini saya jelaskan ya... Cak Noor: Ibaratnya, ada orang yang punya duit dan punya interest di Ombilin Basin dan IPA yang mengorganize program ini. Jadi ini samenwerken between IPA and the company, where the money comes from the other company. Untungnya kita dari IPA bisa meyakinkan bahwa project ini bisa dijadikan project thesis mahasiswa di sini, instead of mereka hire bule2 maupun mahasiswa bule. Maka setujulah mereka, asal IPA yang organize. Sama seperti kegiatan rig visit IPA-IAGI, duitnya 100% dari IPA, tetapi tenaga mentor dan materi kuliahnya dari IAGI, dan lapangannya ya well2 yang lagi didrill sama Pertamina (tanya kenapa: kok wellnya Pertamina???). Mas Herman: Setelah proposal masuk, kita masih ada tahap interview. Kalau melihat IPK para pelamar2 pekerjaan di oil companies, sekarang banyak yang IPKnya di atas 3.0. Ndak seperti jamannya kita dulu, apalagi yang di ITB, yang dapet IP di atas 2.6 saja sudah bagus (artinya banyak C, dan beberapa B kan). Analogi: Femina suka mengadakan pemilihan Wajah Femina, syaratnya umurnya tidak lebih dari 25 kalau ndak salah. Saya mikir, teman2 saya banyak yang bilang saya keren dan baby face, kok pake dibatasi sih usianya. Tapi kalau tidak dibatasi, nanti yang datang segabruk. Padahal saya mau meyakinkan kalau saya itu umurnya masih 23 lho. Itu aja di Femina sudah ada dedicated team yang khusus nanganin program itu, sementara untuk program IPA ini kerjaan volunteer, in which kita ngerjain ini di luar jam kantor. Kalau soal nyontek menyontek ya saya ndak tahu ya, Mas Herman, you know that it is beyond our ability to know that. Tenang aja bapak2, ibu2, program ini 100% halal, legal, tidak melanggar business ethics and cenderung mendatangkan manfaat dan kesempatan bagi para mahasiswa (amiiin). Berhubung program ini baru pertama kali kita adakan, jadi musti agak ketat seleksinya. Dan mudah2an program seperti ini bisa berlanjut di tahun2 berikutnya, sebagaimana Student Oral Poster session di Annual Convention dulu, walaupun banyak pro kontra, sekarang sudah berjalan sendiri dan menjadi acara rutin IPA tiap tahun. Mudah2an penjelasan ini cukup memuaskan. Nuhun ya moderator IAGI, boleh mengiklankan programnya IPA didieu! Wassalam, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 26, 2007 3:00 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: IPA sponsored field study opportunity_v1 kalau baca ini: .akan disponsori oleh IPA Student Program artinya IPA student program punya proejct di Ombilin basin gitu Vit...? salam, - Original Message From:
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan tersebut diatas masih kurang untuk menyatakan Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan tersebut diatas Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat pada asosiasi
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan tersebut diatas masih kurang Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan pendapat
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Apakah dengan alasan tersebut diatas masih kurang untuk Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si sakit sudah gero-gero nangis bombay, eh matri puskesnya masih melihat dan berpikir Sakjane, ini kenapa sih sebabnya ? Malah melihat-lihgat bekas-bekas koreng sebelahnya. Duh ! Kesiannya luka baru tadi sudah menjadi infeksi. Saat ini infeksi sudah mulai bernanah. Mengeluarkan asap Hydrothermal. Si sakitpun sudah mulai hampir pingsan karena kesakitan lukanya masih belum terobati. Akhirnya bisa-bisa bisul kecil ini kan menjadi infeksi dan kalau keterusan salah-salah menjadi kangker ... waddduh !! Kalau sudah begini mestinya pengobatannya bukan obat merah seperti kalau sakit luka baru, tetapi mesti dioperasi, bahkan kalau sangat parah menjadi kangker terpaksa harus amputasi ... !! Duh Kesian si sakit ini :( - :( Pak Mantri, gimana nih kaki saya ? + :p Sabar . Masih menunggu penelitian lebih lanjut !!! GUBRAKKK RDP On 2/23/07, Arya Nuhan [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh sayang banget di international workshop on Lusi kemarin topik ini kelihatannya hanya dibahas sepihak (Natural Cause) ya..Padahal banyak anggota mailing list IAGI yang pendapatnya jelas2 sebaliknya (as the email subject indicated). Saya datang dengan antusias ke workshop tersebut berharap adanya perdebatan yang sengit (dengan argumen yang ilmiah tentunya!) mengenai penyebab naiknya lumpur ke permukaan. Yang sedih lagi, ada beberapa orang dosen saya (yang saya interview secara terpisah) berpendapat bahwa workshop ini memang condong ke satu sisi. Duh!Naudzubilahimindzalik..Amit2.Rasanya kok hampir gak percaya kalo satu perusahaan bisa memaksakan
RE: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural !
Rekan rekan Saya sependapat dengan Vicky bahwa kita masih berkutat dengan apa penyebab-nya LUSI ini. Saya juga sependapat bahwa berbagai kemungkinan dapat menjadi PENYEBAB terjadinya LUSI. Akan tetapi rasanya setelah sekian lama kita para ahli kebumian khususnya Indonesia ,sebagian terbesar berpendapat bahwa LUSI tejadi karena kondisi geologi bawah permukaan-nya. Dalam berbagai diskusi dan workshop maupun intern para ahli kebumian hal ini sepertinya sudah menjadi semacam KONSENSUS. Apakah dengan alasan tersebut diatas masih kurang untuk menyatakan LUSI sebagai Bencanal Alam ( bisa ditambahkan Nasional kalau mengingat dampak- sosial ekonomis yang sangat besar). Dalam salah satu diskusi Int'l workshop minggu lalu saya menyatakan bahwa per- soalan-nya adalah bagaimana meng-kwantifikasikan data geologi bawah permukaan dengan memakai data dan asumsi geologi yang benar. Prihadi telah mencoba membuat asusmsi lamanya luapan lumpur berdasarkan beberapa asumsi , awal yang menggembirakan. Kearah kwantifikasi data geologi dan geofisika inilah seharusnya usaha kita arahkan apakah kebenaran akan mutlak ? Tidak ada yang menjamin , akan tetapi dengan \ data / informasi serta didasarkan kepada asumsi geologi yang paling disepakati, kita semestinya dapat melakukan hal itu . Hai inlah yang akan memberikan arahan kepada ahli ahli lain dan pemegang kewenangan /pemerintah untuk membuata rencana mitigasi yang lebih dapat diterima masyarakat yang terkena dampak. Apakah ini se-olah2 memihak ? Saya kira tidak dapat dikatakan demikian. Saya kira disinilah keteguhan kita sebagai ahli kebumian akan diuji, yi. apakah kita berani menyatakn kebenaran ilmiah walaupun itu bertentangan dengan opini umum?. Pak Eddy Sunardi cs, marilah nyatakan apa yang menurut Anda paling benar berdasarkan kaidah keilmuan. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan untuk itu . Si-Abah __ Vick, Untuk suatu statement yg bersekala nasional memang bawah permukaan adalah kompetensi IAGI, jadi diskusinya yang tentang asal-usul nya mud volcano tadi. Kalau sudah tahu asal-usulnya mungkin kita bisa bantu memberi masukan ke asosiasi professional yang lebih kompeten untuk membuat metoda pengendalian aliran Lumpur di atas permukaan. Sama dengan contoh bisul tadi, dokter tak hanya asal bedah saja tapi dia musti tahu dulu asal-usul bisul itu, apa dia itu kutil, jerawat, bisul, tumor, atau kanker baru kemudian tahu cara penanganannya. Kalau tidak nanti dokter spesialis kulit mau coba2 jadi ahli bedah, kan runyam. Saya hanya ikuti workshop di hari pertama saja. Suasana nya cukup tertib dan santun, memang tak ada situasi debate and challenge yang berarti. Namun saya tak melihat/merasa ada kesan penggiringan ke satu pihak tertentu, mengingat yang hadir cukup banyak tokoh2 senior IAGI/ pendidikan ilmu kebumian yang pasti berani lantang bicara kalau ada sesuatu yg tak sesuai dengan pendapatnya. Siapa takut? Kalau saja session drilling dan reservoir didiskusikan di forum IATMI atau asosiasi pemboran pasti nuansanya lain. Kembali ke masalah interest dan kompetensi tadi. Yang sangat saya sayangkan kenapa seminar international tapi presentasinya kok hampir semua pakai bahasa Indonesia. Kasihan kan ahli-ahli asing jauh2 datang hanya disuguhi film Indonesia tanpa teks... Padahal presenternya hampir semua lulusan S3 luar negeri lho. Witan -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 23, 2007 3:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Scientists: Mudflow caused by drilling, not natural ! Sebagai sebuah wacana tandingan. Aku rasa ndak ada masalah mau digiring kemanapun. Tetapi yang aku sangat sayangkan kenapa masih juga berkutet di penyebabnya. Sedangkan Tim IAGI masih juga bermain-main di penyebab terjadinya. Aku sendiri sering menganalogikan dengan penyakit bisul. Ya awalnya hanya sakit bisul, tetapi bisul yang belum cukup mateng tersenggol kemudian dicucuk pakai paku payung yang sudah jaratan Nah jadinya sebentuk luka baru tetapi juga mengeluarkan nanah ya mengeluarkan nanah yang merupakan pertanda sebelumnya sudah ada potensi menjadi sebuah koreng. Wong dikiri kanannya juga ada tanda-tanda muncul korengan sebelumnya termasuk di Koreng Gunung Anyar. :) Nah sebenernya luka baru bisa diobati dengan mudah kalau saja luka baru itu emang bener-bener luka baru. Mirip seperti kalau di film perang jaman dahulu itu, kalau ada luka karena digigit ular malah dikasi mesiu supaya membuat menjadi luka bakar yg bisa diobati. Lah ini korengan bisul yang sudah tercucuk malah diteliti sana-sini. Sambil eyel-eyelan akibat tercucuk, kesenggol, apa malah beneran bisul yang sudah mateng ? Si
Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei
TErima kasih atas kiriman tulisan Tingay. TErnyata tidak banyak juga diceritakan apakah memang membentuk mudvolcano atau tidak, terutama yang di Seria. Kalau yang di Champion ternyata di bawah laut. Mungkin di buku oleh Koopman et al mengenai Petroleum Resources of Brunei Darusalam sebagaimana di sitir oleh Tingay ada pembahasan lebih detail, paling tidak ada gambarnya. Atau mungkin juga di Ph.D. thesinya Tingay. Sekali lagi terima kasih atas kirimannya Wassalam RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, February 27, 2007 10:22 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Saya kirim referensi melalui e-mail terpisah. Mud volcano sudah tidak ada lagi, tinggal crater. Mud Volcano yang ada di Sabah terjadi secara alamiah, sampai membentuk pulau. Namanya Pulau Tiga, terbentuk oleh 3 mud volcano, bisa dicari di website, karena merupakan object turis. Saya tanya ke sumber internal, mereka mengatakan blow-out itu hanya terjadi sesaat, kemudian collapse. Tinggal crater yang ada. Tapi secara internal blow out itu memang terjadi sangat lama seperti Mark Tingay sebutkan. Jadi mereka monitor terus temperatur dan pressure di reservoir sekelilingnya. Jumlah relief well-nya saya tidak tau dengan pasti, perlu saya selidiki lebih lanjut. Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 19:43 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Apakah memang juga terjadi mud volcano? Dan memerlukan 20 tahun dengan 20 relief well untuk menghentikannya? Ini kan pengalaman yang bisa dipakai antisipasi dengan Lusi? RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 26, 2007 4:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Pak Koesoema, Pada tahun 1979 terjadi internal blow-out di Champion field. Juga di Seria field pernah terjadi hal yang sama. Memakan waktu yang lama memang untuk mengendalikannya. Brunei Shell membuat relief wells jadi tekanannya dibagi-bagi ke beberapa sumur. Full papernya diterbitkan di Journal of the Geological Society, London, Vol. 162, 2005, dengan judul: Present-day stress orientation in Brunei: A snapshot of 'prograding tectonics' in a Tertiary delta. Sayang filenya sedikit lebih dari 500 KB. Kalau tidak bisa mendapatkan papernya, saya mungkin bisa kirim ke ITB. Salam, Herman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 February 2007 10:32 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kasus Erupsi lumpur dan Pemboran di Brunei Sdr. Darman: Dalam Nature News Feature/ vol445/22 February 2007 ada kutipan sebagai berikut: Mark Tingay, a geologist at the University of Adelaide in Australia, says the Sidoarjo volcano has a striking similarity to drilling-induced eruptions offshore from Brunei in 1974 and 1979 (M. R. P. Tingay et al. J. Geol. Soc. 162, 39-49; 2005). There, deeply buried fluids under high pressure rose to a shallower rock formation that they then fractured, thus eventually reaching the surface. The event also showed the pattern of loss, kick and then eruptions seen in Lusi, some of which were kilometres from the drilling site. In the Brunei case, Shell, the company responsible for the drilling, has documented the expulsion and its efforts to alleviate the situation. The flow took more than 20 years and more than 20 relief wells to quell, says Tingay. The similarities all suggest a man-made cause for Lusi, he says. Apakah Sdr. berikan komentar karena ini menyangkut Brunei-Shell? Saya tidak punya artikelnya yang lengkap, tetapi dalam 'abstract' nya kasus pemboran Shell ini tidak disebut-sebut Mungkin Sdr, dapat usahakan full copy-nya. Kalau ada mohon dikirimkan per e-mail ke [EMAIL PROTECTED] mengingat alamat melsa masih dial-up, sulit menerima attachment lebih dari 500 KB Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: