[is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread Agus Safudi
Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya rancunya. 
"Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi dan pekerjaan 
kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan kedudukan adalah 
tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah misalkan seseorang 
dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka itu 
keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada unsur 
usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang namanya 
kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan bukan 
dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak 
muter2ngawur terlalu luas.
Warm regard,
a.s.


--- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:
Dari: Alkhori M 
Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Kepada: is-lam@milis.isnet.org
Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM




 
 
FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah 50 
Juta Pertahun.

Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi “Guru” bukan 
karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi “Guru” 
sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga orang 
menjadi bangga jika profesinya adalah “Guru”. Agar ini bisa dicapai maka 
selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi 
jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah semu. 
Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang dilemparkan atau 
yang di-offer ke rakyat adalah… maaf cut dulu ada panggilan, nanti disambung 
lagi, harap sabar !!!

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar



Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi judulnya 
saya ganti biar lebih menggigit tentu dengan diganti judul ada cakupan yang 
lebih “Objective” yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia 
tidak mempunyai dilema seperti judulnya yaitu: 

FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa “Profesi Guru/ Tenaga Pendidik adalah 
profesi yang Sangat Sangat Mulia” tapi di Indonesia profesi guru hanya dilihat 
sebelah mata. Untuk ini haruslah dibenahi, tapi “Allah tidak akan mengubah 
nasib suatu kaum (guru) kalau guru sendiri tidak mau mengubah nasibnya” Guru 
bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan. Tidak ada lagi istilah klasik, karena 
tidak dapat kerja ditempat lain terpaksalah jadi guru. Begitu lulus University 
yg pintar pintar bekerja di perusahaan yang terkenal dengan gaji dan benefit 
yang super, sementara yg lulus pas-pas-an tinggal di University untuk 
selanjutnya mengabdi di almamater due to no alternative instead of dapur tak 
ber-asap okay-lah terima saja jadi tenaga pengajar. Buktinya IKIP atau FKIP 
terpaksa dibubarkan.

Bagaimana hal tersebut tidak boleh dan harus tidak ter-ulang lagi, “PROFESI 
GURU DILAHIRKAN Dan guru harus SIAP mengubah nasib sendiri” Lihat lagi “Tuhan 
Tidak Mengubah Nasib Suatu Bangsa Kalau Bangsa Itu Tidak Mengubah Nasibnya 
Sendiri.” Apa saja faktor untuk mengubah nasib guru?  yang sangat penting dan 
tidak termasuk didalamnya JANGAN DEMO masak guru DEMO, lucu orang yang jadi 
panutan spt PGRI DEMO jadi dibawah ini bbrp bullet antara lain agar bisa 
mengubah nasib GURU:

1.  Sapu bersih/ say no to koruptor, berantas habis korupsi

2.  Peraturan harus Transparant, bukan jebakan dan tidak ada celah membuat 
orang lain jadi bisa dipersulit

3.  Murahkan pendidikan yang mahal di Indonesia

4.  Sederhanakan Kurikulum (ini yang dimaksud dg FiqhTasauf Pendidikan 
Indonesia)

5.  20% APBN untuk pendidikan jangan SEMU

6.  Orang orang tua diharapkan mundur dari membuat kebijakan pendidikan 
nasional, tapi mereka bisa sebagai pengajar

7.  UN ditiadakan dan Methode belajar mengajar diperbaiki ???

8.  Dll dll



AD.1: SAPU BERSIH/ SAY NO TO KORUPTOR, BERANTAS HABIS KORUPSI

Pemilu sdh dekat, pilihlah (CALEG/ CAPRES/ CAWAPRES) yang bersih NO KKN dan mau 
memperhatikan pendidikan, tentu Guru bisa memilih dengan tepat. Contoh kasus: 
BCA ketika menjadi pasien BPPN karena tidak mampu melunasi BLBI untuk 
menyehatkan BCA maka disuntik dana Rp. 60 Triliun, tapi sewaktu dijual ke asing 
hanya dihargai Rp. 10 triliun, menguap sebanyak Rp. 50 triliun, siapa yang 
menikmati dana Rp. 50 triliun, tentu para koruptor. Banayk kasus kasus korupsi 
lainya yang fantastik, yang mana kalau duit ini dialokasikan untuk pendidikan 
nasional maka tidak saja pendidikan 12 tahun bisa gratis diseluruh Indonesia 
tapi malahan unag masuk dan uang kuliah bisa sangat murah di Indonesia.

Insya Allah bersambung, salam kompak selalu dari Qatar.

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar



 
___
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam



  Terhubung langsung dengan banyak teman di blo

Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread AFR
menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.
tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan ilmu dgn sabar 
pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.

ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn orientasi yg sangat 
spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak seharusnya mahal. kalo org 
Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan kikir ilmu. lurus 
dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg berilmu akan 
cenderung kikir.


a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,

Katakanlah: 
"Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan 
rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut 
membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (al-Israa': 100)



salam,
Fahru


From: Agus Safudi 
To: is-lam@milis.isnet.org
Sent: Friday, February 20, 2009 3:45:25 PM
Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal


Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya rancunya 
"Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi dan pekerjaan 
kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan kedudukan adalah 
tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah misalkan seseorang 
dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka itu 
keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada unsur 
usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang namanya 
kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan bukan 
dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak 
muter2ngawur terlalu luas.
Warm regard,
a.s.


--- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:

Dari: Alkhori M 
Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Kepada: is-lam@milis.isnet.org
Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM


Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah 
50Juta Pertahun.
Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi “Guru” bukan 
karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi “Guru” 
sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga orang 
menjadi bangga jika profesinya adalah “Guru”. Agar ini bisa dicapai maka 
selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi 
jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah semu. 
Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang dilemparkan atau 
yang di-offer ke rakyat adalah… maaf cut dulu ada panggilan, nanti disambung 
lagi, harap sabar !!!
Alkhori M
Alkhor Community
Qatar
Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi judulnya 
saya ganti biar lebih menggigittentu dengan diganti judul ada cakupan yang 
lebih“Objective”yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia tidak 
mempunyai dilema seperti judulnyayaitu: 
FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa“Profesi Guru/ Tenaga Pendidik adalah 
profesi yang Sangat Sangat Mulia”tapi di Indonesia profesi guru hanya dilihat 
sebelah mata.Untuk ini haruslah dibenahi, tapi“Allah tidak akan mengubah nasib 
suatu kaum (guru) kalau guru sendiritidak mau mengubah nasibnya”Guru bukanlah 
pekerjaan, tapi guru dilahirkan. Tidak ada lagi istilah klasik, karena tidak 
dapat kerja ditempat lain terpaksalah jadi guru.Begitu lulus University yg 
pintar pintar bekerja di perusahaan yang terkenal dengan gaji dan benefit yang 
super, sementara yg lulus pas-pas-an tinggal di University untuk selanjutnya 
mengabdi di almamaterdue to no alternative instead of dapur tak ber-asap 
okay-lah terima saja jadi tenaga pengajar.Buktinya IKIP atau FKIP terpaksa 
dibubarkan.
Bagaimana hal tersebut tidak boleh dan harus tidakter-ulang lagi,“PROFESI GURU 
DILAHIRKAN Dan guru harus SIAP mengubah nasib sendiri”Lihat lagi“Tuhan Tidak 
Mengubah NasibSuatuBangsaKalau Bangsa Itu Tidak Mengubah Nasibnya Sendiri.”Apa 
saja faktor untuk mengubah nasib guru? yang sangat pentingdantidak termasuk 
didalamnyaJANGAN DEMOmasak guruDEMO, lucu orang yang jadi panutan sptPGRI 
DEMOjadi dibawah inibbrp bulletantara lain agar bisa mengubah nasib GURU:
1. Sapu bersih/ say no to koruptor, berantas habis korupsi
2. Peraturan harus Transparant, bukan jebakan dan tidak ada celah membuat 
orang lain jadi bisa dipersulit
3.  Murahkan pendidikan yang mahal di Indonesia
4. SederhanakanKurikulum (ini yang dimaksud dg FiqhTasauf Pendidikan 
Indonesia)
5. 20% APBN untuk pendidikan jangan SEMU
6. Orang orangtuadiharapkan mundur dari membuat kebijakanpendidikan 
nasional, tapi mereka bisa sebagai pengajar
7. UN ditiadakan danMethode belajar mengajar diperbaiki???
8. Dll dll
AD.1:SAPU BERSIH/ SAY NO TO KORUPTOR, BERANTAS HABIS KORUPSI
Pemilu sdh dekat, pilihlah(CALEG/ CAPRES/ CAWAPRES)yang bersihNO KKNdan mau 
memperhatikan pendidikan, tentu Guru bisa 

Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread A Nizami

Iya.
Tergantung guru dan sekolahnya.
Pendidikan bisa murah kalau guru dan sekolahnya sederhana. Tapi kalau pada 
matere dan orientasinya bisnis kapitalis yang serakah, mahal lah jadinya. 
Muridnya juga akhirnya ngawur karena dia dan orang tuanya stress mikirin 
bagaimana harus bayar.

Sebagai contoh anak saya mengaji bayarannya cuma rp 15 ribu / bulan.
Sekolah SD hanya Rp 120 ribu/bulan. Ini swasta dan ada laboratorium komputer.

Kampus BSI hanya Rp 2 juta/tahun.

Nah kalau ada yang uang pangkal rp 100 juta dan SPP rp 50 juta, itu perlu 
diaudit dulu apa benar apa cuma mark-up.

--- Pada Jum, 20/2/09, AFR  menulis:

> Dari: AFR 
> Topik: Re: [is-lam] Bls:  FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
> Kepada: agussaf...@yahoo.co.id, is-lam@milis.isnet.org
> Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 1:23 AM
> menjadi guru itu sebenarnya
> bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.
> tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru,
> menghantarkan ilmu dgn sabar 
> pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga
> pakar.
>  
> ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat
> industri dgn orientasi yg sangat 
> spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak
> seharusnya mahal. kalo org 
> Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah
> org itu akan kikir ilmu. lurus 
> dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa
> saja yg berilmu akan 
> cenderung kikir.
>  
>  
> a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,
>  
> Katakanlah: 
> "Kalau seandainya kamu menguasai
> perbendaharaan-perbendaharaan 
> rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,
> karena takut 
> membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat
> kikir. (al-Israa': 100)
> 
>  
>  
> salam,
> Fahru
> 
> 
> 
> From: Agus
> Safudi 
> To:
> is-lam@milis.isnet.org
> Sent: Friday,
> February 20, 2009 3:45:25 PM
> Subject:
> [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg
> Mahal
> 
> 
> 
> 
> 
> Penjelasan sampeyan ini luar biasa
> bang Qhori,...maksud saya rancunya "Guru
> bukanlah pekerjaan, tapi guru
> dilahirkan..". Beda profesi dan pekerjaan
> kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan
> kedudukan adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan
> (keadaan) adalah misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak
> kongloimerat/anak president maka itu
> keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen
> adalah ada unsur usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka
> disebut kedudukan. Yang namanya kedudukan ketika dicapai itu
> bisa dibilang profesi/pekerjaan dan bukan dilahirkan
> langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak
> muter2ngawur terlalu luas.
> Warm regard,
> a.s.
> 
> 
> --- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M
>  menulis:
> 
> Dari: Alkhori M 
> Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg
> Mahal
> Kepada: is-lam@milis.isnet.org
> Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM
> 
> 
> 
> Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu
> Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah
> 50 Juta
> Pertahun.
> Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan
> yang menjadi “Guru” bukan karena terpaksa karena tidak
> diterima ditempat lain akhirnya jadi “Guru” sajalah.
> Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia
> sehingga orang menjadi bangga jika profesinya adalah
> “Guru”. Agar ini bisa dicapai maka selayaknya Uang Masuk
> adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi
> jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari
> APBN janganlah semu. Walau uang pangkal 100 juta dan uang
> kuliah 50 juta tapi yang dilemparkan atau yang di-offer ke
> rakyat adalah… maaf cut dulu ada panggilan, nanti
> disambung lagi, harap sabar !!!
> Alkhori
> M
> Alkhor
> Community
> Qatar
> 
> Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa
> dilanjutkan, tapi judulnya saya ganti biar lebih
> menggigit tentu
> dengan diganti judul ada cakupan yang
> lebih “Objective” yang ingin disharing bagaimana agar
> pendidikan Indonesia tidak mempunyai dilema seperti
> judulnya yaitu:
>  
> FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg
> Mahal
> Tentu semua
> setuju kalau
> dituliskan bahwa “Profesi Guru/ Tenaga Pendidik
> adalah profesi yang Sangat Sangat
> Mulia” tapi di Indonesia profesi guru hanya
> dilihat sebelah mata. Untuk ini haruslah
>  dibenahi, tapi “Allah tidak akan mengubah
> nasib suatu kaum (guru) kalau guru
> sendiri tidak mau mengubah
> nasibnya” Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru
> dilahirkan. Tidak ada lagi istilah klasik, karena tidak
> dapat kerja ditempat lain terpaksalah jadi
> guru. Begitu
> lulus
>  University yg pintar pintar bekerja di perusahaan yang
> terkenal dengan gaji dan benefit yang super, sementara yg lulus
> pas-pas-an tinggal di University untuk selanjutnya mengabdi
> di almamater due to no
> alternative instead of dapur tak ber-asap okay-lah terima
> saja jadi tenaga pengajar. Buktinya IKIP atau FKIP terpaksa
> dibubarkan.
> Bagaimana hal tersebut tidak boleh dan harus
> tidak ter-ulang
> lagi, “PROFESI GURU DILAHIRKAN Dan
> guru harus SIAP mengubah nasib
> sendiri” Li

Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread Bango Samparan
--- On Fri, 2/20/09, Agus Safudi  wrote:

> Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud
> saya rancunya. "Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru
> dilahirkan..". Beda profesi dan pekerjaan kira2gimana
> seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan kedudukan
> adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan)
> adalah misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak
> kongloimerat/anak president maka itu
> keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen
> adalah ada unsur usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka
> disebut kedudukan. Yang namanya kedudukan ketika dicapai itu
> bisa dibilang profesi/pekerjaan dan bukan dilahirkan
> langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak
> muter2ngawur terlalu luas.

Weleh, ternyata yang bingung bukan saya saja, yang berasal dari partai 
Kaypang:-)

Di sini suhu Alkhori malah pakai istilah baru lagi namanya FIKIH TASAUF, 
mungkin karena saat ini beliau memang lagi trance dan masuk maqom manunggaling 
kawula sama istilah-istilah (hati-hati lho locianpwee,siapa tahu bangun-bangun 
locianpwee ternyata ada di kadang babi, dengan tubuh sudah berpelopatan kotoran 
babi). 

Kemarin tuh ada juga istilah engineering fikih dan engineering tasauf, terus 
terang meski saya sudah pakai jurus sin liong hok te (naga sakti mendekam 
tanah), saya tetap tidak mampu lho mengartikan.

Keep simple saja lah suhu Alkhori, tasauf jangan dipaksa-paksakan menjadi 
senjata sapu jagat yang bisa menyelesaikan segala sesuatu.

Salam hangat
B. Samparan




  
___
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam


Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread Alkhori M
Ilmu itu tidak mahal, tapi PENDIDIKAN adalah mahal. Akan berbeda artinya
kalau ditulis "Pendidikan MAHAL" bandingkan dengan statement "Pendidikan
Indonesia MAHAL" bandingkan lagi dengan statement "Pendidikan Indonesia Yang
MAHAL" ketiga itu akan berbeda artinya.

 

Mana ada orang yang dilahirkan langsung jadi "Guru" . Adakah yang bisa
membantu untuk menjawab pertanyaan Agus Safudia untuk menerangkan "Guru
Dilahirkan" dalam artian profesi guru itu sangat sangat MULIA.   

 

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar

  _  

From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
On Behalf Of AFR
Sent: Friday, February 20, 2009 12:24 PM
To: agussaf...@yahoo.co.id; is-lam@milis.isnet.org
Subject: Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

 

menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.

tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan ilmu dgn sabar 

pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.

 

ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn orientasi yg sangat 

spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak seharusnya mahal. kalo
org 

Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan kikir ilmu. lurus 

dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg berilmu akan 

cenderung kikir.

 

 

a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,

 

Katakanlah: 

"Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan 

rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut 

membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (al-Israa': 100)

 

 

salam,

Fahru

  _  

From: Agus Safudi 
To: is-lam@milis.isnet.org
Sent: Friday, February 20, 2009 3:45:25 PM
Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal


Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya
rancunya "Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi
dan pekerjaan kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan
kedudukan adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah
misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka
itu keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada
unsur usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang
namanya kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan
bukan dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak
muter2ngawur terlalu luas.
Warm regard,
a.s.


--- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:

Dari: Alkhori M 
Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Kepada: is-lam@milis.isnet.org
Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM

Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah
50 Juta Pertahun.

Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi "Guru" bukan
karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi "Guru"
sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga orang
menjadi bangga jika profesinya adalah "Guru". Agar ini bisa dicapai maka
selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi
jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah
semu. Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang
dilemparkan atau yang di-offer ke rakyat adalah. maaf cut dulu ada
panggilan, nanti disambung lagi, harap sabar !!!

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar

Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi judulnya
saya ganti biar lebih menggigit tentu dengan diganti judul ada cakupan yang
lebih "Objective" yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia
tidak mempunyai dilema seperti judulnya yaitu: 

FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa "Profesi Guru/ Tenaga Pendidik
adalah profesi yang Sangat Sangat Mulia" tapi di Indonesia profesi guru
hanya dilihat sebelah mata. Untuk ini haruslah dibenahi, tapi "Allah tidak
akan mengubah nasib suatu kaum (guru) kalau guru sendiri tidak mau mengubah
nasibnya" Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan. Tidak ada lagi
istilah klasik, karena tidak dapat kerja ditempat lain terpaksalah jadi
guru. Begitu lulus University yg pintar pintar bekerja di perusahaan yang
terkenal dengan gaji dan benefit yang super, sementara yg lulus pas-pas-an
tinggal di University untuk selanjutnya mengabdi di almamater due to no
alternative instead of dapur tak ber-asap okay-lah terima saja jadi tenaga
pengajar. Buktinya IKIP atau FKIP terpaksa dibubarkan.

Bagaimana hal tersebut tidak boleh dan harus tidak ter-ulang lagi, "PROFESI
GURU DILAHIRKAN Dan guru harus SIAP mengubah nasib sendiri" Lihat lagi
"Tuhan Tidak Mengubah Nasib Suatu Bangsa Kalau Bangsa Itu Tidak Mengubah
Nasibnya Sendiri." Apa saja faktor untuk mengubah nasib guru?  yang sangat
penting dan tidak termasuk didalamnya JANGAN DEMO masak guru DEMO, lucu
orang yang jadi panutan spt PGRI DEMO jadi d

Re: [is-lam] [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00] Re: Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread hamami
Ikutan nimbrung dikit, ah..

 

Mas Fahru,

Pernyataan sampeyan kalau guru itu bukan pekerjaan melainkan panggilan jiwa,
itu nampaknya sangat2 klise. 

Dijaman dulu, he.he.he.meskipun tidak dulu sekali pernyataan itu mungkin ada
"sedikit" benarnya. 

Karena pada kenyataannya, dijaman saya dulu paling tidak (karena saya bagian
dari guru) profesi sebagai guru itu sering dijadikan sandaran "pekerjaan"
paling akhir manakala tidak dapat bekerja disektor lain. Sehingga benar
manakala ada orang yang berkeinginan jadi guru saat itu, lebih pada
panggilan jiwa.

Namun sekarang hal itu sudah jauh berubah, karena profesi guru saat ini
banyak sudah menjadi incaran. Sehingga yang ada pekerjaan/profesi sebagai
guru statusnya sudah hampir sama dengan jenis pekerjaan lainnya. Yang
menuntut professionalme,  dan kalau sudah bicara pfofesionalisme tidak
terlepas dari masalah "bayaran".

 

Wassalam

Hmm   

 

  _  

From: AFR [mailto:fa_ro...@yahoo.com] 
Sent: Friday, February 20, 2009 4:24 PM
To: agussaf...@yahoo.co.id; is-lam@milis.isnet.org
Subject: [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00] Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf
Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

 

menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.

tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan ilmu dgn sabar 

pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.

 

ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn orientasi yg sangat 

spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak seharusnya mahal. kalo
org 

Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan kikir ilmu. lurus 

dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg berilmu akan 

cenderung kikir.

 

 

a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,

 

Katakanlah: 

"Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan 

rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut 

membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (al-Israa': 100)

 

 

salam,

Fahru

  _  

From: Agus Safudi 
To: is-lam@milis.isnet.org
Sent: Friday, February 20, 2009 3:45:25 PM
Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal


Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya
rancunya "Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi
dan pekerjaan kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan
kedudukan adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah
misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka
itu keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada
unsur usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang
namanya kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan
bukan dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak
muter2ngawur terlalu luas.
Warm regard,
a.s.


--- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:

Dari: Alkhori M 
Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Kepada: is-lam@milis.isnet.org
Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM

Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah
50 Juta Pertahun.

Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi "Guru" bukan
karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi "Guru"
sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga orang
menjadi bangga jika profesinya adalah "Guru". Agar ini bisa dicapai maka
selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi
jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah
semu. Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang
dilemparkan atau yang di-offer ke rakyat adalah. maaf cut dulu ada
panggilan, nanti disambung lagi, harap sabar !!!

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar

Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi judulnya
saya ganti biar lebih menggigit tentu dengan diganti judul ada cakupan yang
lebih "Objective" yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia
tidak mempunyai dilema seperti judulnya yaitu: 

FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa "Profesi Guru/ Tenaga Pendidik
adalah profesi yang Sangat Sangat Mulia" tapi di Indonesia profesi guru
hanya dilihat sebelah mata. Untuk ini haruslah dibenahi, tapi "Allah tidak
akan mengubah nasib suatu kaum (guru) kalau guru sendiri tidak mau mengubah
nasibnya" Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan. Tidak ada lagi
istilah klasik, karena tidak dapat kerja ditempat lain terpaksalah jadi
guru. Begitu lulus University yg pintar pintar bekerja di perusahaan yang
terkenal dengan gaji dan benefit yang super, sementara yg lulus pas-pas-an
tinggal di University untuk selanjutnya mengabdi di almamater due to no
alternative instead of dapur tak ber-asap okay-lah terima saja jadi tenaga
pengajar. Buktinya IKIP atau FKIP terpaksa dibubarkan.

Bagaimana hal tersebut tidak boleh dan haru

Re: [is-lam] [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00] Re: Bls:FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread saidi
Saya jadi tdengan sebuah film dokumenter karya alumni BSI yang berjudul "Kepala 
Sekolah Pemulung", menyentuh banget.   
  - Original Message - 
  From: hamami 
  To: is-lam@milis.isnet.org 
  Sent: Friday, February 20, 2009 5:07 PM
  Subject: Re: [is-lam] [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00] Re: Bls:FiqihTasauf 
Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal


  Ikutan nimbrung dikit, ah..

   

  Mas Fahru,

  Pernyataan sampeyan kalau guru itu bukan pekerjaan melainkan panggilan jiwa, 
itu nampaknya sangat2 klise. 

  Dijaman dulu, he.he.he.meskipun tidak dulu sekali pernyataan itu mungkin ada 
"sedikit" benarnya. 

  Karena pada kenyataannya, dijaman saya dulu paling tidak (karena saya bagian 
dari guru) profesi sebagai guru itu sering dijadikan sandaran "pekerjaan" 
paling akhir manakala tidak dapat bekerja disektor lain. Sehingga benar 
manakala ada orang yang berkeinginan jadi guru saat itu, lebih pada panggilan 
jiwa.

  Namun sekarang hal itu sudah jauh berubah, karena profesi guru saat ini 
banyak sudah menjadi incaran. Sehingga yang ada pekerjaan/profesi sebagai guru 
statusnya sudah hampir sama dengan jenis pekerjaan lainnya. Yang menuntut 
professionalme,  dan kalau sudah bicara pfofesionalisme tidak terlepas dari 
masalah "bayaran".

   

  Wassalam

  Hmm   

   


--

  From: AFR [mailto:fa_ro...@yahoo.com] 
  Sent: Friday, February 20, 2009 4:24 PM
  To: agussaf...@yahoo.co.id; is-lam@milis.isnet.org
  Subject: [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00] Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf 
Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

   

  menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.

  tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan ilmu dgn sabar 

  pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.

   

  ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn orientasi yg sangat 

  spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak seharusnya mahal. kalo org 

  Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan kikir ilmu. lurus 

  dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg berilmu akan 

  cenderung kikir.

   

   

  a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,

   

  Katakanlah: 

  "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan 

  rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut 

  membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (al-Israa': 100)

   

   

  salam,

  Fahru


--

  From: Agus Safudi 
  To: is-lam@milis.isnet.org
  Sent: Friday, February 20, 2009 3:45:25 PM
  Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya 
rancunya "Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi 
dan pekerjaan kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan 
kedudukan adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah 
misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka itu 
keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada unsur 
usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang namanya 
kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan bukan 
dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak 
muter2ngawur terlalu luas.
Warm regard,
a.s.


--- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:

Dari: Alkhori M 
Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Kepada: is-lam@milis.isnet.org
Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM

Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan 
Kuliah 50 Juta Pertahun.

Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi "Guru" 
bukan karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi "Guru" 
sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga orang 
menjadi bangga jika profesinya adalah "Guru". Agar ini bisa dicapai maka 
selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi 
jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah semu. 
Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang dilemparkan atau 
yang di-offer ke rakyat adalah. maaf cut dulu ada panggilan, nanti disambung 
lagi, harap sabar !!!

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar

Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi 
judulnya saya ganti biar lebih menggigit tentu dengan diganti judul ada cakupan 
yang lebih "Objective" yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia 
tidak mempunyai dilema seperti judulnya yaitu: 

FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa "Profesi Guru/ Tenaga 
Pendidik adalah profesi ya

Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread Dewa Gede Permana
Mau ikutan ngaco dikit ahh..

GURU kog dilahirkan? boong tuh.
GURU kog ikut pendidikan? boong tuh.
GURU kog minta gaji? boong juga tuh.

Guru sejati ada disetiap diri, tapi petuah-petuahnya hanya sedikit
orang yg mau dengerin.
Padahal ajarannya gratis-tis gak pake biaya apalagi uang pangkal.

:))
wassalam


2009/2/20 Alkhori M :
> Ilmu itu tidak mahal, tapi PENDIDIKAN adalah mahal. Akan berbeda artinya
> kalau ditulis "Pendidikan MAHAL" bandingkan dengan statement "Pendidikan
> Indonesia MAHAL" bandingkan lagi dengan statement "Pendidikan Indonesia Yang
> MAHAL" ketiga itu akan berbeda artinya.
>
>
>
> Mana ada orang yang dilahirkan langsung jadi "Guru" . Adakah yang bisa
> membantu untuk menjawab pertanyaan Agus Safudia untuk menerangkan "Guru
> Dilahirkan" dalam artian profesi guru itu sangat sangat MULIA.
>
>
>
> Alkhori M
>
> Alkhor Community
>
> Qatar
>
> 
>
> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
> On Behalf Of AFR
> Sent: Friday, February 20, 2009 12:24 PM
> To: agussaf...@yahoo.co.id; is-lam@milis.isnet.org
> Subject: Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
>
>
>
> menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.
>
> tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan ilmu dgn sabar
>
> pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.
>
>
>
> ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn orientasi yg sangat
>
> spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak seharusnya mahal. kalo
> org
>
> Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan kikir ilmu. lurus
>
> dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg berilmu akan
>
> cenderung kikir.
>
>
>
>
>
> a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,
>
>
>
> Katakanlah:
>
> "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan
>
> rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut
>
> membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (al-Israa': 100)
>
>
>
>
>
> salam,
>
> Fahru
>
> 
>
> From: Agus Safudi 
> To: is-lam@milis.isnet.org
> Sent: Friday, February 20, 2009 3:45:25 PM
> Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
>
> Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya
> rancunya "Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi
> dan pekerjaan kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan
> kedudukan adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah
> misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka
> itu keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada
> unsur usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang
> namanya kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan
> bukan dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak
> muter2ngawur terlalu luas.
> Warm regard,
> a.s.
>
>
> --- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:
>
> Dari: Alkhori M 
> Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
> Kepada: is-lam@milis.isnet.org
> Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM
>
> Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah
> 50 Juta Pertahun.
>
> Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi "Guru" bukan
> karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi "Guru"
> sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga orang
> menjadi bangga jika profesinya adalah "Guru". Agar ini bisa dicapai maka
> selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. Tapi
> jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah
> semu. Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang
> dilemparkan atau yang di-offer ke rakyat adalah… maaf cut dulu ada
> panggilan, nanti disambung lagi, harap sabar !!!
>
> Alkhori M
>
> Alkhor Community
>
> Qatar
>
> Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi judulnya
> saya ganti biar lebih menggigit tentu dengan diganti judul ada cakupan yang
> lebih "Objective" yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia
> tidak mempunyai dilema seperti judulnya yaitu:
>
> FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
>
> Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa "Profesi Guru/ Tenaga Pendidik
> adalah profesi yang Sangat Sangat Mulia" tapi di Indonesia profesi guru
> hanya dilihat sebelah mata. Untuk ini haruslah dibenahi, tapi "Allah tidak
> akan mengubah nasib suatu kaum (guru) kalau guru sendiri tidak mau mengubah
> nasibnya" Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan. Tidak ada lagi
> istilah klasik, karena tidak dapat kerja ditempat lain terpaksalah jadi
> guru. Begitu lulus University yg pintar pintar bekerja di perusahaan yang
> terkenal dengan gaji dan benefit yang super, sementara yg lulus pas-pas-an
> tinggal di University untuk selanjutnya me

Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

2009-02-20 Thread saidi
Guru yang paling baik adalah PENGALAMAN...

hehehehe
- Original Message - 
From: "Dewa Gede Permana" 
To: 
Sent: Friday, February 20, 2009 5:15 PM
Subject: Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal


Mau ikutan ngaco dikit ahh..

GURU kog dilahirkan? boong tuh.
GURU kog ikut pendidikan? boong tuh.
GURU kog minta gaji? boong juga tuh.

Guru sejati ada disetiap diri, tapi petuah-petuahnya hanya sedikit
orang yg mau dengerin.
Padahal ajarannya gratis-tis gak pake biaya apalagi uang pangkal.

:))
wassalam


2009/2/20 Alkhori M :
> Ilmu itu tidak mahal, tapi PENDIDIKAN adalah mahal. Akan berbeda artinya
> kalau ditulis "Pendidikan MAHAL" bandingkan dengan statement "Pendidikan
> Indonesia MAHAL" bandingkan lagi dengan statement "Pendidikan Indonesia 
> Yang
> MAHAL" ketiga itu akan berbeda artinya.
>
>
>
> Mana ada orang yang dilahirkan langsung jadi "Guru" . Adakah yang bisa
> membantu untuk menjawab pertanyaan Agus Safudia untuk menerangkan "Guru
> Dilahirkan" dalam artian profesi guru itu sangat sangat MULIA.
>
>
>
> Alkhori M
>
> Alkhor Community
>
> Qatar
>
> 
>
> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org 
> [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
> On Behalf Of AFR
> Sent: Friday, February 20, 2009 12:24 PM
> To: agussaf...@yahoo.co.id; is-lam@milis.isnet.org
> Subject: Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
>
>
>
> menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan jiwa.
>
> tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan ilmu dgn sabar
>
> pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.
>
>
>
> ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn orientasi yg 
> sangat
>
> spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak seharusnya mahal. kalo
> org
>
> Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan kikir ilmu. 
> lurus
>
> dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg berilmu akan
>
> cenderung kikir.
>
>
>
>
>
> a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,
>
>
>
> Katakanlah:
>
> "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan
>
> rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut
>
> membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (al-Israa': 100)
>
>
>
>
>
> salam,
>
> Fahru
>
> 
>
> From: Agus Safudi 
> To: is-lam@milis.isnet.org
> Sent: Friday, February 20, 2009 3:45:25 PM
> Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
>
> Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya
> rancunya "Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda 
> profesi
> dan pekerjaan kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan
> kedudukan adalah tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) 
> adalah
> misalkan seseorang dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president 
> maka
> itu keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada
> unsur usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang
> namanya kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan
> bukan dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak
> muter2ngawur terlalu luas.
> Warm regard,
> a.s.
>
>
> --- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:
>
> Dari: Alkhori M 
> Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
> Kepada: is-lam@milis.isnet.org
> Tanggal: Jumat, 20 Februari, 2009, 11:54 AM
>
> Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan 
> Kuliah
> 50 Juta Pertahun.
>
> Supaya profesi Pendidik/ Dosen/ Guru dihargai dan yang menjadi "Guru" 
> bukan
> karena terpaksa karena tidak diterima ditempat lain akhirnya jadi "Guru"
> sajalah. Phenomena ini sudah selayaknya diakhiri di Indonesia sehingga 
> orang
> menjadi bangga jika profesinya adalah "Guru". Agar ini bisa dicapai maka
> selayaknya Uang Masuk adalah 100 juta dan Uang Kuliah 50 juta pertahun. 
> Tapi
> jangan kaget dulu, makanya makna biaya pendidikan 20% dari APBN janganlah
> semu. Walau uang pangkal 100 juta dan uang kuliah 50 juta tapi yang
> dilemparkan atau yang di-offer ke rakyat adalah… maaf cut dulu ada
> panggilan, nanti disambung lagi, harap sabar !!!
>
> Alkhori M
>
> Alkhor Community
>
> Qatar
>
> Maaf tulisan diatas terputus, sekarang baru bisa dilanjutkan, tapi 
> judulnya
> saya ganti biar lebih menggigit tentu dengan diganti judul ada cakupan 
> yang
> lebih "Objective" yang ingin disharing bagaimana agar pendidikan Indonesia
> tidak mempunyai dilema seperti judulnya yaitu:
>
> FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
>
> Tentu semua setuju kalau dituliskan bahwa "Profesi Guru/ Tenaga Pendidik
> adalah profesi yang Sangat Sangat Mulia" tapi di Indonesia profesi guru
> hanya dilihat sebelah mata. Untuk ini haruslah dibenahi, tapi "Allah tidak
> akan mengubah nasib suatu kaum (guru) kalau guru sendiri tidak mau 
> mengubah
> nasibnya" Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan. Tidak ada lag

Re: [is-lam] MUI Bantah Tuduhan Suap TII ( was : Re: Survey By JIL ? Balasan: [LISI] Survei TII: MUI Sering Disuap)

2009-02-20 Thread Wong Lim Pok

Diakui Amidhan bahwa MUI sempat mengundang Ketua TII, Todung Mulya Lubis ke
MUI dan minta penjelasan soal survei TII tesebut. ''Namun saat itu, Todung
Mulya Lubis sama sekali tidak ada perasaan bersalah ataupun keliru apalagi
meminta maaf pada kami,'' tegas Amidhan. ''Bahkan Teten Masduki pernah
berbicara di media massa bahwa adalah hal yang biasa bila ada yang gerah
saat hasil survei diumumkan. Konyolnya, ia juga bilang sudah ada klarifikasi
TII terhadap MUI, yang kenyataannya sama sekali tidak ada,'' tambah
Amidhan.osa/kpo


MUI Gugat TII ke Polisi


By Republika Newsroom
Kamis, 19 Februari 2009 pukul 17:01:00 

JAKARTA--Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana menggugat dan melaporkan
Transparansi Internasional Indonesia (TII) ke polisi. Ini dilakukan menyusul
survei TII yang menyatakan bahwa masuk dalam indeks persepsi korupsi dan
indeks suap. ''Akan ada tindak lanjut ke arah sana,'' tegas KH Amidhan,
Ketua MUI pada wartawan saat memberikan keterangan pers khusus soal survei
TII tersebut di Kantor MUI, Jakarta, Kamis (19/2).

''Survei itu hanyalah sebuah persepsi dan tidak berdasar dan sangat
bernuansa tuduhan bahwa MUI korupsi dan disebutkan setidaknya 10 persen
rawan suap. Ini jelas fitnah dan menyesatkan. Kami minta TII menarik segera
pernyataan dan hasil surveinya itu serta m eminta maaf dengan dipublikasikan
pada media massa secara terbuka,'' tambah Amidhan. ''Ini guna menghindari
tuntutan hukum dari MUI,'' ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Said Budairy, Ketua Departemen Penerangan MUI
menegaskan bahwa gugatan yang akan diajukan pada TII ke polisi berupa
pencemaran nama baik. ''Kemungkinan nanti gugatannya, bahwa TII telah
melakukan pencemaran nama baik,'' papar Said.

Selain MUI, ada sejumlah departemen, lembaga non departemen serta BUMN yang
juga masuk dalam daftar survei TII tersebut. Antara lain BPN, Layanan
Perpajakan Nasional, Polisi, DLLAJR, Bea Cukai, Pengadilan serta Depkes.
''Metode pengambilan sampling TII menyebutkan bahwa target survei ini adalah
pegawai dari eselon IV ke atas. Sedangkan dalam struktur personalia dan
kepegawaian MUI, tidak mengenal eselonisasi,'' kata Amidhan.

Selain itu menurutnya, yang menyelenggarakan proses sertifikasi adalah LP
POM MUI, sedangkan MUI adalah wadah musyawarah para ulama, zuama serta
cendekiawan Muslim. ''Berdasarkan itu, dimasukkannya MUI sebagai salah satu
target penelitian adalah sangat bias atau melenceng dan tendensius. Karena
kontradiktif dengan metode penelitian yang ditetakan TII yang didanai oleh
asing ini,'' ungkap Amidhan.

Di tempat yang sama, Direktur LP POM MUI Nadratuzzaman Hassan mengungkapkan
bahwa dalam hasil penelitian TII tersebut, responden yang menyatakan
berinteraksi dengan MUI sebanyak 177 responden dari 3841 responden. ''Jumlah
itupun masih terbagi lagi dalam beberapa kelompok dan tidak jelas kelompok
responden mana yang berhubungan dengan proses sertifikasi halal MUI. Dengan
demikian penelitian TII tidak te;pat sasaran dan kesimpulan yang menyatakan
bahwa indeks suap MUI sebesar 10 persen atau 17 responden, tidak valid,''
tegas Nadratuzzaman.

Apalagi menurutnya, jika angka 17 responden tersebut dikaitkan dengan 3841
jumlah total responden. ''Ini semain meyakinkan bahwa survei yang dilakukan
TII sangat tendensius dan mencederai kaidah-kaidah ilmiah,'' tambahnya.

Diakui Amidhan bahwa MUI sempat mengundang Ketua TII, Todung Mulya Lubis ke
MUI dan minta penjelasan soal survei TII tesebut. ''Namun saat itu, Todung
Mulya Lubis sama sekali tidak ada perasaan bersalah ataupun keliru apalagi
meminta maaf pada kami,'' tegas Amidhan. ''Bahkan Teten Masduki pernah
berbicara di media massa bahwa adalah hal yang biasa bila ada yang gerah
saat hasil survei diumumkan. Konyolnya, ia juga bilang sudah ada klarifikasi
TII terhadap MUI, yang kenyataannya sama sekali tidak ada,'' tambah
Amidhan.osa/kpo

 

 

From: muslim insuffer 
To: sab...@yahoogroups.com; is-lam@milis.isnet.org;
insist...@yahoogroups.com; syiar-is...@yahoogroups.com
Sent: Friday, February 20, 2009 11:41:50 AM
Subject: [is-lam] MUI Bantah Tuduhan Suap TII ( was : Re: Survey By JIL ?
Balasan: [LISI] Survei TII: MUI Sering Disuap)

bismi-lLahi-rRahmani-rRahiem
In the Name of Allah, the Compassionate, the Merciful


MUI Bantah Tuduhan Suap TII


By Republika Newsroom

Kamis, 19 Februari 2009 pukul 16:32:00

JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) membantah hasil survei Transparansi
Internasional Indonesia (TII) yang menyatakan bahwa praktek suap telah
terjadi di MUI dengan indeks suap 10 persen.

"Kami meminta TII menarik pernyataan tersebut. Ini merugikan nama baik MUI
sebagai lembaga para ulama dan mengarah pada isu SARA," kata Ketua MUI KH
Amidhan dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Sertifikasi halal yang dimaksudkan oleh survei TII, ujarnya, diselenggarakan
oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM), sedangkan
MUI yang mewadahi LPPOM merupakan lembaga musyawarah ulama, tidak terkait
dengan sertifikasi.

"Survei ini bias dan pernyataan mana

[is-lam] Siapa-siapa di TII : Was : RE: MUI Bantah Tuduhan Suap TII ( was : Re: Survey By JIL ? Balasan: [LISI] Survei TII: MUI Sering Disuap)

2009-02-20 Thread Wong Lim Pok
Divisi Komunikasi

. Dwipoto Kusumo : dkus...@ti.or.id
+62 818 0743 0240 
. Fadjar Pratikto : fprati...@ti.or.id
+62 818 0806 9001 
. Florian Vernaz : fver...@ti.or.id
+62 811 189 1914
. Soraya Aiman : sor...@ti.or.id
+62 855 100 8757


Dewan Penasehat

Erry Riyana Hardjapamekas, Ketua
Emmy Hafild
Ismid Hadad
Mayling Oey-Gardiner


Dewan Pengurus

Todung Mulya Lubis, Ketua
Zumrotin K. Susilo
Kuswartini Suhel
Rizal Malik
Bambang Harymurti
Dhaniel Dhakidae


Sekretaris Jenderal

Teten Masduki 

 

Deputi Sekretaris Jenderal

Rezki S Wibowo


Sekretariat :
Transparency International Indonesia
Transparency International Indonesia
Jl. Senayan Bawah No.17
Jakarta 12180 
Indonesia 

Telp : +62-21 720 8515, 723 6004, 726 7807, 27
Fax : +62-21 726 7815
Website : www.ti.or.id 
Email : i...@ti.or.id 

 

 

From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
On Behalf Of AFR
Sent: Friday, February 20, 2009 12:06 PM
To: is-lam@milis.isnet.org
Subject: Re: [is-lam] MUI Bantah Tuduhan Suap TII ( was : Re: Survey By JIL
? Balasan: [LISI] Survei TII: MUI Sering Disuap)

 

hmmm .. paling kurang ajar kaum kafir itu kalo dikasih berpendapat

apalagi "dikasih" menang dlm pemilu. niscaya nglamak ...

 

 

salam,

Fahru

 Deleted .

 

___
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam


Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

2009-02-20 Thread Yanuar Mustahar Muda
yah...untunglah saya dapet sekolah gratis..
melihat kenyataan semacam ini membuat jadi lebih bersyukur.bapak ibu
yang pegawai biasa jadi bisa lebih tenang, saya bisa kuliah enteng :D

oya, gimana kalau semua universitas negeri diwajibkan untuk diaudit
dan hasilnya diumumkan pada publik? buat yang laporannya nggak beres,
kucuran dana pemerintah halt dulu karena pasti ada yang tidak beres
disana.
___
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam


[is-lam] Discussing on How to Use Word 2007

2009-02-20 Thread Wong Lim Pok
Assalamu'alaikum wr wb

 

Dear ALL:

 

I need your kind help. Ada yang tahu milis khusus membahas tip and trick
menggunakan Word 2007?

 

Teng kiyu somad.

 

Wassalam,

 

Wong

___
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam


Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal,

2009-02-20 Thread A. Rudianto
Poin-poin dalam tanda # yang dipaparkan mas Harry mungkin adalah 
pendidikan entrepreneurship atau kewirausahaan, yang dalam dunia 
pendidikan kita memang masih sedikit sekali diajarkan. Orientasi 
pendidikan kita saat ini cenderung masih kepada untuk menjadikan 
anak/siswa sebagai "karyawan", contoh :

"Nanti kalau kamu bisa mempelajari ini dengan baik, kamu bisa kerja di 
Telkom, kamu bisa kerja di Exxon, di sini di situ dsb", sambil 
menunjukkan perusahaan-perusahaan bonafide dengan gaji karyawannya yang 
besar.

Mungkin ungkapan itu juga tanpa sadar keluar, tapi dari situ kita bisa 
ambil kesimpulan (walaupun kasar ya) bahwa orientasi pendidikan kita 
masih cenderung ke arah itu. Siswa tidak di stimulus atau didorong untuk 
mandiri, mendirikan perusahaan sendiri, atau mengembangkan usaha, kecil 
maupun besar, yang bisa menjadikan masukan buat siswa untuk memiliki 
semangat kewirausahaan, atau memiliki ilmu mempertahankan hidup.

Itu sekedar tinjauan kasar kasat mata saya, barangkali untuk masalah 
analisis kurikulum-nya mungkin sahabat yang lain yang lebih faham bisa 
menambahkan, apakah kurikulum pendidikan kita sudah mampu memberikan 
kepada anak/siswa/mahasiswa untuk menjadi pribadi yang utuh secara ilmu 
maupun amalan, jadi nantinya tidak terjadi seperti yang diungkapkan mas 
Harry, selesai sekolah/kuliah kaget ketika menghadapi dunia nyata dan 
mulai dari nol lagi.

Berarti selain biaya yang bisa mengganjal perkembangan pendidikan kita, 
kurikulum juga perlu di improve (tapi bukan asal dirubah).

Maaf, mas Harry, menurut saya sekolah itu masih penting, ... :-)
Ada yang drop out dan kemudian sukses, sekolah mereka adalah di alam 
nyata, guru mereka adalah tempaan hidup dan pengalaman.

Demikian, kurang lebih mohon dimaafkan.

Wassalam,
A Rudianto




Harry Sufehmi wrote:
> Sekolah itu sebetulnya tidak penting  :-)  karena sekolah bukan
> jaminan kesuksesan. Banyak juga yang drop-out tapi justru sukses.
>
> Kolega senior saya dulu tidak lulus SMA. Tapi ilmu komputernya JAUH
> diatas saya, dan karena itu dia bisa berada di posisi senior.
>
> Yang JAUH lebih penting adalah pendidikan dari orang tua. Karena di
> sekolah tidak diajarkan hal-hal seperti :
>
> # Cara mengatur keuangan pribadi / keluarga
>
> # Suasana kantor, dan trik-trik untuk sukses berkarir (office
> politics, etika, dst)
>
> # Cara bergaul dengan orang lain : pergaulan di sekolah JAUH berbeda
> dengan di "dunia nyata" .
>
> contoh: beda umur satu tahun di sekolah sudah cukup untuk menjadikan
> kita sebagai "senior".
> Di dunia sehari-hari? Kadang ada orang yang lebih tua 30 tahun dari
> kita namun memanggil kita "Bapak Fulan" - atau kebalikannya.
>
> # Bagi wiraswastawan - seluk beluk dunia bisnis: mengatur cashflow,
> prinsip2 bisnis, etika pedagang, trik2 sukses, dst
>
>
> Betul tidak ?  :-)
>
> Sayangnya, sekarang ini SANGAT merata mindset / pola pikir bahwa
> "pendidikan anak = urusan sekolah", dan kemudian orang tua tidak mau
> tahu lagi apapun mengenainya.
>
> Akibatnya? Lulus sekolah anak kita belum tahu SECUIL pun mengenai
> dunia sehari-hari. Dia cuma bisa kaget menemukan kenyataan bahwa dunia
> "nyata" berbeda total dengan dunia "sekolah"-nya dulu.
>
> Padahal umurnya ketika lulus kuliah sudah 21 tahun - di Amerika tahun
> 60-an saja (juga di Indonesia dulu) umur segini rata-rata sudah pada
> menikah dan karirnya sudah lumayan stabil.
> Sekarang ? Baru mengalami "culture shock" :-)
>
> Pengalaman pribadi  :-)  dan juga kawan-kawan saya yang lainnya.
>
> Jadi sekarang saya selalu pesan kepada teman-teman yang masih muda,
> sekolah itu asal lulus saja tidak apa. Kalau bisa nilainya bagus tentu
> memang lebih bagus, tapi kalau lulusnya pas-pasan pun tidak apa.
> Yang lebih penting adalah segera secepat mungkin memahami dunia.
> Misal: magang, kerja paruh waktu, membantu bisnis keluarga, dst. Jadi
> ketika selesai kuliah, sudah tidak kaget lagi. Dan tidak memulai dari
> nol lagi.
>
> Disini hal-hal seperti homeschooling bisa sangat membantu, karena bisa
> lebih disesuaikan dengan minat dan bakat dari anak ybs.
> Sekolah, di lain pihak, cenderung membuat anak kita menjadi standar
> saja. Malah kadang bisa memusnahkan bakat spesial yang ada pada anak
> kita.
>
>
>
> Salam, HS
>
>
>
> On 2/18/09, Alkhori M  wrote:
>   
>> Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah
>> 50 Juta Pertahun.
>> 

___
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam


[is-lam] FW: Hakikat Doa

2009-02-20 Thread Alkhori M
Forwarded dari email tetangga.

Hakikat Doa

Doa adalah kata dari bahasa Arab yang artinya seru.

Bisa juga bermakna himbau, ajak atau meminta dengan penuh harap. Bisa juga
berupa suatu tanda perhatian, deklarasi, tekad untuk sebuah objek yang
direncanakan, sebagaimana seharusnya berlaku dalam praktisi muslim sehari
hari.

Doa, dari dari asal kata du'a, huruf da (dal) dan huruf 'a ('ain). Kata du'a
bisa membentuk beberapa puluh turunan kata lainnya. Diantaranya:

Du'a = doa = seru

Da'i = pen-doa = penyeru, priest atau pen-dakwah.

Da'wah = dakwah, doa-doa, plural dari kata du'a, materi penyampaian seruan.

Yad'u = berdoa, berseru

Tad'u = berdoa-lah, serukan.

Nad'u = Kami berdoa, kami seru

Nudia = Telah kami doakan, telah kami seru atau telah kami himbau.

Yang paling populer adalah doa, da'i dan da'wah. Jika dituliskan skrip
Arabnya tentu akan lebih 'nyambung', karena peranan huruf da dan huruf 'a
tadi akan lebih kentara.Seandainya doa kita artikan dengan harap saja
(harapan atau keinginan) tanpa proaktif, tanpa dibarengi dengan usaha untuk
membuktikan harapan tersebut, mungkin ini lebih mirip dengan menghayal atau
kuatir menjadi omong kosong saja. Lebih parah lagi tentunya jika kita tidak
tau apa arti dan maksud dari doa yang kita mohonkan tersebut.Atau malah
sebaliknya, seperti kasus jalur Gaza baru baru ini. Banyak orang orang
-umumnya non muslim- yang tidak menggelar acara khusus doa sebagaimana
anjuran  bagi muslim. Namun mereka bermain langsung di hikmah dan hakikat
doa. Padahal acara yang digelar adalah demontrasi. Seperti di Eropa,
demontrasi anti penindasan yang dibarengi pengumpulan dana untuk membantu
korban Gaza. Mereka melakukannya lewat bukti, usaha nyata dari butir butir
doa yang tadinya di ikrarkan bareng dimesjid mesjid, dilain pihak, oleh
ummat muslim.Berdoa panjang panjang untuk Gaza, bareng di mesjid. Dana yang
terkumpul berbanding lurus dengan khidmat nya doa, Alhamdulillah. Tapi jika
nyatanya masih banyak yang pelit. Itu namanya tidak benar, ini cuma harapan
'doang'.Benar bahasa Arabnya 'shodiq'. Usaha pembenaran dari komat kamit
ikrar disebut 'Shodaqoh', yang bila diartikan kedalam bahasa Indonesia
disebut dengan sedekah. Pantaslah, presiden kaum muslimin yang kedua
--konglomerat Abubakar-- digelari As-shiddiq (yang juga dari etimologi
'shodiq'). Abubakar Sidik, saiyyidina pembenar.Bagi hamba hamba-Nya rajin
sholat rajin dzikir, rajin ibadah sebagai seseorang mukmin, tentunya tau
bahwa doa itu juga berarti sholat. Sholat itu 'Tanha Anil Fahsya-i Wal
Mungkar', mencegah perbuatan buruk dan ingkar. Doa itu sama juga dengan
dzikir. Dibolak balik ya larinya kesitu situ juga, 'Ash-Sholatu Hia Dzikri'.
Jadi doa, zikir,  adalah ibadah.Bagi yang tidak mampu, usaha pembenaran
(bukti) tersebut masih juga mendapat toleransi. Toleransi sebatas kemampuan,
bukan sekedar.Oh, bisa juga se ala kadarnya. Tetapi ala-kadar yang benar,
karena 'ala qodar juga berasal dari kutipan Arab yang di Indonesiakan,
biasanya untuk sumbangan yang bersifat fardhu (wajib). Ala-kadar ('ala qodr)
artinya berada pada batas nilai tertentu. Misalnya zakat, kadarnya 2,5%.
Silahkan saja bikin 'slank' baru bagi yang berada di Arab: ala-kadar ya
syeikh!, 'on spec sir!'.Bagi punya prospek doa yang besar, namun bila
sekedar harapan saja, tentu tidak boleh merefer ke toleransi. Ini namanya
'Fawailul Lil-mushollin.Kan boleh, kita serahkan saja kepada Allah? Ya
sudah, sabar saja Tawakkal 'Alallaah.Berserah diri kepada Allah? Udah nyerah
kok 'bandel' he..hee.. Sementara tawakkal itu sendiri arti nya mewakili
olehmu, wakili-lah (grammar untuk orang kedua tuggal,  atau olehmu manusia)
kepada Allah. Yang menjadi wakil itu kita-nya, bukan Allah. Mewakili Allah
dalam arti mengemban segala kemauan-Nya (mengabdi). Wakil, wakalat
(perwakilan), tawakkal, dan lain-lainnya ini adalah fonem fonem Arabik yang
sedulur sama akar kata wa-ka-la, artinya wakil.La khaula wala quwwata illa
bil-laah.., alternatif lain untuk menyatakan kesugguh sungguhan kita
dalam mewakili doa kepada Allah. Atinya tiada daya dan tiada upaya melainkan
selalu bersama Allah. Jangan diartikan menjadi, melainkan Allah saja,
terserah Allah atau hak Allah. Beda, ini tarbiyyah buat kita, bukan
ditujukan kepada Allah, dan Tuhan tidak memerlukan itu bagi diri-Nya
sendiri. Pantas-lah kiranya, pada setiap usaha sesuatu kita dianjurkan
selalu Bismillah. Dengan isim Allah. Dengan Isme-Nya atau dengan tata cara
yang dikehendaki oleh-Nya, bukan sekedar tanpa bobot, sekedar santun sama
Gusti Allah, tapi benar benar jadi abdi luar dalem.Doa, jika
ditransformasikan ke al-siyashah (politik) sebagai doa pemilu (doa, -seruan)
sebenarnya harus tetap tunduk kepada teokrasinya Allah, bukan demokrasinya
manusia. Karena demokrasi dalam islam adalah bahagian (sub) dari dinul islam
itu sendiri, tidak boleh dibalik sehingga uu hasil ro'yu manusia yang
mengatur (men-sub) ke syariat Allah. Juga tawakkal, dalam hal pemilu itu
maksudnya bukan untuk memilih wakil rakyat. Yang diwajibkan bagi kita 

Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

2009-02-20 Thread Dewa Gede Permana
Saya seringkali lupa bhw istilah "mahal-murah", "tinggi-rendah",
"jauh-dekat" bernilai relatif ya.

Nggak lah, saya masih tdk yakin bhw HomeSchooling tdk mahal :)
Mungkin yg Mas Harry hitung baru di biaya operasional saja tanpa melibatkan
perhitungan modal awal terutama disisi human resource nya. Disitu ada unsur
keterlibatan aktif orangtua dan sanak famili dirumah, kondisi lingkungan
rumah fisik maupun psikologis yg kondusif utk pembelajaran.

HS (=HomeSchooling lho, bukan HarrySufehmi yaa) seringkali terjadi (sejauh
yg saya ketahui) sebagai tindakan adaptasi kreatif (sangat kreatif malah)
dikalangan para orangtua dgn tingkat sos-ek dan kesadaran/tingkat pendidikan
yg memadai; selain oleh karena faktor ketidakpuasan/keraguan atas pendidikan
konvensional yg gagal mengakomodir minat anak, juga oleh karena adanya
faktor kegagalan anak dalam melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan
sekolah konvensional tsb, meskipun rerata skor IQ anak2 ini berada pada
level di atas rata-rata bahkan superior.

Sekarang jika model HS ini diterapkan di keluarga masy metropolitan yg juga
masih tergolong menengah-bawah - dari segi ekonomi maupun pendidikan, apakah
ini akan applicable mengingat ibu-bapak full time bekerja diluar rumah yg
berukuran tipe 21 atau tipe 12 (rumah kontrakan maksute) dengan kebisingan
serta suhu kamar nyaris menyaingi terminal metromini? Taruhlah ibu DO kerja
dan tentu ada ketimpanganan input, lantas upgrading brain & skill terhadap
mereka apa tidak membutuhkan biaya yg tinggi pula.

Jadi kesimpulannya ya masih terlalu sulit dan mahal utk mengaplikasikan HS
ini. Mungkin bisa saja utk keluarga-keluarga tertentu yg memenuhi syarat
saja. 

Jadi, HS bukanlah HomeSchooling tetapi HarrySufehmi. He..he..he...

:)
wassalam

-Original Message-
From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
On Behalf Of Harry Sufehmi
Sent: Friday, February 20, 2009 7:57 AM
To: is-lam@milis.isnet.org
Subject: Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta
danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

On 2/19/09, Dewa Gede Permana  wrote:
> Yah.. homeschooling kan sekolah juga kan ya kan ada "school" nya
> he-he-he...
>
> Btw, homeschooling rata-rata masih mahal boss, apalagi kayak Huges. Begitu
> juga dgn model sekolah yg di saung-saung sawah itu.

Hehehe... homeschooling kalau bukan di rumah kita sendiri, berarti
bukan "home" schooling dong  ;-)
Mungkin jadinya house-schooling, he he

Namanya homeschooling itu dilakukan di rumah kita sendiri. Otomatis
jadinya biaya tentu bisa ditekan drastis.

Pada kasus saya, kalaupun kita menyewa guru untuk datang ke rumah
setiap hari, biayanya masih JAUH lebih murah daripada biaya sekolah
DAN kita bisa menggaji gurunya lebih tinggi dari gaji dari sekolah.

Ini karena saya mengajak beberapa anak tetangga, sehingga biayanya
jadi urunan = murah, namun totalnya jadi besar = lebih tinggi dari
gaji sekolah.

Asik kan? Jadi ada guru privat, tapi biaya lebih murah daripada sekolah.

Penghematan terbesar adalah karena tidak ada biaya infrastruktur.
Salah satu penyebab mahalnya biaya sekolah adalah karena kita SEMUA
ikut urunan untuk membayar biaya GEDUNG sekolah ybs. He he  :-)




> Memang terlihat lebih
> ideal metode dan situasi pembelajarannya, akan tetapi utk tingkat
> kelanjutannya akan temui kerepotan lantaran terdapat missing-link dengan
> kurikulum baku dari depdiknas; siswa tetap harus ikuti ebtanas berikut
> materi2 baku ala depdiknas, dlsb.

No problem, ini bisa diatur boss. Tinggal kita instruksikan saja
gurunya untuk menyisipkan juga materi standar.


Salam, HS


> Tapi saya punya penilaian yg hampir mirip dgn sampeyan mengenai kualitas
> pendidikan anak-anak skrg.
> Kasarnya ya terasa seperti pelan-pelan ada proses de-humanisasi gitu deh.
>
> :)
> Wassalam
>
> -Original Message-
> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org
[mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
> On Behalf Of Harry Sufehmi
> Sent: Thursday, February 19, 2009 12:02 PM
> To: is-lam@milis.isnet.org
> Subject: Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
> Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta
> danKuliah Rp 15 Juta/Tahun
>
> Sekolah itu sebetulnya tidak penting  :-)  karena sekolah bukan
> jaminan kesuksesan. Banyak juga yang drop-out tapi justru sukses.
>
> Kolega senior saya dulu tidak lulus SMA. Tapi ilmu komputernya JAUH
> diatas saya, dan karena itu dia bisa berada di posisi senior.
>
> Yang JAUH lebih penting adalah pendidikan dari orang tua. Karena di
> sekolah tidak diajarkan hal-hal seperti :
>
> # Cara mengatur keuangan pribadi / keluarga
>
> # Suasana kantor, dan trik-trik untuk sukses berkarir (office
> politics, etika, dst)
>
> # Cara bergaul dengan orang lain : pergaulan di sekolah JAUH berbeda
> dengan di "dunia nyata" .
>
> contoh: beda umur satu tahun di sekolah sudah cukup untuk menjadikan
> kita sebagai "senior".
> Di dunia sehari-hari? Kadang ada

[is-lam] MINTA SLIP BIRU SAAT DITILANG !!!

2009-02-20 Thread Dewa Gede Permana
Ini kiriman dari milis sebelah.

 

 

MINTA SLIP BIRU SAAT DITILANG !!!

Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga
pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya
menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh
polisi.

Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.

Polisi: Selamat siang mas, bisa lihat Sim dan STNK ?
Sopir: Baik Pak.
Polisi: Mas tau kesalahannya apa ?
Sopir: Gak Pak.

Polisi: Ini nomor polisinya gak seperti seharusnya (sambil nunjuk ke plat
nomor taksi yang memang gak standar) sambil langsung mengeluarkan jurus
sakti mengambil buku tilang, lalu menulis dengan sigap.

Sopir: Pak jangan ditilang deh. Wong plat aslinya udah gak tau ilang kemana.
Kalo ada pasti saya pasang.

Polisi: Sudah saya tilang saja. Kamu tau gak banyak mobil curian sekarang ?
(dengan nada keras !!)

Sopir: (Dengan nada keras juga) Kok gitu ! Taksi saya kan ada STNKnya Pak.
Ini kan bukan mobil curian !

Polisi: Kamu itu kalo dibilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas). Kamu
terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH).

Sopir: Maaf, Pak saya gak mau yang warna MERAH suratnya. Saya mau yang warna
BIRU aja.

Polisi: Hey ! (dengan nada tinggi), kamu tahu gak sudah 10 hari ini form
biru itu gak berlaku !

Sopir: Sejak kapan Pak form BIRU surat tilang gak berlaku ?

Polisi: Ini kan dalam rangka OPERASI, kamu itu gak boleh minta form BIRU.
Dulu kamu bisa minta form BIRU, tapi sekarang ini kamu gak bisa. Kalo kamu
gak mau, ngomong sama komandan saya (dengan nada keras dan ngotot)

Sopir: Baik Pak, kita ke komandan Bapak aja sekalian (dengan nada nantangin
tuh polisi)

Dalam hati saya, berani betul sopir taksi ini.

Polisi: (Dengan muka bingung) Kamu ini melawan petugas ?

Sopir: Siapa yang melawan ? Saya kan cuman minta form BIRU. Bapak kan yang
gak mau ngasih

Polisi: Kamu jangan macam-macam yah. Saya bisa kenakan pasal melawan petugas
!

Sopir: Saya gak melawan ? Kenapa Bapak bilang form BIRU udah gak berlaku?
Gini aja Pak, saya foto bapak aja deh. Kan bapak yang bilang form BIRU gak
berlaku (sambil ngambil HP)

Wah ... wah  hebat betul nih sopir ! Berani, cerdas dan trendy. Terbukti
dia mengeluarkan HPnya yang ada kamera.

Polisi: Hey ! Kamu bukan wartawan kan ? Kalo kamu foto saya, saya bisa
kandangin (sambil berlalu). Kemudian si sopir taksi itu pun mengejar polisi
itu dan sudah siap melepaskan shoot pertama (tiba-tiba dihalau oleh seorang
anggota polisi lagi).

Polisi 2: Mas, anda gak bisa foto petugas seperti itu.

Sopir: Si Bapak itu yang bilang form BIRU gak bisa dikasih (sambil tunjuk
polisi yang menilangnya). 

Lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yang menilang tadi. Ada
pembicaraan singkat terjadi antara polisi yang menghalau si sopir dan polisi
yang menilang. Akhirnya polisi yang menghalau tadi menghampiri si sopir
taksi.

Polisi 2: Mas, mana surat tilang yang merahnya? (sambil meminta)

Sopir: Gak sama saya Pak. Masih sama temen Bapak tuh (polisi ke 2 memanggil
polisi yang menilang)

Polisi: Sini, tak kasih surat yang biru (dengan nada kesal)
Lalu polisi yang nilang tadi menulis nominal denda sebesar Rp.30.600,-
sambil berkata: Nih kamu bayar sekarang ke BRI ! Lalu kamu ambil lagi SIM
kamu disini. Saya tunggu.

Sopir: OK Pak ! Gitu dong, kalo gini dari tadi kan enak.

Kemudian si sopir taksi segera menjalankan kembali taksinya sambil berkata
pada saya: "Pak, maaf kita ke ATM sebentar ya. Mau transfer uang tilang".
Saya berkata : "Ya, silakan."

Sopir taksi itupun langsung ke ATM sambil berkata "Hatiku senang banget Pak,
walaupun ditilang, bisa ngasih pelajaran berharga ke polisi itu. Untung saya
paham macam-macam surat tilang.

Tambahnya: "Pak kalo ditilang kita berhak minta form biru, gak perlu nunggu
2 minggu untuk sidang. Jangan pernah pikir mau ngasih DUIT DAMAI! Mending
bayar mahal ke negara sekalian daripada buat oknum".

-

Dari obrolan dengan sopir taksi tsb dapat saya infokan ke Anda sebagai
berikut:

* SLIP MERAH:

Berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara
hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat. Itu pun di pengadilan nanti
masih banyak calo, antrian panjang dan oknum pengadilan yang melakukan
pungutan liar berupa pembengkakan nilai nilai tilang. Kalau kita tidak
mengikuti sidang, dokumen tilang dititipkan di kejaksaan setempat. Disini
pun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar berupa
pembengkakan nilai tilang.

* SLIP BIRU:

Berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita
tinggal transfer dana via ATM ke nomer rekening tertentu (kalau tidak salah
no. rek Bank BUMN).

Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk ditukar dengan SIM/STNK
kita di Kapolsek terdekat di mana kita ditilang. You know what ? Denda yang
tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya tidak melebihi 50 ribu ! Dan
dananya RESMI MASUK KE KAS NEGARA.

___
Is-lam mailing 

Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

2009-02-20 Thread Dewa Gede Permana
Saya justru lebih preferred menerapkan metode HomeSchooling ini dilakukan di
masjid2, musholla2, surau2 utk memaksimalkan penggunaan tempat2 pusat ibadah
tsb. Jadi bukan sekedar ngaji iqra 1,2,3... saja, tetapi betul2 dipakai
sebagai pusat kegiatan ibadah, kegiatan intelektual, ber-creative thinking,
sekaligus kegiatan bermain bagi anak-anak. Kalo sudah begini anak-anak
dijamin akan lebih betah tinggal berlama-lama di masjid drpd main sendirian
di rumah.

:)
wassalam

-Original Message-
From: Dewa Gede Permana [mailto:dewagedeperm...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 21, 2009 11:36 AM
To: 'is-lam@milis.isnet.org'
Subject: RE: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta
danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

Saya seringkali lupa bhw istilah "mahal-murah", "tinggi-rendah",
"jauh-dekat" bernilai relatif ya.

Nggak lah, saya masih tdk yakin bhw HomeSchooling tdk mahal :)
Mungkin yg Mas Harry hitung baru di biaya operasional saja tanpa melibatkan
perhitungan modal awal terutama disisi human resource nya. Disitu ada unsur
keterlibatan aktif orangtua dan sanak famili dirumah, kondisi lingkungan
rumah fisik maupun psikologis yg kondusif utk pembelajaran.

HS (=HomeSchooling lho, bukan HarrySufehmi yaa) seringkali terjadi (sejauh
yg saya ketahui) sebagai tindakan adaptasi kreatif (sangat kreatif malah)
dikalangan para orangtua dgn tingkat sos-ek dan kesadaran/tingkat pendidikan
yg memadai; selain oleh karena faktor ketidakpuasan/keraguan atas pendidikan
konvensional yg gagal mengakomodir minat anak, juga oleh karena adanya
faktor kegagalan anak dalam melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan
sekolah konvensional tsb, meskipun rerata skor IQ anak2 ini berada pada
level di atas rata-rata bahkan superior.

Sekarang jika model HS ini diterapkan di keluarga masy metropolitan yg juga
masih tergolong menengah-bawah - dari segi ekonomi maupun pendidikan, apakah
ini akan applicable mengingat ibu-bapak full time bekerja diluar rumah yg
berukuran tipe 21 atau tipe 12 (rumah kontrakan maksute) dengan kebisingan
serta suhu kamar nyaris menyaingi terminal metromini? Taruhlah ibu DO kerja
dan tentu ada ketimpanganan input, lantas upgrading brain & skill terhadap
mereka apa tidak membutuhkan biaya yg tinggi pula.

Jadi kesimpulannya ya masih terlalu sulit dan mahal utk mengaplikasikan HS
ini. Mungkin bisa saja utk keluarga-keluarga tertentu yg memenuhi syarat
saja. 

Jadi, HS bukanlah HomeSchooling tetapi HarrySufehmi. He..he..he...

:)
wassalam

-Original Message-
From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
On Behalf Of Harry Sufehmi
Sent: Friday, February 20, 2009 7:57 AM
To: is-lam@milis.isnet.org
Subject: Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta
danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

On 2/19/09, Dewa Gede Permana  wrote:
> Yah.. homeschooling kan sekolah juga kan ya kan ada "school" nya
> he-he-he...
>
> Btw, homeschooling rata-rata masih mahal boss, apalagi kayak Huges. Begitu
> juga dgn model sekolah yg di saung-saung sawah itu.

Hehehe... homeschooling kalau bukan di rumah kita sendiri, berarti
bukan "home" schooling dong  ;-)
Mungkin jadinya house-schooling, he he

Namanya homeschooling itu dilakukan di rumah kita sendiri. Otomatis
jadinya biaya tentu bisa ditekan drastis.

Pada kasus saya, kalaupun kita menyewa guru untuk datang ke rumah
setiap hari, biayanya masih JAUH lebih murah daripada biaya sekolah
DAN kita bisa menggaji gurunya lebih tinggi dari gaji dari sekolah.

Ini karena saya mengajak beberapa anak tetangga, sehingga biayanya
jadi urunan = murah, namun totalnya jadi besar = lebih tinggi dari
gaji sekolah.

Asik kan? Jadi ada guru privat, tapi biaya lebih murah daripada sekolah.

Penghematan terbesar adalah karena tidak ada biaya infrastruktur.
Salah satu penyebab mahalnya biaya sekolah adalah karena kita SEMUA
ikut urunan untuk membayar biaya GEDUNG sekolah ybs. He he  :-)




> Memang terlihat lebih
> ideal metode dan situasi pembelajarannya, akan tetapi utk tingkat
> kelanjutannya akan temui kerepotan lantaran terdapat missing-link dengan
> kurikulum baku dari depdiknas; siswa tetap harus ikuti ebtanas berikut
> materi2 baku ala depdiknas, dlsb.

No problem, ini bisa diatur boss. Tinggal kita instruksikan saja
gurunya untuk menyisipkan juga materi standar.


Salam, HS


> Tapi saya punya penilaian yg hampir mirip dgn sampeyan mengenai kualitas
> pendidikan anak-anak skrg.
> Kasarnya ya terasa seperti pelan-pelan ada proses de-humanisasi gitu deh.
>
> :)
> Wassalam
>
> -Original Message-
> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org
[mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
> On Behalf Of Harry Sufehmi
> Sent: Thursday, February 19, 2009 12:02 PM
> To: is-lam@milis.isnet.org
> Subject: Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
> Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal 

Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

2009-02-20 Thread Harry Sufehmi
>  juga oleh karena adanya
> faktor kegagalan anak dalam melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan
> sekolah konvensional tsb, meskipun rerata skor IQ anak2 ini berada pada
> level di atas rata-rata bahkan superior.

Ya, ini adalah salah satu stigma yang sering ditempelkan kepada pelaku
homeschooling.
Anak-anak yang di homechooling di cap cacat mental atau terbelakang.
Cukup "menyenangkan".

Kalau masih ngotot bilang mahal, ini satu contoh hitung2annya:

Sekolah:
Gaji guru TK dari sekolah : Rp 500.000 /bln
SPP bulanan TK + (Uang pangkal : 24 bulan) : Rp 500.000 / bln

Homeschooling :
Biaya homeschooling per anak (incl. materi) : Rp 275.000 / bln
Gaji guru TK homeschooling :  Rp 750.000 / bln



Salam, HS




On 2/21/09, Dewa Gede Permana  wrote:
> Saya seringkali lupa bhw istilah "mahal-murah", "tinggi-rendah",
> "jauh-dekat" bernilai relatif ya.
>
> Nggak lah, saya masih tdk yakin bhw HomeSchooling tdk mahal :)
> Mungkin yg Mas Harry hitung baru di biaya operasional saja tanpa melibatkan
> perhitungan modal awal terutama disisi human resource nya. Disitu ada unsur
> keterlibatan aktif orangtua dan sanak famili dirumah, kondisi lingkungan
> rumah fisik maupun psikologis yg kondusif utk pembelajaran.
>
> HS (=HomeSchooling lho, bukan HarrySufehmi yaa) seringkali terjadi (sejauh
> yg saya ketahui) sebagai tindakan adaptasi kreatif (sangat kreatif malah)
> dikalangan para orangtua dgn tingkat sos-ek dan kesadaran/tingkat pendidikan
> yg memadai; selain oleh karena faktor ketidakpuasan/keraguan atas pendidikan
> konvensional yg gagal mengakomodir minat anak, juga oleh karena adanya
> faktor kegagalan anak dalam melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan
> sekolah konvensional tsb, meskipun rerata skor IQ anak2 ini berada pada
> level di atas rata-rata bahkan superior.
>
> Sekarang jika model HS ini diterapkan di keluarga masy metropolitan yg juga
> masih tergolong menengah-bawah - dari segi ekonomi maupun pendidikan, apakah
> ini akan applicable mengingat ibu-bapak full time bekerja diluar rumah yg
> berukuran tipe 21 atau tipe 12 (rumah kontrakan maksute) dengan kebisingan
> serta suhu kamar nyaris menyaingi terminal metromini? Taruhlah ibu DO kerja
> dan tentu ada ketimpanganan input, lantas upgrading brain & skill terhadap
> mereka apa tidak membutuhkan biaya yg tinggi pula.
>
> Jadi kesimpulannya ya masih terlalu sulit dan mahal utk mengaplikasikan HS
> ini. Mungkin bisa saja utk keluarga-keluarga tertentu yg memenuhi syarat
> saja.
>
> Jadi, HS bukanlah HomeSchooling tetapi HarrySufehmi. He..he..he...
>
> :)
> wassalam
>
> -Original Message-
> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
> On Behalf Of Harry Sufehmi
> Sent: Friday, February 20, 2009 7:57 AM
> To: is-lam@milis.isnet.org
> Subject: Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
> Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta
> danKuliah Rp 15 Juta/Tahun
>
> On 2/19/09, Dewa Gede Permana  wrote:
>> Yah.. homeschooling kan sekolah juga kan ya kan ada "school" nya
>> he-he-he...
>>
>> Btw, homeschooling rata-rata masih mahal boss, apalagi kayak Huges. Begitu
>> juga dgn model sekolah yg di saung-saung sawah itu.
>
> Hehehe... homeschooling kalau bukan di rumah kita sendiri, berarti
> bukan "home" schooling dong  ;-)
> Mungkin jadinya house-schooling, he he
>
> Namanya homeschooling itu dilakukan di rumah kita sendiri. Otomatis
> jadinya biaya tentu bisa ditekan drastis.
>
> Pada kasus saya, kalaupun kita menyewa guru untuk datang ke rumah
> setiap hari, biayanya masih JAUH lebih murah daripada biaya sekolah
> DAN kita bisa menggaji gurunya lebih tinggi dari gaji dari sekolah.
>
> Ini karena saya mengajak beberapa anak tetangga, sehingga biayanya
> jadi urunan = murah, namun totalnya jadi besar = lebih tinggi dari
> gaji sekolah.
>
> Asik kan? Jadi ada guru privat, tapi biaya lebih murah daripada sekolah.
>
> Penghematan terbesar adalah karena tidak ada biaya infrastruktur.
> Salah satu penyebab mahalnya biaya sekolah adalah karena kita SEMUA
> ikut urunan untuk membayar biaya GEDUNG sekolah ybs. He he  :-)
>
>
>
>
>> Memang terlihat lebih
>> ideal metode dan situasi pembelajarannya, akan tetapi utk tingkat
>> kelanjutannya akan temui kerepotan lantaran terdapat missing-link dengan
>> kurikulum baku dari depdiknas; siswa tetap harus ikuti ebtanas berikut
>> materi2 baku ala depdiknas, dlsb.
>
> No problem, ini bisa diatur boss. Tinggal kita instruksikan saja
> gurunya untuk menyisipkan juga materi standar.
>
>
> Salam, HS
>
>
>> Tapi saya punya penilaian yg hampir mirip dgn sampeyan mengenai kualitas
>> pendidikan anak-anak skrg.
>> Kasarnya ya terasa seperti pelan-pelan ada proses de-humanisasi gitu deh.
>>
>> :)
>> Wassalam
>>
>> -Original Message-
>> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org
> [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
>> On Behalf Of Harry Sufehmi
>> Sent: Thursday, February 19, 2009 12:02 PM
>> To: is-lam@milis.isnet.org
>> Subject: Re:

Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta danKuliah Rp 15 Juta/Tahun

2009-02-20 Thread Harry Sufehmi
> Gaji guru TK homeschooling :  Rp 750.000 / bln

Ini dengan asumsi ada 3 orang anak saja peserta homeschooling.

Bisa bayangkan sendiri bagaimana sejahteranya guru kalau muridnya ada
10 anak. Atau 15 anak. Dst.

Ya, jumlah uang yang diambil oleh yayasan/sekolah itu SANGAT besar.
Bukan apa-apa, gedung sekolah itu memang harganya tidak murah.
Sedangkan sekolah tanpa gedung / gedung nya kurang bagus, langsung
dicap "sekolah jelek". Ini saya dengar sendiri komentar beberapa orang
tua seperti itu :-)**geleng2 kepala**




Salam, HS



On 2/21/09, Harry Sufehmi  wrote:
>>  juga oleh karena adanya
>> faktor kegagalan anak dalam melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan
>> sekolah konvensional tsb, meskipun rerata skor IQ anak2 ini berada pada
>> level di atas rata-rata bahkan superior.
>
> Ya, ini adalah salah satu stigma yang sering ditempelkan kepada pelaku
> homeschooling.
> Anak-anak yang di homechooling di cap cacat mental atau terbelakang.
> Cukup "menyenangkan".
>
> Kalau masih ngotot bilang mahal, ini satu contoh hitung2annya:
>
> Sekolah:
> Gaji guru TK dari sekolah : Rp 500.000 /bln
> SPP bulanan TK + (Uang pangkal : 24 bulan) : Rp 500.000 / bln
>
> Homeschooling :
> Biaya homeschooling per anak (incl. materi) : Rp 275.000 / bln
> Gaji guru TK homeschooling :  Rp 750.000 / bln
>
>
>
> Salam, HS
>
>
>
>
> On 2/21/09, Dewa Gede Permana  wrote:
>> Saya seringkali lupa bhw istilah "mahal-murah", "tinggi-rendah",
>> "jauh-dekat" bernilai relatif ya.
>>
>> Nggak lah, saya masih tdk yakin bhw HomeSchooling tdk mahal :)
>> Mungkin yg Mas Harry hitung baru di biaya operasional saja tanpa
>> melibatkan
>> perhitungan modal awal terutama disisi human resource nya. Disitu ada
>> unsur
>> keterlibatan aktif orangtua dan sanak famili dirumah, kondisi lingkungan
>> rumah fisik maupun psikologis yg kondusif utk pembelajaran.
>>
>> HS (=HomeSchooling lho, bukan HarrySufehmi yaa) seringkali terjadi
>> (sejauh
>> yg saya ketahui) sebagai tindakan adaptasi kreatif (sangat kreatif malah)
>> dikalangan para orangtua dgn tingkat sos-ek dan kesadaran/tingkat
>> pendidikan
>> yg memadai; selain oleh karena faktor ketidakpuasan/keraguan atas
>> pendidikan
>> konvensional yg gagal mengakomodir minat anak, juga oleh karena adanya
>> faktor kegagalan anak dalam melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan
>> sekolah konvensional tsb, meskipun rerata skor IQ anak2 ini berada pada
>> level di atas rata-rata bahkan superior.
>>
>> Sekarang jika model HS ini diterapkan di keluarga masy metropolitan yg
>> juga
>> masih tergolong menengah-bawah - dari segi ekonomi maupun pendidikan,
>> apakah
>> ini akan applicable mengingat ibu-bapak full time bekerja diluar rumah yg
>> berukuran tipe 21 atau tipe 12 (rumah kontrakan maksute) dengan
>> kebisingan
>> serta suhu kamar nyaris menyaingi terminal metromini? Taruhlah ibu DO
>> kerja
>> dan tentu ada ketimpanganan input, lantas upgrading brain & skill
>> terhadap
>> mereka apa tidak membutuhkan biaya yg tinggi pula.
>>
>> Jadi kesimpulannya ya masih terlalu sulit dan mahal utk mengaplikasikan
>> HS
>> ini. Mungkin bisa saja utk keluarga-keluarga tertentu yg memenuhi syarat
>> saja.
>>
>> Jadi, HS bukanlah HomeSchooling tetapi HarrySufehmi. He..he..he...
>>
>> :)
>> wassalam
>>
>> -Original Message-
>> From: is-lam-boun...@milis.isnet.org
>> [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org]
>> On Behalf Of Harry Sufehmi
>> Sent: Friday, February 20, 2009 7:57 AM
>> To: is-lam@milis.isnet.org
>> Subject: Re: [is-lam] Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang
>> Pangkal 100 Juta ...RE: Mahalnya Masuk UI? - Uang Pangkal Rp 33 Juta
>> danKuliah Rp 15 Juta/Tahun
>>
>> On 2/19/09, Dewa Gede Permana  wrote:
>>> Yah.. homeschooling kan sekolah juga kan ya kan ada "school" nya
>>> he-he-he...
>>>
>>> Btw, homeschooling rata-rata masih mahal boss, apalagi kayak Huges.
>>> Begitu
>>> juga dgn model sekolah yg di saung-saung sawah itu.
>>
>> Hehehe... homeschooling kalau bukan di rumah kita sendiri, berarti
>> bukan "home" schooling dong  ;-)
>> Mungkin jadinya house-schooling, he he
>>
>> Namanya homeschooling itu dilakukan di rumah kita sendiri. Otomatis
>> jadinya biaya tentu bisa ditekan drastis.
>>
>> Pada kasus saya, kalaupun kita menyewa guru untuk datang ke rumah
>> setiap hari, biayanya masih JAUH lebih murah daripada biaya sekolah
>> DAN kita bisa menggaji gurunya lebih tinggi dari gaji dari sekolah.
>>
>> Ini karena saya mengajak beberapa anak tetangga, sehingga biayanya
>> jadi urunan = murah, namun totalnya jadi besar = lebih tinggi dari
>> gaji sekolah.
>>
>> Asik kan? Jadi ada guru privat, tapi biaya lebih murah daripada sekolah.
>>
>> Penghematan terbesar adalah karena tidak ada biaya infrastruktur.
>> Salah satu penyebab mahalnya biaya sekolah adalah karena kita SEMUA
>> ikut urunan untuk membayar biaya GEDUNG sekolah ybs. He he  :-)
>>
>>
>>
>>
>>> Memang terlihat lebih
>>> ideal metode dan situasi pembelajarannya, akan tetapi utk tingkat
>>> kelanjutannya akan temui ker

Re: [is-lam] [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00]

2009-02-20 Thread AFR
saya juga gak ngerti nih. topik ttg pendidikan ini arahnya kemana. apakah isu 
soal tarifnya atw keahlian pengajarnya? kayaknya kawan2 pd lieur baca posting 
AlKhoir   termasuk saya ... %...@!
---

1. apa yg saya sampaikan itu dari sisi keahlian bahwa tidak semua org 
bisa jadi guru karena ada masalah kejiwaan sbg pengajar agar transfer ilmu 
itu smooth. itu bisa dipelajari dlm ilmu psikologi pendidikan.

2. kedudukan guru itu sendiri mestinya disikapi sbgmn perawat atw dokter. 
apa yg dilakukankan adlh pelayanan jasa BUKAN buruh. kalo pemerintah mau,
ya harus memposisikan mereka seistimewa mungkin dibanding PNS yg lain.
kemudahan2 ... (spt pd email saya yg lain) termasuk bebas PPn bagi mereka.

3. kalau bicara tarif, itu boleh & sah saja utk pendidikan orientasi industri 
selain
pendidikan baku (SD sampai PT). misalnya pendidikan utk pelatihan/kursus 
karyawan, kursus privat, bimbel ... dlsbgnya. 

toh realitanya, sebagus apa perguruan tinggi tak ada alumninya yg siap bekerja. 
maka tanggungan perusahaanlah yg biayai karyawannya agar dpt bekerja sesuai 
goal perusahaan itu.  

4. mahal murahnya pendidikan baku hingga puluhan/ratusan juta itu tergantung 
kelengkapan pra-sarana gedung/fasilitas/lab-nya. kalo semua itu dibiayai 
negara, 
harusnya tetap murah. nah biaya agar bisa tembus pt itu yg mahal. itu tidak 
boleh 
salahkan pemerintah. 

tapi rupanya ada faktor lain yg bikin mahal biaya pendidikan baku yaitu 
standard buku 
pegangan yg berubah2 pdhl dari dulu ilmu yg diajarkan ya itu2 saja. utk hindari 
ini, tidak
boleh ada monopoli penetapan buku pegangan tapi harus byk pilihan. mau foto 
copy saja 
text2 asing ... ya monggo & itu bukan urusan pemerintah. 


embuhlah ini sengaco kawan itu gak ya ???



salam,
Fahru



From: hamami 
To: is-lam@milis.isnet.org
Sent: Friday, February 20, 2009 5:07:03 PM
Subject: Re: [is-lam] [***SPAM*** Score/Req: 05.00/05.00] Re: Bls: FiqihTasauf 
Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal

 
Ikutan nimbrung dikit, ah….
 
Mas Fahru,
Pernyataan sampeyan kalau guru itu bukan
pekerjaan melainkan panggilan jiwa, itu nampaknya sangat2 klise. 
Dijaman dulu, he…he…he…meskipun
tidak dulu sekali pernyataan itu mungkin ada “sedikit” benarnya. 
Karena pada kenyataannya, dijaman saya
dulu paling tidak (karena saya bagian dari guru) profesi sebagai guru itu
sering dijadikan sandaran “pekerjaan” paling akhir manakala tidak
dapat bekerja disektor lain. Sehingga benar manakala ada orang yang
berkeinginan jadi guru saat itu, lebih pada panggilan jiwa.
Namun sekarang hal itu sudah jauh berubah,
karena profesi guru saat ini banyak sudah menjadi incaran. Sehingga yang ada
pekerjaan/profesi sebagai guru statusnya sudah hampir sama dengan jenis
pekerjaan lainnya. Yang menuntut professionalme,  dan kalau sudah bicara
pfofesionalisme tidak terlepas dari masalah “bayaran”.
 
Wassalam
Hmm   
 


 
From:AFR
[mailto:fa_ro...@yahoo.com] 
Sent: Friday, February 20, 2009
4:24 PM
To: agussaf...@yahoo.co.id; is-lam@milis.isnet.org
Subject: [***SPAM*** Score/Req:
05.00/05.00] Re: [is-lam] Bls: FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
 
menjadi guru itu sebenarnya bukan pekerjaan tapi lebih pd panggilan
jiwa.
tidak semua org cerdik pandai bisa jadi guru, menghantarkan
ilmu dgn sabar 
pd org yg mulanya tidak tahu sama sekali hingga pakar.
 
ilmu itu mahal ..?? kalimat itu cocok buat industri dgn
orientasi yg sangat 
spesifik. tapi kalo utk pendidikan kolektif, tidak
seharusnya mahal. kalo org 
Islam 'mengimani' ilmu itu mahal, percayalah org itu akan
kikir ilmu. lurus 
dengan apa yg disebut dlm Qur'an, bhw bagi siapa saja yg
berilmu akan 
cenderung kikir.
 
 
a'udzubillahi min asyaithaani rajiim,
 
Katakanlah: 
"Kalau seandainya kamu menguasai
perbendaharaan-perbendaharaan 
rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,
karena takut 
membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir.
(al-Israa': 100)
 
 
salam,
Fahru


 
From:Agus
Safudi 
To: is-lam@milis.isnet.org
Sent: Friday, February 20, 2009
3:45:25 PM
Subject: [is-lam] Bls: FiqihTasauf
Biaya Pendidikan Indonesa Yg Mahal
Penjelasan sampeyan ini luar biasa bang Qhori,...maksud saya rancunya 
"Guru bukanlah pekerjaan, tapi guru dilahirkan..". Beda profesi dan pekerjaan 
kira2gimana seh?...Semestinya membedakan antara keadaan dan kedudukan adalah 
tidak seperti itu. Yang namanya dilahirkan (keadaan) adalah misalkan seseorang 
dilahirkan sebagai anak kongloimerat/anak president maka itu 
keadaaan(dilahirkan)sedangkan seseorang menjadi Guru/Dosen adalah ada unsur 
usaha dari ybs.dan itu ketika dicapai maka disebut kedudukan. Yang namanya 
kedudukan ketika dicapai itu bisa dibilang profesi/pekerjaan dan bukan 
dilahirkan langsung menjadi Guru..ini saja lah dulu yang kecil, gak 
muter2ngawur terlalu luas.
Warm regard,
a.s.


--- Pada Jum, 20/2/09, Alkhori M  menulis:
Dari: Alkhori M 
Topik: [is-lam] FiqihTasauf Biaya Pendidikan Indonesa