Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik humaeroh
hei,,,maksudnya apa nih?? dendam pribadi mas...? hhihihihi

  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 19, 2007 2:14 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :)

  salam,
  ananto

   
  On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu 
dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan 
bermanfaat fidunya wal akhirot. 

  -Original Message-
  From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
  Sent: Monday, February 19, 2007 10:44 AM 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


  menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, 
perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg 
mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa 
mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya 
manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih 
baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) 
tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. 






This message (including any attachments) is only for the use of the 
person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, 
proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended 
recipient, you should not copy, distribute or use this information for any 
purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. 





   

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik Ananto

hehehe... cinta segitiga antara TR-AG-TN

salam,
ananto


On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote:


   hei,,,maksudnya apa nih?? dendam pribadi mas...? hhihihihi


- Original Message -
*From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Sent:* Monday, February 19, 2007 2:14 PM
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :)

salam,
ananto


On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:

Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu
 dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh
 akan bermanfaat fidunya wal akhirot.


 -Original Message-
 *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: keluarga-
 [EMAIL PROTECTED] Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
 *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM
 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

  menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt,
 perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg
 mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia
 bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok
 bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya,
 khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses
 Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar
 Dalam.


  --
  This message (including any attachments) is only for the use of the
 person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential,
 proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended
 recipient, you should not copy, distribute or use this information for any
 purpose, and you should delete this message and inform the sender
 immediately.


 



Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik Foryanto J. Wiguna

ya, niat dl dalam hati utk berjilbab lalu harus dengan pelaksanaan
menggunakannya dong.
niat saja gak cukup, harus ada pelaksanaan yg real dari perwujudan niat itu.

Misalkan : saya niat mau makan, tp saya gak ambil makanan, gak ke warung,
gak masak utk dapat makanan itu, apakah itu dinamakan makan?, artinya
pelaksanaan makan saya gugur krn tidak ada action yg nyata dari saya utk
makan... hanya sekedar niat


On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu
dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh
akan bermanfaat fidunya wal akhirot.


-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt,
perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg
mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia
bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok
bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya,
khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses
Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar
Dalam.


 --
  This message (including any attachments) is only for the use of the
person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential,
proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended
recipient, you should not copy, distribute or use this information for any
purpose, and you should delete this message and inform the sender
immediately.

 





--
Regards,
-Foryanto J. Wiguna-


RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik Kartika, Bambang
Nah maka dari itu implementasinya adalah dari hati diaktualkan, berat bukan 
tinggal keyakinan kita kepada pertolongan Allah, tidak ada yang sulit jika 
Allah menghendaki kemudahan, Begono choe
 
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
Sent: Monday, February 19, 2007 3:27 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



ya, niat dl dalam hati utk berjilbab lalu harus dengan pelaksanaan 
menggunakannya dong.
niat saja gak cukup, harus ada pelaksanaan yg real dari perwujudan niat itu.

Misalkan : saya niat mau makan, tp saya gak ambil makanan, gak ke warung, gak 
masak utk dapat makanan itu, apakah itu dinamakan makan?, artinya pelaksanaan 
makan saya gugur krn tidak ada action yg nyata dari saya utk makan... hanya 
sekedar niat 




On 2/19/07, Kartika, Bambang  [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] 
com wrote: 



Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu 
yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan 
bermanfaat fidunya wal akhirot.
 


-Original Message-
From: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 
[mailto: [EMAIL PROTECTED] s.com]On Behalf Of Foryanto J. Wiguna
Sent: Monday, February 19, 2007 10:44 AM
To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab




menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara 
hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai 
Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah 
berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang 
dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup 
aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan 
islam yg artinya lengkap Luar Dalam. 


 


  _  

This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately. 








-- 
Regards,
-Foryanto J. Wiguna- 



 



Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik Foryanto J. Wiguna

gak jelas sampeyan iki..


On 2/19/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:


  hehehe... cinta segitiga antara TR-AG-TN

salam,
ananto


On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote:

hei,,,maksudnya apa nih?? dendam pribadi mas...? hhihihihi


 - Original Message -
 *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Sent:* Monday, February 19, 2007 2:14 PM
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



 kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :)

 salam,
 ananto


 On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
 Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan
  nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar
  Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot.
 
 
  -Original Message-
  *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: keluarga-
  [EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
  *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM
  *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
  *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
 
   menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh
  bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg
  mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia
  bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok
  bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya,
  khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses
  Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar
  Dalam.
 
 
   --
   This message (including any attachments) is only for the use of the
  person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential,
  proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended
  recipient, you should not copy, distribute or use this information for any
  purpose, and you should delete this message and inform the sender
  immediately.
 
 

 





--
Regards,
-Foryanto J. Wiguna-


Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik Foryanto J. Wiguna

ok katakan saja begini, semoga org yg masih berjilbab hatinya dl, Allah
kelak akan membukakan hatinya utk menerima kebenaran dr Allah ttg keharusan
menutup aurat dgn Jilbab.

Gicuu, cape deh! hehehehe

On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Nah maka dari itu implementasinya adalah dari hati diaktualkan, berat
bukan tinggal keyakinan kita kepada pertolongan Allah, tidak ada yang
sulit jika Allah menghendaki kemudahan, Begono choe



-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* Monday, February 19, 2007 3:27 PM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 ya, niat dl dalam hati utk berjilbab lalu harus dengan pelaksanaan
menggunakannya dong.
niat saja gak cukup, harus ada pelaksanaan yg real dari perwujudan niat
itu.

Misalkan : saya niat mau makan, tp saya gak ambil makanan, gak ke warung,
gak masak utk dapat makanan itu, apakah itu dinamakan makan?, artinya
pelaksanaan makan saya gugur krn tidak ada action yg nyata dari saya utk
makan... hanya sekedar niat


On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:

Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu
 dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh
 akan bermanfaat fidunya wal akhirot.


 -Original Message-
 *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
 *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM
 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

  menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt,
 perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg
 mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia
 bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok
 bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya,
 khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses
 Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar
 Dalam.


  --
  This message (including any attachments) is only for the use of the
 person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential,
 proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended
 recipient, you should not copy, distribute or use this information for any
 purpose, and you should delete this message and inform the sender
 immediately.




--
Regards,
-Foryanto J. Wiguna-

 





--
Regards,
-Foryanto J. Wiguna-


Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik moel
Gampang aja.. menyikapi orang seperti itu...
Bagi mereka Surga yang diperoleh cukup di hati aja
Tidak perlu mikir tentang bagaimana akan diperolehnya surga yang begitu
nikmat...
yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dengan iman yang
sesungguhnya...
 
 
---Original Message---
 
From: keluarga-islam@yahoogroups.com
Date: 19 Februari 2007 10:36:32
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
 
hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-


On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote:
Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana
 sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu.
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon.
Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh,
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan
 belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan
reportase diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden
dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar
isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana
tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar
Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI
Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan
korban tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. 
Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual
keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru
boleh keluar setelah magrib. 

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
mempengaruhi perilaku, ujarnya. 

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-19 Terurut Topik Ananto

hehehe...
saya rasa, katagori orang2 yg masuk surga tidak yg seperti sampeyan
katakan... :)

salam,
ananto


On 2/19/07, moel [EMAIL PROTECTED] wrote:


 Gampang aja.. menyikapi orang seperti itu...
Bagi mereka Surga yang diperoleh cukup di hati aja
Tidak perlu mikir tentang bagaimana akan diperolehnya surga yang begitu
nikmat...
yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dengan iman yang
sesungguhnya...


*---Original Message---*

 *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Date:* 19 Februari 2007 10:36:32
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-

On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote:

Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang
jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala.
*


*Profil, *Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak
kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh,
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden
dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar
isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana
tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar
Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI
Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis.

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
tertangani.

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
dan korban tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
Nana baru boleh keluar setelah magrib.

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik gatot
Waduh... waduh...
Pak Ananto ini... apa iya Bp yang setiap hari pergi ngantor pake pakaian 
NECISS...
Giliran waktu sholat hanya pake handuk doank...
Maaf sbelumnya, ini bukan masalah kalah menang antara fiqih sama norma lho..
Tapi, pantaskah menghadap ALLAH dengan modal handuk doang??

Salam

  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, February 15, 2007 8:54 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  hehehe...
  ngomongin aurat laki laki...

  pan batesnya dari puser ampe utut ya pak?
  tapi,
  jika saya cuman pake handuk doang yg nutup daerah itu, kemudian sholat jum'at 
ke istiqlal... dijamin akan diseret keluar ama pak satpam... :))
  walaupun saya ngotot itu udah nutup aurat... dijamin satpam akan tetep nyeret 
saya... dia ga bakalan peduli kita ajak debat masalah dalil, hadits, fiqh dan 
seterusnya... nah pada kasus seperti ini, ternyata fiqh (nutup aurat) kalah 
telak dibandingkan norma sosial.. :)) 

  salam,
  ananto

   
  On 2/15/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Assalamualaikum Wr.wb

Jeng,.pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja 
loh begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai 
celana pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki. 

Wassalam

  -Original Message-
  From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
humaeroh
  Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com

  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss

  hehe :-)) just kddng!


- Original Message - 
From: Ananto 
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 

tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan 
kuatir... :))

salam,
ananto

 
On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

  Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
  Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut 
obrolannya.
- Original Message - 
From: Ananto 
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 

saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan 
sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan 
dipakai dan digunakan serta diamalkan

tapi,
jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan 
bahwa memakai jilbab itu tidak wajib

salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern 
saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

salam jilbab,
ananto

 
On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

  Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

  saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah 
saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah 
wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak 
berjilbab,bener ga yah ? 
  Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu 
minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri 
yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami 
saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma 
ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend 
  segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu 
kebaikan untuk umat itu sendiri.
  Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah 
yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab 
itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan 
penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan 
perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya 
sendiri.
  Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai 
hanya menutupi kecantikan saya.
  dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
  Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena 
fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
  tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya 
sangat menikmati masukan dari mereka semua.
  Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya 
pungkiri.
  Di beri punya suami yang baik
  Di beri anak yang sehat
  Di Kesehatan
  Di beri Pekerjaan
  dll

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Foryanto J. Wiguna

hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-

On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
kepala. *


*Profil, *Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak
kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh,
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden
dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar
isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana
tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar
Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI
Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis.

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
tertangani.

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
dan korban tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
Nana baru boleh keluar setelah magrib.

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
mempengaruhi perilaku, ujarnya.

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa
ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America
Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga
menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16
tahun tinggal di keluarga asuh. Sempat terjadi perdebatan keluarga. Waktu
itu yang paling mendukung ayah saya. Apa pun untuk pendidikan akan
diperbolehkan, dalam usia itu pun beliau sudah memberikan kepercayaan,
walaupun di sana dia 

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Foryanto J. Wiguna

menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt,
perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg
mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia
bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok
bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya,
khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses
Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar
Dalam.


RE: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Ahmadi Agung
test...

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
Sent: 15 Februari 2007 15:32
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-



On 2/2/07, Ananto   mailto:[EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: 




Terhormat Meski Tanpa Jilbab 

Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 

Profil, Maret 2005

TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's 
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah 
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, 
hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana 
belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah 
sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia 
lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. 
Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah 
melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia 
kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu 
kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak 
terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, 
ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, 
tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang 
sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi 
ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi 
agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, 
hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 
lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya 
Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter 
teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) 
yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan 
HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi 
informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab 
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban 
tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana 
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau 
melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di 
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, 
Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana 
dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah 
magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai 
saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar 
setelah magrib. 

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan 
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa 
itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan 
mempengaruhi perilaku, ujarnya. 

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. 
Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), 
program

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik humaeroh
Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini 
pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang
kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...)

pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana??
cuma nebak loh (hehhe)

50 + 50= cepe deh...!

salam

  - Original Message - 
  From: Kartika, Bambang 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM
  Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab 
tetap saja seperti kue lepet ?

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-



On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote: 

  Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
  Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
   
  Profil, Maret 2005

  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

  Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow 
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya 
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan 
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

  Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, 
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru 
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi 
yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat 
bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum 
pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

  Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil 
presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum 
mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya 
di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak 
keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

  Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada 
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang 
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang 
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat 
mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah 
keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


  LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya 
Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter 
teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

  Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional 
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih 
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama 
yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. 

  Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

  Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

  Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa 
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan 
korban tsunami di Aceh.


  WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. 
Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, 
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah 
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, 
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin 
ibunya, Nana dengan lima

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik SPSI K1
Eit jangan bawa-bawa lepet itu makanan kesukaan  saya apalagi kalo lepet sama 
bacang yang banyak kacangnya
hmmm yumi

Roh50 + 50= tape deh...!

Salam
  - Original Message - 
  From: humaeroh 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 19, 2007 11:41 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini 
  pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang
  kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...)

  pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana??
  cuma nebak loh (hehhe)

  50 + 50= cepe deh...!

  salam

- Original Message - 
From: Kartika, Bambang 
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM
Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai 
jilbab tetap saja seperti kue lepet ?

  -Original Message-
  From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
  Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


  hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

  JIL kali tuhh...

  -FJW-



  On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005

TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di 
stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat 
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember 
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow 
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya 
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan 
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda 
Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru 
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi 
yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat 
bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum 
pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil 
presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum 
mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya 
di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak 
keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada 
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang 
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang 
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat 
mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah 
keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 
Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan 
PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan 
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers 
Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana 
meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan 
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa 
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan 
korban tsunami

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik humaeroh
wah salah nyebut nama nehmaap mas ananto,,,
soalnya saya ingetnya sama mas ananto doang

kalo gitu buat mas bambang deh,,,


  - Original Message - 
  From: humaeroh 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 19, 2007 11:41 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini 
  pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang
  kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...)

  pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana??
  cuma nebak loh (hehhe)

  50 + 50= cepe deh...!

  salam

- Original Message - 
From: Kartika, Bambang 
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM
Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai 
jilbab tetap saja seperti kue lepet ?

  -Original Message-
  From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
  Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


  hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

  JIL kali tuhh...

  -FJW-



  On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005

TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di 
stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat 
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember 
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow 
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya 
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan 
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda 
Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru 
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi 
yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat 
bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum 
pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil 
presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum 
mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya 
di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak 
keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada 
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang 
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang 
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat 
mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah 
keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 
Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan 
PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan 
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers 
Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana 
meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan 
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa 
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan 
korban tsunami di Aceh.


WANITA

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Ananto

hehehe... jangan cape dulu atuh... :)

jilbab yg syar'i adalah men-jilbab-i hati... karena jika hati sudah
terjilbabi, maka bakalan tahan bantingan dan godaan.. :)
ga akan centil lagi, ga akan ngerebut suami orang lagi... ga suka ngerumpi
lagi...

tapi jika hanya jilbab ragawi, belum tentu semua itu bisa diatasi.. :))

salam,
ananto


On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini
pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang
kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...)

pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana??
cuma nebak loh (hehhe)

50 + 50= cepe deh...!

salam


- Original Message -
*From:* Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Sent:* Monday, February 19, 2007 11:19 AM
*Subject:* RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



 Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai
jilbab tetap saja seperti kue lepet ?


-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* Thursday, February 15, 2007 3:32 PM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-

On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote:

Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
 tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
 kepala. *


 *Profil, *Maret 2005
 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
 stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
 saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir
 Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi
 akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

 Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
 Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
 telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
 keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
 telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

 Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda
 Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah
 baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
 kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
 terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
 mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
 Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

 Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil
 presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum
 mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu
 saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak
 anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

 Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
 komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
 gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
 kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
 sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
 berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


 LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2
 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi
 penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni,
 liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat
 Indonesia menangis.

 Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
 (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
 penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
 pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

 Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
 Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
 Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

 Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
 hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
 dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
 Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
 terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
 tertangani.

 Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
 Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
 dan korban tsunami di Aceh.


 WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius.
 Nana kecil, saat di Makasar

RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Hidayat, Akhmad

Orang yang telah 'berjilbab hatinya', maka secara otomatis ia akan
menjilbabi lahiriahnya ...

 

Tapi, ngomong2, hati itu jangan dijilbabi ...  bukalah hati selebar2nya,
dan bersihkan sesering mungkin ...

 

Salam,

Hidayat

 



From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ananto
Sent: Monday, February 19, 2007 1:10 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 

hehehe... jangan cape dulu atuh... :)

 

jilbab yg syar'i adalah men-jilbab-i hati... karena jika hati sudah
terjilbabi, maka bakalan tahan bantingan dan godaan.. :)

ga akan centil lagi, ga akan ngerebut suami orang lagi... ga suka
ngerumpi lagi...

 

tapi jika hanya jilbab ragawi, belum tentu semua itu bisa diatasi.. :))

 

salam,

ananto

 

On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED]
mailto:[EMAIL PROTECTED]  wrote: 

Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini 

pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang

kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...)

 

pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana??

cuma nebak loh (hehhe)

 

50 + 50= cepe deh...!

 

salam

 



This message and any attached files may contain information that is 
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the 
intended recipient. If you are not the intended recipient or the person 
responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised 
that you have received this message in error and that any dissemination, 
copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the 
disclosure of the information therein. If you have received this message in 
error please notify the sender immediately and delete the message.

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik humaeroh
hehehe 
bukan tapi...
singkong diragi-in?  itu baru..tape deh
kalo obat nyamuk?vape deh,,,

  - Original Message - 
  From: SPSI K1 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 19, 2007 12:14 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  Eit jangan bawa-bawa lepet itu makanan kesukaan  saya apalagi kalo lepet sama 
bacang yang banyak kacangnya
  hmmm yumi

  Roh50 + 50= tape deh...!

  Salam
- Original Message - 
From: humaeroh 
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Sent: Monday, February 19, 2007 11:41 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini 
pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang
kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...)

pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana??
cuma nebak loh (hehhe)

50 + 50= cepe deh...!

salam

  - Original Message - 
  From: Kartika, Bambang 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM
  Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai 
jilbab tetap saja seperti kue lepet ?

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf 
Of Foryanto J. Wiguna
Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-



On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote: 

  Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
  Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
   
  Profil, Maret 2005

  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di 
stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat 
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember 
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

  Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow 
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya 
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan 
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

  Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda 
Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru 
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi 
yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat 
bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum 
pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

  Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil 
presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum 
mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya 
di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak 
keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

  Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada 
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang 
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang 
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat 
mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah 
keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


  LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 
Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan 
PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan 
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

  Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers 
Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana 
meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan 
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. 

  Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

  Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih 
punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Foryanto J. Wiguna

tau kok, wah enak dong.lepet lepet, yg bagus itu sudah pake jilbab
trus tarbiyah (pembinaan) ttg agama islam...

On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai
jilbab tetap saja seperti kue lepet ?


-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* Thursday, February 15, 2007 3:32 PM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-

On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
 tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
 kepala. *


 *Profil, *Maret 2005
 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
 stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
 saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir
 Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi
 akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

 Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
 Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
 telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
 keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
 telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

 Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda
 Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah
 baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
 kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
 terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
 mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
 Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

 Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil
 presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum
 mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu
 saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak
 anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

 Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
 komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
 gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
 kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
 sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
 berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


 LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2
 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi
 penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni,
 liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat
 Indonesia menangis.

 Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
 (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
 penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
 pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

 Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
 Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
 Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

 Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
 hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
 dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
 Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
 terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
 tertangani.

 Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
 Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
 dan korban tsunami di Aceh.


 WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius.
 Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
 kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
 Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
 Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
 ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
 Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
 ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
 Nana baru boleh keluar setelah magrib.

 Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
 pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter

Re: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Ananto

mas,

tulisan {Disarmed} tolong diapus dong... kepanjangan...
coba bicara dg orang IT sampeyan...

salam,
ananto


On 2/19/07, Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] wrote:


   test...

-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* 15 Februari 2007 15:32
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-

On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote:

Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
 tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
 kepala. *


 *Profil, *Maret 2005
 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
 stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
 saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir
 Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi
 akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

 Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
 Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
 telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
 keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
 telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

 Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda
 Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah
 baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
 kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
 terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
 mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
 Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

 Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil
 presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum
 mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu
 saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak
 anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

 Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
 komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
 gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
 kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
 sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
 berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


 LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2
 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi
 penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni,
 liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat
 Indonesia menangis.

 Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
 (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
 penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
 pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

 Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
 Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
 Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

 Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
 hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
 dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
 Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
 terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
 tertangani.

 Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
 Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
 dan korban tsunami di Aceh.


 WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius.
 Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
 kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
 Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
 Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
 ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
 Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
 ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
 Nana baru boleh keluar setelah magrib.

 Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
 pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
 rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
 mempengaruhi perilaku, ujarnya

RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Kartika, Bambang
Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu 
yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan 
bermanfaat fidunya wal akhirot.
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
Sent: Monday, February 19, 2007 10:44 AM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara 
hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai 
Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah 
berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang 
dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup 
aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan 
islam yg artinya lengkap Luar Dalam. 



 


This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately.


Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Ananto

kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :)

salam,
ananto


On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu
dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh
akan bermanfaat fidunya wal akhirot.


-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt,
perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg
mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia
bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok
bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya,
khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses
Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar
Dalam.


 --
 This message (including any attachments) is only for the use of the
person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential,
proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended
recipient, you should not copy, distribute or use this information for any
purpose, and you should delete this message and inform the sender
immediately.





Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-15 Terurut Topik Ananto

mas,
sudah berulang kali saya bilang... pembandingnya bukan seperti itu... jangan
ngeres dong...

kebanyakan daging kambing sih, kayak orang Timur Tengah..:-p

salam,
ananto


On 2/15/07, Anto Sulistianto [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Fotomodel Plyaboy juga merasa terhormat kendati mereka seperti hewan
di majalah playboy...

Wassalam,
Anto


- Original Message 
From: humaeroh [EMAIL PROTECTED]
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:18:26 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

   ? ???




- Original Message -
*From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@ yahoogroups. com keluarga-islam@yahoogroups.com
*Sent:* Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir...
:))

salam,
ananto


On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id [EMAIL PROTECTED] wrote:

Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
 Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.

 - Original Message -
 *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
 *To:* keluarga-islam@ yahoogroups. com keluarga-islam@yahoogroups.com
  *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



 saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan...
 jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan
 digunakan serta diamalkan

 tapi,
 jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa
 memakai jilbab itu tidak wajib

 salahkan yg suka berbusana mengundang ... dan sekali lagi concern
 saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

 salam jilbab,
 ananto


 On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...
 
  saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di
  terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita
  dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak
  berjilbab,bener ga yah ?
  Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta
  restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang
  baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami
  saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma
  ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend
  segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu
  kebaikan untuk umat itu sendiri.
  Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang
  ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab
  itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan
  penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan
  perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk
  diri saya sendiri.
  Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai
  hanya menutupi kecantikan saya.
  dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
  Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena
  fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
  tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya
  sangat menikmati masukan dari mereka semua.
  Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
  Di beri punya suami yang baik
  Di beri anak yang sehat
  Di Kesehatan
  Di beri Pekerjaan
  dll. ..
  kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang
  diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya
  yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang
  yang saya sayangi sampai detik ini.
 
  Salam
 
 
 
  - Original Message -
  *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
  *To:* keluarga-islam@ yahoogroups. com
  keluarga-islam@yahoogroups.com
  *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
  *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
 
 
 
  hehehe...
  nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))
 
  sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas:
  wallahu a'lam... :)
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ yahoo.com
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
 Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang
   dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana
   dengan pandangan ALLAH SWT  ? ? ?
   
  
   *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote:
  
Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
   tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar 
jilbab
   kepala. *
  
   *Profil, *Maret 2005
   TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
   stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik Ananto

tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir...
:))

salam,
ananto


On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.

- Original Message -
*From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan...
jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan
digunakan serta diamalkan

tapi,
jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa
memakai jilbab itu tidak wajib

salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya,
tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

salam jilbab,
ananto


On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote:

Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

 saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di
 terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita
 dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak
 berjilbab,bener ga yah ?
 Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu
 suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik
 apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya
 bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma
 ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend
 segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu
 kebaikan untuk umat itu sendiri.
 Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang
 ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab
 itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan
 penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan
 perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri
 saya sendiri.
 Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya
 menutupi kecantikan saya.
 dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
 Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena
 fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
 tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat
 menikmati masukan dari mereka semua.
 Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
 Di beri punya suami yang baik
 Di beri anak yang sehat
 Di Kesehatan
 Di beri Pekerjaan
 dll...
 kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang
 diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya
 yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang
 yang saya sayangi sampai detik ini.

 Salam



 - Original Message -
 *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



 hehehe...
 nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

 sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas:
 wallahu a'lam... :)

 salam,
 ananto


 On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang
  dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana
  dengan pandangan ALLAH SWT ???
 
  *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote:
 
   Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
  tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
  kepala. *
 
  *Profil, *Maret 2005
  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
  stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
  saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir
  Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi
  akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.
 
  Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
  Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
  telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
  keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
  telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.
 
  Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda
  Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah
  baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
  kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
  terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
  mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
  Nana melakukan reportase diiringi

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik humaeroh
hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss

hehe :-)) just kddng!


  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :))

  salam,
  ananto

   
  On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.
  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

   

  saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... 
jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan 
digunakan serta diamalkan

  tapi,
  jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa 
memakai jilbab itu tidak wajib

  salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, 
tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

  salam jilbab,
  ananto

   
  On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di 
terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan 
karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga 
yah ? 
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta 
restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang 
baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya 
bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan 
mode atau lagi ngetrend 
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu 
kebaikan untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang 
ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu 
selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan 
dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka 
untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya 
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena 
fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya 
sangat menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll... 
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang 
diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya 
yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang 
saya sayangi sampai detik ini. 

Salam


  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

   

  hehehe...
  nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

  sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya 
jelas: wallahu a'lam... :)

  salam,
  ananto

   
  On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED]  wrote: 
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang 
dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan 
pandangan ALLAH SWT ??? 



Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: 
  Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
  Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
   
  Profil, Maret 2005
  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di 
stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat 
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember 
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

  Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar 
talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, 
sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik humaeroh




  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :))

  salam,
  ananto

   
  On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.
  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

   

  saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... 
jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan 
digunakan serta diamalkan

  tapi,
  jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa 
memakai jilbab itu tidak wajib

  salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, 
tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

  salam jilbab,
  ananto

   
  On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di 
terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan 
karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga 
yah ? 
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta 
restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang 
baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya 
bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan 
mode atau lagi ngetrend 
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu 
kebaikan untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang 
ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu 
selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan 
dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka 
untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya 
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena 
fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya 
sangat menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll... 
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang 
diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya 
yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang 
saya sayangi sampai detik ini. 

Salam


  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

   

  hehehe...
  nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

  sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya 
jelas: wallahu a'lam... :)

  salam,
  ananto

   
  On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED]  wrote: 
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang 
dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan 
pandangan ALLAH SWT ??? 



Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: 
  Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
  Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
   
  Profil, Maret 2005
  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di 
stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat 
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember 
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

  Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar 
talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, 
sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena 
keterbatasan sarana, hari pertama Nana

RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik Kartika, Bambang
Kalau begitu sama dong dengan saya, saudara-saudaraku yang insyaAllah 
dimulyakan Allah,.disinilah salah satu contoh rahmatan lilalamin, kita 
dianjurkan menyampaikan meski satu ayat akan tetapi kita tidak boleh menghukumi 
saudara kita sendiri karena menghukumi hanya ada pada hak Allah, meskipun 
seseorang sudah bergelimang dosa kalau Sang Maha Suci mensucikanya niscaya 
tidak akan ada yang mampu menghalanginya, begitu juga sebaliknya yang menurut 
kacamata manusia bahwa orang itu kelihatan soleh soleha namun Allah mengazabnya 
itu karena hanya Allah yang maha mengetahui dalam jiwa seseorang. (Gusti Allah 
ora sumare) mekaten lo P' Ananto.
 
Salam
 
Bambang Kartika

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ananto
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab





tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :))
 
salam,
ananto

 
On 2/14/07, SPSI K1  [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id 
wrote: 



Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.


- Original Message - 
From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 

Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 



saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika 
sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan 
digunakan serta diamalkan
 
tapi,
jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai 
jilbab itu tidak wajib
 
salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak 
memakai jilbab itu harus yg mengundang
 
salam jilbab,
ananto

 
On 2/13/07, SPSI K1  [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id 
wrote: 



Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...
 
saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan 
oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena 
kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? 
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami 
saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun 
yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila 
saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau 
lagi ngetrend 
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan 
untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin 
memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu 
jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan 
kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk 
tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya 
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang 
ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat 
menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll... 
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan 
kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh 
dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya 
sayangi sampai detik ini. 
 
Salam

 
 

- Original Message - 
From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 



hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))
 
sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu 
a'lam... :)
 
salam,
ananto

 
On 2/13/07, Raflis amin  aminraflis2000@ mailto:[EMAIL PROTECTED] yahoo.com 
 wrote: 

Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud 
terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan 
ALLAH SWT ??? 



Ananto pratikno.ananto@ gmail.com http://gmail.com/  wrote: 


Terhormat Meski Tanpa Jilbab 

Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV

RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik Kartika, Bambang
Assalamualaikum Wr.wb
 
Jeng,.pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja loh 
begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai celana 
pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki.
 
Wassalam
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
humaeroh
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab





hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss
 
hehe :-)) just kddng!
 
 

- Original Message - 
From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab




tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :))
 
salam,
ananto

 
On 2/14/07, SPSI K1  [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id 
wrote: 



Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.


- Original Message - 
From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 

Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 



saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika 
sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan 
digunakan serta diamalkan
 
tapi,
jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai 
jilbab itu tidak wajib
 
salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak 
memakai jilbab itu harus yg mengundang
 
salam jilbab,
ananto

 
On 2/13/07, SPSI K1  [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id 
wrote: 



Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...
 
saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan 
oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena 
kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? 
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami 
saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun 
yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila 
saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau 
lagi ngetrend 
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan 
untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin 
memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu 
jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan 
kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk 
tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya 
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang 
ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat 
menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll... 
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan 
kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh 
dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya 
sayangi sampai detik ini. 
 
Salam

 
 

- Original Message - 
From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 



hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))
 
sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu 
a'lam... :)
 
salam,
ananto

 
On 2/13/07, Raflis amin  aminraflis2000@ mailto:[EMAIL PROTECTED] yahoo.com 
 wrote: 

Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud 
terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan 
ALLAH SWT ??? 



Ananto pratikno.ananto@ gmail.com http://gmail.com/  wrote: 


Terhormat Meski Tanpa Jilbab 

Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik Ananto

hehehe...
ngomongin aurat laki laki...

pan batesnya dari puser ampe utut ya pak?
tapi,
jika saya cuman pake handuk doang yg nutup daerah itu, kemudian sholat
jum'at ke istiqlal... dijamin akan diseret keluar ama pak satpam... :))
walaupun saya ngotot itu udah nutup aurat... dijamin satpam akan tetep
nyeret saya... dia ga bakalan peduli kita ajak debat masalah dalil, hadits,
fiqh dan seterusnya... nah pada kasus seperti ini, ternyata fiqh (nutup
aurat) kalah telak dibandingkan norma sosial.. :))

salam,
ananto


On 2/15/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Assalamualaikum Wr.wb

Jeng,.pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja
loh begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai
celana pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki.

Wassalam


-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *humaeroh
*Sent:* Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

  hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss

hehe :-)) just kddng!



- Original Message -
*From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Sent:* Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir...
:))

salam,
ananto


On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote:

Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
 Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.

 - Original Message -
 *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com [EMAIL PROTECTED]
  *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



 saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan...
 jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan
 digunakan serta diamalkan

 tapi,
 jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa
 memakai jilbab itu tidak wajib

 salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya,
 tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

 salam jilbab,
 ananto


 On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...
 
  saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di
  terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita
  dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak
  berjilbab,bener ga yah ?
  Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta
  restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang
  baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami
  saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma
  ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend
  segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu
  kebaikan untuk umat itu sendiri.
  Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang
  ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab
  itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan
  penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan
  perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk
  diri saya sendiri.
  Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai
  hanya menutupi kecantikan saya.
  dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
  Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena
  fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
  tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya
  sangat menikmati masukan dari mereka semua.
  Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
  Di beri punya suami yang baik
  Di beri anak yang sehat
  Di Kesehatan
  Di beri Pekerjaan
  dll...
  kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang
  diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya
  yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang
  yang saya sayangi sampai detik ini.
 
  Salam
 
 
 
  - Original Message -
  *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
  *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
  *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
  *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
 
 
 
  hehehe...
  nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))
 
  sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas:
  wallahu a'lam... :)
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED]  wrote:
  
 Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang
   dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana
   dengan pandangan

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-14 Terurut Topik Anto Sulistianto
Fotomodel Plyaboy juga merasa terhormat kendati mereka seperti hewan di 
majalah playboy...

Wassalam,
Anto


- Original Message 
From: humaeroh [EMAIL PROTECTED]
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:18:26 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 ? ???


 
- Original Message - 
From: Ananto 
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com 
Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab


tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :))
 
salam,
ananto

 
On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id wrote: 
Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.
- Original Message - 
From: Ananto 
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com 
Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 
saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika 
sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan 
digunakan serta diamalkan
 
tapi,
jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai 
jilbab itu tidak wajib
 
salahkan yg suka berbusana mengundang ... dan sekali lagi concern saya, tidak 
memakai jilbab itu harus yg mengundang
 
salam jilbab,
ananto

 
On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id wrote: 
Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...
 
saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan 
oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena 
kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? 
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami 
saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun 
yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila 
saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau 
lagi ngetrend 
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan 
untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin 
memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu 
jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan 
kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk 
tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya 
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang 
ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat 
menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll. .. 
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan 
kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh 
dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya 
sayangi sampai detik ini. 
 
Salam
 
 
- Original Message - 
From: Ananto 
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com 
Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 
hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))
 
sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu 
a'lam... :)
 
salam,
ananto

 
On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ yahoo.com  wrote: 
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud 
terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan 
ALLAH SWT  ? ? ?  


Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: 
Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's 
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah 
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, 
hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat

RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik Kartika, Bambang
Assalamualaikum Wr.wb
 
P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya 
tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang 
berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia?
 
Wassalamualaikum Wr.wb
 
Bambang Kartika
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ananto
Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab





hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))
 
sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu 
a'lam... :)
 
salam,
ananto

 
On 2/13/07, Raflis amin  aminraflis2000@ mailto:[EMAIL PROTECTED] yahoo.com 
wrote: 

Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud 
terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan 
ALLAH SWT ??? 



Ananto pratikno.ananto@ gmail.com http://gmail.com/  wrote: 


Terhormat Meski Tanpa Jilbab 

Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
Profil, Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's 
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah 
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, 
hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana 
belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah 
sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia 
lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. 
Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah 
melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia 
kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu 
kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak 
terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, 
ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, 
tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang 
sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi 
ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi 
agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, 
hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 
lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya 
Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter 
teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) 
yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan 
HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi 
informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab 
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban 
tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana 
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau 
melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di 
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, 
Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana 
dengan lima orang saudaranya

RE: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik Ahmadi Agung
Wa'alaikumussallam Wr Wb.
 
Ma'af saya ikut nimbrung...
 
Pak Bambang yg di Rahmati ALlah ( InsyaALlah )
 
Jawaban dari pertanyaan Pak Bambang adalah TIDAK.
 
TIDAK semua wanita yg memakai JILBAB itu adalah wanita solehah yg ber-akhlak 
Mulia  wanita Ber-iman, tapi ada beberapa wanita memakai JILBAB karena 
beberapa hal.
 
BUKTI yg saya lihat sendiri sampai saat ini adalah, wanita ber - JILBAB itu 
karena..
 
1. Menutupi UBAN, karena dia merasa MALU masih muda tapi rambutnya sudah penuh 
UBAN.ini di lakukan oleh saudara saya sendiri  saya tahu PERSIS saudara 
saya itu TIDAK PERNAH SHOLAT, bahkan memikirkan Sholat saja TIDAK, yg dia kejar 
hanyalah harta dunia  karier.
 
2. Ada wanita ber- JILBAB tapi dia berkelakuan bak PELACUR, karena dia 
ber-JILBAB hanya untuk menjatuhkan Umat Islam  agama Islamdan wanita yg 
ber-JILBAB model gini adalah BUKAN orang Islam, jika mereka beragama islam tapi 
MUNAFIK.
 
Tapi bagaiamanapun memakai JILBAB bagi wanita Muslim itu Hukum-nya WAJIB, dan 
wanita yg solehah  ber-takwa PASTI mereka memakai JILBAB  wanita yg memakai 
JILBAB BELUM TENTU wanita Solehah  bertakwa pada ALLAH swt..
 
Dan hal  itu urusan dia dng ALLAH,  jika wanita itu ber - JILBAB tapi ternyata 
bukan maksud ber-takwa pada ALLAH tapi hanya dng alasan seperti yg saya 
ceritakan di atas 
 
Seperti minuman keras atau Khamr, Khamr atau minuman keras itu HARAM hukum-nya 
di minum, tapi tidak semua orang yg TIDAK me-minum Khamr atau minuman keras itu 
adalah orang Soleh atau Solehah  berakhlak mulia serta orang yg bertakwa pada 
Allah swt
 
Seperti juga SHOLAT.
 
SHOLAT itu hukumnya WAJIB bagi setiap umat Islam, tapi orang yg SHOLAT bisa 
CELAKA jika dia mengerjakan Sholat karena RIYA, bukan Sholat karena ingin 
bertakwa pada ALlah swt...
 
Silahkan baca Surah AL MAA'UUN ( surah ke 107  ayat 4 s/d 6 ) yg berbunyi...
 
...Maka KECELAKAAN bagi orang-orang yg SHOLAT...
 
 ..( Yaitu ) Orang-orang yg LALAI dari Sholatnya
 
...Orang-orang yg Berbuat RIYA ( dalam Sholatnya ).
 
 
Riya itu adalah berbuat amal pebuatan yg di perintahkan oleh ALlah swt tapi 
NIAT-nya TIDAK mencari Ridho ALlah tapi NIAT-nya hanya ingin di PUJI orang dll, 
seperti yg saya tulis di atas tentang masalah JILBAB...
 
demikian...
 
Salam JIHAD
AL-Pacitan
 
 
 
 
 
 
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Kartika, Bambang






Assalamualaikum Wr.wb
 
P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya 
tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang 
berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia?
 
Wassalamualaikum Wr.wb
 
Bambang Kartika
 



 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12i8588ui/M=493064.9803230.10510224.8674578/D=groups/S=1705038064:NC/Y=YAHOO/EXP=1171420128/A=3848630/R=0/SIG=10p8tommg/*http://photos.yahoo.com
  
.


-- 
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by MailScanner, and is
believed to be clean.



Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik Ananto

saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan...
jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan
digunakan serta diamalkan

tapi,
jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa
memakai jilbab itu tidak wajib

salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya,
tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

salam jilbab,
ananto


On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di
terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita
dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak
berjilbab,bener ga yah ?
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu
suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik
apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya
bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma
ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan
untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin
memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab
itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan
penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan
perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri
saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena
yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat
menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll...
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan
kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh
dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya
sayangi sampai detik ini.

Salam



- Original Message -
*From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas:
wallahu a'lam... :)

salam,
ananto


On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang
 dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana
 dengan pandangan ALLAH SWT ???

 *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote:

  Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
 tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
 kepala. *

 *Profil, *Maret 2005
 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
 stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
 saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir
 Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi
 akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

 Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
 Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
 telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
 keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
 telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

 Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda
 Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah
 baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
 kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
 terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
 mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
 Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

 Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil
 presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum
 mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu
 saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak
 anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

 Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
 komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
 gampang sekali diprovokasi oleh

Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik Ananto

mangkanya, cak...
yg harus dikampanyekan adalah nJilbabi Hati... itu yg lebih afdhol...

klo hati nya sudah terJilbabi, urusan apapun akan gamapang mengarahkannya...

salam,
ananto


On 2/14/07, Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Wa'alaikumussallam Wr Wb.

Ma'af saya ikut nimbrung...

Pak Bambang yg di Rahmati ALlah ( InsyaALlah )

Jawaban dari pertanyaan Pak Bambang adalah TIDAK.

TIDAK semua wanita yg memakai JILBAB itu adalah wanita solehah yg
ber-akhlak Mulia  wanita Ber-iman, tapi ada beberapa wanita memakai JILBAB
karena beberapa hal.

BUKTI yg saya lihat sendiri sampai saat ini adalah, wanita ber - JILBAB
itu karena..

1. Menutupi UBAN, karena dia merasa MALU masih muda tapi rambutnya sudah
penuh UBAN.ini di lakukan oleh saudara saya sendiri  saya tahu PERSIS
saudara saya itu TIDAK PERNAH SHOLAT, bahkan memikirkan Sholat saja TIDAK,
yg dia kejar hanyalah harta dunia  karier.

2. Ada wanita ber- JILBAB tapi dia berkelakuan bak PELACUR, karena dia
ber-JILBAB hanya untuk menjatuhkan Umat Islam  agama Islamdan wanita yg
ber-JILBAB model gini adalah BUKAN orang Islam, jika mereka beragama islam
tapi MUNAFIK.

Tapi bagaiamanapun memakai JILBAB bagi wanita Muslim itu Hukum-nya WAJIB,
dan wanita yg solehah  ber-takwa PASTI mereka memakai JILBAB  wanita
yg memakai JILBAB BELUM TENTU wanita Solehah  bertakwa pada ALLAH swt..

Dan hal  itu urusan dia dng ALLAH,  jika wanita itu ber - JILBAB tapi
ternyata bukan maksud ber-takwa pada ALLAH tapi hanya dng alasan seperti yg
saya ceritakan di atas

Seperti minuman keras atau Khamr, Khamr atau minuman keras itu HARAM
hukum-nya di minum, tapi tidak semua orang yg TIDAK me-minum Khamr atau
minuman keras itu adalah orang Soleh atau Solehah  berakhlak mulia serta
orang yg bertakwa pada Allah swt

Seperti juga SHOLAT.

SHOLAT itu hukumnya WAJIB bagi setiap umat Islam, tapi orang yg SHOLAT
bisa CELAKA jika dia mengerjakan Sholat karena RIYA, bukan Sholat karena
ingin bertakwa pada ALlah swt...

Silahkan baca Surah AL MAA'UUN ( surah ke 107  ayat 4 s/d 6 ) yg
berbunyi...

...Maka KECELAKAAN bagi orang-orang yg SHOLAT...

 ..( Yaitu ) Orang-orang yg LALAI dari Sholatnya

...Orang-orang yg Berbuat RIYA ( dalam Sholatnya ).


Riya itu adalah berbuat amal pebuatan yg di perintahkan oleh ALlah swt
tapi NIAT-nya TIDAK mencari Ridho ALlah tapi NIAT-nya hanya ingin di PUJI
orang dll, seperti yg saya tulis di atas tentang masalah JILBAB...

demikian...

Salam JIHAD
AL-Pacitan








-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Kartika, Bambang


  Assalamualaikum Wr.wb

P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya
tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang
berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia?

Wassalamualaikum Wr.wb

Bambang Kartika



--
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by *MailScanner* http://www.mailscanner.info/, and is
believed to be clean.





Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik SPSI K1
Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya.
  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika 
sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan 
digunakan serta diamalkan

  tapi,
  jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai 
jilbab itu tidak wajib

  salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, 
tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang

  salam jilbab,
  ananto

   
  On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di 
terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan 
karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga 
yah ? 
Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu 
suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik 
apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya 
bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan 
mode atau lagi ngetrend 
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan 
untuk umat itu sendiri.
Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin 
memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu 
jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan 
kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk 
tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri.
Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya 
menutupi kecantikan saya.
dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena 
yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat 
menikmati masukan dari mereka semua.
Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri.
Di beri punya suami yang baik
Di beri anak yang sehat
Di Kesehatan
Di beri Pekerjaan
dll... 
kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan 
kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh 
dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya 
sayangi sampai detik ini. 

Salam


  - Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

   

  hehehe...
  nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

  sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: 
wallahu a'lam... :)

  salam,
  ananto

   
  On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED]  wrote: 
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang 
dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan 
pandangan ALLAH SWT ??? 



Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: 
  Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
  Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati 
berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
   
  Profil, Maret 2005
  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di 
stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat 
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember 
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

  Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow 
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya 
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan 
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

  Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda 
Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru 
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi 
yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat 
bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum 
pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-12 Terurut Topik Raflis amin
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud 
terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan 
ALLAH SWT ???

Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
  Profil, Maret 2005
  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's 
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah 
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, 
hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana 
belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah 
sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia 
lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. 
Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah 
melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia 
kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu 
kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak 
terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, 
ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, 
tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang 
sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi 
ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi 
agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, 
hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 
lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya 
Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter 
teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) 
yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan 
HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi 
informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab 
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban 
tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana 
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau 
melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di 
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, 
Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana 
dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah 
magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai 
saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar 
setelah magrib. 

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan 
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa 
itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan 
mempengaruhi perilaku, ujarnya. 

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. 
Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), 
program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga menolak karena harus 
melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun tinggal di keluarga 
asuh. Sempat 

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-12 Terurut Topik Ananto

hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas:
wallahu a'lam... :)

salam,
ananto


On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang
dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana
dengan pandangan ALLAH SWT ???

*Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang
jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala.
*

*Profil, *Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak
kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh,
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden
dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar
isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana
tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar
Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI
Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis.

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
tertangani.

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
dan korban tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
Nana baru boleh keluar setelah magrib.

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
mempengaruhi perilaku, ujarnya.

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa
ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America
Field Service), program pertukaran 

[keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-02 Terurut Topik Ananto

Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang
jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala.
*


*Profil, *Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak
kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan
sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon.
Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh,
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden
dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar
isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana
tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar
Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI
Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis.

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
tertangani.

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan
korban tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
Nana baru boleh keluar setelah magrib.

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
mempengaruhi perilaku, ujarnya.

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa
ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America
Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga
menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16
tahun tinggal di keluarga asuh. Sempat terjadi perdebatan keluarga. Waktu
itu yang paling mendukung ayah saya. Apa pun untuk pendidikan akan
diperbolehkan, dalam usia itu pun beliau sudah memberikan kepercayaan,
walaupun di sana dia sudah dibekali agama, mereka percaya shalatnya tidak
akan ditinggal. Dan alhamdulillah saya bisa menjaga kepercayaan itu, cerita
Nana.