RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Bud, Saya tidak tahu, dan juga tdk peduli, apa saya bersama gajah atau kancil. Tetapi sebenarnya saya punya mimpi untuk jadi pak tani saja, jadi kalau kancilnya nyolong timun saya yg akan menangkapnya he... he..., dan kalau gajahnya ngrusak kebun orang . wah yg ini susah action-nya lapor polisi atau tentara saja he...he... Di-manapun kita, saya pikir kita bisa berbuat kok. Kalau kita sedang dengan si Junior (ini pengalaman pribadi), gandenglah anak-anak negeri agar mereka tidak jadi penonton terus, misalnya mereka yg aplikasi dan maintain KP/ SIPP dan si Junior yang mengerjakan. Kalau kita sedang dengan gajah, scenario awal tadi memang agak susah (biasanya para gajah tdk gampang nggandeng anak negeri kecuali yg se-level secara ekonomi maupun reputasi) jadi mungkin yg bisa dilakukan ya gandenglah konsultan2 nasional. Memang, ini ngomongnya gampang, tapi berat kenyataanya.. kendala paling umum adalah tantangan non-teknis, saya sudah sebut sebelumnya spt masalah kehutanan, kelompok anti tambang, Pak Awang nambahi: ttg otonomi daerah. Yang terakhir ini memang ngribeti betul. soalnya setiap Kabupaten/ propinsi punya aturan dan kebiasaan sendiri yang tidak semua coys (terutama asing) bisa paham. Belum lagi kalau kita mau mengembangkan tambang (setelah FS)... 19 macam (ada yg bilang 27) perijinan harus diurus di berbagai instansi dan level. Melihat list-nya saja sudah awang-awangen Tapi kata pak ustad kita gak boleh nglokro kan... kita kerjakan saja apa yg bisa dan baik kita kerjakan. Salam - Daru -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 6:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Koreksi pak: 500rb-1jt -nya dalam US$ dan ide-ide konseptuanya yang benar ide-ide konseptualnya . . . pak Ndaru saat ini sedang dengan anak gajah kan? gimana nih strategi untuk middle sized coy speerti sampeyan?? setengah gajah setengah junior = gajah junior??? . . . Di minyak kalau gak salah dalam mimpi saya pak, junior-juniornya adalah beliau-beliau anak negeri yang paham betul peta penyebaran cekungan potensial kemudian mengkonsusltan kan ide itu kepada 'gajah' atau mendirikan perusahaan bersama rekan-rekan kemudian mengapling daerah tersebut . . . kemudian menawarkannya kepada 'gajah-gajah bahkan super gajah yang ngantri' mendapatkan 'bocoran' informasi tersebut . . . kita di mineral sebenarnya bisa juga kan pak? . . . pertanyaanny kapan kita mulai . . kemampuan ada, ide-ide nyata maupun konseptual lebih dari cukup . . hanya satu pak masalahnya . . yaitu: seperti jawaban anak saya 'gak punya teman' untuk mendiksripsikan bahwa dirinya gak berani/takut . . . he he he he - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk-partner lokal langsung
Mas Daru, Kami terus terang justru sedang mengembangkan rekanan lokal pak,kami punya satu kerangka 'agreement' yang bisa dimanfaatkan oleh rekan-rekan kita untuk menjadi 'partner langsung' kami baik secara institusi maupun secara pribadi di bawah kerangka 'sekedar finding fee' kepada mereka yang tertarik. Dan juga, karena saya sedang di'asingkan' maka dalam melakukan kunjungan lapangan, kami sering menggunakan rekan-rekan lokal. Nuwun pak, Kapan-kapan boleh gak main ke kantor nih?? saya terus terang teratrik dengan ide jadi pak tani-nya. Salam sTJ --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Bud, Saya tidak tahu, dan juga tdk peduli, apa saya bersama gajah atau kancil. Tetapi sebenarnya saya punya mimpi untuk jadi pak tani saja, jadi kalau kancilnya nyolong timun saya yg akan menangkapnya he... he..., dan kalau gajahnya ngrusak kebun orang . wah yg ini susah action-nya lapor polisi atau tentara saja he...he... Di-manapun kita, saya pikir kita bisa berbuat kok. Kalau kita sedang dengan si Junior (ini pengalaman pribadi), gandenglah anak-anak negeri agar mereka tidak jadi penonton terus, misalnya mereka yg aplikasi dan maintain KP/ SIPP dan si Junior yang mengerjakan. Kalau kita sedang dengan gajah, scenario awal tadi memang agak susah (biasanya para gajah tdk gampang nggandeng anak negeri kecuali yg se-level secara ekonomi maupun reputasi) jadi mungkin yg bisa dilakukan ya gandenglah konsultan2 nasional. Memang, ini ngomongnya gampang, tapi berat kenyataanya.. kendala paling umum adalah tantangan non-teknis, saya sudah sebut sebelumnya spt masalah kehutanan, kelompok anti tambang, Pak Awang nambahi: ttg otonomi daerah. Yang terakhir ini memang ngribeti betul. soalnya setiap Kabupaten/ propinsi punya aturan dan kebiasaan sendiri yang tidak semua coys (terutama asing) bisa paham. Belum lagi kalau kita mau mengembangkan tambang (setelah FS)... 19 macam (ada yg bilang 27) perijinan harus diurus di berbagai instansi dan level. Melihat list-nya saja sudah awang-awangen Tapi kata pak ustad kita gak boleh nglokro kan... kita kerjakan saja apa yg bisa dan baik kita kerjakan. Salam - Daru __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk, OK..
Mas Ndaru dan kawan-kawan geologist Berita menggembirakan tersebut menunjukkan bahwa para mineral explorations / geologist masih ISTIQOMAH dengan apa yang ada di bumi Indonesia. Contoh kecil yang kemarin saya dengar dan saya bersamanya. Selama 4 hari (4-7 September 2006), saya bersama-sama dengan tim geologinya PT Global Mineral Sejahtera yang sedang kasus dengan lahan kelapa sawit (disidik Polda Sumbar karena dianggap Peti, padahal seluruh dokumen eksplorasi, UKL/UPL, dan ijin-ijin dari Pemda Dharmasraya lengkap, karena saya sempat mempelajarinya, sebelum saya disidik Polda untuk memberikan second opini kegiatan eksplorasi Global tersebut) sesuai dengan kaidah eksplorasi atau tidak? Nah, dari diskusi-diskusi dengan Pengusaha Pt Global juga Distamben, ternyata wilayah Sumbar, sudah banyak calon investor yang akan mengajukan KP Penyelidikan Umum untuk Eksplorasi Logam dan Bijih (emas, bijih besi, pasir besi dll endapan logam lainn), dan itu dari investor China, Hongkong, Inggris, menunjukkan hanya untuk wilayah Sumbar (Solok dsk) masing sangat menggembirakan kegiatan eksplorasi mineral. Bahkan konsesi Horas Nauli / Sumut (yang dulu milik Newmont) sekarang dibeli oleh Normandi. Bahkan beberapa lulusan geologi UGM yang baru-baru itu, langsung diminta oleh Pak Made Surata (Geomin Antam) untuk Eksplorasi Mineral di Halmahera dan sekitarnya. Juga grup Bumi Makmur (Buma, Info dari Mas A.Kharis) yang semula menggali batubara, sekarang ekspansi untuk eksplorasi mineral. Hebat kan.., peluang eksplorasi mineral. Problemnya hanya regulasi Barusan saya ketemu kawan-kawan geologist dari Distamben NAD, bahwa investasi untuk eksplorasi mineral pasca konflik juga sangat menggembirakan, terutama eksplorasi mineral logam dan bijih besi. Artinya bahwa eksplorasi mineral TETAP ada dan itu cukup signifikan (itu sebagian kecil yang saya jumpai sendiri). Tetapi, kawan-kawan di Pemda yang pegang regulasi eksplorasi mineral nampaknya masih bingung dengan belum diterbitkan RUU Minerba menjadi UU Minerba. Saya pernah dengar, jangan-jangan ini juga diulur-ulur sampai kapan karena situasinya sangat abu-abu untuk menetapkan menjadi UU Minerba. Aku dengar saat saya sering berinteraksi dengan sebagian pejabat ESDM waktu saya ada di tim investigasi LUSI. Busyet Salam dari Aceh Agus Hendratno Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan2, sharing saja... Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi Lusi, ada berita menggembirakan bahwa bbrp mineral exploratinosts mulai melirik lagi Indonesia yang mati suri 5-6 tahun terakhir. Walau RUU Minerba masih dibahas terus di DPR (sudah 6 tahun lebih setahuku...), dan tantangan isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang, rupanya masih ada juga yg mau datang ke Indonesia. Di bawah saya kutipkan satu/ dua releases dari salah satu Canadian coy yg mulai bergerak di Indonesia. Ada yg tahukah proyek2 (calon) mereka ini (A, B, C, dan D)? Semoga iklim investasi eksplorasi ini makin baik... Salam - Daru East Asia Minerals reinforces its gold and copper-gold project focus; drills new Khok Adar copper oxide discovery VANCOUVER, Sept. 12 /CNW/ - East Asia Minerals Corporation (TSXV-EAS) reports that senior management recently completed an on-site evaluation of its Mongolian exploration projects and has reinforced the current exploration efforts in keeping with its core advanced gold and copper-gold projects strategy. To this end, the Company is progressing with securing four promising projects in Indonesia (as reported in May 2006) and continues drilling at its advanced copper oxide Khok Adar project on the recently identified Baruun Bayan discovery. The 2006 exploration work to date has produced positive results at the Khok Adar copper and Enger uranium projects. In Indonesia the four MOUs announced May 31, 2006 have passed geological due diligence and meet the multi-million ounce potential criteria. The projects encompass multi-jurisdictional land positions that require a variety of title applications and numerous approvals from Local, Provincial and Central Government levels. Significant progress has been made and once in place, title and permitting will be fully secure under a globally accepted mineral exploration and development system. The Company is also investigating other advanced acquisition opportunities in Indonesia. We are positioning EAS for the expected re-emergence of significant exploration investment in Indonesia where competitor activity is strong and increasing observed Lionel Martin, East Asia's Vice President of Business Development. EAS is also capitalizing on its flexibility, regional technical expertise and Asian network to research and negotiate gold and copper-gold opportunities in China and monitor developments in the Philippines and PNG. - cut -- == East Asia Minerals to acquire four advanced gold and copper-gold projects
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang berbeda antara dua kasus ini. newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih ringan dan hampir tak kasat mata impact-nya Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua biasa destruktifnya. tapi terus terang saya meragukan argumen yang menyatakan bahwa investor bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya. Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka melakukan penambangannya. Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama kemudian yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai argumen untuk tidak berinvestasi di suatu daerah/negara. Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan supremasi terhadapnya ditegakkan. Bukan karena di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya. Yang mestinya jadi pertimbangan investor perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya. sTJ --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Daru, Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber berkata investor asing siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia memperlakukan wilayah2 tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan kepada bagaimana Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia otonomi daerah. Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh investor2 asing dan nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini terbukti dari usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah kerja perminyakan. Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea atas ? Salam, awang -Original Message- From: Sukmandaru Prihatmoko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 12:03 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Rekan2, sharing saja... Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi Lusi, ada berita menggembirakan bahwa bbrp mineral exploratinosts mulai melirik lagi Indonesia yang mati suri 5-6 tahun terakhir. Walau RUU Minerba masih dibahas terus di DPR (sudah 6 tahun lebih setahuku...), dan tantangan isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang, rupanya masih ada juga yg mau datang ke Indonesia. deleted - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk, Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya... adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara coys besar tetap saja jaga jarak. Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani? Salam - Daru belum berani jadi investor -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang berbeda antara dua kasus ini. newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih ringan dan hampir tak kasat mata impact-nya Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua biasa destruktifnya. tapi terus terang saya meragukan argumen yang menyatakan bahwa investor bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya. Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka melakukan penambangannya. Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama kemudian yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai argumen untuk tidak berinvestasi di suatu daerah/negara. Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan supremasi terhadapnya ditegakkan. Bukan karena di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya. Yang mestinya jadi pertimbangan investor perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya. sTJ --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Daru, Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber berkata investor asing siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia memperlakukan wilayah2 tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan kepada bagaimana Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia otonomi daerah. Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh investor2 asing dan nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini terbukti dari usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah kerja perminyakan. Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea atas ? Salam, awang - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi terdengar konyol jika mereka ini (secara personal oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan sebuah world class deposit tepat di daerah yang si oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah dalam bersaing meminang si Junior ini . . . Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior juga akan dengan sendng hati menerima linpahan 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya . . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan kelicikannya . . . wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini, salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti sekarang ini . . . he he he --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk, Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya... adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara coys besar tetap saja jaga jarak. Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani? Salam - Daru belum berani jadi investor -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang berbeda antara dua kasus ini. newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih ringan dan hampir tak kasat mata impact-nya Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua biasa destruktifnya. tapi terus terang saya meragukan argumen yang menyatakan bahwa investor bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya. Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka melakukan penambangannya. Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama kemudian yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai argumen untuk tidak berinvestasi di suatu daerah/negara
Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang berbeda antara dua kasus ini. newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih jelas perbedaannya adalah kasus Newmont lebih ringan dan hampir tak kasat mata impact-nya Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua biasa destruktifnya. tapi terus terang saya meragukan argumen yang menyatakan bahwa investor bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup meyakinkan. Karena kasus ini tergolong diluar kebiasaan yang sepertinya akan jarang terjadi terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya. Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka melakukan penambangannya. Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama kemudian yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai argumen untuk tidak berinvestasi di suatu daerah/negara. Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan supremasi terhadapnya ditegakkan. Bukan karena di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya. Yang mestinya jadi pertimbangan investor perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya. sTJ --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Daru, Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber berkata investor asing siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia memperlakukan wilayah2 tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan kepada bagaimana Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia otonomi daerah. Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh investor2 asing dan nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini terbukti dari usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah kerja perminyakan. Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea atas ? Salam, awang - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini. Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya? Salam - SP -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi terdengar konyol jika mereka ini (secara personal oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan sebuah world class deposit tepat di daerah yang si oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah dalam bersaing meminang si Junior ini . . . Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior juga akan dengan sendng hati menerima linpahan 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya . . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan kelicikannya . . . wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini, salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti sekarang ini . . . he he he --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk, Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya... adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara coys besar tetap saja jaga jarak. Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani? Salam - Daru belum berani jadi investor - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
ada filosofi lain. Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja. Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan keuntungan bisa berlipat-lipat. Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex. sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak rdp On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini. Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya? Salam - SP -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi terdengar konyol jika mereka ini (secara personal oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan sebuah world class deposit tepat di daerah yang si oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah dalam bersaing meminang si Junior ini . . . Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior juga akan dengan sendng hati menerima linpahan 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya . . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan kelicikannya . . . wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini, salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti sekarang ini . . . he he he --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk, Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya... adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara coys besar tetap saja jaga jarak. Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani? Salam - Daru belum berani jadi investor - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send
Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di mining. Ada yg benar2 memang study ada juga yang study-study-an alias ngintip kalau-kalau si junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak Rovicky benar karena mereka adl public listed coy yg berbasis aset -- jika asetnya jelek maka otomatis capital loss. On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: ada filosofi lain. Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja. Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan keuntungan bisa berlipat-lipat. Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex. sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak rdp On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini. Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya? Salam - SP -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi terdengar konyol jika mereka ini (secara personal oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan sebuah world class deposit tepat di daerah yang si oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah dalam bersaing meminang si Junior ini . . . Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior juga akan dengan sendng hati menerima linpahan 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya . . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan kelicikannya . . . wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini, salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti sekarang ini . . . he he he --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk, Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya... adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara coys besar tetap saja jaga jarak. Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Koreksi pak: 500rb-1jt -nya dalam US$ dan ide-ide konseptuanya yang benar ide-ide konseptualnya . . . pak Ndaru saat ini sedang dengan anak gajah kan? gimana nih strategi untuk middle sized coy speerti sampeyan?? setengah gajah setengah junior = gajah junior??? . . . Di minyak kalau gak salah dalam mimpi saya pak, junior-juniornya adalah beliau-beliau anak negeri yang paham betul peta penyebaran cekungan potensial kemudian mengkonsusltan kan ide itu kepada 'gajah' atau mendirikan perusahaan bersama rekan-rekan kemudian mengapling daerah tersebut . . . kemudian menawarkannya kepada 'gajah-gajah bahkan super gajah yang ngantri' mendapatkan 'bocoran' informasi tersebut . . . kita di mineral sebenarnya bisa juga kan pak? . . . pertanyaanny kapan kita mulai . . kemampuan ada, ide-ide nyata maupun konseptual lebih dari cukup . . hanya satu pak masalahnya . . yaitu: seperti jawaban anak saya 'gak punya teman' untuk mendiksripsikan bahwa dirinya gak berani/takut . . . he he he he --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini. Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya? Salam - SP -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi terdengar konyol jika mereka ini (secara personal oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan sebuah world class deposit tepat di daerah yang si oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah dalam bersaing meminang si Junior ini . . . Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior juga akan dengan sendng hati menerima linpahan 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya . . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan kelicikannya . . . wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini, salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti sekarang ini . . . he he he --- Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk, Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar banyak kendala non-teknis spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya... adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai berani adalah para junior coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara coys besar tetap saja jaga jarak. Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani? Salam - Daru belum berani jadi investor - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email
Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya terhadap kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya justru si junior ini karena salah sedikit saja mereka langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir gak begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur 'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut. Mis: si gajah A punya project greenfield exploration dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara umum 'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur 'material' karena dinilai belum akan berpengaruh terhadap performance perusahaan secara keseluruhan begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior, satu saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . . tamat sudah riwayatnya . . . sTJ --- Noel Pranoto [EMAIL PROTECTED] wrote: Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di mining. Ada yg benar2 memang study ada juga yang study-study-an alias ngintip kalau-kalau si junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak Rovicky benar karena mereka adl public listed coy yg berbasis aset -- jika asetnya jelek maka otomatis capital loss. On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: ada filosofi lain. Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja. Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan keuntungan bisa berlipat-lipat. Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex. sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak rdp On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini. Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya? Salam - SP -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi terdengar konyol jika mereka ini (secara personal oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu negara katakanlah Indonesia project A tapi tidak 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan sebuah world class deposit tepat di daerah yang si oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah dalam bersaing meminang si Junior ini . . . Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior juga akan dengan sendng hati menerima linpahan 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya . . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak 'kancil' dari sisi kecerdikannya tapi bukan kelicikannya . . . wah terus terang pak, saya 'kesel' juga
Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Mas Noel, Terima kasih. Yang jelas kinerja saham para Gajah (miner) dan cash flow mereka tidak berbasis pada keputusan mereka melakukan kegiatan ekplorasinya . . . dan ekplorasi bukan merupakan salah satu dari instrumen sensitif yang mempengaruhinya. Matur nuwun. sTJ --- Noel Pranoto [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Budi Santoso, saya nggak tahu banyak tapi market capitalization junior company kecil aja, kalo pun amblas yang kejeblos tentu sedikit orang. Sbg info tambahan (maaf kalo sdh tahu) data dari Bloomberg per 17 Aug 06 menyebutkan market value utk mineral industry itu US$788bn dan nilai empat coys teratasnya US$316bn (hampir 50%) -- mirip fenomena Pareto. Malah saya pernah baca thn 2005 tapi lupa sumbernya 67% junior coy yg listing di ASX itu kebanyakan saham publiknya hanya 13%. Hal ini yang berkebalikan dengan senior company --- harga saham turun sedikit atau sedang downturn aja thn depan langsung project sana-sini dipotong. On 9/14/06, budi santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya terhadap kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya justru si junior ini karena salah sedikit saja mereka langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir gak begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur 'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut. Mis: si gajah A punya project greenfield exploration dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara umum 'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur 'material' karena dinilai belum akan berpengaruh terhadap performance perusahaan secara keseluruhan begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior, satu saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . . tamat sudah riwayatnya . . . sTJ --- Noel Pranoto [EMAIL PROTECTED] wrote: Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di mining. Ada yg benar2 memang study ada juga yang study-study-an alias ngintip kalau-kalau si junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak Rovicky benar karena mereka adl public listed coy yg berbasis aset -- jika asetnya jelek maka otomatis capital loss. On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: ada filosofi lain. Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja. Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan keuntungan bisa berlipat-lipat. Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet dibeli oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex. sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak rdp On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi dibuang di Afrika ini. Adakah di minyak, coy gajah dan coy junior macam di mineral ini ya? Salam - SP -Original Message- From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Pak Ndaru, Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi ini bahkan merekalah explorationist sejati meski kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan. Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi mereka 'no pain no gain' bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka terlalu konservatif jadi sering terlambat mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya mereka selalu terlambat. bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis untuk men'generate' sebuah 'project' dan mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau mengambil
RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
Pak Daru, Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber berkata investor asing siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia memperlakukan wilayah2 tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan kepada bagaimana Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia otonomi daerah. Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh investor2 asing dan nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini terbukti dari usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah kerja perminyakan. Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea atas ? Salam, awang -Original Message- From: Sukmandaru Prihatmoko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 12:03 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk Rekan2, sharing saja... Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi Lusi, ada berita menggembirakan bahwa bbrp mineral exploratinosts mulai melirik lagi Indonesia yang mati suri 5-6 tahun terakhir. Walau RUU Minerba masih dibahas terus di DPR (sudah 6 tahun lebih setahuku...), dan tantangan isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang, rupanya masih ada juga yg mau datang ke Indonesia. deleted - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -