Balasan: Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
yang jelas, materi pemberitaan SCTV tidak melanggar kaidah serta kode etik jurnalistik kok.. masalah proporsional atau tidak, masing2 individu memiliki dan berhak mengeluarkan pendapatnya masing2.. jika SCTV memiliki kekuatan di 'gambar', Metro TV memiliki kedekatan dengan Inu Kencana, staf pengajar IPDN, dan menurut saya, itu sah2 aja, 'mengeksploitasi' strong point mereka. SCTV sering menayangkan rekaman gambar2 IPDN, sementara Metro TV sering mewawancarai Inu, bahkan ditayangkan berulang2.. itu proporsional kok dan yang jelas, iklan yang masuk juga pastinya 'Proporsional', hehehe... Iqbal Andre James Oscar [EMAIL PROTECTED] wrote: Pertanyaannya, kalau tidak ada TV yang menyiarkan aksi biadab para siswa IPDN, siapa yang tergugah? kalo cuma sekdara berita tanpa gambar mana bis aPresiden bis atergugah? Masalahnya para petinggi di IPDN sangat pintar menutupi keadaan yang terjadi didalam sekolahnya. Jadio gambar di TV sangat membantu masyarakat luas tau isi 'neraka' itu. Pernyataan Direktur IPDN tentang Cliff Muntu yang meninggal karena lever, orang tua Cliff sudah rela dan tak mau otopsi, atau penyuntikan formalin ke mayat Cliff adalah bukti pengaburan masalah. Biar orang luar tau kalau IPDN aman tentram sentosa. Toh kata Direkturnya kalau yang meninggal 'baru' 3 , bukan 37 seperti yang dibesar2kan media. Kalau memang IPDN tidak bisa berubah, setuju dibubarkan saja. Dan kita berterima kasih kepada semua stasiun TV yang sudah membuka mata masyarakat luas tentang apa yang terjadi disana. Hanya sebuah ilustrasi, famili saya didaerah menganggap bahwa STPDN / IPDN adal;ah 'surga' karena bisa menjamin masa depan. Mereka sangat ingin anaknya sekolah disana walau sampai harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk menyogok. Tapi UNTUNG nya walau sudah mengeluarkan uang, anaknya tidak berhasil diterima di sekolah itu. Dan setelah mereka mengetahui kejadian disekolah itu lewat tayangan tv, sekarang mereka bersyukur karena anaknya tidak diterima di 'surga' yang ternyata' nereka' hehehehe. Dan orang tua mana yang mau anaknya masuk neraka? On 4/9/07, Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] wrote:Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut. Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita. Gustinho Daniel tino_daniel@ yahoo.com wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
Menurut gue, hukum harus bertindak, pelaku pembunuhan itu jgn hanya dipecat dari sekolah, tapi juga harus dipenjara (di proses secara tindak pidana). Gue belum nonton tayangan SCTV yg sekarang, tp gue ngebayangin isi film-nya sesuai dgn kasus STPDN beberapa tahun yg lalu. Masyarakat harus tahu bahwa terdapat preman-preman yang akan memimpin negara kita ini. On 4/8/07, Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] bharata_a%40yahoo.com wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan.
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut. Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita. Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi. Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai, gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar itu diambil. Publik secara tidak sadar akan mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi. Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu penayangan berita, topik itu di sajikan di awal, kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu pengambilannya. Berita yang tidak proporsional adalah bentuk kekerasan lain yang dilakukan media. Ini diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah pendapat saya. Salam, Aswan Zanynu - Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. - Don't get soaked. Take a quick peek at the forecast with theYahoo! Search weather shortcut.
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
Pertanyaannya, kalau tidak ada TV yang menyiarkan aksi biadab para siswa IPDN, siapa yang tergugah? kalo cuma sekdara berita tanpa gambar mana bis aPresiden bis atergugah? Masalahnya para petinggi di IPDN sangat pintar menutupi keadaan yang terjadi didalam sekolahnya. Jadio gambar di TV sangat membantu masyarakat luas tau isi 'neraka' itu. Pernyataan Direktur IPDN tentang Cliff Muntu yang meninggal karena lever, orang tua Cliff sudah rela dan tak mau otopsi, atau penyuntikan formalin ke mayat Cliff adalah bukti pengaburan masalah. Biar orang luar tau kalau IPDN aman tentram sentosa. Toh kata Direkturnya kalau yang meninggal 'baru' 3 , bukan 37 seperti yang dibesar2kan media. Kalau memang IPDN tidak bisa berubah, setuju dibubarkan saja. Dan kita berterima kasih kepada semua stasiun TV yang sudah membuka mata masyarakat luas tentang apa yang terjadi disana. Hanya sebuah ilustrasi, famili saya didaerah menganggap bahwa STPDN / IPDN adal;ah 'surga' karena bisa menjamin masa depan. Mereka sangat ingin anaknya sekolah disana walau sampai harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk menyogok. Tapi UNTUNG nya walau sudah mengeluarkan uang, anaknya tidak berhasil diterima di sekolah itu. Dan setelah mereka mengetahui kejadian disekolah itu lewat tayangan tv, sekarang mereka bersyukur karena anaknya tidak diterima di 'surga' yang ternyata' nereka' hehehehe. Dan orang tua mana yang mau anaknya masuk neraka? On 4/9/07, Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut. Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita. *Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED]* wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] bharata_a%40yahoo.com wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] aswan.zanynu%40gmail.com To: mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi. Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai, gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar itu diambil. Publik secara tidak sadar akan mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi. Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di IPDN segera dituntaskan
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
Kalo saya berpendapat, media Televisi adalah media gambar, kendati apa yang dilakukan SCTV bukan gambar terbaru, namun barangkali kita bisa mengambil benang merah bahwa, Dulu aja seperti itu, kok sekarang terulang lagi, apakah tidak ada niat kesungguhan untuk melakukan perombakan total pada sistem pembelajaran mereka, Apa yang dilakukan SCTV menurut saya sangat bagus, ibarat KAMPANYE ANTI KEKERASAN bukan menjual kekerasan, SCTV memberikan contoh kepada publik begini lo yg terjadi di STPDN yang sekarang berubah menjadi IPDN. Maju Terus SCTV, jangan takut melawan arus !!! Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut. Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita. Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi. Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai, gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar itu diambil. Publik secara tidak sadar akan mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi. Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu penayangan berita, topik itu di sajikan di awal, kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu pengambilannya. Berita yang tidak proporsional adalah bentuk kekerasan lain yang dilakukan media. Ini diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah pendapat saya. Salam, Aswan Zanynu
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
seingat saya, dulu itu STPDN masih 'dikasih' waktu untuk berbenah, dan ternyata jika sekarang tak mampu dibenahi, ya sebaiknya dikubur saja, daripada selanjutnya akan menghasilkan murid-murid yang akan dikubur tak wajar kelak (cacat, memar, meninggalkan sakit hati bagi keluarga yang ditinggalkan).. sekolah koq untuk mbunuh.. opo bedane karo terminal Cak??? salam, Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] Sent by: mediacare@yahoogroups.com 04/09/2007 08:07 AM Please respond to mediacare@yahoogroups.com To mediacare@yahoogroups.com cc Subject Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut. Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita. Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi. Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai, gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar itu diambil. Publik secara tidak sadar akan mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi. Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu penayangan berita, topik itu di sajikan di awal, kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu pengambilannya. Berita yang tidak proporsional adalah bentuk kekerasan lain yang dilakukan media. Ini diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah pendapat saya. Salam, Aswan Zanynu Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
Setuju... Liputan 6 SCTV memberikan pemberitaan yang proposional baik dari sisi korban dan pemerintah (penanggung jawab IPDN). Terus bongkar kebohongan-kebohongan yang dibuat lembaga ini. Ludi Hasibuan Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi. Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai, gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar itu diambil. Publik secara tidak sadar akan mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi. Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu penayangan berita, topik itu di sajikan di awal, kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu pengambilannya. Berita yang tidak proporsional adalah bentuk kekerasan lain yang dilakukan media. Ini diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah pendapat saya. Salam, Aswan Zanynu - Never miss an email again! Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out.
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV
Kita seakan membuka mata lagi dengan adanya kasus ini. Kasus semacam ini dan video yang di tayangkan di SCTV pernah terjadi tahun lalu. Akan tetapi pasca kejadian tak ada satu pun yang membahas masalah tersebut. Monitoring kasus kekerasan tidak ada. Mata kita terasa terbuka lagi saat video yang ditayangkan di Lip SCTV. Tekanan dari media (serasa) mencerminkan tekanan dari masyarakat. Maka pemerintah sebagai pengambil kebijakan dapat cepet ngambil langkah Salut untuk semua media! On 4/8/07, Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote: saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli, dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang sama. padahal keledai saja nggak mau tuh saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana. orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua media yang terus berteriak agar ipdn segera direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat, karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan pak camat berasal dari sekolah itu sih hidup liputan 6 sctv --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] bharata_a%40yahoo.com wrote: kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan sekolah yang justru membuat sang anak didik stres gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu adalah propaganda yang baik demi mengakhiri keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik, tidak akan menjadi masalah kawan. - Original Message From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] aswan.zanynu%40gmail.com To: mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV Dear rekan-rekan, Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi. Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai, gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar itu diambil. Publik secara tidak sadar akan mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi. Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu penayangan berita, topik itu di sajikan di awal, kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu pengambilannya. Berita yang tidak proporsional adalah bentuk kekerasan lain yang dilakukan media. Ini diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah pendapat saya. Salam, Aswan Zanynu