Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Rekan-rekan IAGI netter, Saya senang sekali perihal Karangsambung masuk dalam perbincangan di milis ini. Tentang Kampus Karangsambung: Sejak Juni 2002 LIPI mereoraganisasi Kampus Karangsambung menjadi UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung. Salah satu tugas- fungsinya adalah memberikan pelayanan jasa dan informasi kebumian dan menyebarluaskan ilmu kebumian (Yang dalam pelaksaanaannya menyediakan fasilitas bagi kegiatan diklat lapangan mahasiswa dan menyelenggarakan diklat ilmu kebumian). Saat ini ada 14 perguruan tinggi yang menggunakan Kampus Karangsambung. Selain itu Siswa TK hingga SLTA juga sudah bisa 'nyantren' ilmu bumi (biasanya 3 hari 2 malem) di Kampus Karangsambung. Tentang Kondisi kawasan geologi Karangsambung sekarang ini: - Frekuensi banjir pada DAS Luk Ulo lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (ini perlu penelitian seksama). - Air tanah di beberapa tempat mulai menyusut. (Mata air di kaki Gunung Parans yang airnya biasa digunakan oleh Kampus kini sudah mengering). Kini Kampus membuat sumur bor di tepian Sungai Luk Ulo untuk memperoleh air bersih). - Penghijauan? Tidak selurhnya hijau. Di hulu sungai Luk Ulo pada perbukitan yang merupakan batas administratif Kab. Kebumen dan Banjarnegara sudah tidak ada lagi hutan jati dan hutan mahoni. Pohon-pohon ini habis ditebang pada kurun 1997-1999. - Boulder batuan seukuran kerbau dari anak-anak sungai di hulu Luk Ulo sudah banyak yang diangkut keluar Karangsambung. Sebagian masyarakat mengerti batuan ini bila di ambil akan mengerosi sawah mereka yang dekat tepian sungai. Sebagian kecil mereka mengerti batuan ini sebagai tanggul alam yang berfungsi menahan laju air yang berlebihan. Sebagian mereka hanya tahu bahwa batuan ini laku dijual. (Karena - ini yang menarik- mereka tahu batuan mana yang 'bagus' justeru dari para ahli geologi i.e. dosen/mahasiswa yang biasa mengorder batuan seperti Rijang, Basalt, Gabro, Eklogit dll.). Kini mereka sudah pintar ilmu batu, dan pasar mereka bukan lagi dosen/mahasiswa tapi real estate/ hotel-hotel di kota besar. Tentang berita Suara Pembaruan: Berita itu sebagian ada benarnya. Yang tidak benar, saya tidak pernah bertemu dengan wartawan Suara Pembaruan (Wahyu Mandoko?). Berita itu bisa jadi mengutip dari berita di Suara Merdeka yang wartawannya Wardopo datang ke Kampus untuk meliput Diklat Basis data Spasial. Banyak pernyataan yang benar dan yang tidak pas benar, tidak seluruhnya dari saya. Itu hasil olahan/simpulan dari wartawan. Alumni Karangsambung merasa prihatin dengan Karangsambung? Sumbangsih apa kira-kira yang bisa kita berikan kepada masyarakat Krangsambung? Bikin monumen batuan? Mengajari mereka melakukan diversifikasi usaha selain menambang dan merusak batuan? Saya pikir ngga usah repot-repot mikir itu. Kalau memang punya niat membantu, pikir ini saja: Di seputaran Kampus terdapat 7 sekolah setingkat SLTP. Pada tahun ajaran 2003 lalu 7 sekolah itu meluluskan 581 siswa. Dari jumlah itu tidak separuhnya yang bisa melanjutkan ke SLTA di Kebumen. Kemana mereka? Seandainya di Karangsambung ada dibangun SLTA, mungkin bisa lebih banyak lagi saudara-saudara kita di Karangsambung yang bisa sekolah. Bantu mereka, bantu bagaimana agar di Karangsambung ada SLTA. Silakan mikir yang ini saja. (Lakukan yang kita katakan, katakan yang kita lakukan he..he..) Thanks to RDP yang membawa masuk berita ini Salam, Munasri - Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, June 22, 2004 7:33 PM Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > SUARA PEMBARUAN DAILY > Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > Wahyu Mandoko > TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten > Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai > ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan > masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar > Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. > NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa > Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan > berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan > yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. > "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah > karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang > berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan > Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. > Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai > besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan > yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu > sering
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
setuju sama ulasannya Mas Rovicky. saya dulu bersama men-temen jg sempet punya usaha batu (mulia) kecil2an dan kita inisiatif buat ngasih nilai tambah dr yg namanya batu (mulia) ataupun cincin, kalung dll...nggak sekedar cuma dipoles dan dikasih dudukan trus dipajang tapi jg kita berusaha untuk ngasih informasi tambahan misalkan batu ini umurnya sekian ribu/juta tahun, dulunya adalah jenis batu yg biasa terdapat di daerah blablabla...dan kita jg berusaha untuk mendapatkan sertifikat untuk setiap batu yg kita punya...ide lainnya adalah kita berusaha untuk berbeda dr para penjual cincin yg banyak di pinggir jalan...para penjual ini nggak mungkin dong bisa ngasih informasi geologi dr cincin2 batu yg mereka punya (atau malah jago...?) yg menjadi pokok permasalahan adalah kembali pada market...sangat jarang sekali orang yg tertarik pada benda seni terutama dalam bentuk batu...hanya orang2 tertentu saja yg mau ngeluarin duit "agak" banyak hanya untuk beli batu yg dipoles...itupun nantinya hanya untuk dipajang...untuk cincin dan kalung atau asesoris lainnya (barang2 yg masih mungkin dipake di badan) marketnya masih lebih luas drpd batu pajangan... atau mungkin perlu kerja bareng sama orang desain dan marketing...??? "Rovicky Dwi Putrohari" To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED] l.com> cc: 06/23/2004 08:40 Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan PM Please respond to iagi-net >From: Prasiddha Hestu Narendra sekedar 25 perak jadi 10ribu >perak..masalahnya sopo sing arep tuku >alias sapa yg mau beli? paling2 sekedar mahasiswa yg dateng.dan = Create your market !! Paradigma menjual sesuai dengan permintaan pasar itu cara tradisionil untuk menjual barang atau jasa. Namun cara moderen sekarang adalah menciptakan pasar ... create your market !!. Kalo masih inget cerita lama tentang surveynya pabrik sepatu yg survey di Afrika ... Ya critanya bagaimana sebuah survey perusahaan sepatu untuk melihat pasar di Afrika. Yang ditemukan tidak ada orang yg bersepatu di afrika, tetapi rekomendasi bisa dua macam ... Jangan membuat pabrik sepatu wong ngga ada yg bersepatu. Atau membuat sepatu mumpung belum ada yg bersepatu ... Yang pertama - save money not to build factory, yang satunya perlu usaha keras memperkenakan sepatu ke wong Afrika (an oportunity required effort to make them realy need shoes). Nah gimana menciptakan orang-orang supaya membeli batu "berharga" ini ? Teach them !! Kalau bahasanya IAGI ya 'sosialisasi geologi' :) Dalam hal jual batu ini ada dua aspek yg mau dijual, satu keindahan batu (batu mulia) yg kedua adalah nilai informasi geologi yg "njlegur" soal batu ini, misalnya umur yg JUTAAN TAHUN, cing!, juga kaitan dengan interest secara umum (Dinosaurus punah, gunung api, gempa dll). Jadi ada aspek "informasi" yg mesti kita jual juga bersamaan dengan "batu", nah disini yg memerlukan usaha intelektual geology. Kalau nilainya secara ilmiah dapat disertifikasi tentunya harganya jauh lebih mahal. Di toko Kinokuniya (toko buku Jepang) kebetulan ada cabangnya yg segedung sama aku, ada pojok yang menjual batu-batuan fosil, mineral dll yang "berserfikat !", lah kalo yang ini harganya bisa ratusan ribu, terutama fosil2nya. Padahal kalau aku lihat beberapa fosil itu sudah dikenal hampir semua geologis
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
From: Prasiddha Hestu Narendra sekedar 25 perak jadi 10ribu perak..masalahnya sopo sing arep tuku alias sapa yg mau beli? paling2 sekedar mahasiswa yg dateng.dan = Create your market !! Paradigma menjual sesuai dengan permintaan pasar itu cara tradisionil untuk menjual barang atau jasa. Namun cara moderen sekarang adalah menciptakan pasar ... create your market !!. Kalo masih inget cerita lama tentang surveynya pabrik sepatu yg survey di Afrika ... Ya critanya bagaimana sebuah survey perusahaan sepatu untuk melihat pasar di Afrika. Yang ditemukan tidak ada orang yg bersepatu di afrika, tetapi rekomendasi bisa dua macam ... Jangan membuat pabrik sepatu wong ngga ada yg bersepatu. Atau membuat sepatu mumpung belum ada yg bersepatu ... Yang pertama - save money not to build factory, yang satunya perlu usaha keras memperkenakan sepatu ke wong Afrika (an oportunity required effort to make them realy need shoes). Nah gimana menciptakan orang-orang supaya membeli batu "berharga" ini ? Teach them !! Kalau bahasanya IAGI ya 'sosialisasi geologi' :) Dalam hal jual batu ini ada dua aspek yg mau dijual, satu keindahan batu (batu mulia) yg kedua adalah nilai informasi geologi yg "njlegur" soal batu ini, misalnya umur yg JUTAAN TAHUN, cing!, juga kaitan dengan interest secara umum (Dinosaurus punah, gunung api, gempa dll). Jadi ada aspek "informasi" yg mesti kita jual juga bersamaan dengan "batu", nah disini yg memerlukan usaha intelektual geology. Kalau nilainya secara ilmiah dapat disertifikasi tentunya harganya jauh lebih mahal. Di toko Kinokuniya (toko buku Jepang) kebetulan ada cabangnya yg segedung sama aku, ada pojok yang menjual batu-batuan fosil, mineral dll yang "berserfikat !", lah kalo yang ini harganya bisa ratusan ribu, terutama fosil2nya. Padahal kalau aku lihat beberapa fosil itu sudah dikenal hampir semua geologist lulusan "jawa" soale cuman "watu duwit" yang berserakan di mBayat sana, tetapi sudah dipotong (diasah tengahnya/ dibelah). Diberi sertifikat trus diberi diskripsi singkat. Jadi yg menjadikan harganya naik nilai sertifikat dan informasi sederhana itu. Kalau orang jepang emang lain lagi soal seni batu ini atau yg disebut suiseki, ini menjual batu yg mempunyai keindahan alami. Namun yg menarik (ini crita penjualnya), biasanya orang jepang suka isi cerita (dongeng) dibalik batu2an suiseki yg dijual ini. Bahkan critanya bisa lucu-lucu, ada yg bilang begini ... " Nah ini 'sendang' (bilik mandi) sang putri ... nah kalau ini gua kecil yg jadi rumahnya ketika diusir dari kerajaan karena menolak dikawinkan dengan putra mahkota yg jahat ... dst dst akhirnya Sang Putri ini bertemu dengan pemuda tampan bernama Ro Vi Cky ... upst !" Betul, itu perlu tambahan "usaha" untuk menjual nilai intelektual, selain menjual keindahan, serta sifat mistik atau kalo perlu ditambah klenik di batu 'glundungan' itu ... :) Salam RDP "its easy to say, but hard to do" _ The new MSN 8: smart spam protection and 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/junkmail - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Mas Picky idenya top juga kalo mau menghargai bongkahan batu dari sekedar 25 perak jadi 10ribu perak..masalahnya sopo sing arep tuku alias sapa yg mau beli? paling2 sekedar mahasiswa yg dateng.dan penjualan model begitu pernah saya lihat di Gua Tabuh Pacitan, tapi penjualannya yo ndak bagus, pasarnya terbatas karena konsumennya dikit. Bagi masyarakat mendingan ndongkel batu trus saya jual sama orang kota sebagai bahan bangungn hasilnya lebih kelihatan cepet laku cepet ngepulin asap dapur. emang ndak mudah mem versuskan antara kebutuhan perut VS kebutuhan ilmiah memang selama ini ada teritorial khusus dgn yg disebut sebagai lab alam tersebut?? At 06:07 AM 06/23/2004 +, you wrote: Kita (geologist) ini sedang berlomba adu cepat untuk menggali daerah KS (Karangsambung) ini. Penduduk "menggali tanah" mencari batu, sedang geologist "menggali ilmu". Ya kalau kita melihat sebagai fenomena alam maka hanya terlihat proses survival saja. Nah manusia yg memiliki inteligent (otak) tentunya dituntut lebih utk dapat memanfaatkan menjadi sebuah simbiosa mutualis, dari zero sum game (win-loose) menjadi "nonzero sum game" yang win-win, namun mesti cermat sebab kalau salah langkah malah menjadi "nonzero sum game" tetapi lost-lost. Selama ini, sejauh mana geologist "menggali ilmu" di KS, apakah sudah optimum? Jangan sampai hanya karena dulu wektu sekolah belajar disini trus menjadikan 'memorabia' sayang kalau dihilangkan trus mo dibikin monumen perjuangan :) . Dari sisi geologipun banyak kok yang memungkinkan dapat digugat soal KS ini misalnya: berapa banyak tulisan ilmiah keluar dari KS ini ? Berapa yg sebelumnya dan berapa yg diperkirakan akan muncul lagi berikutnya ?. Kalau saja sudah mulai jenuh, ya sudah tinggalkan saja KS sebagai lab geologi dan kita "preserved" yang perlu-perlu saja, trus didokumentasikan semua tulisan-tulisan ttg KS ini, kalau perlu dimuat dalam CD dan disebarkan bebas (free copy). Banyak juga kok cara-caranya kalau mau memuliakan batu-batu ini, Salah satu dari sekian simbiose mutualis yg win-win misalnya mengajari penduduk untuk memberokah "harga" batu karangsambung menjadi batu mulia, nah ini jelas usaha yg mulia. Nah kalau saja batu-batu ini dijuwal dengan "harga" yang bukan harga "ombyokan" (dihitung pakai volumen kubik atau truk), tetapi batu tsb diberi "nilai tambah" dengan tulisan ..."Batuan Formasi Waturondo Karang Sambung, Jawatengah, Indonesia. Usia batu 45 juta tahun. Batuan piroklastik hasil gunung api ini terbentuk bersamaan dengan punahnya Dinosaurus di China, Australia, dan Afrika" (btw, Waturondo piroklastik bukan sih ... aku ngawur saja nih :). Kayaknya Pak Jatmiko yg ahli soal "menghargai" batu-batu ini. Nah kalau saja satu "glundung" batu yg tadinya dijuwal 25 perak, sekarang bisa dihargai dengan 10 ribu perak. Dengan demikian tentunya masyarakat sekitar akan ikutan menjaga harta bendanya yang berharga ini. Dan penggalian batu bongkahan ini akan "relatif tertahan lajunya", dan sang ahli geology pun masih punya tambahan kesempatan untuk "menggali ilmunya". RDP "no one can monopilised the truth" _ The new MSN 8: smart spam protection and 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/junkmail - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Kita (geologist) ini sedang berlomba adu cepat untuk menggali daerah KS (Karangsambung) ini. Penduduk "menggali tanah" mencari batu, sedang geologist "menggali ilmu". Ya kalau kita melihat sebagai fenomena alam maka hanya terlihat proses survival saja. Nah manusia yg memiliki inteligent (otak) tentunya dituntut lebih utk dapat memanfaatkan menjadi sebuah simbiosa mutualis, dari zero sum game (win-loose) menjadi "nonzero sum game" yang win-win, namun mesti cermat sebab kalau salah langkah malah menjadi "nonzero sum game" tetapi lost-lost. Selama ini, sejauh mana geologist "menggali ilmu" di KS, apakah sudah optimum? Jangan sampai hanya karena dulu wektu sekolah belajar disini trus menjadikan 'memorabia' sayang kalau dihilangkan trus mo dibikin monumen perjuangan :) . Dari sisi geologipun banyak kok yang memungkinkan dapat digugat soal KS ini misalnya: berapa banyak tulisan ilmiah keluar dari KS ini ? Berapa yg sebelumnya dan berapa yg diperkirakan akan muncul lagi berikutnya ?. Kalau saja sudah mulai jenuh, ya sudah tinggalkan saja KS sebagai lab geologi dan kita "preserved" yang perlu-perlu saja, trus didokumentasikan semua tulisan-tulisan ttg KS ini, kalau perlu dimuat dalam CD dan disebarkan bebas (free copy). Banyak juga kok cara-caranya kalau mau memuliakan batu-batu ini, Salah satu dari sekian simbiose mutualis yg win-win misalnya mengajari penduduk untuk memberokah "harga" batu karangsambung menjadi batu mulia, nah ini jelas usaha yg mulia. Nah kalau saja batu-batu ini dijuwal dengan "harga" yang bukan harga "ombyokan" (dihitung pakai volumen kubik atau truk), tetapi batu tsb diberi "nilai tambah" dengan tulisan ..."Batuan Formasi Waturondo Karang Sambung, Jawatengah, Indonesia. Usia batu 45 juta tahun. Batuan piroklastik hasil gunung api ini terbentuk bersamaan dengan punahnya Dinosaurus di China, Australia, dan Afrika" (btw, Waturondo piroklastik bukan sih ... aku ngawur saja nih :). Kayaknya Pak Jatmiko yg ahli soal "menghargai" batu-batu ini. Nah kalau saja satu "glundung" batu yg tadinya dijuwal 25 perak, sekarang bisa dihargai dengan 10 ribu perak. Dengan demikian tentunya masyarakat sekitar akan ikutan menjaga harta bendanya yang berharga ini. Dan penggalian batu bongkahan ini akan "relatif tertahan lajunya", dan sang ahli geology pun masih punya tambahan kesempatan untuk "menggali ilmunya". RDP "no one can monopilised the truth" _ The new MSN 8: smart spam protection and 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/junkmail - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
saya ndak percaya dengan ide membuat monumen atau tembok2 tsb. hanya dalam hitungan minggu atau bulan pasti sudah akan rusak, lagipula income yg didapat oleh masyarakat sekitar cuma sekali itu saja saat pembangunan dan ndak besar. Dan saya amat yakin sekali yg membuat rusak tersebut adalah orang2 yg punya modal, punya modal berarti punya ide, klop sudah. Lagi2 orang kota yg bisa dipersalahkan, dan jangan salah mungkin kita punya kontribusi "merusak alam" denga menjadi konsumen bahan2 alam tsb untuk renovasi rumah atau sekedar mempercantik taman depan rumah kita. Masyarakat sekitar paling jadi pekerjanya dengan menjadi buruh angkut. Jadi siapa yg patut dipersalahkan dalam hal ini? mungkin ujung2nya pemerintah yg ndak tegas dengan peraturan tambang galian C nya? atau payung hukumnya ndak jelas jadi ndak berani menindak? atau peraturan yg ada bisa dikadali dengan uang suap? Atau pemda yg butuh APBD dari restribusi tambang galian tsb? saya pikir ndak bisa hanya sekedar diobrolin di milist saja sementara dalam satu hari dua truk atau bahkan lebih ngangkutin batu di KRS. Harus ada yg duduk satu meja sepeti LIPI, IAGI, PEMDA, Perguruan tinggi terkait, Ahli2 yg bergelar prof dan Doktor merenungkan kembali untung rugi daerah KRS, dibuat aturannya yg menguntungkan semua pihak termasuk masyarakat sekitar dan kontribusi APBD pemda dan ada yg bisa ngawasi jalannya aturan tersebut. Akan lebih bagus lagi melibatkan lembaga Kementrian terkait shg ada concern dari pemerintah. Bisa saja dibuat wilayah KSDA (konservasi sumber daya alam) atau Cagar Alam yg bisa menguntungkan semua pihak, termasuk salah satu ide dari Cak Noor. eehh mungkin kita punya kontribusi merusak, contonya jika setiap mahasiswa yg kesana membawa oleh2 batu yg bagus buat dipajang dikamar biarpun cuma secuil tapi dikali beberapa orang?.hayooo ada yg pernah nggaaak.. salam, PR At 10:04 AM 06/23/2004 +0800, you wrote: Bagaimana kalo setiap singkapan yang ada kita jadikan semacam monumen2 kecil yaitu setiap singkapan dibatasi dengan tembok2 kecil, dimana pembangunannya melibatkan masyarakat sekitar otomatis masyarakat akan memiliki daerah tersebut dan ada sedikit income bagi mereka. Regards, Hermawan "R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]> 23/06/2004 09:19 AM Please respond to iagi-net To: <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat lagi adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan. Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, "our lost" tetapi "your (our)gain", dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya. Wassalam RPKoesoemadinata - Original Message - From: "nsyarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR > Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin > nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang > pentingnya batu-batuan itu.. > Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb > tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah > kalau menyuruh mereka "membandingkan" nilai geologi batuan dengan nilai > batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul > > Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan > lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke > koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis > murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan > camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. > Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu > mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan > lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. > > Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita > menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung > rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih > dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) > Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap > di hotel ini... > Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja > didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan > geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : > >
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Bagaimana kalo setiap singkapan yang ada kita jadikan semacam monumen2 kecil yaitu setiap singkapan dibatasi dengan tembok2 kecil, dimana pembangunannya melibatkan masyarakat sekitar otomatis masyarakat akan memiliki daerah tersebut dan ada sedikit income bagi mereka. Regards, Hermawan "R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]> 23/06/2004 09:19 AM Please respond to iagi-net To: <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat lagi adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan. Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, "our lost" tetapi "your (our)gain", dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya. Wassalam RPKoesoemadinata - Original Message - From: "nsyarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR > Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin > nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang > pentingnya batu-batuan itu.. > Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb > tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah > kalau menyuruh mereka "membandingkan" nilai geologi batuan dengan nilai > batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul > > Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan > lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke > koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis > murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan > camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. > Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu > mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan > lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. > > Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita > menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung > rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih > dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) > Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap > di hotel ini... > Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja > didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan > geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : > > - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 > rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) > - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel > > Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel > itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia > dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan > FT. > > Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo > dengan minum kelapa muda........... > > > salam, > > > > > - Original Message - > From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33 > Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > > > > SUARA PEMBARUAN DAILY > > Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > > Wahyu Mandoko > > TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten > > Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai > > ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan > > masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar > > Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. > > NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, > Jawa > > Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan > > berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan > > yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. > > "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah > > karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang > > berada di sepanjang Sungai Luk Ulo,&quo
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Salut sama cak Noor yang idea-ideanya selalu mem-"bumi" dan mempunyai nilai applikasi praktis & ekonomis. DR "nsyarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> 23/06/2004 03:08 AM Please respond to iagi-net To: <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject:Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya batu-batuan itu.. Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah kalau menyuruh mereka "membandingkan" nilai geologi batuan dengan nilai batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap di hotel ini... Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan FT. Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo dengan minum kelapa muda... salam, - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33 Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > SUARA PEMBARUAN DAILY > Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > Wahyu Mandoko > TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten > Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai > ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan > masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar > Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. > NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa > Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan > berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan > yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. > "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah > karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang > berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan > Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. > Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai > besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan > yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu > sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari > dalam dan luar negeri. > Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang > bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. > Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar > untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk > mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta > kota-kota besar lainnya. > Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan > ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling > dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. > Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat lagi adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan. Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, "our lost" tetapi "your (our)gain", dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya. Wassalam RPKoesoemadinata - Original Message - From: "nsyarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR > Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin > nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang > pentingnya batu-batuan itu.. > Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb > tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah > kalau menyuruh mereka "membandingkan" nilai geologi batuan dengan nilai > batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul > > Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan > lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke > koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis > murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan > camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. > Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu > mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan > lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. > > Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita > menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung > rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih > dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) > Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap > di hotel ini... > Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja > didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan > geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : > > - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 > rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) > - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel > > Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel > itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia > dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan > FT. > > Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo > dengan minum kelapa muda... > > > salam, > > > > > - Original Message - > From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33 > Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > > > > SUARA PEMBARUAN DAILY > > Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > > Wahyu Mandoko > > TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten > > Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai > > ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan > > masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar > > Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. > > NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, > Jawa > > Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan > > berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan > > yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. > > "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah > > karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang > > berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan > > Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. > > Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil > sampai > > besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan > > yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu > > sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari > > dalam dan luar negeri. > > Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatua
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya batu-batuan itu.. Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah kalau menyuruh mereka "membandingkan" nilai geologi batuan dengan nilai batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap di hotel ini... Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan FT. Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo dengan minum kelapa muda... salam, - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33 Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > SUARA PEMBARUAN DAILY > Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > Wahyu Mandoko > TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten > Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai > ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan > masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar > Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. > NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa > Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan > berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan > yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. > "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah > karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang > berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan > Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. > Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai > besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan > yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu > sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari > dalam dan luar negeri. > Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang > bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. > Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar > untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk > mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta > kota-kota besar lainnya. > Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan > ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling > dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. > Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk > penelitian dan pengetahuan alam. > "Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya > bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta > ini, sampai bencana alam dan gempa bumi" kata Munasri pula. > 300 Km > Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada > yang b
RE: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Sedikit nimbrung Apa bedanya seorang geologist yang melakukan penelitian Kemudian dia menghasilkan suatu adikarya yang dapat dikembangkan Kemudian karyanya tersebut diolah menjadikannya suatu nilai yang tinggi Hingga ditambang disana-sini ? Daerah Papua di daerah puncak Soekarno (konon katanya) dulu hutan alam nan rimbun, sekarang tampak gundul dipangkas, pada dasarnya ulah siapa yang menemukan tembaga dan emas ? Mau ditambang merusak lingkungan, tidak ditambang kok ya bisa mendatangkan pendapatan, bingung euy ? Batu bara, minyak dan sebagainya mengalami hal yang sama juga Cuma bedanya di Karangsambung tempat penelitian, yang relative dekat dan sangat komplek bebatuannya. Namun masyarakat perlu pendapatan ? Ada sumber penghasilan di lingkungan mereka, Tapi mereka hanya bengong melihat "uang" diam terus di sungai Yang jelas mereka tidak mengerti sumber "uang" tersebut kenapa didiamkan saja ? Apa untungnya juga bagi mereka dengan adanya Pusat Penelitian disekitar mereka Tetapi tidak memberi kontribusi ke mereka ? Prihatin sih prihatin Regard's Bondan - alumni karangsambung juga -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 22 Juni 2004 19:33 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan SUARA PEMBARUAN DAILY Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Wahyu Mandoko TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk penelitian dan pengetahuan alam. "Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta ini, sampai bencana alam dan gempa bumi" kata Munasri pula. 300 Km Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. "Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung," kata doktor geologi lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di dunia itu akan musnah. Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi banjir yang cukup besar. Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan yang semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang secara tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi. Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di berbagai daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia. Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan degradasi ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan manusia. "Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia," kata Jan saat membuka acara Diklat
[iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
SUARA PEMBARUAN DAILY Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Wahyu Mandoko TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk penelitian dan pengetahuan alam. "Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta ini, sampai bencana alam dan gempa bumi" kata Munasri pula. 300 Km Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. "Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung," kata doktor geologi lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di dunia itu akan musnah. Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi banjir yang cukup besar. Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan yang semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang secara tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi. Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di berbagai daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia. Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan degradasi ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan manusia. "Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia," kata Jan saat membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di Karangsambung belum lama ini. WAHYU MANDOKO Last modified: 4/6/04 ___ Sent by ePrompter, the premier email notification software. Free download at http://www.ePrompter.com. _ MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/virus - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -