Re: [iagi-net] Fwd: Berita duka
Inna lillahi wa innailahi rojiun, Pak Avi, kami turut berdukacita atas berpulangnya ayahnda tercinta Drs Moh Saleh Tjokroasmoro. Semoga arwah almarhum mendapat tempat yg terbaik disisi Allah SWT dan kepada keluarga yg ditinggalkan dapat sabar menerima taqdir Allah ini, Amin YRA (Tamsil A & kel) Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: fatchurza...@yahoo.co.id Sender: Date: Sat, 2 Feb 2013 13:10:16 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Fwd: Berita duka Innalilahi wainna ilaihi rojiun, turut berduka cita, semoga Kusnul Khotimah Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari Sender: Date: Sat, 2 Feb 2013 19:48:55 To: geologi...@googlegroups.com; IAGI; pp-iagi-2...@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Fwd: Berita duka Innalilahi wainna ilaihi rojiun, Kami sekeluarga menghaturkan duka cita atas meninggalnya Ayahanda tercinta dari Pak Avianto, Bendahara PP IAGI. Semoga almarhum mendapatkan khusnul khatimah. Dan Mas Avi sekeluarga mendapatkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi. Wassalam Rovicky Dwi Putrohari -- Forwarded message -- From: *rakhmadi avianto* Date: Saturday, February 2, 2013 Subject: Fwd: Berita duka To: Rovicky Dwi Putrohari -- Forwarded message -- From: "rakhmadi avianto" > Date: Feb 2, 2013 5:26 PM Subject: Berita duka To: > Innalillahi wa inna ilaihi wa inna ilaihi roji'un Telah meninggal dg tenang papaku tercinta Haji Drs Moh Saleh Tjokroasmoro, hari Sabtu 3 Feb 2013 di Depok. Akan dikebumikan besok siang jam 12:30 setelah solat Dluhur. Jenazah di semayamkan di Jl Kenari 204 Depok Utara (Perumnas). Kotip Bogor Mohon do'a restu bapak2 dan ibu2 agar dosa2 papaku tercinta bisa di ampuni dosa2nya. Salam Avi dan keluarga -- - Seorang manusia terlihat tinggi bila dia tidak merendahkan yang lain -
Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor
Iyaa tuh pak Noor, larinya kesana jugaa... Pak Luthfi telah menjelaskan dg sangat baik justifikasi maupun pengalaman negri ini pada masa lalu, yg utamanya sangat perlu mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan individu maupun kelompok. Dengan demikian saya pikir kita selaku anak bangsa perlu dan harus membela kepentingan bangsa yg lebih luas . walaupun kita tau bahwa negri ini sdh salah kelola sejak dari dulu Katanya "didunia ini tdk ada negara yg miskin, tetapi yg ada hanya salah kelola" (Tanri Abeng/ metro tv) Selama ini kita mengetahui bahwa negara asing, investor asing dlsb berfoya2 mendapatkan rezeki dari bumi pertiwi mulai dari perdagangan, perkebunan, perbankan, teknologi informasi, pertambangan dll Sementara pemerintah RI hanya sangat berbangga kpd "pahlawan devisa" yg mengais rezeki sbg TKW di negri orang, yang kadangkala harus mempertaruhkan harga diri bahkan nyawa di negri orang... Disamping itu, kita Indonesia juga telah berhasil menciptakan tenaga2 ahli berpengalaman dan manusia2 pintar disegala bidang melalui pendidikan di DN/LN, .namun "mereka2" tersebut dibiarkan oleh pemerintah RI berbakti dan bekerja memajukan perusahaan asing, membangun negara asing dll . saya tdk bisa membayangkan, kelak suatu saat dikarenakan tdk memperoleh kenyamanan di negri sendiri, maka para ahli persenjataan di Pindad dan PAL, ahli nuklir dll hengkang ke LN berkontribusi membangun persenjataan negara lain ? jangan terjadilah yaaaw ... Apa sih kurangnya negri ini, kwalitas sumberdaya manusia bisa diandalkan, sumberdaya alam melimpah mulai dari permukaan tanah, lautan dll hingga kekayaan yg tertimbun jauh dibawah tanah . Menurut saya yg kurang dari negri ini adalah tdk terkelola dg baik mismanagement, bbrp pemangku kepentingan tdk bertindak dan berpikir optimum utk kepentingan bangsa dan negara ini, sehingga cita2 luhur dari the founding fathers untuk meraih kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat indonesia semakin jauh dari harapan. Maaf pak Ong, sekali lagi maaf sebaiknya kita tdk perlu lagi berbincang pd level perusahaan, apalagi hanya berbicara keuntungan dan menguntungkan atau sangat menguntungkan kita mengetahui negri ini semakin terpuruk dari sisi tata kelola energi. Rasanya sangatlah konyol ketika terjadi inefisiensi di PLN senilai 37.5 triliun hanya karena tdk dapat suplai gas . Menurut saya yg terpenting adalah agar blok mahakam dikelola oleh negara, menghimpun seluruh kemampuan anak bangsa untuk mengais sisa2 cadangan dan potensi yg masih ada di mahakam... semata2 bertujuan untuk sebesar2nya income negara...sehingga kelak akan dapat menjadi kebangsaan nasional. Selanjutnya apabila Pemerintah masih kurang yakin dg kemampuan anak bangsa sendiri, tentu bisa menggaji beberapa tanaga ahli asing utk waktu tertentu. Mulai dari tenaga ahli teknis hingga top management. Karena itu, blok Mahakam tdk harus dikelola oleh Pertamina mungkin(?) bagi Pertamina sendiri dari sisi pegawai dan jajaran Direksi tdk ada untungnya mengelola blok Mahakam, tentu dk akan memperkaya kantong individu dll, namun yg pasti akan menambah profit utk kemudian disetor kepada kas negara! Mungkin p' Ong selaku staf ahli KaBPMigas (?), dapat mengusulkan pembentukan sebuah "perusahaan minyak dan gas nasional", bisa dibawah Dept ESDM, atau atau Dept Keuangan, atau KemBUMN atau bisa juga dibawah Dept Parawisata dan "Ekonomi Kreatif" atau Dept Sosial karena bertujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia Demikian dan mohon maaf bila ada pemikiran dan kata2 yg kurang tepat Salam Sumpah Pemuda bagi kita semua.. Majulah wahai bangsaku, maju tak gentar membela yg BENAR ! Mantan murid p Ong yg sdh lama pangsiun (TA) Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: noor syarifuddin Date: Thu, 1 Nov 2012 15:05:39 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor Ha ha ha ... Dari seismik msh lari ke sana juga ya Pak... :-) Kalau boleh saya juga mo berandai2 sdkt: kalau kontrak dilanggar karena gas dialihkan terus pembeli komplain dan masuk arbitrase... apa gak jadi karaha bodas jilid 2 Pak? Salam,
Re: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
Pak Avi yth, Salut dan terimakasih atas sharing dan pengakuan jujur dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yg sdh bekerja pd perusahan kapitalis asing selama 24 th. Sebetulnya kondisi demikian, hampir dirasakan oleh banyak TKI yg berbakti di perusahaan migas asing, terutama pada perusahaan besar, namun sangat sedikit yg mau curhat secara terbuka. Saya pikir, berapapun gaji TKI yg diperoleh dari perusahaan minyak asing, tentu tetap akan "membatin/sakit hati", bila kasat mata menyaksikan ketimpangan gaji dibanding TKA, pada hal tugas dan tanggung sama serta menjadi beban negara dalam bentuk cost recovery. Khabarnya kebanggan dan kenikmatan bekerja di perusahaan migas asing hanya sampai th ke 12-15, lebih dari itu akan mengurut dada sendiri menyaksikan keaneh2an dalam berbagai aspek Ketika bertugas di Pertamina BKKA tahun 1990-an, sering kali didatangi oleh senior yg berkeluh kesah tentang kelakuan orang asing, pengembangan karir dan masalah gaji yg tdk berimbang dg tenaga Kerja Asing (TKA). Ujung2nya beliau2 nanya, bgmn cara untuk bisa pindah ke BKKA... ngga boleh balas dendam yaww Meskipun dalam PSC tecantum keharusan indonesiasi dan alih teknologi, namun biasanya dilakukan secara basa basi realisasi rata2 utk anggaran training biasanya tidak sampai 80%. Alih management memang ada, namun basa basi juga, semua keputusan dan kebijakan digariskan oleh kantor pusat, dan biasanya manager/VP yg indonesia tsb, akan dijadikan sebagai bemper bila ada TKI yg complain. Bahkan seperti cak Avi sampaikan, para TKI yg manager tsb dimanfaatkan oleh perusahaan utk berhadapan dg instansi Pemerintah. Terkait blok mahakam yg akan expire 2017, saya pikir sudah saatnya "Pemerintah" membuat Perusahaan Minyak Nasional yg kuat, mandiri, dan dikelola oleh anak bangsa sendiri, sehingga akan menjadi kebanggaan utk masa mendatang. Rasanya kok aneh dan lucu yaa, pemerintah masih mengkonsider Total Indonesie yg sdh menikmati hasil migas selama 50 tahun kontrak di blok mahakam, dan tdk memberikan kesempatan penuh kepada perusahaan anak bangsa untuk mengais sisa cadangan resiko rendah tsb. Kalau demikian halnya, kapan negri ini bisa mencontoh malaysia, dapat menambah devisa dari dalam negri maupun dari luar negaranya.. Misalkan dapat meniru Petronas yg sdh eksis dan punya cadangan migas di luar Malaysia, dg tujuan menambah devisa bagi kemakmuran rakyatnya. Ataukah memperthankan "income" negara dg terus menerus membuat utang, sampai suatu saat dinyatakan sbg negara gagal bayar?? Demikian, Salam Sumpah Pemuda ... (TA) Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari Date: Wed, 24 Oct 2012 06:08:08 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ? Kalau tidak dijajah kita sudah "setara dengan mereka. Atau bisa saja lebih maju dari mereka. Bagaimanapun penjajahan sebuah kegiatan yg tidak berperikemanusiaan dan peri keadilan. Sehingga harus dihapuskan dari muka bumi. Rdp On Tuesday, October 23, 2012, kartiko samodro wrote: > Pak Avi sepertinya keenakan "dijajah" nih bisa sampai 24 tahun :-)) > > Terlepas dari itu semua, > > positifnya kan sekarang Indonesia punya geologist yang mumpuni seperti > Pak Avi yang merupakan hasil "penjajahan" exxon mobil selama 24 tahun... > > 2012/10/23 rakhmadi avianto 'cvml', 'rakhmadi.avia...@gmail.com');> > > > >> Nasionalisasi di PMA itu ngga mungkin deh kayaknya, kenapa karena namanya >> Penanaman Modal Asing (PMA) maka mesti ASING yg paling berkuasa. Pengalaman >> Pribadi dg Mobil dan ExxonMobil selama 24th, yg aku tahu dari dulu waktu >> aku masuk di tahun 1982 sampai saat inipun proses nasionalisasi di EM belum >> jalan, pegawai nasional di masing2 PMA itu tidak lebih dari pesuruh untuk >> ketemu Migas, BPMigas atau Pejabat pemerintah. Alasannya ya gampang lah ini >> kan proyek kunci maka yg nangani ya kudu orang asing yg menurut mereka >> lebih mumpuni. >> >> Dulu di EM bos aku ya hanya dipakai untuk ngurus mberesin Cepu dan >> Natuna, teknis dan adminis tratip ke dalam ya bule semua, mulai dari >> Planning, teknical approval untuk go not go, annual budget ... man power >> planning and deployment dsb, ntar kalau udah jadi dan mateng dan udah di >> approved Houston (untuk EM) maka baru si "mumpet" or "cepot" nya disuruh >> teken buat di majuin ke BPMigas. >> >> Jadi Nasionalisasi itu cuman akan terjadi kalau blok itu bener2 dikelola >> oleh Nasional. Nah untuk mengelola kan harus ada barangnya, tanpa barang ya >> ngga bisa ngapa2 in. Misalnya nih ntar dalam pengeloaan blok Mahakam >> kekurangan orang terus saya di tarik ya ngga NOLAK, tapi kalau di bawah >> TEPI ya ogah ngga mau balik lagi ke jaman batu, udah cukup 24th di >> jajah hiks hiks hiks >> >> Pegawai nasional di tempat PMA itu kaya supir F1 tapi disuruh bawa angkot >> ya ngga cocok. >> >> lam salam >> Avi >> >> >> 2012/10/23 Rovicky Dwi Putrohari
Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
Cak Phie yth, Terkait statement p Ong, kita sedikit beda pak Phie, maksudnya ada yg sama dan ada juga yg berlainan. Menurut p Ong yang berpendirian “Pokoknya Pertamina” adalah mereka yang bukan merah putih maupun NKRI", sayapun tidak setuju. Statemen tsb sangat menyesatkan, dpt diartikan, bahwa para oknum yg tidak suka pertamina dan pro asing mempunyai jiwa dan raga merah putih dan cinta NKRI ? Saya rasa, ini pola pikir yg terbolak balik. Pada dasarnya saya sependapat dg p Ong, bahwa "Pertamina tidak identik dengan Pemerintah, kepentingan Pemerintah dan Pertamina tdk selalu sejalan", Pak Ong betul, apalagi kalo diibaratkan sbg hubungan antara bpk dan anak. Untuk jelasnya dapat diterangkan sbb : 1. Pertamina ((si anak))adalah unit kecil dalam tatanan kenegaraan, hanya sebuah perusahaan yg mengurus unit usaha dan tugas PSO, dg jumlah pekerja ribuan aja. Sedangkan pemerintah ((si bpk)) memikirkan dan mengelola ratusan juta rakyat dan beribu2 unit usaha yg terkandung dalam berbagai kementrian. Karena itu kepentingannya tdk selalu sejalan. 2. Jumlah dan nilai aset Pertamina sangatlah kecil, sedangkan si bpk mempunyai banyak aset mulai dari ribuan pulau, ratusan buah aset di departmen, hingga punya sumberdaya alam yg melimpah. 3. Kepentingan yg tidak sejalanan lain nya antara lain : untuk melanjutkan eksistensinya, hobi si bpk adalah menjual aset, membuat utang luar negri, berfoya2, malas dan enggan berbisnis. Sedangkan si anak perlu bekerja dan bisnis dulu utk mencari profit untuk kemudian disetorkan kpd bapaknya, bahkan rela dan ikhlas juga menjadi sapi perahan si bpk. 4. Si bpk sangat otoriter, pemarah dan berbuat suka2 dan mungkin kejam kpd anaknya, namun berlaku sopan bahkan "ciut" dg orang lain mungkin kebanyakan utang kalee .. sedangkan si anak selaku "kontraktor" tdk bisa berbuat suka2 dan cukup pandai menempatkan diri. 3. Jika si bpk ingin membuat peraturan dalam rumah tangganya, kadangkala menggunakan konsultan asing, bahkan dibiayai dari dana negara asing. (Kata p Marwan Batubara, direktur institut energi ...? Dalam membuat uu migas 22/2001, si bpk dpt bantuan dana dari USAID sebesar 20 juta usd) Sebagai penutup, saya pikir kita tdk perlu lagi berpikir dan berbicara pd level perusahaan. Mari kita bangun kebanggaan atas bangsa dan negara ini seperti bangganya bangsa Singapura, Jepang, Malaysia dll atas kinerja negrinya yg sdh mendunia, seperti airline, elektronic, industri migas dll ataukah kita sdh cukup bangga punya utang LN yg hampir 2000 trilliun rupiiah dan negara terkorup? Semoga Tuhan Yg Maha Kuasa, Allah Swt dapat menolong kita dan negri ini dari segala keterpurukan. Mohon maaf, jika ada pendapat dan perkataan yg kurang berkenan. TA, anggota IAGI. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com Date: Sun, 21 Oct 2012 16:47:28 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million He...he...he... Ikut sharing aah. Yang berpenderian pokoknya PERTAMINA bukan merah-putih dan maupun NKRI. Ini membingungkan Pak Ong, maaf Sekali lagi saya berbeda pendapat. Setuju kalau PERTAMINA tidak identik dengan Pemerintah. Pemerintah melayani masyarakat/rakyat, PERTAMINA sebagai tool Pemerintah. Contoh 2012 keuntungan di Upstream Pertamina Rp 27 trilyun, kegiatan Downstream tidak untung bahkan rugi termasuk untuk distribusi BBM ke seluruh pelosok tanah air. APA INI BUKAN AKTIVITAS MENJAGA KEUTUHAN NKRI, ini memakan biaya Rp 10 trilyun. Jadi net profit PERTAMINA 2012 tinggal Rp 10 trilyun. Jadi PERTAMINA ingin memperkuat keuntungan di Upstream termasuk ingin mendapatkan blok Mahakam. Makin besar keuntungan, maka deviden dan pajak yang dibayarkan ke Pemerintah dan menyempurnakan penugasan Pemerintah dalam PUBLIC SERVICE. Pernyataan Pak Ong tsb menyesatkan, maaf. Yang Pro Pertamina is merah putih dan nasionalis NKRI. Salam hormat, Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ong Han Ling Date: Sun, 21 Oct 2012 21:37:07 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million Pak Avi, Menurut saya yang berpendirian "Pokoknya Pertamina" adalah mereka yang bukan merah putih maupun NKRI. Pertamina adalah perusahaan milik Pemerintah. Saya pernah terangkan bahwa kepentingan Pemerintah dan Pertamina tidak selalu sejalan. Pertamina tidak identik dengan Pemerintah. Untuk memperjelas pengertian tsb. diatas saya akan ambil contoh orang tua yang punya 3 anak, A, B, dan C. Anak A yang paling tua pingin masuk Universitas diluar Negeri. Alasannya masuk akal. Kalau lulusan luar negeri gampang cari pekerjaan, gaji tinggi, dsb. Namun sebagai orang tua, jalan pikirannya lain. Kalau dia mengirim anaknya A keluar negeri dan karena budget terbatas, maka anak kedua dan ketiga, B dan C, tidak bisa meneruskan ke Universitas. Kalau lulusa
Re: [iagi-net-l] Ini Bahayanya Kalau Pemerintah Usir Total Cs
Wowww . menurut hemat saya semakin banyak ajaa pejabat yg lebayy ...by. ..buy ..buy by tapii memang sebaiknya demikian, apa yg dipikirkan langsung diucapkan, dan bukan sebaliknya berpikir lain berkata lain ... Apa iya anak bangsa ini betul2 ngga mampu mengelola industri migas di sektor hulu ??? Bukankah KemBUMN bisa membuat BUMN baru utk mengelola blok mahakam dg memberdayakan segenap kemampuan anak negri ??? Atau cukup pertamina aja yg membuat anak perusahaan, kemudian menghimpun seluruh kekuatan anak bangsa yg sdh berpengalaman dalam operasi lepas pantai, tentunya termasuk TKI ex karyawan Total. Kemudian tetapkan pendapatan bulanan karyawan indonesia tsb 30-40% diatas gaji sekarang .. Selama ini kita mengetahui bahwa perbandingan gaji TKA dg TKI di industri hulu migas aple to aple kira2 1(satu) berbanding 5(lima) bahkan mungkin lebih. Andaikata pemerintah masih menilai bahwa anak bangsa tdk mampu utk level GM dan VP bahkan juga tingkatan tenaga ahli, maka pemerintah dapat instruksikan pertamina utk menyewa sementara beberapa orang TKA. Dg cara sederhana di atas, saya yakin pendapatan negara akan lebih optimal, baik secara materi maupun moral. Beberapa puluh th lalu di pertamina pernah ada anekdot JOB = join operating body, tapi kemudian diplesetkan menjadi "jongos orang bule" ... maaf sekalii, hanya sekedar bercanda Ada lagii, dalam sejarah disebutkan bahwa indonesia dijajah negara asing hampir 3,5 abad, lama nian yaaa begitu melihat ada bule jadi tukang semir di bandara LN/mall, maka sekonyong2 bbrp kawan menyodorkan sepatunya, sambil berkata ... kapan lagi sepatu gue disemirin bule ... ha..haa ..puas.. Maaf dan salam ... Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Agung Adi Susanto" Date: Sun, 21 Oct 2012 01:42:35 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Ini Bahayanya Kalau Pemerintah Usir Total Cs Semakin "Wow" aja nih berita :) -- Jumat, 19/10/2012 15:42 WIB Ini Bahayanya Kalau Pemerintah Usir Total Cs Rista Rama Dhany - detikFinance Jakarta - Kontrak Total E&P Indonesie dalam pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur akan segera berakhir pada 2017. Ada wacana keinginan 'mengusir' Total dan menyerahkan pengelolaannya kepada Pertamina, tetapi jika sampai itu terjadi dampaknya akan berbahaya khususnya buat anak cucu rakyat Indonesia, Loh kok bisa? Hal tersebut seperti diungkapkan Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini, kalau Indonesia meniru gaya Venezuela mengusir para investor asingnya justru berbahaya, pasalnya negara-negara seperti itu memang siap untuk dikucilkan dunia Internasional. "Tapi apakah Indonesia mau dikucilkan tentunya tidak, kalau kita mengusir para investor asing yang telah menanamkan investasinya di Indonesia yang membantu Indonesia hingga kita bisa memakai pakaian bagus, bisa gaji guru, gaji polisi, TNI, bangun sekolah, jangan sampai itu terjadi," kata Rudi dalam diskusi Solusi di Bidang Energi dan Pertambangan di Kantor Pusat Nahdatul Ulama, Jumat (19/10/2012) Dikatakan Rudi, Indonesia memang sengaja mengundang para investor tersebut sejak tahun 1945, kalau tidak Indonesia tidak akan mampu mengelola sumber daya Alamnya disektor Migas dimana pendapatan dari sektor Migas mencapai Rp 300 triliun. "Indonesia tidak akan mampu kelola sendiri sektor Migasnya, makanya kita dulu mengundang mereka, jadi kita bisa nikmati pendapatan di sektor Migas yang mencapai Rp 300 triliun itu. Jadi kalau saat ini ada eforia kita mampu kelola sendiri, ya jangan untuk mengusir mereka," kata Rudi. Asal tahu saja kata Rudi, produksi minyak Indonesia pernah sampai menyentuh 1,6 juta barel per hari, itu karena Chevron, Total, BP dan perusahaan migas Asing berhasil menemukan cadangan minyak sangat besar. "Tangguh, Minas, Duri dan lainnya yang menemukan ya mereka juga (perusahaan asing), kita? tidak ada, makanya sampai saat ini produksi minyak kita terus turun. Kenapa tidak mencari sendiri, itu tidak mudah, biaya eksplorasi satu sumur minyak saja mencapai US$ 400 juta, itu harus kas tidak bisa pinjam uangnya, dan belum tentu dapat bahkan lebih sering tidak dapatnya, makanya itu kita undang perusahaan asing," tutur Rudi. Jadi, kalau sekarang Indonesia main usir-usir investor asing disektor Migas, akan menjadi kesan buruk bagi investor. "Kalau sampai investor enggan masuk lagi di Indonesia,bahaya,kasihan anak cucu kita, tidak bisa menikmati hasil pengelolaan sumber daya alamnya. Jadi konsep usir mengusir itu merupakan kesalahan fatal, akan sebabkananak cucu kita merana," tandas Rudi. http://m.detik.com/finance/read/2012/10/19/154223/2067296/1034/ini-bahayanya-kalau-pemerintah-usir-total-cs Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
Pak Yusak, Terimakasih banyak koreksinya... Besok ikutan kah explorationist di Pangkalan Jati ? Salam, Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Yusak Date: Fri, 19 Oct 2012 18:59:37 To: Reply-To: Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million Pak TA Koreksi dikit CNOOC Bukan Petrochina Yusak Sent from IPad On 19 Okt 2012, at 18:48, tambismar wrote: > Pa Phi, > > Terimakasih sharingnya. Memang sih..., sebetulnya cukup banyak negara > berdaulat melakukan hal yg serupa dg Anggola. Mereka betul2 menerapkan janji > "akan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan individu maupun > kelompok" ...China first, singapura first dlsb, dan kemudian mengingatkan > saya atas veto senat amerika ketika penjualan unocal kpd petrochina...yg > akhirnya memenangkan chevron. > > Di negri kita pun sebetulnya demikiansecara formal pemerintah selalu > mencanangkan janji tsb, namun dalam prakteknya para oknum di pemerintahan yg > didukung oleh pelaku bisnis liberal...terpaksa mendahulukan kepentingan > individu maupun kelompok > > Para oknum dalam lembaga eksekutip, yudikatip maupun legislatif cendrung > berprilaku demikian, akan mengalahkan kepentingan bangsa dg berbagai > justifikasi. Saya pikir, inilah salah satu penyebab tidak majunya usaha bumn > disamping jajaran oknum numdireksinya juga ikut korup dalam berpikir. > > Semoga Tuhan YMK dapat menyelamatkan negri ini dari tangan2 kotor dan segera > menyadarkan para oknum tsb dari jalan pikiran yg sesat. > > Salam ... > (TA) > > > > > > > > > Sent from Samsung Galaxy Note > > Achmad Luthfi wrote: > Pak Ong Yth, > > Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan > Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan Negara > saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya alamnya > (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola lapangan > Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu diterapkan di Blok > Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti Angola dalam melindungi > Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola berkiprah dalam Industri > Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender (farm in) salah satu > lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP, lapangan ini dalam > development phase dengan cadangan yang menarik, partner BP berniat dispose > sebagian interest share-nya, proses farm-out ini dilaksanakan melalui tender. > Pertamina mengikuti tender ini, ternyata penawaran Pertamina paling menarik > (paling tinggi dibanding competitornya). Apa yang terjadi setelah operator > (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya kepada Pemerintah Angola untuk > memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah Angola memberikan "Right to Match" > kepada Sonangol, dan Sonangol mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina > dalam bidding tersebut, finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan > tersebut. Padahal Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. > Alangkah indahnya keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah > ada huge discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan > seperti Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia > posisinya. Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya > alamnya juga dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya > pernah belajar "Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. > Norwegia adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip > liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG > TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA > LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty", > operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode transfer > of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and Royalty saja > tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar dari cadangan > minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA MELALUI ANGGARANNYA > JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE DIRECT FINANCIAL > INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN KULIAH WAKTU ITU > MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY TERMASUK MINYAK BUMI > TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY, KARENA ITU PERUSAHAAN > NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN BESAR LAPANGAN-LAPANGAN > MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh Lapangan Troll yang konon > kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi sep
Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
Pa Phi, Terimakasih sharingnya. Memang sih..., sebetulnya cukup banyak negara berdaulat melakukan hal yg serupa dg Anggola. Mereka betul2 menerapkan janji "akan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan individu maupun kelompok" ...China first, singapura first dlsb, dan kemudian mengingatkan saya atas veto senat amerika ketika penjualan unocal kpd petrochina...yg akhirnya memenangkan chevron. Di negri kita pun sebetulnya demikiansecara formal pemerintah selalu mencanangkan janji tsb, namun dalam prakteknya para oknum di pemerintahan yg didukung oleh pelaku bisnis liberal...terpaksa mendahulukan kepentingan individu maupun kelompok Para oknum dalam lembaga eksekutip, yudikatip maupun legislatif cendrung berprilaku demikian, akan mengalahkan kepentingan bangsa dg berbagai justifikasi. Saya pikir, inilah salah satu penyebab tidak majunya usaha bumn disamping jajaran oknum numdireksinya juga ikut korup dalam berpikir. Semoga Tuhan YMK dapat menyelamatkan negri ini dari tangan2 kotor dan segera menyadarkan para oknum tsb dari jalan pikiran yg sesat. Salam ... (TA) Sent from Samsung Galaxy NoteAchmad Luthfi wrote:Pak Ong Yth, Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan Negara saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya alamnya (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola lapangan Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu diterapkan di Blok Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti Angola dalam melindungi Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola berkiprah dalam Industri Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender (farm in) salah satu lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP, lapangan ini dalam development phase dengan cadangan yang menarik, partner BP berniat dispose sebagian interest share-nya, proses farm-out ini dilaksanakan melalui tender. Pertamina mengikuti tender ini, ternyata penawaran Pertamina paling menarik (paling tinggi dibanding competitornya). Apa yang terjadi setelah operator (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya kepada Pemerintah Angola untuk memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah Angola memberikan "Right to Match" kepada Sonangol, dan Sonangol mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina dalam bidding tersebut, finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan tersebut. Padahal Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. Alangkah indahnya keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah ada huge discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan seperti Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia posisinya. Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya alamnya juga dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya pernah belajar "Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. Norwegia adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty", operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode transfer of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and Royalty saja tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar dari cadangan minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA MELALUI ANGGARANNYA JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE DIRECT FINANCIAL INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN KULIAH WAKTU ITU MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY TERMASUK MINYAK BUMI TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY, KARENA ITU PERUSAHAAN NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN BESAR LAPANGAN-LAPANGAN MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh Lapangan Troll yang konon kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi separuh kebutuhan Eropa Barat dan Utara selama 50 tahun, 76% dari kepemilikan lapangan oleh Pemerintah Norway diberikan kepada Statoil dan SDFI, sisanya yang 24% dimenangkan oleh Shell melalui tender. Kembali ke Blok Mahakam, cara Angola dalam memproteksi sumberdaya migasnya Dan membesarkan Sonangol bisa diakomodasi. Untuk Blok Mahakam setelah 2017 sepenuhnya menjadi hak Pemerintah, tenderkan saja Blok Mahakam dengan Pertamina diberikan "Right to Match", saya koq punya keyakinan Pertamina mampu melakukan "MATCHING" terhadap penawar tertinggi. Masak kita kalah Sama Angola dalam berprinsip "Angola First", begitu juga Norwy dalam mengimplementasikan "Norway First". Apakah kita mau berbeda dalam menerapkan prinsip "INDONESIA FIRST".? Maaf Pak Ong, kalau saya punya pendapat yang berbeda. Sedikitpun saya tidak bermaksud menggurui terutama dalam "INDONESIA FIRST". Salam Hormat,
[iagi-net-l] Copas dari detik finance, 19 okt 2012 jam 15.30 wib. "PLN jual surat utang global rp 9 Triliun..."
Selaku geologist yg awam dg dunia financial, sangat mengharapkan pencerahan dari anggota IAGI yg paham dg seluk beluk dunia lain tsb, utamanya bgmn dan dengan cara apa PLN kelak membayar kewajiban obligasi tsb ? Sampai dimana tanggung jawab kementrian ESDM dan BUMN? Kapan target PLN menjadi perusahaan yg menguntungkan?? Hingga saat ini, PLN masih disubsidi besar oleh negara dan khabarnya masih punya utang banyak kpd PT Pertamina Persero Wslm " PLN jual surat utang global rp 9 Triliun..." PT PLN (Persero) menerbitkan obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 1 miliar atau Rp 9 triliun. Obligasi ini berjangka waktu 30 tahun. Penawaran obligasi dilakukan dengan strategi eksekusi intraday dalam serangkaian pertemuan investor global di Asia, Eropa dan Amerika. Transaksi ini juga menjadi transaksi obligasi pertama PLN dengan tenor 30 tahun yang diterbitkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. “Transaksi ini menandai kembalinya PLN ke pasar modal internasional menyusul penerbitan obligasi sebesar US$ 1 miliar dengan kupon 5,5% yang diterbitkan pada bulan November 2011,” ungkap Direktur Utama PLN Nur Pamudji dalam keterangan tertulis, Jumat (19/10/2012). Obligasi yang baru ini punya kupon 5,25% dengan jatuh tempo pada Oktober 2042. Diterbitkan dengan harga 98,514% atau imbal hasil 5,35% per tahun. Penawaran transaksi obligasi PLN kali ini diterima dengan baik oleh para investor global. Pesanan mencapai total nilai sekitar US$ 11,5 miliar dengan dari lebih 380 investor. Harga akhir mengalami pengetatan 27,5 basispoint dari harga awal sebesar 5,625% yang dirilis pada hari sebelumnya. Transaksi obligasi ini mencatatkan rekor kupon terendah baru bagi PLN untuk sebuah penawaran obligasi di pasar modal internasional. Penawaran obligasi yang baru ini dialokasikan 45% kepada investor di Asia, 31% ke investor Amerika dan 24% ke investor Eropa. Berdasarkan jenis investor, 73% dialokasikan untuk asset/fund manager, 7% kepada perusahaan asuransi, 8% untuk bank, 9% untuk bank-bank swasta dan 3% untuk pengelola kekayaan negara dan lainnya institusi publik. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
Pak Udin, kok kosong ngga ada komentarnya ... Rekan2 anggota IAGI, walau pun terlambat mbat bat ... saya juga ingin berkomentar yah ... Betul pak Ong ysh, saya sependapat " Buat apa kita bangga kpd pertamina kalau nantinya rugi " Walau pun ada dewan komisaris sbg pengawas, namun bapak yakin betul bahwa kelak pertamina akan merugi membeli Prodelta SA Jika demikian halnya, selaku staf ahli di BPMigas seyogianya pak Ong bisa menyampaikan protes dan keyakinan tsb kpd Dewan Komisaris Pertamina melalui Ka BPMigas. Selanjutnya dan saya pikir untuk masa mendatang kita tdk perlu lagi berbicara dalam skala perusahaan Terus terang apalagi sih yg menjadi kebanggan kita sbg anak negri? bukankah dari sisi "poleksosbud" bangsa ini terkesan kurang mandiri dan semi berdaulat?? ...apakah hutang negri ini yg hampir mencapai 2000 trilun bisa menjadi kebangaan kita? kapan akan dapat dilunasi ? Bgmn kalo suatu saat gagal bayar... dan kemudian dinyatakan sebagai negara pailit dan gagal ... ??? Sudah semestinya pemerintah mulai menghimpun segala kekuatan anak negri, utk segera membentuk perusahaan minyak nasional yg kuat, mandiri, dioperasikan oleh bangsa sendiri dan dapat menjadi kebanggan pada masa mendatang. Hampir setengah abad industri perminyakan beroperasi di Indonesia, kemana "sumberdaya manusia" hasil alih teknologi dan indonesiasi di KPS ...? apakah sebagian mereka masih membaktikan diri bagi sebesar2nya kemakmuran negara lain? Kita sangat mengetahui, bahwa sumberdaya manusia indonesia tdk kalah hebat dari bangsa lain ataukah negri ini sudah salah kelola terhadap anak bangsa sendiri ...? kemudian membiarkan para ahlinya berbakti untuk negara asing lain ??? Untuk jawabnya ...silahkan bertanya pd rumput yg sdh enggan bergoyang .. he hehe Mohon maaf bila berlebihan semoga tuhan YMK segera melepaskan negri ini dari berbagai keterpurukan ... dan segera bangkit menjadi negara maju seperti yg pernah dicanangkan oleh menko Perekonomian kita Salam, TA, selaku anggota IAGI... Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: udin...@yahoo.com Date: Fri, 19 Oct 2012 03:37:47 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ong Han Ling Date: Wed, 17 Oct 2012 23:44:45 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million Pak Yanto dan teman-teman IAGI yang “pokoknya Pertamina”, Saya melihat tiga alasan mengapa teman-teman di IAGI memberikan “bravo” kepada Pertamina dalam pembelian 38% dari saham Petrodelta SA, perusahaan E&P, Venezuela. Karena (1) keberaniannya, (2) punya cash $725 juta, atau (3) mengharapkan keuntungan besar dari pembelian ini? Buat apa kita bangga kalau nantinya rugi. Jadi yang kita harapkan adalah keuntungan besar. Perusahaan yang menjual ke Pertamina, HNR Energia BV, adalah perusahaan swasta Belanda. Pasti dia jual kepada penawar yang tertinggi, mungkin saja lewat bidding. Dia jual dengan harga tsb. karena dia anggap ini menguntungkan baginya daripada kalau dia tahan. Dia juga punya alasan kuat kenapa mau dijual. Mungkin karena politik Chavez atau mungkin dia jenuh menghadapi peraturan di Venezuela, dll. Kebetulan perusahaan yang dipilih atau menang adalah Pertamina karena memberikan harga tertinggi. Mungkin juga HNR Energia BV adalah perusahaan TBK Belanda dan menjual di pasar stock exchange hingga semua orang bisa saja beli sahamnya; atau beli saham dari induknya, Harvest International Inc. Artinya beli saham bukan suatu “big deal”. Semua orang bisa. Yang pernah beli saham mengetahui bahwa harga saham seperti yo-yo, bisa naik dan bisa turun. Dua contoh “kegagalan” yang terjadi baru-baru ini. Pertamina memberanikan diri bor dilaut dalam. Pertamina dengan partner StatOil ikut konsortium pemboran. Biaya bor diperkirakan sekitar $20-25 juta. Waktu gilirannya setelah dua tahun, biaya pemboran naik 3-4 kali. Padahal pemboran sekitarnya oleh perusahaan IOC semuanya gagal, tetapi Pertamina somehow tidak bisa mundur. Hasilnya negatif. Contoh lain, tender di Papua, Pertamina berpartner dengan Shell dikalahkan. Protes ke ESDM, ditolak. Pemenang tender telah mengebor 10 well dan menghabiskan sekitar $70 juta. Hasil negatif. Pertamina lucky, padahal tadinya ngotot. Memang eksplorasi jauh lebih tinggi risikonya dibandingkan Petrodelta yang melakukan explorasi dan produksi. Namun prinsipnya sama, pemenang tender blok migas belum bisa kita banggakan, belum tentu untung, kemungkinan untuk rugi besar. Memang kalau untung besar sekali. Jadi belum waktunya kita bilang “Bravo” kepada Pertamina. Hanya “waktu” bisa ceritera apakah pembelian ini menguntungkan atau merugikan. Kalau sekarang ingin memberikan “bravo” kepada Pertamina, sebaiknya dibatasi karena keberanianya dan karena punya cash; bukan karena keberha
Re: [iagi-net-l] Indonesia Optimis Kalahkan Gugatan Churchill US$ 2 Milyar
Pak Ong Ysh, Bpk menuduh "Disinilah kesalahan pertama dari Pertamina. Mangapa Pertamina mau diajak ke Swiss untuk arbirtrase? Padahal di PSC tertulis di Ayat 15.2.1. menyatakan bahwa UU Republik Indonesia berlaku. Untuk pakai UU Indonesia haruslah di Indonesia, kenapa diajak ke Swiss koh mau dimana UU Swiss yang akan kita ikuti. Di PSC Ayat 15.2.2 menyatakan bahwa Indonesia mempunyai hak mutlak (inalienable rights) untuk mengahalangi adanya arbirrase." Saya awam dalam masalah tsb, dan ingin bertanya : "apakah KBC perusahaan minyak dan terikat dg ketentuan PSC??" Mhn pencerahan .. Selanjutnya mengharap juga pencerahan tentang : Siapa sebenarnya yg salah ?? Pertamina atau Pemerintah dalam sengketa Kraha Bodas ?? Siapa yg menghentikan kontrak KBC vs Pertamina ? Adakah oknum2 di Pemerintahan yg seharusnya lbh bertanggung jawab ?? Apa iya banyak orang Indonesia menjadi melarat dan kelaparan didaerah-daerah. Ini penyebab utama jatuhnya Presiden Soeharto, yang telah bekuasa selama lebih dari tiga abad ?? Mohon maaf dan terimakasih atas pencerahan dari siapapun... Salam sehat dan merdeka ... Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Ong Han Ling" Date: Thu, 27 Sep 2012 09:03:32 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia Optimis Kalahkan Gugatan Churchill US$ 2 Milyar Pak Amir dan para anggota IAGI yang mengikuti PSC extension, Karena ada email dari Pak Amir perihal Karaha Bodas, saya ingin nimbrung. Sebab ini menunjukan kesalahan Pertamina yang bertubi-tubi. Karaha Bodas Company (KBC) dimana dulu Pak Amir bekerja, adalah perusahaan Amerika yang mengadakan eksplorsi untuk Geothermal di Karaha Bodas, Jawa Barat. Tahun 1998, waktu listrik akan di produksi, PLN tidak mau beli meskipun sudah ada perjanjian antara KBC dengan Pertamina dan PLN. Tgl. 6 Maret 1998, PLN menulis surat ke KBC minta proyek di suspended berdasarkan decree dari President Soeharto karena adanya Asian Financial Crisis. Listrik dari Karaha Bodas tidak ada yang mau beli. GDP Indonesia anjlok dari plus 7% (investment grade) menjadi minus 11% (bond sampah). Penurunan GDP dalam waktu singkat tersebut adalah merupakan salah satu terbesar didunia. Banyak kontrak dibatalkan dengan melonjaknya harga US dollar dari Rp.2000 menjadi Rp.14,000 dalamwaktu 1-2 bulan saja. Pabrik2 stop produksi dan buruh ngangur. Banyak orang Indonesia menjadi melarat dan kelaparan didaerah-daerah. Ini penyebab utama jatuhnya Presiden Soeharto, yang telah bekuasa selama lebih dari tiga abad. Keadaan demikian sebetulnya sudah bisa dianggap sebagai force majeure. Namun sayangnya ini tidak dipakai untuk membela Indonesia pada waktu itu. Kita sudah dijatuhi hukuman denda sebelum bisa membela diri. KBC menuntut Pertamina dan PLN lewat arbitrase di Swiss. KBC khususnya menuntut Pertamina yang punya uang dan aset diluar negeri. Disinilah kesalahan pertama dari Pertamina. Mangapa Pertamina mau diajak ke Swiss untuk arbirtrase? Padahal di PSC tertulis di Ayat 15.2.1. menyatakan bahwa UU Republik Indonesia berlaku. Untuk pakai UU Indonesia haruslah di Indonesia, kenapa diajak ke Swiss koh mau dimana UU Swiss yang akan kita ikuti. Di PSC Ayat 15.2.2 menyatakan bahwa Indonesia mempunyai hak mutlak (inalienable rights) untuk mengahalangi adanya arbirrase. Memang hak mutlak tsb, kita tidak bisa kita pakai sewenang-wenangnya. Namun tahun 1998 kita benar-benar sebagai bangsa terpuruk sekali. Sebagai negara berdaulat dan dalam keadaan yang betul2 menjirat bangsa, dimana kemiskinan meningkat sampai Pak Harto mundur, alasan force majeure pasti bisa diterima didunia Internasional. Namaun ini tidak dipakai didalam pembelaan. Dari independent analyst, mereka juga bertanya mengapa arbitrage diadakan di Swiss. Seandainya diadakan di Indonesia dengan memakai UU Indonesia, hal ini tidak terjadi. Indonesia mempunyai legitimate reason yang cukup kuat. Kesalahan kedua, undangan dari Tribunal Swiss (Pengadilan Swiss) oleh Pertamina dan PLN disepelekan dan tidak dijawab. Arbitrase dilanjutkan oleh Tribunal. Berdasarkan undang-undang Swiss, mereka harus menyediakan seorang lawyer WN Swiss untuk membela kepentingan Pertamina. Tribunal menunjuk Mr. Achmad El-Koshen untuk membela kepentingan Pertamina. Tribunal mengangap surat PLN tgl 6 Maret, 1998, sebagai "no legal excuse". Mr. El-Koshen tidak tahu apa-apa tentang keadaan Indonesia dan besarnya Asian crisis yang menimpa Indonesia. Jadi pembelaan asal-asal saja, toh Indonesia tidak berminat karena tidak ada response. BKC tahun 2000 mendapat award judgement dari Swiss Tribunal dan Indonesia diharuskan membayar biaya $111 juta yaitu untuk ongkos-ongkos yang sudah dikeluarkan plus opportunity cost sebesar $150,000. KBC tidak hanya minta uang yang sudah dikeluarkan tetapi juga minta uang yang akan dia peroleh seandainya dia menanamkan uangnya ditempat lain dan dapat keuntungan (opportunity cost). KBC exercise judgement dari Tribunal dan minta untuk memblo
Re: [iagi-net-l] Indonesia Optimis Kalahkan Gugatan Churchill US$ 2 Milyar
Pak Ong Ysh, Bpk menuduh "Disinilah kesalahan pertama dari Pertamina. Mangapa Pertamina mau diajak ke Swiss untuk arbirtrase? Padahal di PSC tertulis di Ayat 15.2.1. menyatakan bahwa UU Republik Indonesia berlaku. Untuk pakai UU Indonesia haruslah di Indonesia, kenapa diajak ke Swiss koh mau dimana UU Swiss yang akan kita ikuti. Di PSC Ayat 15.2.2 menyatakan bahwa Indonesia mempunyai hak mutlak (inalienable rights) untuk mengahalangi adanya arbirrase." Saya awam dalam masalah tsb, dan ingin bertanya : "apakah KBC perusahaan minyak dan terikat dg ketentuan PSC??" Mhn pencerahan .. Selanjutnya mengharap juga pencerahan tentang : Siapa sebenarnya yg salah ?? Pertamina atau Pemerintah dalam sengketa Kraha Bodas ?? Siapa yg menghentikan kontrak KBC vs Pertamina ? Adakah oknum2 di Pemerintahan yg seharusnya lbh bertanggung jawab ?? Apa iya banyak orang Indonesia menjadi melarat dan kelaparan didaerah-daerah. Ini penyebab utama jatuhnya Presiden Soeharto, yang telah bekuasa selama lebih dari tiga abad ?? Mohon maaf dan terimakasih atas pencerahan dari siapapun... Salam sehat dan merdeka ... Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Ong Han Ling" Date: Thu, 27 Sep 2012 09:03:32 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia Optimis Kalahkan Gugatan Churchill US$ 2 Milyar Pak Amir dan para anggota IAGI yang mengikuti PSC extension, Karena ada email dari Pak Amir perihal Karaha Bodas, saya ingin nimbrung. Sebab ini menunjukan kesalahan Pertamina yang bertubi-tubi. Karaha Bodas Company (KBC) dimana dulu Pak Amir bekerja, adalah perusahaan Amerika yang mengadakan eksplorsi untuk Geothermal di Karaha Bodas, Jawa Barat. Tahun 1998, waktu listrik akan di produksi, PLN tidak mau beli meskipun sudah ada perjanjian antara KBC dengan Pertamina dan PLN. Tgl. 6 Maret 1998, PLN menulis surat ke KBC minta proyek di suspended berdasarkan decree dari President Soeharto karena adanya Asian Financial Crisis. Listrik dari Karaha Bodas tidak ada yang mau beli. GDP Indonesia anjlok dari plus 7% (investment grade) menjadi minus 11% (bond sampah). Penurunan GDP dalam waktu singkat tersebut adalah merupakan salah satu terbesar didunia. Banyak kontrak dibatalkan dengan melonjaknya harga US dollar dari Rp.2000 menjadi Rp.14,000 dalamwaktu 1-2 bulan saja. Pabrik2 stop produksi dan buruh ngangur. Banyak orang Indonesia menjadi melarat dan kelaparan didaerah-daerah. Ini penyebab utama jatuhnya Presiden Soeharto, yang telah bekuasa selama lebih dari tiga abad. Keadaan demikian sebetulnya sudah bisa dianggap sebagai force majeure. Namun sayangnya ini tidak dipakai untuk membela Indonesia pada waktu itu. Kita sudah dijatuhi hukuman denda sebelum bisa membela diri. KBC menuntut Pertamina dan PLN lewat arbitrase di Swiss. KBC khususnya menuntut Pertamina yang punya uang dan aset diluar negeri. Disinilah kesalahan pertama dari Pertamina. Mangapa Pertamina mau diajak ke Swiss untuk arbirtrase? Padahal di PSC tertulis di Ayat 15.2.1. menyatakan bahwa UU Republik Indonesia berlaku. Untuk pakai UU Indonesia haruslah di Indonesia, kenapa diajak ke Swiss koh mau dimana UU Swiss yang akan kita ikuti. Di PSC Ayat 15.2.2 menyatakan bahwa Indonesia mempunyai hak mutlak (inalienable rights) untuk mengahalangi adanya arbirrase. Memang hak mutlak tsb, kita tidak bisa kita pakai sewenang-wenangnya. Namun tahun 1998 kita benar-benar sebagai bangsa terpuruk sekali. Sebagai negara berdaulat dan dalam keadaan yang betul2 menjirat bangsa, dimana kemiskinan meningkat sampai Pak Harto mundur, alasan force majeure pasti bisa diterima didunia Internasional. Namaun ini tidak dipakai didalam pembelaan. Dari independent analyst, mereka juga bertanya mengapa arbitrage diadakan di Swiss. Seandainya diadakan di Indonesia dengan memakai UU Indonesia, hal ini tidak terjadi. Indonesia mempunyai legitimate reason yang cukup kuat. Kesalahan kedua, undangan dari Tribunal Swiss (Pengadilan Swiss) oleh Pertamina dan PLN disepelekan dan tidak dijawab. Arbitrase dilanjutkan oleh Tribunal. Berdasarkan undang-undang Swiss, mereka harus menyediakan seorang lawyer WN Swiss untuk membela kepentingan Pertamina. Tribunal menunjuk Mr. Achmad El-Koshen untuk membela kepentingan Pertamina. Tribunal mengangap surat PLN tgl 6 Maret, 1998, sebagai "no legal excuse". Mr. El-Koshen tidak tahu apa-apa tentang keadaan Indonesia dan besarnya Asian crisis yang menimpa Indonesia. Jadi pembelaan asal-asal saja, toh Indonesia tidak berminat karena tidak ada response. BKC tahun 2000 mendapat award judgement dari Swiss Tribunal dan Indonesia diharuskan membayar biaya $111 juta yaitu untuk ongkos-ongkos yang sudah dikeluarkan plus opportunity cost sebesar $150,000. KBC tidak hanya minta uang yang sudah dikeluarkan tetapi juga minta uang yang akan dia peroleh seandainya dia menanamkan uangnya ditempat lain dan dapat keuntungan (opportunity cost). KBC exercise judgement dari Tribunal dan minta untuk memblo