Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread imam wiratmadja
Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
perusahaan gas.

Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
elektronik di setiap rumah tangga?
Tentu tidak.

Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium /
branded.


@Outstandjing on GreenRobot
-Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -



2012/3/20 Arianto C Nugroho 

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital goods,
> *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
> daratan Amerika saja.
>
> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
> operator telko dalam hal ini.
>
> *Efisiensi Biaya*
>
> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>
> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>
> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>
> *Revenue Sharing *
>
> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>
> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
> peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika
> pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong
> operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih
> sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.
>
> *Menjadi OTT Player*
>
> Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator
> bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan
> data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan
> layanan berbasis internet.
>
> Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator harus menggandeng
> penyedia perangkat lunak untuk bersama-sama menyediakan layanan cloud
> com

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Arianto C Nugroho
ngg .. beda mas ...

dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
apapun ..

dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
harus terus menerus nambah kapasitas ..

jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
melokalisasi traffic ...

2012/3/20 imam wiratmadja 

> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
> perusahaan gas.
>
> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
> elektronik di setiap rumah tangga?
> Tentu tidak.
>
> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium /
> branded.
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>
>>
>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>
>> *
>> *
>>
>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>
>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top *
>> (OTT)
>>  semacam
>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>> Players
>> ".*
>>
>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>
>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>
>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>
>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>
>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
>> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>
>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
>> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
>> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
>> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
>> daratan Amerika saja.
>>
>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>
>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
>> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>> operator telko dalam hal ini.
>>
>> *Efisiensi Biaya*
>>
>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
>> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
>> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>>
>> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
>> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
>> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>>
>> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
>> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
>> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
>> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>>
>> *Revenue Sharing *
>>
>> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
>> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
>> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>>
>> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
>> peraturan-peraturan yang mengikat oper

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread imam wiratmadja
Provider memang mencoba berbagai cara melawan arus komodifikasi, misalnya
bundling dan jualan gadget locked, jualan konten / VAS tapi buat kita
sebagai konsumen,  jujur saja semua itu sampah.

Ini perdebatan klasik sebenarnya, dan sebagai konsumen tentu saja saya
mendukung Net Neutrality http://en.wikipedia.org/wiki/Network_neutrality

@Outstandjing on GreenRobot
-Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -



2012/3/20 Arianto C Nugroho 

> ngg .. beda mas ...
>
> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
> dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
> pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
> apapun ..
>
> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
> operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
> harus terus menerus nambah kapasitas ..
>
>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
> melokalisasi traffic ...
>
>
> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>
>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>> perusahaan gas.
>>
>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>> elektronik di setiap rumah tangga?
>> Tentu tidak.
>>
>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>> / branded.
>>
>>
>> @Outstandjing on GreenRobot
>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>
>>
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>>
>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>
>>> *
>>> *
>>>
>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>
>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
>>> *(OTT)
>>>  semacam
>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>>> Players
>>> ".*
>>>
>>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>>
>>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>>
>>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>>
>>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>>
>>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
>>> based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>>
>>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
>>> yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan
>>> iPhone 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar
>>> biasa di Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang
>>> terjual di daratan Amerika saja.
>>>
>>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>>
>>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri
>>> dari 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>>> operator telko dalam hal ini.
>>>
>>> *Efisiensi Biaya*
>>>
>>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>>> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
>>> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
>>> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>>>
>>> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
>>> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
>>> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>>>
>>> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
>>> menghilangkan paket data unlimited. Op

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Dolly Surya
Kembali lagi bahwa Internet dan Mobile Operator tidak mungkin melakukan 
monopoli layanan. Berbeda dengan listrik dan gas yang masih memungkinkan 
dilakukan sistem monopoli. Jadi mereka masih bisa mengontrol pendapatan.

4 pilar e-ecosystem:
1. Akses (Telco dan Internet provider_
2. Content dan Apps (Google dkk)
3. Technology provider (Ericsson, Huawei, Nokia Siemens dkk)
4. Terminal / Devices (BB, Android, iOS dkk)

Ke-empat pilar tersebut akan saling bergantung satu sama lain. Namun memang 
betul kalau saat ini nomor 2 dan 4 sedang pada masa jaya-jaya nya dan membuat 
Telco seolah2 menjadi dump pipe. Itu tidak bisa dipungkiri.

Dan trend menunjukan bahwa data usage cenderung naik dan sangat tinggi 
kebutuhannya. Celakanya hal tersebut tidak bisa diimbangi dengan revenue 
(pendapatan) yang berbanding lurus. :(

Salah satu strateginya adalah Telco dan Technology ikut bermain di konten dan 
aplikasi. It's a must. 
Cost reduction juga menjadi bagian yang penting agar bisnis data bisa tetap 
acceptable. Namun akan menantang melakukan cost reduction disisi Telco jika 
tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. (Masalah klise di negri ini).

Thx,

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Arianto C Nugroho 
Sender: id-android@googlegroups.com
Date: Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 
To: 
Reply-To: id-android@googlegroups.com
Subject: Re: [id-android] hari kiamat operator

ngg .. beda mas ...

dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
apapun ..

dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
harus terus menerus nambah kapasitas ..

jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
melokalisasi traffic ...

2012/3/20 imam wiratmadja 

> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
> perusahaan gas.
>
> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
> elektronik di setiap rumah tangga?
> Tentu tidak.
>
> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium /
> branded.
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>
>>
>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>
>> *
>> *
>>
>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>
>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top *
>> (OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>  semacam
>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>> ".*
>>
>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>
>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>
>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>
>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>
>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
>> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>
>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun me

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Darma Suyoga
Adakah internet unlimited di Indonesia?

Kesabaran unlimited yg ada wkwkwkwkwk

Evo4G with EnergyROM
On Mar 20, 2012 3:09 PM, "Arianto C Nugroho" 
wrote:

> ngg .. beda mas ...
>
> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
> dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
> pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
> apapun ..
>
> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
> operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
> harus terus menerus nambah kapasitas ..
>
> jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
> melokalisasi traffic ...
>
> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>
>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>> perusahaan gas.
>>
>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>> elektronik di setiap rumah tangga?
>> Tentu tidak.
>>
>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>> / branded.
>>
>>
>> @Outstandjing on GreenRobot
>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>
>>
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>>
>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>
>>> *
>>> *
>>>
>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>
>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
>>> *(OTT)
>>>  semacam
>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>>> Players
>>> ".*
>>>
>>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>>
>>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>>
>>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>>
>>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>>
>>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
>>> based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>>
>>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
>>> yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan
>>> iPhone 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar
>>> biasa di Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang
>>> terjual di daratan Amerika saja.
>>>
>>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>>
>>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri
>>> dari 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>>> operator telko dalam hal ini.
>>>
>>> *Efisiensi Biaya*
>>>
>>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>>> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
>>> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
>>> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>>>
>>> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
>>> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
>>> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>>>
>>> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
>>> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
>>> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
>>> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>>>
>>> *Revenue Sharing *
>>>
>>> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan
>>> 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread dolly surya
Hehehe, mungkin bagi pengguna Expert program-program semacam itu mungkin
terlihat sampah.

Tapi fakta pengguna layanan mobile di negeri ini berbicara sbb:
1. (+/-) 45% - 46% Handset masih belum GPRS enable
2. (+/-) 34% Handset hanya 2G
3. (+/-) 20% Handset enable 3G

Terlihat jelas bearer profile pengguna nya bukan?
Kue terbesar ternyata masih ada di pelanggan dengan handset yang tidak
memiliki kemampuan layanan data.
Itu sebabnya konten2 juga diciptakan agar mereka bisa menikmati layanan
lain diluar layanan data.

Lalu sebagai "pemancing", tidak segan2 banyak operator yang berjuan handset
yang memiliki kapabilitas layanan data.
Walau tantangan terbesarnya adalah: Semakin banyak pengguna layanan data,
maka semakin congested lah jaringan operator.
Dan untuk mengatasinya, upgrade secara berkala menjadi suatu keharusan
(dalam hal ini upgrade di 3G, karena 2G sudah tidak bisa diapa-apain lagi
karena alasan penuhnya frekuensi dan keterbatasan infrastruktur (tower,
listrik, space etc) )

thx,

On Tue, Mar 20, 2012 at 2:27 PM, imam wiratmadja
wrote:

> Provider memang mencoba berbagai cara melawan arus komodifikasi, misalnya
> bundling dan jualan gadget locked, jualan konten / VAS tapi buat kita
> sebagai konsumen,  jujur saja semua itu sampah.
>
> Ini perdebatan klasik sebenarnya, dan sebagai konsumen tentu saja saya
> mendukung Net Neutrality http://en.wikipedia.org/wiki/Network_neutrality
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>
>> ngg .. beda mas ...
>>
>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>> revenue apapun ..
>>
>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>
>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>> melokalisasi traffic ...
>>
>>
>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>
>>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>>> perusahaan gas.
>>>
>>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>>> elektronik di setiap rumah tangga?
>>> Tentu tidak.
>>>
>>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>>> / branded.
>>>
>>>
>>> @Outstandjing on GreenRobot
>>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>>
>>>
>>>
>>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>>

 Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
 *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
 Senin, 19/03/2012 10:24 WIB

 *
 *

 *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
 di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
 menghitung hari menuju lonceng kematiannya.

 Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
 operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
 top 
 *(OTT)
  semacam
 Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
 Players
 ".*

 Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
 operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
 bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.

 Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
 performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
 ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.

 Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
 meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
 data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
 pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
 trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.

 Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
 berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.

 Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
 based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
 goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan
 trafik data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

 Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
 yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan
 iPhone

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread imam wiratmadja
Kalau stance saya begini:
Terserah saja, operator telko mau ikut jualan konten dan jualan perabot.
Tapi kenapa mereka malah bersaing di situ (bersaing dgn penyedia konten),
bukannya fokus sama jualan mereka sendiri.

Tapi yang lebih penting operator telko gak usah sirik sama penyedia konten
yg menggunakan bandwith mereka. Apakah penyedia bensin seperti Shell,
Total, Petronas, Pertamina berhak minta bagian jika bensin yang digunakan
menghasilkan uang bagi perusahaan taksi? Mereka jualan bensin saja yang
bener lah (oktannya sesuai label, bensinnya bersih, etc). Masih banyak yang
bisa dilakukan penjual bensin utk mendapat revenue tambahan misalnya bikin
minimarket, etc.

Seperti juga operator telko masih bisa cari revenue lain misalnya PAYMENT
GATEWAY yang sampai sekarang keliatannya belum digarap serius.

Sekali lagi, yang paling saya tidak setuju adalah siriknya operator telko
thdp penyedia konten membuat mereka melakukan intervensi terhadap akses
konten. Dan sangat mungkin ISP / operator telko melakukan hal ini.

@Outstandjing on GreenRobot
-Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -



2012/3/20 Dolly Surya 

> **
> Kembali lagi bahwa Internet dan Mobile Operator tidak mungkin melakukan
> monopoli layanan. Berbeda dengan listrik dan gas yang masih memungkinkan
> dilakukan sistem monopoli. Jadi mereka masih bisa mengontrol pendapatan.
>
> 4 pilar e-ecosystem:
> 1. Akses (Telco dan Internet provider_
> 2. Content dan Apps (Google dkk)
> 3. Technology provider (Ericsson, Huawei, Nokia Siemens dkk)
> 4. Terminal / Devices (BB, Android, iOS dkk)
>
> Ke-empat pilar tersebut akan saling bergantung satu sama lain. Namun
> memang betul kalau saat ini nomor 2 dan 4 sedang pada masa jaya-jaya nya
> dan membuat Telco seolah2 menjadi dump pipe. Itu tidak bisa dipungkiri.
>
> Dan trend menunjukan bahwa data usage cenderung naik dan sangat tinggi
> kebutuhannya. Celakanya hal tersebut tidak bisa diimbangi dengan revenue
> (pendapatan) yang berbanding lurus. :(
>
> Salah satu strateginya adalah Telco dan Technology ikut bermain di konten
> dan aplikasi. It's a must.
> Cost reduction juga menjadi bagian yang penting agar bisnis data bisa
> tetap acceptable. Namun akan menantang melakukan cost reduction disisi
> Telco jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. (Masalah klise di
> negri ini).
>
> Thx,
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
> --
> *From: * Arianto C Nugroho 
> *Sender: * id-android@googlegroups.com
> *Date: *Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 +0300
> *To: *
> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>
> ngg .. beda mas ...
>
> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
> dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
> pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
> apapun ..
>
> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
> operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
> harus terus menerus nambah kapasitas ..
>
>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
> melokalisasi traffic ...
>
> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>
>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>> perusahaan gas.
>>
>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>> elektronik di setiap rumah tangga?
>> Tentu tidak.
>>
>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>> / branded.
>>
>>
>> @Outstandjing on GreenRobot
>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>
>>
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>>
>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>
>>> *
>>> *
>>>
>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>
>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
>>> *(OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>>  semacam
>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Arianto C Nugroho
di pom bensin ada minimarket == operator jualan konten khan ntar pemilik
mall bisa protes kenapa pom bensin nyediain tempat buat mini market ?

nama kerennya Value Added Services ..

Payment Gateway juga nanti bentrok sama perbankan ...

2012/3/20 imam wiratmadja 

> Kalau stance saya begini:
> Terserah saja, operator telko mau ikut jualan konten dan jualan perabot.
> Tapi kenapa mereka malah bersaing di situ (bersaing dgn penyedia konten),
> bukannya fokus sama jualan mereka sendiri.
>
> Tapi yang lebih penting operator telko gak usah sirik sama penyedia konten
> yg menggunakan bandwith mereka. Apakah penyedia bensin seperti Shell,
> Total, Petronas, Pertamina berhak minta bagian jika bensin yang digunakan
> menghasilkan uang bagi perusahaan taksi? Mereka jualan bensin saja yang
> bener lah (oktannya sesuai label, bensinnya bersih, etc). Masih banyak yang
> bisa dilakukan penjual bensin utk mendapat revenue tambahan misalnya bikin
> minimarket, etc.
>
> Seperti juga operator telko masih bisa cari revenue lain misalnya PAYMENT
> GATEWAY yang sampai sekarang keliatannya belum digarap serius.
>
> Sekali lagi, yang paling saya tidak setuju adalah siriknya operator telko
> thdp penyedia konten membuat mereka melakukan intervensi terhadap akses
> konten. Dan sangat mungkin ISP / operator telko melakukan hal ini.
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Dolly Surya 
>
>> **
>> Kembali lagi bahwa Internet dan Mobile Operator tidak mungkin melakukan
>> monopoli layanan. Berbeda dengan listrik dan gas yang masih memungkinkan
>> dilakukan sistem monopoli. Jadi mereka masih bisa mengontrol pendapatan.
>>
>> 4 pilar e-ecosystem:
>> 1. Akses (Telco dan Internet provider_
>> 2. Content dan Apps (Google dkk)
>> 3. Technology provider (Ericsson, Huawei, Nokia Siemens dkk)
>> 4. Terminal / Devices (BB, Android, iOS dkk)
>>
>> Ke-empat pilar tersebut akan saling bergantung satu sama lain. Namun
>> memang betul kalau saat ini nomor 2 dan 4 sedang pada masa jaya-jaya nya
>> dan membuat Telco seolah2 menjadi dump pipe. Itu tidak bisa dipungkiri.
>>
>> Dan trend menunjukan bahwa data usage cenderung naik dan sangat tinggi
>> kebutuhannya. Celakanya hal tersebut tidak bisa diimbangi dengan revenue
>> (pendapatan) yang berbanding lurus. :(
>>
>> Salah satu strateginya adalah Telco dan Technology ikut bermain di konten
>> dan aplikasi. It's a must.
>> Cost reduction juga menjadi bagian yang penting agar bisnis data bisa
>> tetap acceptable. Namun akan menantang melakukan cost reduction disisi
>> Telco jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. (Masalah klise di
>> negri ini).
>>
>> Thx,
>> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
>> Teruuusss...!
>> --
>> *From: * Arianto C Nugroho 
>> *Sender: * id-android@googlegroups.com
>> *Date: *Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 +0300
>> *To: *
>> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
>> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>>
>> ngg .. beda mas ...
>>
>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>> revenue apapun ..
>>
>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>
>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>> melokalisasi traffic ...
>>
>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>
>>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>>> perusahaan gas.
>>>
>>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>>> elektronik di setiap rumah tangga?
>>> Tentu tidak.
>>>
>>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>>> / branded.
>>>
>>>
>>> @Outstandjing on GreenRobot
>>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>>
>>>
>>>
>>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>>
>>>>
>>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>>

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread dolly surya
Analogi jualan bensin memang cukup pas.
In this case, telco gak iri 100% kok terhadap content.

Alhamdulillah sejauh ini Telco malah gak meng-intervensi negatif terhadap
keberadaan konten.
Yang ada kita intervensi dari sisi positive (marketing dan campaign).
Let's take a look, iklan Telco mana yang gak bawa embel-embel logo
Facebook, Twitter, Google atau Yahoo? right?
Mengapa demikian?
Karena Telco masih mengandalkan mereka sebagai daya tarik orang untuk
menggunakan mobile Internet. Thats it.

Mobile Payment juga memang menjadi salah satu andalan Telco dimasa
mendatang.
Dari statistik menunjukan bahwa masyarakat Indonesia yang un-banked (tidak
memiliki rekening bank) jauh lebih besar dibanding orang yang memiliki
rekening bank.
Sedangkan masyarakat yang memiliki mobile number saat ini jumlahnya hampir
lebih besar dibanding masyarakat yang tidak memiliki mobile number. Ini
satu peluang.
Namun kembali, ekosistem harus diciptakan. Product tidak akan jalan kalau
memang ekosistem nya tidak ada.
Satu persatu sedang digarap. Dan saya prediksi eksistensi nya akan mulai
terlihat di tahun 2015/2016 nanti.
Satu tantangan lain mengenai mobile banking adalah Regulasi yang belum
jelas. Contoh; kasus Verizon yang tidak mengizinkan google wallet ada di
perangkat android bundling Verizon. Karena regulasi nya tidak jelas.

At the end of the day, I still believe Telco provide the service beyond of
Telco services it self.

Suwun,


On Tue, Mar 20, 2012 at 2:53 PM, imam wiratmadja
wrote:

> Kalau stance saya begini:
> Terserah saja, operator telko mau ikut jualan konten dan jualan perabot.
> Tapi kenapa mereka malah bersaing di situ (bersaing dgn penyedia konten),
> bukannya fokus sama jualan mereka sendiri.
>
> Tapi yang lebih penting operator telko gak usah sirik sama penyedia konten
> yg menggunakan bandwith mereka. Apakah penyedia bensin seperti Shell,
> Total, Petronas, Pertamina berhak minta bagian jika bensin yang digunakan
> menghasilkan uang bagi perusahaan taksi? Mereka jualan bensin saja yang
> bener lah (oktannya sesuai label, bensinnya bersih, etc). Masih banyak yang
> bisa dilakukan penjual bensin utk mendapat revenue tambahan misalnya bikin
> minimarket, etc.
>
> Seperti juga operator telko masih bisa cari revenue lain misalnya PAYMENT
> GATEWAY yang sampai sekarang keliatannya belum digarap serius.
>
> Sekali lagi, yang paling saya tidak setuju adalah siriknya operator telko
> thdp penyedia konten membuat mereka melakukan intervensi terhadap akses
> konten. Dan sangat mungkin ISP / operator telko melakukan hal ini.
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Dolly Surya 
>
>> **
>> Kembali lagi bahwa Internet dan Mobile Operator tidak mungkin melakukan
>> monopoli layanan. Berbeda dengan listrik dan gas yang masih memungkinkan
>> dilakukan sistem monopoli. Jadi mereka masih bisa mengontrol pendapatan.
>>
>> 4 pilar e-ecosystem:
>> 1. Akses (Telco dan Internet provider_
>> 2. Content dan Apps (Google dkk)
>> 3. Technology provider (Ericsson, Huawei, Nokia Siemens dkk)
>> 4. Terminal / Devices (BB, Android, iOS dkk)
>>
>> Ke-empat pilar tersebut akan saling bergantung satu sama lain. Namun
>> memang betul kalau saat ini nomor 2 dan 4 sedang pada masa jaya-jaya nya
>> dan membuat Telco seolah2 menjadi dump pipe. Itu tidak bisa dipungkiri.
>>
>> Dan trend menunjukan bahwa data usage cenderung naik dan sangat tinggi
>> kebutuhannya. Celakanya hal tersebut tidak bisa diimbangi dengan revenue
>> (pendapatan) yang berbanding lurus. :(
>>
>> Salah satu strateginya adalah Telco dan Technology ikut bermain di konten
>> dan aplikasi. It's a must.
>> Cost reduction juga menjadi bagian yang penting agar bisnis data bisa
>> tetap acceptable. Namun akan menantang melakukan cost reduction disisi
>> Telco jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. (Masalah klise di
>> negri ini).
>>
>> Thx,
>> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
>> Teruuusss...!
>> --
>> *From: * Arianto C Nugroho 
>> *Sender: * id-android@googlegroups.com
>> *Date: *Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 +0300
>> *To: *
>> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
>> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>>
>> ngg .. beda mas ...
>>
>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>> revenue apapun ..
>>
>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>> sedangkan operator gak dapet apa2 (k

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Eko Prasetiyo
Payment gateway utk beli apps ato byr service premium dr google ato vendor
lain misalnya. Klo sprti ini kan ga bersinggungan dgn bank.
On Mar 20, 2012 3:06 PM, "Arianto C Nugroho" 
wrote:

> di pom bensin ada minimarket == operator jualan konten khan ntar pemilik
> mall bisa protes kenapa pom bensin nyediain tempat buat mini market ?
>
> nama kerennya Value Added Services ..
>
> Payment Gateway juga nanti bentrok sama perbankan ...
>
> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>
>> Kalau stance saya begini:
>> Terserah saja, operator telko mau ikut jualan konten dan jualan perabot.
>> Tapi kenapa mereka malah bersaing di situ (bersaing dgn penyedia konten),
>> bukannya fokus sama jualan mereka sendiri.
>>
>> Tapi yang lebih penting operator telko gak usah sirik sama penyedia
>> konten yg menggunakan bandwith mereka. Apakah penyedia bensin seperti
>> Shell, Total, Petronas, Pertamina berhak minta bagian jika bensin yang
>> digunakan menghasilkan uang bagi perusahaan taksi? Mereka jualan bensin
>> saja yang bener lah (oktannya sesuai label, bensinnya bersih, etc). Masih
>> banyak yang bisa dilakukan penjual bensin utk mendapat revenue tambahan
>> misalnya bikin minimarket, etc.
>>
>> Seperti juga operator telko masih bisa cari revenue lain misalnya PAYMENT
>> GATEWAY yang sampai sekarang keliatannya belum digarap serius.
>>
>> Sekali lagi, yang paling saya tidak setuju adalah siriknya operator telko
>> thdp penyedia konten membuat mereka melakukan intervensi terhadap akses
>> konten. Dan sangat mungkin ISP / operator telko melakukan hal ini.
>>
>>
>> @Outstandjing on GreenRobot
>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>
>>
>>
>> 2012/3/20 Dolly Surya 
>>
>>> **
>>> Kembali lagi bahwa Internet dan Mobile Operator tidak mungkin melakukan
>>> monopoli layanan. Berbeda dengan listrik dan gas yang masih memungkinkan
>>> dilakukan sistem monopoli. Jadi mereka masih bisa mengontrol pendapatan.
>>>
>>> 4 pilar e-ecosystem:
>>> 1. Akses (Telco dan Internet provider_
>>> 2. Content dan Apps (Google dkk)
>>> 3. Technology provider (Ericsson, Huawei, Nokia Siemens dkk)
>>> 4. Terminal / Devices (BB, Android, iOS dkk)
>>>
>>> Ke-empat pilar tersebut akan saling bergantung satu sama lain. Namun
>>> memang betul kalau saat ini nomor 2 dan 4 sedang pada masa jaya-jaya nya
>>> dan membuat Telco seolah2 menjadi dump pipe. Itu tidak bisa dipungkiri.
>>>
>>> Dan trend menunjukan bahwa data usage cenderung naik dan sangat tinggi
>>> kebutuhannya. Celakanya hal tersebut tidak bisa diimbangi dengan revenue
>>> (pendapatan) yang berbanding lurus. :(
>>>
>>> Salah satu strateginya adalah Telco dan Technology ikut bermain di
>>> konten dan aplikasi. It's a must.
>>> Cost reduction juga menjadi bagian yang penting agar bisnis data bisa
>>> tetap acceptable. Namun akan menantang melakukan cost reduction disisi
>>> Telco jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. (Masalah klise di
>>> negri ini).
>>>
>>> Thx,
>>> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
>>> Teruuusss...!
>>> --
>>> *From: * Arianto C Nugroho 
>>> *Sender: * id-android@googlegroups.com
>>> *Date: *Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 +0300
>>> *To: *
>>> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
>>> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>>>
>>> ngg .. beda mas ...
>>>
>>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>>> revenue apapun ..
>>>
>>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>>
>>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>>> melokalisasi traffic ...
>>>
>>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>>
>>>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>>>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>>>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>>>> perusahaan gas.
>>>>
>>>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin ba

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread dolly surya
Kedepannya Unlimited Plan akan semakin sedikit.
Jika ada, maka harga paket nya akan menjadi sangat mahal.
Kenapa demikian? balik lagi, itungan business model nya gak masuk :(

thx,

On Tue, Mar 20, 2012 at 2:37 PM, Darma Suyoga <
darma78.milisandr...@gmail.com> wrote:

> Adakah internet unlimited di Indonesia?
>
> Kesabaran unlimited yg ada wkwkwkwkwk
>
> Evo4G with EnergyROM
> On Mar 20, 2012 3:09 PM, "Arianto C Nugroho" 
> wrote:
>
>> ngg .. beda mas ...
>>
>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>> revenue apapun ..
>>
>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>
>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>> melokalisasi traffic ...
>>
>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>
>>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>>> perusahaan gas.
>>>
>>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>>> elektronik di setiap rumah tangga?
>>> Tentu tidak.
>>>
>>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>>> / branded.
>>>
>>>
>>> @Outstandjing on GreenRobot
>>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>>
>>>
>>>
>>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>>

 Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
 *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
 Senin, 19/03/2012 10:24 WIB

 *
 *

 *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
 di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
 menghitung hari menuju lonceng kematiannya.

 Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
 operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
 top 
 *(OTT)
  semacam
 Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
 Players
 ".*

 Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
 operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
 bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.

 Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
 performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
 ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.

 Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
 meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
 data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
 pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
 trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.

 Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
 berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.

 Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
 based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
 goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan
 trafik data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

 Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
 yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan
 iPhone 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar
 biasa di Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang
 terjual di daratan Amerika saja.

 Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
 penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.

 Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri
 dari 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
 operator telko dalam hal ini.

 *Efisiensi Biaya*

 Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
 Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
 sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
 mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.

 Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
 tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
 luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.

 Langkah kedua 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread alamiah handriyoniah
Nice share, Bro..
Artikel yg mencerdaskan :)

Regs,
Alam
On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
wrote:

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital goods,
> *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
> daratan Amerika saja.
>
> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
> operator telko dalam hal ini.
>
> *Efisiensi Biaya*
>
> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>
> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>
> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>
> *Revenue Sharing *
>
> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>
> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
> peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika
> pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong
> operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih
> sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.
>
> *Menjadi OTT Player*
>
> Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator
> bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan
> data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan
> layanan berbasis internet.
>
> Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator harus menggandeng
> penyedia perangkat lunak untuk bersama-sama menyediakan layanan cloud
> computing bagi pelanggannya--layanan ini biasa dikenal dengan model *Software
> as a Services* (SaaS).
>
> Namun sekali lagi, menjadi penyedia layanan SaaS bukanlah hal yang mudah
> mengingat transformasi dari operator telko yang sekedar berurusan dengan
> bandwidth. Tapi berhubung potensinya ada, jurus ketiga ini juga patut
> dicoba.
>
> Dalam bisnis, timbul tenggelamnya sebuah perusahaan adalah hal biasa.
> Namun tentu saja kita 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Andika Ikhsan
artikel yg menarik..
mungkin salah satu contoh operator yg menghilangkan paket unlimited baru XL
dengan hotrod 3Gnya ya?
saya sih cukup senang dengan penghilangan internet unlimited itu,semoga bs
mengurangi para bandwith abuser dan bandwith jadi terbagi cukup merata pada
user yg pemakaiannya per bulan biasa2 saja.. jadi kalau mau pake bandwith
besar2an silakan pake CDMA atau sediakan dana lebih..

NB : kemarin ngeliat iklan htc one X yg menyediakan cloud storage 50GB..
kalo ini dipake di indonesia kayanya ga bakalan bisa deh.. kecepatan
uploadnya mobile network operator sini aja bikin nangis hehehe..

2012/3/20 Arianto C Nugroho 

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital goods,
> *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
> daratan Amerika saja.
>
> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
> operator telko dalam hal ini.
>
> *Efisiensi Biaya*
>
> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>
> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>
> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>
> *Revenue Sharing *
>
> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>
> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
> peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika
> pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong
> operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih
> sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.
>
> *Menjadi OTT Player*
>
> Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator
> bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan
> data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan
> layanan berbasis internet.
>
> Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Bayu Ramdani
nice info nih,, thanks for sharing.

On Tue, Mar 20, 2012 at 12:21 PM, Arianto C Nugroho <
arianto.nugr...@gmail.com> wrote:

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital goods,
> *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
> daratan Amerika saja.
>
> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
> operator telko dalam hal ini.
>
> *Efisiensi Biaya*
>
> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>
> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>
> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>
> *Revenue Sharing *
>
> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>
> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
> peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika
> pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong
> operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih
> sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.
>
> *Menjadi OTT Player*
>
> Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator
> bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan
> data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan
> layanan berbasis internet.
>
> Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator harus menggandeng
> penyedia perangkat lunak untuk bersama-sama menyediakan layanan cloud
> computing bagi pelanggannya--layanan ini biasa dikenal dengan model *Software
> as a Services* (SaaS).
>
> Namun sekali lagi, menjadi penyedia layanan SaaS bukanlah hal yang mudah
> mengingat transformasi dari operator telko yang sekedar berurusan dengan
> bandwidth. Tapi berhubung potensinya ada, jurus ketiga ini juga patut
> dicoba.
>
> Dalam bisnis, timbul tenggelamnya sebuah perusahaan adalah hal biasa.
> Namun te

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Hary [milis @ndroid]
Saya kok gak merasa bayar ke facebook, twitter, skype dsb ya. Tapi kok mereka 
jadi tambah kaya (kapitalisasi pasar makin besar). 

*nubie bingung, mohon pencerahan


Sent from my gadget®

-Original Message-
From: Arianto C Nugroho 
Sender: id-android@googlegroups.com
Date: Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 
To: 
Reply-To: id-android@googlegroups.com
Subject: Re: [id-android] hari kiamat operator

ngg .. beda mas ...

dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
apapun ..

dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
harus terus menerus nambah kapasitas ..

jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
melokalisasi traffic ...

2012/3/20 imam wiratmadja 

> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
> perusahaan gas.
>
> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
> elektronik di setiap rumah tangga?
> Tentu tidak.
>
> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium /
> branded.
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>
>>
>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>
>> *
>> *
>>
>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>
>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top *
>> (OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>  semacam
>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>> ".*
>>
>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>
>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>
>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>
>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>
>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
>> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>
>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
>> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
>> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
>> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
>> daratan Amerika saja.
>>
>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>
>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
>> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>> operator telko dalam hal ini.
>>
>> *Efisiensi Biaya*
>>
>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
>> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
>> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>>
>&g

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Iwan Ismanto @cellphone
Ah masa ?
Sudah lihat laporan keuangannya EXCL, ISAT, TLKM, dll ?
Coba tebak profit marginnya berapa?

Regards,
Iwan
-Original Message-
From: Arianto C Nugroho 
Sender: id-android@googlegroups.com
Date: Tue, 20 Mar 2012 08:21:12 
To: 
Reply-To: id-android@googlegroups.com
Subject: [id-android] hari kiamat operator

Kolom Telematika'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
*Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
Senin, 19/03/2012 10:24 WIB

*
*

*Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
menghitung hari menuju lonceng kematiannya.

Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
*(OTT)
semacam
Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
Players
".*

Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.

Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.

Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.

Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.

Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
goods, *operator
telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik data--dimana hal itu
membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone 4s
dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
daratan Amerika saja.

Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
operator telko dalam hal ini.

*Efisiensi Biaya*

Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.

Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.

Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.

*Revenue Sharing *

Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.

Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika
pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong
operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih
sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.

*Menjadi OTT Player*

Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator
bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan
data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan
layanan berbasis internet.

Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator harus menggandeng
penyedia perangkat lunak untuk bersama-sama menyediakan layanan cloud
computing bagi pelanggannya--layanan ini biasa dikenal dengan model *Software
as a Services* (SaaS).

Namun sekali lagi, menjadi penyedia layanan SaaS bukanlah hal yang mudah
mengingat transformasi dari operator telko yang sekedar berurusan dengan
bandwidth. Tapi berhubung potensinya ada, jurus ketiga ini juga patut
dicoba.

Dalam bisnis, timbul tenggelamnya sebuah perusahaan adalah hal 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread muhammad fajri
t, etc.
>>>>
>>>> Seperti juga operator telko masih bisa cari revenue lain misalnya
>>>> PAYMENT GATEWAY yang sampai sekarang keliatannya belum digarap serius.
>>>>
>>>> Sekali lagi, yang paling saya tidak setuju adalah siriknya operator
>>>> telko thdp penyedia konten membuat mereka melakukan intervensi terhadap
>>>> akses konten. Dan sangat mungkin ISP / operator telko melakukan hal ini.
>>>>
>>>>
>>>> @Outstandjing on GreenRobot
>>>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>>>
>>>>
>>>>
>>>> 2012/3/20 Dolly Surya 
>>>>
>>>>> **
>>>>> Kembali lagi bahwa Internet dan Mobile Operator tidak mungkin melakukan
>>>>> monopoli layanan. Berbeda dengan listrik dan gas yang masih
>>>>> memungkinkan
>>>>> dilakukan sistem monopoli. Jadi mereka masih bisa mengontrol
>>>>> pendapatan.
>>>>>
>>>>> 4 pilar e-ecosystem:
>>>>> 1. Akses (Telco dan Internet provider_
>>>>> 2. Content dan Apps (Google dkk)
>>>>> 3. Technology provider (Ericsson, Huawei, Nokia Siemens dkk)
>>>>> 4. Terminal / Devices (BB, Android, iOS dkk)
>>>>>
>>>>> Ke-empat pilar tersebut akan saling bergantung satu sama lain. Namun
>>>>> memang betul kalau saat ini nomor 2 dan 4 sedang pada masa jaya-jaya
>>>>> nya
>>>>> dan membuat Telco seolah2 menjadi dump pipe. Itu tidak bisa dipungkiri.
>>>>>
>>>>> Dan trend menunjukan bahwa data usage cenderung naik dan sangat tinggi
>>>>> kebutuhannya. Celakanya hal tersebut tidak bisa diimbangi dengan
>>>>> revenue
>>>>> (pendapatan) yang berbanding lurus. :(
>>>>>
>>>>> Salah satu strateginya adalah Telco dan Technology ikut bermain di
>>>>> konten dan aplikasi. It's a must.
>>>>> Cost reduction juga menjadi bagian yang penting agar bisnis data bisa
>>>>> tetap acceptable. Namun akan menantang melakukan cost reduction disisi
>>>>> Telco jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. (Masalah klise di
>>>>> negri ini).
>>>>>
>>>>> Thx,
>>>>> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
>>>>> Teruuusss...!
>>>>> --
>>>>> *From: * Arianto C Nugroho 
>>>>> *Sender: * id-android@googlegroups.com
>>>>> *Date: *Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 +0300
>>>>> *To: *
>>>>> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
>>>>> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>>>>>
>>>>> ngg .. beda mas ...
>>>>>
>>>>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>>>>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>>>>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>>>>> revenue apapun ..
>>>>>
>>>>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>>>>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket
>>>>> unlimited)
>>>>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>>>>
>>>>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>>>>> melokalisasi traffic ...
>>>>>
>>>>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>>>>
>>>>>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>>>>>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak
>>>>>> ubahnya
>>>>>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg
>>>>>> disediakan
>>>>>> perusahaan gas.
>>>>>>
>>>>>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>>>>>> elektronik di setiap rumah tangga?
>>>>>> Tentu tidak.
>>>>>>
>>>>>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis
>>>>>> premium / branded.
>>>>>>
>>>>>>
>>>>>> @Outstandjing on GreenRobot
>>>>>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>>>>>
>>>>>>
>>>>>>
>>>>

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-20 Thread Arianto C Nugroho
dari iklan...

sekarang khan hampir setiap website ruang untuk iklan.. iklan yang juga
mempergunakan bandwidth yang disediakan operator yang dibayar oleh user
(kita membayar untuk melihat iklan, aneh khan)

berbeda dengan rcti misalnya..mereka menyediakan slot waktu untuk iklan,
membiayai operasional mereka sehingga mereka bisa memberikan layanan
gratis..

dari sinilah muncul pemikiran, seharusnya OTT melakukan revenue sharing ke
operator juga..
On Mar 21, 2012 2:30 AM, "Hary [milis @ndroid]" 
wrote:

> **
> Saya kok gak merasa bayar ke facebook, twitter, skype dsb ya. Tapi kok
> mereka jadi tambah kaya (kapitalisasi pasar makin besar).
>
> *nubie bingung, mohon pencerahan
>
> Sent from my gadget®
> --
> *From: * Arianto C Nugroho 
> *Sender: * id-android@googlegroups.com
> *Date: *Tue, 20 Mar 2012 10:09:04 +0300
> *To: *
> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>
> ngg .. beda mas ...
>
> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
> dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
> pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
> apapun ..
>
> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
> operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
> harus terus menerus nambah kapasitas ..
>
> jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
> melokalisasi traffic ...
>
> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>
>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>> perusahaan gas.
>>
>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>> elektronik di setiap rumah tangga?
>> Tentu tidak.
>>
>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>> / branded.
>>
>>
>> @Outstandjing on GreenRobot
>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>
>>
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>>
>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>
>>> *
>>> *
>>>
>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>
>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
>>> *(OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>>  semacam
>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>>> ".*
>>>
>>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>>
>>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>>
>>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>>
>>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>>
>>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
>>> based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>>
>>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
>>> yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan
>>> iPho

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread Sugiono Lie
Ibarat jalan tol, mau truk mau mobil pribadi, selama ingin lewat yah bayar.
Terserah yg punya kendaraan yang lewat tol dalam rangka bisnis atau jalan2.

Kalau dirasa pendapatan kurang, tinggal menaikkan harga tol :)

2012/3/20 Arianto C Nugroho 

> ngg .. beda mas ...
>
> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin tv,
> dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge untuk
> pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan revenue
> apapun ..
>
> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue sedangkan
> operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited) tapi
> harus terus menerus nambah kapasitas ..
>
>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
> melokalisasi traffic ...
>
>
> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>
>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>> perusahaan gas.
>>
>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>> elektronik di setiap rumah tangga?
>> Tentu tidak.
>>
>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>> / branded.
>>
>>
>> @Outstandjing on GreenRobot
>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>
>>
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>>
>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>
>>> *
>>> *
>>>
>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>
>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
>>> *(OTT)
>>>  semacam
>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>>> Players
>>> ".*
>>>
>>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>>
>>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>>
>>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>>
>>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>>
>>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
>>> based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>>
>>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
>>> yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan
>>> iPhone 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar
>>> biasa di Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang
>>> terjual di daratan Amerika saja.
>>>
>>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>>
>>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri
>>> dari 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>>> operator telko dalam hal ini.
>>>
>>> *Efisiensi Biaya*
>>>
>>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>>> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
>>> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
>>> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>>>
>>> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
>>> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
>>> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>>>
>>> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
>>> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
>>> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
>>> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>>>
>>> *

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread David Christian
Klo cuma mengandalkan jualan bandwith, operator emang bakalan mampus
Tapi sekarang telco pada membungkusinya dengan paket2 yang lain...
Misalnya:

   - Jualan VPN. Sekarang banyak kantor-kantor yang menginginkan staff nya
   bisa bekerja di mana saja, dan kapan saja. Mereka pada umumnya menginginkan
   VPN service. Telco bisa menjual service VPN konsentrator.
   - Jualan MPLS services. Kantor-kantor yang memiliki cabang-cabang, bisa
   memiliki akses internet terkontrol dan terpusat, juga akses antar cabang
   dan pusat seperti LAN network sendiri. Service seperti ini tidak pernah ada
   matinya, dan selalu ada permintaan.
   - Hosting. Dengan hosting server, telco bisa mendapatkan keuntungan dari
   sana.
   - Clouds Computing. Selain hosting dengan physical server, mereka bisa
   menjual virtual server ke customer. Selain itu juga, bisa diaplikasikan
   untuk online gaming server, online storage server, dan sebagainya yang
   serba berjalan di atas awan.
   - Integrated solution. Telco harus berani mengintegrasikan produk2 nya
   ke berbagai lapisan masyarakat dan bisnis yang ada. Misalkan dengan
   mengintegrasikan VOIP services, mail services, antivirus, firewall, bahkan
   ke level yang lebih gila, public hotspot services.

Semua tergantung dari kepiawaian business development nya si telco, dan
kerja sama antara marketing, teknisi, core engineer, dan business developer
nya. Kalau ada kerja sama yang bagus, dan bisa mendukung visi dan misi
perusahaan dengan baik dan benar, gak mustahil telco bisa tetep eksis koq :)

2012/3/22 Sugiono Lie 

> Ibarat jalan tol, mau truk mau mobil pribadi, selama ingin lewat yah
> bayar. Terserah yg punya kendaraan yang lewat tol dalam rangka bisnis atau
> jalan2.
>
> Kalau dirasa pendapatan kurang, tinggal menaikkan harga tol :)
>
> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>
>> ngg .. beda mas ...
>>
>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>> revenue apapun ..
>>
>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>
>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>> melokalisasi traffic ...
>>
>>
>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>
>>> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
>>> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
>>> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
>>> perusahaan gas.
>>>
>>> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
>>> elektronik di setiap rumah tangga?
>>> Tentu tidak.
>>>
>>> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis premium
>>> / branded.
>>>
>>>
>>> @Outstandjing on GreenRobot
>>> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>>>
>>>
>>>
>>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>>

 Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
 *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
 Senin, 19/03/2012 10:24 WIB

 *
 *

 *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
 di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
 menghitung hari menuju lonceng kematiannya.

 Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
 operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
 top 
 *(OTT)
  semacam
 Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
 Players
 ".*

 Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
 operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
 bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.

 Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
 performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
 ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.

 Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
 meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
 data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
 pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
 trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.

 Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
 berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.

 Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
 based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
 go

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread Arianto C Nugroho
kalo bicara soal enterprise solution, udah banyak mas yang jalanin dari
dulu ...

ini lebih ke retail-nya gimana ... mau sebagus apapun enterprise solution,
kalo produk yang dipake masyarakat luas gak bagus, ya gaungnya juga gak
bagus ..



2012/3/22 David Christian 

> Klo cuma mengandalkan jualan bandwith, operator emang bakalan mampus
> Tapi sekarang telco pada membungkusinya dengan paket2 yang lain...
> Misalnya:
>
>- Jualan VPN. Sekarang banyak kantor-kantor yang menginginkan staff
>nya bisa bekerja di mana saja, dan kapan saja. Mereka pada umumnya
>menginginkan VPN service. Telco bisa menjual service VPN konsentrator.
>- Jualan MPLS services. Kantor-kantor yang memiliki cabang-cabang,
>bisa memiliki akses internet terkontrol dan terpusat, juga akses antar
>cabang dan pusat seperti LAN network sendiri. Service seperti ini tidak
>pernah ada matinya, dan selalu ada permintaan.
>- Hosting. Dengan hosting server, telco bisa mendapatkan keuntungan
>dari sana.
>- Clouds Computing. Selain hosting dengan physical server, mereka bisa
>menjual virtual server ke customer. Selain itu juga, bisa diaplikasikan
>untuk online gaming server, online storage server, dan sebagainya yang
>serba berjalan di atas awan.
>- Integrated solution. Telco harus berani mengintegrasikan produk2 nya
>ke berbagai lapisan masyarakat dan bisnis yang ada. Misalkan dengan
>mengintegrasikan VOIP services, mail services, antivirus, firewall, bahkan
>ke level yang lebih gila, public hotspot services.
>
> Semua tergantung dari kepiawaian business development nya si telco, dan
> kerja sama antara marketing, teknisi, core engineer, dan business developer
> nya. Kalau ada kerja sama yang bagus, dan bisa mendukung visi dan misi
> perusahaan dengan baik dan benar, gak mustahil telco bisa tetep eksis koq :)
>
> 2012/3/22 Sugiono Lie 
>
>> Ibarat jalan tol, mau truk mau mobil pribadi, selama ingin lewat yah
>> bayar. Terserah yg punya kendaraan yang lewat tol dalam rangka bisnis atau
>> jalan2.
>>
>> Kalau dirasa pendapatan kurang, tinggal menaikkan harga tol :)
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>> ngg .. beda mas ...
>>>
>>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>>> revenue apapun ..
>>>
>>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>>
>>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>>> melokalisasi traffic ...
>>>
>>>
>>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>>
 Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
 dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
 seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
 perusahaan gas.

 Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
 elektronik di setiap rumah tangga?
 Tentu tidak.

 Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis
 premium / branded.


 @Outstandjing on GreenRobot
 -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -



 2012/3/20 Arianto C Nugroho 

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
> di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
> top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya
> segelintir pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unl

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread Setiaji Kurniawan
Betul ini pak, tempat kerja saya yang lama juga ngandelin VPN utk transaksi
dari cabang ke pusat yang pake ERP. Trus juga ada propose untuk DRC nya
pake tempat mereka yang udah pasti minus jaringan lagi, kecuali seperti
bikin 1 cabang baru. Ngga repot setting IP lagi di sana, karena masih 1
operator.




2012/3/22 David Christian 

> Klo cuma mengandalkan jualan bandwith, operator emang bakalan mampus
> Tapi sekarang telco pada membungkusinya dengan paket2 yang lain...
> Misalnya:
>
>- Jualan VPN. Sekarang banyak kantor-kantor yang menginginkan staff
>nya bisa bekerja di mana saja, dan kapan saja. Mereka pada umumnya
>menginginkan VPN service. Telco bisa menjual service VPN konsentrator.
>- Jualan MPLS services. Kantor-kantor yang memiliki cabang-cabang,
>bisa memiliki akses internet terkontrol dan terpusat, juga akses antar
>cabang dan pusat seperti LAN network sendiri. Service seperti ini tidak
>pernah ada matinya, dan selalu ada permintaan.
>- Hosting. Dengan hosting server, telco bisa mendapatkan keuntungan
>dari sana.
>- Clouds Computing. Selain hosting dengan physical server, mereka bisa
>menjual virtual server ke customer. Selain itu juga, bisa diaplikasikan
>untuk online gaming server, online storage server, dan sebagainya yang
>serba berjalan di atas awan.
>- Integrated solution. Telco harus berani mengintegrasikan produk2 nya
>ke berbagai lapisan masyarakat dan bisnis yang ada. Misalkan dengan
>mengintegrasikan VOIP services, mail services, antivirus, firewall, bahkan
>ke level yang lebih gila, public hotspot services.
>
> Semua tergantung dari kepiawaian business development nya si telco, dan
> kerja sama antara marketing, teknisi, core engineer, dan business developer
> nya. Kalau ada kerja sama yang bagus, dan bisa mendukung visi dan misi
> perusahaan dengan baik dan benar, gak mustahil telco bisa tetep eksis koq :)
>
> 2012/3/22 Sugiono Lie 
>
>> Ibarat jalan tol, mau truk mau mobil pribadi, selama ingin lewat yah
>> bayar. Terserah yg punya kendaraan yang lewat tol dalam rangka bisnis atau
>> jalan2.
>>
>> Kalau dirasa pendapatan kurang, tinggal menaikkan harga tol :)
>>
>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>
>>> ngg .. beda mas ...
>>>
>>> dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
>>> tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
>>> untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
>>> revenue apapun ..
>>>
>>> dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
>>> sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
>>> tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..
>>>
>>>  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
>>> melokalisasi traffic ...
>>>
>>>
>>> 2012/3/20 imam wiratmadja 
>>>
 Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
 dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
 seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
 perusahaan gas.

 Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
 elektronik di setiap rumah tangga?
 Tentu tidak.

 Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis
 premium / branded.


 @Outstandjing on GreenRobot
 -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -



 2012/3/20 Arianto C Nugroho 

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
> di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
> top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya
>

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread David Christian
Klo untuk retail, saya lihat, kecenderungannya masih buka kedai hapeh
yah... Dan juga jualan konten kayak ringbacktone, video surveillance untuk
rumahan, kerja sama dengan 3rd party untuk menyediakan Value added service.

Tapi gak usah takut, sekarang teknologi makin murah, dan membuat bandwith
semakin murah dan semakin kencang. Telco juga gak akan mati kayaknya...

2012/3/22 Arianto C Nugroho 

> kalo bicara soal enterprise solution, udah banyak mas yang jalanin dari
> dulu ...
>
> ini lebih ke retail-nya gimana ... mau sebagus apapun enterprise solution,
> kalo produk yang dipake masyarakat luas gak bagus, ya gaungnya juga gak
> bagus ..
>
>
>
> 2012/3/22 David Christian 
>
>> Klo cuma mengandalkan jualan bandwith, operator emang bakalan mampus
>> Tapi sekarang telco pada membungkusinya dengan paket2 yang lain...
>> Misalnya:
>>
>>- Jualan VPN. Sekarang banyak kantor-kantor yang menginginkan staff
>>nya bisa bekerja di mana saja, dan kapan saja. Mereka pada umumnya
>>menginginkan VPN service. Telco bisa menjual service VPN konsentrator.
>>- Jualan MPLS services. Kantor-kantor yang memiliki cabang-cabang,
>>bisa memiliki akses internet terkontrol dan terpusat, juga akses antar
>>cabang dan pusat seperti LAN network sendiri. Service seperti ini tidak
>>pernah ada matinya, dan selalu ada permintaan.
>>- Hosting. Dengan hosting server, telco bisa mendapatkan keuntungan
>>dari sana.
>>- Clouds Computing. Selain hosting dengan physical server, mereka
>>bisa menjual virtual server ke customer. Selain itu juga, bisa
>>diaplikasikan untuk online gaming server, online storage server, dan
>>sebagainya yang serba berjalan di atas awan.
>>- Integrated solution. Telco harus berani mengintegrasikan produk2
>>nya ke berbagai lapisan masyarakat dan bisnis yang ada. Misalkan dengan
>>mengintegrasikan VOIP services, mail services, antivirus, firewall, bahkan
>>ke level yang lebih gila, public hotspot services.
>>
>> Semua tergantung dari kepiawaian business development nya si telco, dan
>> kerja sama antara marketing, teknisi, core engineer, dan business developer
>> nya. Kalau ada kerja sama yang bagus, dan bisa mendukung visi dan misi
>> perusahaan dengan baik dan benar, gak mustahil telco bisa tetep eksis koq :)
>>
>> 2012/3/22 Sugiono Lie 
>>
>>> Ibarat jalan tol, mau truk mau mobil pribadi, selama ingin lewat yah
>>> bayar. Terserah yg punya kendaraan yang lewat tol dalam rangka bisnis atau
>>> jalan2.
>>>
>>> Kalau dirasa pendapatan kurang, tinggal menaikkan harga tol :)
>>>
>>> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>>>
 ngg .. beda mas ...

 dalam kasus listrik, semakin banyak pemakaian kita (pasang ac, hidupin
 tv, dll), kita bayar makin banyak .. malah sekarang ada premium charge
 untuk pemakaian diatas rata-rata .. plus tv, ac dll tidak menghasilkan
 revenue apapun ..

 dalam kasus telko, facebook, twitter, skype, mendapatkan revenue
 sedangkan operator gak dapet apa2 (karena banyak user pake paket unlimited)
 tapi harus terus menerus nambah kapasitas ..

  jalan keluarnya adalah, operator juga harus masuk ke bisnis konten ..
 melokalisasi traffic ...


 2012/3/20 imam wiratmadja 

> Menurut saya operator telko pada akhirnya harus menerima bahwa barang
> dagangannya adalah komoditas. Bandwith yang mereka sediakan tak ubahnya
> seperti satuan megawatt yg disediakan PLN atau Thermal Unit yg disediakan
> perusahaan gas.
>
> Apakah perusahaan listrik lalu kiamat ketika semakin banyak perabot
> elektronik di setiap rumah tangga?
> Tentu tidak.
>
> Hanya saja, harganya ya jadi harga komoditas, bukan harga servis
> premium / branded.
>
>
> @Outstandjing on GreenRobot
> -Sync pake Dropbox yuk! http://db.tt/t4EMMfR -
>
>
>
> 2012/3/20 Arianto C Nugroho 
>
>>
>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>
>> *
>> *
>>
>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
>> di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>
>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
>> top 
>> *(OTT)
>>  semacam
>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>> Players
>> ".*
>>
>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah 

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread Sugiono Lie
Maaf mau nanya, hapeh itu apa ya?

2012/3/22 David Christian 

> Klo untuk retail, saya lihat, kecenderungannya masih buka kedai hapeh
> yah... Dan juga jualan konten kayak ringbacktone, video surveillance untuk
> rumahan, kerja sama dengan 3rd party untuk menyediakan Value added service.
>
> Tapi gak usah takut, sekarang teknologi makin murah, dan membuat bandwith
> semakin murah dan semakin kencang. Telco juga gak akan mati kayaknya...
>
>
>
>

-- 
"Indonesian Android Community"  Join: http://forum.android.or.id

===
Download Aplikasi Kompas  versi Digital dan Keren
https://market.android.com/details?id=com.kompas.android.kec
--
Gunakan Paket Unlimited Data XL Mobile Broadband  
http://www.xl.co.id/XLInternet/BroadbandInternet
-
Lex-ON  http://www.Lex-ON.com - Plaza Semanggi
E-mail: sa...@lex-on.com  Tlp: 021-70952539
-
GSM-AKU  http://www.gsmaku.com - BEC Bandung
E-mail: syaf...@gsmaku.com  Hp: 0881-1515151 
-
EceranShop  http://eceranshop.com - BEC  Bandung
E-mail: wi...@eceranshop.com  Hp: 0815-56599888
===

Aturan Umum dan Jualan/Kloteran ID-Android  http://goo.gl/arJ5x


Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread Boedi
Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau lebih
untung dr penggunanya.
Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom
provider.
On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
wrote:

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top 
> *(OTT)
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital goods,
> *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
> daratan Amerika saja.
>
> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
> operator telko dalam hal ini.
>
> *Efisiensi Biaya*
>
> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>
> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>
> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>
> *Revenue Sharing *
>
> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>
> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
> peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika
> pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong
> operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih
> sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.
>
> *Menjadi OTT Player*
>
> Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator
> bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan
> data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan
> layanan berbasis internet.
>
> Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator harus menggandeng
> penyedia perangkat lunak untuk bersama-sama menyediakan layanan cloud
> computing bagi pelanggannya--layanan ini biasa dikenal dengan model *Software
> as a Services* (SaaS).
>
> Namun sekali lagi, menjadi penyedia layanan SaaS bukanlah hal yang mudah
> menginga

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread Anto Daryanto
Operator yang manja ...

Persis seperti Telkom jaman dulu, dapat proteksi dan monopoli tapi nggak pernah 
mau untuk kreatif. Begitu keran operator dibuka langsung panik. Tapi lihat 
sekarang, banyak inovasi muncul dari internal Telkom dan terbukti masih 
bertahan kan? 

Creative innovation consistantly, kalau mau bertahan 

-anto 
10:00:01 
dikirim pake BlackBerry

-Original Message-
From: Boedi 
Sender: id-android@googlegroups.com
Date: Fri, 23 Mar 2012 08:44:00 
To: 
Reply-To: id-android@googlegroups.com
Subject: Re: [id-android] hari kiamat operator

Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau lebih
untung dr penggunanya.
Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom
provider.
On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
wrote:

>
> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>
> *
> *
>
> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top 
> *(OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>  semacam
> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
> ".*
>
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital goods,
> *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
> daratan Amerika saja.
>
> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
> operator telko dalam hal ini.
>
> *Efisiensi Biaya*
>
> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>
> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.
>
> Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan
> menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah
> kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber
> daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.
>
> *Revenue Sharing *
>
> Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator
> tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana
> OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.
>
> Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait
> peratura

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-22 Thread David Christian
Apapun itu gak boleh manja
Aku selama ini gak ikuti perkembangan telko di indo yah... Mana tahu ada
yang mau hire aku untuk kerja di TELCO indonesia, dengan senang hati
memberikan inspirasi2 dan inovasi2 di sana. Hehehehe.


2012/3/23 Anto Daryanto 

> **
> Operator yang manja ...
>
> Persis seperti Telkom jaman dulu, dapat proteksi dan monopoli tapi nggak
> pernah mau untuk kreatif. Begitu keran operator dibuka langsung panik. Tapi
> lihat sekarang, banyak inovasi muncul dari internal Telkom dan terbukti
> masih bertahan kan?
>
> Creative innovation consistantly, kalau mau bertahan 
>
> -anto
> 10:00:01
> dikirim pake BlackBerry
> --
> *From: * Boedi 
> *Sender: * id-android@googlegroups.com
> *Date: *Fri, 23 Mar 2012 08:44:00 +0700
> *To: *
> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>
> Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau lebih
> untung dr penggunanya.
> Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
> Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
> Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom
> provider.
> On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
> wrote:
>
>>
>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>
>> *
>> *
>>
>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>
>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top *
>> (OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>  semacam
>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>> ".*
>>
>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>
>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>
>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>
>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>
>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
>> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>
>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
>> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
>> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
>> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
>> daratan Amerika saja.
>>
>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>
>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
>> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>> operator telko dalam hal ini.
>>
>> *Efisiensi Biaya*
>>
>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>> Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana
>> sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik
>> mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.
>>
>> Namun tentu saja ini perlu negosiasi *business to business *(B2B) yang
>> tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di
>> luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-23 Thread @lvin
Sejujurnya di negri kita ini, seringkali ingin menggeruk keuntungan sebesar
besarnya, masalah OTT harusnya bukan iri or meminta bagian dari revenuenya,
harusnya justru jadi pemicu peningkatan produk jualan nya (layanan data)
Coba kita bandingkan seberapa riil kecepatan yang ditawarkan melalui iklan
dengan kenyataan yang didapatnya, saya sih melihat jauh sekali dari
kenyataan, yang menyebabkan turunnya kepercayaan kita sebagai pengguna atas
layanan yang ditawarkan, jadi wajar saja harga yang ditawarkan tidak bisa
tinggi (ada harga ada kualitas)
Mending benahi dulu kualitas, jangan ribut revenue, OTT dapat revenue
tinggi juga karena memang kualitanya layak.

soktau.com


2012/3/23 Anto Daryanto 

> **
> Operator yang manja ...
>
> Persis seperti Telkom jaman dulu, dapat proteksi dan monopoli tapi nggak
> pernah mau untuk kreatif. Begitu keran operator dibuka langsung panik. Tapi
> lihat sekarang, banyak inovasi muncul dari internal Telkom dan terbukti
> masih bertahan kan?
>
> Creative innovation consistantly, kalau mau bertahan 
>
> -anto
> 10:00:01
> dikirim pake BlackBerry
> --
> *From: * Boedi 
> *Sender: * id-android@googlegroups.com
> *Date: *Fri, 23 Mar 2012 08:44:00 +0700
> *To: *
> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>
> Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau lebih
> untung dr penggunanya.
> Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
> Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
> Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom
> provider.
> On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
> wrote:
>
>>
>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>
>> *
>> *
>>
>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>
>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top *
>> (OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>  semacam
>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>> ".*
>>
>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>
>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>
>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>
>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>
>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet based
>> service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>
>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang
>> dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone
>> 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di
>> Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di
>> daratan Amerika saja.
>>
>> Inilah yang disebut dengan fenomena* 'Dumb Pipe' *alias pipa jaringan
>> penuh, tapi tidak ada *revenue *yang dihasilkan.
>>
>> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari
>> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh
>> operator telko dalam hal ini.
>>
>> *Efisiensi Biaya*
>>
>> Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup.
>> Bentuknya bisa dengan melakukan

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-25 Thread David Christian
Untuk internet via jaringan wireless, kayak 3G, 4G, dan WIFI, jangan
harapkan kecepatan data seperti yang diiklankan.

Kenapa?

Posisi menentukan prestasi :)

So, jangan pernah merasa ketipu iklan. Iklannya benar, kecepatan anda
MAKSIMUM* 7,2 Mbps... :p

Tapi itu jika posisi anda dalam jangkauan signal OK, dan jumlah pengguna
tidak terlalu berlebihan per BTS. Hahahaha :)

2012/3/23 @lvin 

> Sejujurnya di negri kita ini, seringkali ingin menggeruk keuntungan
> sebesar besarnya, masalah OTT harusnya bukan iri or meminta bagian dari
> revenuenya, harusnya justru jadi pemicu peningkatan produk jualan nya
> (layanan data)
> Coba kita bandingkan seberapa riil kecepatan yang ditawarkan melalui iklan
> dengan kenyataan yang didapatnya, saya sih melihat jauh sekali dari
> kenyataan, yang menyebabkan turunnya kepercayaan kita sebagai pengguna atas
> layanan yang ditawarkan, jadi wajar saja harga yang ditawarkan tidak bisa
> tinggi (ada harga ada kualitas)
> Mending benahi dulu kualitas, jangan ribut revenue, OTT dapat revenue
> tinggi juga karena memang kualitanya layak.
>
> soktau.com
>
>
> 2012/3/23 Anto Daryanto 
>
>> **
>> Operator yang manja ...
>>
>> Persis seperti Telkom jaman dulu, dapat proteksi dan monopoli tapi nggak
>> pernah mau untuk kreatif. Begitu keran operator dibuka langsung panik. Tapi
>> lihat sekarang, banyak inovasi muncul dari internal Telkom dan terbukti
>> masih bertahan kan?
>>
>> Creative innovation consistantly, kalau mau bertahan 
>>
>> -anto
>> 10:00:01
>> dikirim pake BlackBerry
>> --
>> *From: * Boedi 
>> *Sender: * id-android@googlegroups.com
>> *Date: *Fri, 23 Mar 2012 08:44:00 +0700
>> *To: *
>> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
>> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>>
>> Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau lebih
>> untung dr penggunanya.
>> Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
>> Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
>> Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom
>> provider.
>> On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
>> wrote:
>>
>>>
>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>
>>> *
>>> *
>>>
>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di
>>> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>
>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the top
>>> *(OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>>  semacam
>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>>> ".*
>>>
>>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>>
>>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>>
>>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara
>>> trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
>>>
>>> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan
>>> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.
>>>
>>> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan *internet
>>> based service *lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan *digital
>>> goods, *operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik
>>> data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
>>>
>>> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan
>>> yang dinikmati para OTT *player*. Contohnya, sesudah Ap

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-25 Thread Willy Mularto
setubuh bro, kalo lelet jangan langsung nuding operator 



*ngejar posting..wkwkwk*
On Mar 26, 2012, at 10:54 AM, David Christian wrote:

> Untuk internet via jaringan wireless, kayak 3G, 4G, dan WIFI, jangan harapkan 
> kecepatan data seperti yang diiklankan. 
> 
> Kenapa?
> 
> Posisi menentukan prestasi :)
> 
> So, jangan pernah merasa ketipu iklan. Iklannya benar, kecepatan anda 
> MAKSIMUM* 7,2 Mbps... :p
> 
> Tapi itu jika posisi anda dalam jangkauan signal OK, dan jumlah pengguna 
> tidak terlalu berlebihan per BTS. Hahahaha :)
> 
> 2012/3/23 @lvin 
> Sejujurnya di negri kita ini, seringkali ingin menggeruk keuntungan sebesar 
> besarnya, masalah OTT harusnya bukan iri or meminta bagian dari revenuenya, 
> harusnya justru jadi pemicu peningkatan produk jualan nya (layanan data)
> Coba kita bandingkan seberapa riil kecepatan yang ditawarkan melalui iklan 
> dengan kenyataan yang didapatnya, saya sih melihat jauh sekali dari 
> kenyataan, yang menyebabkan turunnya kepercayaan kita sebagai pengguna atas 
> layanan yang ditawarkan, jadi wajar saja harga yang ditawarkan tidak bisa 
> tinggi (ada harga ada kualitas)
> Mending benahi dulu kualitas, jangan ribut revenue, OTT dapat revenue tinggi 
> juga karena memang kualitanya layak.
> 
> soktau.com
> 
> 
> 2012/3/23 Anto Daryanto 
> Operator yang manja ...
> 
> Persis seperti Telkom jaman dulu, dapat proteksi dan monopoli tapi nggak 
> pernah mau untuk kreatif. Begitu keran operator dibuka langsung panik. Tapi 
> lihat sekarang, banyak inovasi muncul dari internal Telkom dan terbukti masih 
> bertahan kan? 
> 
> Creative innovation consistantly, kalau mau bertahan 
> 
> -anto 
> 10:00:01
> dikirim pake BlackBerry
> From: Boedi 
> Sender: id-android@googlegroups.com
> Date: Fri, 23 Mar 2012 08:44:00 +0700
> To: 
> ReplyTo: id-android@googlegroups.com
> Subject: Re: [id-android] hari kiamat operator
> 
> Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau lebih 
> untung dr penggunanya.
> Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
> Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
> Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom 
> provider.
> 
> On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho"  
> wrote:
> 
> Kolom Telematika
> 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
> Penulis: Mochamad James Falahuddin - detikinet
> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
> 
> 
>  
> 
> 
> Jakarta - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di 
> Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang 
> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
> 
> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator 
> yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para over the top (OTT) semacam 
> Google, Facebook dkk, dalam acara "Resisting the Doomsday of Telco Players".
> 
> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan revenue dari operator 
> di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan, bahkan beberapa 
> sudah meluncur ke arah negatif. 
> 
> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak 
> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau ARPU 
> (average revenue per user) yang terus turun. 
> 
> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya 
> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk unlimited data 
> access justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir pelanggan 
> yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara trafik yang 
> dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.
> 
> Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan 
> berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini. 
> 
> Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan internet based 
> service lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan digital goods, 
> operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik data--dimana 
> hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit. 
> 
> Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang 
> dinikmati para OTT player. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone 4s 
> dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di Amerika 
> sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di daratan 
> Amerika saja. 
> 
> Inilah yang disebut dengan fenomena 'Dumb Pipe' alias pipa jaringan penuh, 
> tapi tidak ada revenue yang dihasilkan.
> 
> Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari 
> 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jur

Re: [id-android] hari kiamat operator

2012-03-26 Thread @lvin
Gimana tidak mau menyalahkan Operator, ribut kecepatan ditingkatkan terus,
tapi kalo hasilnya di pelanggan tetep sama kecepatannya
Ingat kita pelanggan itu bayar untuk menikmati layanan yang di iklankan,
mending tetap 2,5G tapi benar benar riil, dengan maksud kualitas aja yang
ditingkatkan, tidak perlu ribut ribut naik ke LTE/4G
:p



2012/3/26 David Christian 

> Untuk internet via jaringan wireless, kayak 3G, 4G, dan WIFI, jangan
> harapkan kecepatan data seperti yang diiklankan.
>
> Kenapa?
>
> Posisi menentukan prestasi :)
>
> So, jangan pernah merasa ketipu iklan. Iklannya benar, kecepatan anda
> MAKSIMUM* 7,2 Mbps... :p
>
> Tapi itu jika posisi anda dalam jangkauan signal OK, dan jumlah pengguna
> tidak terlalu berlebihan per BTS. Hahahaha :)
>
> 2012/3/23 @lvin 
>
> Sejujurnya di negri kita ini, seringkali ingin menggeruk keuntungan
>> sebesar besarnya, masalah OTT harusnya bukan iri or meminta bagian dari
>> revenuenya, harusnya justru jadi pemicu peningkatan produk jualan nya
>> (layanan data)
>> Coba kita bandingkan seberapa riil kecepatan yang ditawarkan melalui
>> iklan dengan kenyataan yang didapatnya, saya sih melihat jauh sekali dari
>> kenyataan, yang menyebabkan turunnya kepercayaan kita sebagai pengguna atas
>> layanan yang ditawarkan, jadi wajar saja harga yang ditawarkan tidak bisa
>> tinggi (ada harga ada kualitas)
>> Mending benahi dulu kualitas, jangan ribut revenue, OTT dapat revenue
>> tinggi juga karena memang kualitanya layak.
>>
>> soktau.com
>>
>>
>> 2012/3/23 Anto Daryanto 
>>
>>> **
>>> Operator yang manja ...
>>>
>>> Persis seperti Telkom jaman dulu, dapat proteksi dan monopoli tapi nggak
>>> pernah mau untuk kreatif. Begitu keran operator dibuka langsung panik. Tapi
>>> lihat sekarang, banyak inovasi muncul dari internal Telkom dan terbukti
>>> masih bertahan kan?
>>>
>>> Creative innovation consistantly, kalau mau bertahan 
>>>
>>> -anto
>>> 10:00:01
>>> dikirim pake BlackBerry
>>> --
>>> *From: * Boedi 
>>> *Sender: * id-android@googlegroups.com
>>> *Date: *Fri, 23 Mar 2012 08:44:00 +0700
>>> *To: *
>>> *ReplyTo: * id-android@googlegroups.com
>>> *Subject: *Re: [id-android] hari kiamat operator
>>>
>>> Kekhawatiran yg aneh! Namanya juga penyedia infrastruktur masak mau
>>> lebih untung dr penggunanya.
>>> Masak jasa marga harus lebih untung dari astra sebagai produsen mobil.
>>> Masak PLN harus lebih untung dari produsen tv plasma.
>>> Jgn2 krn bisnis konten yg ga jelas dihapus jadi keuntungan telkom
>>> provider.
>>> On Mar 20, 2012 12:21 PM, "Arianto C Nugroho" 
>>> wrote:
>>>
>>>>
>>>> Kolom Telematika 'Kiamat Kecil' Telekomunikasi
>>>> *Penulis: Mochamad James Falahuddin* - detikinet
>>>> Senin, 19/03/2012 10:24 WIB
>>>>
>>>> *
>>>> *
>>>>
>>>> *Jakarta* - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya
>>>> di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang
>>>> menghitung hari menuju lonceng kematiannya.
>>>>
>>>> Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para
>>>> operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para *over the
>>>> top 
>>>> *(OTT)<http://inet.detik.com/read/2012/03/16/180912/1869528/328/ott-dicintai-sekaligus-dibenci>
>>>>  semacam
>>>> Google, Facebook dkk, dalam acara *"Resisting the Doomsday of Telco
>>>> Players<http://inet.detik.com/read/2012/03/14/160238/1867272/328/bisnis-data-operator-tersandung-ott>
>>>> ".*
>>>>
>>>> Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan *revenue *dari
>>>> operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan,
>>>> bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.
>>>>
>>>> Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak
>>>> performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau
>>>> ARPU *(average revenue per user) *yang terus turun.
>>>>
>>>> Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya
>>>> meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk *unlimited
>>>> data access *justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir
>>>> pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited te