RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-15 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Bud,

Saya tidak tahu, dan juga tdk peduli, apa saya bersama gajah atau
kancil. Tetapi sebenarnya saya punya mimpi untuk jadi pak tani saja,
jadi kalau kancilnya nyolong timun saya yg akan menangkapnya he... he...,
dan kalau gajahnya ngrusak kebun orang . wah yg ini susah action-nya
 lapor polisi atau tentara saja he...he...

Di-manapun kita, saya pikir kita bisa berbuat kok. Kalau kita sedang
dengan si Junior (ini pengalaman pribadi), gandenglah anak-anak negeri
agar mereka tidak jadi penonton terus, misalnya mereka yg aplikasi dan
maintain KP/ SIPP dan si Junior yang mengerjakan. Kalau kita sedang dengan
gajah, scenario awal tadi memang agak susah (biasanya para gajah tdk
gampang nggandeng anak negeri kecuali yg se-level secara ekonomi maupun
reputasi) jadi mungkin yg bisa dilakukan ya gandenglah konsultan2
nasional. 

Memang, ini ngomongnya gampang, tapi berat kenyataanya.. kendala paling
umum adalah tantangan non-teknis, saya sudah sebut sebelumnya spt masalah
kehutanan, kelompok anti tambang, Pak Awang nambahi: ttg otonomi daerah.
Yang terakhir ini memang ngribeti betul. soalnya setiap Kabupaten/
propinsi punya aturan dan kebiasaan sendiri yang tidak semua coys
(terutama asing) bisa paham. Belum lagi kalau kita mau mengembangkan tambang
(setelah FS)... 19 macam (ada yg bilang 27) perijinan harus diurus di
berbagai instansi dan level. Melihat list-nya saja sudah
awang-awangen

Tapi kata pak ustad kita gak boleh nglokro kan... kita kerjakan saja apa
yg bisa dan baik kita kerjakan.

Salam - Daru

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 6:48 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Koreksi pak:

500rb-1jt -nya dalam  US$ dan ide-ide konseptuanya
yang benar ide-ide konseptualnya  . . . 

pak Ndaru saat ini sedang dengan anak gajah kan?
gimana nih strategi untuk middle sized coy speerti
sampeyan?? setengah gajah setengah junior = gajah
junior??? . . . 

Di minyak kalau gak salah dalam mimpi saya pak,
junior-juniornya adalah beliau-beliau anak negeri
yang paham betul peta penyebaran cekungan potensial
kemudian mengkonsusltan kan ide itu kepada 'gajah'
atau mendirikan perusahaan bersama rekan-rekan
kemudian mengapling daerah tersebut . . . kemudian
menawarkannya kepada 'gajah-gajah bahkan super gajah
yang ngantri' mendapatkan 'bocoran' informasi tersebut
. . . kita di mineral sebenarnya bisa juga kan pak? .
. . pertanyaanny kapan kita mulai . . kemampuan ada,
ide-ide nyata maupun konseptual lebih dari cukup . .
hanya satu pak masalahnya . . yaitu: seperti jawaban
anak saya  'gak punya teman' untuk mendiksripsikan
bahwa dirinya  gak berani/takut . . . he he he he 






-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk-partner lokal langsung

2006-09-15 Terurut Topik budi santoso
Mas Daru,

Kami terus terang justru sedang mengembangkan rekanan
lokal pak,kami punya satu kerangka 'agreement' yang
bisa dimanfaatkan oleh rekan-rekan kita untuk menjadi
'partner langsung' kami baik secara institusi maupun
secara pribadi di bawah kerangka 'sekedar finding fee'
kepada mereka yang tertarik. 

Dan juga, karena saya sedang di'asingkan' maka dalam
melakukan kunjungan lapangan, kami sering menggunakan
rekan-rekan lokal.

Nuwun pak,

Kapan-kapan boleh gak main ke kantor nih?? saya terus
terang teratrik dengan ide jadi pak tani-nya.

Salam
sTJ

--- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bud,
 
 Saya tidak tahu, dan juga tdk peduli, apa saya
 bersama gajah atau
 kancil. Tetapi sebenarnya saya punya mimpi untuk
 jadi pak tani saja,
 jadi kalau kancilnya nyolong timun saya yg akan
 menangkapnya he... he...,
 dan kalau gajahnya ngrusak kebun orang . wah yg
 ini susah action-nya
  lapor polisi atau tentara saja he...he...
 
 Di-manapun kita, saya pikir kita bisa berbuat kok.
 Kalau kita sedang
 dengan si Junior (ini pengalaman pribadi),
 gandenglah anak-anak negeri
 agar mereka tidak jadi penonton terus, misalnya
 mereka yg aplikasi dan
 maintain KP/ SIPP dan si Junior yang mengerjakan.
 Kalau kita sedang dengan
 gajah, scenario awal tadi memang agak susah
 (biasanya para gajah tdk
 gampang nggandeng anak negeri kecuali yg se-level
 secara ekonomi maupun
 reputasi) jadi mungkin yg bisa dilakukan ya
 gandenglah konsultan2
 nasional. 
 
 Memang, ini ngomongnya gampang, tapi berat
 kenyataanya.. kendala paling
 umum adalah tantangan non-teknis, saya sudah sebut
 sebelumnya spt masalah
 kehutanan, kelompok anti tambang, Pak Awang nambahi:
 ttg otonomi daerah.
 Yang terakhir ini memang ngribeti betul. soalnya
 setiap Kabupaten/
 propinsi punya aturan dan kebiasaan sendiri yang
 tidak semua coys
 (terutama asing) bisa paham. Belum lagi kalau kita
 mau mengembangkan tambang
 (setelah FS)... 19 macam (ada yg bilang 27)
 perijinan harus diurus di
 berbagai instansi dan level. Melihat list-nya saja
 sudah
 awang-awangen
 
 Tapi kata pak ustad kita gak boleh nglokro
 kan... kita kerjakan saja apa
 yg bisa dan baik kita kerjakan.
 
 Salam - Daru
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk, OK..

2006-09-14 Terurut Topik Agus Hendratno
Mas Ndaru dan kawan-kawan geologist

Berita menggembirakan tersebut menunjukkan bahwa para mineral explorations / 
geologist masih ISTIQOMAH dengan apa yang ada di bumi Indonesia. Contoh kecil 
yang kemarin saya dengar dan saya bersamanya. Selama 4 hari (4-7 September 
2006), saya bersama-sama dengan tim geologinya PT Global Mineral Sejahtera yang 
sedang kasus dengan lahan kelapa sawit (disidik Polda Sumbar karena dianggap 
Peti, padahal seluruh dokumen eksplorasi, UKL/UPL, dan ijin-ijin dari Pemda 
Dharmasraya lengkap, karena saya sempat mempelajarinya, sebelum saya disidik 
Polda untuk memberikan second opini kegiatan eksplorasi Global tersebut) sesuai 
dengan kaidah eksplorasi atau tidak? 

Nah, dari diskusi-diskusi dengan Pengusaha Pt Global juga Distamben, ternyata 
wilayah Sumbar, sudah banyak calon investor yang akan mengajukan KP 
Penyelidikan Umum untuk Eksplorasi Logam dan Bijih (emas, bijih besi, pasir 
besi dll endapan logam lainn), dan itu dari investor China, Hongkong, Inggris, 
menunjukkan hanya untuk wilayah Sumbar (Solok dsk) masing sangat menggembirakan 
kegiatan eksplorasi mineral. Bahkan konsesi Horas Nauli / Sumut (yang dulu 
milik Newmont) sekarang dibeli oleh Normandi. Bahkan beberapa lulusan geologi 
UGM yang baru-baru itu, langsung diminta oleh Pak Made Surata (Geomin Antam) 
untuk Eksplorasi Mineral di Halmahera dan sekitarnya. Juga grup Bumi Makmur 
(Buma, Info dari Mas A.Kharis) yang semula menggali batubara, sekarang ekspansi 
untuk eksplorasi mineral. Hebat kan.., peluang eksplorasi mineral. Problemnya 
hanya regulasi

Barusan saya ketemu kawan-kawan geologist dari Distamben NAD, bahwa investasi 
untuk eksplorasi mineral pasca konflik juga sangat menggembirakan, terutama 
eksplorasi mineral logam dan bijih besi. Artinya bahwa eksplorasi mineral TETAP 
ada dan itu cukup signifikan (itu sebagian kecil yang saya jumpai sendiri). 

Tetapi, kawan-kawan di Pemda yang pegang regulasi eksplorasi mineral nampaknya 
masih bingung dengan belum diterbitkan RUU Minerba menjadi UU Minerba. Saya 
pernah dengar, jangan-jangan ini juga diulur-ulur sampai kapan karena 
situasinya sangat abu-abu untuk menetapkan menjadi UU Minerba. Aku dengar 
saat saya sering berinteraksi dengan sebagian pejabat ESDM waktu saya ada di 
tim investigasi LUSI. Busyet

Salam dari Aceh
Agus Hendratno

Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan2, sharing saja...

 

Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi Lusi, ada berita
menggembirakan bahwa bbrp mineral exploratinosts mulai melirik lagi
Indonesia yang mati suri 5-6 tahun terakhir. Walau RUU Minerba masih
dibahas terus di DPR (sudah 6 tahun lebih setahuku...), dan tantangan
isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang, rupanya masih ada juga yg mau
datang ke Indonesia. 

 

Di bawah saya kutipkan satu/ dua releases dari salah satu Canadian coy yg
mulai bergerak di Indonesia. Ada yg tahukah proyek2 (calon) mereka ini (A,
B, C, dan D)?

 

Semoga iklim investasi eksplorasi ini makin baik...

 

Salam - Daru   

 

East Asia Minerals reinforces its gold and copper-gold project focus; drills
new Khok Adar copper oxide discovery 

 VANCOUVER, Sept. 12 /CNW/ - East Asia Minerals Corporation (TSXV-EAS)
reports that senior management recently completed an on-site evaluation of
its
Mongolian exploration projects and has reinforced the current exploration
efforts in keeping with its core advanced gold and copper-gold projects
strategy. To this end, the Company is progressing with securing four
promising
projects in Indonesia (as reported in May 2006) and continues drilling at
its
advanced copper oxide Khok Adar project on the recently identified Baruun
Bayan discovery. The 2006 exploration work to date has produced positive
results at the Khok Adar copper and Enger uranium projects.
 In Indonesia the four MOUs announced May 31, 2006 have passed
geological
due diligence and meet the multi-million ounce potential criteria. The
projects encompass multi-jurisdictional land positions that require a
variety
of title applications and numerous approvals from Local, Provincial and
Central Government levels. Significant progress has been made and once in
place, title and permitting will be fully secure under a globally accepted
mineral exploration and development system. The Company is also
investigating
other advanced acquisition opportunities in Indonesia.
 We are positioning EAS for the expected re-emergence of significant
exploration investment in Indonesia where competitor activity is strong and
increasing observed Lionel Martin, East Asia's Vice President of Business
Development. EAS is also capitalizing on its flexibility, regional
technical
expertise and Asian network to research and negotiate gold and copper-gold
opportunities in China and monitor developments in the Philippines and PNG.
 
- cut --
 
==

East Asia Minerals to acquire four advanced gold and copper-gold projects 


RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang
berbeda antara dua kasus ini.

newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih ringan
dan hampir tak kasat mata impact-nya

Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada
adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
biasa destruktifnya. 

tapi terus terang saya meragukan argumen yang
menyatakan bahwa  investor bergantung kepada
bagaimana
 Pemerintah Indonesia
 akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
 kasus bencana Lusi
 ini.

Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar
kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi
terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena
'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
melakukan penambangannya.

Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
kemudian yang bersangkutan harus
mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai
argumen untuk tidak berinvestasi di suatu
daerah/negara.

Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat
menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir
serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan
supremasi terhadapnya ditegakkan.  Bukan karena
di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan
pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen
ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya.

Yang mestinya jadi pertimbangan investor
perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain
peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah
sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi
hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency
risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi
di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus
seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya
bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya.

sTJ

--- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Daru,
 
 Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber
 berkata investor asing
 siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana
 Pemerintah Indonesia
 akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
 kasus bencana Lusi
 ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
 memperlakukan wilayah2
 tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan
 kepada bagaimana
 Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia
 otonomi daerah. 
 
 Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh
 investor2 asing dan
 nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini
 terbukti dari
 usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah
 kerja perminyakan.
 Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea
 atas ?
 
 Salam,
 awang
 
 -Original Message-
 From: Sukmandaru Prihatmoko
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Thursday, September 14, 2006 12:03 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru
 Masuk
 
 Rekan2, sharing saja...
 
  
 
 Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi
 Lusi, ada berita
 menggembirakan bahwa bbrp mineral exploratinosts
 mulai melirik lagi
 Indonesia yang mati suri 5-6 tahun terakhir. Walau
 RUU Minerba masih
 dibahas terus di DPR (sudah 6 tahun lebih
 setahuku...), dan tantangan
 isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang,
 rupanya masih ada juga yg
 mau
 datang ke Indonesia. 
 
  deleted
 
  
 

-
 -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
 -  Call For Papers until 26 May 2006
 -  Submit to:
 [EMAIL PROTECTED]

-
 To unsubscribe, send email to:
 iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
 iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1:
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2:
 http://groups.yahoo.com/group/iagi

-
 
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,

Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar
banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa
mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan
threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya...
adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior
coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara
coys besar tetap saja jaga jarak. 

Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan
lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor
asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan
kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?

Salam - Daru
 belum berani jadi investor   

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang
berbeda antara dua kasus ini.

newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih ringan
dan hampir tak kasat mata impact-nya

Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada
adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
biasa destruktifnya. 

tapi terus terang saya meragukan argumen yang
menyatakan bahwa  investor bergantung kepada
bagaimana
 Pemerintah Indonesia
 akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
 kasus bencana Lusi
 ini.

Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar
kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi
terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena
'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
melakukan penambangannya.

Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
kemudian yang bersangkutan harus
mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai
argumen untuk tidak berinvestasi di suatu
daerah/negara.

Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat
menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir
serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan
supremasi terhadapnya ditegakkan.  Bukan karena
di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan
pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen
ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya.

Yang mestinya jadi pertimbangan investor
perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain
peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah
sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi
hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency
risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi
di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus
seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya
bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya.

sTJ

--- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Daru,
 
 Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber
 berkata investor asing
 siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana
 Pemerintah Indonesia
 akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
 kasus bencana Lusi
 ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
 memperlakukan wilayah2
 tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan
 kepada bagaimana
 Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia
 otonomi daerah. 
 
 Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh
 investor2 asing dan
 nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini
 terbukti dari
 usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah
 kerja perminyakan.
 Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea
 atas ?
 
 Salam,
 awang
 



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai 
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat. 

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. 

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .  

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati menerima linpahan
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan
kelicikannya . . . 

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he 


--- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
 
 Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
 walau mereka sadar
 banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut
 barusan, boleh diartikan bahwa
 mereka ini (termasuk yg berstatus calon
 investor)telah menurunkan
 threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
 Mungkin jawabannya...
 adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
 berani adalah para junior
 coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
 ambil resiko, sementara
 coys besar tetap saja jaga jarak. 
 
 Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
 masih terbuka kesempatan
 lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
 berkompetisi dengan investor
 asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
 eksplorasi, membuka lapangan
 kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
 
 Salam - Daru
  belum berani jadi investor   
 
 -Original Message-
 From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 
 Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys
 Baru Masuk
 
 Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
 dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
 pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
 minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar
 yang
 berbeda antara dua kasus ini.
 
 newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
 elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
 jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih
 ringan
 dan hampir tak kasat mata impact-nya
 
 Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
 sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
 yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang
 ada
 adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
 biasa destruktifnya. 
 
 tapi terus terang saya meragukan argumen yang
 menyatakan bahwa  investor bergantung kepada
 bagaimana
  Pemerintah Indonesia
  akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
  kasus bencana Lusi
  ini.
 
 Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
 meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar
 kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi
 terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
 melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
 mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
 Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
 tambang akan menghasilkan 'environment impact'
 karena
 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
 melakukan penambangannya.
 
 Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
 terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
 kemudian yang bersangkutan harus
 mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai
 argumen untuk tidak berinvestasi di suatu
 daerah/negara

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Noel Pranoto
 santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]

 Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys
 Baru Masuk

 Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
 dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
 pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
 minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar
 yang
 berbeda antara dua kasus ini.

 newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
 elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
 jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih
 ringan
 dan hampir tak kasat mata impact-nya

 Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
 sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
 yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang
 ada
 adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
 biasa destruktifnya.

 tapi terus terang saya meragukan argumen yang
 menyatakan bahwa  investor bergantung kepada
 bagaimana
  Pemerintah Indonesia
  akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
  kasus bencana Lusi
  ini.

 Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
 meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar
 kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi
 terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
 melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
 mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
 Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
 tambang akan menghasilkan 'environment impact'
 karena
 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
 melakukan penambangannya.

 Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
 terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
 kemudian yang bersangkutan harus
 mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai
 argumen untuk tidak berinvestasi di suatu
 daerah/negara.

 Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat
 menarik jika tumpang tindih peraturannya
 diminimalisir
 serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly'
 dan
 supremasi terhadapnya ditegakkan.  Bukan karena
 di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan
 pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian
 argumen
 ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya.

 Yang mestinya jadi pertimbangan investor
 perminyakan/pertambangan secara umum tersebut
 (selain
 peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah
 sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi
 hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency
 risk assessment/plannya, jika mereka akan
 berinvestasi
 di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus
 seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya
 bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya.

 sTJ

 --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Pak Daru,
 
  Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber
  berkata investor asing
  siap masuk ke Indonesia bergantung kepada
 bagaimana
  Pemerintah Indonesia
  akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
  kasus bencana Lusi
  ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
  memperlakukan wilayah2
  tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan
  kepada bagaimana
  Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap
 eforia
  otonomi daerah.
 
  Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati
 oleh
  investor2 asing dan
  nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan.
 Ini
  terbukti dari
  usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah
  kerja perminyakan.
  Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea
  atas ?
 
  Salam,
  awang
 




-
 -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
 -  Call For Papers until 26 May 2006

 -  Submit to:
 [EMAIL PROTECTED]

-
 To unsubscribe, send email to:
 iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
 iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1:
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2:
 http://groups.yahoo.com/group/iagi

-




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini.

Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya?

Salam - SP

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai 
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat. 

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. 

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .  

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati menerima linpahan
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan
kelicikannya . . . 

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he 


--- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
 
 Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
 walau mereka sadar
 banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut
 barusan, boleh diartikan bahwa
 mereka ini (termasuk yg berstatus calon
 investor)telah menurunkan
 threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
 Mungkin jawabannya...
 adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
 berani adalah para junior
 coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
 ambil resiko, sementara
 coys besar tetap saja jaga jarak. 
 
 Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
 masih terbuka kesempatan
 lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
 berkompetisi dengan investor
 asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
 eksplorasi, membuka lapangan
 kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
 
 Salam - Daru
  belum berani jadi investor   
 



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

ada filosofi lain.
Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja.

Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan
bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu
sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa
nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya
perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan
memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya
enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan

Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg
rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan
keuntungan bisa berlipat-lipat.

Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan
kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet
dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko
tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama
Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex.

sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak

rdp

On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini.

Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya?

Salam - SP

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat.

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati menerima linpahan
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan
kelicikannya . . .

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he


--- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,

 Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
 walau mereka sadar
 banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut
 barusan, boleh diartikan bahwa
 mereka ini (termasuk yg berstatus calon
 investor)telah menurunkan
 threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
 Mungkin jawabannya...
 adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
 berani adalah para junior
 coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
 ambil resiko, sementara
 coys besar tetap saja jaga jarak.

 Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
 masih terbuka kesempatan
 lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
 berkompetisi dengan investor
 asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
 eksplorasi, membuka lapangan
 kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?

 Salam - Daru
  belum berani jadi investor 




-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Noel Pranoto

Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di mining. Ada yg benar2
memang study ada juga yang study-study-an alias ngintip kalau-kalau si
junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak Rovicky benar karena
mereka adl public listed coy yg berbasis aset -- jika asetnya jelek
maka otomatis capital loss.

On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:

ada filosofi lain.
Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja.

Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan
bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu
sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa
nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya
perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan
memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya
enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan

Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg
rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan
keuntungan bisa berlipat-lipat.

Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan
kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet
dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko
tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama
Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex.

sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak

rdp

On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini.

 Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya?

 Salam - SP

 -Original Message-
 From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

 Pak Ndaru,

 Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
 ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
 kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

 Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
 mereka 'no pain no gain'

 bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
 terlalu konservatif jadi sering terlambat
 mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
 digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai
 (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
 mereka selalu terlambat.

 bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
 gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
 untuk men'generate' sebuah 'project' dan
 mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.

 Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
 pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
 mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
 terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
 oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
 negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak
 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
 akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
 sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
 oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
 lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
 mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
 dalam bersaing meminang si Junior ini . . .

 Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
 mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
 ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
 untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
 perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
 to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
 juga akan dengan sendng hati menerima linpahan
 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
 akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
 . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
 gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan
 kelicikannya . . .

 wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
 si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
 salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
 sekarang ini . . . he he he


 --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
 
  Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
  walau mereka sadar
  banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut
  barusan, boleh diartikan bahwa
  mereka ini (termasuk yg berstatus calon
  investor)telah menurunkan
  threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
  Mungkin jawabannya...
  adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
  berani adalah para junior
  coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
  ambil resiko, sementara
  coys besar tetap saja jaga jarak.
 
  Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
  masih terbuka kesempatan
  lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
  berkompetisi dengan investor
  asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
  eksplorasi, membuka

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Koreksi pak:

500rb-1jt -nya dalam  US$ dan ide-ide konseptuanya
yang benar ide-ide konseptualnya  . . . 

pak Ndaru saat ini sedang dengan anak gajah kan?
gimana nih strategi untuk middle sized coy speerti
sampeyan?? setengah gajah setengah junior = gajah
junior??? . . . 

Di minyak kalau gak salah dalam mimpi saya pak,
junior-juniornya adalah beliau-beliau anak negeri
yang paham betul peta penyebaran cekungan potensial
kemudian mengkonsusltan kan ide itu kepada 'gajah'
atau mendirikan perusahaan bersama rekan-rekan
kemudian mengapling daerah tersebut . . . kemudian
menawarkannya kepada 'gajah-gajah bahkan super gajah
yang ngantri' mendapatkan 'bocoran' informasi tersebut
. . . kita di mineral sebenarnya bisa juga kan pak? .
. . pertanyaanny kapan kita mulai . . kemampuan ada,
ide-ide nyata maupun konseptual lebih dari cukup . .
hanya satu pak masalahnya . . yaitu: seperti jawaban
anak saya  'gak punya teman' untuk mendiksripsikan
bahwa dirinya  gak berani/takut . . . he he he he 



--- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang
 di Afrika ini.
 
 Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam
 di mineral ini ya?
 
 Salam - SP
 
 -Original Message-
 From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 
 Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys
 Baru Masuk
 
 Pak Ndaru,
 
 Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
 ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
 kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.
 
 Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi
 bagi
 mereka 'no pain no gain'
 
 bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
 terlalu konservatif jadi sering terlambat
 mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
 digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu
 sampai 
 (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
 mereka selalu terlambat. 
 
 bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
 gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak
 banyak
 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan
 teknis
 untuk men'generate' sebuah 'project' dan
 mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.
 
 
 Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
 pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
 mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar.
 Tapi
 terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
 oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
 negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak
 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
 akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
 sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
 oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
 lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan
 gajah-gajah
 mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
 dalam bersaing meminang si Junior ini . . .  
 
 Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
 mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
 ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah,
 500rb-1jt
 untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
 perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir
 'nothing
 to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
 juga akan dengan sendng hati menerima linpahan
 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
 akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya
 .
 . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
 gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan
 kelicikannya . . . 
 
 wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
 si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
 salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
 sekarang ini . . . he he he 
 
 
 --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
  
  Apakah masuknya/ tertariknya investor ke
 Indonesia,
  walau mereka sadar
  banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut
  barusan, boleh diartikan bahwa
  mereka ini (termasuk yg berstatus calon
  investor)telah menurunkan
  threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara??
 Menarik.
  Mungkin jawabannya...
  adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
  berani adalah para junior
  coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih
 berani
  ambil resiko, sementara
  coys besar tetap saja jaga jarak. 
  
  Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi
 ini,
  masih terbuka kesempatan
  lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
  berkompetisi dengan investor
  asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
  eksplorasi, membuka lapangan
  kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
  
  Salam - Daru
   belum berani jadi investor   
  
 
 
 

-
 -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
 -  Call For Papers until 26 May 2006
 
 -  Submit to:
 [EMAIL PROTECTED]

-
 To unsubscribe, send email

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya terhadap
kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya
justru si junior ini karena salah sedikit saja mereka
langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir gak
begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur
'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut.

Mis: si gajah A punya project greenfield exploration
dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara umum
'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur
'material' karena dinilai belum akan berpengaruh
terhadap performance perusahaan secara keseluruhan
begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior, satu
saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . .
tamat sudah riwayatnya . . . 

sTJ

--- Noel Pranoto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di
 mining. Ada yg benar2
 memang study ada juga yang study-study-an alias
 ngintip kalau-kalau si
 junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak
 Rovicky benar karena
 mereka adl public listed coy yg berbasis aset --
 jika asetnya jelek
 maka otomatis capital loss.
 
 On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  ada filosofi lain.
  Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli
 yg potensi positip aja.
 
  Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan
 gede yg ditakutkan
  bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi
 turunnya saham. Satu
  sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok
 20 point bisa-bisa
  nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur.
 Itulah sebabnya
  perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko
 rendah tetapi akan
  memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini
 pikirannya
  enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan
 
  Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya
 ndak apa-apa toh yg
  rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar,
 tetapi kalau dapet kan
  keuntungan bisa berlipat-lipat.
 
  Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki
 anak2 perusahaan
  kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko.
 Nantinya kalau dapet
  dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain
 eksplorasi risiko
  tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan
 perusahaan kecil bernama
  Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil
 membeli Ampolex.
 
  sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak
 
  rdp
 
  On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi
 dibuang di Afrika ini.
  
   Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior
 macam di mineral ini ya?
  
   Salam - SP
  
   -Original Message-
   From: budi santoso
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
   Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
   To: iagi-net@iagi.or.id
   Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration
 Coys Baru Masuk
  
   Pak Ndaru,
  
   Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia
 eksplorasi
   ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
   kadang nekat . . . bahkan terlalu dan
 keterlaluan.
  
   Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya
 tapi bagi
   mereka 'no pain no gain'
  
   bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui
 mereka
   terlalu konservatif jadi sering terlambat
   mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter
 yang
   digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu
 sampai
   (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi
 akhirnya
   mereka selalu terlambat.
  
   bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti
 ini si
   gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak
 banyak
   'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan
 teknis
   untuk men'generate' sebuah 'project' dan
   mengevaluasinya secara lebih baik dibanding
 juniors.
  
   Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si
 personal
   pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
   mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar.
 Tapi
   terdengar konyol jika mereka ini (secara
 personal
   oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di
 suatu
   negara katakanlah Indonesia project A tapi
 tidak
   'berani' mengambil keputusan untuk masuk . .
 tapi
   akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya
 menemukan
   sebuah world class deposit tepat di daerah yang
 si
   oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa
 mereka
   lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan
 gajah-gajah
   mendekati si junior . . . dengan kemungkinan
 kalah
   dalam bersaing meminang si Junior ini . . .
  
   Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai
 mestinya
   mereka lebih bisa persistent untuk
 mengaplikasikan
   ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah,
 500rb-1jt
   untuk melakukan assessment terhadap sebuah
 daerah
   perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir
 'nothing
   to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si
 junior
   juga akan dengan sendng hati menerima linpahan
   'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika
 pada
   akhirnya mereka memutuskan untuk idak
 meneruskannya .
   . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
   gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
   'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan
   kelicikannya . . .
  
   wah terus terang pak, saya 'kesel' juga

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Mas Noel,

Terima kasih. Yang jelas kinerja saham para Gajah
(miner) dan cash flow mereka tidak berbasis pada
keputusan mereka melakukan kegiatan ekplorasinya . . .
dan ekplorasi bukan merupakan salah satu dari
instrumen sensitif yang mempengaruhinya. Matur nuwun.

sTJ




--- Noel Pranoto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Budi Santoso, saya nggak tahu banyak tapi market
 capitalization
 junior company kecil aja, kalo pun amblas yang
 kejeblos tentu sedikit
 orang. Sbg info tambahan (maaf kalo sdh tahu) data
 dari Bloomberg  per
 17 Aug 06 menyebutkan market value utk mineral
 industry itu US$788bn
 dan nilai empat coys teratasnya US$316bn (hampir
 50%) -- mirip
 fenomena Pareto. Malah saya pernah baca thn 2005
 tapi lupa sumbernya
 67% junior coy yg listing di ASX itu kebanyakan
 saham publiknya hanya
 13%.
 Hal ini yang berkebalikan dengan senior company ---
 harga saham turun
 sedikit atau sedang downturn aja thn depan langsung
 project sana-sini
 dipotong.
 
 On 9/14/06, budi santoso [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
  Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya
 terhadap
  kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya
  justru si junior ini karena salah sedikit saja
 mereka
  langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir
 gak
  begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur
  'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut.
 
  Mis: si gajah A punya project greenfield
 exploration
  dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara
 umum
  'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur
  'material' karena dinilai belum akan berpengaruh
  terhadap performance perusahaan secara keseluruhan
  begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior,
 satu
  saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . .
  tamat sudah riwayatnya . . .
 
  sTJ
 
  --- Noel Pranoto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
   Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di
   mining. Ada yg benar2
   memang study ada juga yang study-study-an alias
   ngintip kalau-kalau si
   junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud
 Pak
   Rovicky benar karena
   mereka adl public listed coy yg berbasis aset --
   jika asetnya jelek
   maka otomatis capital loss.
  
   On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
ada filosofi lain.
Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti
 beli
   yg potensi positip aja.
   
Ketika ada satu drilling dryhole, bagi
 perusahaan
   gede yg ditakutkan
bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi
   turunnya saham. Satu
sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus
 anjlok
   20 point bisa-bisa
nilai totalnya lebih besar dari biaya satu
 sumur.
   Itulah sebabnya
perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko
   rendah tetapi akan
memberikan dampak positip pada nilai saham.
 Disini
   pikirannya
enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan
   
Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh
 gagal ya
   ndak apa-apa toh yg
rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar,
   tetapi kalau dapet kan
keuntungan bisa berlipat-lipat.
   
Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar
 memilki
   anak2 perusahaan
kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko.
   Nantinya kalau dapet
dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain
   eksplorasi risiko
tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan
   perusahaan kecil bernama
Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru
 Mobil
   membeli Ampolex.
   
sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak
   
rdp
   
On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi
   dibuang di Afrika ini.

 Adakah di minyak, coy gajah dan coy
 junior
   macam di mineral ini ya?

 Salam - SP

 -Original Message-
 From: budi santoso
   [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral
 Exploration
   Coys Baru Masuk

 Pak Ndaru,

 Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia
   eksplorasi
 ini bahkan merekalah explorationist sejati
 meski
 kadang nekat . . . bahkan terlalu dan
   keterlaluan.

 Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya
   tapi bagi
 mereka 'no pain no gain'

 bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui
   mereka
 terlalu konservatif jadi sering terlambat
 mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter
   yang
 digunakan. Yang mereka lakukan selalu
 menunggu
   sampai
 (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi
   akhirnya
 mereka selalu terlambat.

 bagi saya mestinya; justru di kondisi
 seperti
   ini si
 gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena
 tidak
   banyak
 'competitor' dan mereka umumnya punya
 kemampuan
   teknis
 untuk men'generate' sebuah 'project' dan
 mengevaluasinya secara lebih baik dibanding
   juniors.

 Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si
   personal
 pengambil keputusan untuk masuknya yang gak
 mau
 mengambil

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-13 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Daru,

Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber berkata investor asing
siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi
ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia memperlakukan wilayah2
tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan kepada bagaimana
Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia otonomi daerah. 

Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh investor2 asing dan
nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini terbukti dari
usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah kerja perminyakan.
Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea atas ?

Salam,
awang

-Original Message-
From: Sukmandaru Prihatmoko [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 12:03 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Rekan2, sharing saja...

 

Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi Lusi, ada berita
menggembirakan bahwa bbrp mineral exploratinosts mulai melirik lagi
Indonesia yang mati suri 5-6 tahun terakhir. Walau RUU Minerba masih
dibahas terus di DPR (sudah 6 tahun lebih setahuku...), dan tantangan
isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang, rupanya masih ada juga yg
mau
datang ke Indonesia. 

 deleted

 

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-