Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hei,,,maksudnya apa nih?? dendam pribadi mas...? hhihihihi - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 2:14 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :) salam, ananto On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Monday, February 19, 2007 10:44 AM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe... cinta segitiga antara TR-AG-TN salam, ananto On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote: hei,,,maksudnya apa nih?? dendam pribadi mas...? hhihihihi - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Monday, February 19, 2007 2:14 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :) salam, ananto On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: keluarga- [EMAIL PROTECTED] Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. -- This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
ya, niat dl dalam hati utk berjilbab lalu harus dengan pelaksanaan menggunakannya dong. niat saja gak cukup, harus ada pelaksanaan yg real dari perwujudan niat itu. Misalkan : saya niat mau makan, tp saya gak ambil makanan, gak ke warung, gak masak utk dapat makanan itu, apakah itu dinamakan makan?, artinya pelaksanaan makan saya gugur krn tidak ada action yg nyata dari saya utk makan... hanya sekedar niat On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. -- This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. -- Regards, -Foryanto J. Wiguna-
RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Nah maka dari itu implementasinya adalah dari hati diaktualkan, berat bukan tinggal keyakinan kita kepada pertolongan Allah, tidak ada yang sulit jika Allah menghendaki kemudahan, Begono choe -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Monday, February 19, 2007 3:27 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab ya, niat dl dalam hati utk berjilbab lalu harus dengan pelaksanaan menggunakannya dong. niat saja gak cukup, harus ada pelaksanaan yg real dari perwujudan niat itu. Misalkan : saya niat mau makan, tp saya gak ambil makanan, gak ke warung, gak masak utk dapat makanan itu, apakah itu dinamakan makan?, artinya pelaksanaan makan saya gugur krn tidak ada action yg nyata dari saya utk makan... hanya sekedar niat On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] com wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- From: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] s.com]On Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Monday, February 19, 2007 10:44 AM To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. _ This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. -- Regards, -Foryanto J. Wiguna-
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
gak jelas sampeyan iki.. On 2/19/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: hehehe... cinta segitiga antara TR-AG-TN salam, ananto On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote: hei,,,maksudnya apa nih?? dendam pribadi mas...? hhihihihi - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Monday, February 19, 2007 2:14 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :) salam, ananto On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: keluarga- [EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. -- This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. -- Regards, -Foryanto J. Wiguna-
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
ok katakan saja begini, semoga org yg masih berjilbab hatinya dl, Allah kelak akan membukakan hatinya utk menerima kebenaran dr Allah ttg keharusan menutup aurat dgn Jilbab. Gicuu, cape deh! hehehehe On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah maka dari itu implementasinya adalah dari hati diaktualkan, berat bukan tinggal keyakinan kita kepada pertolongan Allah, tidak ada yang sulit jika Allah menghendaki kemudahan, Begono choe -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Monday, February 19, 2007 3:27 PM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab ya, niat dl dalam hati utk berjilbab lalu harus dengan pelaksanaan menggunakannya dong. niat saja gak cukup, harus ada pelaksanaan yg real dari perwujudan niat itu. Misalkan : saya niat mau makan, tp saya gak ambil makanan, gak ke warung, gak masak utk dapat makanan itu, apakah itu dinamakan makan?, artinya pelaksanaan makan saya gugur krn tidak ada action yg nyata dari saya utk makan... hanya sekedar niat On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. -- This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. -- Regards, -Foryanto J. Wiguna- -- Regards, -Foryanto J. Wiguna-
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Gampang aja.. menyikapi orang seperti itu... Bagi mereka Surga yang diperoleh cukup di hati aja Tidak perlu mikir tentang bagaimana akan diperolehnya surga yang begitu nikmat... yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dengan iman yang sesungguhnya... ---Original Message--- From: keluarga-islam@yahoogroups.com Date: 19 Februari 2007 10:36:32 To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe... saya rasa, katagori orang2 yg masuk surga tidak yg seperti sampeyan katakan... :) salam, ananto On 2/19/07, moel [EMAIL PROTECTED] wrote: Gampang aja.. menyikapi orang seperti itu... Bagi mereka Surga yang diperoleh cukup di hati aja Tidak perlu mikir tentang bagaimana akan diperolehnya surga yang begitu nikmat... yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dengan iman yang sesungguhnya... *---Original Message---* *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Date:* 19 Februari 2007 10:36:32 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Waduh... waduh... Pak Ananto ini... apa iya Bp yang setiap hari pergi ngantor pake pakaian NECISS... Giliran waktu sholat hanya pake handuk doank... Maaf sbelumnya, ini bukan masalah kalah menang antara fiqih sama norma lho.. Tapi, pantaskah menghadap ALLAH dengan modal handuk doang?? Salam - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 15, 2007 8:54 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... ngomongin aurat laki laki... pan batesnya dari puser ampe utut ya pak? tapi, jika saya cuman pake handuk doang yg nutup daerah itu, kemudian sholat jum'at ke istiqlal... dijamin akan diseret keluar ama pak satpam... :)) walaupun saya ngotot itu udah nutup aurat... dijamin satpam akan tetep nyeret saya... dia ga bakalan peduli kita ajak debat masalah dalil, hadits, fiqh dan seterusnya... nah pada kasus seperti ini, ternyata fiqh (nutup aurat) kalah telak dibandingkan norma sosial.. :)) salam, ananto On 2/15/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr.wb Jeng,.pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja loh begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai celana pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki. Wassalam -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] Behalf Of humaeroh Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss hehe :-)) just kddng! - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun tinggal di keluarga asuh. Sempat terjadi perdebatan keluarga. Waktu itu yang paling mendukung ayah saya. Apa pun untuk pendidikan akan diperbolehkan, dalam usia itu pun beliau sudah memberikan kepercayaan, walaupun di sana dia
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam.
RE: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
test... -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: 15 Februari 2007 15:32 To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...) pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana?? cuma nebak loh (hehhe) 50 + 50= cepe deh...! salam - Original Message - From: Kartika, Bambang To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab tetap saja seperti kue lepet ? -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Eit jangan bawa-bawa lepet itu makanan kesukaan saya apalagi kalo lepet sama bacang yang banyak kacangnya hmmm yumi Roh50 + 50= tape deh...! Salam - Original Message - From: humaeroh To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:41 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...) pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana?? cuma nebak loh (hehhe) 50 + 50= cepe deh...! salam - Original Message - From: Kartika, Bambang To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab tetap saja seperti kue lepet ? -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
wah salah nyebut nama nehmaap mas ananto,,, soalnya saya ingetnya sama mas ananto doang kalo gitu buat mas bambang deh,,, - Original Message - From: humaeroh To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:41 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...) pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana?? cuma nebak loh (hehhe) 50 + 50= cepe deh...! salam - Original Message - From: Kartika, Bambang To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab tetap saja seperti kue lepet ? -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe... jangan cape dulu atuh... :) jilbab yg syar'i adalah men-jilbab-i hati... karena jika hati sudah terjilbabi, maka bakalan tahan bantingan dan godaan.. :) ga akan centil lagi, ga akan ngerebut suami orang lagi... ga suka ngerumpi lagi... tapi jika hanya jilbab ragawi, belum tentu semua itu bisa diatasi.. :)) salam, ananto On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...) pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana?? cuma nebak loh (hehhe) 50 + 50= cepe deh...! salam - Original Message - *From:* Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Monday, February 19, 2007 11:19 AM *Subject:* RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab tetap saja seperti kue lepet ? -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Thursday, February 15, 2007 3:32 PM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar
RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Orang yang telah 'berjilbab hatinya', maka secara otomatis ia akan menjilbabi lahiriahnya ... Tapi, ngomong2, hati itu jangan dijilbabi ... bukalah hati selebar2nya, dan bersihkan sesering mungkin ... Salam, Hidayat From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ananto Sent: Monday, February 19, 2007 1:10 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... jangan cape dulu atuh... :) jilbab yg syar'i adalah men-jilbab-i hati... karena jika hati sudah terjilbabi, maka bakalan tahan bantingan dan godaan.. :) ga akan centil lagi, ga akan ngerebut suami orang lagi... ga suka ngerumpi lagi... tapi jika hanya jilbab ragawi, belum tentu semua itu bisa diatasi.. :)) salam, ananto On 2/19/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...) pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana?? cuma nebak loh (hehhe) 50 + 50= cepe deh...! salam This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient or the person responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised that you have received this message in error and that any dissemination, copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the disclosure of the information therein. If you have received this message in error please notify the sender immediately and delete the message.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe bukan tapi... singkong diragi-in? itu baru..tape deh kalo obat nyamuk?vape deh,,, - Original Message - From: SPSI K1 To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 12:14 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Eit jangan bawa-bawa lepet itu makanan kesukaan saya apalagi kalo lepet sama bacang yang banyak kacangnya hmmm yumi Roh50 + 50= tape deh...! Salam - Original Message - From: humaeroh To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:41 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Mas Anantotentu saja yang dibahas di sini pake jilbab yang syari',,,buka yang menunjukkan tentang kelepetannya (lucu juga ya bahasanya...) pasti mas Ananto nanya yang syari' itu yang gimana?? cuma nebak loh (hehhe) 50 + 50= cepe deh...! salam - Original Message - From: Kartika, Bambang To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 11:19 AM Subject: RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab tetap saja seperti kue lepet ? -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Thursday, February 15, 2007 3:32 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
tau kok, wah enak dong.lepet lepet, yg bagus itu sudah pake jilbab trus tarbiyah (pembinaan) ttg agama islam... On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Kita semua tau kue lepet ? Pertanyaan saya,..bagaimana kalau pakai jilbab tetap saja seperti kue lepet ? -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Thursday, February 15, 2007 3:32 PM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter
Re: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
mas, tulisan {Disarmed} tolong diapus dong... kepanjangan... coba bicara dg orang IT sampeyan... salam, ananto On 2/19/07, Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] wrote: test... -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* 15 Februari 2007 15:32 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh. JIL kali tuhh... -FJW- On 2/2/07, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya
RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Foryanto J. Wiguna Sent: Monday, February 19, 2007 10:44 AM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
kalau jilbab hatinya udah bener... kaga bakalan merebut suami orang.. :) salam, ananto On 2/19/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah.. kalau begitu duluan mana telur sama ayam ? Bukankan nawaitu dahulu yang ada di hati (Niat kelawan ati), kalau niatnya benar Insyaalloh akan bermanfaat fidunya wal akhirot. -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna *Sent:* Monday, February 19, 2007 10:44 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab menurut saya org yg bilang yg penting jilbab dl hati nya sih aneh bgt, perkara hati siapa yg bisa jamin kalo itu baik..Hanya Allah yg mengetahui/menguasai Hati kita. Itu hanya pembenaran pribadi saja agar dia bisa mangkir dr perintah berjilbab. Jilbab itu jelas Hukum dr Allah, kok bisa2xnya manusia menentang dengan dalih yg penting jilbab dulu hati nya, khan akan lebih baik menutup aurat dl lalu bertahap dilakukan proses Tarbiyah (pembinaan) tentang keimanan islam yg artinya lengkap Luar Dalam. -- This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
mas, sudah berulang kali saya bilang... pembandingnya bukan seperti itu... jangan ngeres dong... kebanyakan daging kambing sih, kayak orang Timur Tengah..:-p salam, ananto On 2/15/07, Anto Sulistianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Fotomodel Plyaboy juga merasa terhormat kendati mereka seperti hewan di majalah playboy... Wassalam, Anto - Original Message From: humaeroh [EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:18:26 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab ? ??? - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@ yahoogroups. com keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id [EMAIL PROTECTED] wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@ yahoogroups. com keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang ... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll. .. kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@ yahoogroups. com keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ yahoo.com [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ? ? ? *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss hehe :-)) just kddng! - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
- Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana
RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Kalau begitu sama dong dengan saya, saudara-saudaraku yang insyaAllah dimulyakan Allah,.disinilah salah satu contoh rahmatan lilalamin, kita dianjurkan menyampaikan meski satu ayat akan tetapi kita tidak boleh menghukumi saudara kita sendiri karena menghukumi hanya ada pada hak Allah, meskipun seseorang sudah bergelimang dosa kalau Sang Maha Suci mensucikanya niscaya tidak akan ada yang mampu menghalanginya, begitu juga sebaliknya yang menurut kacamata manusia bahwa orang itu kelihatan soleh soleha namun Allah mengazabnya itu karena hanya Allah yang maha mengetahui dalam jiwa seseorang. (Gusti Allah ora sumare) mekaten lo P' Ananto. Salam Bambang Kartika -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ananto Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ mailto:[EMAIL PROTECTED] yahoo.com wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto pratikno.ananto@ gmail.com http://gmail.com/ wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV
RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Assalamualaikum Wr.wb Jeng,.pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja loh begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai celana pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki. Wassalam -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of humaeroh Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss hehe :-)) just kddng! - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] co.id wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ mailto:[EMAIL PROTECTED] yahoo.com wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto pratikno.ananto@ gmail.com http://gmail.com/ wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe... ngomongin aurat laki laki... pan batesnya dari puser ampe utut ya pak? tapi, jika saya cuman pake handuk doang yg nutup daerah itu, kemudian sholat jum'at ke istiqlal... dijamin akan diseret keluar ama pak satpam... :)) walaupun saya ngotot itu udah nutup aurat... dijamin satpam akan tetep nyeret saya... dia ga bakalan peduli kita ajak debat masalah dalil, hadits, fiqh dan seterusnya... nah pada kasus seperti ini, ternyata fiqh (nutup aurat) kalah telak dibandingkan norma sosial.. :)) salam, ananto On 2/15/07, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr.wb Jeng,.pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja loh begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai celana pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki. Wassalam -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *humaeroh *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,pliiisss hehe :-)) just kddng! - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com [EMAIL PROTECTED] *Sent:* Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Fotomodel Plyaboy juga merasa terhormat kendati mereka seperti hewan di majalah playboy... Wassalam, Anto - Original Message From: humaeroh [EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:18:26 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab ? ??? - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan kuatir... :)) salam, ananto On 2/14/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id wrote: Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang ... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] co.id wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll. .. kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ yahoo.com wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ? ? ? Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat
RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Assalamualaikum Wr.wb P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia? Wassalamualaikum Wr.wb Bambang Kartika -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ananto Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin aminraflis2000@ mailto:[EMAIL PROTECTED] yahoo.com wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto pratikno.ananto@ gmail.com http://gmail.com/ wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya
RE: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Wa'alaikumussallam Wr Wb. Ma'af saya ikut nimbrung... Pak Bambang yg di Rahmati ALlah ( InsyaALlah ) Jawaban dari pertanyaan Pak Bambang adalah TIDAK. TIDAK semua wanita yg memakai JILBAB itu adalah wanita solehah yg ber-akhlak Mulia wanita Ber-iman, tapi ada beberapa wanita memakai JILBAB karena beberapa hal. BUKTI yg saya lihat sendiri sampai saat ini adalah, wanita ber - JILBAB itu karena.. 1. Menutupi UBAN, karena dia merasa MALU masih muda tapi rambutnya sudah penuh UBAN.ini di lakukan oleh saudara saya sendiri saya tahu PERSIS saudara saya itu TIDAK PERNAH SHOLAT, bahkan memikirkan Sholat saja TIDAK, yg dia kejar hanyalah harta dunia karier. 2. Ada wanita ber- JILBAB tapi dia berkelakuan bak PELACUR, karena dia ber-JILBAB hanya untuk menjatuhkan Umat Islam agama Islamdan wanita yg ber-JILBAB model gini adalah BUKAN orang Islam, jika mereka beragama islam tapi MUNAFIK. Tapi bagaiamanapun memakai JILBAB bagi wanita Muslim itu Hukum-nya WAJIB, dan wanita yg solehah ber-takwa PASTI mereka memakai JILBAB wanita yg memakai JILBAB BELUM TENTU wanita Solehah bertakwa pada ALLAH swt.. Dan hal itu urusan dia dng ALLAH, jika wanita itu ber - JILBAB tapi ternyata bukan maksud ber-takwa pada ALLAH tapi hanya dng alasan seperti yg saya ceritakan di atas Seperti minuman keras atau Khamr, Khamr atau minuman keras itu HARAM hukum-nya di minum, tapi tidak semua orang yg TIDAK me-minum Khamr atau minuman keras itu adalah orang Soleh atau Solehah berakhlak mulia serta orang yg bertakwa pada Allah swt Seperti juga SHOLAT. SHOLAT itu hukumnya WAJIB bagi setiap umat Islam, tapi orang yg SHOLAT bisa CELAKA jika dia mengerjakan Sholat karena RIYA, bukan Sholat karena ingin bertakwa pada ALlah swt... Silahkan baca Surah AL MAA'UUN ( surah ke 107 ayat 4 s/d 6 ) yg berbunyi... ...Maka KECELAKAAN bagi orang-orang yg SHOLAT... ..( Yaitu ) Orang-orang yg LALAI dari Sholatnya ...Orang-orang yg Berbuat RIYA ( dalam Sholatnya ). Riya itu adalah berbuat amal pebuatan yg di perintahkan oleh ALlah swt tapi NIAT-nya TIDAK mencari Ridho ALlah tapi NIAT-nya hanya ingin di PUJI orang dll, seperti yg saya tulis di atas tentang masalah JILBAB... demikian... Salam JIHAD AL-Pacitan -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Kartika, Bambang Assalamualaikum Wr.wb P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia? Wassalamualaikum Wr.wb Bambang Kartika http://us.ard.yahoo.com/SIG=12i8588ui/M=493064.9803230.10510224.8674578/D=groups/S=1705038064:NC/Y=YAHOO/EXP=1171420128/A=3848630/R=0/SIG=10p8tommg/*http://photos.yahoo.com . -- This message has been scanned for viruses and dangerous content by MailScanner, and is believed to be clean.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh
Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
mangkanya, cak... yg harus dikampanyekan adalah nJilbabi Hati... itu yg lebih afdhol... klo hati nya sudah terJilbabi, urusan apapun akan gamapang mengarahkannya... salam, ananto On 2/14/07, Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikumussallam Wr Wb. Ma'af saya ikut nimbrung... Pak Bambang yg di Rahmati ALlah ( InsyaALlah ) Jawaban dari pertanyaan Pak Bambang adalah TIDAK. TIDAK semua wanita yg memakai JILBAB itu adalah wanita solehah yg ber-akhlak Mulia wanita Ber-iman, tapi ada beberapa wanita memakai JILBAB karena beberapa hal. BUKTI yg saya lihat sendiri sampai saat ini adalah, wanita ber - JILBAB itu karena.. 1. Menutupi UBAN, karena dia merasa MALU masih muda tapi rambutnya sudah penuh UBAN.ini di lakukan oleh saudara saya sendiri saya tahu PERSIS saudara saya itu TIDAK PERNAH SHOLAT, bahkan memikirkan Sholat saja TIDAK, yg dia kejar hanyalah harta dunia karier. 2. Ada wanita ber- JILBAB tapi dia berkelakuan bak PELACUR, karena dia ber-JILBAB hanya untuk menjatuhkan Umat Islam agama Islamdan wanita yg ber-JILBAB model gini adalah BUKAN orang Islam, jika mereka beragama islam tapi MUNAFIK. Tapi bagaiamanapun memakai JILBAB bagi wanita Muslim itu Hukum-nya WAJIB, dan wanita yg solehah ber-takwa PASTI mereka memakai JILBAB wanita yg memakai JILBAB BELUM TENTU wanita Solehah bertakwa pada ALLAH swt.. Dan hal itu urusan dia dng ALLAH, jika wanita itu ber - JILBAB tapi ternyata bukan maksud ber-takwa pada ALLAH tapi hanya dng alasan seperti yg saya ceritakan di atas Seperti minuman keras atau Khamr, Khamr atau minuman keras itu HARAM hukum-nya di minum, tapi tidak semua orang yg TIDAK me-minum Khamr atau minuman keras itu adalah orang Soleh atau Solehah berakhlak mulia serta orang yg bertakwa pada Allah swt Seperti juga SHOLAT. SHOLAT itu hukumnya WAJIB bagi setiap umat Islam, tapi orang yg SHOLAT bisa CELAKA jika dia mengerjakan Sholat karena RIYA, bukan Sholat karena ingin bertakwa pada ALlah swt... Silahkan baca Surah AL MAA'UUN ( surah ke 107 ayat 4 s/d 6 ) yg berbunyi... ...Maka KECELAKAAN bagi orang-orang yg SHOLAT... ..( Yaitu ) Orang-orang yg LALAI dari Sholatnya ...Orang-orang yg Berbuat RIYA ( dalam Sholatnya ). Riya itu adalah berbuat amal pebuatan yg di perintahkan oleh ALlah swt tapi NIAT-nya TIDAK mencari Ridho ALlah tapi NIAT-nya hanya ingin di PUJI orang dll, seperti yg saya tulis di atas tentang masalah JILBAB... demikian... Salam JIHAD AL-Pacitan -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Kartika, Bambang Assalamualaikum Wr.wb P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia? Wassalamualaikum Wr.wb Bambang Kartika -- This message has been scanned for viruses and dangerous content by *MailScanner* http://www.mailscanner.info/, and is believed to be clean.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh... Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut obrolannya. - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan dipakai dan digunakan serta diamalkan tapi, jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib salahkan yg suka berbusana mengundang... dan sekali lagi concern saya, tidak memakai jilbab itu harus yg mengundang salam jilbab, ananto On 2/13/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan... saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak berjilbab,bener ga yah ? Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu kebaikan untuk umat itu sendiri. Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya sendiri. Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai hanya menutupi kecantikan saya. dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival. Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja. tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya sangat menikmati masukan dari mereka semua. Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya pungkiri. Di beri punya suami yang baik Di beri anak yang sehat Di Kesehatan Di beri Pekerjaan dll... kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang saya sayangi sampai detik ini. Salam - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun tinggal di keluarga asuh. Sempat
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program pertukaran
[keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun tinggal di keluarga asuh. Sempat terjadi perdebatan keluarga. Waktu itu yang paling mendukung ayah saya. Apa pun untuk pendidikan akan diperbolehkan, dalam usia itu pun beliau sudah memberikan kepercayaan, walaupun di sana dia sudah dibekali agama, mereka percaya shalatnya tidak akan ditinggal. Dan alhamdulillah saya bisa menjaga kepercayaan itu, cerita Nana.