Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Pak Syaiful, Kabar saya baik2saja, dengan senang hati saya siap Mas Iful. Sejak awal IAGI-KNPGI memposisikan diri sebagai partner Perguruan Tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai tambahan informasi, Kepengurusan Bamus Geologi (sejak 30 Mei 2005): Ketua : Dr. Agus Handoyo (ITB), Sekretaris : Dr. Sutoyo (UPN), Bendahara : Dr. Agus Guntoro (Usakti). Salam, Edy Sunardi --- Pada Rab, 7/4/10, mohammad syaiful menulis: Dari: mohammad syaiful Judul: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 10:45 AM Halo pak Edy Sunardi, Apa kabar? Terimakasih infonya. Kami juga sempat ngobrol dengan Ketua Bamus Geologi, yaitu pak Agus HH, pada kesempatan rapat IAGI di Bandung sekian bulan lalu (tahun lalu). Intinya, kita akan coba aktifkan kembali KNPGI atau Bamus Geologi. Jika kawan2 lama yg dulu aktif tidak bisa bergabung lagi, paling tidak akan minta kehadiran pak Edy Sunardi dan pak Agus HH pada awal2 pertemuan nanti. "Forum" ini diharapkan dapat menjadi jembatan yg baik utk menghubungkan semua jurusan atau departemen atau prodi atau apa pun namanya, yg ada 'geologi'-nya. Tentu pihak lainnya dari kalangan praktisi atau pengguna produk atau profesi geologi, akan diundang pula. Semoga niat ini dapat segera terlaksana. salam, syaiful 2010/4/7 Bagus : > Mas Syaiful > n Mas Agus Hen, > > IAGI > sesungguhnya sudah melihat ini paling tidak sejak 10 tahun yang lalu, > sayangnya > memang sejak 2006 tidak tertangani lagi, karena saya waktu itu ditunjuk > sebagai > Ketua Tim Penelitian Semburan Lumpur Sidoarjo, selanjutnya ada > pergantian > Pengurus PP IAGI. > > Mas > Syaiful supaya tidak bekerja dari nol lagi, semua arsip yang berkaitan > dengan “Peranan > IAGI dalam Pendidikan Geologi di Indonesia”, bila akan digunakan sebagai > referernsi, > sudah saya dokumentasikan dengan baik (atas inisiatif Kang ADB sebagai > Ketua Umum > IAGI saat itu, dan saya sebagai Ketua Komisi SDM IAGI/Liason KNPGI, > kemudian dllanjutkan > saat Mas Lutfi Presiden IAGI, saya sbg Ketua Departemen Pengembangan > Ilmu IAGI). > > Sejarah > serta produk yang dihasilkan: > > - > Diskusi Panel pada PIT IAGI ke-28, bertema > Pendidikan Geologi di Indonesia yang > diselenggarakan IAGI di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1999 (Inisiator Pak > Yanto Sumantri dan Kang > Asep Suhendan), > menghasilkan rekomendasi untuk pembentukan forum Pendidikan Geologi. > > - > Pembentukan > Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia (KNPGI) pada tanggal 1 > April 2000 > di Kampus Unpad Jatinangor, dibentuk oleh > unsur dari PT, Industri Migas (KPS), Instansi Pemerintah dan Asosiasi > Profesi (IAGI) > seluruhnya 35 peserta. PT terdiri dari (Para Ketua Jurusan > Geologi/BAMUS-Geologi > dari barat ke timur yaitu: ITM Medan, > Universitas Trisakti Jakarta, > Universitas Pakuan Bogor, ITB Bandung, UNPAD > Bandung, STTNAS Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UPN “Veteran” Yogyakarta, > dan UNHAS Makassar). Pimpinan KNPGI: Prof. Adjat Sudrajat, > Prof. Emmy > Suparka dan Kang Asep R. Suhendan. > > - > Diksusi intensif > KNPGI April-Nopember 2000. > > - > Rekomendasi Pendidikan > Nasional Bidang Profesi Geologi oleh IAGI-KNPGI telah disampaikan di > dalam > Rapat Paripurna Tahunan Anggota IAGI di Bandung pada tanggal 22 Nopember > 2000. > > - Diskusi intensif BAMUS > Geologi dimotori oleh Prof. Emmy Suparka, penyusunan Mata Kuliah serta > Satuan > Acara Perkuliahan, yang akan diberlakukan untuk setiap Perguruan Tinggi. > > - > Pengesahan Draft Usulan > KNPGI tentang Kurikulum > Inti Pendidikan > Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (Hasil Pertemuan Bandung, 17 April > 2002). > > - Usulan Kurikulum Inti > Pendidikan Tinggi Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (IAGI – KNPGI – > BAMUS > Geologi, 22 Agustus 2002) kepada Pemerintah. > > - > Pertemuan > IAGI-KNPGI-BAMUS GEOLOGI > di Yogyakarta, diselenggarakan di Kampus UGM pada > tanggal 17 > Maret 2003, thema > utama > membahas penyempurnaan Silabus/Satuan Acara Perkuliahan (SAP) setiap > mata > kuliah. Terimakasih Mas Bagyo dan Ibu Rita, serta Pak Noor Syarifudin. > > - > Pertemuan BAMUS > Geologi 25-26 April 2003 di Bandung menghasilkan Silabus/SAP setiap Mata > Kuliah Kurikulum > Inti, serta arahan untuk penyusunan Kurikulum > Institusional untuk masing-masing universitas/institut, yaitu > berdasarkan > keunikan kondisi geologi. > > - > Hasil Kerjasama > IAGI-KNPGI-Bamus Geologi, turut serta disosialisasikan pada Forum > Eksplorasi > BPMIGAS di Surabaya, 3-4 September 2003 (thanks Pak Elan Biantoro dan > Pak > Chandra Negara BPMIGAS, serta M. Soeryowibowo
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
lagu lama kita... kita impoten dalam pelaksanaan...poten dalam usualn/program tapi aku yakin deh dgn kpengurusan sekarang apalagi adanya PakSekjen Cak Syaiful yg jagonya 'sektor riil" sejak kenozoikum di bawah katua magnificient Yayang .. tentu kita bisa!! salam iagi Sgm --- On Wed, 7/4/10, mohammadsyai...@gmail.com wrote: From: mohammadsyai...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? To: "Milis IAGI-net" Date: Wednesday, 7 April, 2010, 10:39 AM Mas Agus Hen, Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk dibangkitkan kembali. Salam, Syaiful Mohammad Syaiful * handphone: +62-812-9372808 * business: msyai...@etti.co.id -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 To: Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan?? Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh). Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait sektor ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan terhadap pendidikan geologi indonesia masa de
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Pak Taufik, disesuaikan dengan keadaan sekitarnya supaya gampang bisa terpakai nanti di dunia sekitarnya. fbs From: OK Taufik To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, April 7, 2010 12:50:17 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Masa sih pendidikan geologi harus di kaitkan dengan "kearifan lokal"?, karena dasar-dasar Ilmu Geologi di mana saja juga sama. Kalau juga setting geologi tempat di mana Jur. Geologi berada menarik, komplex dll..kan tak ada keharusan Jur. Geologi tersebut harus representatif terhadap setting geologi di lokal setempat. Taroklah Geo. Unpad, ITB berada disekitar Gn.Api..tapi tak ada kewajibabn Jur.Geologi tersebut harus menjadi center excellent vulcanology misalnya. Demikian pula untuk di makassar dan jogja sana. Ilmu dasar geologi dikategorikan ilmu yg lambat perkembangannya, sangat beda misalnya dengan ilmu bidang elektronika dan IT, begitu lambatnya sehingga apapun yang di kerjakan seorang yangh terlibat Ilmu Geologi sejak kuliah sampai pensiun dasarnya tetap sama. Kalaupun kelihatannya begitu berkembangnya di dunia industry,hal ini di akibatkan oleh tool dan Teknologi yang menyertainya. 2010/4/7 Hendratno Agus > Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. > Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi > demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi > migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa > saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang > berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di > berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi > kemana? > Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan > 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti > Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 > fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam > tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada > kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi > bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT > PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal > butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang > baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka > yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran > drastis bukan?? > > Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas > jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks > (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik > pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? > Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 > skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan > menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan > iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan > mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan > geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib > atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 > Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk > penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan > lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja > juga boleh). > > Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan > UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik > Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS > dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new > geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri > di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari > penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent > dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior > ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada > dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. > Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB > (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), > juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum > pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi > juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi > dimana ka
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Masa sih pendidikan geologi harus di kaitkan dengan "kearifan lokal"?, karena dasar-dasar Ilmu Geologi di mana saja juga sama. Kalau juga setting geologi tempat di mana Jur. Geologi berada menarik, komplex dll..kan tak ada keharusan Jur. Geologi tersebut harus representatif terhadap setting geologi di lokal setempat. Taroklah Geo. Unpad, ITB berada disekitar Gn.Api..tapi tak ada kewajibabn Jur.Geologi tersebut harus menjadi center excellent vulcanology misalnya. Demikian pula untuk di makassar dan jogja sana. Ilmu dasar geologi dikategorikan ilmu yg lambat perkembangannya, sangat beda misalnya dengan ilmu bidang elektronika dan IT, begitu lambatnya sehingga apapun yang di kerjakan seorang yangh terlibat Ilmu Geologi sejak kuliah sampai pensiun dasarnya tetap sama. Kalaupun kelihatannya begitu berkembangnya di dunia industry,hal ini di akibatkan oleh tool dan Teknologi yang menyertainya. 2010/4/7 Hendratno Agus > Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. > Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi > demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi > migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa > saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang > berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di > berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi > kemana? > Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan > 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti > Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 > fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam > tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada > kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi > bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT > PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal > butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang > baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka > yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran > drastis bukan?? > > Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas > jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks > (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik > pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? > Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 > skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan > menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan > iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan > mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan > geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib > atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 > Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk > penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan > lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja > juga boleh). > > Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan > UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik > Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS > dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new > geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri > di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari > penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent > dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior > ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada > dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. > Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB > (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), > juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum > pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi > juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi > dimana kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan > Unpad berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid > di Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih > kompleks. Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan > masing-masing kampus mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu > dirembug bersama. Lalu kita undang semua pihak industri, badan geologi, > regulator terkait sektor ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan > t
RE: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Sepakat sama apa yang diutarakan Pak Frank. Kurikulum-kurikulum 'unggulan' setiap universitas biasanya datang karena (1)pengalaman staf pengajar, (2) keadaan alam/geologinya, dan (3) industri yang berkembang di sekitar situ. Saya mau 'curhat' dan berharap sedikit sehubungan dengan poin 2 dan 3 di atas buat kawan-kawan mahasiswa maupun Staf Pengajar Teknik Geologi Universitas Hasanuddin (TG-UH). Mudah-mudahan bapak/ibu Dosen TG-UH saat ini bisa lebih mengarahkan pendidikannya ke kurikulum yang lebih oil and gas oriented. Saya berkata demikian karena: 1 - setahu saya, mayoritas alumni TG-UH 'bermain' di arena batu bara, mineral, atau geologi lingkungan dibandingakan dengan sektor migas misalnya. 2 - padahal di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan sebelum-sebelumnya oleh Ibu/Bapak netter IAGI bahwa Sulawesi (Selatan) merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki fenomena gelogi yang lengkap dan menarik, misalnya sesar aktif dan besar Palu-Koro di utara, Bantimala melange complex di selatan, Formasi Tonasa (gamping) berumur ?Oligomiocene juga di selatan, batuan ultrabasa dan nikel di Sorowako. Ada juga batuan terobosan granit yang tersingkap di utara, lalu di lengan selatan yang berbentuk 'k' terdapat batuan volkanik formasi Camba. Karena unik dan beragam kondisi geologinya, telah banyak peneliti-peneliti baik dari dalam maupun luar negeri yang melakukan riset di daerah ini. Kembali ke harapan saya di atas, 'kurikulum yang lebih migas oriented' di TG-UH. Kita tahu bahwa pemerintah semakin giat meningkatkan cadangan dan produksi migas, dan KPS (terutama) semakin dituntut untuk melakukan eksplorasi di cekungan dan area frontier, termasuk di Selat Makassar. Dalam beberapa tahun ke depan, beberapa perusahaan migas lokal dan multinational yang telah diberi kepercayaan oleh pemerintah akan menunjukkan komitmennya dengan misalnya melakukan studi geologi permukaan, survei seismik 2D/3D hingga akhirnya melakukan pengeboran sumur-sumur eksplorasi. Tentunya kita semua berharap, kita bisa menemukan cadangan baru di daerah ini yang secara tidak langsung akan berimbas pada berkembangnya industri migas di situ. Kami tahu bahwa banyak agenda-agenda informal selain kegiatan pengajaran di kampus yang mulai membuat event ke-geologi-an di Makassar dsk., (misalnya saja IPA field trip, PIT IAGI, bahkan AAPG lecturer setahu saya juga pernah menjambangi kampus UH). Ini tentu saja bisa semakin menumbuhkan cakrawala mengenai geologi migas dan ujung-ujungnya minat terhadap industri migas kepada (terutama) kawan-kawan mahasiswa di sana. Nah...buat saudara-saudara mahasiswa dan staf pengajar TG-UH yang mungkin memonitor email saya ini, persiapkanlah minat dan 'orientasi' anda. Salam, Andi ABS. --- -Original Message- From: Franciscus B Sinartio [mailto:fbsinar...@yahoo.com] Sent: Wednesday, April 07, 2010 12:25 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Selamat atas usaha nya membina pendidikan geology di Indonesia. kalau bisa saran, mungkin tidak perlu menyamakan kurikulum semua jurusan geology se Indonesia. masing2 universitas sebaiknya punya unggulan masing2 bagian. biasanya datangnya dari minat/pengamlaman dosen universitas yang bersangkutan dan/atau keadaan alam sekitarnya. dulu juga pernah dibahas D3 geologi vs. S1- geologi. sukses selalu, frank --- On Tue, 6/4/10, Benyamin Sapiie wrote: From: Benyamin Sapiie Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? To: iagi-net@iagi.or.id Received: Tuesday, 6 April, 2010, 12:04 AM Tabik Bung Sanggam, CPS engineers, petrel engineers..he..he.. boleh juga tuh .. Kalau keluh kesah ITB kurang pas.. sekarang kita di ITB malahan lebih lagi carut-marut..jadi nggak heran kalau banyak lulusan geologistnya yang kebingungan. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu saya pernah curhat ..plus komplain, sedih dll karena merasa jurusan kita bukanya mengalami kemajuan tapi kemunduran... tapi ini menurut saya. Geologi di ITB telah berpisah dengan geofisik, tambang dan perminyakan ... hmm..hmm mungkin saja lebih baik ya, karena sekarang tugas kita hanya melakukan pemetaan sesuai semboyan back to basic.. Salam, Ben Sapiie PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, s
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Halo pak Edy Sunardi, Apa kabar? Terimakasih infonya. Kami juga sempat ngobrol dengan Ketua Bamus Geologi, yaitu pak Agus HH, pada kesempatan rapat IAGI di Bandung sekian bulan lalu (tahun lalu). Intinya, kita akan coba aktifkan kembali KNPGI atau Bamus Geologi. Jika kawan2 lama yg dulu aktif tidak bisa bergabung lagi, paling tidak akan minta kehadiran pak Edy Sunardi dan pak Agus HH pada awal2 pertemuan nanti. "Forum" ini diharapkan dapat menjadi jembatan yg baik utk menghubungkan semua jurusan atau departemen atau prodi atau apa pun namanya, yg ada 'geologi'-nya. Tentu pihak lainnya dari kalangan praktisi atau pengguna produk atau profesi geologi, akan diundang pula. Semoga niat ini dapat segera terlaksana. salam, syaiful 2010/4/7 Bagus : > Mas Syaiful > n Mas Agus Hen, > > IAGI > sesungguhnya sudah melihat ini paling tidak sejak 10 tahun yang lalu, > sayangnya > memang sejak 2006 tidak tertangani lagi, karena saya waktu itu ditunjuk > sebagai > Ketua Tim Penelitian Semburan Lumpur Sidoarjo, selanjutnya ada > pergantian > Pengurus PP IAGI. > > Mas > Syaiful supaya tidak bekerja dari nol lagi, semua arsip yang berkaitan > dengan “Peranan > IAGI dalam Pendidikan Geologi di Indonesia”, bila akan digunakan sebagai > referernsi, > sudah saya dokumentasikan dengan baik (atas inisiatif Kang ADB sebagai > Ketua Umum > IAGI saat itu, dan saya sebagai Ketua Komisi SDM IAGI/Liason KNPGI, > kemudian dllanjutkan > saat Mas Lutfi Presiden IAGI, saya sbg Ketua Departemen Pengembangan > Ilmu IAGI). > > Sejarah > serta produk yang dihasilkan: > > - > Diskusi Panel pada PIT IAGI ke-28, bertema > Pendidikan Geologi di Indonesia yang > diselenggarakan IAGI di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1999 (Inisiator Pak > Yanto Sumantri dan Kang > Asep Suhendan), > menghasilkan rekomendasi untuk pembentukan forum Pendidikan Geologi. > > - > Pembentukan > Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia (KNPGI) pada tanggal 1 > April 2000 > di Kampus Unpad Jatinangor, dibentuk oleh > unsur dari PT, Industri Migas (KPS), Instansi Pemerintah dan Asosiasi > Profesi (IAGI) > seluruhnya 35 peserta. PT terdiri dari (Para Ketua Jurusan > Geologi/BAMUS-Geologi > dari barat ke timur yaitu: ITM Medan, > Universitas Trisakti Jakarta, > Universitas Pakuan Bogor, ITB Bandung, UNPAD > Bandung, STTNAS Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UPN “Veteran” Yogyakarta, > dan UNHAS Makassar). Pimpinan KNPGI: Prof. Adjat Sudrajat, > Prof. Emmy > Suparka dan Kang Asep R. Suhendan. > > - > Diksusi intensif > KNPGI April-Nopember 2000. > > - > Rekomendasi Pendidikan > Nasional Bidang Profesi Geologi oleh IAGI-KNPGI telah disampaikan di > dalam > Rapat Paripurna Tahunan Anggota IAGI di Bandung pada tanggal 22 Nopember > 2000. > > - Diskusi intensif BAMUS > Geologi dimotori oleh Prof. Emmy Suparka, penyusunan Mata Kuliah serta > Satuan > Acara Perkuliahan, yang akan diberlakukan untuk setiap Perguruan Tinggi. > > - > Pengesahan Draft Usulan > KNPGI tentang Kurikulum > Inti Pendidikan > Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (Hasil Pertemuan Bandung, 17 April > 2002). > > - Usulan Kurikulum Inti > Pendidikan Tinggi Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (IAGI – KNPGI – > BAMUS > Geologi, 22 Agustus 2002) kepada Pemerintah. > > - > Pertemuan > IAGI-KNPGI-BAMUS GEOLOGI > di Yogyakarta, diselenggarakan di Kampus UGM pada > tanggal 17 > Maret 2003, thema > utama > membahas penyempurnaan Silabus/Satuan Acara Perkuliahan (SAP) setiap > mata > kuliah. Terimakasih Mas Bagyo dan Ibu Rita, serta Pak Noor Syarifudin. > > - > Pertemuan BAMUS > Geologi 25-26 April 2003 di Bandung menghasilkan Silabus/SAP setiap Mata > Kuliah Kurikulum > Inti, serta arahan untuk penyusunan Kurikulum > Institusional untuk masing-masing universitas/institut, yaitu > berdasarkan > keunikan kondisi geologi. > > - > Hasil Kerjasama > IAGI-KNPGI-Bamus Geologi, turut serta disosialisasikan pada Forum > Eksplorasi > BPMIGAS di Surabaya, 3-4 September 2003 (thanks Pak Elan Biantoro dan > Pak > Chandra Negara BPMIGAS, serta M. Soeryowibowo (BP). Sayangnya Sub Komisi > Industry-University > Relationship tidak ada lagi termasuk pada Forum Eksplorasi 2010 kemarin > di Bali. > > - > Komisi SDM IAGI > pada periode 2004-2006 telah menghasilkan data lengkap mengenai Kondisi > SDM/Pendidikan > Geologi, rekomendasi > pengembangan jangka pendek maupun panjang > dan arahan/panduan > untuk > terwujudnya skenario riset geologi di Indonesia secara baik dan > terencana. Pada > Periode ini saya kehilangan kontak dengan Bamus > Geologi (selain saya bukan lagi Kajur Geologi di Unpad sehingga tidak > mengikuti >
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Mas Syaiful n Mas Agus Hen, IAGI sesungguhnya sudah melihat ini paling tidak sejak 10 tahun yang lalu, sayangnya memang sejak 2006 tidak tertangani lagi, karena saya waktu itu ditunjuk sebagai Ketua Tim Penelitian Semburan Lumpur Sidoarjo, selanjutnya ada pergantian Pengurus PP IAGI. Mas Syaiful supaya tidak bekerja dari nol lagi, semua arsip yang berkaitan dengan “Peranan IAGI dalam Pendidikan Geologi di Indonesia”, bila akan digunakan sebagai referernsi, sudah saya dokumentasikan dengan baik (atas inisiatif Kang ADB sebagai Ketua Umum IAGI saat itu, dan saya sebagai Ketua Komisi SDM IAGI/Liason KNPGI, kemudian dllanjutkan saat Mas Lutfi Presiden IAGI, saya sbg Ketua Departemen Pengembangan Ilmu IAGI). Sejarah serta produk yang dihasilkan: - Diskusi Panel pada PIT IAGI ke-28, bertema Pendidikan Geologi di Indonesia yang diselenggarakan IAGI di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1999 (Inisiator Pak Yanto Sumantri dan Kang Asep Suhendan), menghasilkan rekomendasi untuk pembentukan forum Pendidikan Geologi. - Pembentukan Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia (KNPGI) pada tanggal 1 April 2000 di Kampus Unpad Jatinangor, dibentuk oleh unsur dari PT, Industri Migas (KPS), Instansi Pemerintah dan Asosiasi Profesi (IAGI) seluruhnya 35 peserta. PT terdiri dari (Para Ketua Jurusan Geologi/BAMUS-Geologi dari barat ke timur yaitu: ITM Medan, Universitas Trisakti Jakarta, Universitas Pakuan Bogor, ITB Bandung, UNPAD Bandung, STTNAS Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UPN “Veteran” Yogyakarta, dan UNHAS Makassar). Pimpinan KNPGI: Prof. Adjat Sudrajat, Prof. Emmy Suparka dan Kang Asep R. Suhendan. - Diksusi intensif KNPGI April-Nopember 2000. - Rekomendasi Pendidikan Nasional Bidang Profesi Geologi oleh IAGI-KNPGI telah disampaikan di dalam Rapat Paripurna Tahunan Anggota IAGI di Bandung pada tanggal 22 Nopember 2000. - Diskusi intensif BAMUS Geologi dimotori oleh Prof. Emmy Suparka, penyusunan Mata Kuliah serta Satuan Acara Perkuliahan, yang akan diberlakukan untuk setiap Perguruan Tinggi. - Pengesahan Draft Usulan KNPGI tentang Kurikulum Inti Pendidikan Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (Hasil Pertemuan Bandung, 17 April 2002). - Usulan Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (IAGI – KNPGI – BAMUS Geologi, 22 Agustus 2002) kepada Pemerintah. - Pertemuan IAGI-KNPGI-BAMUS GEOLOGI di Yogyakarta, diselenggarakan di Kampus UGM pada tanggal 17 Maret 2003, thema utama membahas penyempurnaan Silabus/Satuan Acara Perkuliahan (SAP) setiap mata kuliah. Terimakasih Mas Bagyo dan Ibu Rita, serta Pak Noor Syarifudin. - Pertemuan BAMUS Geologi 25-26 April 2003 di Bandung menghasilkan Silabus/SAP setiap Mata Kuliah Kurikulum Inti, serta arahan untuk penyusunan Kurikulum Institusional untuk masing-masing universitas/institut, yaitu berdasarkan keunikan kondisi geologi. - Hasil Kerjasama IAGI-KNPGI-Bamus Geologi, turut serta disosialisasikan pada Forum Eksplorasi BPMIGAS di Surabaya, 3-4 September 2003 (thanks Pak Elan Biantoro dan Pak Chandra Negara BPMIGAS, serta M. Soeryowibowo (BP). Sayangnya Sub Komisi Industry-University Relationship tidak ada lagi termasuk pada Forum Eksplorasi 2010 kemarin di Bali. - Komisi SDM IAGI pada periode 2004-2006 telah menghasilkan data lengkap mengenai Kondisi SDM/Pendidikan Geologi, rekomendasi pengembangan jangka pendek maupun panjang dan arahan/panduan untuk terwujudnya skenario riset geologi di Indonesia secara baik dan terencana. Pada Periode ini saya kehilangan kontak dengan Bamus Geologi (selain saya bukan lagi Kajur Geologi di Unpad sehingga tidak mengikuti Rapat BAMUS GEOLOGI juga mulai aktif membantu Pemerintah/Ditjen Migas). - 2006 sampai hari ini tidak ada kegiatan? Salam, Edy Sunardi --- Pada Rab, 7/4/10, mohammadsyai...@gmail.com menulis: Dari: mohammadsyai...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kepada: "Milis IAGI-net" Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 3:39 AM Mas Agus Hen, Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk dibangkitkan kembali. Salam, Syaiful Mohammad Syaiful * handphone: +62-812-9372808 * business: msyai...@etti.co.id -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 To: Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Ar
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Setuju banget Bung Frank. Di LN juga begitu. Jangan semua mengacu pd kurikulum Geologi ITB atau UGM, karena mereka punya unggulan masing2 sesuai kekuatan tenaga pengajar, fasilitas, dan kondisi geologi daerahnya. Sekali lagi setuju .. ju ... ju ... ju dengan pikirannya Bung Frank. CN --- Pada Rab, 7/4/10, Franciscus B Sinartio menulis: Dari: Franciscus B Sinartio Judul: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 12:24 PM Selamat atas usaha nya membina pendidikan geology di Indonesia. kalau bisa saran, mungkin tidak perlu menyamakan kurikulum semua jurusan geology se Indonesia. masing2 universitas sebaiknya punya unggulan masing2 bagian. biasanya datangnya dari minat/pengamlaman dosen universitas yang bersangkutan dan/atau keadaan alam sekitarnya. dulu juga pernah dibahas D3 geologi vs. S1- geologi. sukses selalu, frank From: "mohammadsyai...@gmail.com" To: Milis IAGI-net Sent: Wed, April 7, 2010 4:39:41 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Mas Agus Hen, Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk dibangkitkan kembali. Salam, Syaiful Mohammad Syaiful * handphone: +62-812-9372808 * business: msyai...@etti.co.id -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 To: Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan?? Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh). Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga a
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Selamat atas usaha nya membina pendidikan geology di Indonesia. kalau bisa saran, mungkin tidak perlu menyamakan kurikulum semua jurusan geology se Indonesia. masing2 universitas sebaiknya punya unggulan masing2 bagian. biasanya datangnya dari minat/pengamlaman dosen universitas yang bersangkutan dan/atau keadaan alam sekitarnya. dulu juga pernah dibahas D3 geologi vs. S1- geologi. sukses selalu, frank From: "mohammadsyai...@gmail.com" To: Milis IAGI-net Sent: Wed, April 7, 2010 4:39:41 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Mas Agus Hen, Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk dibangkitkan kembali. Salam, Syaiful Mohammad Syaiful * handphone: +62-812-9372808 * business: msyai...@etti.co.id -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 To: Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan?? Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh). Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait s
Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Mas Agus Hen, Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk dibangkitkan kembali. Salam, Syaiful Mohammad Syaiful * handphone: +62-812-9372808 * business: msyai...@etti.co.id -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 To: Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan?? Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh). Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait sektor ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan terhadap pendidikan geologi indonesia masa depan. Event strategis ini kan sangat penting, saya kira PP-IAGI dengan support dari industri-industri, bisa koq untuk rembugan bersama, hanya membahas desain pendidikan geologi ke depan. ayoow kapan, salam lestari agus hendratno From: Parvita Siregar To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, April 6, 2010 5:49:31 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Henry Posamentier. -Original Message- From: oki musakti [mailto:geo_musa...@yahoo.com]
[iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh. Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan?? Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana? Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh). Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait sektor ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan terhadap pendidikan geologi indonesia masa depan. Event strategis ini kan sangat penting, saya kira PP-IAGI dengan support dari industri-industri, bisa koq untuk rembugan bersama, hanya membahas desain pendidikan geologi ke depan. ayoow kapan, salam lestari agus hendratno From: Parvita Siregar To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, April 6, 2010 5:49:31 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Henry Posamentier. -Original Message- From: oki musakti [mailto:geo_musa...@yahoo.com] Sent: Tuesday, April 06, 2010 3:24 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Yang selalu saya tekankan untuk adik2 mahasiswa kalau sedang jalan-jalan ke Uni: Mastering MS Word does not make you a writer Proficient in Powerpoint does not automatically mean you are a good presenter. Jagoan Petrel gak otomatis berarti hebat di geomodeling. Almarhum