Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik Bagus
Pak Syaiful,
Kabar saya baik2saja, dengan senang hati saya siap Mas Iful. Sejak awal 
IAGI-KNPGI memposisikan diri sebagai partner Perguruan Tinggi dalam 
meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai tambahan informasi, Kepengurusan Bamus 
Geologi (sejak 30 Mei 2005): Ketua : Dr. Agus Handoyo (ITB), Sekretaris : Dr. 
Sutoyo (UPN), Bendahara : Dr. Agus Guntoro (Usakti).

Salam,
Edy Sunardi

--- Pada Rab, 7/4/10, mohammad syaiful  menulis:

Dari: mohammad syaiful 
Judul: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar  
Geologi?
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 10:45 AM

Halo pak Edy Sunardi,

Apa kabar?

Terimakasih infonya. Kami juga sempat ngobrol dengan Ketua Bamus
Geologi, yaitu pak Agus HH, pada kesempatan rapat IAGI di Bandung
sekian bulan lalu (tahun lalu).

Intinya, kita akan coba aktifkan kembali KNPGI atau Bamus Geologi.
Jika kawan2 lama yg dulu aktif tidak bisa bergabung lagi, paling tidak
akan minta kehadiran pak Edy Sunardi dan pak Agus HH pada awal2
pertemuan nanti.

"Forum" ini diharapkan dapat menjadi jembatan yg baik utk
menghubungkan semua jurusan atau departemen atau prodi atau apa pun
namanya, yg ada 'geologi'-nya. Tentu pihak lainnya dari kalangan
praktisi atau pengguna produk atau profesi geologi, akan diundang
pula.

Semoga niat ini dapat segera terlaksana.

salam,
syaiful

2010/4/7 Bagus :
> Mas Syaiful
>  n Mas Agus Hen,
>
> IAGI
> sesungguhnya sudah melihat ini paling tidak sejak 10 tahun yang lalu,
> sayangnya
> memang sejak 2006 tidak tertangani lagi, karena saya waktu itu ditunjuk
> sebagai
> Ketua Tim Penelitian Semburan Lumpur Sidoarjo, selanjutnya ada
> pergantian
> Pengurus PP IAGI.
>
> Mas
> Syaiful supaya tidak bekerja dari nol lagi, semua arsip yang berkaitan
> dengan “Peranan
> IAGI dalam Pendidikan Geologi di Indonesia”, bila akan digunakan sebagai
>  referernsi,
> sudah saya dokumentasikan dengan baik (atas inisiatif Kang ADB sebagai
> Ketua Umum
> IAGI saat itu, dan saya sebagai Ketua Komisi SDM IAGI/Liason KNPGI,
> kemudian dllanjutkan
> saat Mas Lutfi Presiden IAGI, saya sbg Ketua Departemen Pengembangan
> Ilmu IAGI).
>
> Sejarah
> serta produk yang dihasilkan:
>
> -
> Diskusi Panel pada PIT IAGI ke-28, bertema
> Pendidikan Geologi di Indonesia yang
> diselenggarakan IAGI di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1999 (Inisiator Pak 
> Yanto Sumantri dan Kang
>  Asep Suhendan),
> menghasilkan rekomendasi untuk pembentukan forum Pendidikan Geologi.
>
> -
> Pembentukan
> Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia (KNPGI) pada tanggal 1
> April 2000
> di Kampus Unpad Jatinangor, dibentuk oleh
> unsur dari PT, Industri Migas (KPS), Instansi Pemerintah dan Asosiasi
> Profesi (IAGI)
> seluruhnya 35 peserta. PT terdiri dari (Para Ketua Jurusan
> Geologi/BAMUS-Geologi
> dari barat ke timur yaitu: ITM  Medan,
>  Universitas Trisakti Jakarta,
> Universitas Pakuan Bogor, ITB Bandung, UNPAD
> Bandung, STTNAS Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UPN “Veteran” Yogyakarta,
> dan UNHAS Makassar). Pimpinan KNPGI: Prof. Adjat Sudrajat,
>  Prof. Emmy
> Suparka dan Kang Asep R. Suhendan.
>
> -
> Diksusi intensif
> KNPGI April-Nopember 2000.
>
> -
> Rekomendasi Pendidikan
> Nasional Bidang Profesi Geologi oleh IAGI-KNPGI telah disampaikan di
> dalam
> Rapat Paripurna Tahunan Anggota IAGI di Bandung pada tanggal 22 Nopember
>  2000.
>
> -   Diskusi intensif BAMUS
> Geologi dimotori oleh Prof. Emmy Suparka, penyusunan Mata Kuliah serta
> Satuan
> Acara Perkuliahan, yang akan diberlakukan untuk setiap Perguruan Tinggi.
>
> -
> Pengesahan Draft Usulan
> KNPGI tentang Kurikulum
> Inti Pendidikan
> Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (Hasil Pertemuan Bandung, 17 April
>  2002).
>
> -  Usulan Kurikulum Inti
> Pendidikan Tinggi Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (IAGI – KNPGI –
> BAMUS
> Geologi, 22 Agustus 2002) kepada Pemerintah.
>
> -
> Pertemuan
> IAGI-KNPGI-BAMUS GEOLOGI
> di Yogyakarta, diselenggarakan di Kampus UGM pada
> tanggal 17
> Maret 2003, thema
> utama
> membahas penyempurnaan Silabus/Satuan Acara Perkuliahan (SAP) setiap
> mata
> kuliah. Terimakasih Mas Bagyo dan Ibu Rita, serta Pak Noor Syarifudin.
>
> -
> Pertemuan BAMUS
> Geologi 25-26 April 2003 di Bandung menghasilkan Silabus/SAP setiap Mata
> Kuliah Kurikulum
> Inti, serta arahan untuk penyusunan Kurikulum
> Institusional untuk masing-masing universitas/institut, yaitu
> berdasarkan
> keunikan kondisi geologi.
>
> -
> Hasil Kerjasama
> IAGI-KNPGI-Bamus Geologi, turut serta disosialisasikan pada Forum
> Eksplorasi
> BPMIGAS di Surabaya, 3-4 September 2003 (thanks Pak Elan Biantoro dan
> Pak
> Chandra Negara BPMIGAS, serta M. Soeryowibowo 

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik sanggam hutabarat
lagu lama kita... kita impoten dalam pelaksanaan...poten dalam usualn/program
 
tapi aku yakin deh dgn kpengurusan sekarang apalagi adanya PakSekjen Cak 
Syaiful yg jagonya 'sektor riil" sejak kenozoikum di bawah katua magnificient 
Yayang .. tentu kita bisa!!
 
salam iagi
Sgm

--- On Wed, 7/4/10, mohammadsyai...@gmail.com  wrote:


From: mohammadsyai...@gmail.com 
Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
To: "Milis IAGI-net" 
Date: Wednesday, 7 April, 2010, 10:39 AM


Mas Agus Hen, 

Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk 
dibangkitkan kembali. 

Salam,
Syaiful

Mohammad Syaiful
* handphone: +62-812-9372808
* business: msyai...@etti.co.id

-Original Message-
From: Hendratno Agus 
Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 
To: 
Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi 
demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, 
geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. 
Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis 
ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah 
yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? 
Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 
diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). 
Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh 
diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : 
koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? 
Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi 
(mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN 
Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal 
butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru 
adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya 
pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan??

Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah 
sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di 
Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi 
ini mau dibawa kemana? 
Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 
1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 
2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah 
memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks 
matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu 
jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk 
kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai 
BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan 
"S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau 
nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh).

Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri 
Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di 
Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim 
sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang 
mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan 
dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / 
industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi 
tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, 
apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain 
kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat 
dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah 
dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang 
Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga 
ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana 
kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad 
berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di 
Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. 
Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus 
mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita 
undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait sektor 
ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan terhadap pendidikan geologi 
indonesia masa de

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Pak Taufik,
disesuaikan dengan keadaan sekitarnya supaya gampang bisa terpakai nanti di 
dunia sekitarnya.

fbs






From: OK Taufik 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, April 7, 2010 12:50:17 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar  
Geologi?

Masa sih pendidikan geologi harus di kaitkan dengan "kearifan lokal"?,
karena dasar-dasar Ilmu Geologi di mana saja juga sama. Kalau juga setting
geologi tempat di mana Jur. Geologi berada menarik, komplex dll..kan tak ada
keharusan Jur. Geologi tersebut harus representatif terhadap setting geologi
di lokal setempat. Taroklah Geo. Unpad, ITB berada disekitar Gn.Api..tapi
tak ada kewajibabn Jur.Geologi  tersebut harus menjadi center excellent
vulcanology misalnya. Demikian pula untuk di makassar dan jogja sana.

Ilmu dasar geologi dikategorikan ilmu yg lambat perkembangannya, sangat beda
misalnya dengan  ilmu bidang elektronika dan IT, begitu lambatnya sehingga
apapun yang di kerjakan seorang yangh terlibat Ilmu Geologi sejak kuliah
sampai pensiun dasarnya tetap sama. Kalaupun kelihatannya begitu
berkembangnya di dunia industry,hal ini di akibatkan oleh tool dan Teknologi
yang menyertainya.

2010/4/7 Hendratno Agus 

> Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
> Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi
> demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi
> migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa
> saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang
> berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di
> berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi
> kemana?
> Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan
> 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti
> Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1
> fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam
> tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada
> kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi
> bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT
> PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal
> butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang
> baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka
> yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran
> drastis bukan??
>
> Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas
> jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks
> (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik
> pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana?
> Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2
> skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan
> menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan
> iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan
> mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan
> geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib
> atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2
> Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk
> penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan
> lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja
> juga boleh).
>
> Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan
> UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik
> Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS
> dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new
> geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri
> di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari
> penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent
> dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior
> ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada
> dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini.
> Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB
> (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri),
> juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
>  pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi
> juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi
> dimana ka

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik OK Taufik
Masa sih pendidikan geologi harus di kaitkan dengan "kearifan lokal"?,
karena dasar-dasar Ilmu Geologi di mana saja juga sama. Kalau juga setting
geologi tempat di mana Jur. Geologi berada menarik, komplex dll..kan tak ada
keharusan Jur. Geologi tersebut harus representatif terhadap setting geologi
di lokal setempat. Taroklah Geo. Unpad, ITB berada disekitar Gn.Api..tapi
tak ada kewajibabn Jur.Geologi  tersebut harus menjadi center excellent
vulcanology misalnya. Demikian pula untuk di makassar dan jogja sana.

Ilmu dasar geologi dikategorikan ilmu yg lambat perkembangannya, sangat beda
misalnya dengan  ilmu bidang elektronika dan IT, begitu lambatnya sehingga
apapun yang di kerjakan seorang yangh terlibat Ilmu Geologi sejak kuliah
sampai pensiun dasarnya tetap sama. Kalaupun kelihatannya begitu
berkembangnya di dunia industry,hal ini di akibatkan oleh tool dan Teknologi
yang menyertainya.

2010/4/7 Hendratno Agus 

> Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
> Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi
> demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi
> migas, geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa
> saja. Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang
> berbasis ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di
> berbagai daerah yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi
> kemana?
> Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan
> 1-2 diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti
> Exxon). Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1
> fresh diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam
> tanya : koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada
> kemana? Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi
> bumi (mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT
> PLN Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal
> butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang
> baru-baru adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka
> yang punya pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran
> drastis bukan??
>
> Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas
> jumlah sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks
> (selevel BSc di Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik
> pendidikan tinggi ini mau dibawa kemana?
> Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2
> skenario : 1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan
> menjadi Kurikulum 2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan
> iptek. 2. adalah memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan
> mempertahankan jumlah sks matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan
> geologi indonesia. Lalu jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib
> atau pilihan )untuk kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2
> Geologi. Bahkan UGM sebagai BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk
> penyatuan progam pilihan "S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan
> lulus 5 th lulus S2, walau nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja
> juga boleh).
>
> Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan
> UnSri Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik
> Geologi di Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS
> dimana GubJatim sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new
> geologist memang mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri
> di indonesia dan dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari
> penyerapan pasar / industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent
> dari kurikulum prodi tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior
> ini sangat mapan, apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada
> dalam men-desain kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini.
> Sehingga saya melihat dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB
> (kang Mino, pernah dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri),
> juga PP-IAGI (kang Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
>  pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi
> juga ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi
> dimana kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan
> Unpad berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid
> di Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih
> kompleks. Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan
> masing-masing kampus mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu
> dirembug bersama. Lalu kita undang semua pihak industri, badan geologi,
> regulator terkait sektor ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan
> t

RE: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik Salahuddin, Andi
Sepakat sama apa yang diutarakan Pak Frank. Kurikulum-kurikulum 'unggulan' 
setiap universitas biasanya datang karena (1)pengalaman staf pengajar, (2) 
keadaan alam/geologinya, dan (3) industri yang berkembang di sekitar situ.

Saya mau 'curhat' dan berharap sedikit sehubungan dengan poin 2 dan 3 di atas 
buat kawan-kawan mahasiswa maupun Staf Pengajar Teknik Geologi Universitas 
Hasanuddin (TG-UH). Mudah-mudahan bapak/ibu Dosen TG-UH saat ini bisa lebih 
mengarahkan pendidikannya ke kurikulum yang lebih oil and gas oriented. Saya 
berkata demikian karena:

1 - setahu saya, mayoritas alumni TG-UH 'bermain' di arena batu bara, mineral, 
atau geologi lingkungan dibandingakan dengan sektor migas misalnya.
2 - padahal di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan sebelum-sebelumnya oleh 
Ibu/Bapak netter IAGI bahwa Sulawesi (Selatan) merupakan salah satu wilayah di 
Indonesia yang memiliki fenomena gelogi yang lengkap dan menarik, misalnya 
sesar aktif dan besar Palu-Koro di utara, Bantimala melange complex di selatan, 
 Formasi Tonasa (gamping) berumur ?Oligomiocene juga di selatan, batuan 
ultrabasa dan nikel di Sorowako. Ada juga batuan terobosan granit yang 
tersingkap di utara, lalu  di lengan selatan yang berbentuk 'k' terdapat batuan 
volkanik formasi Camba. Karena unik dan beragam kondisi geologinya, telah 
banyak peneliti-peneliti baik dari dalam maupun luar negeri yang melakukan 
riset di daerah ini.

Kembali ke harapan saya di atas, 'kurikulum yang lebih migas oriented' di 
TG-UH. Kita tahu bahwa pemerintah semakin giat meningkatkan cadangan dan 
produksi migas, dan KPS (terutama) semakin dituntut untuk melakukan eksplorasi 
di cekungan dan area frontier, termasuk di Selat Makassar. Dalam beberapa tahun 
ke depan, beberapa perusahaan migas lokal dan multinational yang telah diberi 
kepercayaan oleh pemerintah akan menunjukkan komitmennya dengan misalnya 
melakukan studi geologi permukaan, survei seismik 2D/3D hingga akhirnya 
melakukan pengeboran sumur-sumur eksplorasi. Tentunya kita semua berharap, kita 
bisa menemukan cadangan baru di daerah ini yang secara tidak langsung akan 
berimbas pada berkembangnya industri migas di situ.

Kami tahu bahwa banyak agenda-agenda informal selain kegiatan pengajaran di 
kampus yang mulai membuat event ke-geologi-an di Makassar dsk., (misalnya saja 
IPA field trip, PIT IAGI, bahkan AAPG lecturer setahu saya juga pernah 
menjambangi kampus UH). Ini tentu saja bisa semakin menumbuhkan cakrawala 
mengenai geologi migas dan ujung-ujungnya minat terhadap industri migas kepada 
(terutama) kawan-kawan mahasiswa di sana.

Nah...buat saudara-saudara mahasiswa dan staf pengajar TG-UH yang mungkin 
memonitor email saya ini, persiapkanlah minat dan 'orientasi' anda. 

Salam,
Andi ABS.

---
-Original Message-
From: Franciscus B Sinartio [mailto:fbsinar...@yahoo.com] 
Sent: Wednesday, April 07, 2010 12:25 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?

Selamat atas usaha nya membina pendidikan geology di Indonesia.

kalau bisa saran,  mungkin tidak perlu menyamakan kurikulum semua jurusan 
geology se Indonesia.
masing2 universitas sebaiknya punya unggulan masing2 bagian.   biasanya 
datangnya dari minat/pengamlaman dosen universitas yang bersangkutan dan/atau 
keadaan alam sekitarnya.

dulu juga pernah dibahas  D3 geologi vs. S1- geologi.

sukses selalu,

frank


--- On Tue, 6/4/10, Benyamin Sapiie  wrote:

From: Benyamin Sapiie 
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar   
Geologi?
To: iagi-net@iagi.or.id
Received: Tuesday, 6 April, 2010, 12:04 AM

Tabik Bung Sanggam,

CPS engineers, petrel engineers..he..he.. boleh juga tuh ..

Kalau keluh kesah ITB kurang pas.. sekarang kita di ITB malahan lebih lagi
carut-marut..jadi nggak heran kalau banyak lulusan geologistnya yang
kebingungan. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu saya pernah curhat ..plus
komplain, sedih dll karena merasa jurusan kita bukanya mengalami kemajuan
tapi kemunduran... tapi ini menurut saya.

Geologi di ITB telah berpisah dengan geofisik, tambang dan perminyakan ...
hmm..hmm mungkin saja lebih baik ya, karena sekarang tugas kita hanya
melakukan pemetaan sesuai semboyan back to basic..

Salam,

Ben Sapiie


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, s

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik mohammad syaiful
Halo pak Edy Sunardi,

Apa kabar?

Terimakasih infonya. Kami juga sempat ngobrol dengan Ketua Bamus
Geologi, yaitu pak Agus HH, pada kesempatan rapat IAGI di Bandung
sekian bulan lalu (tahun lalu).

Intinya, kita akan coba aktifkan kembali KNPGI atau Bamus Geologi.
Jika kawan2 lama yg dulu aktif tidak bisa bergabung lagi, paling tidak
akan minta kehadiran pak Edy Sunardi dan pak Agus HH pada awal2
pertemuan nanti.

"Forum" ini diharapkan dapat menjadi jembatan yg baik utk
menghubungkan semua jurusan atau departemen atau prodi atau apa pun
namanya, yg ada 'geologi'-nya. Tentu pihak lainnya dari kalangan
praktisi atau pengguna produk atau profesi geologi, akan diundang
pula.

Semoga niat ini dapat segera terlaksana.

salam,
syaiful

2010/4/7 Bagus :
> Mas Syaiful
>  n Mas Agus Hen,
>
> IAGI
> sesungguhnya sudah melihat ini paling tidak sejak 10 tahun yang lalu,
> sayangnya
> memang sejak 2006 tidak tertangani lagi, karena saya waktu itu ditunjuk
> sebagai
> Ketua Tim Penelitian Semburan Lumpur Sidoarjo, selanjutnya ada
> pergantian
> Pengurus PP IAGI.
>
> Mas
> Syaiful supaya tidak bekerja dari nol lagi, semua arsip yang berkaitan
> dengan “Peranan
> IAGI dalam Pendidikan Geologi di Indonesia”, bila akan digunakan sebagai
>  referernsi,
> sudah saya dokumentasikan dengan baik (atas inisiatif Kang ADB sebagai
> Ketua Umum
> IAGI saat itu, dan saya sebagai Ketua Komisi SDM IAGI/Liason KNPGI,
> kemudian dllanjutkan
> saat Mas Lutfi Presiden IAGI, saya sbg Ketua Departemen Pengembangan
> Ilmu IAGI).
>
> Sejarah
> serta produk yang dihasilkan:
>
> -
> Diskusi Panel pada PIT IAGI ke-28, bertema
> Pendidikan Geologi di Indonesia yang
> diselenggarakan IAGI di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1999 (Inisiator Pak 
> Yanto Sumantri dan Kang
>  Asep Suhendan),
> menghasilkan rekomendasi untuk pembentukan forum Pendidikan Geologi.
>
> -
> Pembentukan
> Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia (KNPGI) pada tanggal 1
> April 2000
> di Kampus Unpad Jatinangor, dibentuk oleh
> unsur dari PT, Industri Migas (KPS), Instansi Pemerintah dan Asosiasi
> Profesi (IAGI)
> seluruhnya 35 peserta. PT terdiri dari (Para Ketua Jurusan
> Geologi/BAMUS-Geologi
> dari barat ke timur yaitu: ITM  Medan,
>  Universitas Trisakti Jakarta,
> Universitas Pakuan Bogor, ITB Bandung, UNPAD
> Bandung, STTNAS Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UPN “Veteran” Yogyakarta,
> dan UNHAS Makassar). Pimpinan KNPGI: Prof. Adjat Sudrajat,
>  Prof. Emmy
> Suparka dan Kang Asep R. Suhendan.
>
> -
> Diksusi intensif
> KNPGI April-Nopember 2000.
>
> -
> Rekomendasi Pendidikan
> Nasional Bidang Profesi Geologi oleh IAGI-KNPGI telah disampaikan di
> dalam
> Rapat Paripurna Tahunan Anggota IAGI di Bandung pada tanggal 22 Nopember
>  2000.
>
> -   Diskusi intensif BAMUS
> Geologi dimotori oleh Prof. Emmy Suparka, penyusunan Mata Kuliah serta
> Satuan
> Acara Perkuliahan, yang akan diberlakukan untuk setiap Perguruan Tinggi.
>
> -
> Pengesahan Draft Usulan
> KNPGI tentang Kurikulum
> Inti Pendidikan
> Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (Hasil Pertemuan Bandung, 17 April
>  2002).
>
> -  Usulan Kurikulum Inti
> Pendidikan Tinggi Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (IAGI – KNPGI –
> BAMUS
> Geologi, 22 Agustus 2002) kepada Pemerintah.
>
> -
> Pertemuan
> IAGI-KNPGI-BAMUS GEOLOGI
> di Yogyakarta, diselenggarakan di Kampus UGM pada
> tanggal 17
> Maret 2003, thema
> utama
> membahas penyempurnaan Silabus/Satuan Acara Perkuliahan (SAP) setiap
> mata
> kuliah. Terimakasih Mas Bagyo dan Ibu Rita, serta Pak Noor Syarifudin.
>
> -
> Pertemuan BAMUS
> Geologi 25-26 April 2003 di Bandung menghasilkan Silabus/SAP setiap Mata
> Kuliah Kurikulum
> Inti, serta arahan untuk penyusunan Kurikulum
> Institusional untuk masing-masing universitas/institut, yaitu
> berdasarkan
> keunikan kondisi geologi.
>
> -
> Hasil Kerjasama
> IAGI-KNPGI-Bamus Geologi, turut serta disosialisasikan pada Forum
> Eksplorasi
> BPMIGAS di Surabaya, 3-4 September 2003 (thanks Pak Elan Biantoro dan
> Pak
> Chandra Negara BPMIGAS, serta M. Soeryowibowo (BP). Sayangnya Sub Komisi
> Industry-University
> Relationship tidak ada lagi termasuk pada Forum Eksplorasi 2010 kemarin
> di Bali.
>
> -
> Komisi SDM IAGI
> pada periode 2004-2006 telah menghasilkan data lengkap mengenai Kondisi
> SDM/Pendidikan
> Geologi, rekomendasi
> pengembangan jangka pendek maupun panjang
> dan arahan/panduan
> untuk
>  terwujudnya skenario riset geologi di Indonesia secara baik dan
> terencana. Pada
> Periode ini saya kehilangan kontak dengan Bamus
> Geologi (selain saya bukan lagi Kajur Geologi di Unpad sehingga tidak
> mengikuti
>

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-07 Terurut Topik Bagus
Mas Syaiful
 n Mas Agus Hen,

IAGI
sesungguhnya sudah melihat ini paling tidak sejak 10 tahun yang lalu, 
sayangnya
memang sejak 2006 tidak tertangani lagi, karena saya waktu itu ditunjuk 
sebagai
Ketua Tim Penelitian Semburan Lumpur Sidoarjo, selanjutnya ada 
pergantian
Pengurus PP IAGI.  

Mas
Syaiful supaya tidak bekerja dari nol lagi, semua arsip yang berkaitan 
dengan “Peranan
IAGI dalam Pendidikan Geologi di Indonesia”, bila akan digunakan sebagai
 referernsi,
sudah saya dokumentasikan dengan baik (atas inisiatif Kang ADB sebagai 
Ketua Umum
IAGI saat itu, dan saya sebagai Ketua Komisi SDM IAGI/Liason KNPGI, 
kemudian dllanjutkan
saat Mas Lutfi Presiden IAGI, saya sbg Ketua Departemen Pengembangan 
Ilmu IAGI).

Sejarah
serta produk yang dihasilkan:

- 
Diskusi Panel pada PIT IAGI ke-28, bertema
Pendidikan Geologi di Indonesia yang
diselenggarakan IAGI di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1999 (Inisiator Pak 
Yanto Sumantri dan Kang
 Asep Suhendan),
menghasilkan rekomendasi untuk pembentukan forum Pendidikan Geologi.

- 
Pembentukan
Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia (KNPGI) pada tanggal 1 
April 2000
di Kampus Unpad Jatinangor, dibentuk oleh
unsur dari PT, Industri Migas (KPS), Instansi Pemerintah dan Asosiasi 
Profesi (IAGI)
seluruhnya 35 peserta. PT terdiri dari (Para Ketua Jurusan 
Geologi/BAMUS-Geologi
dari barat ke timur yaitu: ITM  Medan,
 Universitas Trisakti Jakarta,
Universitas Pakuan Bogor, ITB Bandung, UNPAD
Bandung, STTNAS Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UPN “Veteran” Yogyakarta, 
dan UNHAS Makassar). Pimpinan KNPGI: Prof. Adjat Sudrajat,
 Prof. Emmy
Suparka dan Kang Asep R. Suhendan.

- 
Diksusi intensif
KNPGI April-Nopember 2000.

- 
Rekomendasi Pendidikan
Nasional Bidang Profesi Geologi oleh IAGI-KNPGI telah disampaikan di 
dalam
Rapat Paripurna Tahunan Anggota IAGI di Bandung pada tanggal 22 Nopember
 2000.

-   Diskusi intensif BAMUS
Geologi dimotori oleh Prof. Emmy Suparka, penyusunan Mata Kuliah serta 
Satuan
Acara Perkuliahan, yang akan diberlakukan untuk setiap Perguruan Tinggi.

- 
Pengesahan Draft Usulan
KNPGI tentang Kurikulum
Inti Pendidikan
Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (Hasil Pertemuan Bandung, 17 April
 2002).

-  Usulan Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi Strata-1 Program Studi Teknik Geologi (IAGI – KNPGI – 
BAMUS
Geologi, 22 Agustus 2002) kepada Pemerintah.

- 
Pertemuan
IAGI-KNPGI-BAMUS GEOLOGI
di Yogyakarta, diselenggarakan di Kampus UGM pada 
tanggal 17
Maret 2003, thema 
utama
membahas penyempurnaan Silabus/Satuan Acara Perkuliahan (SAP) setiap 
mata
kuliah. Terimakasih Mas Bagyo dan Ibu Rita, serta Pak Noor Syarifudin.

- 
Pertemuan BAMUS
Geologi 25-26 April 2003 di Bandung menghasilkan Silabus/SAP setiap Mata 
Kuliah Kurikulum
Inti, serta arahan untuk penyusunan Kurikulum
Institusional untuk masing-masing universitas/institut, yaitu 
berdasarkan
keunikan kondisi geologi.

- 
Hasil Kerjasama
IAGI-KNPGI-Bamus Geologi, turut serta disosialisasikan pada Forum 
Eksplorasi
BPMIGAS di Surabaya, 3-4 September 2003 (thanks Pak Elan Biantoro dan 
Pak
Chandra Negara BPMIGAS, serta M. Soeryowibowo (BP). Sayangnya Sub Komisi 
Industry-University
Relationship tidak ada lagi termasuk pada Forum Eksplorasi 2010 kemarin 
di Bali.

- 
Komisi SDM IAGI
pada periode 2004-2006 telah menghasilkan data lengkap mengenai Kondisi 
SDM/Pendidikan
Geologi, rekomendasi
pengembangan jangka pendek maupun panjang
dan arahan/panduan
untuk
 terwujudnya skenario riset geologi di Indonesia secara baik dan 
terencana. Pada 
Periode ini saya kehilangan kontak dengan Bamus
Geologi (selain saya bukan lagi Kajur Geologi di Unpad sehingga tidak 
mengikuti
Rapat BAMUS GEOLOGI juga mulai aktif membantu Pemerintah/Ditjen Migas).

- 
2006 sampai hari
ini tidak ada kegiatan?

Salam,

  Edy 
Sunardi

--- Pada Rab, 7/4/10, mohammadsyai...@gmail.com  
menulis:

Dari: mohammadsyai...@gmail.com 
Judul: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kepada: "Milis IAGI-net" 
Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 3:39 AM

Mas Agus Hen, 

Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk 
dibangkitkan kembali. 

Salam,
Syaiful

Mohammad Syaiful
* handphone: +62-812-9372808
* business: msyai...@etti.co.id

-Original Message-
From: Hendratno Agus 
Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 
To: 
Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi 
demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, 
geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. 
Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis 
ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah 
yang saya tahu, cukup ribet. Ar

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-06 Terurut Topik Chairul Nas
Setuju banget Bung Frank. Di LN juga begitu. Jangan semua mengacu pd kurikulum 
Geologi ITB atau UGM, karena mereka punya unggulan masing2 sesuai kekuatan 
tenaga pengajar, fasilitas, dan kondisi geologi daerahnya. Sekali lagi setuju 
.. ju ... ju ... ju dengan pikirannya Bung Frank.
CN
--- Pada Rab, 7/4/10, Franciscus B Sinartio  menulis:

Dari: Franciscus B Sinartio 
Judul: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 12:24 PM

Selamat atas usaha nya membina pendidikan geology di Indonesia.

kalau bisa saran,  mungkin tidak perlu menyamakan kurikulum semua jurusan 
geology se Indonesia.
masing2 universitas sebaiknya punya unggulan masing2 bagian.   biasanya 
datangnya dari minat/pengamlaman dosen universitas yang bersangkutan dan/atau 
keadaan alam sekitarnya.

dulu juga pernah dibahas  D3 geologi vs. S1- geologi.

sukses selalu,

frank




From: "mohammadsyai...@gmail.com" 
To: Milis IAGI-net 
Sent: Wed, April 7, 2010 4:39:41 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?

Mas Agus Hen, 

Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk 
dibangkitkan kembali. 

Salam,
Syaiful

Mohammad Syaiful
* handphone: +62-812-9372808
* business: msyai...@etti.co.id

-Original Message-
From: Hendratno Agus 
Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 
To: 
Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi 
demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, 
geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. 
Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis 
ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah 
yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? 
Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 
diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). 
Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh 
diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : 
koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? 
Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi 
(mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN 
Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal 
butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru 
adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya 
pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan??

Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah 
sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di 
Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi 
ini mau dibawa kemana? 
Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 
1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 
2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah 
memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks 
matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu 
jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk 
kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai 
BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan 
"S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau 
nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh).

Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri 
Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di 
Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim 
sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang 
mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan 
dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / 
industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi 
tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, 
apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain 
kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat 
dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah 
dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang 
Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga 
a

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-06 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Selamat atas usaha nya membina pendidikan geology di Indonesia.

kalau bisa saran,  mungkin tidak perlu menyamakan kurikulum semua jurusan 
geology se Indonesia.
masing2 universitas sebaiknya punya unggulan masing2 bagian.   biasanya 
datangnya dari minat/pengamlaman dosen universitas yang bersangkutan dan/atau 
keadaan alam sekitarnya.

dulu juga pernah dibahas  D3 geologi vs. S1- geologi.

sukses selalu,

frank




From: "mohammadsyai...@gmail.com" 
To: Milis IAGI-net 
Sent: Wed, April 7, 2010 4:39:41 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?

Mas Agus Hen, 

Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk 
dibangkitkan kembali. 

Salam,
Syaiful

Mohammad Syaiful
* handphone: +62-812-9372808
* business: msyai...@etti.co.id

-Original Message-
From: Hendratno Agus 
Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 
To: 
Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi 
demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, 
geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. 
Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis 
ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah 
yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? 
Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 
diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). 
Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh 
diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : 
koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? 
Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi 
(mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN 
Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal 
butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru 
adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya 
pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan??

Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah 
sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di 
Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi 
ini mau dibawa kemana? 
Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 
1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 
2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah 
memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks 
matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu 
jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk 
kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai 
BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan 
"S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau 
nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh).

Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri 
Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di 
Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim 
sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang 
mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan 
dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / 
industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi 
tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, 
apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain 
kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat 
dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah 
dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang 
Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga 
ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana 
kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad 
berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di 
Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. 
Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus 
mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita 
undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait s

Re: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-06 Terurut Topik mohammadsyaiful
Mas Agus Hen, 

Memang 'forum komunikasi pendidikan geologi indonesia' tampaknya perlu utk 
dibangkitkan kembali. 

Salam,
Syaiful

Mohammad Syaiful
* handphone: +62-812-9372808
* business: msyai...@etti.co.id

-Original Message-
From: Hendratno Agus 
Date: Tue, 6 Apr 2010 19:56:05 
To: 
Subject: [iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar 
Geologi?
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi 
demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, 
geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. 
Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis 
ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah 
yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? 
Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 
diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). 
Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh 
diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : 
koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? 
Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi 
(mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN 
Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal 
butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru 
adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya 
pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan??

Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah 
sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di 
Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi 
ini mau dibawa kemana? 
Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 
1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 
2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah 
memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks 
matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu 
jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk 
kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai 
BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan 
"S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau 
nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh).

Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri 
Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di 
Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim 
sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang 
mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan 
dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / 
industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi 
tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, 
apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain 
kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat 
dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah 
dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang 
Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
 pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga 
ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana 
kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad 
berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di 
Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. 
Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus 
mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita 
undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait sektor 
ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan terhadap pendidikan geologi 
indonesia masa depan. Event strategis ini kan sangat penting, saya kira PP-IAGI 
dengan support dari industri-industri, bisa koq untuk rembugan bersama, hanya 
membahas desain pendidikan geologi ke depan. 

ayoow kapan, salam lestari
agus hendratno





From: Parvita Siregar 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tue, April 6, 2010 5:49:31 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar   
Geologi?

Henry Posamentier.



-Original Message-
From: oki musakti [mailto:geo_musa...@yahoo.com] 

[iagi-net-l] Kur.Geologi >Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

2010-04-06 Terurut Topik Hendratno Agus
Kang Mino..., ora ngegrundel wae lho! heheheh.
Sekarang betulkah indonesia kekurangan new geologist?? Supply rendah tapi 
demand dari berbagai industri membengkak, padahal investasi eksplorasi migas, 
geotermal, minerba (termasuk galian C/ batuan/ non-logam) biasa-biasa saja. 
Apalagi tumpang tindih lahan dan terlambatnya sinergi tata ruang yang berbasis 
ruang dalam bumi dan pengurangan resiko bencana (geologi) di berbagai daerah 
yang saya tahu, cukup ribet. Artinya lulusan geologi tadi kemana? 
Lulusan geologi ugm (per Fbru.2010 lalu, ludes kurang dari 1 bulan), bahkan 1-2 
diantaranya belum wisuda sudah di ijon oleh industri elit (seperti Exxon). 
Bahkan lulusan geologi ugm yang akan wisuda Mei 2010 nanti (ada 1 fresh 
diperebutkan oleh Holcim, Antam, dan Harita..). Tahu-tahu PAMA, Antam tanya : 
koq lulusan geologi ugm gak ada yang mendaftar rekruitment, ini pada kemana? 
Padahal JOB Fair di FT-UGM maret lalu, dihadiri 10 industri ektraksi bumi 
(mulai Pertamina EP, Shclum, Antam, Pama, Buma, Total, PTBA), bahkan PT PLN 
Batubara...(hanya dimasuki 2 geologist dari trisakti dan unpad, padahal 
butuhnya 10-15 geologist). Bahkan BPMIGAS pun staf G&G-nya yang baru-baru 
adalah fresh graduate! yang dulunya punya policy adalah mereka yang punya 
pengalaman kerja di oil&gas industry. Jadi terjadi pergeseran drastis bukan??

Skrang bertiup isu (suka atau tidak suka) Republik ini, akan memangkas jumlah 
sks pendidikan sarjana (S1) dari minimal 144 sks ke 130-an sks (selevel BSc di 
Malay atau LN pada umumnya). Kita tunggu keputusan politik pendidikan tinggi 
ini mau dibawa kemana? 
Kami di Geologi UGM tahun 2010 ini sudah prepare untuk menyiapkan 2 skenario : 
1. mengubah/ memodifikasi kurikulum 2006 yang sedang jalan menjadi Kurikulum 
2011 (dengan melihat referensi pasar dan perkembangan iptek. 2. adalah 
memangkas jumlah sks dari 144 ke 130-an dengan mempertahankan jumlah sks 
matakuliah wajib dari basic geology!! dan keunikan geologi indonesia. Lalu 
jumlah sks dari aplikasi geologi (baik yang wajib atau pilihan )untuk 
kepentingan industri akan bergeser ke jenjang S2 Geologi. Bahkan UGM sebagai 
BHMN telah memputuskan kebijakan otonomi untuk penyatuan progam pilihan 
"S1-berlanjut S2" (program berkesinambungan dengan lulus 5 th lulus S2, walau 
nantinya ada mhs menghendaki final di S1 saja juga boleh).

Bagaimana IAGI melihat ini?? Kemarin datang kawan dari Prodi Pertambangan UnSri 
Palembang yang berdiskusi dengan kami untuk membuka prodi teknik Geologi di 
Un.Sri). Jadi tidak lama lagi ada 2 prodi teknikgeologi (ITS dimana GubJatim 
sudah OK, dan Un.Sri). Apakah semua ini karena kebutuhan new geologist memang 
mendesak harus berlimpah untuk menopang kebutuhan industri di indonesia dan 
dunia? atau ini hanyalah respon sesaat / instan dari penyerapan pasar / 
industri ekstraksi? Lalu bagaimana mensinergikan kontent dari kurikulum prodi 
tsb? saya yakin prodi teknik geologi yang senior-senior ini sangat mapan, 
apapun arus turbid di kalangan industri dan pasar yang ada dalam men-desain 
kurikulum? dibandingkan dengan yang prodi-prodi baru ini. Sehingga saya melihat 
dan telah mendiskusikan dengan beberapa kawan dari ITB (kang Mino, pernah 
dengan Mas Bambang Priadi), Unpad (kang Edy Sunadri), juga PP-IAGI (kang 
Sekjend) untuk kumpulan lagi membahas kurikulum
 pendidik teknik geologi ke depan (ada yang perlu disamakan berapa %, tapi juga 
ada yang berbeda sekian % sesuai keunikan kampus dan setting geologi dimana 
kampus tsb berada pada cekungan geologi yang berbeda) Misal ITB dan Unpad 
berada di Cekungan Bandung jelas beda dengan UGM, UPN, STTNAS, Akprid di 
Cekungan Jogja, apalagi Unhas berada pada provinsi geologi yang lebih kompleks. 
Ini semua karena media pembelajaran geologi di lapangan masing-masing kampus 
mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Ini yang perlu dirembug bersama. Lalu kita 
undang semua pihak industri, badan geologi, regulator terkait sektor 
ekstraksi-LH-PU, untuk memberikan ide-ide/ gagasan terhadap pendidikan geologi 
indonesia masa depan. Event strategis ini kan sangat penting, saya kira PP-IAGI 
dengan support dari industri-industri, bisa koq untuk rembugan bersama, hanya 
membahas desain pendidikan geologi ke depan. 

ayoow kapan, salam lestari
agus hendratno





From: Parvita Siregar 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tue, April 6, 2010 5:49:31 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar   
Geologi?

Henry Posamentier.



-Original Message-
From: oki musakti [mailto:geo_musa...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, April 06, 2010 3:24 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

Yang selalu saya tekankan untuk adik2 mahasiswa kalau sedang jalan-jalan ke Uni:

Mastering MS Word does not make you a writer
Proficient in Powerpoint does not automatically mean you are a good presenter.
Jagoan Petrel gak otomatis berarti hebat di geomodeling.

Almarhum