Balasan: Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-09 Terurut Topik blinky bill
yang jelas, materi pemberitaan SCTV tidak melanggar kaidah serta kode etik 
jurnalistik kok..
   
  masalah proporsional atau tidak, masing2 individu memiliki dan berhak 
mengeluarkan pendapatnya masing2..
  jika SCTV memiliki kekuatan di 'gambar', Metro TV memiliki kedekatan dengan 
Inu Kencana, staf pengajar IPDN, dan menurut saya, itu sah2 aja, 
'mengeksploitasi' strong point mereka. SCTV sering menayangkan rekaman gambar2 
IPDN, sementara Metro TV sering mewawancarai Inu, bahkan ditayangkan 
berulang2.. itu proporsional kok
   
  dan yang jelas, iklan yang masuk juga pastinya 'Proporsional', hehehe...
   
  Iqbal
  
Andre James Oscar [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pertanyaannya, kalau tidak ada TV yang menyiarkan aksi biadab para 
siswa IPDN, siapa yang tergugah? kalo cuma sekdara berita tanpa gambar mana bis 
aPresiden bis atergugah? 
Masalahnya para petinggi di IPDN sangat pintar menutupi keadaan yang terjadi 
didalam sekolahnya. Jadio gambar di TV sangat membantu masyarakat luas tau isi 
'neraka' itu.

Pernyataan Direktur IPDN tentang Cliff Muntu yang meninggal karena lever, orang 
tua Cliff sudah rela dan tak mau otopsi, atau penyuntikan formalin ke mayat 
Cliff adalah bukti pengaburan masalah. Biar orang luar tau kalau IPDN aman 
tentram sentosa. Toh kata Direkturnya kalau yang meninggal 'baru' 3 , bukan 37 
seperti yang dibesar2kan media.

Kalau memang IPDN tidak bisa berubah, setuju dibubarkan saja.

Dan kita berterima kasih kepada semua stasiun TV yang sudah membuka mata 
masyarakat luas tentang apa yang terjadi disana. 

Hanya sebuah ilustrasi, famili saya didaerah menganggap bahwa STPDN / IPDN 
adal;ah 'surga' karena bisa menjamin masa depan. Mereka sangat ingin anaknya 
sekolah disana walau sampai harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk 
menyogok. Tapi UNTUNG nya walau sudah mengeluarkan uang, anaknya tidak berhasil 
diterima di sekolah itu. 
Dan setelah mereka mengetahui kejadian disekolah itu lewat tayangan tv, 
sekarang mereka bersyukur karena anaknya tidak diterima di 'surga' yang 
ternyata' nereka' hehehehe.
Dan orang tua mana yang mau anaknya masuk neraka?


  On 4/9/07, Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] wrote:Saya juga 
setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri 
sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan 
masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku 
yang melakukan kekerasan tersebut.

Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh 
Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan 
sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang 
berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita.
  

Gustinho Daniel tino_daniel@ yahoo.com wrote:  saya setuju dengan 
pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah 
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh 

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan 
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. 

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. 

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv 

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat 
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan 
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres 
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang 
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.
 
 
 - Original Message 
 From: Aswan Zanynu  [EMAIL PROTECTED]
 To: mediacare@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM 
 Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV
 
 Dear rekan-rekan,
 
 Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
 begitu berlebihan dalam menayangkan 

Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-09 Terurut Topik Budi P

Menurut gue, hukum harus bertindak, pelaku pembunuhan itu jgn hanya dipecat
dari sekolah, tapi juga harus dipenjara (di proses secara tindak pidana).
Gue belum nonton tayangan SCTV yg sekarang, tp gue ngebayangin isi film-nya
sesuai dgn kasus STPDN beberapa tahun yg lalu. Masyarakat harus tahu bahwa
terdapat preman-preman yang akan memimpin negara kita ini.



On 4/8/07, Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote:


  saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu.

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] bharata_a%40yahoo.com wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.






Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-08 Terurut Topik Alexander Firdaust
Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan  untuk 
menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan  oleh berbagai 
kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi  kalangan yang lebih lemah 
dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut.
  
  Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan  oleh 
Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan  penayangan 
sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun  tidak punya makna 
yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita.
  
Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote:  
saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya
  untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
  kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
  para pamong  bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
  dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
  sama. padahal keledai saja nggak mau tuh
  
  saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
  ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
  terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
  orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
  yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. 
  
  karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
  media yang terus berteriak agar ipdn segera
  direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.
  
  yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
  tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
  anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
  karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
  pak camat berasal dari sekolah itu sih
  
  hidup liputan 6 sctv
  
  --- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
   proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
   untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
   yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
   regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
   atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
   terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
   pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
   sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
   gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
   sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
   adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
   keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
   menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
   tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
   dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
   tidak akan menjadi masalah kawan.
   
   
   - Original Message 
   From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED]
   To: mediacare@yahoogroups.com
   Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM
   Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV
   
   Dear rekan-rekan,

   Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
   begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan
   di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
   Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
   berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
   gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
   disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
   teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar
   itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
   mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
   itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
   Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu
   diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. 

   Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
   menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
   IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu
   dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika
   sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai
   berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa
   hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak
   perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali
   dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu
   penayangan berita, topik itu di sajikan di awal,
   kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan
   gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu
   pengambilannya. 

   Berita yang tidak proporsional adalah bentuk
   kekerasan lain yang dilakukan media. Ini
   diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu
   provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk
   mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin
   lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. 

   Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah
   pendapat saya.

   Salam,

   Aswan Zanynu
  
  


 
-
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
 
-
Don't get soaked.  Take a quick peek at the forecast 
 with theYahoo! Search weather shortcut.

Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-08 Terurut Topik Andre James Oscar

Pertanyaannya, kalau tidak ada TV yang menyiarkan aksi biadab para siswa
IPDN, siapa yang tergugah? kalo cuma sekdara berita tanpa gambar mana bis
aPresiden bis atergugah?
Masalahnya para petinggi di IPDN sangat pintar menutupi keadaan yang terjadi
didalam sekolahnya. Jadio gambar di TV sangat membantu masyarakat luas tau
isi 'neraka' itu.

Pernyataan Direktur IPDN tentang Cliff Muntu yang meninggal karena lever,
orang tua Cliff sudah rela dan tak mau otopsi, atau penyuntikan formalin ke
mayat Cliff adalah bukti pengaburan masalah. Biar orang luar tau kalau IPDN
aman tentram sentosa. Toh kata Direkturnya kalau yang meninggal 'baru' 3 ,
bukan 37 seperti yang dibesar2kan media.

Kalau memang IPDN tidak bisa berubah, setuju dibubarkan saja.

Dan kita berterima kasih kepada semua stasiun TV yang sudah membuka mata
masyarakat luas tentang apa yang terjadi disana.

Hanya sebuah ilustrasi, famili saya didaerah menganggap bahwa STPDN / IPDN
adal;ah 'surga' karena bisa menjamin masa depan. Mereka sangat ingin anaknya
sekolah disana walau sampai harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk
menyogok. Tapi UNTUNG nya walau sudah mengeluarkan uang, anaknya tidak
berhasil diterima di sekolah itu.
Dan setelah mereka mengetahui kejadian disekolah itu lewat tayangan tv,
sekarang mereka bersyukur karena anaknya tidak diterima di 'surga' yang
ternyata' nereka' hehehehe.
Dan orang tua mana yang mau anaknya masuk neraka?


On 4/9/07, Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan
untuk menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh
berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang
lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut.

Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh
Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan
sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna
yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita.


*Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu.

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] bharata_a%40yahoo.com wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.


 - Original Message 
 From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] aswan.zanynu%40gmail.com
 To: mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM
 Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV

 Dear rekan-rekan,

 Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
 begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan
 di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
 Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
 berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
 gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
 disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
 teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar
 itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
 mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
 itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
 Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu
 diambil ketika IPDN masih bernama STPDN.

 Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
 menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
 IPDN segera dituntaskan 

Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-08 Terurut Topik chazt pamungkas
Kalo saya berpendapat, media Televisi adalah media gambar, kendati apa yang 
dilakukan SCTV bukan gambar terbaru, namun barangkali kita bisa mengambil 
benang merah bahwa,  Dulu aja seperti itu, kok sekarang terulang lagi, apakah 
tidak ada niat kesungguhan untuk melakukan perombakan total pada sistem 
pembelajaran mereka,
   
  Apa yang dilakukan SCTV menurut saya sangat bagus, ibarat KAMPANYE ANTI 
KEKERASAN  bukan menjual kekerasan, SCTV memberikan contoh kepada publik 
begini lo yg terjadi di STPDN yang sekarang berubah menjadi IPDN. 

Maju Terus SCTV, jangan takut melawan arus !!!
   
   
   
  

Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk 
menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai 
kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah 
dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut.

Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh 
Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan 
sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang 
berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita.

Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote:  saya setuju dengan pendapatnya 
bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. 

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.
 
 
 - Original Message 
 From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED]
 To: mediacare@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM
 Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV
 
 Dear rekan-rekan,
 
 Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
 begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan
 di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
 Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
 berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
 gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
 disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
 teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar
 itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
 mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
 itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
 Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu
 diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. 
 
 Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
 menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
 IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu
 dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika
 sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai
 berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa
 hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak
 perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali
 dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu
 penayangan berita, topik itu di sajikan di awal,
 kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan
 gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu
 pengambilannya. 
 
 Berita yang tidak proporsional adalah bentuk
 kekerasan lain yang dilakukan media. Ini
 diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu
 provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk
 mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin
 lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. 
 
 Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah
 pendapat saya.
 
 Salam,
 
 Aswan Zanynu





Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-08 Terurut Topik budi . sulistiyo
seingat saya, dulu itu STPDN masih 'dikasih' waktu untuk berbenah,
dan ternyata jika sekarang tak mampu dibenahi, ya sebaiknya
dikubur saja, daripada selanjutnya akan menghasilkan murid-murid
yang akan dikubur tak wajar kelak (cacat, memar, meninggalkan sakit 
hati bagi keluarga yang ditinggalkan)..
sekolah koq untuk mbunuh.. opo bedane karo terminal Cak???


salam,




Alexander Firdaust [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: mediacare@yahoogroups.com
04/09/2007 08:07 AM
Please respond to
mediacare@yahoogroups.com


To
mediacare@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV






Saya juga setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk 
menelusuri sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh 
berbagai kalangan masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang 
lebih lemah dari pelaku yang melakukan kekerasan tersebut.

Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh 
Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan 
sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna 
yang berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita.

Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote:
saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. 

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.
 
 
 - Original Message 
 From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED]
 To: mediacare@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM
 Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV
 
 Dear rekan-rekan,
 
 Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
 begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan
 di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
 Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
 berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
 gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
 disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
 teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar
 itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
 mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
 itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
 Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu
 diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. 
 
 Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
 menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
 IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu
 dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika
 sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai
 berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa
 hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak
 perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali
 dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu
 penayangan berita, topik itu di sajikan di awal,
 kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan
 gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu
 pengambilannya. 
 
 Berita yang tidak proporsional adalah bentuk
 kekerasan lain yang dilakukan media. Ini
 diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu
 provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk
 mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin
 lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. 
 
 Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah
 pendapat saya.
 
 Salam,
 
 Aswan Zanynu

Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos

Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-08 Terurut Topik donnie123s ludi hasibuan
Setuju...
  Liputan 6 SCTV memberikan pemberitaan yang proposional baik dari sisi korban 
dan pemerintah (penanggung jawab IPDN).
   
  Terus bongkar kebohongan-kebohongan yang dibuat lembaga ini.
   
  Ludi Hasibuan

Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote:
  saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. 

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.
 
 
 - Original Message 
 From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED]
 To: mediacare@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM
 Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV
 
 Dear rekan-rekan,
 
 Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
 begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan
 di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
 Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
 berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
 gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
 disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
 teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar
 itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
 mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
 itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
 Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu
 diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. 
 
 Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
 menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
 IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu
 dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika
 sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai
 berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa
 hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak
 perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali
 dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu
 penayangan berita, topik itu di sajikan di awal,
 kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan
 gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu
 pengambilannya. 
 
 Berita yang tidak proporsional adalah bentuk
 kekerasan lain yang dilakukan media. Ini
 diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu
 provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk
 mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin
 lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. 
 
 Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah
 pendapat saya.
 
 Salam,
 
 Aswan Zanynu


 

 
-
Never miss an email again!
Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out.

Re: [mediacare] Salut buat Liputan 6 SCTV

2007-04-08 Terurut Topik Avanty Nurdiana

Kita seakan membuka mata lagi dengan adanya kasus ini. Kasus semacam ini dan
video yang di tayangkan di SCTV pernah terjadi tahun lalu. Akan tetapi pasca
kejadian tak ada satu pun yang membahas masalah tersebut. Monitoring kasus
kekerasan tidak ada. Mata kita terasa terbuka lagi saat video yang
ditayangkan di Lip SCTV. Tekanan dari media (serasa) mencerminkan tekanan
dari masyarakat.  Maka pemerintah sebagai pengambil kebijakan dapat cepet
ngambil langkah

Salut untuk semua media!



On 4/8/07, Gustinho Daniel [EMAIL PROTECTED] wrote:


  saya setuju dengan pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu.

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir.

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih

hidup liputan 6 sctv

--- bharata andi [EMAIL PROTECTED] bharata_a%40yahoo.com wrote:

 kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat
 proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
 untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
 yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
 regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan
 atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
 terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
 pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
 sekolah yang justru membuat sang anak didik stres
 gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
 sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
 adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
 keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
 menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
 tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang
 dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
 tidak akan menjadi masalah kawan.


 - Original Message 
 From: Aswan Zanynu [EMAIL PROTECTED] aswan.zanynu%40gmail.com
 To: mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM
 Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV

 Dear rekan-rekan,

 Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
 begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan
 di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
 Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
 berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
 gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
 disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
 teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar
 itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
 mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
 itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
 Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu
 diambil ketika IPDN masih bernama STPDN.

 Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
 menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
 IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu
 dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika
 sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai
 berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa
 hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak
 perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali
 dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu
 penayangan berita, topik itu di sajikan di awal,
 kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan
 gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu
 pengambilannya.

 Berita yang tidak proporsional adalah bentuk
 kekerasan lain yang dilakukan media. Ini
 diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu
 provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk
 mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin
 lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda.

 Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah
 pendapat saya.

 Salam,

 Aswan Zanynu