Re: Amartien - Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Pendek kata perusahaan raksasa spt Newmont, Freeport dan Exxon dll itu punya jutaan dolar atau lebih untuk membeli pengacara atau pakar bidang apapun untuk "membuktikan" kebenarannya. Juga segudang uang dipunyai untuk kickbacks bagi para pejabat didunia manapun yang korup. Tidak heran, memang cukup banyak bangsa kita yang gampang disuap, atau "secara intelektual" tersuap oleh kekaguman pada USA yang serba gemerlap. (New religion: USD > In God we trust)Namun Amerika Latin sedang tunjukan bahwa raksasa multinasional kaliber Exxon Mobile juga dapat dilawan, bahkan ditundukan seperti di Bolivia untuk revisi KK nya, hingga menguntungkan negeri itu. Solusinya bukan hanya dipengadilan, tetapi terutama di politik, lewat demo dan pemilu hingga ada DPR dan Kabinet yang patriotik. Kerja berat, tetapi mulia! Sesuai dengan teologi pembebasan. Social pathologies yang diakibatkan oleh kolonialisme baru terutama oleh USA ini memang harus ditentang. Kita harus galang persatuan, jangan disogok. (Maaf, nimbrung) DM "socio.pathos" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bung Amartien, Sip sip, titik koma ludas dibaca. Impresif. Tapi tidak menjawab pertanyaan di kepala sebagian dari kita; lalu dari mana asalnya kulit membusuk itu, dong? Apa ikan asin yang ditempel kayak tukang minta-minta gaya kusta yang dilalerin di perempatan jalan? Tabel kimia itu tak hanya merkuri arsenik doang. Lagian saya masih prejudis kok, kekuatan kapital itu sangat besar untuk intervensi di tengah proses WHO ini. Perusahaan Amrikiyah pula. Btw, UN = United Nothing. Indra Razak (cuma nonton Al Jazeerah waktu Sept 11) --- In mediacare@yahoogroups.com, amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sdr. Indra Razak, > (yang asli orang Indonesia, bukan penggiat NGO) - sama dong dengan saya > > > Berikut adalah url laporan dari Minamata Institute:: silahkan baca dengan kepala dingin hingga titik komanya. > > http://www.buyatbayfacts.com/pdfs_docs/who_report.pdf > - Food fight? Enjoy some healthy debate in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.
Amartien - Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Bung Amartien, Sip sip, titik koma ludas dibaca. Impresif. Tapi tidak menjawab pertanyaan di kepala sebagian dari kita; lalu dari mana asalnya kulit membusuk itu, dong? Apa ikan asin yang ditempel kayak tukang minta-minta gaya kusta yang dilalerin di perempatan jalan? Tabel kimia itu tak hanya merkuri arsenik doang. Lagian saya masih prejudis kok, kekuatan kapital itu sangat besar untuk intervensi di tengah proses WHO ini. Perusahaan Amrikiyah pula. Btw, UN = United Nothing. Indra Razak (cuma nonton Al Jazeerah waktu Sept 11) --- In mediacare@yahoogroups.com, amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sdr. Indra Razak, > (yang asli orang Indonesia, bukan penggiat NGO) - sama dong dengan saya > > > Berikut adalah url laporan dari Minamata Institute:: silahkan baca dengan kepala dingin hingga titik komanya. > > http://www.buyatbayfacts.com/pdfs_docs/who_report.pdf >
Re: Amartien - Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Sdr. Indra Razak, (yang asli orang Indonesia, bukan penggiat NGO) - sama dong dengan saya Berikut adalah url laporan dari Minamata Institute:: silahkan baca dengan kepala dingin hingga titik komanya. http://www.buyatbayfacts.com/pdfs_docs/who_report.pdf Kesimpulan laporan tsb. adalah: * kadar merkuri di rambut penduduk Buyat tidak cukup untuk menjadikan mereka tercemar. Tidak terlihat adanya akibat dari pada pencemaran merkuri di penduduk Buyat, bahkan sebaliknya kadar merkuri di rambut penduduk di teluk tetangga (Totok), lebih tinggi. * Kadar merkuri di air dan tanah di teluk Totok lebih tinggai dari di teluk Buyat, meskipun kadar merkuri tidaklah tinggi seperti yang terbukti dengan rendarhnya kadar merkuri di ikan. * Tidak adanya kontaminasi merkuri dan sianida di teluk2 Buyat dan Totok * Kadar total dari pada konsentrasi logam di rambut penduduk Buyat dan Totok rendah, tidak cukup tinggi untuk menyebabkan mereka tercemar. Menurut laporan International Herald Tribune dibawah ini: http://www.iht.com/articles/ap/2007/04/24/business/AS-FIN-Indonesia-Newmont-Trial.php Saksi2 yang katanya sakit yang dikemukakan oleh jaksa hanyalah beberapa orang saja dan keluhan mereka kebanyakan hanyalah gatal2 saja. Mengenai US $30 juta out of court settlement ini bukannya pertanda bahwa perusahaan tsb. mengaku salah. Ini sering dilakukan oleh perusahaan2 maupun perorangan yang dituduh di pengadilan perdata, karena dianggap ini adalah jalan yang termurah dan tercepat. Jadi keputusan seperti ini diambil ditilik dari segi keuangan dan waktu. Saya lebih percaya laporan2 dari WHO/Minamata Institute dll. dibandingkan dengan laporan dari kepolisian di Menado, ter-lebih2 pada waktu diminta supaya diselidiki ulang, mereka menolak. Di url dibawah ini adalah suatu press release penduduk di Buyat yang mengatakan a.l. ada yang meng intimidasi mereka. (kalau di scroll dibawah maka anda akan melihat versi aslinya dalam bah. Indonesia). http://www.buyatbayfacts.com/pdfs_docs/Press%20Release.pdf Oh, ya ada yang menuduh Newmont menggunakan cara2 pembuangan yang sudah kuno. Bukti2 memperlihatkan bahwa meskipun cara pembuangan kuno tsb. tetap saja tidak ada pencemaran yang menjadikan penduduk sakit. Mengenai usaha memperbaiki situasi di Indonesia Memang memerlukan waktu yang lama. Tetapi yang paling penting adalah tekad dari yang dipemerintahan untuk menerapkan kebijaksanaan2 yang baik bagi masyarakat, melindungi semua penduduk, dan tidak melanggar ham nya semua penduduk. Saya tidak melihat adanya itu di pemerintah, dari dulu maupun yang jaman sekarang. Masing2 hanya memikirkan kantong dan kepentingan diri sendiri. Sociopathos Limited <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bung, terima kasih Anda 'mengkritisi' masyarakat Buyat dan rumor merkuri tanpa ada pretensi. Sayangnya, Anda hanya mengutip berita-berita di koran tentang penelitian itu, tanpa pernah membaca dokumen penelitian itu hingga titik komanya. Kesalahan umum yang selalu membuat saya takjub. Kok bisa ya? Indra Razak (aseli orang Indonesia, bukan penggiat NGO) PS: Saya berbagi sedikit data dan informasi yang harus dibaca dengan kepala dingin. Data 1: Tim kajian Menneg LH juga mengakui bahwa kadar arsenik (bukan merkuri) yang ada di daerah sekitar Pante Buyat lebih tinggi dan harus dikaji lebih lanjut. Silakan buka dokumen resmi Menneg LH yang mudah didapat di Internet:[http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1098163289.pdf] Data 2: Tentang dampak arsenik, merkuri, dkk dalam jangka waktu tertentu (NMR beroperasi sejak 1996) perlu kajian kesehatan dan genetis khusus. Beban anggaran tidak dipusatkan di Depkes, lagipula hanya staf Depkes (jabatan: non-eselon) yang jadi anggota tim Menneg LH ini. (sumber: orang dalam Depkes) Data 3: Saat pengadilan memutuskan, belum ada kajian lebih lanjut karena anggaran (di departemen manapun) untuk kajian arsenik dan substansi lain (terutama tentang dampak kesehatan/genetis) belum turun. Kesimpulan sementara: Luka rakyat Buyat adalah murni karena birokrasi Indonesia Raya. As simple as that, tapi maaf, luka itu jangan ditambah lebar, Bung. PSS: Koreksi pasar hanya butuh sebuah kebijakan dan sepaket peraturan. Dalam waktu singkat, industri ikut apa kata Pemerintah. Koreksi pemerintah? Butuh waktu lebih lama dan a long list of unbearable efforts. Belum ada memang penelitian berapa banyak orang Indonesia yang pandai secara akademis dan emosional (lulusan Binus atau ITB atau UI) yang merangkak karier di birokrasi. Yang saya tahu memang banyak dekan dan rektor 'loncat' jadi menteri atau dirjen. Saya malah ingat beberapa tahun silam, kawan-kawan saya yang tidak lulus ITB UI dkk, atau tak mampu bayar masuk ke Trisakti Binus dkk (boro-boro terbang ke luar negeri), akhirnya memilih masuk STAN (sebuah lembaga
Amartien - Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Bung, terima kasih Anda 'mengkritisi' masyarakat Buyat dan rumor merkuri tanpa ada pretensi. Sayangnya, Anda hanya mengutip berita-berita di koran tentang penelitian itu, tanpa pernah membaca dokumen penelitian itu hingga titik komanya. Kesalahan umum yang selalu membuat saya takjub. Kok bisa ya? Indra Razak (aseli orang Indonesia, bukan penggiat NGO) PS: Saya berbagi sedikit data dan informasi yang harus dibaca dengan kepala dingin. Data 1: Tim kajian Menneg LH juga mengakui bahwa kadar arsenik (bukan merkuri) yang ada di daerah sekitar Pante Buyat lebih tinggi dan harus dikaji lebih lanjut. Silakan buka dokumen resmi Menneg LH yang mudah didapat di Internet:[http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1098163289.pdf] Data 2: Tentang dampak arsenik, merkuri, dkk dalam jangka waktu tertentu (NMR beroperasi sejak 1996) perlu kajian kesehatan dan genetis khusus. Beban anggaran tidak dipusatkan di Depkes, lagipula hanya staf Depkes (jabatan: non-eselon) yang jadi anggota tim Menneg LH ini. (sumber: orang dalam Depkes) Data 3: Saat pengadilan memutuskan, belum ada kajian lebih lanjut karena anggaran (di departemen manapun) untuk kajian arsenik dan substansi lain (terutama tentang dampak kesehatan/genetis) belum turun. Kesimpulan sementara: Luka rakyat Buyat adalah murni karena birokrasi Indonesia Raya. As simple as that, tapi maaf, luka itu jangan ditambah lebar, Bung. PSS: Koreksi pasar hanya butuh sebuah kebijakan dan sepaket peraturan. Dalam waktu singkat, industri ikut apa kata Pemerintah. Koreksi pemerintah? Butuh waktu lebih lama dan a long list of unbearable efforts. Belum ada memang penelitian berapa banyak orang Indonesia yang pandai secara akademis dan emosional (lulusan Binus atau ITB atau UI) yang merangkak karier di birokrasi. Yang saya tahu memang banyak dekan dan rektor 'loncat' jadi menteri atau dirjen. Saya malah ingat beberapa tahun silam, kawan-kawan saya yang tidak lulus ITB UI dkk, atau tak mampu bayar masuk ke Trisakti Binus dkk (boro-boro terbang ke luar negeri), akhirnya memilih masuk STAN (sebuah lembaga pendidikan yang menghabiskan uang rakyat yang seharusnya diliberalisasi saja, kata Prof Didik Rachbini di satu forum tahun lalu). Lihat kasus IPDN? Sebuah kampus lain dengan anggaran negara (baca: uang rakyat) yang menerapkan militerisme dari ujung kaki hingga dalam otak. Jadi, butuh waktu lama untuk mengkoreksi pemerintah. amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Indra: Bung, sadarkah kalau Anda mengetik tanpa melihat langsung ke Freeport atau Newmont (tapi hanya membaca penelitian, mungkin cuma dari internet bukan dokumen aseli penelitian tersebut)? Bacakah titik koma hingga tuntas? Sadarkah kalau email Anda yang mengumbar penelitian dari seluruh dunia itu hanya menyilet luka lebih dalam bagi rakyat Minahasa? Dokumen penelitian itu tidak dipublikasikan ke masyarakat sana, yang tak bisa akses ke internet. Punya komputer pun tidak, Bung. amartien: Berita mengenai hasil laboratorium2 tsb. ada di surat2 kabar Indonesia. Seperti yang saya sudah tulis di posting saya sebelum ini, sayangnya, banyak opini2 yang ditulis di media yang 'melupakan' hal ini. Inddra: Coba dibalik, kalau ada sepupu atau nenek Anda hidup dan berkudis seumur hidup di sana, apa Anda akan membeberkan dokumen yang kian memberatkan hidup saudara-saudara Anda? amartien: Saya akan mencari tahu apa yang menyebabkan hal tsb. Permulaan dari pada hal ini adalah pada waktu seorang penduduk menderita penyakit dan kemudian seorang dokter umum di Manado mengatakan bahwa itu adalah dikarenakan oleh merkuri, tanpa melaksanakan penyelidikan lebih lanjut. Kemudian dari sini berkembang dan hasilnya kita sudah tahu semua, yaitu dengan dibawanya Newmont ke pengadilan. Indra: Saya tak punya saudara sedarah di sana, tapi tepa selira sedikit lah. Have some sense. amartien: lookn into a mirror. Indra: PS. 1. Government failure memang sudah berakar-urat di Indonesia, tapi jangan hanya disalahkan. Dikoreksi, Bung. amartien: Setuju. Saya tidak bisa melihat bagaimana 'koreksi' itu jika anda dan orang2 yang sependapat dg. anda ngotot bahwa Newmont mencemarkan perairan di teluk Buyat. Meng koreksi sesuatu adalah dengan kembali ke persoalan asalnya. Yaitu, selidiki mengapa orang tsb. sakit seperti itu. Seperti yang saya sebut diatas, diagnosa dokter yang per-tama2 memeriksa orang sakit tsb. hanyalah diagnosa tanpa penyelidikan di laboratorium, dan dimana dokter tsb. sama sekali bukan ali mengenai penyakit Minamata. Indra:2. Ugh, Freeport itu tak hanya tembaga tapi emas juga (btw, mekanisme emas untuk stabilitas ekonomi dunia pernah tahu 'kan?) Karena gak bisa baca kontrak perpanjangan Freeport (kontrak dalam Bahasa Inggris, d'uh) makanya bagi hasil Indonesia cuma keraknya aja. Bisakah lawyer kampung bertarung global? Btw, anggaran negara untuk bayar lawyer (aka staf ahli) hanya 12 juta per bulan potong pa
Indra - Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Indra: Bung, sadarkah kalau Anda mengetik tanpa melihat langsung ke Freeport atau Newmont (tapi hanya membaca penelitian, mungkin cuma dari internet bukan dokumen aseli penelitian tersebut)? Bacakah titik koma hingga tuntas? Sadarkah kalau email Anda yang mengumbar penelitian dari seluruh dunia itu hanya menyilet luka lebih dalam bagi rakyat Minahasa? Dokumen penelitian itu tidak dipublikasikan ke masyarakat sana, yang tak bisa akses ke internet. Punya komputer pun tidak, Bung. amartien: Berita mengenai hasil laboratorium2 tsb. ada di surat2 kabar Indonesia. Seperti yang saya sudah tulis di posting saya sebelum ini, sayangnya, banyak opini2 yang ditulis di media yang 'melupakan' hal ini. Inddra: Coba dibalik, kalau ada sepupu atau nenek Anda hidup dan berkudis seumur hidup di sana, apa Anda akan membeberkan dokumen yang kian memberatkan hidup saudara-saudara Anda? amartien: Saya akan mencari tahu apa yang menyebabkan hal tsb. Permulaan dari pada hal ini adalah pada waktu seorang penduduk menderita penyakit dan kemudian seorang dokter umum di Manado mengatakan bahwa itu adalah dikarenakan oleh merkuri, tanpa melaksanakan penyelidikan lebih lanjut. Kemudian dari sini berkembang dan hasilnya kita sudah tahu semua, yaitu dengan dibawanya Newmont ke pengadilan. Indra: Saya tak punya saudara sedarah di sana, tapi tepa selira sedikit lah. Have some sense. amartien: lookn into a mirror. Indra: PS. 1. Government failure memang sudah berakar-urat di Indonesia, tapi jangan hanya disalahkan. Dikoreksi, Bung. amartien: Setuju. Saya tidak bisa melihat bagaimana 'koreksi' itu jika anda dan orang2 yang sependapat dg. anda ngotot bahwa Newmont mencemarkan perairan di teluk Buyat. Meng koreksi sesuatu adalah dengan kembali ke persoalan asalnya. Yaitu, selidiki mengapa orang tsb. sakit seperti itu. Seperti yang saya sebut diatas, diagnosa dokter yang per-tama2 memeriksa orang sakit tsb. hanyalah diagnosa tanpa penyelidikan di laboratorium, dan dimana dokter tsb. sama sekali bukan ali mengenai penyakit Minamata. Indra:2. Ugh, Freeport itu tak hanya tembaga tapi emas juga (btw, mekanisme emas untuk stabilitas ekonomi dunia pernah tahu 'kan?) Karena gak bisa baca kontrak perpanjangan Freeport (kontrak dalam Bahasa Inggris, d'uh) makanya bagi hasil Indonesia cuma keraknya aja. Bisakah lawyer kampung bertarung global? Btw, anggaran negara untuk bayar lawyer (aka staf ahli) hanya 12 juta per bulan potong pajak dan harus warga negara Indonesia ber-KTP. (pernah tahu mekanisme APBN kita yang bolong-bolong kayak keju nikmat buat tikus koruptor?) Think macro, Bung. amartien: Saya tahu mengenai kontrak mengontrak pem. Indonesia. Yang ikut andil dari pem. Indonesia didalam negosiasi kontrak pastilah meminta bayaran. Disitulah kuncinya jika seandainya kontrak bagi hasil menurut anda tidak sepadan. Freeport, ataupun perusahaan luar negeri dari manapun juga, tidak bisa berbuat apa2 di indonesia jika itu tidak dijinkan didalam perjanjian dengan pemerintah indonesia. Seperti yang saya sudah bilang sebelum ini, banyak sekali orang Indo yang pandai2. Saya selalu senang sekali melihat banyaknya tenaga ahli Indonesia terpakai di luar negeri. Bahkan ada juga orang indonesia yang sampai bekerja di Indonesia dengan dasar gaji orang Amrik (umpamanya). jadi dia itu bekerja di Indonesia, tetapi gaji dollar. Hebat sekali bukan? saya pun sangat bangga akan mereka2 itu. Berbunga hati melihat mereka, ter-lebih2 lagi ada dari mereka2 itu yang jauh lebih muda dari saya. (Nulis ini pun sambil senyum senang). jadi sekali lagi, janganlah berpikiran begitu minder mengenai kepandaian orang2 Indonesia. Banyak yang pandai. Fakta adalah bahwa jika pem. Indonesia memberikan kontrak kerja ke suatu perusahaan, baik perusahaan itu adalah perusahaan domestik maupun luar negeri, kontrak besar maupun kecil, banyak sekali pengeluaran 'yang terselubung', yang kemudian akhir2-nya merugikan rakyat Indonesia sendiri, tetapi menjadikan bank account pejabat yang terlibat kontrak tsb. menjadi membengkak. --- Sociopathos Limited <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Bung, sadarkah kalau Anda mengetik tanpa melihat > langsung ke Freeport atau Newmont (tapi hanya > membaca penelitian, mungkin cuma dari internet bukan > dokumen aseli penelitian tersebut)? Bacakah titik > koma hingga tuntas? Sadarkah kalau email Anda yang > mengumbar penelitian dari seluruh dunia itu hanya > menyilet luka lebih dalam bagi rakyat Minahasa? > Dokumen penelitian itu tidak dipublikasikan ke > masyarakat sana, yang tak bisa akses ke internet. > Punya komputer pun tidak, Bung. > > Coba dibalik, kalau ada sepupu atau nenek Anda hidup > dan berkudis seumur hidup di sana, apa Anda akan > membeberkan dokumen yang kian memberatkan hidup > saudara-saudara Anda? > > Saya tak punya saudara sedarah di sana, tapi tepa > selira sedikit lah. Have some sense. > > Indra Razak > > > PS. > 1. Government failure memang sudah berakar-urat di > Indonesia, tapi jangan hanya disalahkan
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Kalau teori anda benar, maka berapa banyak yang diberikan ke laboratorium WHO, UI, ITB dan Minamata yang menjadi dasar dibebaskannya Newmont? --- cah bodho <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalaulah benar bahwa Newmont Minahasa Raya tidak > mencemari lingkungan di Buyat, untuk apa dia bikin > deal dengan Menteri Koordinator Kesra Aburizal > bakrie > untuk memberikan dana "community development" sampai > 30 juta dollar? dan setelah kesepakatan itu terjadi > barulah kemudian pengadilan memutuskan untuk > "membebaskan Direktur-nya" dari tuntutan ? > Tidak tahu apa lagi yang bisa dikatakan atas fakta > ini??? > > > --- amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Lihatlah pencemaran lingkungan di Indonesia. > Hutan > > ditebas, karena oknum2 pem. juga yang korup. > > Sungai2 kotor. Pantai2 makin lama makin kotor. > > > > Di daerah sekitar bekas pertambangan Newmont, > banyak > > penduduk yang mempunyai tambang liar. Menurut > > penduduk setempat yang lain, mereka itu > mencemarkan > > lingkungan. > > > > Jika menurut anda mungkin pencemaran bukan > merkuri, > > maka tentulah jaksa harus menuduh seperti itu. > > Rupanya jaksapun tidak bisa mendapatkan bukti > adanya > > pencemaran yang lain. Mungkin anda lebih tahu > dari > > jaksa. Bagaimana kalau anda membagikan > pengetahuan > > anda tsb. ke jaksa? Hitung2 sumbangsih anda ke > > rakyat Indonesia, jika betul2 kemudian Newmont > > terbukti bersalah karena telah mencemarkan itu > > berdasarkan masukan dari anda. > > > > Janganlah menuduh tanpa alasan, atau hanya karena > > emosi. Kalau membaca sesuatu, bacalah dari segala > > macam sumber, dengan pikiran terbuka. Pakailah > > akal. > > > > Apa hubungannya hidup enak di Amrik dengan > 'beratus > > sipil modar di Irak?" Kelihatan sekali anda tidak > > nyambung akal anda dengan emosi. Emosi doang yang > > bekerja, yang dipicu oleh nggak tahu apa. > > > > Supaya anda tahu, mayoritas sipil di Irak yang > mati > > adalah karena dibunuh oleh sesama muslimin > sendiri. > > > > > > Dan orang2 Amrik hidup 'enak', seperti yang anda > > bilang, adalah karena pemerintahan mereka yang > bagus > > dan bersih katimbang pemerintahan di Indonesia. > > > > > > > > > > Tejo Sulaksono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Om, gak usah kebakaran jenggot lah, usunglah > Amriks > > dan semua perusahaanya yang > > cemarkan lingkungan diseluruh dunia secara cool, > > gak usah blingsatan. Saya pikir sih di > > Sulut itu tentu "gak ada asap kalau engga ada > api" > > kan Om? Mungkin bukan merkuri, bisa > > kimia lain. Tapi siapa sih di Indonesia yang > brani > > dan punya banyak uang buat risist MNC? > > Mbak Mawar cuman ingatkan berita media Indonesia > > juga kan? Skali lagi soal lingkungan > > semua MNC itu di kita kayak Dewa yang gak ada yg > > bisa gugat, dijaga sama yang sedang kuasa juga, > DPR > > samimawon. Om pasti enak banget hidup di Amrik ya? > > Bersih lingkungannya, itu semua hanya karena > > beratus-ratus ribu sipil modar di Irak demi minyak > > yg mau dikuasai Amriks, tambah pencemaran > lingkungan > > diseluruh dunia oleh MNC-MNC yang pada ngeruk > sumber > > daya alam seenak udelnya sendiri. > > TSL > > > > amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >Saya tidak tahu anda mendapat keterangan > dari > > mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran > merkuri > > laut di teluk Buyat. > > > > Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan > > yang paling penting adalah laboratorium minamata > di > > Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di > > teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. > > > Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 > > saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak > salah > > ingat). > > > > Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak > cukup > > bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak > > beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah > dokter > > Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit > > seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di > Jepang. > > Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri > > bahasa awamnya disebut Minamata disease. > > Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan > > tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai > > penyakit ini. > > > > Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 > > kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan > Amrik, > > maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. > Hasil2 > > dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga > > disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, > itu > > rupanya dilupakan begitu saja. > > > > > > > > Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Saya belum baca berita di media itu, namun media > > Indonesia juga memuat tingkah MNC tsb di > Minahasa. > > MNC yg mbeludak uangnya ya bisa saja membayar > > pengacara-pengacara canggih melawan media yg > sekait > > ini kan ada > > dipihak masyarakat setempat (Indonesia). > Bagaimana > > sikap kita? media yang berupaya
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Bung, sadarkah kalau Anda mengetik tanpa melihat langsung ke Freeport atau Newmont (tapi hanya membaca penelitian, mungkin cuma dari internet bukan dokumen aseli penelitian tersebut)? Bacakah titik koma hingga tuntas? Sadarkah kalau email Anda yang mengumbar penelitian dari seluruh dunia itu hanya menyilet luka lebih dalam bagi rakyat Minahasa? Dokumen penelitian itu tidak dipublikasikan ke masyarakat sana, yang tak bisa akses ke internet. Punya komputer pun tidak, Bung. Coba dibalik, kalau ada sepupu atau nenek Anda hidup dan berkudis seumur hidup di sana, apa Anda akan membeberkan dokumen yang kian memberatkan hidup saudara-saudara Anda? Saya tak punya saudara sedarah di sana, tapi tepa selira sedikit lah. Have some sense. Indra Razak PS. 1. Government failure memang sudah berakar-urat di Indonesia, tapi jangan hanya disalahkan. Dikoreksi, Bung. 2. Ugh, Freeport itu tak hanya tembaga tapi emas juga (btw, mekanisme emas untuk stabilitas ekonomi dunia pernah tahu 'kan?) Karena gak bisa baca kontrak perpanjangan Freeport (kontrak dalam Bahasa Inggris, d'uh) makanya bagi hasil Indonesia cuma keraknya aja. Bisakah lawyer kampung bertarung global? Btw, anggaran negara untuk bayar lawyer (aka staf ahli) hanya 12 juta per bulan potong pajak dan harus warga negara Indonesia ber-KTP. (pernah tahu mekanisme APBN kita yang bolong-bolong kayak keju nikmat buat tikus koruptor?) Think macro, Bung. amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Hm ... ocehan panjang lebar yang ke-mana2, tetapi tidak membahas apa yang saya katakan, yaitu bahwa analisa laboratorium2 terkemuka menunjukkan bahwa tidak ada pencemaran merkuri di teluk Buyat. Yang saya katakan didalam posting saya hanyalah melulu mengenai Newmont. Kok enak saja menuduh bahwa saya membela korporasi global, kemudian ngoceh mengenai Freeport. Kalau menuduh berdasarkan fakta dong. Indonesia kaya raya alamnya. Banyak orang Indonesia yang pintar, tetapi orang2 pintar tsb. banyak yang bekerja di luar negeri, dimana semua teratur, tidak perlu berhadapan dengan sistim pemerintah yang korup. Biang keroknya miskinnnya orang Indonesia adalah pemerintah Indonesia sendiri. Bercerminlah ke diri sendiri. Ocehan anda sampai menyebutkan lawyer bule. Wah, iri apa dengan cara hidup lawyer tsb.? Di Amrik disini banyak lawyer yang berhasil yang hidupnya bukan main wahnya karena penghasilannya buanyak.! Tetapi banyak sekali lawyer yang hidupnya biasa2 saja. Banyak orang ngedumel mengenai Freeport, bahwa Freeport mengeruk kekayaan Indonesia, bahwa Papua tidak mengicipi kekayaan tsb. Pakai akal sedikit. Yang bertanggung jawab atas kesejahteraan penduduk Indonesia, termasuk di Papua adalah PEMERINTAH Indonesia. Yang harus dipertanyakan adalah: kemana uang yg. didapat oleh pem. Indonesia dari Freeport? Apakah tidak terpikir kepada anda bahwa uang penghasilan itu ada yang a) masuk kantong pejabat, b) nongkrong di Jakarta? Kesejahteraan penduduk Papua BUKANLAH tanggungjawab Freeport. Kalau pemerintah Indonesia menganggap kontrak dengan Freeport merugikan Indonesia, maka negosiasi lagi. Susah2 amat. Kalau Freeport tidak masuk Indonesia, maka tembaga tsb. akan tetap ngendon di dalam bumi Indonesia, karena utk mining disana membutuhkan biaya yang sangat besar sekali, dan pemerintah Indonesia tidak punya dana dan pengalaman untuk itu. Mengenai kerusakan alam jika terbukti bahwa suatu perusahaan merusak ekologi setempat, maka patutlah perusahaan tsb. dihukum, tidak peduli apakah perusahaan tsb. adalah perusahaan Indo atau luar neger, perusahaan kakap atau teri. Di Amrik banyak sekali peraturan2 yang harus dipatuhi oleh perusahaan2 untuk melindungi environment setempat. Dan peraturan2 ini diikuti dengan ketat. Kalau ada yang melanggar, pastilah di denda. Apakah di Indonesia ada peraturan2 seperti itu? Atau apakah seperti hal2 yang lain di Indonesia yang ada peraturannya, maka mudah dilanggar/dibeli Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Cah Pinter (bodho?) yg budiman, Permasalahan Newmont, FREEPORT, ExxonMobile dan semua MNC yang srakah banget nguras SDA kita dibantu pejabat korup dan pembisnis gadungan gak punya moral, yang semuanya berbarengan sedang gembira ria MEmiskinkan bangsa sama rakyat Indonesia, kudu dihentikan secara politik baik didaerah apalagi di level sentral. Di DPR RI! Ini artinya bangsa malang yang selama ini gampang dibodohi oleh semua yang srakah terutama dari Amriks kudu segera belajar dari Chavez, Morales dan lain-lain pejuang berani turunan Indian dan Spanyol di Amerika Selatan. Hayyo, belajar juga di Negeri Cina dalam ekonomi dan brantas Korupsi yang tegas, tidak tebang pilih, tembak dilapangan bola, terpenting harus kerja keras! Banga Indonesia harus Mandiri dalam ekonomi, Independen dalam ranah politik, dan Berkepribadian dalam kebudayaannya. TSL cah bodho <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalaulah benar bahwa Newmont Minahasa Raya tidak mencemari lingkungan di Buyat, untuk apa dia bikin deal dengan Menteri Koordinator Kesra Aburizal bakrie untuk memberikan dana "community development" sampai 30 juta dollar? dan setelah kesepakatan itu terjadi barulah kemudian pengadilan memutuskan untuk "membebaskan Direktur-nya" dari tuntutan ? Tidak tahu apa lagi yang bisa dikatakan atas fakta ini??? --- amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Lihatlah pencemaran lingkungan di Indonesia. Hutan > ditebas, karena oknum2 pem. juga yang korup. > Sungai2 kotor. Pantai2 makin lama makin kotor. > > Di daerah sekitar bekas pertambangan Newmont, banyak > penduduk yang mempunyai tambang liar. Menurut > penduduk setempat yang lain, mereka itu mencemarkan > lingkungan. > > Jika menurut anda mungkin pencemaran bukan merkuri, > maka tentulah jaksa harus menuduh seperti itu. > Rupanya jaksapun tidak bisa mendapatkan bukti adanya > pencemaran yang lain. Mungkin anda lebih tahu dari > jaksa. Bagaimana kalau anda membagikan pengetahuan > anda tsb. ke jaksa? Hitung2 sumbangsih anda ke > rakyat Indonesia, jika betul2 kemudian Newmont > terbukti bersalah karena telah mencemarkan itu > berdasarkan masukan dari anda. > > Janganlah menuduh tanpa alasan, atau hanya karena > emosi. Kalau membaca sesuatu, bacalah dari segala > macam sumber, dengan pikiran terbuka. Pakailah > akal. > > Apa hubungannya hidup enak di Amrik dengan 'beratus > sipil modar di Irak?" Kelihatan sekali anda tidak > nyambung akal anda dengan emosi. Emosi doang yang > bekerja, yang dipicu oleh nggak tahu apa. > > Supaya anda tahu, mayoritas sipil di Irak yang mati > adalah karena dibunuh oleh sesama muslimin sendiri. > > > Dan orang2 Amrik hidup 'enak', seperti yang anda > bilang, adalah karena pemerintahan mereka yang bagus > dan bersih katimbang pemerintahan di Indonesia. > > > > > Tejo Sulaksono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Om, gak usah kebakaran jenggot lah, usunglah Amriks > dan semua perusahaanya yang > cemarkan lingkungan diseluruh dunia secara cool, > gak usah blingsatan. Saya pikir sih di > Sulut itu tentu "gak ada asap kalau engga ada api" > kan Om? Mungkin bukan merkuri, bisa > kimia lain. Tapi siapa sih di Indonesia yang brani > dan punya banyak uang buat risist MNC? > Mbak Mawar cuman ingatkan berita media Indonesia > juga kan? Skali lagi soal lingkungan > semua MNC itu di kita kayak Dewa yang gak ada yg > bisa gugat, dijaga sama yang sedang kuasa juga, DPR > samimawon. Om pasti enak banget hidup di Amrik ya? > Bersih lingkungannya, itu semua hanya karena > beratus-ratus ribu sipil modar di Irak demi minyak > yg mau dikuasai Amriks, tambah pencemaran lingkungan > diseluruh dunia oleh MNC-MNC yang pada ngeruk sumber > daya alam seenak udelnya sendiri. > TSL > > amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya tidak tahu anda mendapat keterangan dari > mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran merkuri > laut di teluk Buyat. > > Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan > yang paling penting adalah laboratorium minamata di > Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di > teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. > Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 > saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak salah > ingat). > > Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak cukup > bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak > beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah dokter > Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit > seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di Jepang. > Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri > bahasa awamnya disebut Minamata disease. > Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan > tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai > penyakit ini. > > Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 > kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan Amrik, > maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. Hasil2 > dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga > disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, itu > rupanya dilupakan begitu saja. >
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Kalaulah benar bahwa Newmont Minahasa Raya tidak mencemari lingkungan di Buyat, untuk apa dia bikin deal dengan Menteri Koordinator Kesra Aburizal bakrie untuk memberikan dana "community development" sampai 30 juta dollar? dan setelah kesepakatan itu terjadi barulah kemudian pengadilan memutuskan untuk "membebaskan Direktur-nya" dari tuntutan ? Tidak tahu apa lagi yang bisa dikatakan atas fakta ini??? --- amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Lihatlah pencemaran lingkungan di Indonesia. Hutan > ditebas, karena oknum2 pem. juga yang korup. > Sungai2 kotor. Pantai2 makin lama makin kotor. > > Di daerah sekitar bekas pertambangan Newmont, banyak > penduduk yang mempunyai tambang liar. Menurut > penduduk setempat yang lain, mereka itu mencemarkan > lingkungan. > > Jika menurut anda mungkin pencemaran bukan merkuri, > maka tentulah jaksa harus menuduh seperti itu. > Rupanya jaksapun tidak bisa mendapatkan bukti adanya > pencemaran yang lain. Mungkin anda lebih tahu dari > jaksa. Bagaimana kalau anda membagikan pengetahuan > anda tsb. ke jaksa? Hitung2 sumbangsih anda ke > rakyat Indonesia, jika betul2 kemudian Newmont > terbukti bersalah karena telah mencemarkan itu > berdasarkan masukan dari anda. > > Janganlah menuduh tanpa alasan, atau hanya karena > emosi. Kalau membaca sesuatu, bacalah dari segala > macam sumber, dengan pikiran terbuka. Pakailah > akal. > > Apa hubungannya hidup enak di Amrik dengan 'beratus > sipil modar di Irak?" Kelihatan sekali anda tidak > nyambung akal anda dengan emosi. Emosi doang yang > bekerja, yang dipicu oleh nggak tahu apa. > > Supaya anda tahu, mayoritas sipil di Irak yang mati > adalah karena dibunuh oleh sesama muslimin sendiri. > > > Dan orang2 Amrik hidup 'enak', seperti yang anda > bilang, adalah karena pemerintahan mereka yang bagus > dan bersih katimbang pemerintahan di Indonesia. > > > > > Tejo Sulaksono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Om, gak usah kebakaran jenggot lah, usunglah Amriks > dan semua perusahaanya yang > cemarkan lingkungan diseluruh dunia secara cool, > gak usah blingsatan. Saya pikir sih di > Sulut itu tentu "gak ada asap kalau engga ada api" > kan Om? Mungkin bukan merkuri, bisa > kimia lain. Tapi siapa sih di Indonesia yang brani > dan punya banyak uang buat risist MNC? > Mbak Mawar cuman ingatkan berita media Indonesia > juga kan? Skali lagi soal lingkungan > semua MNC itu di kita kayak Dewa yang gak ada yg > bisa gugat, dijaga sama yang sedang kuasa juga, DPR > samimawon. Om pasti enak banget hidup di Amrik ya? > Bersih lingkungannya, itu semua hanya karena > beratus-ratus ribu sipil modar di Irak demi minyak > yg mau dikuasai Amriks, tambah pencemaran lingkungan > diseluruh dunia oleh MNC-MNC yang pada ngeruk sumber > daya alam seenak udelnya sendiri. > TSL > > amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >Saya tidak tahu anda mendapat keterangan dari > mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran merkuri > laut di teluk Buyat. > > Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan > yang paling penting adalah laboratorium minamata di > Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di > teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. > Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 > saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak salah > ingat). > > Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak cukup > bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak > beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah dokter > Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit > seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di Jepang. > Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri > bahasa awamnya disebut Minamata disease. > Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan > tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai > penyakit ini. > > Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 > kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan Amrik, > maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. Hasil2 > dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga > disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, itu > rupanya dilupakan begitu saja. > > > > Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya belum baca berita di media itu, namun media > Indonesia juga memuat tingkah MNC tsb di Minahasa. > MNC yg mbeludak uangnya ya bisa saja membayar > pengacara-pengacara canggih melawan media yg sekait > ini kan ada > dipihak masyarakat setempat (Indonesia). Bagaimana > sikap kita? media yang berupaya berbuat sesuatu > dalam simpatinya pada pencemaran alam dan imbasnya > untuk penduduk, langsung digugat. Kita masih ingat > kan pada "nasib" Tempo dan Pak GM belum lama ini? > MLM > > radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Selasa, 15 Mei 2007 | 17:00 WIB > > TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT > Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness menggugat > harian New York Times karena pemberitaan yang > dinilai tidak benar, menyesatkan, dan tidak > profesio
Sociopathos Limited - Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Hm ... ocehan panjang lebar yang ke-mana2, tetapi tidak membahas apa yang saya katakan, yaitu bahwa analisa laboratorium2 terkemuka menunjukkan bahwa tidak ada pencemaran merkuri di teluk Buyat. Yang saya katakan didalam posting saya hanyalah melulu mengenai Newmont. Kok enak saja menuduh bahwa saya membela korporasi global, kemudian ngoceh mengenai Freeport. Kalau menuduh berdasarkan fakta dong. Indonesia kaya raya alamnya. Banyak orang Indonesia yang pintar, tetapi orang2 pintar tsb. banyak yang bekerja di luar negeri, dimana semua teratur, tidak perlu berhadapan dengan sistim pemerintah yang korup. Biang keroknya miskinnnya orang Indonesia adalah pemerintah Indonesia sendiri. Bercerminlah ke diri sendiri. Ocehan anda sampai menyebutkan lawyer bule. Wah, iri apa dengan cara hidup lawyer tsb.? Di Amrik disini banyak lawyer yang berhasil yang hidupnya bukan main wahnya karena penghasilannya buanyak.! Tetapi banyak sekali lawyer yang hidupnya biasa2 saja. Banyak orang ngedumel mengenai Freeport, bahwa Freeport mengeruk kekayaan Indonesia, bahwa Papua tidak mengicipi kekayaan tsb. Pakai akal sedikit. Yang bertanggung jawab atas kesejahteraan penduduk Indonesia, termasuk di Papua adalah PEMERINTAH Indonesia. Yang harus dipertanyakan adalah: kemana uang yg. didapat oleh pem. Indonesia dari Freeport? Apakah tidak terpikir kepada anda bahwa uang penghasilan itu ada yang a) masuk kantong pejabat, b) nongkrong di Jakarta? Kesejahteraan penduduk Papua BUKANLAH tanggungjawab Freeport. Kalau pemerintah Indonesia menganggap kontrak dengan Freeport merugikan Indonesia, maka negosiasi lagi. Susah2 amat. Kalau Freeport tidak masuk Indonesia, maka tembaga tsb. akan tetap ngendon di dalam bumi Indonesia, karena utk mining disana membutuhkan biaya yang sangat besar sekali, dan pemerintah Indonesia tidak punya dana dan pengalaman untuk itu. Mengenai kerusakan alam jika terbukti bahwa suatu perusahaan merusak ekologi setempat, maka patutlah perusahaan tsb. dihukum, tidak peduli apakah perusahaan tsb. adalah perusahaan Indo atau luar neger, perusahaan kakap atau teri. Di Amrik banyak sekali peraturan2 yang harus dipatuhi oleh perusahaan2 untuk melindungi environment setempat. Dan peraturan2 ini diikuti dengan ketat. Kalau ada yang melanggar, pastilah di denda. Apakah di Indonesia ada peraturan2 seperti itu? Atau apakah seperti hal2 yang lain di Indonesia yang ada peraturannya, maka mudah dilanggar/dibeli Sociopathos Limited <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Teman-teman, Terkadang saya heran ada orang Indonesia yang membela korporasi global yang mengeruk bumi Indonesia dan segala yang terkandung di atas hingga dalam laut. Padahal hanya nol koma nol nol nol sekian persen profitnya yang dikembalikan untuk membangun lingkungan sekitar. Maaf, saya bukan ahli lingkungan, tapi apa yang saya pelajari di sekolah tentang international trade adalah extreme externalities: lingkungan rusak. Singapura kecil mungil tapi jadi trade and money harbour besar di Asia selain 'golden tigers' lain (Cina, India, Jepang). Maaf, Indonesia tidak masuk dalam daftar tiger ini. Indonesia kaya raya tapi bodoh. Saking bodohnya, garis pantainya makin tergerus tapi gak bisa apa-apa. "Heh? Pantai mana? Emang ada?" Tahu apa kata profesor saya kemarin? Di sidang-sidang PBB hingga rapat negosiasi kontrak dengan pihak luar (seperti Newmont), pemerintah Indonesia kalah melulu hanya karena tak bisa bahasa Inggris doang. Pilih lawyer kelas kampung, jadi baca kontrak kayak makan kerupuk "Ho oh aja dah", kriuk! Tahukah Peter Gontha waktu masih di Indovision saja punya lawyer bule yang tiap hari kerjanya ke gym termahal di Jakarta (tahun 1996 mana ada Celebrity Fitness?), tinggal di apartemen Lippo Sudirman (penthouse kali ya), dan gajinya naujubile gede. Ilmunya? Jangan ditanya. Dia tahu arti setiap pasal undang-undang di British Virgin Island hingga Timbuktu. Pemerintah kita? Lawyer kerupuk tadi, dan tak pernah berpikir korporasi global. "Heh? Emang boleh pemerintah punya lawyer bule?" Yah, kalau gak ada international lawyer yang canggih di dalam negeri, apa boleh buat, we hire overseas professionals to fight those capital moguls. Sayangnya, merah putih Pemerintah kita cuma di mata anggaran (gak ada mata anggaran pemerintah untuk lawyer outsourcing hahaha that's a bigger joke, right?). Janganlah picik membahas Newmont atau Freeport atau yang sejenis. Freeport another bad news: see Papuan Gold delivered straight to the Fed Reserve Bank, then they loan some money (itsy bitsy piece of the gold) to stupid Indonesians who actually owned the goddamned gold! Pesan akhir saya, sudah cukup kekalahan masyarakat Buyat mengiris hati setiap orang Indonesia, tak perlu lagi ditambah miris hati kita karena ada orang Indonesia yang membela korporasi global (atau Anda bule yang bisa ngetik pakai Bahasa Indonesia?). Indra Razak amartien <[EMAIL
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Lihatlah pencemaran lingkungan di Indonesia. Hutan ditebas, karena oknum2 pem. juga yang korup. Sungai2 kotor. Pantai2 makin lama makin kotor. Di daerah sekitar bekas pertambangan Newmont, banyak penduduk yang mempunyai tambang liar. Menurut penduduk setempat yang lain, mereka itu mencemarkan lingkungan. Jika menurut anda mungkin pencemaran bukan merkuri, maka tentulah jaksa harus menuduh seperti itu. Rupanya jaksapun tidak bisa mendapatkan bukti adanya pencemaran yang lain. Mungkin anda lebih tahu dari jaksa. Bagaimana kalau anda membagikan pengetahuan anda tsb. ke jaksa? Hitung2 sumbangsih anda ke rakyat Indonesia, jika betul2 kemudian Newmont terbukti bersalah karena telah mencemarkan itu berdasarkan masukan dari anda. Janganlah menuduh tanpa alasan, atau hanya karena emosi. Kalau membaca sesuatu, bacalah dari segala macam sumber, dengan pikiran terbuka. Pakailah akal. Apa hubungannya hidup enak di Amrik dengan 'beratus sipil modar di Irak?" Kelihatan sekali anda tidak nyambung akal anda dengan emosi. Emosi doang yang bekerja, yang dipicu oleh nggak tahu apa. Supaya anda tahu, mayoritas sipil di Irak yang mati adalah karena dibunuh oleh sesama muslimin sendiri. Dan orang2 Amrik hidup 'enak', seperti yang anda bilang, adalah karena pemerintahan mereka yang bagus dan bersih katimbang pemerintahan di Indonesia. Tejo Sulaksono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Om, gak usah kebakaran jenggot lah, usunglah Amriks dan semua perusahaanya yang cemarkan lingkungan diseluruh dunia secara cool, gak usah blingsatan. Saya pikir sih di Sulut itu tentu "gak ada asap kalau engga ada api" kan Om? Mungkin bukan merkuri, bisa kimia lain. Tapi siapa sih di Indonesia yang brani dan punya banyak uang buat risist MNC? Mbak Mawar cuman ingatkan berita media Indonesia juga kan? Skali lagi soal lingkungan semua MNC itu di kita kayak Dewa yang gak ada yg bisa gugat, dijaga sama yang sedang kuasa juga, DPR samimawon. Om pasti enak banget hidup di Amrik ya? Bersih lingkungannya, itu semua hanya karena beratus-ratus ribu sipil modar di Irak demi minyak yg mau dikuasai Amriks, tambah pencemaran lingkungan diseluruh dunia oleh MNC-MNC yang pada ngeruk sumber daya alam seenak udelnya sendiri. TSL amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya tidak tahu anda mendapat keterangan dari mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran merkuri laut di teluk Buyat. Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan yang paling penting adalah laboratorium minamata di Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak salah ingat). Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak cukup bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah dokter Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di Jepang. Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri bahasa awamnya disebut Minamata disease. Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai penyakit ini. Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan Amrik, maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. Hasil2 dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, itu rupanya dilupakan begitu saja. Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya belum baca berita di media itu, namun media Indonesia juga memuat tingkah MNC tsb di Minahasa. MNC yg mbeludak uangnya ya bisa saja membayar pengacara-pengacara canggih melawan media yg sekait ini kan ada dipihak masyarakat setempat (Indonesia). Bagaimana sikap kita? media yang berupaya berbuat sesuatu dalam simpatinya pada pencemaran alam dan imbasnya untuk penduduk, langsung digugat. Kita masih ingat kan pada "nasib" Tempo dan Pak GM belum lama ini? MLM radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selasa, 15 Mei 2007 | 17:00 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness menggugat harian New York Times karena pemberitaan yang dinilai tidak benar, menyesatkan, dan tidak profesional selama periode September 2004 hingga Februari 2006. Gugatan perdata tersebut didaftarkan oleh kuasa hukum Ness, Arief T. Surowidjojo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Kami masih mempelajari gugatan," kata Arief, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (15/5). Ness, dalam materi gugatannya, mengatakan bahwa pemberitaan New York Times dan beberapa media yang merupakan anak perusahaannya seperti International Herald Tribune dan The Boston Globe telah merugikan Newmont karena tersebarnya informasi yang tidak benar. New York Times bersama reporternya, Jane Perlez, memuat sejumlah artikel, di antaranya berjudul Spurred by
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Om, gak usah kebakaran jenggot lah, usunglah Amriks dan semua perusahaanya yang cemarkan lingkungan diseluruh dunia secara cool, gak usah blingsatan. Saya pikir sih di Sulut itu tentu "gak ada asap kalau engga ada api" kan Om? Mungkin bukan merkuri, bisa kimia lain. Tapi siapa sih di Indonesia yang brani dan punya banyak uang buat risist MNC? Mbak Mawar cuman ingatkan berita media Indonesia juga kan? Skali lagi soal lingkungan semua MNC itu di kita kayak Dewa yang gak ada yg bisa gugat, dijaga sama yang sedang kuasa juga, DPR samimawon. Om pasti enak banget hidup di Amrik ya? Bersih lingkungannya, itu semua hanya karena beratus-ratus ribu sipil modar di Irak demi minyak yg mau dikuasai Amriks, tambah pencemaran lingkungan diseluruh dunia oleh MNC-MNC yang pada ngeruk sumber daya alam seenak udelnya sendiri. TSL amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya tidak tahu anda mendapat keterangan dari mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran merkuri laut di teluk Buyat. Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan yang paling penting adalah laboratorium minamata di Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak salah ingat). Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak cukup bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah dokter Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di Jepang. Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri bahasa awamnya disebut Minamata disease. Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai penyakit ini. Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan Amrik, maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. Hasil2 dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, itu rupanya dilupakan begitu saja. Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya belum baca berita di media itu, namun media Indonesia juga memuat tingkah MNC tsb di Minahasa. MNC yg mbeludak uangnya ya bisa saja membayar pengacara-pengacara canggih melawan media yg sekait ini kan ada dipihak masyarakat setempat (Indonesia). Bagaimana sikap kita? media yang berupaya berbuat sesuatu dalam simpatinya pada pencemaran alam dan imbasnya untuk penduduk, langsung digugat. Kita masih ingat kan pada "nasib" Tempo dan Pak GM belum lama ini? MLM radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selasa, 15 Mei 2007 | 17:00 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness menggugat harian New York Times karena pemberitaan yang dinilai tidak benar, menyesatkan, dan tidak profesional selama periode September 2004 hingga Februari 2006. Gugatan perdata tersebut didaftarkan oleh kuasa hukum Ness, Arief T. Surowidjojo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Kami masih mempelajari gugatan," kata Arief, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (15/5). Ness, dalam materi gugatannya, mengatakan bahwa pemberitaan New York Times dan beberapa media yang merupakan anak perusahaannya seperti International Herald Tribune dan The Boston Globe telah merugikan Newmont karena tersebarnya informasi yang tidak benar. New York Times bersama reporternya, Jane Perlez, memuat sejumlah artikel, di antaranya berjudul Spurred by Illness, Indonesians Lash Out at U.S Mining Giant pada 9 September 2004 dan Gold Mining Company to Pay Indonesia $ 30 Million pada 17 Februari 2006. Ness menuntut pemulihan nama baik dan permintaan maaf yang dimuat sebagai berita utama pada halaman pertama di New York Times, International Herald Tribune, dan seluruh media publikasi anak perusahaan New York Times serta situs www.nytimes.com. Ness juga meminta ganti rugi material sebesar US$ 894 ribu (sekitar Rp 8,4 miliar) dan imaterial US$ 63,93 juta (sekitar Rp 607 miliar). Tito Sianipar - Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, when. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com - Copy addresses and emails from any email account to Yahoo! Mail - quick, easy and free. Do it now...
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Teman-teman, Terkadang saya heran ada orang Indonesia yang membela korporasi global yang mengeruk bumi Indonesia dan segala yang terkandung di atas hingga dalam laut. Padahal hanya nol koma nol nol nol sekian persen profitnya yang dikembalikan untuk membangun lingkungan sekitar. Maaf, saya bukan ahli lingkungan, tapi apa yang saya pelajari di sekolah tentang international trade adalah extreme externalities: lingkungan rusak. Singapura kecil mungil tapi jadi trade and money harbour besar di Asia selain 'golden tigers' lain (Cina, India, Jepang). Maaf, Indonesia tidak masuk dalam daftar tiger ini. Indonesia kaya raya tapi bodoh. Saking bodohnya, garis pantainya makin tergerus tapi gak bisa apa-apa. "Heh? Pantai mana? Emang ada?" Tahu apa kata profesor saya kemarin? Di sidang-sidang PBB hingga rapat negosiasi kontrak dengan pihak luar (seperti Newmont), pemerintah Indonesia kalah melulu hanya karena tak bisa bahasa Inggris doang. Pilih lawyer kelas kampung, jadi baca kontrak kayak makan kerupuk "Ho oh aja dah", kriuk! Tahukah Peter Gontha waktu masih di Indovision saja punya lawyer bule yang tiap hari kerjanya ke gym termahal di Jakarta (tahun 1996 mana ada Celebrity Fitness?), tinggal di apartemen Lippo Sudirman (penthouse kali ya), dan gajinya naujubile gede. Ilmunya? Jangan ditanya. Dia tahu arti setiap pasal undang-undang di British Virgin Island hingga Timbuktu. Pemerintah kita? Lawyer kerupuk tadi, dan tak pernah berpikir korporasi global. "Heh? Emang boleh pemerintah punya lawyer bule?" Yah, kalau gak ada international lawyer yang canggih di dalam negeri, apa boleh buat, we hire overseas professionals to fight those capital moguls. Sayangnya, merah putih Pemerintah kita cuma di mata anggaran (gak ada mata anggaran pemerintah untuk lawyer outsourcing hahaha that's a bigger joke, right?). Janganlah picik membahas Newmont atau Freeport atau yang sejenis. Freeport another bad news: see Papuan Gold delivered straight to the Fed Reserve Bank, then they loan some money (itsy bitsy piece of the gold) to stupid Indonesians who actually owned the goddamned gold! Pesan akhir saya, sudah cukup kekalahan masyarakat Buyat mengiris hati setiap orang Indonesia, tak perlu lagi ditambah miris hati kita karena ada orang Indonesia yang membela korporasi global (atau Anda bule yang bisa ngetik pakai Bahasa Indonesia?). Indra Razak amartien <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya tidak tahu anda mendapat keterangan dari mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran merkuri laut di teluk Buyat. Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan yang paling penting adalah laboratorium minamata di Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak salah ingat). Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak cukup bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah dokter Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di Jepang. Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri bahasa awamnya disebut Minamata disease. Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai penyakit ini. Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan Amrik, maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. Hasil2 dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, itu rupanya dilupakan begitu saja. . Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Saya tidak tahu anda mendapat keterangan dari mana bahwa Newmont adalah sumber pencemaran merkuri laut di teluk Buyat. Menurut hasil dari laboratorium ITB, UI, WHO dan yang paling penting adalah laboratorium minamata di Jepang, semua menunjukkan bahwa kadar merkuri di teluk Buyat dibawah kadar yang menyebabkan bahaya. Jadi artinya kadar merkuri di teluk Buyat biasa2 saja, bahkan termasuk rendah (kalau saya nggak salah ingat). Apakah hasil2 laboratorium terkenal tsb. tidak cukup bukti bahwa tuduhan terhadap PT Newmont tidak beralasan? Supaya anda tahu Minamata adalah dokter Jepang yang per-tama2 berkesimpulan bahwa penyakit seperti itu disebabkan oleh kadar merkuri di Jepang. Dan karenanya penyakit karena pencemaran merkuri bahasa awamnya disebut Minamata disease. Laboratorium di Jepang itu adalah laboratorium dan tempat penyelidikan yang paling terkemuka mengenai penyakit ini. Janganlah hanya karena yang menuduh adalah orang2 kita juga, dan yang dituduh adalah perusahaan Amrik, maka anda tidak mau melihat bukti2 yang ada. Hasil2 dari laboratorium2 yang saya sebut diatas juga disebutkan di koran2 di Iindonesia. Sayangnya, itu rupanya dilupakan begitu saja. Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya belum baca berita di media itu, namun media Indonesia juga memuat tingkah MNC tsb di Minahasa. MNC yg mbeludak uangnya ya bisa saja membayar pengacara-pengacara canggih melawan media yg sekait ini kan ada dipihak masyarakat setempat (Indonesia). Bagaimana sikap kita? media yang berupaya berbuat sesuatu dalam simpatinya pada pencemaran alam dan imbasnya untuk penduduk, langsung digugat. Kita masih ingat kan pada "nasib" Tempo dan Pak GM belum lama ini? MLM radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selasa, 15 Mei 2007 | 17:00 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness menggugat harian New York Times karena pemberitaan yang dinilai tidak benar, menyesatkan, dan tidak profesional selama periode September 2004 hingga Februari 2006. Gugatan perdata tersebut didaftarkan oleh kuasa hukum Ness, Arief T. Surowidjojo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Kami masih mempelajari gugatan," kata Arief, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (15/5). Ness, dalam materi gugatannya, mengatakan bahwa pemberitaan New York Times dan beberapa media yang merupakan anak perusahaannya seperti International Herald Tribune dan The Boston Globe telah merugikan Newmont karena tersebarnya informasi yang tidak benar. New York Times bersama reporternya, Jane Perlez, memuat sejumlah artikel, di antaranya berjudul Spurred by Illness, Indonesians Lash Out at U.S Mining Giant pada 9 September 2004 dan Gold Mining Company to Pay Indonesia $ 30 Million pada 17 Februari 2006. Ness menuntut pemulihan nama baik dan permintaan maaf yang dimuat sebagai berita utama pada halaman pertama di New York Times, International Herald Tribune, dan seluruh media publikasi anak perusahaan New York Times serta situs www.nytimes.com. Ness juga meminta ganti rugi material sebesar US$ 894 ribu (sekitar Rp 8,4 miliar) dan imaterial US$ 63,93 juta (sekitar Rp 607 miliar). Tito Sianipar - Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, when. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
Re: [mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Saya belum baca berita di media itu, namun media Indonesia juga memuat tingkah MNC tsb di Minahasa. MNC yg mbeludak uangnya ya bisa saja membayar pengacara-pengacara canggih melawan media yg sekait ini kan ada dipihak masyarakat setempat (Indonesia). Bagaimana sikap kita? media yang berupaya berbuat sesuatu dalam simpatinya pada pencemaran alam dan imbasnya untuk penduduk, langsung digugat. Kita masih ingat kan pada "nasib" Tempo dan Pak GM belum lama ini? MLM radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selasa, 15 Mei 2007 | 17:00 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness menggugat harian New York Times karena pemberitaan yang dinilai tidak benar, menyesatkan, dan tidak profesional selama periode September 2004 hingga Februari 2006. Gugatan perdata tersebut didaftarkan oleh kuasa hukum Ness, Arief T. Surowidjojo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Kami masih mempelajari gugatan," kata Arief, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (15/5). Ness, dalam materi gugatannya, mengatakan bahwa pemberitaan New York Times dan beberapa media yang merupakan anak perusahaannya seperti International Herald Tribune dan The Boston Globe telah merugikan Newmont karena tersebarnya informasi yang tidak benar. New York Times bersama reporternya, Jane Perlez, memuat sejumlah artikel, di antaranya berjudul Spurred by Illness, Indonesians Lash Out at U.S Mining Giant pada 9 September 2004 dan Gold Mining Company to Pay Indonesia $ 30 Million pada 17 Februari 2006. Ness menuntut pemulihan nama baik dan permintaan maaf yang dimuat sebagai berita utama pada halaman pertama di New York Times, International Herald Tribune, dan seluruh media publikasi anak perusahaan New York Times serta situs www.nytimes.com. Ness juga meminta ganti rugi material sebesar US$ 894 ribu (sekitar Rp 8,4 miliar) dan imaterial US$ 63,93 juta (sekitar Rp 607 miliar). Tito Sianipar - Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, when. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Newmont Gugat New York Times Rp 615 Miliar
Selasa, 15 Mei 2007 | 17:00 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness menggugat harian New York Times karena pemberitaan yang dinilai tidak benar, menyesatkan, dan tidak profesional selama periode September 2004 hingga Februari 2006. Gugatan perdata tersebut didaftarkan oleh kuasa hukum Ness, Arief T. Surowidjojo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Kami masih mempelajari gugatan," kata Arief, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (15/5). Ness, dalam materi gugatannya, mengatakan bahwa pemberitaan New York Times dan beberapa media yang merupakan anak perusahaannya seperti International Herald Tribune dan The Boston Globe telah merugikan Newmont karena tersebarnya informasi yang tidak benar. New York Times bersama reporternya, Jane Perlez, memuat sejumlah artikel, di antaranya berjudul Spurred by Illness, Indonesians Lash Out at U.S Mining Giant pada 9 September 2004 dan Gold Mining Company to Pay Indonesia $ 30 Million pada 17 Februari 2006. Ness menuntut pemulihan nama baik dan permintaan maaf yang dimuat sebagai berita utama pada halaman pertama di New York Times, International Herald Tribune, dan seluruh media publikasi anak perusahaan New York Times serta situs www.nytimes.com. Ness juga meminta ganti rugi material sebesar US$ 894 ribu (sekitar Rp 8,4 miliar) dan imaterial US$ 63,93 juta (sekitar Rp 607 miliar). Tito Sianipar - Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, when.