General Election = Pemilihan Jenderal

1999-07-27 Terurut Topik Ali Simplido

How would you translate the term "general election"
into Bahasa Indonesia?

The answer depends on how you define the word
"general".

Bagi orang awam -seperti saya-, "general" artinya
"umum", jadi  "general election" artinya "pemilihan
umum" atau pemilu.

But how about if you define "general" as "jenderal"?
Therefore, "general election" can also be translated
as "pemilihan jenderal".

Tapi mungkin arti yang kedua inilah sebenarnya yang
pantas menggambarkan hasil "pemilu" di Indonesia.
Mungkin sebenarnya yang kita harus perhatikan di
percarturan politik di Indonesia adalah
Jenderal-Jenderal yang mempunyai keahlian politik yang
bergaya "Dalang" wayang kulit, yang bisa dan biasa
bermain di belakang layar, menurut Time Daily.

Kalau JFK Jr. meninggal dalam sebuah tragedy yang
mengikuti jejak ayahnya, paman-pamannya, dan tantenya
(yang meninggal dalam berbagai tragedies),
apakah bukan sesuatu yang mustahil bahwa karir Mega
Soekarno Putri juga akan berakhir mengikuti jejak
karir ayahnya (yang dijatuhkan oleh kudeta militer ala
"Jenderal-Jenderal Dalang" pada tahun 1965)?

salam

Ali Simplido




From Time Daily:

In Indonesia, Election
Winner Could be a Loser


As the vote count proceeds at a glacial pace, the
military sounds a warning to politicians Indonesia is
famous for its shadow puppetry, and it’s an art form
in which the country’s politicians could be said to
excel. A day after the final results from the first
democratic elections in three decades were due, only
half the votes had been counted -- but it’s already
abundantly clear that the country’s next president
will not be chosen by the voters. Frontrunner Megawati
Sukarnoputri's Indonesian Democratic Party-Struggle
enjoys a solid lead with 36 percent of the vote, but
the ruling Golkar party is in second place with 18
percent -- and given a complex electoral system and
the strong showing of two opposition Islamic parties
who appear unwilling to back a woman for the top job,
the former dictator Suharto’s handpicked successor,
President B. J. Habibie, could still be reelected.
"It’s hard to pick a winner because the next president
will be chosen in backroom negotiations between the
parties and other power centers," says TIME
correspondent William Dowell. "What is clear, though,
is that it will be impossible to govern Indonesia
without an agreement that accommodates the views of
widely different parties."

The student protestors who brought down Suharto won’t
be happy if Megawati is denied -- and they were out on
the streets of Jakarta Tuesday to underline the point.
But they’re not the only show in town. Indonesia’s
military, which ordered Suharto to step down to end
last year’s social unrest, has made clear that it
won’t
stand for more political turmoil. "If each political
party continues to be headstrong in maintaining its
own interests, then there will always be political
unrest," armed forces commander General Wiranto told
reporters Tuesday. "The solution would be everyone’s
willingness to make sacrifices for... the nation and
country." The
military hasn’t yet indicated which candidate it would
prefer to see the politicians accept by way of
compromise. But it wouldn’t come as a total surprise
if they opted for one who didn’t actually run in the
election -- General Wiranto himself.

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



mencari kost

1999-07-27 Terurut Topik fuadi ahmad

hallo kawan-kawan permias
saya akan sekolah s-2 di SMPA, GWU, DC mulai Agustus ini. Saya buta
sama sekali dengan DC dan tidak punya teman disini. APakah ada yang
bisa membantu memberi informasi perumahan yang murah buat saya. Saya
bersedia juga share. Terima kasih

Salam
Fuadi

--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pertanyaan yang menggelitik soal
 'nasionalisme'.

 Kalau boleh saya menambah pertanyaan, untuk
 kita-kita yang rakyat biasa ini
 apa perlu punya 'rasa nasionalisme'?
 Kalau perlu untuk apa? Bisa membantu negara dalam
 hal apa (kongkritnya)?
 Atau kita bisa memperoleh apa dengan nasionalisme
 tsb?

 Saya sering mengamati imigran-imigran di US
 berkaitan dengan rasa
 nasionalisme ini. Mereka sama sekali tidak memiliki
 rasa nasionalisme
 Amerika, tetapi mereka menuruti segala peraturan
 yang ada di US (yang bayar
 pajak, lalulintas, dsb.. dsb...), karena kalau
 melanggar sangsinya jelas
 dan tegas (artinya, mungkin saja pertamanya mereka
 terpaksa dan lama
 kelamaan menjadi kebiasaan). Bahkan mereka ikut
 berbangga kalau tim-tim
 olahraga Amerika memenangkan pertandingan
 internasional, ahli-ahli Amerika
 mendapat nobel, dan sikap presiden Amerika yang
 pandai dan simpatik.
 Mereka sama sekali tidak pernah berpikir tentang
 nasionalisme, karena
 mungkin kata ini adalah suatu hal yang tidak perlu
 diributkan bahkan
 dipikirkan sekalipun. Sebagai rakyat biasa, asal
 bisa bekerja dengan layak,
 mendapat penghasilan, bisa menghidupi diri dan
 keluarga, bisa hidup dengan
 aman dan tenang, kelihatannya sudah sangat cukup,
 dan nggak perlu mikirin
 apa itu nasionalisme. Kira-kira demikian yang
 dirasakan dan dilakukan oleh
 para imigran di US tsb.

 Kesimpulannya, kenapa kita harus berlomba-lomba
 menunjukkan kalau punya
 rasa nasionalisme tinggi, dsb... Untuk apa?
 Untungnya apa? Bisa
 menghasilkan apa?

 Salam,
 Budi


 At 01:08 PM 7/26/99 +0700, you wrote:
 Rekan Yth.,
 
 Dari waktu kewaktu, kita selalu mendengar
 kata-kata "Nasionalisme", terutama dari
 para Pejabat kita.
 Padahal mungkin mereka (para Pejabat) belum
 tentu mengerti arti dari kata yang mereka
 sering ucapkan itu. Atau mungkin lupa.
 Bagaimana dengan kita sendiri ?
 
 Banyak definisi atau pengertian dari kata
 Nasionalisme ini, dan banyak pula yang
 mempunyai pengertian yang berbeda.
 
 Kalau kita masih ingat perkataan dari
 Presiden JF Kennedy beberapa waktu yang lalu :
 
   "JANGAN TANYA APA YANG NEGARA TELAH BERIKAN
KEPADA KITA, TETAPI APA YANG TELAH KITA
BERIKAN KEPADA NEGARA"
 
 Bisakah perkataan tsb diartikan sebagai
 perasaan Nasionalisme ?
 
 Kalau menurut saya, pengertian Nasionalisme
 adalah pengertian 'Mendahulukan kepentingan
 Negara diatas kepentingan Golongan/Pribadi'.
 
 Seperti layaknya para Pahlawan kita yang
 telah berjuang dalam perang Kemerdekaan, mereka
 telah mendahulukan kepentingan Negara.
 
 Sebahagian dari kita yang bekerja ekstra keras
 untuk mendapat Income yang tinggi sehingga
 membayar Pajak yang tinggi bisa pula diartikan
 sebagai Nasionalis. Bukankah Pajak merupakan
 sumber pemasukan Negara untuk membangun ?
 
 Bukan seperti Liem Sioe Lioeng yang telah
 diberi gelart sebagai Pengusaha Nasionalis oleh
 Pemerintah pada waktu beliau menjual bisnis
 nya keperusahaannya di-Singapore.
 
 Bagaimana dengan para Pejabat kita sekarang ?
 Sudahkah mereka mendahulukan kepentingan Negara
 didalam mengambil keputusan keputusan penting ?
 
 Dan apakah mereka berhak men-cap orang lain
 sebagai anti Nasionalis ?
 
 Salam,
 bRidWaN
 


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



mencari kost di DC

1999-07-27 Terurut Topik fuadi ahmad

hallo kawan-kawan permias
saya akan sekolah s-2 di SMPA, GWU, DC mulai Agustus ini. Saya buta
sama sekali dengan DC dan tidak punya teman disini. APakah ada yang
bisa membantu memberi informasi perumahan yang murah buat saya. Saya
bersedia juga share. Terima kasih

Salam
Fuadi
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: General = umum, bukan jendral, contoh : KJRI

1999-07-27 Terurut Topik Johnson Chandra

pingin nimbrung nih

kita tuh secara gak sadar banyak dicekokin istilah militer,
(mungkin dulu dipikir supanya dwifungsi memasyarakat ??)

KJRI : Konsulat Jendral Republik Indonesia
(dilihat secara fakta mungkin bener sih, banyakan jendral kali di
dalamnya)

tapi harusnya kan Konsulat umum Republik Indonesia
Kalau bhs inggrisnya : General Consulate.
General di sini kan artinya umum, bukannya jendral

misalnya lagi, Sekretaris Jendral, bukannya harusnya sekretaris umum ?

Johnson Chandra



Re: Jakarta... 8 cents/min

1999-07-27 Terurut Topik Renus S

In a message dated 7/21/99 9:15:48 PM Central Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:


 Kini menelpon ke Jakarta sudah sama dengan menelpon domestic  (malah mungkin
lebih murah)
 WorldxChange (long distance carrier company) offers GLOBAL CARD dengan rate
menelpon ke Jakarta 8 cents/min.

 Imagine $20 = 200 menit, $10 =88 menitkini anda sudah bisa mengobrol dgn
sepuasnya
 (connection fee $2.00).
   

 Salam kenal Pak Ismail,
berita diatas yang dikirim ini sangat membantu kita2 yang menelpon ke Ina.
Kalau boleh tanya connection fee itu berlaku utk setiap kali telpon atau
berlaku utk 1 kartu (asumsi saya ini adalah calling card, betul tidak Pak
Ismail?). Ada masa berlakunya tidak callling card tsb?

Saya,
Renus Suntareja



Re: Jakarta... 8 cents/min

1999-07-27 Terurut Topik Renus S

Saya minta maaf atas email saya ini. Maksud saya tujukan ke email pribadi Pak
Ismail tapi yang tersimpan di mail box saya malahan email addressnya permias
mailing list.

Renus

..

  Kini menelpon ke Jakarta sudah sama dengan menelpon domestic  (malah
mungkin lebih murah)
 WorldxChange (long distance carrier company) offers GLOBAL CARD dengan rate
menelpon ke Jakarta 8 cents/min.

 Imagine $20 = 200 menit, $10 =88 menitkini anda sudah bisa mengobrol dgn
sepuasnya
 (connection fee $2.00).
   

 Salam kenal Pak Ismail,
berita diatas yang dikirim ini sangat membantu kita2 yang menelpon ke Ina.
Kalau boleh tanya connection fee itu berlaku utk setiap kali telpon atau
berlaku utk 1 kartu (asumsi saya ini adalah calling card, betul tidak Pak
Ismail?). Ada masa berlakunya tidak callling card tsb?



Re: (Tawuran) : STOP PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH !!

1999-07-27 Terurut Topik bRidWaN

Dasar pemikiran saya hanyalah bahwa pelajar sekolah
akan melakukan tawuran bila pada waktu mereka
berangkat/pulang sekolah bertemu dengan siswa
lainnya yang memakai baju " PUTIH ABU-ABU".

Coba bayangkan jika mereka ketemu di bioskop, toko
buku, toko kue, warung tenda atau mall, jika mereka
memakai pakaian bebas, pasti mereka tidak akan
bertawuran. Iya kan ?

Ide ini muncul setelah saya melihat kurang berhasilnya
pihak yg berwenang meredam masalah Tawuran ini. Bahkan
terkesan semakin menjadi-jadi. Hampir setiap hari !

Jangan tunggu korabn menjadi lebih banyak lagi.
Jangan tunggu samapi adik/kakak/saudar/tetangga kita
yang akan menjadi korabn berikutnya.

Salam,
bRidWaN


At 12:39 AM 7/27/99 -0400, Araminta Aristarini wrote:
 Bukannya engga mendukung biar tawuran perlajar bisa dikurangin ya,..
 cuman kalo menghimbau pelajar agar tidak usah memakai baju seragam itu
 bukannya menimbulkan masalah yang tambah ribet lagi, yaitu banyak
 siswa-siswi yang malah menggunakan kesempatan itu untuk memamerkan
 barang2 mereka...
 Justru dengan itu gap antara yang mampu dan kurang mampu terlihat lebih
 jelas kan..=)
 Bisa-bisa malah yang satu sekolah saling palak2an sendiri lagi =p
 Alasan pelajar memakai baju seragam itu dulu karena agar tidak ada
 perbedaan diantara mereka ...

Salam,
Inta

bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bapak/Ibu dan Rekan-Rekan Yth.

 Tawuran telah terjadi sejak beberapa tahun, dan
 akhir
 akhir ini semakin marak saja terjadi di-Jakarta,
 dan konon telah memakan korban kurang lebih 20
 Pelajar
 dan puluhan Pelajar lainnya luka-luka berat dan
 ringan.

 Pihak Pemerintah bukannya tinggal diam dalam
 menangani
 hal ini, bahkan ada Tim Penanggulangan Tawuran
 segala
 yang terdiri dari orang orang pintar dengan gelar
 se-abreg. Polisi juga telah melakukan antisipasi,
 diantaranya menjaga 25 Simpul Rawan Tawuran dan
 belasan Halte Bis tempat seringnya tawuran. Anggaran
 konon telah keluar milyaran rupiah. Dan itupun masih
 dikeluhkan akan kurangnya/minimnya Biaya Operasi.

 Apakah yang telah mereka lakukan itu effektif ??
 Program yang mereka jalankan adalah Temu wicara,
 Seminar, Rasia senjata tajam dan hal 'klasik'
 lainnya.

 Bersama ini saya ingin menghimbau, dan untuk dapat
 diteruskan kepada pihak yang berwenang, agar segera
 diambil keputusan :

MEMPERBOLEHKAN PELAJAR TIDAK MEMAKAI SERAGAM !

 Saya percaya bahwa hal ini paling tidak akan
 mengurangi
 kemungkinan adanya Tawuran yang lebih parah lagi.
 Mereka adalah 'Tunas Bangsa', dan diantara mereka
 banyak yang bersaudara, bertetangga.
 Tetapi hanya karena masalah kelompok dan kebanggaan
 akan sekolah serta turun menurunnya rasa permusuhan
 sajalah, yang mengakibatkan adanya Twauran-tawuran
 ini.

 Semoga himbauan ini akan terdengar oleh Pihak yang
 berwenang, dan dapat segera ditindak lanjuti.

 Jangan menunggu sampai Anak/Adik/Kakak/Saudara/
 Tetangga kita akan menjadi korban berikutnya.


 Salam,
 bRidWaN


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com





Re: (Tawuran) : STOP PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH !!

1999-07-27 Terurut Topik Budi Haryanto

Stop pemakaian seragam sekolah: antisipasi pencegahan tawuran pelajar.

Saya pikir ini adalah gagasan yang brilian untuk dilakukan dalam jangka
pendek. Selamat buat mas bRidWaN (mainin 'shift' lagi nih..., untuk
menghormati yang punya nama) atas idenya. Kalau memang pemerintah mau
mengatasi/mencegah tawuran pelajar ini, ide ini relevan untuk
diaplikasikan. Lalu diamati selama sebulan, dua bulan, atau beberapa
saat apa memang frekuensi tawurannya mereda, tetap, atau bahkan
meningkat. Lalu ditindaklanjuti dengan policy lain yang relevan.

Apa yang dikhawatirkan neng Inta soal jor-jorannya siswa dalam berbusana
bisa saja dieliminasi dengan policy di tiap-tiap sekolah.

Salam,
Budi

bRidWaN wrote:

 Dasar pemikiran saya hanyalah bahwa pelajar sekolah
 akan melakukan tawuran bila pada waktu mereka
 berangkat/pulang sekolah bertemu dengan siswa
 lainnya yang memakai baju " PUTIH ABU-ABU".

 Coba bayangkan jika mereka ketemu di bioskop, toko
 buku, toko kue, warung tenda atau mall, jika mereka
 memakai pakaian bebas, pasti mereka tidak akan
 bertawuran. Iya kan ?

 Ide ini muncul setelah saya melihat kurang berhasilnya
 pihak yg berwenang meredam masalah Tawuran ini. Bahkan
 terkesan semakin menjadi-jadi. Hampir setiap hari !

 Jangan tunggu korabn menjadi lebih banyak lagi.
 Jangan tunggu samapi adik/kakak/saudar/tetangga kita
 yang akan menjadi korabn berikutnya.

 Salam,
 bRidWaN




Tolong alamat

1999-07-27 Terurut Topik Singgih Wibowo



Hi...

Saya punya saudara yang sedang kuliah di Boston. Namanya Hery. 
Dulunya dia lulusan NHI di Bandung trus ambil MBA di Boston. Saya pingin kontak 
dia. Kalau ada di antara milis PERMIAS tahu dia dan tahu alamatnya, tolong saya 
dikhabari.

Salam.

Singgih Wibowo
di Jakarta
[EMAIL PROTECTED]



Re: (Tawuran) : STOP PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH !!

1999-07-27 Terurut Topik Mirza Raditya


Bukannya engga mendukung biar tawuran perlajar bisa dikurangin ya,..
cuman kalo menghimbau pelajar agar tidak usah memakai baju seragam itu
bukannya menimbulkan masalah yang tambah ribet lagi, yaitu banyak
siswa-siswi yang malah menggunakan kesempatan itu untuk memamerkan
barang2 mereka...

saya juga sependapt soal diatas ini.
tapi juga khawatir ttg tawuran yg skrg ini semakin sering terjadi diantara
siswa antar sekolah.

Justru dengan itu gap antara yang mampu dan kurang mampu terlihat lebih
jelas kan..=)
Bisa-bisa malah yang satu sekolah saling palak2an sendiri lagi =p
Alasan pelajar memakai baju seragam itu dulu karena agar tidak ada
perbedaan diantara mereka ...


Bener.
soal palak2an:
ini dah sering terjadi kok skrg ini, contoh soal dlm soal sepatu.
kalo skrg ini seragam masih dipakai tetapi jarang ada 'pengseragaman' sepatu
dikebanyakan sekolah2. disini lha... terjadi 'perbedaan' dr kalangan
menengah keatas dan kalangan menengah kebawah. yg akhirnya terjadi
kecemburuan sosial dan terjadi palak2an.

seingat saya. masalah seragam ini dah dibahas semenjak saya masih SMP,
dimana sementara org yg tidak setuju adanya penghapusan seragam. dgn alasan
mereka takut kalo bakalan ada 'perang fashion'..alias pamer kekayaan dan
timbul masalah yg lebih banyak dan lbh rumit lagi.

salam,
mirza

--- bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Bapak/Ibu dan Rekan-Rekan Yth.
 
  Tawuran telah terjadi sejak beberapa tahun, dan
  akhir
  akhir ini semakin marak saja terjadi di-Jakarta,
  dan konon telah memakan korban kurang lebih 20
  Pelajar
  dan puluhan Pelajar lainnya luka-luka berat dan
  ringan.
 
  Pihak Pemerintah bukannya tinggal diam dalam
  menangani
  hal ini, bahkan ada Tim Penanggulangan Tawuran
  segala
  yang terdiri dari orang orang pintar dengan gelar
  se-abreg. Polisi juga telah melakukan antisipasi,
  diantaranya menjaga 25 Simpul Rawan Tawuran dan
  belasan Halte Bis tempat seringnya tawuran. Anggaran
  konon telah keluar milyaran rupiah. Dan itupun masih
  dikeluhkan akan kurangnya/minimnya Biaya Operasi.
 
  Apakah yang telah mereka lakukan itu effektif ??
  Program yang mereka jalankan adalah Temu wicara,
  Seminar, Rasia senjata tajam dan hal 'klasik'
  lainnya.
 
  Bersama ini saya ingin menghimbau, dan untuk dapat
  diteruskan kepada pihak yang berwenang, agar segera
  diambil keputusan :
 
 MEMPERBOLEHKAN PELAJAR TIDAK MEMAKAI SERAGAM !
 
  Saya percaya bahwa hal ini paling tidak akan
  mengurangi
  kemungkinan adanya Tawuran yang lebih parah lagi.
  Mereka adalah 'Tunas Bangsa', dan diantara mereka
  banyak yang bersaudara, bertetangga.
  Tetapi hanya karena masalah kelompok dan kebanggaan
  akan sekolah serta turun menurunnya rasa permusuhan
  sajalah, yang mengakibatkan adanya Twauran-tawuran
  ini.
 
  Semoga himbauan ini akan terdengar oleh Pihak yang
  berwenang, dan dapat segera ditindak lanjuti.
 
  Jangan menunggu sampai Anak/Adik/Kakak/Saudara/
  Tetangga kita akan menjadi korban berikutnya.
 
 
  Salam,
  bRidWaN
 

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: (Tawuran) : STOP PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH !!

1999-07-27 Terurut Topik Mirza Raditya

Ide ini muncul setelah saya melihat kurang berhasilnya
pihak yg berwenang meredam masalah Tawuran ini. Bahkan
terkesan semakin menjadi-jadi. Hampir setiap hari !


ada cerita aneh ttg aparat keamanan dlm mengatasi tawuran pelajar ini.
sewaktu saya masih bersekolah di SMP, ada tawuran antara SMA X dan Y (saya
lupa pastinya).
pas lagi seru2nya ... polisi yg seharusnya meredam mereka justru lari
terbirit2 (kira2 ada 5 org polisi waktu itu) utk melindungi diri mereka...
dr SMP sampe SMA, saya tdk melihat keseriusan aparat keamanan dlm hal
menangani masalah tawuran ini...penilaian saya ini berdsrkan dr apa yg  saya
liat dr kejadian yg terjadi disekolah saya dulusemoga skrg dah
'mendingan'...

gimana yach...
saya liat cara mereka brantem. itu cukup seram sih... ada yg bawa batu bata,
garpu dan beberapa senjata tajam lainnya.
saya denger skrg ini katanya lbh parah...wauh..jaman saya itu aja menurut
saya dah 'seram'..gimana skrg yach... ngga kebayang deh.. kasian dgn pelajar
yg bener2 ingin menuntut ilmu... yg kalo naas nya kena 'ciduk'... bener2
menyedihkan

salam,
mirza

At 12:39 AM 7/27/99 -0400, Araminta Aristarini wrote:
  Bukannya engga mendukung biar tawuran perlajar bisa dikurangin ya,..
  cuman kalo menghimbau pelajar agar tidak usah memakai baju seragam itu
  bukannya menimbulkan masalah yang tambah ribet lagi, yaitu banyak
  siswa-siswi yang malah menggunakan kesempatan itu untuk memamerkan
  barang2 mereka...
  Justru dengan itu gap antara yang mampu dan kurang mampu terlihat lebih
  jelas kan..=)
  Bisa-bisa malah yang satu sekolah saling palak2an sendiri lagi =p
  Alasan pelajar memakai baju seragam itu dulu karena agar tidak ada
  perbedaan diantara mereka ...
 
 Salam,
 Inta

 bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bapak/Ibu dan Rekan-Rekan Yth.
 
  Tawuran telah terjadi sejak beberapa tahun, dan
  akhir
  akhir ini semakin marak saja terjadi di-Jakarta,
  dan konon telah memakan korban kurang lebih 20
  Pelajar
  dan puluhan Pelajar lainnya luka-luka berat dan
  ringan.
 
  Pihak Pemerintah bukannya tinggal diam dalam
  menangani
  hal ini, bahkan ada Tim Penanggulangan Tawuran
  segala
  yang terdiri dari orang orang pintar dengan gelar
  se-abreg. Polisi juga telah melakukan antisipasi,
  diantaranya menjaga 25 Simpul Rawan Tawuran dan
  belasan Halte Bis tempat seringnya tawuran. Anggaran
  konon telah keluar milyaran rupiah. Dan itupun masih
  dikeluhkan akan kurangnya/minimnya Biaya Operasi.
 
  Apakah yang telah mereka lakukan itu effektif ??
  Program yang mereka jalankan adalah Temu wicara,
  Seminar, Rasia senjata tajam dan hal 'klasik'
  lainnya.
 
  Bersama ini saya ingin menghimbau, dan untuk dapat
  diteruskan kepada pihak yang berwenang, agar segera
  diambil keputusan :
 
 MEMPERBOLEHKAN PELAJAR TIDAK MEMAKAI SERAGAM !
 
  Saya percaya bahwa hal ini paling tidak akan
  mengurangi
  kemungkinan adanya Tawuran yang lebih parah lagi.
  Mereka adalah 'Tunas Bangsa', dan diantara mereka
  banyak yang bersaudara, bertetangga.
  Tetapi hanya karena masalah kelompok dan kebanggaan
  akan sekolah serta turun menurunnya rasa permusuhan
  sajalah, yang mengakibatkan adanya Twauran-tawuran
  ini.
 
  Semoga himbauan ini akan terdengar oleh Pihak yang
  berwenang, dan dapat segera ditindak lanjuti.
 
  Jangan menunggu sampai Anak/Adik/Kakak/Saudara/
  Tetangga kita akan menjadi korban berikutnya.
 
 
  Salam,
  bRidWaN
 
 
 _
 Do You Yahoo!?
 Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
 
 


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: (Tawuran) : STOP PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH !!

1999-07-27 Terurut Topik bRidWaN

HeheheheSusah ya menuliskan nama saya ?
Saya menghargai komentar Anda Mas Budi, paling tidak
anda bisa menangkap ide jangka pendek, yang sangat
mudah untuk di-implementasikan segera. Depdikbud tinggal
mengeluarkan Surat Keputusan dalam waktu se-hari, dan
keesokan harinya sudah dapat dilaksanakan.

Tidak seperti sekarang, semua hal-hal 'klasik' seperti
Pembinaan Siswa, Pertemuaan antar Osis, Kegiatan
Seminar, Pembahasan meningkatkan Kwalitas Sekolah dll,
telah dijalankan Pemerintah dg Dana Milyaran rupiah.
Ada hasilnya ? Yang terlihat malah semakin maraknya
Tawuran pada saat ini.

Sekali lagi, Ide ini adalah Ide sederhana, dengan tujuan
jangka pendek, yang mungkin juga dijangka panjang-kan
apabila dikemudian hari pemerintah belum juga menemukan
jalan keluarnya.

Jangan menunggu sampai ada korban lebih lanjut.
Atau mungkin ada Ide yang lebih baik lagi dari Rekan2,
atau dari Tokoh tokoh Pendidikan terkemuka ?

Salam,
bRidWaN

At 12:34 PM 7/27/99 -0700, Budi Haryanto wrote:
Stop pemakaian seragam sekolah: antisipasi pencegahan tawuran pelajar.

Saya pikir ini adalah gagasan yang brilian untuk dilakukan dalam jangka
pendek. Selamat buat mas bRidWaN (mainin 'shift' lagi nih..., untuk
menghormati yang punya nama) atas idenya. Kalau memang pemerintah mau
mengatasi/mencegah tawuran pelajar ini, ide ini relevan untuk
diaplikasikan. Lalu diamati selama sebulan, dua bulan, atau beberapa
saat apa memang frekuensi tawurannya mereda, tetap, atau bahkan
meningkat. Lalu ditindaklanjuti dengan policy lain yang relevan.

Apa yang dikhawatirkan neng Inta soal jor-jorannya siswa dalam
berbusana bisa saja dieliminasi dengan policy di tiap-tiap sekolah.

Salam,
Budi

bRidWaN wrote:

 Dasar pemikiran saya hanyalah bahwa pelajar sekolah
 akan melakukan tawuran bila pada waktu mereka
 berangkat/pulang sekolah bertemu dengan siswa
 lainnya yang memakai baju " PUTIH ABU-ABU".

 Coba bayangkan jika mereka ketemu di bioskop, toko
 buku, toko kue, warung tenda atau mall, jika mereka
 memakai pakaian bebas, pasti mereka tidak akan
 bertawuran. Iya kan ?

 Ide ini muncul setelah saya melihat kurang berhasilnya
 pihak yg berwenang meredam masalah Tawuran ini. Bahkan
 terkesan semakin menjadi-jadi. Hampir setiap hari !

 Jangan tunggu korabn menjadi lebih banyak lagi.
 Jangan tunggu samapi adik/kakak/saudar/tetangga kita
 yang akan menjadi korabn berikutnya.

 Salam,
 bRidWaN






Re: (Tawuran) : STOP PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH !!

1999-07-27 Terurut Topik bRidWaN

Kalau kena ciduk masih mending deh, tinggal diurus
sebentar bisa keluar lagi. Kalau jadi korban ?
Sampai Meninggal dengan Konyol ?

Kalau mengenai perang fashion, saya rasa itu tergantung
pribadi masing-masing, karena seharusnya para Orang Tua
yang mendidik dalam hal ini. Pakaian mahal kan karena
dibelikan orang tua. Orang Tua yang harusnya tahu,
bahwa membelikan pakaian mahal itu sama sekali tidak
mendidik. Yang kaya adalah mereka, bukan anaknya.

Fortunatelly, Saya justru melihat kecenderungan anak
sekarang yang senang berpakaian a'la kadarnya.

Kira kira ada usul lain yang bisa mengatasi masalah
Tawuran ini ? Kalau mau egois sih gampang, suruh saja
anak/adik/saudara kita keluar dari sekolah itu dan
pindahin ke luar negeri. Paling engga mereka akan
selamat dari masalah Tawuran, meskipun saya maklum
akan ada persoalan lainnya.

Tetapi pasti tidak masalah tawuran di-jalan !


Salam,
bRidWaN

At 10:49 PM 7/27/99 GMT, Mirza Raditya wrote:
 Ide ini muncul setelah saya melihat kurang berhasilnya
 pihak yg berwenang meredam masalah Tawuran ini. Bahkan
 terkesan semakin menjadi-jadi. Hampir setiap hari !

-
ada cerita aneh ttg aparat keamanan dlm mengatasi tawuran pelajar ini.
sewaktu saya masih bersekolah di SMP, ada tawuran antara SMA X dan Y
(saya lupa pastinya).
pas lagi seru2nya ... polisi yg seharusnya meredam mereka justru lari
terbirit2 (kira2 ada 5 org polisi waktu itu) utk melindungi diri mereka,
dr SMP sampe SMA, saya tdk melihat keseriusan aparat keamanan dlm hal
menangani masalah tawuran ini...penilaian saya ini berdsrkan dr apa yg
saya liat dr kejadian yg terjadi disekolah saya dulusemoga skrg dah
'mendingan'...

gimana yach...
saya liat cara mereka brantem. itu cukup seram sih... ada yg bawa batu
bata, garpu dan beberapa senjata tajam lainnya.
saya denger skrg ini katanya lbh parah...wauh..jaman saya itu aja menurut
saya dah 'seram'..gimana skrg yach... ngga kebayang deh.. kasian dgn
pelajar yg bener2 ingin menuntut ilmu... yg kalo naas nya kena 'ciduk'...
bener2 menyedihkan

salam,
mirza

At 12:39 AM 7/27/99 -0400, Araminta Aristarini wrote:
  Bukannya engga mendukung biar tawuran perlajar bisa dikurangin ya,..
  cuman kalo menghimbau pelajar agar tidak usah memakai baju seragam itu
  bukannya menimbulkan masalah yang tambah ribet lagi, yaitu banyak
  siswa-siswi yang malah menggunakan kesempatan itu untuk memamerkan
  barang2 mereka...
  Justru dengan itu gap antara yang mampu dan kurang mampu terlihat lebih
  jelas kan..=)
  Bisa-bisa malah yang satu sekolah saling palak2an sendiri lagi =p
  Alasan pelajar memakai baju seragam itu dulu karena agar tidak ada
  perbedaan diantara mereka ...
 
 Salam,
 Inta

bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bapak/Ibu dan Rekan-Rekan Yth.
 
  Tawuran telah terjadi sejak beberapa tahun, dan
  akhir
  akhir ini semakin marak saja terjadi di-Jakarta,
  dan konon telah memakan korban kurang lebih 20
  Pelajar
  dan puluhan Pelajar lainnya luka-luka berat dan
  ringan.
 
  Pihak Pemerintah bukannya tinggal diam dalam
  menangani
  hal ini, bahkan ada Tim Penanggulangan Tawuran
  segala
  yang terdiri dari orang orang pintar dengan gelar
  se-abreg. Polisi juga telah melakukan antisipasi,
  diantaranya menjaga 25 Simpul Rawan Tawuran dan
  belasan Halte Bis tempat seringnya tawuran. Anggaran
  konon telah keluar milyaran rupiah. Dan itupun masih
  dikeluhkan akan kurangnya/minimnya Biaya Operasi.
 
  Apakah yang telah mereka lakukan itu effektif ??
  Program yang mereka jalankan adalah Temu wicara,
  Seminar, Rasia senjata tajam dan hal 'klasik'
  lainnya.
 
  Bersama ini saya ingin menghimbau, dan untuk dapat
  diteruskan kepada pihak yang berwenang, agar segera
  diambil keputusan :
 
 MEMPERBOLEHKAN PELAJAR TIDAK MEMAKAI SERAGAM !
 
  Saya percaya bahwa hal ini paling tidak akan
  mengurangi
  kemungkinan adanya Tawuran yang lebih parah lagi.
  Mereka adalah 'Tunas Bangsa', dan diantara mereka
  banyak yang bersaudara, bertetangga.
  Tetapi hanya karena masalah kelompok dan kebanggaan
  akan sekolah serta turun menurunnya rasa permusuhan
  sajalah, yang mengakibatkan adanya Twauran-tawuran
  ini.
 
  Semoga himbauan ini akan terdengar oleh Pihak yang
  berwenang, dan dapat segera ditindak lanjuti.
 
  Jangan menunggu sampai Anak/Adik/Kakak/Saudara/
  Tetangga kita akan menjadi korban berikutnya.
 
 
  Salam,
  bRidWaN



Re: NASIONALISME INDONESIA ?

1999-07-27 Terurut Topik arezdaps

menanggapi bung bRidWaN dan bung Budi.
rasanya saya setuju dengan definisi nasionalisme yang bung ridwan..

bRidWaN wrote:

 Sebahagian dari kita yang bekerja ekstra keras
 untuk mendapat Income yang tinggi sehingga
 membayar Pajak yang tinggi bisa pula diartikan
 sebagai Nasionalis. Bukankah Pajak merupakan
 sumber pemasukan Negara untuk membangun ?

 arez..: Berarti, jika sesorang yang telah bekerja ekstra keras dan
 berincome tinggi, namun "berkelit" agar pajaknya rendah atau kalau
 bisa tidak bayar, dapat diartikan orang yang tidak nasionalis??? dan
 nyatanya ... cukup banyak orang yang berusaha utk itu !

 bRidWaN wrote:
 Bagaimana dengan para Pejabat kita sekarang ?
 Sudahkah mereka mendahulukan kepentingan Negara
 didalam mengambil keputusan keputusan penting ?
 arez... : barangkali slogan  dan ajakan nasionalis itu lebih sering
 diungkapkan oleh birokrat dibandingkan dengan profesional yang lain,
 namun justru mereka pula  yang lebih sering menggunakan slogan itu utk
 "menutupi" perbuatan yang mementingkan kepentingan pribadi/golongan...

bung budisoal apa perlunya rakyat kecil berjiwa nasionalis...
kalo rakyat kecil yang tinggal di pedesaan misalnya. dengan semangat
gotong royong yang masih kuat kadar nasionalisnya masih lebih baik
dibanding masyarakat yang tinggal kota besar yang condong bersifat
individualistis.namun beda dengan individualistisnya di negara
maju, dimana betul-2 menghargai hak-hak orang lain). masyarakat
perkotaan (tertentu) mementingkan kepentingan pribadi, tanpa
menghiraukan lingkungan sekitar, bahkan tidak jarang "menggasak"
kepentingan orang lain utk kepentingan diri sendiri
dari situ jelas.. jiwa nasionalis masih diperlukan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ini.
bisa membantu negara dalam hal: Jika penduduk indonesia memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara, memahami hak dan kewajibannya,
(sehingga tidak menggasak hak orang lain), tidak mementingkan
kepentingan diri sendiri/golongan.. anda bisa bayangkan... spt
apa negara kita tercinta inii..

hehhehhehehehe, kalo nyatanya emang belom bisa.. ya udah bayangin
aja.
salam
arez.






Re: General = umum, bukan jendral, contoh : KJRI

1999-07-27 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Saya tak melihat ini sebagai pencekokan. Penerjemahan "jenderal" adalah jika
kita menyerapnya dari pola MD ke pola MD juga. Seperti halnya pangkat.
Contoh:

Major General = Mayor Jenderal bukan Jenderal Mayor
Brigadier General = Brigadir Jenderal bukan Jenderal Brigadir

Nama-nama lembaga pun selaras.

Directorate General (bukan General Directorate) = Direktorat Jenderal
Consulate General (bukan General Consulate) = Konsulat Jenderal

Lain halnya: General Assembly yang diterjemahkan "Majelis umum" karena
polanya memang dibalik.

Istilah-istilah ini sendiri sebenarnya pengaruh dari bahasa Perancis.
Contoh: FIFA yang berarti Federation International de Football Association.
Jika dilihat dari struktur bahasa Inggris mestinya IFFA yakni International
Federation of Football Association. Jadi di sini bukan soal salah-benar tapi
kesepakatan yang sudah mentradisi. Jika mau mengoreksi silakan saja.

Wassalam,
Efron

-Original Message-
From:   Johnson Chandra [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 27 July, 1999 17:28 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: General = umum, bukan jendral, contoh : KJRI

pingin nimbrung nih

kita tuh secara gak sadar banyak dicekokin istilah militer,
(mungkin dulu dipikir supanya dwifungsi memasyarakat ??)

KJRI : Konsulat Jendral Republik Indonesia
(dilihat secara fakta mungkin bener sih, banyakan jendral kali di
dalamnya)

tapi harusnya kan Konsulat umum Republik Indonesia
Kalau bhs inggrisnya : General Consulate.
General di sini kan artinya umum, bukannya jendral

misalnya lagi, Sekretaris Jendral, bukannya harusnya sekretaris umum ?

Johnson Chandra



Re: NASIONALISME INDONESIA ?

1999-07-27 Terurut Topik RiZwAn RiZaL

Salam Permias
Begitu asyiknya rekan-rekan berdiskusi,Tak kuat juga daku ingin bergabung!!
:-)

Saya disini tidak berusaha memihak kepada siapapun tetapi apa yang Mas Budi
lontarkan itu baru saya dengar dan mungkin itu cukup original!! Cukup
terpesona juga diri saya sehingga ide mas Budi ini menjadi pikiran terus
:-).

Sehingga saya memikirkan lebih lanjut (No offense). Apakah nanti hasil-hasil
KNSP99 dapat kita terapkan lebih lanjut ke negara kita, jika kita menyama
ratakan kepentingan hukum dengan faktor yang lain (maaf jika saya salah),
karena faktor hukum inilah yang menjadi tolak utama segala hal dalam
perkembangan suatu negara.

Seperti telah kami lakukan di Jakarta membuat seminar2 tentang pembangunan
dan perkembangan bangsa tetapi karena kami sedikit menyinggung otak
pengaturan pergerakannya (Hukum) maka hasil yang kami dapat hanyalah sebuah
buku yang hanya memperbanyak perpustakaan universitas kami.

Salam sukses buat KNSP99.
Rizwan Rizal

Ps: Ini hanya pemikiran dan sama sekali belum pernah dilaksanakan oleh saya
sehingga kekurangan adalah sebagian dari pemikiran ini.




From: arezdaps [EMAIL PROTECTED]

bRidWaN wrote:

  Sebahagian dari kita yang bekerja ekstra keras
  untuk mendapat Income yang tinggi sehingga
  membayar Pajak yang tinggi bisa pula diartikan
  sebagai Nasionalis. Bukankah Pajak merupakan
  sumber pemasukan Negara untuk membangun ?

  arez..: Berarti, jika sesorang yang telah bekerja ekstra keras dan
  berincome tinggi, namun "berkelit" agar pajaknya rendah atau kalau
  bisa tidak bayar, dapat diartikan orang yang tidak nasionalis??? dan
  nyatanya ... cukup banyak orang yang berusaha utk itu !

  bRidWaN wrote:
  Bagaimana dengan para Pejabat kita sekarang ?
  Sudahkah mereka mendahulukan kepentingan Negara
  didalam mengambil keputusan keputusan penting ?
  arez... : barangkali slogan  dan ajakan nasionalis itu lebih sering
  diungkapkan oleh birokrat dibandingkan dengan profesional yang lain,
  namun justru mereka pula  yang lebih sering menggunakan slogan itu utk
  "menutupi" perbuatan yang mementingkan kepentingan pribadi/golongan...

bung budisoal apa perlunya rakyat kecil berjiwa nasionalis...
kalo rakyat kecil yang tinggal di pedesaan misalnya. dengan semangat
gotong royong yang masih kuat kadar nasionalisnya masih lebih baik
dibanding masyarakat yang tinggal kota besar yang condong bersifat
individualistis.namun beda dengan individualistisnya di negara
maju, dimana betul-2 menghargai hak-hak orang lain). masyarakat
perkotaan (tertentu) mementingkan kepentingan pribadi, tanpa
menghiraukan lingkungan sekitar, bahkan tidak jarang "menggasak"
kepentingan orang lain utk kepentingan diri sendiri
dari situ jelas.. jiwa nasionalis masih diperlukan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ini.
bisa membantu negara dalam hal: Jika penduduk indonesia memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara, memahami hak dan kewajibannya,
(sehingga tidak menggasak hak orang lain), tidak mementingkan
kepentingan diri sendiri/golongan.. anda bisa bayangkan... spt
apa negara kita tercinta inii..

hehhehhehehehe, kalo nyatanya emang belom bisa.. ya udah bayangin
aja.
salam
arez.


 


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: NASIONALISME INDONESIA ?

1999-07-27 Terurut Topik bRidWaN

Terima kasih atas masukannya.
Itulah sebabnya saya menulis masalah ini, karena saya
merasa bahwa masalah "NASIONALISME" ini harus kembali
di-sosialisasi-kan. Terutama kepada Pemerintahan yang
baru nanti, dan juga kepada kita-kita

Salam,
bRidWaN

At 10:30 AM 7/28/99 +0700, arezdaps wrote:
menanggapi bung bRidWaN dan bung Budi.
rasanya saya setuju dengan definisi nasionalisme yang bung ridwan..

bRidWaN wrote:

 Sebahagian dari kita yang bekerja ekstra keras
 untuk mendapat Income yang tinggi sehingga
 membayar Pajak yang tinggi bisa pula diartikan
 sebagai Nasionalis. Bukankah Pajak merupakan
 sumber pemasukan Negara untuk membangun ?

 arez..: Berarti, jika sesorang yang telah bekerja ekstra keras dan
 berincome tinggi, namun "berkelit" agar pajaknya rendah atau kalau
 bisa tidak bayar, dapat diartikan orang yang tidak nasionalis??? dan
 nyatanya ... cukup banyak orang yang berusaha utk itu !

 bRidWaN wrote:
 Bagaimana dengan para Pejabat kita sekarang ?
 Sudahkah mereka mendahulukan kepentingan Negara
 didalam mengambil keputusan keputusan penting ?

 arez... : barangkali slogan  dan ajakan nasionalis itu lebih sering
 diungkapkan oleh birokrat dibandingkan dengan profesional yang lain,
 namun justru mereka pula  yang lebih sering menggunakan slogan itu utk
 "menutupi" perbuatan yang mementingkan kepentingan pribadi/golongan...

bung budisoal apa perlunya rakyat kecil berjiwa nasionalis...
kalo rakyat kecil yang tinggal di pedesaan misalnya. dengan semangat
gotong royong yang masih kuat kadar nasionalisnya masih lebih baik
dibanding masyarakat yang tinggal kota besar yang condong bersifat
individualistis.namun beda dengan individualistisnya di negara
maju, dimana betul-2 menghargai hak-hak orang lain). masyarakat
perkotaan (tertentu) mementingkan kepentingan pribadi, tanpa
menghiraukan lingkungan sekitar, bahkan tidak jarang "menggasak"
kepentingan orang lain utk kepentingan diri sendiri
dari situ jelas.. jiwa nasionalis masih diperlukan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ini.
bisa membantu negara dalam hal: Jika penduduk indonesia memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara, memahami hak dan kewajibannya,
(sehingga tidak menggasak hak orang lain), tidak mementingkan
kepentingan diri sendiri/golongan.. anda bisa bayangkan..
spt apa negara kita tercinta inii..

hehhehhehehehe, kalo nyatanya emang belom bisa.. ya udah bayangin
aja.
salam
arez.